Anda di halaman 1dari 42

KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT BINA MARGA

Manual Desain Perkerasan Jalan

JAKARTA – SURABAYA,
MARCH 2014
Manual Desain Pekerasan Jalan
(Nomor 02/M/BM/2013) (1)
4 Tantangan telah diakomodasi
• Beban Berlebih
– Penggunaan Vehilce Damage Factor yang lebih sesuai
• Temperatur Perkerasan Tinggi
– Penggunaan modulus yang lebih sesuai
• Curah Hujan Tinggi
– Faktor drainase & daya dukung tanah dasar
• Tanah Lunak
– Penanganan tanah dasar & dampaknya
Tantangan ke-5 :
• Mutu Konstruksi
– Profesionalisme Industri Konstruksi Jalan

2
Manual Desain Pekerasan Jalan
(Nomor 02/M/BM/2013) (1)

3
1. Umur Rencana (UR) Jalan Baru
• Kapasitas Jalan selama Umur Rencana harus
mencukupi

• Perkerasan Lentur
– Lapisan Aspal & Lapisan Berbutir : 20 tahun
– Pondasi Jalan, Daerah yg tidak dioverlay Underpass,
Jembatan & Terowongan : 40 tahun
– Cement Treated Base (CTB) : 40 tahun
• Perkerasan Kaku
– Semua jenis lapisan : 40 tahun
• Jalan Tanpa Penutup
– Semua jenis lapisan : 10 tahun

4
2. Lalu Lintas

• Traffic Counting
– Durasi min. 7 x 24 jam, Pd T-19-2004-BKlasifikasi
jenis kendaraan
• Faktor Pertumbuhan Lalin
– R = ((1+0,01i)UR-1)/0,01i
– Jika tidak ada data pertumbuhan (i), gunakan berikut
(2015-2035):

5
2. Lalu Lintas

• Faktor Pertumbuhan Lalin


– Jika terjadi perbedaan laju pertumbuhan tahunan
sepanjang total umur rencana. (untuk RVK ≤ 0,85)

– Jika kapasitas lalu lintas diperkirakan tercapai ada


tahun ke (Q) dari umur rencana (UR)

6
7
Klasifikasi Kendaraan dan Vehicle Damage Factor (VDF) Baku
Jenis Kendaraan Konfigur Muatan2 yang Kelom Distribusi tipikal (%) Faktor Ekivalen
asi diangkut pok Semua Semua Beban (VDF)
sumbu sumbu kendaraan kendaraan (ESA / kendaraan)
Klasifi Alterna Uraian bermotor bermotor
VDF4 VDF5
kasi tif kecuali
(Pangkat (Pangkat
Lama sepeda
4) 5)
motor
1 1 Sepeda Motor 1.1 2 30,4
2 , 3, 4 2, 3, 4 Sedan/Angkot/pickup 1.1
2 51,7 74,3
/station wagon
5a 5a Bus kecil 1.2 2 3,5 5,00 0,3 0,2
5b 5b Bus besar 1.2 2 0,1 0,20 1,0 1,0
6a.1 6.1 Truk 2 sumbu - cargo 1.1 muatan umum 2 4,6 6,60 0,3 0,2
ringan
6a.2 6.2 Truk 2 sumbu - ringan 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 0,8 0,8
6b1.1 7.1 Truk 2 sumbu - cargo 1.2 muatan umum 2 - - 0,7 0,7
sedang
KEN DARAAN NIAGA

6b1.2 7.2 Truk 2 sumbu- sedang 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 1,6 1,7
6b2.1 8.1 Truk 2 sumbu- berat 1.2 muatan umum 2 3,8 5.50 0,9 0,8
6b2.2 8.2 Truk 2 sumbu- berat 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 7,3 11,2
7a1 9.1 Truk 3 sumbu - ringan 1.22 muatan umum 3 3,9 5,60 7,6 11,2
7a2 9.2 Truk 3 sumbu - sedang 1.22 tanah, pasir, besi, PC 3 28,1 64,4
7a3 9.3 Truk 3 sumbu - berat 1.1.2 3 0,1 0,10 28,9 62,2
7b 10 Truk 2 sumbu & 1.2 - 2.2 4 0,5 0,70 36,9 90,4
gandengan 2 sumbu
7c1 11 Semi Trailer 4 sumbu 1.2 - 22 4 0,3 0,50 13,6 24,0
7c2.1 12 Semi Trailer 5 sumbu 1.22 - 22 5 0,7 1,00 19,0 33,2
7c2.2 13 Semi Trailer 5 sumbu 1.2 - 222 5 30,3 69,7
7c3 14 Semi Trailer 6 sumbu 1.22 - 222 6 0,3 0,50 41,6 93,7

