Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI EKSTRAKSI BAHAN ALAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknologi Ekstraksi Bahan Alam

Disusun oleh:
Kelompok 3 Golongan 3 Kelas C 2017

Michella Ekarista 17/414204/FA/11411


Muhammad Aditya Yogatama 17/414206/FA/11413
Nada Harashti 17/414208/FA/11415

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
A. LATAR BELAKANG
Penggunaan bahan alam untuk pengobatan menjadi pilihan saat ini, masyarakat kembali
memanfaatkan berbagai bahan alam dalam pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat (Sari,
2006). Dalam industri farmasi, misalnya obat-obatan kimia yang banyak diproduksi dengan
teknologi modern dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan karena terkait dengan
penggunaan unsur-unsur kimia yang ada di dalamnya (Inna, et al., 2010).
Dewasa ini banyak masyarakat yang beralih dari mengkonsumsi obat kimia ke obat herbal
yang berasal dari tanaman obat (biofarmaka). Tanaman obat juga mudah didapatkan dan dapat
tumbuh dengan mudah.Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tanaman obat yang sangat
besar. Terdapat 940 spesies tanaman yang berkhasiat sebagai tanaman obat dimana 180 spesies
diantaranya telah dimanfaatkan oleh industri jamu tradisional (Anonim, 2001). Indonesia memiliki
peluang untuk mengembangkan potensi industri biofarmaka dalam negeri dengan adanya
keanekaragaman tersebut. (Kardinan dan Dhalimi, 2003).
Salah satu tanaman obat yang dapat bermanfaat adalah kencur. Kencur (Kaempferia
galanga L) termasuk salah satu jenis tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan
(Zingiberaceae). Kencur tumbuh di berbagai tempat di dataran rendah hingga pegunungan dengan
ketinggian 80-700 m di tanah yang subur dan gembur (Syukur dan Hernani, 2001). Bagian
rimpangnya digunakan sebagai bahan baku industri obat tradisional, bumbu dapur, bahan
makanan, maupun minuman penyegar lainnya,
Bahan Alam dari tahun ke tahun selalu mengalami proses perkembangan untuk mendapatkan
kualitas kandungan yang semakin baik. Dalam rangka peningkatan khasiat dari bahan alam
tersebut, dilakukan suatu teknologi ekstraksi bahan alam agar zat aktif dari bahan tersebut dapat
bekerja efektif yang dalam hal ini adalah zat aktif dari kencur, serta minyak atsiri dari kayu manis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara maserasi kencur untuk mendapatkan hasil yang baik?
2. Bagaimana cara infundasi kencur untuk mendapatkan hasil yang baik?
3. Bagaimana cara destilasi Stahl kayu manis untuk mendapatkan hasil yang baik?
4. Bagaimana cara perkolasi kencur untuk mendapatkan hasil yang baik?
5. Bagaimana cara destilasi uap dan air kayu manis untuk mendapatkan hasil yang baik?
6. Bagaimana cara ekstraksi dengan Sohxlet kencur untuk mendapatkan hasil yang baik?
7. Bagaimana hasil fraksinasi kencur?
8. Bagaimana hasil susut pengeringan?
9. Bagaimana cara pembuatan ekstrak kering kencur?
10. Bagaimana hasil kontrol kualitas kimiawi ekstrak kencur?
11. Bagaimana hasil penentuan indeks bias kayu manis?
12. Bagaimana hasil analisis kandungan minyak kayu manis?

C. TUJUAN
1. Mengetahui cara maserasi kencur untuk mendapatkan hasil yang baik.
2. Mengetahui cara infundasi kencur untuk mendapatkan hasil yang baik.
3. Mengetahui cara destilasi Stahl kayu manis untuk mendapatkan hasil yang baik.
4. Mengetahui cara perkolasi kencur untuk mendapatkan hasil yang baik.
5. Mengetahui cara destilasi uap dan air kayu manis untuk mendapatkan hasil yang baik.
6. Mengetahui cara ekstraksi dengan Sohxlet kencur untuk mendapatkan hasil yang baik.
7. Mengevaluasi hasil fraksinasi kencur.
8. Mengevaluasi hasil susut pengeringan.
9. Mengetahui cara pembuatan ekstrak kering kencur.
10. Mengevaluasi hasil kontrol kualitas kimiawi ekstrak kencur.
11. Mengevaluasi hasil penentuan indeks bias kayu manis.
12. Mengevaluasi hasil analisis kandungan minyak kayu manis.

D. DASAR TEORI
Klasifikasi Sambiloto
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom : Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Kelas : Magnoliopsida
Super ordo : Lilianae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L

Gambar 1.Tanaman Kencur


Kandungan kimia tanaman kencur yaitu etil sinamat, etil p-metoksisinamat, p-
metoksistiren, karen, borneol, dan parafin. Kandungan minyak atsiri kencur adalah α-pinena,
kampena, δ-3-carene, α-pelandrena, limonene, p-simena 4-isopropiltoluena, 7,8-epoksitrisiklo
dodekana, 5-metiltrisiklo undek-2-en-4-one, 2-asam propenoat,3-(4-metoksifenil)-,etilester
(Assaat, 2011) dapat digunakan sebagai pelangsing. Etilester mempunyai nama trivial etil p-
metoksi sinamat. Etil sinamat dan etil p-metoksi sinamat (EPMS) dari minyak atsiri kencur
banyak digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan dalam bidang farmasi sebagai
obat asma dan anti jamur.

