Anda di halaman 1dari 10

PERHITUNGAN BANJIR RANCANGAN UNTUK MENUNJANG

RENCANA PEMBANGUNAN SDA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Analisis Struktur yang


diampu oleh Laily Fatmawati,S.T M.T

DISUSUN OLEH :

Nama : Vanny Dwi Indra Kusuma

NPM : 1752010055

FAKULTAS TEKNIK

PRODI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN

2018

ii
Definisi Banjir Rancangan
 Banjir rancangan (design flood) adalah besaran debit yang secara statistik akan disamai atau
terlampaui sekali dalam kala ulang tertentu.

Contoh: Q5, Q10, Q25, Q100 dst.

 Q100 (banjir rancangan 100 tahun) artinya debit yang secara statistik akan terjadi sekali
dalam 100 tahun dengan peluang kejadian tiap tahun adalah 1/100.

Definisi Kala Ulang


 Kala ulang (return period) merupakan waktu hipotetik, yang mana hujan atau debit dengan
suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tertentu. Jadi,
tidak ada pengertian bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur setiap kala ulang
tersebut.

Data untuk Analisa Banjir Rancangan


 Ada 2 jenis data:
- Data debit
- Data hujan
 Spesifikasi:
- Input data debit maksimum tahunan (Qmaks tahunan)
- Output debit puncak banjir (Qp) dan non hidrograf
pendekatan: hidrograf segitiga
- Proses yang dipakai merupakan analisa frekuensi
(Metode Gumbel, Log Pearson III, dll.)

Data Hujan
 Input data: hujan rancangan & hujan jam-2an

- data hujan daerah harian maks tahunan (topik bahasan: Hujan Daerah)
- proses analisa frekuensi (Metode Gumbel, Metode Log Pearson III, dll)

 Output: hidrograf & debit puncak banjir (Qp)

 Proses: HSS Nakayasu, HSS Snyder,HSS Gama I, HSS Limantara, dll

iii
SKEMA ANALISA BANJIR RANCANGAN

Hitung Simpangan baku (Si) dan koefisien kepencengan (Cs)

Hitung hujan rancangan dengan kala ulang tertentu


Menghitung besarnya hujan rancangan dengan kala ulang yang telah ditentukan dengan memasukkan
harga-harga sebagai berikut : Untuk kala ulang 5 tahun, Pr = 1
x100%
5

iiii
HIDROGRAF SATUAN SINTETIS NAKAYASU (HSS NAKAYASU)

Ditemukan di jepang jika digunakan di Indonesia membutuhkan penyesuaian dengan cuaca indonesia

Parameter yang diperlukan :

1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (Time to Peak Magnitude)

2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (Time Lag)

3. Tenggang waktu hidrograf (Time Base of Hydrograph)

4. Luas daerah pengaliran (Catchment Area)

5. Panjang alur sungai utama terpanjang (Length of The Longest Channel)

6. Koefisien pengaliran (Run off Coeficient)

Tp = Tg + 0,8 tr

T0,3 =  tg

Tg = tenggang waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (Time Lag)  jam

Jika L  15 km
 = parameter hidrograf
Tg = 0,40 + 0,058 L tr = satuan waktu hujan
L < 15 kmTg = 0,21 L^0,7 (1 jam)

iiv
HIDROGRAF SATUAN SINTETIS SNYDER (HSS SNYDER)

Penemu F.F. Snyder, tahun 1938 di USA dan juga butuh penyesuaian di indonesia

Parameter yang dihubungkan :

1. Luas DAS

2. Panjang sungai utama

3. Jarak antara titik berat DAS dengan outlet

Perumusan : Tp = Ct . (L.Lc)n

dengan L = panjang aliran utama (km)

Lc = Panjang aliran utama dari titik berat DAS ke pelepasan DAS (km)

Tp = (jam)

iv
ivi
Jika parameter kemiringan sungai diketahui :

Tp = Ct * (L. Lc/S^1/2)n (jam)

 S = kemiringan sungai

n = 0,38

Ct = 1,2  pegunungan

0,72  kaki bukit

0,35  jurang

0,08  perkotaan

Debit Maksimum Total :

Qp = qp * h * A/100

Qp = debit maksimum total (m3/dt/mm)

H = curah hujansatuan (m)

A = luas DAS (km)

ivii
HIDROGRAF SATUAN SINTETIS LIMANTARA

PENGERTIAN HSS Unt sungai-2 yg tdk mempunyai hidrograf banjir pengamatan : hidrograf-
hidrograf sintetis yang telah dikembangkan di Negara- negara lain parameter-parameternya harus
disesuaikan terlebih dahulu dengan karakteristik daerah pengaliran yang ditinjau.

Hidrograf Satuan Sintetis merupakan suatu cara untuk memperkirakan penggunaan konsep hidrograf
satuan dalam suatu perencanaan yang tidak tersedia pengukuran-pengukuran langsung mengenai
hidrograf banjir.

HSS yang telah dikembangkan oleh para pakar antara lain:

HSS Snyder, HSS Nakayasu, HSS SCS, HSS Gama I, HSS Limantara

HSS Limantara:

- Asal: Indonesia

- Penemu: Lily Montarcih Limantara, tahun 2006.

- Lokasi penelitian di sebagian Indonesia:

1. Jawa (6 DAS, 67 Sub DAS)

2. Bali (2 DAS, 13 Sub DAS)

3. Lombok (1 DAS, 5 Sub DAS)

4. Kalimantan Timur (1 DAS, 9 Sub DAS).

PARAMETER FISIK DAS :

1. Luas DAS (A)

2. Panjang sungai utama (L)

3. Panjang sungai diukur sampai titik terdekat dengan titik berat DAS (Lc)

4. Kemiringan sungai (S)

5. Koefisien kekasaran (n)

iviii
PERSAMAAN DEBIT PUNCAK

Qp = 0,042.A0,451.L0,497.Lc0,356.S-0,131.n0,168

dengan Qp= debit puncak banjir hidrograf satuan

(m3/dt/mm)

A= luas DAS (km2)

L= panjang sungai utama (km)

Lc= panjang sungai dari outlet sampai titik terdekat dengan titik berat DAS
(km)

S= kemiringan sungai utama

n= koefisien kekasaran DAS 0,042 = koefisien untuk konversi satuan (m0,25/dt

PERSAMAAN KURVA TURUN

Qt = Qp.100,175(Tp – t)

dengan

Qt = debit pada pers kurva turun (m3/dt/mm)

Qp = debit puncak hidrograf satuan (m3/dt/mm)

Tp = waktu naik hidrograf atau waktu mencapai puncak hidrograf (jam)

t = waktu hidrograf (jam)

0,175 = koefisien untuk konversi satuan (dt-1)

Batasan keberlakuan HSS Limantara

PERSAMAAN KURVA NAIK

Qn = Qp. [(t/Tp)]1,107

dengan Qn = debit pada persamaan kurva naik (m3/dt/mm)

Qp = debit puncak hidrograf satuan (m3/dt/mm)

t = waktu hidrograf (jam)

Tp = waktu naik hidrograf atau waktu mencapai puncak hidrograf (jam)

iix
Batasan keberlakuan HSS limantara
Uraian Notasi Satuan Kisaran
2
Luas DAS A km 0,325 – 1667,500
Panjang sungai
L km 1,16 – 62,48
utama
Jarak titik berat
Lc km 0,50 – 29,386
DAS ke outlet
Kemiringan 0,00040 –
S -
sungai utama 0,14700
Koefisien
N - 0,035 – 0,070
kekasaran DAS
Bobot luas hutan Af % 0,00 - 100

ix

Anda mungkin juga menyukai