8
Klasifikasi Kendaraan dan Vehicle Damage Factor (VDF) Baku

9
2. Lalu Lintas

• Pengalihan Lalin (Traffic Diversion)


– Analisis menurut jaringan jalan
• Distribusi Lajur & Kapasitas Lajur
– Kapasitas pada lajur desain < kapasitas lajur selama
umur rencana
– Permen PU No.19/PRT/M/2011 :
RVK (V/C) arteri & kolektor ≤ 0,85 & RVK (V/C) jalan
lokal ≤ 0,9
– Tabel Distribusi Lajur
Jumlah Lajur Kendaraan niaga pada lajur desain
setiap arah (% terhadap populasi kendaraan niaga)
1 100
2 80
3 60
4 50
10
2. Lalu Lintas

• Perkiraan Faktor Setara Beban (VDF)


1. Survei penimbangan khusus pada jalan yg didesain
2. Survei penimbangan sebelumnya yg dianggap
mewakili
3. Data WIM Regional oleh Bintek

11
2. Lalu Lintas

• Pengendalian Beban Sumbu


– s/d 2020 : beban aktual untuk desain
– setelah 2020 : beban sumbu nominal 12 ton
• Muatan Sumbu Terberat (MST)
– Beban sumbu yg diijinkan 10 ton, namun formula
tetap menggunakan beban sumbu standar 8,16 ton
• Kumulatif Beban Sumbu Standar

• Perkiraan Lalin untuk Jalan dng Lalin Rendah


– Jika tidak ada data, gunakan Tabel 4.6

12
Tabel 3.1 Pemilihan Jenis Perkerasan

Catatan : Tingkat Kesulitan :


① Kontraktor kecil - medium
② Kontraktor besar dengan sumber daya yang memadai
③ Membutuhkan keahlian dan tenaga ahli khusus – dibutuhkan kontraktor spesialis Burda
13
6. Homogenous Section & Daya Dukung Tanah Dasar (1)

• Iklim akan mempengaruhi :


– Temperatur lapisan aspal dan nilai modulusnya
– Kadar air pada tanah dasar dan perkerasan
berbutir

• Zone Iklim untuk Indonesia :


– Zone 1 (kuning) berhubungan dengan Tabel
Perkiraan Nilai CBR Tanah Dasar
14
Zona Iklim untuk Indonesia

Uraian Curah hujan


Zona Lokasi
(HDM 4 types) (mm/tahun)
tropis, kelembaban Sekitar Timor dan Sulawesi
I sedang dengan musim Tengah seperti yang <1400
hujan jarang ditunjukkan gambar
tropis, kelembaban
Nusa Tenggara, Merauke,
II sedang dengan musim 1400 - 1800
Kepulauan Maluku
hujan sedang
Sumatera, Jawa,
tropis, lembab dengan Kalimantan, Sulawesi,
III 1900 - 2500
musim hujan sedang Papua, Bali, seperti yang
ditunjukkan gambar
tropis, lembab dengan
Daerah pegunungan yang
hujan hampir sepanjang
IV basah, misalnya Baturaden >3000
tahun dan kelembaban
(tidak ditunjukkan di peta)
tinggi dan/atau banyak air

15
16
17
BAGAN DESAIN 2 : DESAIN PONDASI JALAN MINIMUM3

18
7. Struktur Pondasi Jalan (4)
Tabel 10.2 Perkiraan Waktu Pra-pembebanan
Timbunan diatas Tanah Lunak
Ketinggian Timbunan Final (m)
Kedalaman sampai <2 2 – 2.5 > 2.5
CBR lapangan 2% (m) Waktu pra-pembebanan (bulan)

