Anda di halaman 1dari 1

Frans terlibat dalam Konferensi Malino tahun 1946 yang membicarakan mengenai

pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua.


Ia mengusulkan nama Irian, kata dalam bahasa Biak yang berarti tempat yang panas.
Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua antara tahun 1964-1973;
Anggota MPR RI 1972; dan Anggota Hakim Tertinggi Dewan Pertimbangan Agung.
Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura.
Untuk mengenang jasanya, namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara Frans
Kaisiepo di Biak. Selain itu, namanya juga diabadikan di salah satu KRI yaitu KRI
Frans Kaisiepo.
14 September 1993 mendapat gelar pahlawan nasional dan dianugerahkan Bintang Maha
Putera Adi Pradana Kelas Dua

Pada tanggal 19 Desember 2016, ia diabadikan dalam uang kertas Rupiah baru pada
pecahan Rp10.000,00

Biak termasuk wilayah Papua yang pertama berhasil membebaskan diri dari cengkeraman
Jepang pada 1944.

Ikut Republik Indonesia Anti Nederland

Pada tanggal 31 Agustus 1945 di Bosnik, Biak Timur dilangsungkan upacara pengibaran
Bendera Merah Putih yang di hadiri oleh para Tokoh Komite Indonesia Merdeka salah
satunya Frans Kaisiepo. Dalam upacara itu dinyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia
Raya.

Konferensi Malino adalah sebuah konferensi yang berlangsung pada tanggal 15 Juli -
25 Juli 1946 di Kota Malino, Sulawesi Selatan dengan tujuan membahas rencana
pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di Indonesia serta rencana
pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di Indonesia bagian Timur.

Dalam kerangka SEAC setelah Perang Dunia II, Australia menyerahkan kembali wilayah
Indonesia timur kepada Belanda pada 15 Juli 1946. Dengan demikian pemerintah
Belanda(NICA) mendapatkan kembali wilayah Indonesia timur de jure and de facto.
Segera setelah penyerahan ini, pemerintah NICA dipimpin oleh Letnan Gubernur
Jendral Van Mook mengadakan Konferensi Malino pada tanggal 15 Juli - 25 Juli 1946
[1] di Kota Malino, Sulawesi Selatan. Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15
daerah dari Kalimantan (Borneo) dan Timur Besar (De Groote Oost) dengan tujuan
membahas rencana pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di
Indonesia serta rencana pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di Indonesia
bagian Timur.

Anda mungkin juga menyukai