Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

NWM DENGAN KISTA


OVARIUM DI RUANG RAWAT INAP D ATAS RSUP
PROF DR.R.D.KANDOU MANADO

OLEH :

Norwahyu Diathy Manoppo

1804035

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )

MUHAMMADIYAH MANADO

2019
LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM

A. PENGERTIAN
Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah
cairan (Mardiana, 2000). Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang menghasilkan
sel telur atau ovum (Prawiroharjo, 2005).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan kistoma ovari merupakan
jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang dapat mengganggu fungsi normal dari
ovarium maupun saluran reproduksi lainya.
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal
dengan siklus menstruasi (Tambayong, 2002). Kista ovarium adalah tumor ovarium yang
bersifat neoplastic dan non neoplastic (Wiknjosastri, 2005).

B. ETIOLOGI
Penyebab dari kista ovari sampai saat ini belum jelas di ketahui secara pasti, namunada
salah satu factor pencetusnya yaitu factor hormonal dan factor resiko seperti fator genitik
(mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium/payudara, factor lingkungan, gaya
hidup yang tidak sehat, dan ketidak seimbangan hormone estrogen dan progesterone,
misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh
yang bersifat deuretik. Ada pula kista lain yang di sebabkan karena radang dan akibat dari
komplikasi tumor yang lain (Prawiroharjo, 2007), antara lain :
1. Kista Folikel.
Kista ini berasal dari folikel de graf yang tidak sampai ber-ovulasi namun tubuh terus
menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah
pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan menjadi
kista.
2. Kista Korpus Luteum.
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus
albikans kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
porsistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista
dan berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
3. Kista Teka Lutein. Kista ini biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju,
tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriongonadrotopin yang
berlebihan dan dengan hilangnya mola atau koreokarsinoma, ovarium mengecil
spontan.
4. Kista Inkulsi Germinal.
Kista ini menjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinatikum pada permukaan ovarium.
5. Kista Endometrium. Kista ini akibat dari peradangan endometrium yang berlokasi di
ovarium.
6. Kista Stein Lavental.
Kista ini kiranya di sebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.
7. Kistoma Ovari Simplek.
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, sering kali
bilateral dan dapat menjadi besar, di duga bahwa kista ini suatu jenis kistodenoma
serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubungan dengan adanya tekanan
cairan di dalam kista.
8. Kistadenoma Ovari Musinosim.
Asal kista ini belum jelas di ketahui dengan pasti, ada penulis yang berpendapat
bahwa kista ini dari epitel germinatikum.
9. Kistadenoma Ovari Serosum.
Kista ini berasal dari epitel germinatikum (permukaaan Ovarium).
10. Kista Dermoid.
Kista ini di duga berasal dari sel telur melalaui proses partogenesis.

C. PATOFISIOLOGI
Gambaran dari kista ini terdiri dari folikel-folikel pra ovulasi yang mengalami atresia dan
berdegenerasi pada ovarium, di ovarium ini folikelfolikel ini tidak mengalami ovulasi karena
kadar hormon FSH rendah dan hormon LH tinggi pada keadaan yang tetap ini menyebabkan
pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang mengakibatkan
folikel anovulasi dan berdegenerasi dan membentuk kista. Kista ovarium dapat menimbulkan
komplikasi berupa invertilitas akibat tidak adanya ovulasi dan beresiko terjadinya
pembentukan tumor-tumor dependen di payudara endometrium (J. Charwim, 1997).
Penatalaksanaan pada kista ovarium adalah dengan pengangkatan kista dengan cara
melakukan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung kista, akan tetapi jika kista besar
atau ada komplikasi perlu di lakukan pengangkatan ovarium. Biasanya di sertai dengan
pengangkatan tuba (salpingo-oofarektomi). Pada saat melakukan pembedahan kedua ovarium
harus di periksa untuk mengetahui apakah kista di temukan pada satu atau pada dua ovarium
(Prawiroharjo, 1999).

D. TANDA DAN GEJALA


Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang
kecil, sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin atau komplikasi
tumor-tumor tersebut (Prawiroharjo, 2005). Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberi
gejala karena besarnya, terdapat perubahan hormonal atau penyakit yang terjadi, tumor jinak
ovarium yang diameternya kecil sering di temukan secara kebetulan dan tidak memberikan
gejala klinik yang berarti (Manuaba, 2007). Gejala akibat tumor ovarium dapat di jabarkan
sebagai berikut :

1. Gejala akibat pertumbuhan.


Dapat menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah, sehingga mengakibatkan
penekanan kandung kemih yang dapat menimbulkan gejala gangguan miksi, selain itu
tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edeme pada tungkai. Pada tumor yang besar
dapat terjadi tidak nafsu makan dan rasa sesak.

