Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang
hati. Hampir semua kasus hepatitis virus disebabkan oleh salah satu dari lima
jenis virus yaitu: virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis
C (HCV), virus hepatitis D (HDV), dan virus hepatitiis E (HEV).
Hepatitis virus merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di
seluruh dunia. Penyakit tersebut ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-
2 juta kematian setiap tahunnya. Banyak episode hepatitis merupakan penyebab
utama viremia yang persisten. Di Indonesia, berdasarkan data yang berasal dari
Rumah Sakit hepatitis A masih masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus
hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar 39,8%-68,3%.
Hepatitis virus akut merupakan sindrom klinis akibat infeksi virus
hepatototropik.Manifestasi klinis dapat tampak jelas, tidak jelas/sublkinis, atau
secara cepat mengalami progesi dan terjadi kegagalan faal hati yang fatal.
Tergantung pada penyebabnya, apakah terjadi infeksi secara bersamaan dengan
virus yang berbeda, dan apakah terdapat manifestasi ekstrahepatik, virus hepatitis
akut berbagai derajat morbiditas dan dapat berkembang menjadi hepatitis kronis,
sirosis hati bahkan karsinoma hepatoseluler, kecuali hepatitis virus A dan E (self
limiting disease).
Di negara bekembang dengan kondisi sanitasi yang buruk, 90% anak-anak
terinfeksi hepatitis A sebelum usia 10 tahun. Kebanyakan anak-anak yang
terinfeksi ini tidak menunjukkan gejala klinis.Pada umunya anak-anak yang lebih
tua dan dewasa sudah memiliki kekebalan yang baik da tidak sampai
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Penyakit peradangan hati atau lebih dikenal dengan hepatitis merupakan
penyakit endemik di Indonesia.Sulit untuk mengetahui insiden pasti penyakit
hepatitis karena pada sebagian kasus penyakit tersebut tidak menunjukkan
gejala.Hepatitis akut berlangsung kurang dari enam bulan, sedangkan hepatitis
kronis berlangsung lebih dari enam bulan.Hepatitis umumnya disebabkan oleh
virus hepatitis, namun belakangan ini perlemakan hati merupakanpenyebab
penyakit hati kronik yang semakin dominan (DEPKES, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pathogenesis hepatitis A pada manusia?
2. Bagaimana penatalaksanaan hepatitis A pada manusia?
3. Bagaimana komplikasi hepatitis A pada manusia?
4. Bagiamana pencegahan hepatitis A pada manusia?
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pathogenesis hepatitis A pada manusia?
2. Mengetahui penatalaksanaan hepatitis A pada manusia?
3. Mengetahui komplikasi hepatitis A pada manusia?
4. Mengetahui pencegahan hepatitis A pada manusia?
1.4 Manfaat
Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
hepatitis Aserta dapat melakukan diagnosis dan manajemen serta
pencegahanhepatitis A sesuai dengan standar tatalaksananya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etiologi
Virus hepatitis A (HAV) telah menginfeksi manusia selama berabad-
abad.HAV pertama kali diidentifikasi pada tahun 1973 melalui mikroskop
elektron (WHO, 2011).Virus hepatitis A (HAV) merupakan virus yang tidak
berkapsul, icosahedral, dengan besar 27 nm, dan virus RNA yang resisten
terhadap panas, asam, dan ether. Virus tersebut merupakan virus dengan genus
Hepatovirus dari family picornavirus.Virionnya mengandung empat kapsid
polipeptida, yaitu VP1 (30 kDa), VP2 (22 kDa), VP3 (2,5 kDa), dan VP4 (2,2
kDa), yang berasal dari produk poliprotein potongan posttranslasional genome
7500nukleotida (Longo et al, 2012). VP4 terletak di dalam kapsid virus dan
protein yang lain terpapar sebagian dari luar pada permukaan kapsid. Protein virus
yang lain, 2A, merupakan protein non-struktural yang masih berhubungan dengan
VP1 ketika pembentukan pentamer. Protein 2A selanjutnya dipotong dari VP1
oleh protease hospes. Pemotongan tersebut berfungsi untuk memproduksi virus
yang infeksius, tetapi tidak berperan pada proses replikasi virus (Seeger, et al.,
2009; WHO, 2011).
HAV tahan terhadap pH rendah dan panas (60 º C selama 60 menit) serta
suhu beku.Stabilitas pada lingkungan asam diperlukan virus untuk dapat mencapai
intestinal, di mana virus dapat bereplikasi sebelum menginfeksi liver.Virus dapat
bertahan dalam feses dan tanah dalam waktu yang lama (Seeger, et al., 2009;
WHO, 2011).Inaktivasi virus dapat dilakukan dengan pemanasan dalam air
mendidih selama 1 menit atau pada suhu 81 ºC selama 10 menit, kontak dengan
formaldehid, klorin, atau radiasi ultraviolet. Meskipun terdapat variasi antara
sekuen nukleotida antarisolat HAV dan pengenalan empat genotype juga penting,
semua strain virus secara imunologis tidak berbeda (Longo et al, 2012).
