Anda di halaman 1dari 19

A.

PENDEKATAN SIKLUS DALAM PENGAUDITAN


Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah
laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar, sesuai dengan
prinsip akuntansi berlaku umum. Laporan keuangan merupakan kumpulan
rekening-rekening tertentu yang disajikan dengan cara tertentu pula. Untuk
memberikan pendapat tentang laporan keuangan secara keseluruhan, auditor harus
memeriksa seluruh rekening yang membentuk laporan keuangan yang
bersangkutan.
Auditor bisa mengatur urutan pengauditan rekening yang dipandang paling
efisien dan efektif dalam rangka memberi pendapat atas laporan keuangan secara
keseluruhan. Sehingga, auditor bisa membagi atau memecah laporan keuangan
dalam segmen-segmen atau komponen-komponen yang lebih kecil. Pembagian atau
pemecahan tersebut dimaksudkan agar audit lebih mudah dilaksanakan dan
pembagian tugas pada setiap staf audit menjadi lebih mudah dilakukan. Setiap
segmen diaudit secara terpisah, walaupun tidak sepenuhnya independen karena
audit atas suatu segmen seringkali berkaitan dengan segmen lain. Setelah audit atas
suatu segmen selesai dikerjakan, hasilnya digabung menjadi satu, dan selanjutnya
ditarik kesimpulan tentang laporan keuangan secara keseluruhan.
Pendekatan audit atas segmen-segmen bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Salah satu pendekatan yang dilakukan oleh auditor pada masa lalu adalah dengan
memperlakukan setiap pos (rekening) yan tercantum dalam laporan keuangan
sebagai segmen yang terpisah. Dalam pendekatan tersebut, rekening yang
mempunyai hubungan yang sangat erat sekalipun, akan diaudit secara terpisah.
Pendekatan semacam ini tidak efektif dan tidak efisien. Oleh karena itu, saat ini
pendekatan itu sudah banyak ditinggalkan dan digantikan dengan pendekatan yang
lebih terpadu yaitu pendekatan siklus.

1
B. PEMBAGIAN AUDIT BERDASARKAN PENDEKATAN SIKLUS
1. Audit atas Siklus Pendapatan
a. Sifat siklus Pendapatan
Siklus pendapatan (revenue sycle) perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas
yang berhubungan dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan
penagihan pendapatan dalam bentuk kas. Untuk perushaan barang dagang
kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus pendapatan adalah penjualan
kredit, penerimaan kas dan penyesuaian penjualan. Transaksi ini akan
mempengaruhi akun lainnya yaitu Harga Pokok Penjualan. Penjualan,
persediaan, dan kas, juga dipengaruhi dalam kelompok transaksi dalam siklus
lainnya.
Transaksi Pendapatan Debit Kredit
Piutang Usaha Penjualan
Penjualan Kredit
Harga Pokok Penjualan Persediaan
Kas
Penerimaan Kas Piutang Usaha
Diskon Penjualan
Retur Penjualan dan Retur Penjualan dan
Piutang Usaha
Pengurangan Harga Pengurangan Harga
Penyisihan Piutang Tak Penyisihan untuk
Beban Piutang Tak Tertagih
Tertagih Piutang Tak Tertagih
Penghapusan Piutang Tak Penyisihan untuk Piutang Tak
Piutang Usaha
Tertagih Tertagih

b. Tujuan Audit
Tujuan Audit untuk siklus pendapatan berkaitan dengan perolehan bukti
kompeten yang mencukupi tentang setiap asersi laporan keuangan yang
signifikan menyangkut saldo dan transaksi siklus pendapatan. Asersi tersebut
menunjukkan derajat asersi manajemen terhadap informasi keuangan yang
secara eksplisit dinyatakan dalam laporan keuangan. Untuk dapat mencapai
tujuan audit yang spesifik ini, auditor dapat menggunakan berbagai bagian dari
perencanaan audit dan metode pengujian audit.
2. Audit atas Siklus Pengeluaran
Transaksi besar yang membentuk siklus pengeluaran dalam perusahaan terdiri
dari transaksi pembelian transaksi pengeluaran kas.