< 1,5 3 4 5
1,5 – 2,0 5 6 9
2,0 – 2,5 8 10 13
2,5 – 3,0 12 14 19
Jika waktu pra-pembebanan berlebihan atau terdapat
batas ketinggian timbunan (misal pada kasus
pelebaran jalan eksisting atau untuk jalan dibawah
jembatan, maka bisa digunakan metode stabilisasi
lainnya misal cakar ayam, pemacangan atau
pencampuran tanah dalam.
19
7. Struktur Pondasi Jalan (7)
Tanah Ekspansif :
Tanah dengan Potensi Pengembangan (Potential Swell)
> 5%, diuji dengan SNI No.03-1774-1989 dan 100%
kepadatan kering. Persyaratan tambahan untuk
desain pondasi jalan diatas tanah ekspansif adalah
sbb :
 Tebal lapisan penopang minimum seperti
dalam Bagan Desain 2. Bagian atas dari lapis
penopang atau lapis timbunan pilihan harus
memiliki per-meabilitas rendah atau
seharusnya merupakan lapisan yang
distabilisasi
 Variasi kadar air tanah dasar harus diminimasi.
Opsinya termasuk lapis penutup untuk bahu
jalan, saluran dng pasangan, saluran penangkap
(cut off drains), penghalang aliran. Drainase
bawah permukaan digunakan jika dapat meng-
hasilkan penurunan variasi kadar air
20
7. Struktur Pondasi Jalan (10)
Formasi Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka
Air Banjir :
Tinggi Minimum Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air
Banjir
Kelas Jalan Tinggi tanah dasar diatas muka air Tinggi tanah dasar diatas
tanah (mm) muka air banjir (mm)
Jalan Bebas 1200 (jika ada drainase bawah 500 (banjir 50 tahunan)
Hambatan permukaan di median)
1700 (tanpa drainase bawah
permukaan di median)
Jalan Raya 600 (jika ada drainase di median)
Jalan Sedang 600 500 (banjir 10 tahunan)
Jalan Kecil 400 Tidak digunakan

21
8. Struktur Perkerasan (1)
Koreksi temperatur :

22
8. Struktur Perkerasan (3)

23
8. Struktur Perkerasan (3)
• Solusi pekerasan yg banyak dipilih berdasarkan pada
pembebanan dan pertimbangan biaya terkecil yang
diberikan dalam :
 BAGAN DESAIN 3: Desain perkerasan lentur aspal
(opsi biaya minimum termasuk CTB)
 BAGAN DESAIN 3A: Desain perkerasan lentur
alternatif : lapis beraspal dan lapis pondasi
berbutir
 BAGAN DESAIN 5: Desain perkerasan kerikil
dengan pelaburan aspal tipis
 BAGAN DESAIN 6: Desain perkerasan soil cement
 BAGAN DESAIN 7: Desain perkerasan kerikil tanpa
penutup dan perkerasan kerikil dengan pelaburan
aspal tipis

24
8. Struktur Perkerasan (4)
• Aspal Modifikasi dan Inovasi Lainnya
 Untuk aspal modifikasi atau SMA dapat menggunakan
bagan desain 3 atau 3A.
 Manfaat utama dari aspal modifikasi adalah untuk
meningkatkan durabilitas dan ketahanan terhadap alur
(rutting)
• Manfaat & sifat material khusus harus didukung:
 Sertifikat manufaktur
 Pengujian menyeluruh oleh laboratorium yg disetujui
 Analisis desain mekanistik dengan menggunakan
prinsip – prinsip dalam Manual ini
 Pengujian lapangan jika diminta Bina Teknik
 Bukti bahwa transportasi dan penyimpanan aspal, alat
pencampuran dan penghamparan sesuai dengan
campuran beraspal modifikasi yang digunakan