HAV merupakan virus RNA strand positif seperti HCV. Akan tetapi, HAV
memiliki lebih sedikit selubung lipid (Martin dan Lemon, 2006).Genom HAV
merupakan RNA rantai tunggal, 7.5 kb positive sense RNAdengan susunan dari
ujung berupa 735 basa nitrogen 5’ non-coding region sebagai internal ribosome
entry side (IRES), diikuti coding region untuk single viral polyprotein yang terdiri
dari 2225 asam amino, dan 63 basa nitrogen 3’ non-coding region yang diikuti
poly(A) tail yang pendek (Seeger, et al., 2009). Berdasarkan WHO 2011, genom
HAV berisi tiga daerah, yaitu 5' untranslated region dengan 734-742 nukleotida,
open reading frame, dan 3' non-coding region yang terdiri dari 40-80 nukleotida
(WHO, 2011). Protein yang dikode oleh virus, Vpg (genome-linked viral protein),
secara kovalen terikat pada ujung 5’ genome. Secara umum sekuen RNA HAV
lebih stabil dibandingkan virus RNA lain dengan frekuensi mutasi yang rendah
secara in vitro (Seeger, et al., 2009).
Saat virus memasuki sel, genom RNA berfungsi sebagai mRNA untuk
sintesis poliprotein virus yang selanjutnya dipotong menjadi protein virus
struktural dan non-struktural yang bertanggung jawab terhadap replikasi genom.
Viral 3C protease berfungsi dalam proses poliprotein, dengan junction VP1 dan
2A sebagai pengecualian. Selanjutnya, genom yang datang berfungsi sebagai
template untuk transkripsi minus-strand RNA, yang selanjutnya berfungsi sebagai
template plus strand (Seeger, et al., 2009).
Ada tujuh genotipe HAV diketahui, ditentukan oleh urutan VP1/P2a
junction region. Genotipe didefinisikan oleh variabilitas sekuen ~15% di region
ini, sementara subgenotypes berbeda sekitar 7,0-7,5%. Empat genotipe, yaitu I, II,
III dan VII, dapat menginfeksi manusia.Sedangkan, genotipe IV, V dan VI telah
ditemukan menginfeksi primata non-manusia. Semua genotipe HAV memiliki
bagian serotipe yang sama, terlepas dari asal-usul mereka, dan apakah mereka
berasal dari strain liar atau dilemahkan. Identifikasi genotipe HAV berbagai
subgenotypes telah secara signifikan meningkatkan kemampuan untuk
menyelidiki epidemiologi molekul wabah hepatitis A dan terutama rute
transmisinya (WHO, 2011).
2.3 Epidemiologi
Agen ini ditularkan secara fecal-oral.Penyebaran HAV dari manusia ke
manusia ditingkatkan oleh kebersihan diri yang buruk dan kepadatan
penduduk.Wabah besar serta kasus sporadik disebabkan oleh makanan dan
minuman yang tercemar.Pada negara maju, insiden hepatitis A telah menurun
yang disebabkan karena peningkatan kebersihan sanitasi (Longo et al, 2012).
Berdasarkan penilaian WHO dari Global Burden Disease (GBD), hasil
awal menunjukkan peningkatan global dari 117 juta infeksi pada 1990 sampai
121.000.000 infeksi pada tahun 2005. Menurut penilaian WHO,peningkatan
kejadian diamati pada kelompok umur 2-14 tahun dan>30 tahun.Kematian
meningkat dari 30.283 pada tahun 1990 menjadi 35.245 pada 2005 (WHO, 2011).
Prevalensi keseluruhan telah diklasifikasikan menjadi tinggi (>50% dari
populasi), menengah (15-50%), dan rendahnya tingkat endemisitas (<15%),
berdasarkan deteksi anti-HAV imunoglobulin G (IgG) antibodi dalam populasi.
Endemisitas tinggi infeksi HAV ditemukan di negara-negara dengan kondisi
sanitasi dan sosial ekonomi yang buruk, di mana infeksi biasanya terjadi sebelum
usia lima tahun. Endemisitas menengah HAV biasanya ditemukan di negara-
negara dalam masa transisi dari status sosial ekonomi rendah terhadap hunian
yang meningkat dan kondisi higienis, terutama di segmen penduduk kelas
menengah. Di negara-negara tersebut, populasi anak dapat lolos infeksi HAV
pada anak usia dini. Akibatnya, anak-anak dan dewasa muda menjadi rentan
terhadap infeksi HAV.Infeksi HAV pada populasi ini dikaitkan dengan
manifestasi klinis yang parah dibandingkan dengan presentasi subklinis pada
bayi.Di negara-negara dengan endemisitas HAV rendah, risiko tertular infeksi
HAV rendah, atau sangat rendah(WHO, 2011).