2
a. Tujuan Audit Terhadap Siklus Pengeluaran
1) Keberadaan atau keterjadian
2) Kelengkapan
3) Hak dan Kewajiban
4) Penyajian dan Pengungkapan
b. Perancangan Program Audit Untuk Pengujian Pengendalian Terhadap
Siklus Pengeluaran
1) Pemahaman sistem informasi akuntansi untuk pelaksanaan transaksi
pembelian dan pengeluaran kas.
2) Penentuan kemungkinan salah saji dalam setiap tahap pelaksanaan transaksi
pembelian dan pengeluaran kas.
3) Penentuan aktivitas pengendalian yang diperlukan untuk mendeteksi dan
mencegah salah saji dalam setiap tahap pelaksanaan transaksi pembelian dan
pengeluaran kas. Penentuan prosedur audit untuk mendeteksi efektivitas
aktivitas pengendalian.
4) Penyusunan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap transaksi
pembelian dan pengeluaran kas.
c. Perancangan Program Audit Untuk Pengujian Pengendalian Transaksi
Pembelian
Fungsi yang terkait:
1) Fungsi gudang, bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan
pembelian sesuai dengan posisi sediaan yang ada di gudang dan untuk
menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan.
2) Fungsi pembelian, bertanggung jawab untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam
pengadaan barang, dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok
yang dipilih.
3) Fungsi penerimaan barang, bertanggung jawab melakukan pemeriksaan
terhadap jenis, mutu, dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok,

3
bertanggung jawab menerima barang dari pembeli yang berasal dari
transaksi retur penjualan.
4) Fungsi pencatat utang, bertanggung jawab mencatat transaksi pembelian ke
dalam register bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen
sumber.
5) Fungsi akuntansi biaya, bertanggung jawab mencatat kos sediaan barang
yang dibeli ke dalam buku pembantu sediaan, bertanggung jawab untuk
mencatat kos aktiva tetap yang dibeli ke dalam buku pembantu aktiva tetap.
Dokumen yang digunakan, dibagi menjadi 2 golongan yaitu sebagai berikut:
1) Dokumen sumber (source documents), yaitu dokumen yang dipakai sebagai
dasar pencatatan ke dalam catatan akuntansi. Dokumen sumber: bukti kas
keluar.
2) Dokumen pendukung (corroborating documents atau dokumen penguat),
yaitu dokumen yang membuktikan validitas terjadinya transaksi. Dokumen
pendukung: surat permintaan pembelian, surat permintaan otorisasi
investasi, surat permintaan otorisasi reparasi, surat permintaan penawaran
harga, surat order pembelian, laporan penerimaan barang, surat perubahan
order, faktur dari pemasok.
Catatan akuntansi yang digunakan yaitu register bukti kas keluar (voucher
register), jurnal pembelian, buku pembantu utang, dan buku pembantu sediaan.

d. Perancangan Program Audit Untuk Pengujian Pengendalian Transaksi


Pengeluaran Kas

Fungsi yang terkait yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas.


2) Fungsi pencatat utang.
3) Fungsi keuangan, bertanggung jawab mengisi cek, memintakan otorisasi
atas cek, mengirimkan cek kepada kreditur via pos atau membayarkan
langsung kepada kreditur.

4
4) Fungsi akuntansi biaya.
5) Fungsi akuntansi umum, bertanggung jawab atas pencatatan transaksi
pengeluaran kas dalam jurnal pengeluaran kas atau register cek.
6) Fungsi audit intern, bertanggung jawab melakukan penghitungan kas secara
periodik dan mencocokkan hasil penghitungannya dengan saldo kas menurut
catatan akuntansi, bertanggung jawab melakukan pemeriksaan secara
mendadak terhadap saldo kas yang ada di tangan dan membuat rekonsiliasi
bank secara periodik.