Gambar 2.Etil p-Metoksisinamat


EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan
gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat
sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai
variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air, dan heksana. Pelarut yang digunakan
untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran yang berbeda. Ekstrasi EPMS dari kencur
menggunakan suhu yang kurang dari titik lelehnya yaitu 48˚– 50˚C.
E. CARA KERJA
1. Maserasi
Sebanyak 200 g serbuk dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan cairan
penyari sebanyak 1,4 L, ditutup.

Direndam selama 4 jam pertama sambil sekali-sesekali diaduk, kemudian didiamkan
selama ±3 hari.

Dipisahkan maserat dengan cara filtrasi. Diulangi proses penyarian sekurang-kurangnya
dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama.

Filtrat hasil maserasi dibuat sediaan ekstrak kental sebagai berikut: ekstrak diuapkan di
atas penangas air sambil diaduk-aduk sampai diperoleh ekstrak kental. Ditimbang bobot ekstrak
kental yang diperoleh, dihitung rendemen.

Disisihkan sebanyak 1 g untuk kontrol kualitas; sisanya digunakan untuk pembuatan fraksi
terpilih.

2. Infundasi
Disiapkan bahan simplisia dengan derajat halus yang cocok

Bahan tersebut ditimbang sebanyak 50 g dimasukkan ke dalam panci A dan ditambah
akuades sebanyak 1 L (sampai bahan terendam seluruhnya)

Panci bagian bawah (B) ditambah air ledeng secukupnya hingga panci atas (A) terendam
sebagian. Panci A ditutup.

Panaskan selama 15 menit, dihitung mulai suhu di dalam panci A mencapai 90˚C (saat air
dalam panci B mendidih), sambil sesekali diaduk.

Infusa diserkai selagi panas melalui kain flannel

Hasil infusa dibuat sediaan ekstrak kental sebagai berikut: infusa diuapkan di atas
penangas air dengan bantuan kipas angin sampai konsistensi kental. Timbang ekstrak kental
yang diperoleh. Timbang ekstrak kental yang diperoleh dan hitung rendemennya.

Disisihkan sebanyak 5,5 g untuk kontrol kualitas; sisanya digunakan untuk pembuatan
fraksi terpilih.

3. Destilasi Stahl Kayu Manis


Dipotong-potong halus kayu manis sebanyak 30 gram.

Dipasang alat destilasi Stahl.

Dimasukkan kayu manis ke dalam labu alas bulat.

Ditambahkan pelarut berupa aquadest dimana penambahan pelarut dilakukan sampai
seluruh sampel terendam oleh pelarut dan tidak ada bagian yang kering.

Dipanaskan dengan penangas hingga penyulingan berlangsung dengan lambat tapi teratur.

Dilakukan penambahan batu didih yang membantu mempercepat proses pemanasan pada
labu alas bulat.

Dijaga suhu agar tetap konstan

Dialirkan kondensor

Didapatkan pemisahan antara air dan minyak atsiri.

Dibuka kran pada destilasi stahl secara perlahan sehingga bagian minyak akan turun
terlebih dahulu dan terpisah dari bagian air.

Dilakukan destilasi selama 1 jam dengan beberapa kali penambahan pelarut hingga
didapatkan minyak yang cukup.

4. Perkolasi
Sejumlah 100 gram serbuk simplisia dengan derajat halus tertentu dibasahi dengan 50 ml
cairan penyari lalu dimasukkan bejana bertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam.

Disiapkan perkolator bersih, bagian bawah diberi kapas dan kertas saring.

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-
hati, tambahkan kertas saring di atasnya.

Selanjutnya dituangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan
di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Perkolator ditutup dan dibiarkan selama
24 jam.

Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit dan ditambahkan berulang-
ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia.

Perkolat yang keluar ditampung. Perkolasi dilanjutkan sehingga jika 500 mg perkolat yang
keluar terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa.

Perkolat diuapkan di atas penangas air dengan bantuan kipas angin sambil diaduk-aduk
sampai diperoleh ekstrak dengan konsistensi kental. Ditimbang bobot ekstrak kental yang
diperoleh, dihitung rendemen

5. Destilasi Uap dan Air Kayu Manis


Ditimbang bahan sebanyak 1 kg kayu manis.

Diambil dandang dan diisi dengan air secukupnya.

Diletakkan bahan di atas penyekat berpori (angsang) dalam dandang, kemudian dandang
dihubungkan dengan kondensor yang telah dilengkapi dengan alat penampung minyak atsiri

Dandang dipanaskan sehingga minyak akan terdestilir. Minyak ditampung dalam alat
penampung. Pemanasan dilakukan sampai tidak ada lagi minyak yang menetes.

Minyak diambil, dimasukkan ke dalam corong pisah dan dipisahkan antara minyak dengan
air

Minyak yang diperoleh dimasukkan ke dalam flakon dan ditutup dengan aluminium foil,
kemudian disimpan di tempat yang sejuk.

Dihitung rendemennya.

6. Ekstraksi dengan Soxhlet


Ekstraksi dengan alat soxhlet adalah proses ekstraksi yang menggunakan penyaringan
berulang dan pemanasan.

Siapkan seperangkat alat soxhlet yang terdiri dari labu alat bulat, alat soxhlet dan
pendingin.

Buat wadah dari kertas saring yang berbentuk seperti silinder dengan ukuran yang sesuai
sehingga dapat masuk ke dalam alat soxhlet.

