Anda di halaman 1dari 36

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik dengan kandungan gizi paling baik dan sesuai
bagi pertumbuhan dan perkembangan optimal bayi.1 Air susu ibu (ASI) adalah cairan
tanpa tanding yang diciptaan Allah.2 ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan
tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan.3 Dalam rangka menurunkan angka kesakitan
dan kematian anak, United Nation Chidrens Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu
(ASI) selama paling sedikit enam bulan. Di mana ASI adalah satu-satunya makanan dan
minuman terbaik untuk bayi.1,4

Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit
diare dan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi infeksi, mempererat
hubungan batin ibu dan bayi sehingga bayi akan lebih sehat dan cerdas. Proses pemberian
air susu ibu (ASI) bisa saja mengalami hambatan dengan alasan produksi ASI berhenti.
Persoalan ini dialami oleh banyak ibu menyusui, tidak semua ibu menyusui melakukan
dengan benar, ada yang memberi makanan padat atau susu formula sebelum bayi berusia
empat atau enam bulan.1,4

Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang
dibutuhkan bayi dalam jumlah yang seimbang. Selama pemberian ASI eksklusif ini, pihak
keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi
secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus, misalnya di tempat kerja
maupun tempat sarana umum. Kebutuhan bayi akan zat gizi jika dibandingkan dengan
orang dewasa dapat dikatakan sangat kecil. Namun jika diukur berdasarkan persentase
berat badan, kebutuhan bayi akan zat gizi melampaui kebutuhan orang dewasa, hampir
dua kali lipat.4

Survey demografi World Health Organization (WHO) tahun 2000 menemukan bahwa
pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan pertama sangat rendah terutama di Afrika
Tengah dan Utara, Asia dan Amerika Latin. Berdasarkan penelitian WHO tahun 2000 di
enam negara berkembang, resiko kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat 40% jika

1
bayi tersebut tidak disusui, untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini
meningkat menjadi 48%.2,3

Survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health Surveillance
System (NSS) bekerja sama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 kota
(Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan (Sumatera Barat, Lampung,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan), menunjukkan
bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4-12%, sedangkan di
pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di perkotaan antara 1-13%,
sedangkan dipedesaan 2-13% (Depkes RI, 2004). Menurut data Nutrition and Health
Surveillance System tahun 2002, di daerah pinggiran Kota Semarang, di antara bayi-bayi
berumur 0-1 bulan, 35%-nya mendapat ASI Eksklusif dan 46% telah mengkonsumsi
beberapa jenis makanan padat. Sementara itu, di antara bayi-bayi berumur 4-5 bulan,
15%-nya mendapat ASI namun tidak lama dan 80% telah mengkonsumsi makanan
tambahan.3

Berbagai penelitian mengemukakan banyak hal yang mempengaruhi pemberian ASI


eksklusif baik itu dari faktor internal ibu sendiri maupun faktor eksternal yang akan
dibahas dalam bab 2. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Oleh karena itu penelitian ini dibuat untuk
melihat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Berdasarkan penelitian WHO tahun 2000 di enam negara berkembang, resiko
kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui,
untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%.
1.2.2 Menurut data Nutrition and Health Surveillance System tahun 2002, di daerah
pinggiran Kota Semarang, di antara bayi-bayi berumur 0-1 bulan, 35%-nya mendapat
ASI Eksklusif dan 46% telah mengkonsumsi beberapa jenis makanan padat.
Sementara itu, di antara bayi-bayi berumur 4-5 bulan, 15%-nya mendapat ASI namun
tidak lama dan 80% telah mengkonsumsi makanan tambahan.
1.2.3 Belum diketahuinya mengenai pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya pada ibu yang mempunyai balita yang berusia 6 bulan – 2 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019.

2
1.3 Hipotesis

Adanya hubungan usia ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, pengetahuan
ibu, dukungan suami, urutan kelahiran bayi, dan dukungan petugas kesehatan dengan
pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai balita yang berusia 6 bulan
sampai dengan 2 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya


pada ibu yang mempunyai balita yang berusia 6 bulan – 2 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019.

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Diketahuinya cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota
Bajawa.
1.4.2.2 Diketahuinya sebaran usia ibu, tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, dukungan
suami, status pekerjaan ibu, urutan kelahiran bayi, dan dukungan petugas kesehatan,
dan pemberian ASI eksklusif.
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan usia ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu,
pengetahuan ibu, dukungan suami, urutan kelahiran bayi, dan dukungan petugas
kesehatan, dengan pemberian ASI eksklusif.

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Peneliti


1.5.1.1 Menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah untuk merumuskan dan
memecahkan masalah yang ada di masyarakat.
1.5.1.2 Meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan sistematis dalam mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah kesehatan.
1.5.1.3 Mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam bidang penelitian.
1.5.1.4 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.

3
1.5.2 Bagi Puskesmas
1.5.2.1 Sebagai salah satu masukan sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan
khususnya dokter puskesmas dan perawat puskesmas.
1.5.2.2 Hasil penelitian ini merupakan dasar bagi penelitian selanjutnya pada Puskesmas
Kota Bajawa.

1.5.3 Bagi Masyarakat

1.5.3.1 Meningkatkan pengetahuan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan


pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kota Bajawa.
1.5.3.2 Sebagai informasi untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

Bab II

4
Tinjauan Pustaka

2.1 ASI Ekslusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik dengan kandungan gizi paling baik dan sesuai
bagi pertumbuhan dan perkembangan optimal bayi.1 Air susu ibu (ASI) adalah cairan
tanpa tanding yang diciptaan Allah.2 ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan. 3

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi
baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis
menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare,
otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah. Kolostrum mengandung
zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (matur). Zat kekebalan yang
terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit diare dan menurunkan
kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi infeksi, mempererat hubungan batin ibu dan
bayi sehingga bayi akan lebih sehat dan cerdas. Proses pemberian air susu ibu (ASI) bisa
saja mengalami hambatan dengan alasan produksi ASI berhenti. Persoalan ini dialami
oleh banyak ibu menyusui, tidak semua ibu menyusui melakukan dengan benar, ada
yang memberi makanan padat atau susu formula sebelum bayi berusia empat atau enam
bulan.1,4

Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang
dibutuhkan bayi dalam jumlah yang seimbang. Selama pemberian ASI eksklusif ini,
pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu
bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus, misalnya di tempat
kerja maupun tempat sarana umum. Kebutuhan bayi akan zat gizi jika dibandingkan
dengan orang dewasa dapat dikatakan sangat kecil. Namun jika diukur berdasarkan
persentase berat badan, kebutuhan bayi akan zat gizi melampaui kebutuhan orang
dewasa, hampir dua kali lipat. Makanan pertama dan utama bayi tentu saja ASI. ASI
cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal, yakni karbohidrat yang
berupa laktosa, asam lemak tak jenuh ganda, protein laktalbumin yang mudah dicerna,
kandungan vitamin dan mineralnya banyak, rasio kalsium fosfat sebesar 2:1 yang
merupakan kondisi ideal bagi penyerapan kalsium, dan mengandung zat anti infeksi.4

