Manual Desain Perkerasan Jalan: Jakarta - Surabaya, MARCH 2014
Manual Desain Perkerasan Jalan: Jakarta - Surabaya, MARCH 2014
JAKARTA – SURABAYA,
MARCH 2014
Manual Desain Pekerasan Jalan
(Nomor 02/M/BM/2013) (1)
4 Tantangan telah diakomodasi
• Beban Berlebih
– Penggunaan Vehilce Damage Factor yang lebih sesuai
• Temperatur Perkerasan Tinggi
– Penggunaan modulus yang lebih sesuai
• Curah Hujan Tinggi
– Faktor drainase & daya dukung tanah dasar
• Tanah Lunak
– Penanganan tanah dasar & dampaknya
Tantangan ke-5 :
• Mutu Konstruksi
– Profesionalisme Industri Konstruksi Jalan
2
Manual Desain Pekerasan Jalan
(Nomor 02/M/BM/2013) (1)
3
1. Umur Rencana (UR) Jalan Baru
• Kapasitas Jalan selama Umur Rencana harus
mencukupi
• Perkerasan Lentur
– Lapisan Aspal & Lapisan Berbutir : 20 tahun
– Pondasi Jalan, Daerah yg tidak dioverlay Underpass,
Jembatan & Terowongan : 40 tahun
– Cement Treated Base (CTB) : 40 tahun
• Perkerasan Kaku
– Semua jenis lapisan : 40 tahun
• Jalan Tanpa Penutup
– Semua jenis lapisan : 10 tahun
4
2. Lalu Lintas
• Traffic Counting
– Durasi min. 7 x 24 jam, Pd T-19-2004-BKlasifikasi
jenis kendaraan
• Faktor Pertumbuhan Lalin
– R = ((1+0,01i)UR-1)/0,01i
– Jika tidak ada data pertumbuhan (i), gunakan berikut
(2015-2035):
5
2. Lalu Lintas
6
7
Klasifikasi Kendaraan dan Vehicle Damage Factor (VDF) Baku
Jenis Kendaraan Konfigur Muatan2 yang Kelom Distribusi tipikal (%) Faktor Ekivalen
asi diangkut pok Semua Semua Beban (VDF)
sumbu sumbu kendaraan kendaraan (ESA / kendaraan)
Klasifi Alterna Uraian bermotor bermotor
VDF4 VDF5
kasi tif kecuali
(Pangkat (Pangkat
Lama sepeda
4) 5)
motor
1 1 Sepeda Motor 1.1 2 30,4
2 , 3, 4 2, 3, 4 Sedan/Angkot/pickup 1.1
2 51,7 74,3
/station wagon
5a 5a Bus kecil 1.2 2 3,5 5,00 0,3 0,2
5b 5b Bus besar 1.2 2 0,1 0,20 1,0 1,0
6a.1 6.1 Truk 2 sumbu - cargo 1.1 muatan umum 2 4,6 6,60 0,3 0,2
ringan
6a.2 6.2 Truk 2 sumbu - ringan 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 0,8 0,8
6b1.1 7.1 Truk 2 sumbu - cargo 1.2 muatan umum 2 - - 0,7 0,7
sedang
KEN DARAAN NIAGA
6b1.2 7.2 Truk 2 sumbu- sedang 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 1,6 1,7
6b2.1 8.1 Truk 2 sumbu- berat 1.2 muatan umum 2 3,8 5.50 0,9 0,8
6b2.2 8.2 Truk 2 sumbu- berat 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 7,3 11,2
7a1 9.1 Truk 3 sumbu - ringan 1.22 muatan umum 3 3,9 5,60 7,6 11,2
7a2 9.2 Truk 3 sumbu - sedang 1.22 tanah, pasir, besi, PC 3 28,1 64,4
7a3 9.3 Truk 3 sumbu - berat 1.1.2 3 0,1 0,10 28,9 62,2
7b 10 Truk 2 sumbu & 1.2 - 2.2 4 0,5 0,70 36,9 90,4
gandengan 2 sumbu
7c1 11 Semi Trailer 4 sumbu 1.2 - 22 4 0,3 0,50 13,6 24,0
7c2.1 12 Semi Trailer 5 sumbu 1.22 - 22 5 0,7 1,00 19,0 33,2
7c2.2 13 Semi Trailer 5 sumbu 1.2 - 222 5 30,3 69,7
7c3 14 Semi Trailer 6 sumbu 1.22 - 222 6 0,3 0,50 41,6 93,7
8
Klasifikasi Kendaraan dan Vehicle Damage Factor (VDF) Baku
9
2. Lalu Lintas
11
2. Lalu Lintas
12
Tabel 3.1 Pemilihan Jenis Perkerasan
15
16
17
BAGAN DESAIN 2 : DESAIN PONDASI JALAN MINIMUM3
18
7. Struktur Pondasi Jalan (4)
Tabel 10.2 Perkiraan Waktu Pra-pembebanan
Timbunan diatas Tanah Lunak
Ketinggian Timbunan Final (m)
Kedalaman sampai <2 2 – 2.5 > 2.5
CBR lapangan 2% (m) Waktu pra-pembebanan (bulan)
< 1,5 3 4 5
1,5 – 2,0 5 6 9
2,0 – 2,5 8 10 13
2,5 – 3,0 12 14 19
Jika waktu pra-pembebanan berlebihan atau terdapat
batas ketinggian timbunan (misal pada kasus
pelebaran jalan eksisting atau untuk jalan dibawah
jembatan, maka bisa digunakan metode stabilisasi
lainnya misal cakar ayam, pemacangan atau
pencampuran tanah dalam.