Masukkan serbuk simplisia ke dalam silinder kertas saring, lalu ujung kertas saring
dikatupkan dan ditekuk kebawah, sehingga tinggi silinder kertas saring tidak melebihi pipa jalur
distilasi.

Tambahkan pelarut ke dalam labu alas bulat sejumlah volume pelrut yang setara dengan 2-
3 sirkulasi.

Lakukan ekstraksi hinhingga seluruh zat aktif dalam simplisia telah tersari dengan
maksimal. Pastikan bahwa aliran air pada lalat pendingin berjalan dengan baik.

7. Fraksinasi
Sebanyak 2 g ekstrak kental hasil maserasi difraksinasi dengan 50 mL pelarut organik yang
sesuai. Pisahkan, sisa ekstrak kembali difraksinasi seperti cara diatas, ulangi 3 kali.

Dikumpulkan fase pelarut organik dan sisa ekstrak, diuapkan dengan pengurangan tekanan
atau dengan pemanasan diatas penangas air hingga diperoleh ekstrak kental.

Ditimbang fraksi kental yang diperoleh untuk menghitung rendemen.

8. Pembuatan Ekstrak Kering


Ditimbang ekstrak kencur 3 g dengan cawan

Ditimbang serbuk avicel 50% dari bobot ekstrak

Dicampur ekstrak dan serbuk avicel hingga terbentuk serbuk lembab yang homogen

Diletakkan di oven hingga kering

Ditimbang ekstrak kering dan dihitung rendemennya
9. Kontrol Kualitas Ekstrak Kencur dan Minyak Atsiri
a. Susut Pengeringan
Ditimbang 1 g ekstrak kental atau ekstrak kering dalam botol timbang (ekstrak diratakan
pada botol timbang) yang sudah memenuhi bobot (dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30
menit).

Dimasukkan dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu 105ºC
selama 5 jam

Dikeluarkan ekstrak setelah 5 jam dan didinginkan dalam eksikator, dan selanjutnya
ditimbang kembali.

Dilakukan pengerjaan setiap kali dengan lama pemanasan 30 menit sampai tercapai
bobot konstan (selisih 2 kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%).

Dihitung susut pengeringan yaitu:
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑔)− 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑔))
𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛

b. Densitometri
Ditimbang 10 mg ekstrak: 1. Ekstrak maserasi; 2. Ekstrak perkolasi; 3. Ekstrak soxhletasi;
4. Ekstrak infundasi; 5. Fraksi heksan; 6. Fraksi etanol

Dimasukkan ke dalam eppendorf

Dilarutkan dengan etanol 70% sejumlah 1 mL dengan mikropipet sehingga konsentrasi
menjadi 10 mg/mL

Dihomogenkan ekstrak dan pelarut dengan alat ultrasonik

Ditotolkan ekstrak pada plat densitometri dengan keterangan sebagai berikut:
a) Ekstrak maserasi 5 μL
b) Ekstrak perkolasi 5 μL
c) Ekstrak soxhletasi 5 μL
d) Ekstrak infundasi 5 μL
e) Fraksi heksan 5 μL
f) Fraksi etanol 5 μL
g) Pembanding 1 μL
h) Pembanding 2 μL
i) Pembanding 4 μL
j) Pembanding 6 μL
k) Pembanding 8 μL
l) Pembanding 10 μL
pembanding : etil-parametoksi sinamat

Dilakukan running dengan media Tol:EtoAce 93:7

Dibaca dengan densitometer
c. Sinar UV
Persiapan pembacaan sampel dilakukan sama seperti densitometer

Dibaca dibawah sinar UV 254 nm dan Vis 365 nm

Dihitung Rf dan dibandingkan dengan pembanding
d. Penentuan Indeks Bias Minyak Atsiri Kayu Manis
Disiapkan refraktometer untuk mengukur indeks bias serta diatur suhu sesuai ruangan

Diambil miyak atsiri hasil destilasi metode stahl dan metode uap-air pada flakon

Diteteskan minyak atsiri pada bagian kaca tempat sampel

Diatur fokus agar gradasi warna terlihat lalu dibaca indeks bias
e. Kontrol Kualitas Minyak Atsiri Kayu Manis
Analisis kandungan minyak kayumanus dengan GC-MS

Dipisahkan sebanyak 1 mL minyak atsiri yang diperoleh ke flakon gelap bertutup

Dianalisis mengggunakan GC dengan pembanding (kadar 20%, 10%, 5% dalam toluene).

F. DATA ANALISIS
1. Maserasi

● Organoleptis
Warna : coklat
Bau : khas kencur
Tekstur : ekstrak kental
● Bobot gelas = 62,88 g
Bobot gelas dan ekstrak = 70,4 g
Bobot ekstrak kental = 7,52 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
%Rendemen hasil maserasi = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑥 100%
7,52 𝑔
= 𝑥 100% = 3,76%
200 𝑔

2. Infundasi
Bobot awal serbuk kencur = 50 gram

Bobot wadah =71,2 gram

Bobot wadah + Hasil infundasi =76 gram

Ekstrak kental hasil infundasi =4,88 gram

Persentase rendemen = Bobot ekstrak hasil infundasi/ bobot awal serbuk x 100%
= 4,88/50x 100%
= 9,76 %
Organoleptis = Ekstrak kental berwarna coklat tua, beraroma khas kencur.