5
Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta - juta ibu diseluruh dunia menyusui
bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang buta huruf pun dapat
menyusui anak-anaknya dengan baik. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironisnya
pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan. Penelitian
di Indonesia hanya 8% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai
berumur 6 bulan.2

Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Chidrens
Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya
anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan. Di mana ASI
adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi.1,4

Menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk
air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah
juga diperbolehkan).4

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VK/2004 tentang Pemberian


ASI Secara Eksklusif di Indonesia menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selam 6 bulan
dan dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan
pemberian makanan tambahan yang sesuai.4 Selain itu Undang-Undang No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan, juga secara khusus mengamanatkan setiap bayi berhak
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai dengan 6 (enam) bulan setelah
dilahirkan, kecuali bila ada indikasi medis lain. 3 Delapan puluh persen perkembangan
otak anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan
periode emas, oleh karena itu diperlukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan
dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.4

Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-macam


seperti misalnya budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu
formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu
sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula. Kurangnya sikap,
pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI menjadi faktor terbesar yang
menyebabkan ibu-ibu muda terpengaruh dan beralih kepada susu botol atau susu
formula. Selain itu, gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan

6
makanan/minuman secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang
berhasilnya pemberian ASI maupun ASI eksklusif.2,3

Survey demografi World Health Organization (WHO) tahun 2000 menemukan bahwa
pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan pertama sangat rendah terutama diAfrika
Tengah dan Utara, Asia dan Amerika Latin. Berdasarkan penelitian WHO (2000) dienam
negara berkembang, resiko kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi
tersebut tidak disusui, untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini
meningkat menjadi 48%.2,3

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan pemberian ASI di
Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai
dengan 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam
mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah.3

Survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health Surveillance
System (NSS) bekerja sama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4
kota (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan (Sumatera Barat,
Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan),
menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4-12%,
sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di perkotaan antara
1-13%, sedangkan dipedesaan 2-13% (Depkes RI, 2004). Menurut data Nutrition and
Health Surveillance System (2002), di daerah pinggiran Kota Semarang, di antara bayi-
bayi berumur 0-1 bulan, 35%-nya mendapat ASI Eksklusif dan 46% telah
mengkonsumsi beberapa jenis makanan padat. Sementara itu, di antara bayi-bayi
berumur 4-5 bulan, 15%-nya mendapat ASI namun tidak lama dan 80% telah
mengkonsumsi makanan tambahan.3

2.1.1 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif

2.1.1.1 Faktor Internal

Umur ibu mempunyai peran dalam pemberian ASI Eksklusif di mana umur
merupakan usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan bekerja.5

7
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan, persalinan,
dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai dengan masa
reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif,
sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara
fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta
pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat
reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi
risiko bawaan pada bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan,
persalinan dan nifas.6 Umur ibu mempunyai peran dalam pemberian ASI Eksklusif
karena keberanian untuk menyusui bayi tidak ragu-ragu lagi bagi ibu-ibu yang
umurnya lebih dari 30 tahun.7

Umur 35 tahun lebih, ibu melahirkan termasuk berisiko karena pada usia ini erat
kaitannya dengan anemia gizi yang dapat mempengaruhi produksi ASI yang
dihasilkan. Penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkat umur maka
persentase berpengetahuan semakin baik karena disebabkan oleh akses informasi,
wawasan, dan mobilitas yang masih rendah. Menurut penelitian tersebut dikatakan
bahwa semakin meningkatnya umur dan tingkat kematangan maka kekuatan
seseorang dalam berpikir dan bekerja juga akan lebih matang.5

Menurut penelitian Rahmawati dkk di wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani


Kabupaten Bone ditemukan bahwa terdapat hubungan antara faktor usia ibu dengan
praktek menyusui ASI Eksklusif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor umur
merupakan faktor yang berperan dalam praktek menyusui.8

Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa juga mempengaruhi
pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan semakin besar peluang
untuk memberikan ASI Eksklusif. Sebaliknya akses terhadap media berpengaruh
negatif terhadap pemberian ASI, dimana semakin tinggi akses ibu pada media
semakin tinggi peluang untuk tidak memberikan ASI Eksklusif. Tingkat pendidikan
formal yang tinggi memang dapat membentuk nilai-nilai progresif pada diri
seseorang, terutama dalam menerima hal-hal baru, termasuk pentingnya pemberian
ASI secara eksklusif pada bayi. Namun karena sebagian besar ibu dengan pendidikan
tinggi bekerja di luar rumah, bayi akan ditinggalkan di rumah di bawah asuhan nenek,
mertua atau orang lain yang kemungkinan masih mewarisi nilai-nilai lama dalam

8
pemberian makan pada bayi. Dengan demikian, tingkat pendidikan yang cukup tinggi
pada wanita di pedesaan tidaklah menjadi jaminan bahwa mereka akan meninggalkan
tradisi atau kebiasaan yang salah dalam memberi makan pada bayi, selama
lingkungan sosial di tempat tinggal tidak mendukung ke arah tersebut.8

Hasil penelitian Widianto dkk yang dilaksanakan di Desa Kramat Kecamatan


Penawangan Kabupaten Grobogan Kota Semarang, menunjukkan bahwa kemampuan
dasar seseorang dalam berpikir untuk pengambilan keputusan khususnya dalam
pemberian ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan semakin rendah. Penelitian tersebut
membuktikan bahwa ada korelasi antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif.2

Status pekerjaan ibu memiliki hubungan dengan pemberian ASI eksklusif status
pekerjaan ibu bekerja maka besar kemungkinan ibu tidak memberikan ASI eksklusif
pada bayinya, dan apabila status pekerjaan ibu tidak bekerja maka besar kemungkinan
ibu dapat memberikan ASI eksklusifnya. Hasil ini tidak berbeda dengan beberapa
penelitian tentang ASI eksklusif di berbagai negara. Ibu yang bekerja akan
menghadapi beberapa kendala dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya,
antara lain: alokasi waktu, kualitas kebersamaan dengan bayi, beban kerja, stres, dan
keyakinan ibu untuk memberikan ASI eksklusif akan terpengaruh. Ibu yang bekerja
memiliki keyakinan yang rendah untuk memberikan ASI eksklusif. Kebanyakan ibu
bekerja, waktu merawat bayinya lebih sedikit, jarak bekerja jauh, sehingga
memungkinkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Ibu yang bekerja
meningkatkan frekuensi kegagalan pemberian ASI eksklusif. Sebenarnya apabila ibu
bekerja masih bisa memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan cara memompa
atau dengan memerah ASI, lalu kemudian disimpan dan diberikan pada bayinya
nanti.3,11,13

Hasil penelitian oleh Dahlan dkk di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang menyatakan bahwa banyak ibu tidak menyusui secara eksklusif
dikarenakan ASI tidak cukup, ibu bekerja dengan cuti hamil tiga bulan, jam kerja, dan
takut ditinggal suami.11