Dokumen yang digunakan yaitu dokumen sumber yaitu bukti kas keluar dan
dokumen pendukung yaitu permintaan cek, kuitansi, cek. Catatan akuntansi
yang digunakan register cek (check register) dan buku besar (general ledger).
3. Audit Siklus Produksi Dan Jasa Personel
1) Merencanakan Audit Atas Siklus Produksi
Siklus produksi berhubungan dengan konversi bahan baku menjadi bahan jadi.
Siklus ini meliputi perencanaan serta pengendalian produksi dari jenis-jenis dan
kuantitas barang yang akan diproduksi, tingkat persediaan yang akan
dipertahankan , serta transaksi dan peristiwa yang berkaitan dengan proses
pabrikasi.
Siklus produksi saling berkaitan dengan tiga siklus lain yaitu :
a) Siklus pengeluaran dalam pembelian bahan baku dan pembayaran berbagai
biaya overhead
b) Siklus jasa personalia dalam pembayaran biaya tenaga kerja pabrik
c) Siklus pendapatan dalam penjualan barang jadi
a. Menggunakan Pemahaman Tentang Bisnis Dan Industri Untuk
Mengembangkan Strategi Audit
Pemahaman tentang bisnis dan industri klien akan membantu auditor dalam
merancang program audit yang efektif dan efisien. Bagi banyak perusahaan
persediaan pabrikasi merupakan proses inti, dan kemampuan entitas itu untuk
menghasilkan laba serta arus kas akan tergantung pada seberapa baik proses

5
pabrikasi ini dikelola. Bagi banya perusahaan distribusi dan eceran , manajemen
persediaan merupakan hal yang penting untuk mencapai keberhasilan.
b. Materialitas, Risiko Inheren, Dan Prosedur Analitis
1) Materialitas
Alokasi materialitas ke akun-akun yang dipengaruhi oleh transaksi dalam
siklus ini akan bervariasi menurut pertimbangan. Petimbangan utama dalam
mengevaluasi alokasi materialitas adalah penentuan besarnya salah saji yang
akan mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang berakal
sehat.
2) Risiko Inheren
Risiko inheren dari terjadinya salah saji dalam laporan keuangan yang
disebabkan oleh transaksi persediaan pada jaringan hotel atau distrik sekolah
relatif rendah, karena persediaan bukan merupakan bagian yang material dari
proses inti entitas itu.
3) Prosedur Analitis
Prosedur analitis adalah prosedur yang murah dari segi biaya dan dapat
membuat auditor waspada terhadap potensi terjadinya salah saji. Seperti
disebutkan, jika laporan keuangan yang disajikan untuk audit
memperlihatkan kecenderungan naiknya marjin laba yang disertai dengan
naiknya jumlah hari perputaran persediaan, maka persediaan mungkin telah
ditetapkan terlalu tinggi.
c. Aktivitas Pengendalian – Transaksi Pabrikasi
Komponen aktivitas pengendalian dalam pengendalian internal terdiri atas
empat kategori aktivitas:
1) Pemisahan tugas , pengendalian umum, dan pengendalian aplikasi
2) Pengendalian pemrosesan informasi yang mencakup otorisasi yang tepat
3) Pengendalian fisik
4) Penelaah kinerja dan akuntabilitas.
d. Fungsi-Fungsi Dan Pengendalian Terkait