3. Destilasi stahl kayu manis


Organoleptis sampel = Berwarna coklat, berbentuk potongan-potongan kayu, bau khas
kayu manis, potongan kayu semi kasar.
Bobot sampel (kayu manis) = 30 gram
Volume rendemen = 1,8 mL
4. Perkolasi
Serbuk kencur 70,67 - 62,2 = 8,47%
5. Destilasi uap dan air kayu manis
Volume hasil destilasi = 1,8 mL
Organoleptis = Bewarna kuning muda dengan viskositas.
6. Ekstraksi dengan sohxlet
Rimpang kencur 63,62 - 61,9 = 1,72 g
Dengan rendemen% = 0,86%
7. Fraksinasi
● Perhitungan bobot hasil fraksinasi
Fraksi Etanol

Bobot flakon =23,0895 gram

Bobot flakon + fraksi =24,3154 gram

Bobot fraksi =1,2259 gram

Persentase rendemen = Bobot hasil fraksinasi/ volume x 100%


= 1,2259/20mL x 100%
= 6,129 %
Fraksi n-heksan

Bobot flakon =17,4075 gram

Bobot flakon + fraksi =18,0633 gram

Bobot fraksi =0,6558 gram

Persentase rendemen = Bobot hasil fraksinasi/ volume x 100%


= 0,6558/150mL x 100%
= 0,4372 %
● Organoleptis
Fraksi etanol = berwarna coklat, melarutkan rendemen, volatil, ekstrak kental
Fraksi n-heksan = ekstrak berwarna bening
● Ekstrak awal = hasil maserasi kencur
● Fraksi terpilih = n-heksan
● Residu = etanol 50%
8. Pembuatan Ekstrak Kering

Jumlah serbuk esktrak kering = 3 gram


Jumlah avicel yang ditambahkan = 50% x 3 g = 1,5 g
Ekstrak kering = 4,49 gram
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
%Rendemen ekstrak kering = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 + 𝑎𝑣𝑖𝑐𝑒𝑙 𝑥 100%
4,49
= 𝑥 100% = 99,78%
4,5

9. Kontrol Kualitas Ekstrak Kencur dan Minyak Atsiri


a. Susut pengeringan

Bobot botol kosong = 21,7825 g


Bobot botol dengan ekstrak = 22,7833 g
Bobot ekstrak = 1,0008 g
1. Bobot botol dengan ekstrak setelah dioven pertama
= 22,7804 - 21,7825 = 0,9979 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
%Rendemen = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
1,0008 − 0,9979
= 𝑥 100% = 0,29%
1,0008

2. Bobot botol dengan ekstrak setelah di oven ke-2


= 22,7026 - 21,7825 = 0,9201 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
%Rendemen = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
0,9979 − 0,9201
= 𝑥 100% = 7,796%
0,9979

3. Bobot botol dengan ekstrak setelah di oven ke-3


= 22,6920 - 21,7825= 0,9095 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
%Rendemen = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
0,9201 − 0 9095
= 𝑥 100% = 1,152%
0,9201

4. Bobot botol dengan ekstrak setelah di oven ke-4


= 22,6889 - 21,7825= 0,9064 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
%Rendemen = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
0,9095 − 0,9064
= 𝑥 100% = 0,3408%
0,9095

5. Bobot botol dengan ekstrak setelah di oven ke-5


= 22,6759 - 21,7825= 0,8934 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
%Rendemen = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
0,9064 − 0,8934
= 𝑥 100% = 0,057%
0,9064

● Susut pengeringan
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑔)− 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑔))
= 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛
1,0008− 0,8934
= 𝑥 100%= 10,73%
1,0008
b. Densitometri

No Rf Konsentrasi Area Konsentrasi Keterangan


Perhitungan

1 0,58 35363,7 3,943692 Maserasi

2 0,55 1699,43 -2,09897 Perkolasi

3 0,56 28336,46 2,682318 Soxhletasi

4 0,55 3774,26 -1,72654 Infundasi

5 0,56 64673,21 9,204683 Fraksi heksan

6 0,53 4797,26 1,54292 Fraksi etanol

7 0,54 50 μg 22317,15 1,601865 Pembanding


(data di reject)

8 0,55 100 μg 18189,78 0,861011 Pembanding

9 0,55 200 μg 24562,04 2,004818 Pembanding


10 0,56 300 μg 31607,96 3,269545 Pembanding

11 0,56 400 μg 35688,18 4,001935 Pembanding

12 0,57 500 μg 40482,29 4,862467 Pembanding

Kurva Konsentrasi vs Area


6

y = 0.01x - 5E-05
5
R² = 0.989

0
0 100 200 300 400 500 600

y = 55,711x + 13393
r = 0,989
Ekstrak Area Kadar
No (μg/mL)
1 Maserasi 35363,7 394,369
2 Perkolasi 1699,43 -209,897
3 Soxhletasi 28336,46 268,232
4 Infundasi 3774,26 -172,654
5 Fraksi heksan 64673,21 920,468
6 Fraksi etanol 4797,26 -154,292
● 366 nm