25
BAGAN DESAIN 3 DESAIN PERKERASAN LENTUR
(opsi biaya minimum termasuk CTB)1

26
27
28
29
BAGAN DESAIN 6 - PERKERASAN TANAH SEMEN
(SOIL CEMENT)
(diijinkan untuk area dengan sumber agregat atau kerikil terbatas)
STRUKTUR PERKERASAN
SC1 SC2 SC3
Beban Sumbu 20 tahun pada lajur
desain (CESA4x106)
<0,1 0,1- 0,5 0,5 – 4
Ketebalan lapis perkerasan (mm)
HRS WC, AC WC (halus), Burtu atau Burda 50
LP Agregat Kelas A 160 220 300
Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B 110 150 200
Tanah distabilisasi, CBR 6% pada tanah dasar dengan
160 200 260
CBR ≥ 3%
Catatan :
1. Bagan Desain 6 digunakan untuk semua tanah dasar dengan CBR > 3%. Ketentuan
Bagan Desain 2 tetap berlaku untuk tanah dasar yang lebih lemah.
2. Stabilisasi satu lapis lebih dari 200 mm sampai 300 mm diperbolehkan jika disediakan
peralatan stabilisasi yang memadai dan untuk pemadatan digunakan pad-foot roller
kapasitas berat statis minimum 18 ton.
3. Bila catatan 2 diterapkan, lapisan distabilisasi pada Bagan Desain 5 atau Bagan Desain
6 boleh dipasang dalam satu lintasan dng persyaratan lapisan distabilisasi dalam Bagan
Desain 2 sampai maksimum 300 mm.
4. Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus dengan ukuran nominal maksimum 30
mm jika dihamparkan dengan lapisan kurang dari 150 mm.
5. Hanya kontraktor berkualitas dan mempunyai peralatan diperbolehkan melaksanakan
pekerjaan Burda atau pekerjaan Stabilisasi.
6. Solusi yang tidak menyelesaikan kendala menurut Bagan Desain 7 dapat ditentukan
menggunakan Bagan Desain 8 yang diberikan Lampiran C.
30
BAGAN DESAIN 7 PERKERASAN TANPA PENUTUP BERASPAL & LAPIS
TIPIS BURDA
Bagan Desain 7 memberikan pendekatan desain menggunakan grafik untuk
semua kerikil alam, batu pecah dan perkerasan distabilisasi baik yang berpengikat
ataupun dengan lapis tipis Burda. Prosedur penggunaan bagan ini diberikan dalam
Lampiran C.

Permukaan DBST Burda : Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR ≥ 30%
Permukaan kerikil : Agregat kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR ≥ 30% dan PI 4-12%

Tebal
material
berbutir
(mm)

Lalu Lintas Desain (ESA4)

Sumber : Autroads 31
9. Kecukupan Struktur relatif thd
d T-01-2002-B (1)

• Modulus Lapisan Aspal :


– Modulus lapisan aspal ditetapkan berdasarkan
tempe-ratur udara 24˚C - 34˚C dan Temperatur
Perkerasan Tahunan Rata-rata (MAPT) 410C.
– Koefisien Relatif (a1) adalah 0,31 bukanlah 0,40-0,44
• Pd T-01-2002-B :
– Formula AASHTO 1993 :
 log(W18) = ZR x SO + 9,36 x log(SN+1) - 0,20 + [log{∆IP /
(4,2 – 1,5)} / {0,4 + 1094 / (SN+1)^5,19}] + 2,32 x
log(MR) – 8,07
 SN = a1D1 + a2D2m2 + a3D3m3
 D*1 ≥ SN1 / a1 dan SN*1 = a1D1 ≥ SN1
 D*2 ≥ (SN2 – SN*1) / a2m2 dan SN*1 + SN*2 ≥ SN2
 D*3 ≥ [SN3 – (SN*1 + SN*2) / a3m3]
di mana :

32
9. Kecukupan Struktur relatif thd
Pd T-01-2002-B (2)
• a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bhn perkerasan
• D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan (dalam
inch)
• m2, m3 = koefisien drainase
• W18 = perkiraan jumlah beban sumbu standar ekivalen
18kip
• ZR = deviasi normal standar
• SO = gabungan standard error untuk perkiraan lalu
lintas dan kinerja
• SN = Structural Number atau Indeks Tebal Perkerasan
(dalam inch)
• ∆IP = selisih antara initial design serviceability index
(IPo) dan design terminal index, (IPt)
• MR = Modulus Resilien