Pergeseran epidemiologi tinggi ke endemisitas menengah HAV sekarang
sedang diamati di seluruh dunia.Akibatnya, lebih banyak orang dewasa lolos dari
paparan HAV saat anak – anak, tetapi menjadi rentan terhadap infeksi selama
wabah(WHO, 2011).
2.5 Pathogenesis
2.5.1. Transmisi HAV
HAV umumnya ditularkan melalui rute fekal-oral baik dari kontak orang-
ke-orang atau menelanmakanan atau air yang terkontaminasi.Hepatitis A adalah
infeksi enterik yang disebarkan oleh ekskresi yang terkontaminasi.Konsentrasi
virus akanmeningkat dalam kotoran pasien selama 3 - 10 hari sebelum onset
penyakitsampai 1 – 2 minggu setelah ikterus muncul atau ketika 3 – 6 minggu
masa inkubasi.Oleh karena itu, tingginya prevalensi infeksi pada suatu daerah
dengan standard sanitasi yang rendah dapat menyebabkan mudahnya transmisi
HAV.HAV stabil pada suhu tertentu dan pH rendah, sehingga HAV dapat
bertahan di lingkungan, ditransmisikan melalui makanan yang terkontaminasi, dan
melewati barrier asam lambung (WHO, 2000; Martin dan Lemon, 2006).Ekskresi
feses HAV berlangsung lama pada anak-anak dan orang dengan
immunocompromised (sampai dengan 4 - 5 bulan setelah infeksi) dibandingkan
pada orang dewasa yang sehat(WHO, 2000).
2.10Penatalaksanaan
Tirah baring pada saat gejala muncul adalah tindakan pertama yang
dilakukan, kemudian mobilisasi secara bertahap dilakukan apabila gejala sudah
mulai berkurang.Pada penderita anak-anak atau orang yang tua seringkali harus
dirawat di rumah sakit untuk dilakukan monitoring yang ketat terhadap nutrisi dan
cairan sehingga tidak sampai terjadi perburukan dari penyakit (Nusi et al, 2007).
Antivirus tidak memberikan hasil baik terhadap hepatitis A, tidak seperti
antibiotik terhadap bakteri, oleh karena itu tindakan pencegahan adalah yang
terbaik dilakukan karena tidak ada pengobatan yang spesifik untuk hepatitis.
Terapi utama adalah terapi suportif dan menjaga keseimbangan gizi tinggi kalori,
tinggi protein (protein 1 g/kg, 30-35 kal/kg), walaupun sulit memberikan asupan
nutrisi pada pasien yang anoreksia dan sering mual dan muntah. Untuk mengatasi
mual dan muntah, bisa diberikan obat-obatan prokinetik (metoklopramid,
domperidon, cisapride). Apabila asupan oral tidak mampu, maka bisa
dipertimbangkan memberikan asupan nutrisi parenteral.Pada pasien dengan
hepatitis yang disertai dengan kolestasis yang berat, perlu diberikan suplementasi
vitamin K (Nusi et al, 2007).
Rujukan ke pusat kesehatan yang dapat melakukan transplantasi hati dapat
dilakukan pada kondisi fulminan hepatitis, meskipun sebenarnya sulit
mengidentifikasi pasien yang perlu mendapat transplantasi hati. (WHO, 2000).
2.11 Pencegahan
Penyebaran virus hepatitis A melalui rute fecal-oral, karenanya kebersihan
diri, kualitas sumber air yang baik dan kebiasaan membuang limbah pada
tempatnya dapat menurunkan prevalensi infeksi virus hepatitis A. Dalam rumah
tangga, higienitas dan sanitasi yang baik, termasuk selalu mencuci tangan setelah
buang air atau sebelum menyiapkan makanan adalah penting untuk menurunkan
resiko transmisi virus dari individual yang terinfeksi sebelum dan sesudah klinis
penyakitnya muncul. Perlindungan sebelum paparan adalah dengan melakukan
vaksinasi hepatitis A dan pemberian IgG juga dianjurkan. Imunisasi seharusnya di
prioritaskan terhadap orang dengan resiko tinggi terserang hepatitis A. Bagi orang
yang telah terserang hepatitis A dan belum pernah imunisasi, dapat diberikan IG
yang dapat memodifikasi gejala dari infeksi. Imunisasi scara universal sukses
mengontrol hepatitis A, walaupun dengan biaya tinggi dan keterbatasan
ketersediaan vaksin. (WHO, 2000)
Untuk memberikan kekebalan terhadap hepatitis A, bisa diberikan melalui
imunisasi aktif maupun pasif:
a. Imunisasi Aktif
Vaksin hepatitis A yang di lisensi oleh Amerika adalah Vaqta dan Havrix
yang mengandung virus inaktif yang menggunakan keseluruhan struktur virus
yang ditumbuhkan dalam sel diploid fibroblas manusia. Ada pula kombinasi virus
hepatitis A dengan hepatitis B yaitu Twinrix. Virus dimurnikan dan di inaktifkan
dengan formalin dan diabsorbsi aluminium hidroksida. Havrix dan twinrix
ditambahkan 2-fenoksietanol sebagai pengawet, dan Vaqta tanpa pengawet.