● 254 nm

● Sinar Tampak
d. Penentuan indeks bias minyak atsiri kayu manis
1. Minyak atsiri hasil destilasi metode stahl
Indeks bias = 1,675
2. Minyak atsiri hasil destilasi metode uap-air
Indeks bias = 1,6625
e. Analisis kandungan minyak kayu manis
G. PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat memahami prinsip metode-
metode penyarian dengan metode maserasi, perkolasi, infundasi, dan ekstraksi dengan alat soxhlet
serta agar mahasiswa dapat memahami prinsip pembuatan ekstrak kental, fraksi kental dan ekstrak
kering.
1. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Cara kerjanya yaitu dengan merendam
serbuk simplisia di dalam cairan penyari. Prinsipnya yaitu pelarutan zat aktif berdasarkan sifat
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolve like). Cairan penyari akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan zat aktif akan larut (Voight, 1995).
Simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar bersama
larutan penyari yang telah ditetapkan, kemudian bejana ditutup rapat kemudian dikocok berulang–
ulang sehingga memungkinkan pelarut masuk ke seluruh permukaan simplisia (Ansel, 1989).
Rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis
oleh cahaya atau perubahan warna). Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
digantikan oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (difusi). Waktu maserasi pada umumnya
5 hari, setelah waktu tersebut keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dengan luar sel telah tercapai. Dengan pengocokan dijamin keseimbangan konsentrasi bahan
ekstraksi lebih cepat dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya
perpindahan bahan aktif (Voight, 1995).
Langkah awal metode ini yaitu, serbuk kencur direndam dalam etanol 70%. Selanjutnya
dilakukan pengadukan. Pengadukan pertama maserasi pada jam 11.20 selanjutnya ekstrak
maserasi didiamkan, lalu diaduk kembali menjelang akhir praktikum pada pukul 14.45. Lalu
ekstrak maserasi didiamkan selama ±3 hari dikarenakan laboratorium tutup pada hari sabtu dan
minggu, dicek kembali pada hari senin untuk dilakukan penyaringan dengan bucthner.
Berdasarkan teori serbuk seharusnya direndam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk dan
kemudian didiamkan selama 18 jam, tetapi dikarenakan keterbatasan waktu praktikum
pengadukan hanya bisa dilakukan selama 4 jam yang dilakukan di awal praktikum dan menjelang
akhir praktikum. Kemudian maserat diuapkan dengan cara dipanaskan di atas wajan sambil
sesekali diaduk agar maserat teruapkan secara merata. Pemanasan ini dilakukan sampai diperoleh
ekstrak kental hasil maserasi. Kemudian ditimbang ekstrak kental dengan wadah gelas kaca.
Sebelumnya ditimbang gelas tanpa ekstrak terlebih dahulu dan diperoleh bobot 62,88 gram. Lalu
ditimbang gelas dengan ekstrak dan diperoleh bobot 70,4 gram. Sehingga hasil maserasi yang
didapat yaitu 7,52 gram. Hasil maserasi selanjutnya ditutup dengan alumunium foil dan dimasukan
ke dalam kulkas agar terhindar dari cemaran mikroba dan jamur. Kelebihan dari metode maseras
inii adalah alatnya lebih sederhana dan memerlukan biaya yang rendah. Sedangkan untuk
kekurangannya yaitu prosesnya lama membutuhkan waktu beberapa hari.
2. Infundasi

Infus atau rebusan obat adalah sediaan air yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air suhu 90°C selama 15 menit, yang mana ekstraksinya dilakukan secara infundasi.
Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula di dalam sel ditarik oleh cairan
penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum penyarian akan bertambah
baik apabila permukaan simplisia yang bersentuhan semakin luas (Ansel, 1989).
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada 90-
980C selama 15 menit. Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan
lunak, yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama (Depkes
RI.1979).
Keuntungan dan kekurangan Metode Infundasi :
a. Keuntungan
1. Unit alat yang dipakai sederhana,
2. Biaya operasionalnya relatif rendah.
b. Kerugian
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali, apabila
kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh),
2. Hilangnya zat-zat atsiri,
3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping itu simplisia yang mengandung
zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat
tersebut.
Pada praktikum ini didapatkan rendemen hasil infundasi kencur adalah sejumlah 9,76%.
Hasil rendemen yang sangat sedikit ini dikarenakan bahan baku kencur yang berupa serbuk halus.
Diketahui bahwa rimpang apabila dibuat serbuk halus dan saat dipanaskan akan membentuk kanji,
sehingga ketika disaring pun akan sulit mendapatkan rendemen kembali.