6
Pelaksanaan dan pencatatan transaksi pabrikasi serta pengamanan persediaan
melibatkan fungsi-fungsi pabrikasi berikut ini :
1) Memulai produksi
2) Memindahkan barang
3) Mencatat transaksi pabrikasi dan persediaan
e. Pengujian Substantif Atas Saldo Persediaan
Bagian ini berhubungan dengan pengujian substatntif atas presediaan barang
dagang yang dibeli dan disimpan oleh pedagang grosir serta eceran dan juga
persediaan bahan baku, barang dalam proses, serta barang jadi yang dimiliki
pabrikan. Audit atas saldo persediaan memerlukan perencanaan yang cermat
dan investasi waktu, biaya , dan upaya audit yang sangat substansila. Guna
memastikan bahwa pemeriksaan ini efisien dan efektif dalam mendapatkan
bukti kompeten yang mencukupi , harus dipertimbangkan secara cermat
penentuan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima dan perancangan
pengujian substantif yang sesuai untuk asersi-asersi persediaan.
f. Jasa-Jasa Bernilai Tambah Dalam Siklus Produksi
Manajemen persediaan merupakan proses inti yang harus dikelola dengan
baik oleh setiap perusahaan pabrikasi, pedagang grosir, serta pengecer agar
dapat mencapai tujuan profitabilitas dan arus kas.
Lebih jauh lagi, prosedur analitis yang ditempuh auditor akan membahas
efektivitas proses manajemen persediaan. Biasanya auditor akan mengevaluasi
perputaran persediaan suatu usaha entitas. Jika peringkat klien mendekati
tingkat paling bawah dalam industrinya, maka akuntan publik biasanya akan
coba membahas masalah bagaiman klien dapat memperbaiki proses manajemen
persediaannya.
2) Merencanakan Audit Atas Siklus Jasa Personalia
Siklus jasa personalia, suatu entitas menyangkut perstiwa dan aktivitas yang
berhubungan dengan kompensasi eksekutif serta karyawan. Jenis-jenis
kompensasi ini meliputi gaji, upah per jam dan insenstif ( borongan ), komisi,
bonus, opsi saham, dan tunjangan karyawan ( misalnya asuransi kesehatan dan

7
uang cuti ). Kelompok transaksi yang utama dalam siklus ini adalah transaksi
penggajian.
a. Menggunakan Pemahaman Tentang Bisnis Dan Industri Untuk
Mengembangkan Strategi Audit
Waktu dan upaya audit yang dicurahkan untuk siklus jasa personalia akan
bervariasi dari satu industri ke industri lainnya. Audit jasa personalia
merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan audit atas sebuah sekolah,
karena 80% hingga 90% dari anggaran tahunannya mungkin dihabiskan untuk
jasa dan tunjangan personalia.

b. Materialitas, Risiko Inheren, Dan Prosedur Analitis


1) Materialitas
Untuk perusahaan perangkat lunak dan perusahaan jasa seperti bank,
perusahaan asuransi dan kantor profesional, jasa personalia merupakan
beban utama. Untuk sekolah, jasa personalia mungkin menjadi pengeluaran
yang utama.
2) Risiko Inheren
Auditor jarang memperhatikan asersi kelengkapan dalam siklus gaji dan
upah karena sebagian besar karyawan akan segera menuntut majikan mereka
jika tidak dibayar. Akan tetapi, penipuan gaji dan upah (keberadaan atau
keterjadian) telah menjadi perhatian utama auditor.Oleh karena itu, risiko
inheren mungkin tinggi untuk asersi eksistensi / keberadaan atau keterjadian
, penilaian atau alokasi, serta penyajian dan pengungkapan.
3) Prosedur Analitis
Auditor biasanya akan melakukan prosedur analitis ketika memulai audit
atas siklus jasa personalia karena prosedur ini efektif dari segi biaya.

8
Prosedur analitis berguna dalam mengidentifikasi potensi kecurangan seperti
apabila gaji dan upah kotor per karyawan melebihi ekspektasi auditor.
c. Aktivitas Pengendalian – Transaksi Penggajian
Fungsi-Fungsi Dan Pengendalian Terkait
Pemrosesan transaksi penggajian melibatkan fungsi-fungsi penggajian berikut
ini :
1) Memulai transaksi penggajian yang mencukupi
2) Penerimaan jasa
3) Pencatatan transaksi penggajian yang mencakup
4) Pembayaran gaji dan upah yang mencakup
5) Membayar gaji dan upah serta menjaga upah yang belum diambil
6) Menyerahkan SPT pajak gaji dan upah
d. Pengujian Substantif Atas Saldo Gaji Dan Upah
Pengujia substantif atas saldo gaji dan upah biasanya dilaksanakan pada atau
menjelang tanggal neraca. Saldo-saldo tersebut mencakup kewajiban akrual
untuk gaji, upah, komisi, bonus, tunjangan karyawan , dan pajak gaji dan upah,
serta akun-akun beban yang terkait.
e. Menentukan Risiko Deteksi
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya risiko inheren untuk asersi
eksistensi atau keterjadian serta penilaian atau alokasi yang berkaitan dengan
transaksi penggajian telah disebutkan sebelumnya. Akan tetapi, bukti tentang
keefektivan pengendalian atas risiko-risiko ini dalam banyak kasus akan
memungkinkan penilaian risiko pengendalian yang rendah, sehingga
menghasilkan tingkat risiko deteksi yang sedang atau tinggi untuk sebagian
besar atau seluruh asersi gaji dan upah.
f. Merancang Pengujian Substantif
Auditor tidak mengkonfirmasi kewajiban gaji dan upah. Sementara prosedur
analitis sudah dibahas sebelumnya dalam bab ini. Apabila tidak terungkap
fluktuasi yang tidak diduga oleh prosedur ini, auditor sudah memperoleh bukti
yang mendukung tujuan audit yang berkaitan dengan asersi

