Anda di halaman 1dari 12

NOSOKOMIAL

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Penugasan

Dosen Pengampu : Ririn Nasriati, M.Kep

DISUSUN OLEH:

Kevin Setiawan

D3 KEPERAWATAN 1C

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

TAHUN 2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas Tuhan yang maha Esa atas limpahan rahmat
dan ridho-nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
“NOSOKOMIAL“ ini dengan tepat waktu. Saya menyusun makalah
ilmiah ini dengan semaksimal mungkin.

Saya berharap semoga makalah ini bisa memenuhi tugas


penugasan saya, dan untuk selanjutnya bisa memperbaiki makalah ini
agar lebih baik lagi. Karena kerterbatasan pengetahuan saya yakin
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami butuhkan.

Ponorogo,18 juli 2018

Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Infeksi nosokomial merupakan masalah serius dan salah satu penyebab
meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di
rumah sakit. Pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) memiliki
kecenderungan terkena infeksi nosokomial lebih besar dibandingkan pasien
di ruang rawat biasa. Infeksi nosokomial banyak terjadi di ICU pada kasus
pasca bedah dan kasus pemasangan infus serta kateter yang tidak sesuai
dengan prosedur standar pengendalian infeksi di rumah sakit. (Liza Salawati,
2012) Liza Salawati, Pengendalian Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka


kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit. Infeksi
nosokomial dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Oleh karena itu rumah sakit dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar
yang sudah ditentukan dan harus diterapkan oleh semua kalangan petugas
kesehatan. (Liza Salawati, 2012)

Rumah sakit adalah tempat untuk mencari kesembuhan tetapi bisa juga
merupakan sumber dari berbagai penyakit, yamg berasal dari penderita
maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat
hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai,
makanan, perabotan rumah sakit. (Caroline Tombokan, 2016)

Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh atau yang terjadi


dirumah sakit berkaitan dengan pemberian layanan kesehatan difasilitas
pelayanan kesehatan dan tindakan perawat diperlukan untuk mencegah
infeksi nosokomial dengan melakukan cuci tangan, menggunakan alat
pelindung, mengelola alat kesehatan, desinfeksi lokasi tindakan, melakukan
perawatan dan penutupan luka serta pengelolaan sampah. Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan tindakan perawat dalam pencegahan
infeksi nosokomial khususnya pada luka pasca bedah. Desain penelitian ini
deskriptif murni dengan sampel penelitian adalah perawat yang bekerja di
ruang RB 2A dan 2B RSUP H. Adam Malik Medan berjumlah sebanyak 44
orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan responden sudah bekerja
selama lebih dari tiga tahun yaitu 34 responden (77,3%) dengan tingkat
pendidikan responden terbanyak adalah D3 yaitu 21 responden (47,7%) dan
berpenghasilan yang lebih dari Rp. 1.500.000 ada 32 responden (72,2%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan perawat dalam pencegahan
infeksi nosokomial pada luka pasca bedah dalam katagori baik yaitu 44
orang (100%). Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya infeksi
dan peranan profesional perawat dalam pengendalian infeksi dan juga faktor
kebutuhan gizi pasien. (Rahmat Putra, 2012)
Cara penularan melalui tenaga perawat ditempatkan sebagai penyebab
yang paling utama infeksi nosokomial. Penularan melalui tangan perawat
dapat secara langsung karena tangan yang kurang bersih atau secara tidak
langsung melalui peralatan yang invasif. Dengan tindakan mencuci tangan
secara benar saja kejadian infeksi nosokomial dapat mencapai 50% apalagi
jika tidak mencuci tangan. Peralatan yang kurang steril, air yang
terkontaminasi kuman, cairan desinfektan yang mengandung kuman, sering
meningkatkan risiko infeksi nosokomial (Utje, 1993). Care Quality. National
Academies Press.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan infeksi nosokomial ?
2. Apa saja factor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosocomial?
3. Apa penyebab infeksi nosokonial?
4. Bagaimana proses penularan nosokonial?
5. Apakah tanda-tanda gejala nosokomial?
6. Apa dampak infeksi nosokomial?
7. Bagaimana pencegahan terjadinya infeksi nosokomial?