19
7. Struktur Pondasi Jalan (7)
Tanah Ekspansif :
Tanah dengan Potensi Pengembangan (Potential Swell)
> 5%, diuji dengan SNI No.03-1774-1989 dan 100%
kepadatan kering. Persyaratan tambahan untuk
desain pondasi jalan diatas tanah ekspansif adalah
sbb :
Tebal lapisan penopang minimum seperti
dalam Bagan Desain 2. Bagian atas dari lapis
penopang atau lapis timbunan pilihan harus
memiliki per-meabilitas rendah atau
seharusnya merupakan lapisan yang
distabilisasi
Variasi kadar air tanah dasar harus diminimasi.
Opsinya termasuk lapis penutup untuk bahu
jalan, saluran dng pasangan, saluran penangkap
(cut off drains), penghalang aliran. Drainase
bawah permukaan digunakan jika dapat meng-
hasilkan penurunan variasi kadar air
20
7. Struktur Pondasi Jalan (10)
Formasi Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka
Air Banjir :
Tinggi Minimum Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air
Banjir
Kelas Jalan Tinggi tanah dasar diatas muka air Tinggi tanah dasar diatas
tanah (mm) muka air banjir (mm)
Jalan Bebas 1200 (jika ada drainase bawah 500 (banjir 50 tahunan)
Hambatan permukaan di median)
1700 (tanpa drainase bawah
permukaan di median)
Jalan Raya 600 (jika ada drainase di median)
Jalan Sedang 600 500 (banjir 10 tahunan)
Jalan Kecil 400 Tidak digunakan
21
8. Struktur Perkerasan (1)
Koreksi temperatur :
22
8. Struktur Perkerasan (3)
23
8. Struktur Perkerasan (3)
• Solusi pekerasan yg banyak dipilih berdasarkan pada
pembebanan dan pertimbangan biaya terkecil yang
diberikan dalam :
BAGAN DESAIN 3: Desain perkerasan lentur aspal
(opsi biaya minimum termasuk CTB)
BAGAN DESAIN 3A: Desain perkerasan lentur
alternatif : lapis beraspal dan lapis pondasi
berbutir
BAGAN DESAIN 5: Desain perkerasan kerikil
dengan pelaburan aspal tipis
BAGAN DESAIN 6: Desain perkerasan soil cement
BAGAN DESAIN 7: Desain perkerasan kerikil tanpa
penutup dan perkerasan kerikil dengan pelaburan
aspal tipis
24
8. Struktur Perkerasan (4)
• Aspal Modifikasi dan Inovasi Lainnya
Untuk aspal modifikasi atau SMA dapat menggunakan
bagan desain 3 atau 3A.