9
eksistensi/keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, serta penilaian atau
alokasi. Penjelasan kami tentang pengujian substantif yang spesifik atas saldo-
saldo gaji dan upah dibatasi pada prosedur-prosedur berikut ini :
1) Menghitung kembali kewajiban gaji dan upah akrual
Bagi banyak perusahaan perlu dibuat berbagai macam akun akrual pada
tanggal neraca sebesar jumlah yang terutang kepada pajabat dan karyawan
untuk gaji dan upah, komisi, bonus, uang cuti, dsb, serta sebesar jumlah yang
terutang kepada badan-badan pemerintah untuk pajak-pajak gaji dan upah
2) Mengaudit tunjangan karyawan dan program pension
Banyak perusahaan menawarkan tunjangan pensiun dan pasca pensiun yang
signifikan kepada para karyawan. Sejumlah perusahaan pabrikasi telah
memiliki program pensiun dengan tunjangan pasti yang menghadirkan
masalah yang signifikan dalam hal pengukuran beban pensiun, serta
engungkapan pensiun.
3) Mengaudit Opsi saham dan hak apresiasi saham
Salah satu bentuk kompensasi karyawan yang umum bagi banyak
perusahaan menyangkut penggunaan opsi saham. Auditor harus
menentukan:
a) Jenis program kompensasi insentif yang digunakan untuk memberikan
kompensasi yang diberikan kepada karyawan atau pejabat.
b) Bagaimana beban kompensasi ditentukan dan bagaimana beban
kompensasi dialokasikan ke berbagai periode akuntansi.
c) Kecukupan pengungkapan yang berkaitan dengan program kompensasi
insentif
Dalam hal akuntansi untuk beban kompensasi, sebagian besar
perusahaan menyusun program opsi sahamnya untuk memenuhi
persyaratan APB No. 25, sehingga mereka dapat menggunakan
pendekatan nilai intrinsik dan tidak melaporkan beban kompensasi
yang berkaitan dengan penggunaan opsi saham

10
4) Memverifikasi kompensasi pejabat
Kompensasi pejabat sangat sensitif terhadap audit karena dua alasan yaitu
pengungkapan kompensasi pejabat secara terpisah disyaratkan dalam
laporan 10-K yang disrehkan perusahaan terbuka kepada SEC, dan para
pejabat mungkin bisa menghindari pengendalian dan menerima gaji, bonus,
opsi saham, serta bentuk kompensasi lainnya yang melebihi jumlah yang
diotorisasi. Karena alasan-alasan ini , otorisasi dewan direksi untuk gaji
pejabat dan bentuk kompensasi lainnya harus dibandingkan dengan jumlah
yang tercatat. Pengujian ini berhubungan dengan tujuan yang berkaitan
dengan setiap kategori asersi.
g. Jasa Bernilai Tambah Dalam Siklus Jasa Personalia
Pada saat mengaudit beban dan profitabilitas seorang akuntan publik akan
sering mengevaluasi statistik produktivitas karyawan. Apabila karyawan bisa
lebih produktif , maka perusahaan kerap kali mencapai profitabilitas yang lebih
baik dalam industri. Bagi organisasi jasa , merupakan hal yang penting untuk
memiliki cara mengevaluasi produktivitas karyawan ( seringkali produktivitas
karyawan dalam tim atau departemen ). Para akuntan publik, biasanya memiliki
keterampilan dalam mengembangkan cara agar pusat-pusat
pertanggungjawaban bertanggungjawab atas penggunaan sumber daya mereka
– dalam hal ini sumber daya gaji dan upah. Akuntan publik dapat membantu
klien dengan:
1) Menyarankan ukuran produktivitas karyawan yang tepat atau
2) Mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat diambil klien untuk
meningkatkan produktivitas karyawan.
4. Pengauditan Siklus Perolehan Modal dan Pengembaliannya
a. Karakteristik siklus perolehan modal dan pengembaliannya