B. Tujuan
1. Apakah yang dimaksud dengan infeksi nosokomial ?
2. Apa saja factor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosocomial?
3. Apa penyebab infeksi nosokonial?
4. Bagaimana proses penularan nosokonial?
5. Apakah tanda-tanda gejala nosokomial?
6. Apa dampak infeksi nosokomial?
7. Bagaimana pencegahan terjadinya infeksi nosokomial?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit
adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit
melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut (Karen Adams
& Janet M. Corrigan, 2007). Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen
penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik (Karen Adams &
Janet M. Corrigan, 2003). Contoh penyebab terjadinya infeksi
nosokomial adalah apabila dokter atau suster merawat seorang
pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen
tertentu kemudian mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi
kontak (Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen,
2010).Selanjutnya, apabila suster atau dokter yang sama merawat
pasien lainnya, maka ada kemungkinan pasien lain dapat tertular
infeksi dari pasien sebelumnya
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau
cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun
sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di
rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang
itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial.
Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan
tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa
inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan
infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial (Harrison, 2011).
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita
maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme
yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke
tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection,
sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke
pasien lainnya (Soeparman, 2007).

B. Epidemiologi
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian
terbanyak di negaramiskin dan negara yang sedang berkembang karena
penyakit-penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian
yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7%dari 55 rumah
sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia
Tenggara danPasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial
dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0%.
Walaupun ilmu pengetahuan dan penelitian tentang mikrobiologi
meningkat pesat pada 3dekade terakhir dan sedikit demi sedikit resiko
infeksi dapat dicegah, tetapi semakinmeningkatnya pasien-pasien dengan
penyakit immunocompromised, bakteri yang resistenantibiotik, infeksi virus
dan jamur, dan prosedur invasif masih menyebabkan infeksi
nosokomialmenimbulkan kematian sebanyak 88.000 kasus setiap tahunnya
(Utama, 2006). Selain itu, jika kita bandingkan kuman yang ada di
masyarakat, mikroorganisme yang beradadi rumah sakit lebih berbahaya
dan lebih resisten terhadap obat. Oleh karena itu, diperlukanantibiotik yang
lebih poten atau suatu kombinasi antibiotik. Semua kondisi ini
dapatmeningkatkan resiko infeksi kepada pasien (Utama, 2006).

C. Faktor Penyebab perkembangan infeksi nosokomial


a. Agen infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama dirawat di
rumah sakit.Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini
tidak selalu menimbulkan gejalaklinis karena banyaknya faktor lain yang
dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.Kemungkinan terjadinya
infeksi tergantung pada:
1. karakteristik mikroorganisme
2. resistensi terhadap zat-zat antibiotika
3. tingkat virulensi, dan
4. banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat
menyebabkaninfeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan
oleh mikroorganisme yang didapat dari oranglain (cross infection) atau
disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenousinfection).
Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena
faktoreksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan
udara dan benda atau bahan- bahan yang tidak steril. Penyakit yang
didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkanoleh
mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang
sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal
(Utama, 2006).
b. Respon dan toleransi tubuh pasienFaktor terpenting yang
mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam halini
adalah:
1. Usia
2. status imunitas penderita
3. penyakit yang diderita
4. Obesitas dan malnutrisi
5. Orang yang menggunakan obat-obatan
6. imunosupresan dan steroid
7. Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan
terapi.
Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi
tubuh terhadap infeksikondisi ini lebih diperberat bila penderita
menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia,leukemia, diabetes
mellitus, gagal ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini
akanmeningkatkan toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman yang
semula bersifat opportunistik.Obat-obatan yang bersifat
immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh terhadap
infeksi.Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti
biopsi, endoskopi, kateterisasi,intubasi dan tindakan pembedahan juga
meningkatkan resiko infeksi (Utama, 2006).
c. Infeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung
Infeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak
langsung dengan penyebabinfeksi. Penularan infeksi ini dapat melalui
tangan, kulit dan baju, seperti golongan staphylococcus aureus. Dapat
juga melalui cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik,hepatitis
dan HIV. Peralatan dan instrumen kedokteran. Makanan yang tidak
steril, tidak dimasakdan diambil menggunakan tangan yang
menyebabkan terjadinya infeksi silang.
d. Resistensi antibiotika

Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara


tahun 1950-1970, banyak penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat
diterapi dan disembuhkan. Bagaimana pun juga, keberhasilan ini
menyebabkan penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan dari
antibiotika.Banyak mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten.
Meningkatnya resistensi bakteri dapatmeningkatkan angka mortalitas
terutama terhadap pasien yang immunocompromised. Resitensidari bakteri
ditransmisikan antar pasien dan faktor resistensinya dipindahkan antara
bakteri.Penggunaan antibiotika yang terus-menerus ini justru meningkatkan
multiplikasi dan penyebaranstrain yang resisten. Penyebab utamanya
karena:
1. Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol
2. Dosis antibiotika yang tidak optimal
3. Terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu
singkat
4. Kesalahan diagnosa (Utama, 2006)
Banyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan
perubahan dari gen yang resistenterhadap antibiotika
mengakibatkan timbulnya multiresistensi kuman terhadap obat-
obatantersebut. Penggunaan antibiotika secara besar-besaran
untuk terapi dan profilaksis adalah faktorutama terjadinya resistensi.
Banyak strain dari pneumococci, staphylococci, enterococci, dan
tuberculosis telah resisten terhadap banyak antibiotika, begitu juga
klebsiella dan pseudomonasaeruginosa juga telah bersifat
multiresisten. Keadaan ini sangat nyata terjadi terutama di negara-
negara berkembang dimana antibiotika lini kedua belum ada atau
tidak tersedia.
Infeksi nosokomial sangat mempengaruhi angka morbiditas
dan mortalitas di rumah sakit,serta menjadi sangat penting karena
meningkatnya jumlah penderita yang dirawat, seringnyaimunitas
tubuh melemah karena sakit, pengobatan atau umur,
mikororganisme yang baru(mutasi), dan Meningkatnya resistensi
bakteri terhadap antibiotika.
e. Faktor alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial terutama disebabkan
infeksi dari kateterurin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi
kulit, infeksi dari luka operasi danseptikemia. Pemakaian infus dan
kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Di ruang penyakitdalam,
diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi
kanulasi intravena inidapat berupa gangguan mekanis, fisis dan
kimiawi. Komplikasi tersebut berupa:
1. Ekstravasasi infiltrat : cairan infus masuk ke jaringan sekitar
insersi kanula
2. Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya
tanpa dapat dideteksi adanyagangguan lain
3. Flebitis : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri
sepanjang vena
4. Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh
vena yang menghambat aliraninfus
5. Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme
dari bagian kanula yang adadalam pembuluh darah
6. Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen dari kanul
7. Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul
(Utama, 2006)
Beberapa faktor di bawah ini berperan dalam meningkatkan
komplikasi kanula intravenayaitu: jenis kateter, ukuran kateter,
pemasangan melalui venaseksi, kateter yang terpasang
lebihdari 72 jam, kateter yang dipasang pada tungkai bawah,
tidak mengindahkan prinsip anti sepsis,cairan infus yang
hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media
pertumbuhanmikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat
infus untuk pengaturan tetes obat, manipulasi

D. Proses Penularan Infeksi Nosokomial


1. Langsung
Antara pasien dan personel yang merawat atau menjaga pasien
2. Tidak langsung
a. obyek tidak bersemangat atau kondisi lemah
b. lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan
(Sebagai contoh perawatan luka pasca operasi)
c. penularan cara droplet infection di mana kuman dapat mencapai ke
udara (air borne)
d. Penularan melalui vektor, yaitu penularan melalui hewan atau
serangga yang membawa kuman

Selain itu penularan infeksi nosokomial yaitu :


1. Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak
tidak langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi
berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to
person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara fecal oral.
Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek
perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati
tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi
peralatan medis oleh mikroorganisme.
2. Penularan melalui Common Vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi
oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu
penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicleadalah darah/produk
darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.
3. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran
yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak
yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya
mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang
terlepas (staphylococcus) dan tuberculosis.
4. Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal.
Disebut penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan
secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh
vector misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.
Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh
vektor dan dapat terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasit
malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologis,
misalnya yersenia pestis pada ginjal (flea).

E. Tanda dan gejala Infeksi


1) Demam
2) bernapas cepat,
3) kebingungan mental,
4) tekanan darah rendah,
5) urine output menurun,
6) pasien dengan urinary tract infection mungkin ada rasa sakit ketika
kencing dan darah dalam air seni
7) sel darah putih tinggi
8) radang paru-paru mungkin termasuk kesulitan bernapas dan
ketidakmampuan untuk batuk.
9) infeksi : pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau
luka di sekitar bedah atau luka

F. Dampak Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial memberikan dampak sebagai berikut :
1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat
menyebabkan cacat yang permanen serta kematian.
2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS
yang tinggi.
3. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu
dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan
dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya, serta
tuntutan hukum.

G. Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial


Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa
rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan
kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen dari kotoran yang terlihat
pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk
membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi,
dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.
Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas
kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi
penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat
menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara
yang baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularan
tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas
penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk
mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit
dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.
Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan
pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan
toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan. Disinfektan akan membunuh
kuman dan mencegah penularan antar pasien. Disinfeksi yang dipakai
adalah:
1. Mempunyai kriteria membunuh kuman
2. Mempunyai efek sebagai detergen
3. Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan
protein.
4. Tidak sulit digunakan
5. Tidak mudah menguap
6. Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas
maupun pasien
7. Efektif
8. Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak

1. Perbaiki Ketahanan Tubuh


Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis,
ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses
fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik
patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik
komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam
saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh
orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu
diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan
ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. Dengan demikian
bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat
diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.
2. Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan
membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan
terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya
tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan
yang melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang
mempunyai resistensi rendah eperti leukimia dan pengguna obat
immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi
menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam
ruang isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup
dengan ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada
dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan
penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah
apa-apa selama mereka menderita penyakit yang sama.
Pencegahan Infeksi nosokomial yaitu dengan:
1. Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara
mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan
aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
2. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi
yang cukup, dan vaksinasi.
4. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasi
5. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.
Selain itu Pencegahan Infeksi nosokomial juga dengan menggunakan
Standar kewaspadaan terhadap infeksi, antara lain :
1. Cuci Tangan
1) Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan
bahan terkontaminasi.
2) Segera setelah melepas sarung tangan.
3) Di antara sentuhan dengan pasien.
2. Sarung Tangan
1) Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang
terkontaminasi.
2) Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka.
3. Masker, Kaca Mata, Masker Muka
Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung,
dan mulut saat kontak dengan darah dan cairan tubuh.
4. Baju Pelindung
1) Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh
2) Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat
berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
5. Kain
1) Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir
2) Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan
pasien

6. Peralatan Perawatan Pasien


a. Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah
kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah
kontaminasi pada pakaian dan lingkungan
b. Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali
7. Pembersihan Lingkungan
Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan
perlengkapan dalam ruang perawatan pasien

8. Instrumen Tajam
1) Hindari memasang kembali penutup jarum bekas
2) Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai
3) Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi
jarum bekas dengan tangan
4) Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus
tusukan
9. Resusitasi Pasien
Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain
untuk menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke
mulut
10. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang
pribadi / isolasi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika pasien di rawat
di rumah sakit infeksi ini dapat menular dari satu pasien ke pasien lainya serta
petugas medis,selain itu alat kesehatan yang di gunakan biasanya sebagai
media transmisi dalam segi penularan sebab biasanya kurang sterilnya alat
kesehatan tersebut.Infeksi ini disebabkan dari mikroorganisme yang ada
dalam tubuh manusia dan juga bakteri dari lingkungan rumah sakit.oleh karna
itu dengan pencegahan dan pengendalian terhadap infeksi ini dengan berbagai
cara mulai sterilisasi alat kesehatan,pemusnahan mikroorganisme yang
menjadi penyebabnya serta sanitasi lingkungan.
Saran
1. Sterilisasi alat kesehatan agar mengurangi dampak dari penularan infeksi
nosokomial.
2. Melakukan sanitasi lingkungan sekitar dengan baik dan benar,
3. Serta penanganan pasien infeksi sesuai dengan prosedur.

B. DAFTAR PUSTAKA

Liza Salawati, Pengendalian Infeksi Nosokomial

https://media.neliti.com/media/publications/61816-ID-none.pdf

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkk/article/view/196/0

Care Quality. National Academies Press.

https://www.academia.edu/6380424/MAKALAH_INFEKSI_NOSOKOMIAL

Anda mungkin juga menyukai