2. Gejala akibat pertumbuhan hormonal.


Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila menjadi tumor
menimbulkan gangguan terhadap siklus menstruasi yang dapat berupa amenore dan
hipermenore.

3. Gejala akibat komplikasi yang terjadi pada tumor.

a. Perdarahan intra tumor.


Perdarahan yang mendadak dalam jumlah yang banyak akan terjadi ditensi cepat dari kista
yang dapat menimbulkan nyeri perut mendadak.
b. Putaran tungkai.
Tumor yang bertungkai sering terjadi putaran tungkai, apabila putaran terjadi secara
perlahan tidak menimbulkan nyeri, tetapi jika putaran terjadi secara mendadak dapat
menimbulkan nyeri pada abdomen.
c. Terjadi infeksi pada tumor.
Interaksi dapat terjadi jika tumor dekat dengan sumber kuman patogen seperti
appendiksitis.

d. Robekan dinding kista.


Terjadi robekan di sebakan karena teori tungkai kista yang akan berkibat isi kista tumpah
ke dalam ruangan abdomen.

e. Perubahan keganansan.
Keganasan kista di jumpai pada usia sebelum menarchea dan di atas usia 45 tahun
(Manuaba, 2005).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada pasien dengan
kista ovarium adalah :
a. Laparaskopi.
Pemeriksaan ini dapat berguna untuk mengetahui apakah sumber tumor berasal dari
ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifatsifat tumor itu.
b. Ultrasonografi.
Dengan pemeriksaan ini dapat di tentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari
uterus, ovarium atau kandung kemih, apakah tumor kistik atau solid dan dapat di bedakan
pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
G INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan (Kathryn, 2005).


Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :
a. Kaji ulang lokasi, skala dan karakteristik nyeri.
b. Monitor tanda-tanda vital.
c. Ajarkan teknik relaksasi (Nafas Dalam), bila nyeri muncul.
d. Kompres daerah sekitar nyeri.
e. Kolaborasi dalam pemberian oralgetik.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan infasi kuman patogen pada luka (Tucker, 2007).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda infeksi.
b. Observasi keadaan umum.
c. Lakukan perawatan luka dengan teknik abseptik dan antiseptik.
d. Kaji adanya tanda-tanda infeksi (Dolor, Kolor, Rubor, Tumor, Fungsio Laesa).
e. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
f. Kolaborasi dalam pemberian antibiotok.

3. Gangguan konstipasi berhubungan dengan efek anestesi (Tucker, 2005).


Tujuan : Pasien mengalami depekasi dalam tiga-empat hari setelah pembedahan.

Intervensi :
a. Anjurkan pasien ambulasi sesuai dengan kemampuan.
b. Tingkatkan masukan cairan 1000-2000 ml/hari.
c. Tingkatkan diet makanan yang tinggi serat.
d. Dengarkan bising usus.
e. Lakukan huknah atau beri pelunak feses.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Tucker, 2004).


Tujuan : Pasien dapat malakukan kembali.

Intervensi :
a. Kaji kebutuhan individu terhadap aktivitas.
b. Beri bantuan sesuai dengan ketidakmampuan pasien.
c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan.
d. Monitor perkembangan pasien.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi (Doengoes, 2000).


Tujuan : Mengutarakan pemahaman proses penyakit.

Intervensi ;
a. Kaji tingkat pemahaman pasien.
b. Berikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan sumber-sumber pengajaran audio
visual sesuai keadaan.
c. Beri kesempatan untuk bertanya.
d. Informasikan pasien atau orang terdekat mengenai rencana perjalanan, komunikasi dokter
atau orang-orang terdekat.

6. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan (Doengoes, 2000).


Tujuan : Devisit volume cairan tidak terjadi.

Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Catat jumlah perdarahan.
c. Tingkatkan masukan cairan.
d. Ukur masukan dan pengeluaran.
e. Kaji turgor kulit.

7. Kurang perwatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas (Carpeneto, 2007).


Tujuan : Perawatan diri terpenuhi.