1) Hanya relatif sedikit transaksi yang mempengaruhi saldo-saldo akun, tetapi


setiap transaksi seringkali sangat material. Contohnya perusahan jarang

11
menerbitkan instrument obligasi, tetapi begitu obligasi diterbitkan,
nominalnya biasanya material.
2) Kesalahan penyajian atau penghilangan satu transaksi saja bisa material.
3) Terdapat hubungan hukum antara entitas klien dengan pemegang saham,
obligasi, atau dokumen lain serupa.
4) Terdapat hubungan langsung antara akun bunga dan dividen dengan
kewajiban dan ekuitas.
b. Akun-Akun yang Terkait
Akun-akun dalam siklus perolehan modal dan pengembaliannya tergantung
pada tipe operasi bisnis perusahaan. Semua perseroan memiliki modal saham
dan laba ditahan, tetapi hanya sedikit yang memiliki saham preferen, agio
saham, dan saham dibeli kembali (treasury stock). Karakteristik yang unik dari
siklus perolehan modal dan pengembaliannya mempengaruhi bagaimana
auditor memeriksa akun-akun dalam siklus ini. Siklus ini biasanya mencakup
akun-akun dibawah ini:

a Utang wesel j Kas di bank


b Utang kontrak k Modal saham biasa
c Utang hipotik l Modal saham preferen
d Utang obligasi m Agio saham
e Beban bunga n Modal sumbangan
f Utang bunga o Laba ditahan
g Laba ditahan p Utang deviden
disisihkan q Modal pemilik (perorangan)
h Saham dibeli r Modal sekutu(persekutuan)
kembali
i Dividen diumumkan
Dalam hal ini agar dapat memahami dengan baik prosedur audit untuk
banyak akun dalam siklus perolehan modal dan pengembaliannya, sejumlah
akun terpilih yang merupakan bagian signifikan dari siklus ini pada umumnya,

12
yaitu: (1) Pengauditan utang wesel dan beban bunga, dan (2) Pengauditan
modal saham biasa, agio saham biasa, dan laba ditahan.

c. Pengauditan Atas Utang Wesel Dan Beban Bunga


Tujuan pengauditan atas utang wesel adalah untuk menentukan apakah:

1) Pengengendalian internal atau utang wesel memadai.


2) Transaksi yang menyangkut pokok pinjaman dan bunga wesel telah
diotorisasi dengan benar dan telah dicatat sesuai dengan keenam tujuan audit
transaksi.
3) Kewajiban untuk utang wesel dan bunga yang bersangkutan serta utang
bunga telah ditetapkan dengan benar sebagaimana dirumuskan dalam
kedelapan tujuan audit saldo.
4) Pengungkapan yang berkaitan dengan utang wesel dan bunga wesel terkait
memenuhi keempat tujuan audit penyajian dan pengungkapan.

d. Pengauditan Modal Saham Dan Agio Saham


Empat hal perhatian utama auditor dalam pengauditan modal saham dan agio
saham :

1) Transaksi yang terjadi telah dibukukan (tujuan transaksi kelengkapan).


2) Transaksi modal saham terbukukan sungguh-sungguh terjadi dan telah
dicatat dengan tepat (tujuan audit transaksi keterjadian dan ketelitian.
3) Modal saham telah dicatat dengan akurat (tujuan audit saldo ketelitian).
4) Modal saham telah disajikan dan diungkapkan dengan tepat (keempat tujuan
penyajian dan pengungkapan).