9
2.1.1.2 Faktor Eksternal

Dukungan keluarga, terutama suami sebagai orang terdekat ibu dapat menentukan
keberhasilan atau kegagalan menyusui, sebab dukungan suami mempengaruhun
kondisi emosional ibu yang akan menimbulkan rasa nyaman pada ibu sehingga akan
mempengaruhi produksi ASI serta meningkatkan semangat dan rasa nyaman dalam
menyusui. Dalam kenyataan, masih banyak suami yang berpendapat bahwa menyusui
adalah urusan ibu dengan bayinya, sehingga kurang peduli.9,10 Social support system
termasuk dukungan dari suami dan orang tua ibu memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keberhasiln ibu memberikan ASI eksklusif. Penelitian lain menunjukkan
bahwa dukungan suami dan orang tua adalah support system yang mendorong ibu
menginisiasi dan mempertahankan laktasi, terutama ibu-ibu baru yang akan memulai
laktasi.1

Dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan sang ayah adalah dukungan yang
paling berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI
khususnya ASI Eksklusif dengan cara memberikan dukungan secara emosional dan
bantuan-bantuan yang praktis.1,11 Kaum ayah dituntut selalu meyakinkan bahwa ibu
pasti mampu menyusui. Secara psikologis, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan
bagi ibu untuk menyusui bayi semaksimal mungkin.12 Dukungan emosional suami
sangat berarti dalam menghadapi tekanan luar yang meragukan perlunya ASI
Eksklusif.1

Hasil penelitian Rahmawati dkk di wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten
Bone membuktikan bahwa terdapat hubungan antara dukungan suami dengan
pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang suaminya mendukung pemberian ASI Eksklusif
cenderung memberikan ASI Eksklusif sebesar 2x lebih besar dari pada ibu yang
suaminya kurang mendukung pemberian ASI Eksklusif. 8 Penelitian lain yang
dilakukan oleh Nasution di wilayah kerja Puskesmas Bungus menunjukkan bahwa
pemberian ASI tidak eksklusif lebih banyak pada Ibu yang kurang mendapat
dukungan suami, dibandingkan dengan Ibu yang mendapat dukungan suami. 13

Faktor eksternal lainnya adalah urutan kelahiran bayi. Ibu yang baru pengalaman
pertama menjadi ibu, biasanya sangat sensitif bila menyangkut buah hatinya. Ini
membuat ibu sangat rentan terhadap berbagai provokasi maupun persuasi. Orang tua
yang sudah berpengalaman merawat anak-anaknya terdahulu, dengan mengikuti

10
kursus-kursus yang diberikan dalam klinik sebelum kelahiran atau pernah menjaga
anak-anak terdahulu, lebih yakin dalam melaksanakan peran orang tua daripada
mereka yang tidak mempunyai pengalaman seperti itu. Orangtua yang menetapkan
norma-norma perilaku berdasarkan apa yang dilakukan terhadap anak-anaknya yang
terdahulu dalam berbagai tingkat usia, mereka cenderung menilai bayi yang baru lahir
sesuai dengan hal tersebut. Demikian juga dalam hal pemberian ASI, apabila ibu
mendapatkan pengalaman yang baik dari pemberian ASI eksklusif terhadap anak
pertamanya, maka pada anak yang dilahirkan selanjutnya ibu juga akan melakukan
hal yang sama yaitu memberikan ASI ekslusif pada bayinya. 8

Penelitian Sriningsih di Puskesmas Magelang Utara dan Puskesmas Jurang Ombo


menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak sedikit seharusnya memiliki lebih kecil
kemungkinannya untuk menyusui secara penuh, hasilnya menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara jumlah anak dengan pemberian ASI eksklusif. 15
Namun hasil
penelitian Rahmawati dkk di wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone
mengemukan bahwa terdapat hubungan antara urutan kelahiran bayi dengan
pemberian ASI eksklusif.8

Peran selanjutnya yang berkaitan dengan keberhasilan ASI eksklusif berasal dari
tenaga medis yang diharapkan dapat menginformasikam kepada semua ibu yang baru
melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif dengan mengacu pada 10 langkah
keberhasilan menyusui.4 Faktor dukungan dari petugas kesehatan mengenai kegagalan
pemberian ASI eksklusif yang disebabkan kurangnya dukungan dari petugas
kesehatan dianggap paling bertanggung jawab dalam keberhasilan penggalakan
pemberian ASI serta menduduki posisi penting dalam memberikan pengaruh, edukasi,
dan dukungan terhadap praktik menyusui.1,16

Tenaga kesehatan, salah satunya adalah bidan, wajib melakukan inisiasi menyusu dini
terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 jam dan wajib
memberikan informasi dan edukasi ASI eksklusif kepada ibu dan/atau anggota
keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan
periode pemberian ASI eksklusif selesai. IMD dapat memberikan peluang delapan
kali lebih besar untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Selain itu IMD dapat
menurunkan kematian bayi sebesar 22% pada 28 hari pertama kehidupan.16 Selain itu
perawatan rooming-in turut serta mendukung IMD. Rooming-in adalah kondisi di

11
mana ibu dan bayi ditempatkan bersama-sama dalam satu ruang memudahkan ibu
untuk bisa selalu memberikan ASI kepada bayi kapan saja bayi mau, sehingga
praktik ASI eksklusif dapat lebih mudah dilaksanakan.18

Menurut penelitian Kurniawati dkk Kelurahan Mulyorejo wilayah kerja Puskesmas


Mulyorejo Surabaya membuktikan bahwa dukungan tenaga kesehatan memiliki
hubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif.1

Faktor sosial budaya yang meliputi nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat yang
menghambat keberhasilan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.1 Sosial budaya
termasuk dalam faktor predisposisi atau faktor pemudah untuk membentuk suatu
perilaku karena faktor-faktor ini yang positif mempermudah terwujudnya perilaku.
Pada umumnya seseorang mencari persetujuan dan dukungan dari kelompok
sosialnya (teman, tetangga, atau rekan kerja) dan persetujuan serta dukungan yang
diberikan akan mempengaruhi keyakinan terhadap individu.9

Dalam suatu masyarakat di mana kebudayaannya tidak mencela proses menyusui,


maka pengisapan oleh bayi akan tidak terbatas dan akan menolong pengeluaran ASI,
sehingga hal ini akan memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI kepada bayinya.
Apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan dan memalukan, maka
refleks keluarnya ASI akan terhambat sehingga akan menyebabkan ibu enggan
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Serta kepercayaan mengenai pantangan
terhadap beberapa jenis makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh ibu menyusui.
Juga kebiasaan masyarakat dalam memberikan makanan terhadap bayi. 8 Pengaruh
kemajuan teknologi dan perubahan sosial budaya juga mengakibatkan ibu-ibu di
perkotaan umumnya bekerja di luar rumah dan semakin lama semakin meningkat
yang bekerja di luar rumah. Ibu-ibu golongan ini menganggap lebih praktis membeli
dan memberikan susu botol dari pada menyusui, semakin meningkatnya jumlah
angkatan kerja wanita di berbagai sektor, sehingga semakin banyak ibu harus
meninggalkan bayinya sebelum berusia 4 bulan, setelah habis cuti bersalin. Hal ini
menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif dan mitos-
mitos yang menyesatkan juga sering menghambat. 2