Intervensi :
a. Bantu pasien dalam personal higyene.
b. Kaji kebersihan pasien.
c. Kaji kebutuhan pasien dengan merawat diri.
d. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan tubuh.
e. Ganti pakaian yang bersih.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S.M DENGAN KISTA OVARIUM
DI RUANGAN IRINA D ATAS RSUP Prof. Dr. R,D KANDOU MANADO

Tanggal pengkajian : 29 – 07 – 2019

Ruangan/kamar : Irina D Atas

Tanggal masuk RS : 27 – 07 – 2019

Dx medis : KISTA OVARIUM

A. IDENTITAS
1. KLIEN
Inisial nama : Ny. S.M
Tempat/Tgl lahir : 19 – 04 - 1963
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kel. Kulango Kec.Biau Kab.Buol

2. PENAGGUNG JAWAB
Inisial nama : Tn. R.H
Alamat : Kel. Kulango Kec.Biau Kab.Buol
Hub. Dengan klien : Suami
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Nyeri abdomen bagian sinistra sejak lima hari sebelum masuk rumah sakit
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan masih terasa nyeri pada bagian perut
 Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien tidak memiliki riwayat hipertensi,
DM maupun penyakit menular lainnya dan hanya klien yang menderita sakit
seperti ini.

C. TANDA-TANDAVITAL
1. Kesadaran : CM
2. Gcs : 15
3. Tekanan darah : 100/60 mmHg
4. Nadi : 72 x/menit
5. Suhu : 36,6 0c
6. Respirasi : 20x/menit

D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


1. Persepsi kesehatan, manajement kesehatan
Klien mengatakan bila ia sakit pergi berobat kedokter.
2. Nutrisi metabolic
Klien mengatakan sebelum sakit pola makan klien teratur dan setelah sakit dan di
rawat di RS napsu makan klien berkurang.
3. Pola eliminasi
BAB: klien mengatakan sulit BAB
BAK: klien tidak mengalami masalah
4. Aktivitas dan latihan
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi √
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √

Ket: 0 : mandiri
1: bantuan dengan alat
2: bantuan orang
3: bantuan orang dengan alat
4: bantuan penuh
5. Pola istrahat dan tidur
Istirahat tidur klien seperti biasa sebelum klien sakit dan tidak mengalami
masalah.
6. Pola kognitif dan perseptual
Klien mengatakan untuk penglihatan, pendengaran pasien masih berfungsi dengan
baik.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Klien mengatakan sebelum sakit klien selalu berinteraksi dimasyarakat
8. Pola peran dan hubungan
Klien mengatakan hubungan peran dengan keluarga, teman dan pekerjaan pasien
baik-baik.
9. Pola reproduksi
Klien mengatakan memiliki 1 orang anak.
10. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Klien mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan dan tim medis tentang
penyakitnya, ekspresi wajah klien tampak tenang karena ia percaya ia bisa sembuh
dalam mengatasi masalah klien sering meminta bantuan orang lain.
11. Pola system dan nilai kepercayaan
Klien mengatakan sebelum sakit klien rajin beribadah.
E. PEMERIKSAAN FISIK
Head To Toe
 Kepala : Warna rambut hitam bercampur putih,
kebersihan terjaga, bentuk bulat,nyeri tekan
tidak ada
 Mata : Konjungtiva anamis, sclera tidak icterus,pupil bulat,
nyeri tekan tidak ada
 Telinga : Bersih
 Hidung : Bentuk simestris, secret (-), nyeri tekan (-)
 Mulut : Mukosa kering, bau mulut tidak ada
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroit
 Thorak/dada : Simetris kiri dan kanan
 Abdomen : Ada pembesaran abdomen, nyeri tekan (+)
 Ekstremitas : Akral hangat
 Genetalia :-
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 13-05-2019
Parameter Nilai rujukan Satuan Hasil
HEMATOLOGI
Leukosit 4000 – 10000 10^3/uL 21.9
Eritrosit 4.70 - 6.10 10^6/uL 3,72
Hemoglobin 11.5 - 16.5 g/dL 9,6
Hematokrit 37.0 - 47.0 % 29,8
Trombosit 150 – 450 10^3/uL 387
MCH 27.0 - 35.0 Pg 25,8
MCHC 30.0 – 40.0 g/dL 32,2
MCV 80,0 – 100,0 fL 80,1
KIMIA KLINIK