5. Pengauditan Saldo Kas dan Instrumen Keuangan


a. Pengauditan Atas Saldo Kas
Saldo kas meliputi penerimaan ditangan yang belum disetor, kas di bank,
pada rekening giro umum dan rekening tabungan, serta akun impres seperti kas
kecil dan rekening di bank untuk gaji.

13
1) Hubungan Saldo Kas dengan Siklus Transaksi
Lima siklus transaksi berhubungan langsung dengan saldo kas umum,
kelima siklus itu adalah:

a Siklus pendapatan.
b Siklus pengeluaran.
c Siklus pembiayaan.
d Siklus investasi.
e Siklus jasa personalia.

14
2) Pengujian Substantif Atas Saldo Kas
Istilah saldo kas hanya mengacu pada kas yang ditahan dan di bank, bukan termasuk kas
kecil dan dana imprest lainnya. Adapun tahapannya, meliputi:

1) Menentukan Risiko Deteksi


Risiko inheren biasanya tinggi karena kerawanan kas terhadap penyalahgunaan.
Model risiko audit atau matriks risiko kemudian dapat digunakan untuk menentukan
tingkat risiko deteksi yang dapat diterima atas setiap asersi saldo kas.
2) Merancang Pengujian Substantif
1. Prosedur Awal, sebelum membahas pengujian yang terinci atas saldo kas, auditor
harus memastikan bahwa dia telah memperoleh pemahaman tentang bisnis entitas
dan pentingnya saldo kas bagi entitas tersebut.
2. Prosedur Analitis, efektivitas prosedur analitis dapat mengurangi jumlah bukti
yang diperlukan dari pengujian substantif lainnya dibandingkan dengan yang
dibutuhkan apabila datanya tidak sesuai dengan pengharapan yang dikembangkan
dari anggaran atau peramalan kas, atau kebijakan perusahaan mengenai investasi
kelebihan kas.
3. Pengujian Rincian Transaksi, beberapa pengujian substantif atas rincian transaksi
melibatkan penelusuran (tracing) dan vouching transaksi penerimaan kas serta
pengeluaran kas yang biasanya dilakukan bersamaan dengan pengujian
pengendalian sebagai pengujian bertujuan ganda.
4. Melaksanakan Pengujian Pisah-Batas Kas, pisah-batas yang tepat atas penerimaan
dan pengeluaran kas pada akhir tahun sangat penting bagi kelayakan laporan kas
pada tanggal neraca. Pengujian pisah-batas kas terutama ditujukan pada asersi
laporan keuangan, yaitu eksistensi atau kejadian dan kelengkapan.
5. Menelusuri Transfer Bank, seorang auditor memerlukan bukti tentang keabsahan
transfer bank. Bukti ini diperoleh dengan menyiapkan jadwal transfer bank (Bank
Transfer Schedule). Penelusuran transfer bank akan memberikan bukti yang dapat
diandalkan mengenai asersi eksistensi atau kejadian dan kelengkapan.
6. Pengujian Rincian Saldo, terdapat lima pengujian substantif yang biasa digunakan
untuk saldo kas dalam kategori ini, yaitu diantaranya:
a) Menghitung Kas di Tangan

15
b) Mengkonfirmasi saldo kas dan pinjaman di bank
c) Melakukan scan, mengulas kembali atau menyiapkan rekonsiliasi bank.
d) Mendapatkan dan menggunakan laporan pisah-batas bank.
b. Pengauditan Atas Akun Instrumen Keuangan
Dalam menguji saldo akhir tahun instrumen keuangan, auditor harus mengumpulkan
bukti yang cukup dan tepat untuk mengevaluasi apakah akun instrumen keuangan disajikan
secara wajar dan diungkapkan secara layak sesuai dengan ke delapan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo yang digunakan dalam pengujian ats rincian saldo.
1) Metodologi untuk Mengaudit Instrumen Keuangan Akhir Tahun

a Mengidentifikasi risiko klien yang mempengaruhi instrumen keuangan (Tahap I)