Berdasarkan penelitian Josefa di wilayah kerja Puskesmas Manyaran, Kecamatan


Semarang Barat, mengemukan bahwa terdapat hubungan antara faktor sosial budaya
dengan pemberian ASI eksklusif.17

12
2.2 Kerangka Teori

psikologis
usia
pengetahuan

pendidikan

pekerjaaan
PEMBERIA
dukungan keluarga N ASI
EKSKLUSIF
urutan kelahiran
pengalaman

rooming-in dukungan tenaga


kesehatan
IMD

kepercayaan masyarakat sosial budaya

2.3 Kerangka Konsep

13
Bab III

Metodologi Penelitian

3.1 Desain
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif-analitik dengan pendekatan
cross sectional mengenai pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pada ibu yang mempunyai balita 6 bulan – 2 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kota
Bajawa Januari 2019 – April 2019
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April
2019
3.3 Sumber Data
Sumber data terdiri dari data primer yang diambil dengan kuesioner.

3.4 Populasi
3.4.1 Populasi Target
Semua ibu yang memiliki balita usia 6 bulan sampai 2 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019
3.4.2 Populasi Terjangkau
Semua ibu yang memiliki balita usia 6 bulan sampai 2 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.5.1 Kriteria Inklusi
 Ibu-ibu yang memiliki balita usia 6 bulan sampai dengan 2 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019
 Ibu-ibu tersebut bersedia menjadi responden.
3.5.2 Kriteria Eksklusi
-

14
3.6 Sampel
Sampel yang diambil adalah semua ibu yang memiliki balita usia 6 bulan sampai 2
tahun di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019 dan
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.6.1 Besar sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Penelitian dilakukan terhadap
semua semua ibu yang memiliki balita usia 6 bulan sampai 2 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019 dan memenuhi kriteria inklusi.
Besar sampel minimal :
N = ( Zα) 2. p.q
L2
N = ( 1,96) 2. 0,5.0,5
(0,1)2
N = 97 sampel
N2 = 107 sampel

Tabel 3.1 Proporsi Pemberian ASI Eksklusif dari Beberapa Jurnal


Penulis p-value
Kurniawati dkk 0.47
Widianto dkk 0.47
Rahmawati dkk 0.50*
Sriningsih 0.40
Kurniawan 0.49
Ket: * nilai p-value yang digunakan.

3.6.2 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling,
yaitu simple random sampling dengan cara undian.

3.7 Identifikasi Variabel


Dalam penelitian ini digunakan variabel independen (bebas) dan variabel dependen
(terikat).

3.7.1 Variabel independen

15
Usia ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan, tingkat pendidikan ibu,
pengetahuan ibu, dukungan suami, urutan kelahiran bayi, dukungan petugas
kesehatan.
3.7.2 Variabel dependen
Pemberian ASI Eksklusif.

3.8 Cara Kerja


3.8.1. Membuat usulan penelitian dan kuesioner.
3.8.2. Menghubungi kepala Puskesmas Kota Bajawa untuk mendapatkan izin penelitian.
3.8.3Menentukan sampel dengan teknik probability sampling, yaitu simple random
sampling. Sampel diambil berdasarkan populasi terjangkau yaitu semua ibu yang
memiliki balita usia 6 bulan sampai dengan 2 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kota
Bajawa Januari 2019 – April 2019 dan memenuhi kriteria inklusi.
3.8.4 Membagikan kuesioner terhadap semua ibu yang memiliki balita usia 6 bulan sampai 2
tahun di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019 dengan
bantuan kader posyandu.
3.8.5Melakukan pengumpulan data-data dengan menggunakan instrumen penelitian
berupa kuesioner.
3.8.6 Melakukan pengolahan, pengelompokan, penyajian, analisis, dan intepretasi data.
3.8.7 Penulisan laporan penelitian.
3.8.8 Publikasi penelitian.

3.9. Manajemen Data


3.9.1 Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner (dapat dilihat pada
lampiran I) ibu yang memiliki balita usia 6 bulan sampai dengan 2 tahun di wilayah
kerja Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019.
3.9.2. Pengolahan Data
Terdapat beberapa langkah pengolahan data berupa pemeriksaan data (editing),
pemberian kode (coding), penyusunan data (entry), dan pengesahan (verification).
Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program komputer, yaitu
program SPSS.

3.9.3. Analisis Data

16
Terdapat dua cara analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dengan
distribusi frekuensi dari variabel tergantung dan setiap variabel bebas, dan analisis
bivariat dengan uji statistik terhadap pasangan variabel tergantung dan variabel bebas
tertentu.
3.9.4. Intepretasi Data
Data diintepretasi secara deskriptif-analitik antar variabel-variabel yang telah
ditentukan.
3.9.5. Penyajian Data
Data yang didapat disajikan secara tekstular dan tabular.

3.10. Definisi Operasional


Subjek Penelitian
Ibu-ibu yang memiliki balita usia 6 bulan sampai 2 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019

3.10.1. Pemberian ASI Eksklusif


3.10.1.1. Definisi : Pemberian ASI (Air Susu Ibu) untuk konsumsi bayi selama 6
bulan secara penuh tanpa tambahan makanan apapun.
3.10.1.2. Alat Ukur : Kuisoner.
3.10.1.3. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan mengenai apakah anaknya
diberikan ASI secara eksklusif atau tidak.
3.10.1.4. Skala Ukur : Nominal
3.10.1.5. Hasil ukur : Tidak ASI eksklusif, ASI eksklusif.
3.10.1.6. Koding:
Kategori Koding
Tidak ASI eksklusif 0
ASI eksklusif 1
3.10.2. Usia Ibu
3.10.2.1. Definisi : Lama waktu hidup seorang ibu sejak dilahirkan.
3.10.2.2. Alat Ukur : Tanggal, bulan, tahun.
3.10.2.3. Cara Ukur : Mengurangi tanggal penelitian dengan tanggal lahir.
3.10.2.4. Skala Ukur : Ordinal.
3.10.2.5. Hasil ukur : <20 tahun, 20-35 tahun, >35 tahun.
3.10.2.6. Koding:
Kategori Koding

