Anda di halaman 1dari 5

1

I. LATAR BELAKANG

Terminal Tanjung Priok di bawah otoritas Pelabuhan Tanjung Priok merupakan

satu-satunya terminal yang menyediakan jasa transportasi untuk kontainer

internasional di Wilayah Jawa Barat dan untuk kontainer dalam negeri, yang selama

ini memainkan peranan penting dan mutlak untuk mendukung ekonomi nasional,

khususnya di Wilayah Metropolitan Jakarta Raya. Volume muatan kontainer

pelabuhan terus meningkat sejak diperkenalkannya transportasi kontainer dan ini

dapat melampaui kapasitas penanganan kontainer yang ada dalam kurun waktu

beberapa tahun. Oleh sebab itu, terminal kontainer telah dibangun sesegera

mungkin dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Tidak tersedianya ruang untuk terminal kontainer baru di area pelabuhan

Tanjung Priok.

2. Meskipun beberapa alternatif untuk terminal kontainer baru telah diusulkan

oleh berbagai organisasi, evaluasi yang akurat untuk menentukan prioritas

alternatif tersebut belum dilaksanakan.

3. Data/informasi mengenai situs proyek termasuk data topografi, geologi,

dan lingkungan dari alternatif untuk pembangunan masih terbatas. -

Aksesibilitas, jalan raya / jalur kereta api ke/dari terminal kontainer harus

dijadikan perrtimbangan

4. Skema Public Private Partnerrship (PPP) berdasarkan Undang-undang

Pelayaran (No. 17 tahun 2008) dan Peraturan Pemerintah (No. 61 tahun

2009) harus dijadikan pertimbangan


2

Sebanyak 45 kepala daerah mengajukan permintaan untuk mengelola 145

pelabuhan lokal. Sampai saat ini pelabuhan yang masih dikelola oleh Departemen

Perhubungan sebanyak 321 pelabuhan. Sesuai dengan semangat UU No 32 tahun

2004, secara bertahap pelabuhan akan dilimpahkan pengelolaannya kepada Pemda.

Seluruh asetnyapun akan diserahkan kepada Pemda melalui Departemen Keuangan.

Dalam pelaksanaan PP No 69 tahun 2001 telah dibuat Keputusan Menteri

Perhubungan tentang Pelimpahan/Penyerahan Penyelenggaraan Pelabuhan Laut

(Unit Pelaksana Teknis/Satuan Kerja kepada Pemprov dan Pemkab/Kota),

ditetapkan diantaranya pelabuhan regional dan pelabuhan lokal.

II. UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2008

Undang-undang No 17 tahun 2008 tentang pelayaran merupakan suatu

perwujudan upaya untuk meningkatkan dan mendorong kemajuan kegiatan

pelayaran di Indonesia sebagai negara maritim. Undang-undang ini juga membuka

kemungkinan partisipasi swasta dalam pengelolaan pelabuhan yang selama ini

dilakukan secara monopoli. Partisipasi swasta tersebut termasuk investor asing

yang dimungkinkan untuk memiliki saham yang cukup besar.

Pembangunan terminal khusus mobil (car terminal) di pelabuhan Tanjung

Priok. Kebutuhan bongkar muat khusus mobil di Tanjung Priok untuk bongkar

muat mobil, baik kebutuhan dalam negeri maupun ekspor adalah sebesar 125.000-

150.000 unit per tahun. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki terminal khusus untuk

mobil di atas tanah seluas 22 ha yang telah disiapkan oleh PT Pelindo II.

Pembangunan yang selesai pada tahun 2007 tersebut menelan biaya sebesar Rp 200
3

milyar. Pada tahap ke 2 dibangun gudang parkir dan workshop dengan daya

tampung sekitar 350.000 unit per tahun.

III. JENIS KONTRAK

Dalam pembangunan terminal mobil dan kontainer pelabuhan tanjung priok

menggunakan jenis kontrak Operation Contract. Operation Contract adalah kontrak

antara “Promoter” dengan “Operator”. Operator biasanya ditetapkan diantara

perusahaan yang secara khusus memiliki keahlian dan pengalaman dalam

mengoperasikan fasilitas/proyek atau juga perusahaan yang secara khusus didirikan

untuk melakukan pengoperasian dan pemeliharaan atas suatu fasilitas/proyek

tertentu.

Ketentuan-ketentuan Pokok dari Operation Contract, meliputi:

1. Cakupan (operasi, pemeliharaan, pelatihan);

2. Jangka waktu operasi;

3. Metode operasi;

4. Spesifikasi;

5. Biaya dan resources;

6. Tingkat keterlibatan;

7. Lisensi, otorisasi dan perijinan (permits);

8. Kinerja, tanggung jawab dan jaminan;

9. Metode pengumpulan pendapatan dan nilai tukar;

10. Bonus dan penalty;

11. Keadaan terpaksa (force majeure);


4

12. Mekanisme penyelesaian sengketa;

13. Mekanisme pembayaran (cost plus, lump sum, unit rate);

14. Pengakhiran perjanjian;

15. Jadwal pelatihan

IV. DATA PERIZINAN

Dalam proses proyek pembangunan terminal Tanjung Priok telah berpedoman

pada Rencana Induk Pelabuhan Nasional (“RIPN”). RIPN ini merupakan

perwujudan dari Tatanan Kepelabuhan Nasional yang digunakan sebagai pedoman

dalam penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian , pengembangan pelabuhan

dan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan. Rencana Induk Pelabuhan Nasional

yang bersangkutan memuat dua hal yaitu Kebijakan pelabuhan nasional dan

rencana lokasi dan hierarki pelabuhan.

Dalam proses pembangunan suatu Pelabuhan Umum terdapat bebeberapa

Penetapan/Perizinan awal yang harus diperoleh oleh Penyelenggara Pelabuhan

(baik itu Otoritas Pelabuhan maupun Unit Penyelenggara Pelabuhan) agar dapat

melaksanakan Pembangunan Pelabuhan, dalam proyek pembangunan terminal

Tanjung Priok adapun Penetapan/Perizinan tersebut diantaranya adalah:

1. Penetapan Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan

Pelabuhan (Penetapan Batas-batas Tanah dan Perairan Pelabuhan)

2. Izin Pembangunan Pelabuhan

3. Perizinan Terkait Fasilitas Pelabuhan

4. Jaminan Kelestarian Lingkungan


5

5. Jaminan Keamanan dan Ketertiban

6. Izin Mendirikan Bangunan (Untuk Lahan Pelabuhan di daratan)

7. Izin Penggunaan Perairan (Untuk Lahan Pelabuhan di Perairan)

8. Izin Pengerukan dan Izin Reklamasi

9. Izin Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

10. Izin Pekerjaan Di Bawah Air

Anda mungkin juga menyukai