SGOT < 33 U/L 13


SGPT < 43 mg/dL 4
Bilirubin Direct < 0,30 mg/dL -
Ureum darah 10-40 mg/dL 23
Creatinin darah 0.5-1.5 mg/dL 1,0
Magnesium 1.70-2.50 mg/dL -
Albumin 3,50 – 5,70 g/dL -
Alkaline Fosfatase 34 – 114 U/L -
Chlorida Darah 98.0-109.0 mEg/L 95,0
Kalium Darah 3.50-5.30 mEq/L 4,12
Natrium Darah 135- 153 mEq/L 131
Calsium 8.10-10.40 mg/dL -

G. TERAPHY
1. Asam tranesamat 500 /8 jam
2. Asam mefenamat 500/8 jam
3. Sulfas ferosus 200mg/24 jam
4. Bienat 1 tab /8 jam
5. Cefadroxil 500 /8 jam
H. GENEOGRAM

Keterangan:

: laki-laki

: perempuan

: perempuan

I. ANALISA DATA

DATA TUJUAN MASALAH

DS:
Setelah dilakukan perawatan
- Klien mengatakan Nyeri
selama 1x24 jam di harapkan
nyeri pada bagian nyeri yang di rasakan klien
berkurang
perut
DO:
- Klien tampak tenang

J. DIGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan adanya kista ovarium
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi
K. INTERVENSI

No Diagnose Noc Nic


1. Nyeri Kriteria hasil :  Observasi TTV
berhubungan  Pasien dan keluarga Td:100/60 mmhg
dengan adanya menyatakan setalah di N:72x/m R:20x/m
kista ovarium lakukan edukasi  Anjurkan pasien
teknik relaksasi nafas istirahat yang cukup
dalam nyeri yang di  Atur posisi nyaman
rasakan klien mulai pasien
berkurang  Kolaborasi dengan
dokter tentang
pemberian terapy

2. Kriteria hasil:
Kurang
 Pasien dan keluarga  Observasi TTV Td:
pengetahuan
menyatakan 100/60 mmhg N:
berhubungan
pemahaman tentang 68x/m R:20x/m
dengan kurangnya
penyakit Sb:36,2
mengenal
informasi tentang  Pasien dan keluarga  Jelaskan tentang
mampu menjelaskan penyakit yang di derita
penyakit
kembali apa yang klien

Ds: dijelaskan perawat/tim  Edukasi tentang


kesehatan lainnya kebersihan diri
Klien mengatakan
tidak tahu tentang
penyakitnya

Do:
Klien bertanya
tentang
penyakitnya
3. Intoleransi Kriteria hasil:
Aktivitas
Klien mampu melakukan  Kaji kebutuhan
berhubungan
aktivitas mandiri sesuai individu terhadap
dengan kelemahan
kemampuan klien. Sepeti aktivitas.
fisik
makan,minum serta mandi  Beri bantuan sesuai
sendiri. dengan ketidak
Ds: Klien
mampuan pasien.
mengatakan
 Libatkan keluarga
semua aktivitas
dalam pemenuhan
masih di bantu
kebutuhan.
oleh keluarga
 Monitor perkembangan
pasien.
Do: Klien tampak
lemah

L. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


dan jam
Senin , 29 – 07  mengobservasi ttv S : Pasien mengatakan
– 2019 Td: 100/60 nyeri mulai berkurang
N : 72/ menit
R : 20x/ menit O: Pasien tampak
S: 36 ,6 0c tenang
 memberi pasien istirahat yang cukup
 Mengatur posisi nyaman untuk A: Setelah di lakukan
mengurangi nyeri intervensi nyeri mulai

 meberikan terapy obat-obatan sesuai berkurang


instruksi dokter
P: Lanjut intervensi
Selasa , 30-07  Observasi TTV Td: 100/60 mmhg N: S : Pasien dan keluarga
2019 68x/m R:20x/m Sb:36,2 menyatakan
 Menjelaskan tentang penyakit yang di pemahaman tentang
derita klien penyakit
 Edukasi tentang kebersihan diri O : Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
A:
Setelah dilakukan
edukasi klien
mengetahui tentang
penyakit
P:
lanjut intervensi

 Membantu klien sesuai dengan ketidak S : Klien mengatakan


Rabu, 31-07 mampuan pasien. lemah berkurang
2019  Libatkan keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan. O : klien sudah bisa
 Monitor perkembangan pasien. melakukan aktivitas
makan,minum dan
mandi sendiri

A: setelah di lakukan
intervensi lemah mulai
berkurang

P:
lanjut intervensi

Anda mungkin juga menyukai