17
< 20 tahun 0
20-35 tahun 1
>35 tahun 2

3.10.3. Tingkat Pendidikan Ibu


3.10.3.1. Definisi : Suatu kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki seorang ibu
melalui pendidikan formal yang dipakai oleh pemerintah serta disahkan
oleh departemen pendidikan.
3.10.3.2. Alat Ukur : Kuisoner.
3.10.3.3. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan mengenai jenjang pendidikan
yang diselesaikannya.
3.10.3.4. Skala Ukur : Ordinal
3.10.3.5. Hasil ukur : Rendah (tamat SD atau SMP), sedang (tamat SMU atau setara),
tinggi (tamat Diploma atau Sarjana).
3.10.3.6. Koding:
Kategorik Koding
Rendah 0
Sedang 1
Tinggi 2

3.10.4. Status Pekerjaan Ibu


3.10.4.1. Definisi : Kedudukan seorang ibu dalam melakukan pekerjaan pada suatu
unit usaha / kegiatan, kecuali dalam bidang rumah tangga seperti mengurus
keluarga dan pekerjaan rumah tangga (Ibu Rumah Tangga).
3.10.4.2. Alat Ukur : Kuisioner
3.10.4.3. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan mengenai pekerjaannya.
3.10.4.4. Skala Ukur : Nominal
3.10.4.5. Hasil ukur : Tidak bekerja (pekerjaan yang tidak mendapat upah), bekerja
(pekerjaan yang mendapat upah).
3.10.4.6. Koding:
Kategorik Koding
Tidak bekerja 0
Bekerja 1

3.10.5. Pengetahuan Ibu

18
3.10.5.1. Definisi : Sesuatu yang diketahui atau dipahami oleh seorang ibu.
3.10.5.2. Alat Ukur : Kuisioner
3.10.5.3. Cara Ukur : Responden menjawab 5 pertanyaan mengenai pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif, pertanyaan 1-3 memilki satu pilihan jawaban yang
benar, bobot penilaian sebesar 1. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan
yang salah diberi skor 0. Pertanyaan 4 dan 5 memiliki lima pilihan jawaban
yang semuanya merupakan jawaban yang benar. Yang memilih 3 pilihan
atau lebih diberi skor 1, yang memilih 2 pilihan atau kurang diberi skor 0.
Total skor 5 jika setiap pertanyaan mendapatkan skor 1.
3.10.5.4. Skala Ukur : Ordinal
3.10.5.5. Hasil ukur : Kurang (jika dari skor <3) , baik (jika skor ≥3).
3.10.5.6. Koding:
Kategorik Koding
Kurang 0
Baik 1

3.10.6. Dukungan Suami


3.10.6.1. Definisi : Pemberian dorongan, motivasi, atau semangat, serta nasehat
kepada ibu dari suami dalam hal pemberian ASI eksklusif.
3.10.6.2. Alat Ukur : Kuisoner
3.10.6.3. Cara Ukur : Responden menjawab 5 pertanyaan mengenai dukungan
terhadap pemberian ASI eksklusif, seluruh pertanyaan memilki satu pilihan
jawaban yang benar, bobot penilaian sebesar 1. Jawaban yang benar diberi
skor 1 dan yang salah diberi skor 0. Total skor 5 jika setiap pertanyaan
mendapatkan skor 1.
3.10.6.4. Skala Ukur : Nominal
3.10.6.5. Hasil ukur : Tidak mendukung (jika dari skor <3), mendukung (jika skor
≥3).
3.10.6.6. Koding :
Kategorik Koding
Tidak mendukung 0
Mendukung 1

3.10.7. Urutan Kelahiran Bayi

19
3.10.7.1. Definisi : Penempatan susunan kelahiran bayi dalam keluarga.
3.10.7.2. Alat Ukur : Kuisioner
3.10.7.3. Cara Ukur : Responden menjawab pertanyaan mengenai urutan kelahiran
bayinya.
3.10.7.4. Skala Ukur : Ordinal
3.10.7.5. Hasil Ukur : Bukan anak pertama, anak pertama.
3.10.7.6. Koding :
Kategorik Koding
Bukan anak pertama 0
Anak pertama 1

3.10.8. Dukungan Petugas Kesehatan


3.10.8.1. Definisi : Pemberian dorongan, motivasi, atau semangat, serta nasehat
kepada ibu dari petugas kesehatan seperti bidan, perawat, dokter, dan kader
kesehatan dalam dalam hal pemberian ASI eksklusif.
3.10.8.2. Alat Ukur : Kuisoner
3.10.8.3. Cara Ukur : Responden menjawab 7 pertanyaan mengenai dukungan
petugas kesehatan. Seluruh pertanyaan memilki satu pilihan jawaban yang
benar, bobot penilaian sebesar 1. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan
yang salah diberi skor 0. Total skor 7 jika setiap pertanyaan mendapatkan
skor 1.
3.10.8.4. Skala Ukur : Nominal
3.10.8.5. Hasil ukur : Tidak mendukung (jika dari skor <3), mendukung (jika skor
≥3).
3.10.8.6. Koding :
Kategorik Koding
Tidak mendukung 0
Mendukung 1

20
Bab IV

Hasil Penelitian

Dari penelitian mengenai pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pada ibu yang memililki balita berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019, didapatkan sampel sebanyak 112 dari
136 populasi. Hasil penelitian ini kami sajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Sebaran Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memililki Balita Berusia 6 Bulan - 2 Tahun di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Pemberian ASI Eksklusif
Tidak ASI Eksklusif 16 14.28
ASI Eksklusif 96 85.71

Tabel 4.2 Sebaran Usia Ibu, Tingkat Pendidikan Ibu, Status Pekerjaan Pengetahuan Ibu, Dukungan
Suami, Ibu, Urutan Kelahiran Bayi, dan Dukungan Petugas Kesehatan pada Ibu yang Memililki Balita
Berusia 6 Bulan - 2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Usia Ibu 20 Tahun 2 1.78
20-35 Tahun 87 77.67
>35 Tahun 23 20.53
Tingkat Pendidikan Ibu Rendah 15 13.4
Sedang 70 62.5
Tinggi 27 24.1
Status Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 92 82.1
Bekerja 20 17.9
Pengetahuan Ibu Kurang 8 7.1
Baik 104 92.9
Dukungan Suami Tidak Mendukung 28 25.0
Mendukung 84 75.0
Urutan Kelahiran Bayi Bukan Anak Pertama 85 75.9
Anak Pertama 27 24.1
Dukungan Petugas Tidak Mendukung 10 8.9
Kesehatan Mendukung 102 91.1

Tabel 4.3 Analisis Bivariat Hubungan Usia Ibu, Tingkat Pendidikan Ibu, Status Pekerjaan Pengetahuan
Ibu, Dukungan Suami, Ibu, Urutan Kelahiran Bayi, dan Dukungan Petugas Kesehatan dengan