33
9. Kecukupan Struktur relatif thd
Pd T-01-2002-B (3)
– DEFAULT PARAMETER
 Realiabilitas (R) = 95%
 Nilai Penyimpangan Normal Standar (ZR) = - 1,645
 Deviasi Standar (So) = 0,4
 Koefisien Drainase (mi) = 1,0
 Selisih Indeks Permukaan Awal & Akhir (∆IP) = 4,2 –
2,5 = 1,7
 Koefisien Kekuatan Relatif (a) :
• a1 untuk AC= 0,31
• a2 untuk Kelas A (CBR 90%) = 0,138
• a3 untuk Kelas B (CBR 60%) = 0,127
• Hasil mana yang digunakan ?
– Diperlukan Engineering Adjustment

34
10. Standar Drainase Bawah
Permukaan (1)
• Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi:
– Seluruh lapis sub base harus dapat mengalirkan air.
– Pelebaran harus menjamin tersedianya drainase dari
lapisan berbutir terbawah pada perkerasan eksisting
– Lihat Gbr 3, sub-base lebih rendah dari permukaan
tanah maka drainase bawah permukaan diperlukan &
ditempatkan di samping saluran U dng suling-suling
– Lihat Gbr 4, berm > 500mm (Gbr tertulis > 500m),
drainase dari sub-base ke saluran bawah permukaan
– Lihat Bgr 5, berm > 500mm maka “m” = 0,7, jika berm
≤ 500mm maka “m” = 0,9
– Lihat Gbr 6, muka air tanah ≤ 60 cm dari permukaan
tanah dasar maka tebal setiap lapisan berbutir
disesuaikan dengan faktor “m” (diambil 0,4)
– Faktor “m” (koefisien drainase) diadopsi dari AASHTO

35
Koefisien Drainase
 Kualitas Drainase : hilangnya kadar air dari
struktur perkerasan, AASHO Road Test dalam 1
minggu
 Nilai-nilai untuk memodifikasi koefisien kekuatan
relatif untuk material base dan subbase tanpa
pengikat pada perkerasan lentur (mi) : tergantung
dari “% waktu struktur perkerasan terekpos oleh
tingkat kadar air yang mendekati jenuh (selama
setahun)”
Kualitas Drainase Air Hilang dalam
Baik sekali 2 jam
Baik 1 hari
Sedang 1 minggu
Jelek 1 bulan
Jelek sekali Air tidak akan mengalir
36
Nilai-nilai untuk memodifikasi koefisien kekuatan
relatif untuk material base dan subbase tanpa
pengikat pada perkerasan lentur

% waktu struktur perkerasan terekpos oleh


Kualitas tingkat kadar air yang mendekati jenuh
Drainase
<1% 1–5% 5 – 25 % > 25 %
Baik sekali 1,40 – 1,30 1,35 – 1,30 1,30 – 1,20 1,20
Baik 1,35 – 1,25 1,25 – 1,15 1,15 – 1,00 1,00
Sedang 1,25 – 1,15 1,15 – 1,05 1,00 – 0,80 0,80
Jelek 1,15 – 1,05 1,05 – 0,80 0,80 – 0,60 0,60
Jelek sekali 1,05 – 0,95 0,95 – 0,75 0,75 – 0,40 0,40

37
10. Standar Drainase Bawah
Permukaan (2)
 Kelandaian drainase bawah permukaan ≥ 0,5% & titik
kontrol pembuangan ≤ 60m
 Elevasi titik pembuangan drainase bawah permukaan
harus lebih tinggi dari muka air banjir rencana
 Koefisien drainase “m” > 1 tidak boleh digunakan
kecuali ada keyakinan bahwa kualitas pelaksanaan
yang disyaratkan dapat terpenuhi
 Jika koefisien drainase “m” < 1, maka tebal lapis
berbutir harus dinaikkan dengan rumus:
Tebal lapis berbutir desain = (tebal hasil dari bagan
desain) / “m”

38
.
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan nilai 'm' Detail Tipikal
nilai m yang sesuai) utk desain

Jalur Lalu Lintas Bahu

1. Galian dengan drainase sub soil, 1.2


terdrainase sempurna
(keluaran drainase sub soil
selalu diatas muka banjir Lapis Pondasi agregat kelas B
Drainase
sub soil

Jalur Lalu Lintas Bahu

2. Timbunan dg lapis pondasi bawah 1.2


menerus sampai bahu (day-lighting)
Geotekstil
(tidak terkena banjir)