Resiko bisnis yang terkait dengan instrumen keuangan akan bervariasi tergantung pada
signifikasi dan agresivitas investasi perusahaan.
b Menetapkan materialitas kinerja dan menilai resiko inheren (Tahap I)
Saldo akun istrumen keuangan mungkin bersifat material tergantung pada jenis
dan frekuensi aktivitas investasi. Faktor faktor yang memepengaruhi resiko inheren atas
instrumen keuangan meliputi tujuan manajemen terkait dengan aktivitas investasi,
kompleksitas sekuritas atau derivative, pengalaman sebelumnya perusahaan dengan
investasi tertentu serta kompleksitas satandar akuntansi yang relevan.
c Menilai resiko pengendalian (Tahap I)
Auditor memahami efektivitas perancangan dan pengoperasian pengendalian internal
menyangkut inisiasi, otorisasi, pemrosesan, pengukuran nilai wajar dan pengungkapan
aktivitas operasi.
d Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas
transaksi
Pengujian transaksi yang akan dilakukan terkait dengan instrument keuangan meliputi
pengujian pembelian dan penjualan sekuritas serta derivatif atau penyelesaian transaksi
hedging atau lindung nilai, keuntungan atau kerugian yang terkait, serta bunga dan
pendapatan deviden.
e Merancang dan melaksanakan prosedur anaitis (Tahap II)

16
Prosedur analitis biasanya tidak begitu penting dalam menilai saldo akhir tahun
instrument keuangan karena saldo tersebut dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun dan
tidak selalu terkait dengan akun lainya.
f Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Intrumen Keuangan (Tahap III)
Titik awal pengujian saldo akhir akun instrumen keuangan adalah mendapatkan jadwal
aktivitas investasi selama tahun berjalan. Jadwal aktivitas investasi akan meliputi saldo
awal, pembelian dan penjualan instrumen keuangan serta keuntungan dan kerugian
terkait, saldo akhir tahun yang dicatat pada nilai pasar wajar atau nilai lain konsisten
dengan standar akuntansi.

C. HUBUNGAN ANTARSIKLUS

Gambar di atas menunjukkan hubungan antarsiklus yang tidak mempunyai awal atau akhir,
kecuali pada awal pendirian dan pembubaran perusahaan. Aktivitas perusahaan dimulai dengan
perolehan modal yang biasanya dalam bentuk kas. Dalam perusahaan manufaktur, kas
digunakan untuk membeli bahan baku, aktiva tetap, dan barang serta jasa lain guna
menghasilkan persediaan barang jadi (siklus pengeluaran). Produksi dan penggajian sebenarnya
serupa sifatnya dengan siklus pengeluaran, tetapi fungsinya cukup berbeda sehingga
diperlakukan sebagai siklus tersendiri (siklus produksi dan personalia). Kemudian, persediaan
barang jadi dijual, diikuti dengan penagihan dan pengumpulan kas (siklus pendapatan). Kas
yang diterima digunakan untuk membayar dividen dan bunga, serta untuk memulai lagi siklus
berikutnya. Dalam perusahaan jasa, terjadi hubungan antarsiklus yang hampir sama dengan
perusahaan manufaktur, tetapi dalam perusahaan jasa tidak dijumpai persediaan dan mungkin
tidak ada penagihan piutang.

17
Siklus transaksi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu audit. Dalam
banyak hal, auditor memperlakukan setiap siklus secara terpisah selama audit berlangsung.
Meskipun auditor perlu secara cermat mengaitkan siklus-siklus berbeda pada waktu yang
berbeda, namun auditor harus memperlakukan siklus-siklus sedikit independen untuk dapat
melaksanakan audit yang kompleks secara efektif.

18
DAFTAR PUSTAKA

Marlina, Diniari. Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Pengendalian. Diakses pada
tanggal 16 September 2019 dari https://www.kompasiana.com

Jusup, Haryono. Al. 2011. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II. Yogyakarta: STIE

19

Anda mungkin juga menyukai