21
Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memililki Balita Berusia 6 Bulan - 2 Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019
Variabel Jumlah (orang) Presentase (%) Uji Asymp Kesimpulan
. Sig. (H0: 0.05)
ASI Tidak ASI Total ASI Tidak ASI
Eksklusif Eksklusif Eksklusif Eksklusif
Usia (tahun) <20 1 1 2 50 50 Chi- 0.315 Gagal
20-35 16 71 87 18.39 81.60 Square ditolak
>35 3 20 23 13.04 86.95
Status Pekerjaan Bekerja 13 79 92 14.37 85.88 Chi- 0.920 Gagal
Ibu Tidak bekerja 3 17 20 15 85 Square ditolak
Tingkat Rendah 4 11 15 26.66 73.33 Chi- 0.30 Gagal
Pendidikan Ibu Sedang 9 61 70 12.85 87.14 Square ditolak
Tinggi 3 24 27 11.11 88.88
Pengetahuan Ibu Kurang 3 5 8 37.5 62.5 Chi- 0.052 Gagal

Baik 13 91 104 12.5 87.5 Square ditolak


Dukungan Suami Tidak 9 19 28 32.14 67.85 Chi- 0.02* Ditolak
Mendukung Square
Mendukung 7 77 84 8.33 91.66

Urutan Kelahiran Bukan anak 13 72 85 15.29 84.70 Chi- 0.588 Gagal


Bayi Pertama Square ditolak
Anak Pertama 3 24 27 11.11 88.88
Dukungan Tidak 2 8 10 20 80 Chi- 0.588 Gagal
Tenaga Mendukung Square ditolak
Kesehatan Mendukung 14 88 102 13.72 86.27
Keterangan : * : nilai p yang bermakna

Bab V

Pembahasan

22
5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Sebaran Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Balita Berusia 6
Bulan-2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019

Pada tabel 4.1 didapatkan sebaran pemberian ASI eksklusif pada ibu yang memiliki
balita 6 bulan - 2 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa, dimana dari 112
sampel, didapatkan lebih banyak ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
daripada yang tidak memberikan ASI eksklusif.

Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2010 menunjukkan pemberian
ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, presentasi bayi yang menyusui eksklusif
sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%.4 Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam
mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah.

Jika dibandingkan dengan data Riskesdes maka dapat dikatakan presentasi bayi yang
menyusui eksklusif cukup tinggi, hal ini dapat terjadi karena kesadaran ibu di wilayah
kerja Puskesmas Kota Bajawa dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sudah
lebih baik dibandingkan dengan ibu-ibu di seluruh wilayah Indonesia.

5.1.2 Sebaran Usia Ibu, Tingkat Pendidikan Ibu, Status Pekerjaan Ibu, Pengetahuan
Ibu, Dukungan Suami, Urutan Kelahiran Bayi, dan Dukungan Petugas
Kesehatan pada Ibu yang Memililki Balita Berusia 6 Bulan - 2 Tahun di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019

Hasil penelitian ini didapatkan lebih banyak ibu yang berusia ibu 20 sampai dengan 35
tahun. Penelitian Kurniawan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, sebanyak
6.7 % ibu berusia >35 tahun, sedangkan sisanya berusia kurang dari 35 tahun. 17 Jika
dibandingkan dengan penelitian tersebut, maka dapat dikatakan tinggi. Hal ini dapat
terjadi karena perbedaan wilayah yang menjadi tempat penelitian.

Pada sebaran berdasarkan tingkat pendidikan ibu, didapatkan lebih banyak ibu yang
memiliki tingkat pendidikan sedang dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah
dan tinggi. Penelitian Kurniawan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
didapatkan 9.3 % ibu tamat SD / SMP, 26.6 % tamat SMA, dan 64.0 % tamat
Diploma / Sarjana.17 Jika dibandingkan dengan penelitian tersebut, sebaran ibu yang

23
bependidikan rendah dapat dikatakan tinggi, sebaran ibu yang berpendidikan sedang
ddapat dikatakan tinggi, dan sebaran ibu yang berpendidikan tinggi dapat dikatakan
rendah. Perbedaan presentasi sebaran ini dapat terjadi karena perbedaan wilayah yang
menjadi tempat penelitian.

Sebaran status pekerjaan ibu, didapatkan lebih bayak ibu yang bekerja dibandingkan
denga yang tidak bekerja. Penelitian Kurniawan di Rumah Sakit Muhammadiyah
17
Lamongan didapatkan 43.3 % ibu berstatus tidak bekerja dan 57.3 % bekerja. Jika
dibandingkan dengan penelitin tersebut, maka dapat dikatakan sebaran status
pekerjaan ibu yang bekerja rendah dan status pekerjaan ibu yang tidak bekerja tinggi.
Perbedaan presentasi sebaran ini dapat terjadi karena perbedaan wilayah yang menjadi
tempat penelitian.

Berdasarkan pengetahuan ibu, didapatkan lebih banyak ibu yang berpengetahuan baik
dibandingkan yang berpengetahuan kurang. Penelitian Widiyanto dkk di Desa Kramat
daerah Semarang, didapatkan 23.3 % ibu berpengetahuan kurang, 76.6 % ibu
berpengetahuan baik.2 Jika dibandingkan dengan penelitian tersebut sebaran
pengetahuan ibu yang tergolong baik dapat dikatakann tinggi dan pengetahuan ibu
yang tergolong kurang dapat dikatakan rendah. Perbedaan presentasi sebaran ini dapat
terjadi karena perbedaan wilayah yang menjadi tempat penelitian.

Pada sebaran dukungan suami, didapatkan lebih banyak ibu yang mendapatkan
dukungan suami dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan dukungan suami. Hasil
penelitian Rahmawati dkk di wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone,
membuktikan bahwa terdapat 59,4% ibu dari suami yang mendukung pemberian ASI
eksklusif tidak memberikan ASI eksklusif kepada balitanya, sedangkan 45,5% ibu dari
suami yang kurang mendukung pemberian ASI eksklusif, memberikan ASI eksklusif. 8
Jika dibandingkan dengan hasil penelitian tersebut, maka dapat dikatakan tinggi. Hal
ini bisa disebabkan karena perbedaan kesadaran dan kepedulian para suami.

Pada sebaran berdasarkan urutan kelahiran, didapatkan lebih banyak ibu memiliki
balita yang bukan merupakan anak pertama. Berdasarkan penelitian Sriningsih di
Puskesmas Magelang Utara, menunjukkan bahwa presentase responden yang memiliki
anak pertama sebesar 13,3%.13 Jika dibandingkan dengan penelitian tersebut, maka
dapat dikatakan tinggi. Hal ini bisa terjadi karena perbedaan wilayah penelitian.

24
Pada sebaran dukungan tenaga kesehatan didapatkan lebih banyak ibu yang
mendapatkan dukungan tenaga kesehatan dibandingkan yang tidak mendapat
dukungan tenaga kesehatan. Menurut penelitian Kurniawati dkk di Kelurahan
Mulorejo Surabaya, presentase tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI
eksklusif sebesar 55,4% dan sisanya kurang mendukung pemberian ASI eksklusif. 1
Jika dibandingkan dengan penelitian tersebut, maka dikatakan tinggi. Hal ini dapat
terjadi karena perbedaan kesadaran yang dimiliki oleh tenaga kesehatan di masing-
masing daerah.