Aggregate base B

Jalur Lalu Lintas Bahu

3. Diatas permukaan tanah dengan


drainase sub soil, medan datar 1.0 Drainase
Terkadang drainase sub soil dibawah sub soil
Lapis Pondasi agregat kelas B

4. Timbunan dengan tepi permeabilitas Jalur Lalu Lintas Bahu


rendah dan lapis pondasi bawah
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
500 m. solusi alternatif dengan drai- 39
3. Diatas permukaan tanah dengan
drainase sub soil, medan datar 1.0 Drainase
Terkadang drainase sub soil dibawah sub soil
Kondisi Lapangan Lapis Pondasi agregat kelas B
(digunakan untuk pemilihan nilai 'm' Detail Tipikal
nilai m yang sesuai) utk desain

.
4. Timbunan dengan tepi permeabilitas Jalur Lalu Lintas Bahu
Bahu
rendah dan lapis pondasi bawah
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
500 m. solusi alternatif dengan drai-
1.nase
Galian dengan dari
melintang drainase sub soil,
sub base pada 0.9
1.2
jarak terdrainase
< 10 m atausempurna
pada titik terendah.
(keluaran drainase sub soil
selalu diatas muka banjir LapisPondasi
Lapis Pondasiagregat
agregatkelas
kelasBB
Geotekstil
Drainase
sub soil
Tepi dengan permeabilitas
rendah
Jalur Lalu Lintas Bahu >500
5. Galian, pada permukaan tanah, atau
2. timbunan
Timbunantanpa drainase
dg lapis pondasisubsoil
bawahdan 1.2
tepi dg permeabilitas rendah > 500mm Rounding
menerus sampai bahu (day-lighting)
0.7 Geotekstil
(tidak terkena banjir)

Aggregate
Lapis base
Pondasi B
agregat kelas B

Jalur Lalu Lintas Bahu


Jalur Lalu Lintas Bahu
6. Tanah dasar jenuh secara permanen
3. selama musim hujan
Diatas permukaan dan dengan
tanah tidak ter-
drainase sub soil,
alirkan. Tanpa titikmedan datar
keluar utk sistem 1.0 Drainase
0.4
Terkadang drainase sub soil dibawah sub soil
sub soil. Aturan lapis penutup Lapis Pondasi agregat kelas B Muka air tanah tinggi
capping juga berlaku. Agregat kelas B tanah dasar jenuh

4. Timbunan dengan tepi permeabilitas Jalur Lalu Lintas Bahu


rendah dan lapis pondasi bawah
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari 40
11. Kebutuhan Bahu Jalan
Berpenutup (1)
• Tebal Lapisan Berbutir:
– Tebal lapisan berbutir bahu harus sama dengan tebal
lapisan berbutir perkerasan untuk memudahkan
pelaksanaan
• Bahu Tanpa Pengikat (Kelas C):
– Tebal lapis permukaan bahu = tebal lapisan beraspal
jika tebalnya > 125 mm, jika tidak maka tebal lapis
permukaan bahu min. 125 mm
• Bahu Berpengikat:
– Jika terdapat kerb
– Gradien Jalan > 4%
– Sisi yg lebih tinggi pada tikungan bersuperelevasi
– LHRT > 10.000
– Jalan Tol atau Jalan Bebas Hambatan
– Dalam hal untuk lalu lintas sepeda motor

41
11. Kebutuhan Bahu Jalan
Berpenutup (2)
• Material bahu berpengikat dapat berupa:
– Penetrasi makadam
– Burda
– Beton aspal (AC)
– Beton
– Kombinasi dari tied shoulder beton 500 – 600 mm dan
bahu dengan pengikat aspal
• Lalu Lintas Desain untuk Bahu Berpengikat:
– Lalu lintas desain untuk bahu berpengikat ≥ 10% lalu
lintas desain untuk lajur jalan yg bersampingan atau
sama dng perkiraan lalu lintas yg akan menggunakan
bahu, diambil yg terbesar. Umumnya digunakan Burda
atau Penetrasi Makadam yg dilaksanakan dng baik

42

Anda mungkin juga menyukai