I. Tujuan
1. Mengetahui mekanisme isolasi asam usnat dari Kayu Angin (Usnea sp)
2. Mengetahui senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam Kayu Angin (Usnea sp)
3. Mengetahui khasiat dan kegunaan dari senyawa asam usnat
Kayu angin merupaka dua organisme yang terdiri atas cendawan dan ganggang
protococcus yang bersimbiosis membentuk suatu kesatuan individu. Keseluruhan tumbuhan
uumnya berwarna hijau pucat kebiruan, tumbuhan tegak atau berjumbal, dan panjangnya
sampai 30 cm atau lebih. Cabang-cabangnya pejal atau kosong, membentuk talus berupa
benang atau ranting, bentuknya bulat memanjang, cabang bervariasi, sering kali kasar,
berwarna hijau kelabu, atau hijau kekuningan. Di Indonesia terutama di jumpai di daerah
pegunungan, namun dapat pula dijumpai di dataran rendah dengan kelembaban udara yang
cukup tinggi. Kayu angina tumbuh sebagai epifit di dahan kayu yang tinggi sebab cahaya dan
kelembaban tinggi merupakan factor yang mutlak bagi perkembangannya.
Sebagai epifit kayu angin hidup menempel pada cabang atau kulit pepohonan di daerah
pegunungan. Keberadaannya sangat bergantung pada tumbuhan inang serta lingkungan yang
menjadi tempat tumbuhnya. Kayu angina merupakan obat yang sangat penting dan banyak
digunakan sebagai ramuan obat tradisional.
Usnea spp mengandung asam usnin, babatolat, usnetin, asam barbatin. Disamping itu Usnea
spp juga mengandung saponin, flavonoid dan polifenol. Dilaporkan bahwa asam usnin yang
dikandung usnea spp mempunyai potensi antibakteri yang efektif terhadap bakteri gram
positif.
Kandungan bahan usnin dalam usnea spp akan mengalami penurunan dalam keadaan basah,
dan asam usnin juga dapat mengalami kerusakan oleh logam (misalnya besi). Pada
penyimpanan selama 40 hari dengan kelembaban relative yang sesuai dan di ekstrak dengan
metode Marsark, menunjukan tidak hilangnya kandungan asam usnin.
Ekstraksi lichen (lumut kerak) dengan peralatan dari stainless steal menunjukan presentasi
hasil yang sama dengan menggunakan peralatan dari gelas.Hasil isolasi asam usnin oleh
Marshaks dalam bentuk Kristal menunjukan sifat : dapat larut dalam aceton panas, alcohol,
eter, larut sedikit demi sedikit dalam minyak panas dan tidak larut dalam air.
Rumus molekulnya C18H16O7 dengan berat molekul 334,31 dan melebur pada suhu 193-194ᵒ
C Metode yang digunakan untuk mengisolasi kayu angin tersebut adalah ekstraksi soxhlet
yang merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan dengan
menggunakan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda
dari komponen-komponen dalam campuran/pemilihan jenis pelarut ini didasarkan atas
beberapa factor, yaitu selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling campur, reaktivitas,
titik didih, dan criteria lainnya (Bernasconi, 1995).
Tehnik ekstraksi sangat berguna untuk memisahkan secara cepat dan bersih baik untuk zat
organik maupun zat anorganik. Cara ini dapat digunakan untuk analisis makro dan mikro.
Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan siatu zat terlarut dari larutannya di dalam air
oleh suatu pelarutr lain yang tidak dapat bercampur dengan air (fasa air) ( Purwani, et al.,
2008).
IV. Prosedur
a. Alat
Alat solektasi
Rotary evaporator
Erlenmeyer
Alat ukur titik leleh
Waterbath
b. Bahan
Kayu angin 100 gram
N-heksana
Atil asetat
Metanol
Kertas saring
V. Cara kerja
1. Serbukkan atau ranjang halus kayu angin kemudian bungkus dengan kertas saring dan
masukkan ke dalam selongsong soklet
2. Solektasi dengan n-heksana selama hingga penyarian sempurna. Catat waktu yang
dibutuhkan untuk siklus pertama solektasi.
3. Larutan hasil solektasi disaring, dan filtrat diuapkan pelarutnya dengan retavapor.
4. Ekstrak asam usnat dilarutkan dalam etil asetat dengan bantuan pemanasan.
5. Biarkan larutan dingin kemudian simpan dalam lemari pendingin hingga terbentuk
kristal asam usnat.
6. Saring kristal dan bilas dengan metanol. Timbang bobot kristal.
7. Tentukan titik leleh dari kristal asam usnat dan amati hasil reaksinya dengan fecl3.
PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM
LAPORAN AKHIR
3. TIZA (1604091)
SHIFT : IIA
HARI : JUMAT
2. HANIFA LESTARI
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019