3. Destilasi Stahl Kayu Manis

Destilasi Stahl adalah metode destilasi yang digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri dari
suatu senyawa simplisia. Metode destilasi digunakan pada bagian tanaman yang mengandung
minyak atsiri, dalam hal ini digunakan kayu manis. Prinsip dasar dari destilasi adalah perbedaan
titik didih dari zat-zat cair dalam campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki
titik didih terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun
dan menetes sebagai zat murni (destilat). Kelebihan dari destilasi uap Stahl ini adalah dapat
menetapkan kadar minyak atsiri yang diperoleh secara langsung dengan mengukur volume minyak
atsiri yang terukur pada alat. Destilasi uap Stahl merupakan metode yang sederhana dan
menggunakan pelarut air karena air mempunyai titik didih lebih besar dari minyak atsiri sehingga
pemisahan dengan destilasi dapat dilakukan.
Dalam melakukan destilasi Stahl, pengaturan suhu optimal perlu dilakukan, nyala penangas
tidak perlu terlalu besar karena dapat menyebabkan busa berlebih yang dapat masuk ke kondensor
dan justru bercampur dengan minyak atsiri yang dihasilkan. Kayu manis mengandung senyawa
sabun yang dapat menyebabkan terjadinya saponifikasi sehingga muncul banyak busa ketika
dipanaskan.
Hasil minyak atsiri yang didapatkan dari destilasi kayu manis sebanyak 30 gram adalah 1,8
mL. Minyak atsiri yang dihasilkan berwarna kuning dan memiliki bau harum yang khas.
4. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya
geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran cairan
penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya
lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Dan juga karena ruangan
diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari karena
kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas,
sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
5. Destilasi uap dan air kayu manis
Destilasi uap air adalah suatu metode destilasi yang bertujuan untuk memisahkan suatu
substansi dari campurannya dengan pertolongan uap air. Destilasi uap air digunakan untuk
memisahkan substansi-substansi yang tidak saling campur atau menurunkan titik didih
komponen campuran yang titik didihnya tinggi, dengan adanya uap air itu.
Agar suatu substansi dapat dipisahkan dari campurannya dengan destilasi uap air, maka
beberapa persyaratan harus dipenuhi, yaitu :
1. Substansi tersebut tidak/hampir tidak larut di dalam air.
2. Tidak mengalami peruraian karena kontak dengan air panas.
3. Mempunyai tekanan uap yang relatif tinggi pada 1000 C (minimal 5 mm Hg).
Kelebihan metode penyulingan dengan air-uap (water and steam distillation) adalah
membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses penyulingan dan alatnya
sederhana namun dapat menghasilkan minyak atsiri dalam jumlah yang cukup banyak sehingga
efisien dalam penggunaan. Metode ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang
keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan
air dan mengurangi biaya produksi. Disisi lain, sistem kohobasi ini juga lebih menguntungkan
karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak
dengan air panas karena bahan tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih. Selain itu
dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung
(steam distillation). Metode penyulingan air-uap ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil
oleh karena tekanan uap yang konstan. Uap berpenetrasi secara merata kedalam jaringan bahan
dan uap air yang dihasilkan dalam keadaan jenuh basah (tekanan rendah) dan akan naik melalui
bahan sehingga dapat mempertahankan suhu sampai 100°C. Kekurangannya adalah metode ini
tidak cocok untuk minyak atsiri yang rusak oleh panas uap air, serta membutuhkan waktu destilasi
yang lebih panjang untuk hasil yang lebih banyak,
Hasil minyak atsiri yang didapatkan dari destilasi uap air adalah sebanyak 1,8 mL. Volume
minyak atsiri yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan metode air. Alat destilasi saat
dilakukan percobaan mengalami kebocoran mengakibatkan tidak seluruhnya air yang tertampung,
sehingga berpengaruh pada hasil minyak atsiri yang didapatkan.
6. Ekstraksi dengan Sohxlet