5.2. Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Antara Usia Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang
Memililki Balita Berusia 6 Bulan - 2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Bajawa Januari 2019 - April 2019

Hasil penelitian mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas kota bajawa.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Rahmawati dkk di wilayah kerja Puskesmas
Bonto Cani Kabupaten Bone yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara
faktor usia ibu dengan praktek menyusui ASI Eksklusif.8

5.2.2 Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang
Memililki Balita Berusia 6 Bulan - 2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Bajawa Januari 2019 - April 2019

Hasil penelitian mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa.

Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian Widianto dkk yang dilaksanakan di Desa
Kramat Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Kota Semarang membuktikan
bahwa ada korelasi antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.2

5.2.3 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada
Ibu yang Memililki Balita Berusia 6 Bulan - 2 Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 - April 2019

25
Hasil penelitian mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa

Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian Kurniawan di Rumah Sakit


Muhammadiyah Lamongan yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.17

5.2.4 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu
yang Memililki Balita Berusia 6 Bulan - 2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Bajawa Januari 2019 - April 2019

Hasil penelitian mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa

Hal ini berlawanan dengan penelitian Widiyanto dkk di Desa Kramat daerah Semarang
yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif.2

5.2.5 Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu
yang Memililki Balita Berusia 6 Bulan - 2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Bajawa Januari 2019 - April 2019

Hasil penelitian mengemukakan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmawati dkk di wilayah kerja Puskesmas
Bonto Cani Kabupaten Bone membuktikan bahwa terdapat hubungan antara dukungan
suami dengan pemberian ASI Eksklusif. Namun tidak sejalan dengan penelitian
Nasution di wilayah kerja Puskesmas Bungus menunjukkan bahwa pemberian ASI
tidak eksklusif lebih banyak pada Ibu yang kurang mendapat dukungan suami,
dibandingkan dengan Ibu yang mendapat dukungan suami.8

5.2.6 Hubungan Antara Urutan Kelahiran Bayi dengan Pemberian ASI Eksklusif pada
Ibu yang Memililki Balita Berusia 6 Bulan - 2 Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 - April 2019

Hasil penelitian mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara urutan kelahiran
bayi dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa.

26
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati dkk di wilayah kerja
Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone yang mengemukan bahwa terdapat hubungan
antara urutan kelaahiran bayi dengan pemberian ASI eksklusif. Namun sejalan dengan
hasil penelitian Sriningsih di Puskesmas Magelang Utara dan Puskesmas Jurang Ombo
menunjukkan bahwa bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan pemberian
ASI eksklusif.13

5.2.7 Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif
pada Ibu yang Memililki Balita Berusia 6 Bulan - 2 Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 - April 2019

Hasil penelitian mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan tenaga
kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Kurniawati dkk Kelurahan Mulyorejo wilayah
kerja Puskesmas Mulyorejo Surabaya membuktikan bahwa dukungan tenaga kesehatan
memiliki hubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif.1

Bab VI

Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan

27
Setelah melakukan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional terhadap
112 sampel terpilih pada ibu yang memiliki balita berusia 6 bulan – 2 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 – April 2019 didapatkan hasil sebagai berikut.
Diketahui jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif lebih banyak dibandingkan dengan
yang tidak memberikan ASI eksklusif. Selain itu didapatkan presentasi terbesar untuk setiap
variabel independen yaitu lebih banyak ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun, lebih banyak
ibu yang bertingkat pendidikan sedang, ibu yang tidak bekerja, berpengetahuan baik,
mendapat dukungan suami, memiliki balita yang bukan anak pertama, dan mendapatkan
dukungan dari tenaga kesehatan.

Diketahui adanya hubungan bermakna antara dukungan suami dengan pemberian ASI
eksklusif pada ibu yang memiliki balita berusia 6 bulan – 2 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Kota Bajawa. Dan diketahuinya tidak ada hubungan bermakna antara usia ibu, status
pekerjaan ibu, tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, ututan kelahiran bayi, dan dukungan
tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang memiliki balita berusia 6
bulan – 2 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa.

6.2. Saran

6.2.1 Puskesmas
Peneliti menyarankan kepada kepala puskesmas Kota Bajawa agar dapat
melaksanakan program penyuluhan tentang ASI eksklusif di wilayah kerja
puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan terutama bagi para suami dalam
pemberian dukungan terhadap pemberian ASI eksklusif.

Daftar Pustaka

1. Kurniawati D, Hargono R. Faktor determinan yang mempengaruhi kegagalan pemberian


ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Mulyorejo wilayah kerja

28
Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Jurnal Promkes. Vol 2 (1). Surabaya: FKM Universitas
Airlangga; 2014. h.15-27.
2. Widiyanto S, Aviyanti D, Tyas M. Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu tentang
ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah. Vol 1 (1). Semarang: FK Universitas Muhammadiyah; 2012. h.25-9.
3. Atabik A. Faktor ibu yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Pamotan. Unnes Journal of Public Health. Vol. 3 (1). Semarang:
Universitas Negeri Semarang; 2014. h.1-9.
4. Infodatin. Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI: Situasi dan analisis ASI
eksklusif. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2014. h.1.
5. Afifah DN. Faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif
(studi kualitatif di Kecamatan Tembalang, Kota semarang Tahun 2007). Semarang:
Universitas Diponegoro. 2007. h.35-7.
6. Anggorowati, Nuzulia F. Hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi di Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Semarang:
FK Universitas Diponegoro; 2011. h.2-8.
7. Wadud MA. Hubungan umur ibu dan paritas dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi
berusia 0-6 bulan di Puskesmas Pembina Palembang. Palembang: Poltekes Kemenkes.
2013. h.5.
8. Rahmawati, Bahari B, Salam A. Hubungan antara karakteristik ibu, peran petugas
kesehatan dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone. Makasar: FKM Univeritas Hasanuddin; 2013.
h.3-16.
9. Dahlan A, Mubin F, Mustika DN. Hubungan status pekerjaan dengan pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Semarang:
Universitas Muhammadiyah; 2009. h.2-5.
10. Nasution SI, Liputo NI, Mahdawaty. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014. Jurnal
Kesehatan Andalas. Vol. 5 (3). Padang: FK Andalas; 2014. h.635-9.
11. Sartono A, Utaminingrum H. Hubungan pengetahuan ibu, pendidikan ibu dan dukungan
suami dengan praktek pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Muktiharjo Kidul
Kecamatan Telogosari Kota Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah
Semarang. Vol. 1 (1). Semarang: Universitas Muhammadiyah; 2012. h.1-9.
12. Juherman YN. Pengetahuan, sikap, dan peranan ayah terhadap pemberian ASI eksklusif.
Bogor: IPB; 2008. h.23-34.
13. Sriningsih I. Faktor demografi, pengetahuan ibu tentang air susu ibu dan pemberian asi
eksklusif. Jurnal kesehatan masyarakat. Vol. 6 (2). Semarang: Poltekes Kemenkes; 2011.
h.100-6.