Semua preparat vaksin hepatitis A digunakan secara intramuscular injeksi. Selama
1 bulan setelah menerima dosis awal vaksin hepatitis A, 97% anak dan remaja,
95% dewasa terbentuk antibodi protektif, dengan pemberian dosis kedua 100%
individu terlindungi dari infeksi. (WHO,2000)
- Dosis diberikan secara injeksi IM pada otot deltoid dan glutea. Pada anak
<2 tahun, injeksi diberikan pada anterolateral paha.
- Diulang tiap 5 bulan jika terpapar HAV
2.13 Komplikasi
Sebagian kecil pasien dengan infeksi hepatitis A mengalami relaps
beberapa minggu sampai baberapa bulan setelah pulih dari infeksi akut. Relaps
ditandai dengan munculnya gejala awal dari infeksi hepatitis A dan peningkatan
dari aminotransferase, jaundice, dan ekskresi fecal dari HAV.Walaupun gejala
nampaknya berat, tapi infeksi virus hepatitis A adalah self limiting disease yang
bisa sembuh sendiri, tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing(Longo et
al, 2012).
b. Koagulasi
Pemantauan factor koagulasi menjadi sangat penting untuk
menentukanperbaikan atau perburukan dari fungsi hepar. Pemberian fresh-frozen
plasma (FFP), tidak dilakukan kecuali apabila didapatkan tanda perdarahan atau
akan dilakukan prosedur invasive. Apabila diperlukan, maka FFP yang diberikan
adalah 2-4 unit FFP setiap 6-12 jam tergantung derajat koagulopati. Transfusi
platelet juga bisa diberikan apabila jumlahnya kurang dari 50.000/ml
c. Sistem Kardiovaskuler
Aritmia bisa seringkali terjadi apabila ada ketidakseimbangan elektrolit,
maka penting sekali untuk kita mengetahui kelainan elektrolit dan cara untuk
koreksinya. Sirkulasi hiperdinamik adalah salah satu karakteristik hepatitis
Fulminan, ditandai dengan vasodilatasi sistemik dan splancnic yang menyebabkan
peningkatan cardiac output, dan penurunan tekanan darah arteri.Bila tekanan
darah turun sangat drastic, maka pemberian adrenalin atau noradrenalin adalah
vasopresor terbaik. Monitoring tekanan vena sentral juga penting untuk menilai
kebutuhan cairan (target, 8–12 mmHg)
d. Paru
Intubasi dan ventilasi mekanik bisasanya dibutuhkan oleh pasien yang
berada dalam kondisi ensefalopati yang parah, sehingga ventilasi adalah satu-
satunya cara untuk mencegah peningkatan tekanan intracranial dan aspirasi
pulmonal.
e. Ginjal
Karena kondisi penurunan tekanan darah sistemik, maka pemberian
dopamine (2–4 µg/kg/h) dapat meningkatkan perfusi renal sehingga menurunkan
risiko kerusakan ginjal karena hipoperfusi.Pemasangan kateter bisa dilakukan
pada pasien oliguria, namun jangan diberikan pada pasien anuria.Pemasangan
kateter meningkatkan risiko infeksi dan perburukan kondisi pasien.
f. Otak
Saturasi oksigen yang menurun <55% menunjukan adanya iskemi serebral,
dan saturasi antara 55%-85% menunjukan penurunan metabolisme otak dan
hyperemia serebral.Untuk menjaga aliran darah ke otak, diusahakan menjaga
kepala pasien pada sudut 20° untuk meningkatkan aliran vena jugularis.Bila
terjadi hipertensi intracranial, bolus manitol .5 to 1 g/kg dan bisa diulang hingga
olmolaritas plasma mencapai 310mOsm/L.
DAFTAR PUSTAKA
Longo, D.L., Fauci, A.S., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Jameson, J.L., Loscalso, J.
2012. Harrison’s Principles of Internal Medicine 18th Ed. Mc Graw Hill,
page 2537 – 2557.
Schiff, E.R., Sorrell, M.F., Maddrey, W.C. 2006. Schiff’s Diseases of the Liver
9th Edition.