Soxhletasi merupakan proses pemisahan ekstrak padatan suatu bahan alam dengan pelarut
organik yang menggunakan alat soxhlet. Pada umumnya metode ini digunakan untuk memisahkan
lemak dan minyak. Pada tahapan prosesnya, tekhnik soxhletasi ini hampir sama dengan partisi
cair-cair, namun yang membedakannya adalah cara pemisahannya. Prinsip dari metode ini adalah
mengekstrak lemak dengan menggunakan pelarut organik. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya
dapat ditimbang dengan dihitung presentase kadar sampelnya.
Proses pemisahan dengan metode ini memiliki kelebihan, yaitu pelarut yang digunakan
masih utuh, dapat digunakan untuk pemisahan bahan lain. Dikatakan masih utuh karena pada
penguapan dengan rotary evaporator hasil yang diperoleh tadi memisahkan pelarut yang ada
dalam filtrat, dan dapat melarutkan bahan yang lebih banyak karena pemanasan. Tetapi metode ini
kurang efektif, karena harga pelarut mahan dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari
pelarutnya dengan cara diuapkan. Alasan dari pemisahan pelarut dari ekstraknya adalah agar
dihasilkan zat-zat terlarut sebagai ekstrak pekat dan pelarutnya dapat digunakan kembali.
7. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair. Fraksinasi dilakukan
secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolaran, yaitu daru non polar, semi polar dan polar.
Senyawa yang memiliki sifat non polar akan larut dalam pelarut non polar, yang semi polar akan
larut dalam pelarut semi polar dan yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar (Harborne,
1987). Fraksinasi ini umumnya dilakukan dengan metode corong pisah atau kromatografi kolom.
Corong pisah merupakan peralatan laboratorium yang digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen dalam camuran antara dua fase pelarut yang memiliki massa jenis berbda yang tidak
bercampur. Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lain berupa pelarut organik
lipofilik seperti eter, MTBE, diklormetana, kloroform atau etil asetat.
Pada praktikum ini dilakukan fraksinasi terhadap hasil maserasi kencur. Pelarut yang
digunakan yaitu n-heksan dan etanol. Diketahui bahwa n-heksan cenderung lebih non polar
daripada etanol. Fraksinasi dilakukan dengan menimbang 2 gram hasil maserasi kencur lalu
dilarutkan dalam 50mL etanol. Kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan n-
heksan sebanyak 50mL, lalu digojog kurang lebih 3 menit. Setelah fraksi terpisah, diambil fraksi
bagian bawah (etanol) dan dimasukkan ke dalam cawan. Kemudian ditambahkan etanol lagi pada
fraksi yang di atas (n-heksan) dan dilakukan penggojokan lagi. Cara ini diulangi sampai 3 kali
untuk memastikan bahwa zat ballast benar benar terlarut di dalam etanol. Terakhir, diuapkan sisa
fraksi n-heksan sebagai fraksi terpilih.
Dilakukan penimbangan bobot hasil fraksinasi. Didapatkan persentase fraksi etanol yaitu
6,129% dan fraksi n-heksan yaitu 0,4372%.
8. Pembuatan ekstrak kering
Ekstrak kering merupakan sediaan padat yang diperoleh dengan cara menguapkan pelarut
berdasarkan kandungan bahan aktif yang kemudian dipekatkan dan dikeringkan sampai mencapai
konsentrasi tertentu. Ekstrak kering memiliki nilai susut pengeringan biasanya tidak lebih dari 5%
(Gaedcke et al., 2003).
Langkah untuk membuat susut pengeringan ini yaitu dengan menimbang 3 gram ekstrak
kental yang diperoleh dari hasil maserasi. Selanjutnya ditimbang juga avicel sejumlah 50% bobot
ekstrak atau sejumlah 1,5 gram. Kemudian dicampurkan ekstrak dengan avicel dan digerus hingga
homogen dengan menggunakan stamper dan juga mortir. Setelah tercampur homogen, diuapkan
dengan menggunakan oven pada suhu 150०C selama ±60 menit. Tetapi setelah diuapkan selama
±60 menit, ekstrak tidak menjadi kering melainkan menjadi ekstrak yang lembab dan lengket.
Ekstrak yang lembab ini kemungkinan disebabkan karena minyak atsiri seharusnya dikeringkan
dengan aerosil (dengan perbandingan ekstrak dan aerosil 1:2) bukan menggunakan avicel.
Kemudian ekstrak yang lembab digerus sampai menjadi butiran-butiran padat dan ditimbang serta
dihitung rendemennya.
Didapatkan ekstrak yang dihasilkan sejumlah 4,49 gram dengan % rendemen ekstrak kering
sejumlah 99,79%.
9. Kontrol Kualitas Ekstrak Kencur dan Minyak Atsiri
a. Susut pengeringan
Salah satu kontrol kualitas ekstrak kencur yaitu dengan susut pengeringan. Tujuan dari susut
pengeringan adalah untuk memberikan batas maksimal (rentang) besarnya senyawa yang hilang
selama proses pengeringan. Nilai atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan
kontaminasi (Agoes, 2007).
Susut pengeringan ini dimulai dengan menimbang sebanyak 1 gram ekstrak kental hasil
maserasi dengan menggunakan botol timbang yang sebelumnya sudah ditimbang bobotnya.
Ekstrak diratakan di dalam botol timbang. Kemudian botol timbang yang berisi ekstrak
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105ºC, selama 30 menit. Fungsi dari dipanaskannya ekstrak
yaitu untuk menguapkan air yang masih terdapat di dalam ekstrak kental. Setelah 30 menit,
didiamkan di dalam eksikator sampai dingin dan kemudian ditimbang. Kemudian dipanaskan lagi
di dalam oven sampai menjelang akhir praktikum dan setelah itu ditimbang lagi. Pada akhir
penimbangan ini didapatkan bobot ekstrak 0,9979 gram dengan % rendemen 0,29%. Idealnya
susut pengeringan dilakukan sampai selisih bobot sebelum dan sesudah tidak lebih dari 0,25%,
oleh karena itu dipraktikum minggu selanjutnya dilanjutkan susut pengeringan lagi dengan
langkah-langkah yang sama.
Setelah 4 kali pemanasan pada minggu ke-4 didapatkan bobot ekstrak sejumlah 0,8934 gram
dengan % rendemen 0,057%. Dari bobot awal 1,0008 gram dan bobot setelah pengeringan 0,8934
gram dapat dihitung % susut pengeringannya. Dan didapatkan % susut pengeringannya sebesar
10,73%.
b. Densitometri
Dimulai dengan penotolan ekstrak dan pembanding (etil parametoksi sinamat) pada lempeng
KLT sebanyak masing-masing 5 μL menggunakan mikropipet. KLT kemudian dielusi dengan fase
gerak Toluene : Etil asetat (93 : 7). Setelah elusi selesai, lempeng dikeringanginkan dan dilihat
profilnya menggunakan lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Pada kedua
panjang gelombang terlihat pemisahan yang jelas. Seluruh sampel hasil esktraksi memiliki Rf yang
sama dengan pembanding. Hal ini menunjukkan seluruh sampel mengandung senyawa aktif etil
parametoksi sinamat.
c. Penentuan indeks bias kayu manis
Hasil pembacaan indeks bias yang didapatkan dari minyak atsiri hasil penyulingan metode
stahl adalah 1,675, sedangkan hasil pembacaan dari metode uap-air adalah 1,6625. Hasil ini belum
memenuhi persyaratan SNI karena niainya tidak berada diantara1,559-1,595 (SNI 06-3734-2006).
Hal ini dapat dikarenakan karena kebersihan alat yang kurang terjaga (tercampur dengan minyak
lain) atau bisa karena minyak masih mengandung pengotor.
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan
kecepatan cahaya di dalam suatu zat pada suhu tertentu. Alat yang digunakan adalah refraktometer.
Nilai indeks bias akan berpengaruh terhadap kandungan air dalam minyak, semakin besar nilai
indeks biasnnya maka semakin banyak kandungan air di dalam minyaknya. Menurut Hasanah dkk
(2004), nilai indeks bias tergantung pada jumlah rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap. Hal
tersebut berarti nilai indeks bias dipengaruhi oleh senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri
tersebut. Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak ikatan rangkap dalam minyak atsiri
maka semakin besar nilai indeks biasnya.
Menurut Armando dan Rochim (2009), nilai indeks bias minyak atsiri berhubungan erat
dengan komponen–komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya
dengan berat jenis, dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks
biasnya. Semakin banyak komponen berantai panjang atau komponen bergugus oksigen ikut
tersuling maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah. Sehingga cahaya yang datang
akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak makin besar.
d. Analisis kandungan minyak kayu manis
Peak ke-3 dimiliki oleh senyawa cinnamaldehyde dan merupakan penyumbang senyawa
terbesar pada minyak atsiri ini. Cinnamaldehyde banyak ditemukan pada tanaman golongan
cinnamomi, sehingga lazim ditemukan dalam jumlah besar pada minyak atsiri kayu manis.
Destilasinya menggunakan destilasi stahl.
Peak ke-4 dimiliki oleh cinnamyl acetat dan merupakan keluarga dari cinnamyl ester, yang
mana jumlahnya cukup signifikan di tanaman cinnamomil seperti kayu manis, namun karena
destilasinya menggunakan air dan ester mudah terhidrolisis oleh air, sehingga jumlahnya lebih
sedikit dibanding cinnamaldehyde.
Pada analisis GCMS hasil minyak antara metode destilasi stahl dan destilasi air
menunjukkan bahwa metode destilasi stahl menghasilkan senyawa Cinnamaldehyda lebih banyak
dibandingkan metode stahl. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode destilasi stahl lebih baik
daripada metode destilasi air dalam menyari senyawa Cinnamaldehyda.