29
14. Zainal E, Sutedja E, Madjid TH. Hubungan antara pengetahuan ibu, sikap ibu, IMD
danperan bidan dengan pelaksanaan ASI eksklusif serta faktor-faktor yang memengaruhi
peran bidan pada IMD dan ASI eksklusif. Bandung: FK Universitas Padjajaran; 2014.
h.6-15.
15. Fikawati S, Syafiq A. Penyebab keberhasilan dan kegagalan praktik pemberian ASI
eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 4 (3). Jakarta: FKUI; 2009. h.120-
31.
16. Josefa KG, Margawati A. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI
eksklusif pada ibu (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Manyaran, Kecamatan
Semarang Barat). Semarang: FK Universitas Diponegoro; 2011. h. 5-19.
17. Kurniawan B. Determinan keberhasilan pemberian air susu ibu eksklusif. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. Vol. 27 (4). Malang: FK Brawijaya; 2013. h.236-40.

30
Lampiran

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PADA IBU YANG MEMPUNYAI BALITA BERUSIA 6
BULAN – 2 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA BAJAWA 22
APRIL 2019 – 24 APRIL 2019

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

31
Penelitian tentang : Pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pada ibu yang mempunyai balita berusia 6 bulan – 2 tahun di wilayah kerja
puskesmas Kota Bajawa 22 – 24 April 2019.

Yang bertanda tangan dibawah ini, Saya :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : dr. Letitia Bellavesta Kale, dr. Intan Jessica Pardosi, dr. Keren Marthen.

Bajawa, ………………….2019

Responden

(_________________________)

Kuisoner

Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi


pada Ibu yang Mempunyai Balita Berusia 6 Bulan – 2 Tahun
di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bajawa Januari 2019 - April 2019

Data Umum Ibu

Petunjuk : Isilah data diri anda sesuai dengan tempat yang disediakan.
1. Nama ibu :
2. Usia ibu :

32
3. Alamat :
Petunjuk : Beri tanda pada jawaban yang anda pilih dengan tanda O, X, atau V.
4. Pendidikan formal yang diselesaikan ibu :
a. Tamat SD b. Tamat SMP c. Tamat SMU /setara d. Akademi e. S1/S2/S3
5. Status pekerjaan ibu :
a. Tidak bekerja / Ibu Rumah Tangga b. Bekerja

A. Data Umum Balita


Petunjuk : Isilah data balita anda sesuai dengan tempat yang disediakan.
1. Nama balita :
2. Umur :
3. Anak ke….. dari ….. bersaudara
Petunjuk : Beri tanda pada jawaban yang anda pilih dengan tanda O, X, atau V.
4. Jenis kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
5. Cara persalinan :
a. Normal b. Sectio Caesarea

B. Pemberian ASI Eksklusif


Petunjuk : Beri tanda pada jawaban yang anda pilih dengan tanda O, X, atau V.
1. Apakah bayi ibu sudah diberikan ASI sejak lahir?
a. Tidak b. Ya
2. Apakah bayi ibu hanya diberikan ASI saja selama 6 (enam) bulan tanpa makanan dan
minuman tambahan?
a. Tidak b. Ya
C. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif
Petunjuk : Beri tanda pada jawaban yang anda pilih dengan tanda O, X, atau V.
1. Apakah kepanjangan dari ASI?
a. Air Susu Ibu b. Anak Sayang Ibu
2. Apakah yang dimaksud dengan ASI eksklusif?
a. Air susu ibu yang diberikan kepada bayi selama 0-6 bulan tanpa diberikan makanan atau
minuman tambahan apapun.
b. Air susu ibu yang diberikan kepada bayi hanya setelah lahir.
3. Sampai berapa lama bayi diberikan ASI saja?
a. 1 bulan. b. 3 bulan. c. 6 bulan.
Petunjuk : Beri tanda pada jawaban yang anda pilih dengan tanda O, X, atau V,
jawaban boleh lebih dari 1.
4. Dibawah ini yang merupakan pernyataan yang benar tentang ASI adalah :
a. Makanan pertama dan utama bayi adalah ASI.
b. ASI adalah nutrisi terbaik dengan kandungan gizi paling baik.

33
c. ASI mengandung protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang dibutuhkan bayi
dalam jumlah yang seimbang.
d. ASI berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal bayi.
e. ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi.
5. Dibawah ini yang merupakan pernyataan yang benar mengenai ASI eksklusif adalah :
a. Bayi yang diberikan ASI eksklusif lebih jarang terkena sakit.
b. Ibu membutuhkan dukungan dari orang- orang terdekat dalam memberikan ASI
eksklusif.
c. Dalam pemberian ASI eksklusif bayi tidak boleh diberikan makanan tambahan lain.
d. Kemungkinan bayi terserang penyakit infeksi lebih rendah jika diberikan ASI ekslusif.
e. Makanan pendamping ASI boleh diberikan setelah bayi berusia 6 bulan.

E. Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif


Petunjuk : Beri tanda pada jawaban yang anda pilih dengan tanda O, X, atau V.
1. Apakah suami ibu mendukung untuk memberikan ASI saja pada bayi sampai 6 bulan?
a. Tidak b. Ya
2. Pada saat bayi ibu berusia kurang dari 6 bulan apakah suami ibu pernah menganjurkan
untuk memberikan makanan selain ASI jika bayi menangis?
a. Tidak b. Ya

3. Apakah suami ibu mengingatkan ibu untuk memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6
bulan?
a. Tidak b. Ya
4. Apakah ibu mendapat teguran dari suami jika bayi tidak diberikan ASI?
a. Tidak b. Ya
5. Apakah suami ibu membiarkan ibu mengurus sendiri bayi saat bayi terbangun di malam
hari?
a. Tidak b. Ya

F. Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif


Petunjuk : Beri tanda pada jawaban yang anda pilih dengan tanda O, X, atau V.
1. Apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin selama hamil?
a. Tidak b. Ya
Jika jawaban anda “Ya”, lanjutkan dengan menjawab pertanyaan nomor 2-7.
Jika jawaban anda “Tidak”, lanjutkan dengan menjawab pertanyaan nomor 4-7.
2. Di mana ibu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin tersebut?
a. Puskesmas b. Tempat praktik bidan c. Rumah Sakit
3. Apakah tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan rutin tersebut (bidan atau dokter)
mendukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif?
a. Tidak b. Ya
4. Apakah ibu pernah mendapatkan penyuluhan / informasi tentang ASI eksklusif dari
tenaga kesehatan (perawat, bidan, dokter, dan kader kesehatan)?
a. Tidak b. Ya

34
5. Apakah tenaga kesehatan menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayi?
a. Tidak b. Ya
6. Apakah tenaga kesehatan yang menolong persalinan ibu melakukan Inisiasi Menyusui
Dini (meletakan bayi di badan ibu segera setelah melahirkan untuk mencari puting susu
ibu)?
a. Tidak b. Ya
7. Apakah tenaga kesehatan melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi dalam satu kamar
setelah persalinan?
a. Tidak b. Ya

35
36

Anda mungkin juga menyukai