Manfaat utama dari aspal modifikasi adalah untuk
meningkatkan durabilitas dan ketahanan terhadap alur
(rutting)
• Manfaat & sifat material khusus harus didukung:
Sertifikat manufaktur
Pengujian menyeluruh oleh laboratorium yg disetujui
Analisis desain mekanistik dengan menggunakan
prinsip – prinsip dalam Manual ini
Pengujian lapangan jika diminta Bina Teknik
Bukti bahwa transportasi dan penyimpanan aspal, alat
pencampuran dan penghamparan sesuai dengan
campuran beraspal modifikasi yang digunakan
25
BAGAN DESAIN 3 DESAIN PERKERASAN LENTUR
(opsi biaya minimum termasuk CTB)1
26
27
28
29
BAGAN DESAIN 6 - PERKERASAN TANAH SEMEN
(SOIL CEMENT)
(diijinkan untuk area dengan sumber agregat atau kerikil terbatas)
STRUKTUR PERKERASAN
SC1 SC2 SC3
Beban Sumbu 20 tahun pada lajur
desain (CESA4x106)
<0,1 0,1- 0,5 0,5 – 4
Ketebalan lapis perkerasan (mm)
HRS WC, AC WC (halus), Burtu atau Burda 50
LP Agregat Kelas A 160 220 300
Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B 110 150 200
Tanah distabilisasi, CBR 6% pada tanah dasar dengan
160 200 260
CBR ≥ 3%
Catatan :
1. Bagan Desain 6 digunakan untuk semua tanah dasar dengan CBR > 3%. Ketentuan
Bagan Desain 2 tetap berlaku untuk tanah dasar yang lebih lemah.
2. Stabilisasi satu lapis lebih dari 200 mm sampai 300 mm diperbolehkan jika disediakan
peralatan stabilisasi yang memadai dan untuk pemadatan digunakan pad-foot roller
kapasitas berat statis minimum 18 ton.
3. Bila catatan 2 diterapkan, lapisan distabilisasi pada Bagan Desain 5 atau Bagan Desain
6 boleh dipasang dalam satu lintasan dng persyaratan lapisan distabilisasi dalam Bagan
Desain 2 sampai maksimum 300 mm.
4. Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus dengan ukuran nominal maksimum 30
mm jika dihamparkan dengan lapisan kurang dari 150 mm.
5. Hanya kontraktor berkualitas dan mempunyai peralatan diperbolehkan melaksanakan
pekerjaan Burda atau pekerjaan Stabilisasi.
6. Solusi yang tidak menyelesaikan kendala menurut Bagan Desain 7 dapat ditentukan
menggunakan Bagan Desain 8 yang diberikan Lampiran C.
30
BAGAN DESAIN 7 PERKERASAN TANPA PENUTUP BERASPAL & LAPIS
TIPIS BURDA
Bagan Desain 7 memberikan pendekatan desain menggunakan grafik untuk
semua kerikil alam, batu pecah dan perkerasan distabilisasi baik yang berpengikat
ataupun dengan lapis tipis Burda. Prosedur penggunaan bagan ini diberikan dalam
Lampiran C.
Permukaan DBST Burda : Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR ≥ 30%
Permukaan kerikil : Agregat kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR ≥ 30% dan PI 4-12%
Tebal
material
berbutir
(mm)
Sumber : Autroads 31
9. Kecukupan Struktur relatif thd
d T-01-2002-B (1)
32
9. Kecukupan Struktur relatif thd
Pd T-01-2002-B (2)
• a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bhn perkerasan
• D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan (dalam
inch)
• m2, m3 = koefisien drainase
• W18 = perkiraan jumlah beban sumbu standar ekivalen
18kip
• ZR = deviasi normal standar
• SO = gabungan standard error untuk perkiraan lalu
lintas dan kinerja
• SN = Structural Number atau Indeks Tebal Perkerasan
(dalam inch)
• ∆IP = selisih antara initial design serviceability index
(IPo) dan design terminal index, (IPt)
• MR = Modulus Resilien
33
9. Kecukupan Struktur relatif thd
Pd T-01-2002-B (3)
– DEFAULT PARAMETER
Realiabilitas (R) = 95%
Nilai Penyimpangan Normal Standar (ZR) = - 1,645
Deviasi Standar (So) = 0,4
Koefisien Drainase (mi) = 1,0
Selisih Indeks Permukaan Awal & Akhir (∆IP) = 4,2 –
2,5 = 1,7
Koefisien Kekuatan Relatif (a) :
• a1 untuk AC= 0,31
• a2 untuk Kelas A (CBR 90%) = 0,138
• a3 untuk Kelas B (CBR 60%) = 0,127
• Hasil mana yang digunakan ?
– Diperlukan Engineering Adjustment
34
10. Standar Drainase Bawah
Permukaan (1)
• Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi:
– Seluruh lapis sub base harus dapat mengalirkan air.
– Pelebaran harus menjamin tersedianya drainase dari
lapisan berbutir terbawah pada perkerasan eksisting
– Lihat Gbr 3, sub-base lebih rendah dari permukaan
tanah maka drainase bawah permukaan diperlukan &
ditempatkan di samping saluran U dng suling-suling
– Lihat Gbr 4, berm > 500mm (Gbr tertulis > 500m),
drainase dari sub-base ke saluran bawah permukaan
– Lihat Bgr 5, berm > 500mm maka “m” = 0,7, jika berm
≤ 500mm maka “m” = 0,9
– Lihat Gbr 6, muka air tanah ≤ 60 cm dari permukaan
tanah dasar maka tebal setiap lapisan berbutir
disesuaikan dengan faktor “m” (diambil 0,4)
– Faktor “m” (koefisien drainase) diadopsi dari AASHTO
35
Koefisien Drainase
Kualitas Drainase : hilangnya kadar air dari
struktur perkerasan, AASHO Road Test dalam 1
minggu
Nilai-nilai untuk memodifikasi koefisien kekuatan
relatif untuk material base dan subbase tanpa
pengikat pada perkerasan lentur (mi) : tergantung
dari “% waktu struktur perkerasan terekpos oleh
tingkat kadar air yang mendekati jenuh (selama
setahun)”
Kualitas Drainase Air Hilang dalam
Baik sekali 2 jam
Baik 1 hari
Sedang 1 minggu
Jelek 1 bulan
Jelek sekali Air tidak akan mengalir
36
Nilai-nilai untuk memodifikasi koefisien kekuatan
relatif untuk material base dan subbase tanpa
pengikat pada perkerasan lentur
37
10. Standar Drainase Bawah
Permukaan (2)
Kelandaian drainase bawah permukaan ≥ 0,5% & titik
kontrol pembuangan ≤ 60m
Elevasi titik pembuangan drainase bawah permukaan
harus lebih tinggi dari muka air banjir rencana
Koefisien drainase “m” > 1 tidak boleh digunakan
kecuali ada keyakinan bahwa kualitas pelaksanaan
yang disyaratkan dapat terpenuhi
Jika koefisien drainase “m” < 1, maka tebal lapis
berbutir harus dinaikkan dengan rumus:
Tebal lapis berbutir desain = (tebal hasil dari bagan
desain) / “m”
38
.
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan nilai 'm' Detail Tipikal
nilai m yang sesuai) utk desain
Aggregate base B
.
4. Timbunan dengan tepi permeabilitas Jalur Lalu Lintas Bahu
Bahu
rendah dan lapis pondasi bawah
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
500 m. solusi alternatif dengan drai-
1.nase
Galian dengan dari
melintang drainase sub soil,
sub base pada 0.9
1.2
jarak terdrainase
< 10 m atausempurna
pada titik terendah.
(keluaran drainase sub soil
selalu diatas muka banjir LapisPondasi
Lapis Pondasiagregat
agregatkelas
kelasBB
Geotekstil
Drainase
sub soil
Tepi dengan permeabilitas
rendah
Jalur Lalu Lintas Bahu >500
5. Galian, pada permukaan tanah, atau
2. timbunan
Timbunantanpa drainase
dg lapis pondasisubsoil
bawahdan 1.2
tepi dg permeabilitas rendah > 500mm Rounding
menerus sampai bahu (day-lighting)
0.7 Geotekstil
(tidak terkena banjir)
Aggregate
Lapis base
Pondasi B
agregat kelas B
41
11. Kebutuhan Bahu Jalan
Berpenutup (2)
• Material bahu berpengikat dapat berupa:
– Penetrasi makadam
– Burda
– Beton aspal (AC)
– Beton
– Kombinasi dari tied shoulder beton 500 – 600 mm dan
bahu dengan pengikat aspal
• Lalu Lintas Desain untuk Bahu Berpengikat:
– Lalu lintas desain untuk bahu berpengikat ≥ 10% lalu
lintas desain untuk lajur jalan yg bersampingan atau
sama dng perkiraan lalu lintas yg akan menggunakan
bahu, diambil yg terbesar. Umumnya digunakan Burda
atau Penetrasi Makadam yg dilaksanakan dng baik
42