H. Kesimpulan
1. Diperoleh bobot ekstrak kental hasil maserasi sebanyak 7,52 gram dengan %
rendemen 3,76%. Berwarna coklat, berbau khas kencur dan bertekstur ekstrak kental.
2. Diperoleh bobot ekstrak kental hasil infundasi sebanyak 4,88 gram dengan %
rendemen 9,76 %. Ekstrak kental berwarna coklat tua, beraroma khas kencur.
3. Diperoleh hasil destilasi stahl kayu manis Berwarna coklat, berbentuk potongan-
potongan kayu, bau khas kayu manis, potongan kayu semi kasar dengan volume rendemen 1,8
mL.
4. Diperoleh hasil destilasi uap dan air kayu manis Bewarna kuning muda dengan
viskositas dan volume hasil destilasi 1,8 mL
5. Diperoleh bobot ekstraksi soxhlet rimpang kencur 1,72 g dengan % rendemen
0,86%.
6. Diperoleh fraksinasi hasil fraksi heksan 1,2259 gram % rendemen 6,129 %
dengan ekstrak berwarna bening.
7. Diperoleh fraksinasi hasil fraksi etanol 0,6558 gram % rendemen 0,4372 %
dengan ekstrak kental berwarna coklat.
8. Diperoleh hasil ekstrak kering = 4,49 gram dengan %Rendemen ekstrak kering
99,78%.
9. Diperoleh hasil kontrol kualitas susut pengeringan ekstrak kencur dengan bobot
awal 1,0008 gram dan bobot akhir 0,8934 gram dengan % susut pengeringan 10,73%.
10. Diketahui indeks bias minyak atsiri hasil destilasi metode stahl 1,675 dan indeks
bias minyak atsiri hasil destilasi metode uap-air 1,6625.
11. Metode destilasi stahl lebih baik daripada metode destilasi air dalam menyari
senyawa Cinnamaldehyda
I. Daftar Pustaka
Academia. 2015. Jenis Parameter Mutu Standar Minyak Terbang. http:// www. academia.edu
/6762269/Jenis_Parameter_Mutu. (Diakses pada tanggal 18 Oktober 2019).
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB. Bandung.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Edisi
IV, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Armando dan Rochim. 2009. Memproduksi Minyak Atsiri Berkualitas. Cetakan I. Penerbit
Penebar Swadaya. Jakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi ketiga, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

Anonim.,2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia I, Jilid 2, hal 313-314, Badan

Penelitian dan pengembangan Kesehatan DepKes RI., Jakarta

Assaat, LD, 2011, Fraksionasi senyawa aktif minyak atsiri kencur (Kaemferia galanga L.)
sebagai pelangsing, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Gaedcke, F., Steinhoff, B., Blasius, H, 2003, Herbal Medicinal Products, CRC Press, New York.

Harbone, 1987, Metode Fitokimia, Penerbit ITB, Bandung.

Hasanah, M., Nuryani, Y., Djisbar, A. Mulyono, E., Wikardi, E. dan Asman, A. (2004).
Indonesia cassia (Indonesia Cinnamon). Dalam: Ravindran, P.N, Babu, K.N. dan
Shylaja, M. (ed.). Cinnamon and Cassia The Genus Cinnamomum,. CRC Press
Washington, New York.

Inna, Mutma et.al. 2010. Potential Use of Cinnamomum burmanii Essential Oilbased Chewing
Gum as Oral Antibiofilm Agent. Journal of Dentistry Indonesia

Sari, K., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan
Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian.

Syukur, C., dan Hernani, 2001, Budidaya Tanaman Obat Komersial, Penebar Swadaya, Jakarta
Kardinan, A., & Dhalimi, A., 2010, Potensi Adas (Foeniculum vulgare) Sebagai Bahan Aktif
Lotion Anti Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti), Bul. Littro. Vol. 21 No. 1.

Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (jilid 2), diterjemahkan oleh Soewandhi,
N., Soen dani., Penerbit UGM, Yogyakarta.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai