Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Laporan Pendahuluan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1
Bab
PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Induk Pembangunan Industri Kabupaten (RIPIK) Kudus
Latar Belakang
Maksud Kegiatan
Tujuan Kegiatan
Sasaran
Lingkup Pekerjaan
Pendekatan Pelaksanaan
Dasar Hukum
Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Sistematika Laporan Pendahuluan
P embangunan industri ke depan ditujukan agar sektor industri dapat tumbuh lebih
cepat sehingga dapat berperan lebih besar dalam penciptaan nilai tambah yang
berujung pada peran sektor industri pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja. Peningkatan pertumbuhan dan peran sektor industri tersebut
akan dapat dicapai apabila berbagai permasalahan yang dihadapi saat ini dapat diatasi,
yaitu: 1) masih lemahnya daya saing industri nasional, belum kuat dan belum dalamnya
struktur industri nasional; 2) masih terkonsentrasinya kegiatan industri di Pulau Jawa; dan
3) belum optimalnya regulasi pemerintah dalam mendukung kemajuan sektor industri.
Kondisi akan lemahnya struktur industri Indonesia, dikarenakan seluruh sektor ekonomi
tumbuh sehngga memerlukan permintaan impor yang tinggi, kondisi tersebut disebabkan
karena bahan baku dan modal sendiri yang masih minim. Kondisi tersebut diperparah
apabila ekspor negara merosot karena ekonomi global yang fluktuatif (Darmin Nasution,
2008) 1.
1
http://www.kemenperin.go.id/artikel/4299/Struktur-Industri-Indonesia-Masih-Lemah
Pendahuluan 1-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Induk Pembangunan Industri Kabupaten (RIPIK) Kudus
Dalam UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian disusun dengan tujuan untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Undang-undang tersebut memberikan peran yang
lebih besar kepada pemerintah dalam mendorong kemajuan industri nasional secara
terencana. Peran tersebut diperlukan sebagai jawaban terhadap gagalnya mekanisme
pasar dalam mengarahkan perekonomian nasional untuk tumbuh lebih cepat dan
mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih dahulu maju. Peran pemerintah dalam
mendorong kemajuan sektor industri ke depan dilakukan secara terencana serta disusun
secara sistematis dalam suatu dokumen perencanaan.
Amanah Tentang Peridustrian diatas, mengharuskan bahwa setiap Pemerintah Daerah
diwajibkan untuk menyusun pembangunan industri di daerahnya masing-masing.
Rencana Induk Pembangunan Iindustri Provinsi/kabupaten/kota mesti mengacu pada
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) dan Kebijakan Industri Nasional.
Selain itu RIPIK harus memperhatikan potensi sumber daya daerah dan rencana tata
ruang wilayah Kabupaten. Selain amanah dari undang-undang diatas, sektor industri yang
ada di Kabupaten Kudus adalah merupakan basis Kabupaten Kudus dengan kontribusi
sebesar 61,44 % terhadap PDRB Kabupaten Kudus. Disamping itu secara geografis
Kabupaten Kudus sangat strategis, berada pada jalur perlintasan ekonomi antar provinsi,
yang memiliki mobilitas tinggi. Dismaping potensi diatas maka Kabupaten Kudus juga
dihadapi masalah seperti ketersediaan lahan/ruang untuk kepentingan investasi sedikit,
sehingga perlu adanya pengaturan yang optimal akan pengembangan sektor industri.
Pendahuluan 1-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Induk Pembangunan Industri Kabupaten (RIPIK) Kudus
Dari aspek lingkungan hidup, konsep pembangunan industri jelas mendukung peningkatan
kualitas lingkungan daerah secara menyeluruh. Dengan dikelompokkan kegiatan industri
pada satu lokasi pengelolaan maka akan lebih mudah menyediakan fasilitas pengolahan
limbah dan juga pengendalian limbahnya. Sudah menjadi kenyataan bahwa pertumbuhan
industri secara individual memberikan pengaruh besar terhadap kelestarian lingkungan
karena tidak mudah untuk melakukan pengendalian pencemaran yang dilakukan oleh
industri-industri yang tumbuh secara individu.
Sehubungan dengan diperlukannya dokumen Rencana Induk Pengembangan Industri,
maka Pemerintah Kabupaten Kudus dalam hal ini melalui OPD Dinas Tenaga Kerja
Perindustrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disnaker Perinkop dan UKM)
mengadakan kegiatan penyusunan RIPIK sebagai acuan dan panduan dalam perencanaan
pembangunan dan kebijakan industri Daerah.
1.4. SASARAN
1. Meningkatnya penguasaan pasar di Kabupaten Kudus terhadap impor bahan baku,
barang modal, serta meningkatkan ekspor produk industri;
2. Tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh Kabupaten
Kudus;
3. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi;
4. Peningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri;
5. Kuatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan hilir yang berbasis
sumber daya alam.
Pendahuluan 1-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Induk Pembangunan Industri Kabupaten (RIPIK) Kudus
Pendahuluan 1-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Induk Pembangunan Industri Kabupaten (RIPIK) Kudus
Pendahuluan 1-5
2
Bab
Pendekatan Teori
Metodologi
I ndustri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Sedangkan Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri, yakni
kelompok industri hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok industri hilir,
dan kelompok industri kecil. Dalam pembangunan industri, pemerintah menetapkan
bidang usaha industri yang masuk dalam kelompok industri kecil, termasuk industri yang
menggunakan ketrampilan tradisional dan industri penghasil benda seni, yang dapat
diusahakan hanya oleh Warga Negara Republik Indonesia serta menetapkan jenis-jenis
industri yang khusus diperuntukan bagi kegiatan industri kecil yang dilakukan oleh
masyarakat pengusaha dari golongan ekonomi lemah.
Kode baku lapangan usaha suatu perusahaan industri ditentukan berdasarkan produksi
utamanya, yaitu jenis komoditi yang dihasilkan dengan nilai paling besar. Apabila suatu
perusahaan industri menghasilkan 2 (dua) jenis komoditi atau lebih dengan nilai yang
sama maka produksi utama adalah komoditi yang dihasilkan dengan kuantitas terbesar.
2 Industri Mesin Logam Dasar dan Industri ini merupakan industri yang mengolah
Elektronika (IMELDE) bahan mentah logam menjadi mesin-mesin berat
atau rekayasa mesin dan perakitan.
Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai
berikut:
1) Industri mesin dan perakitan alat-alat
pertanian, misalnya: mesin traktor, mesin
hueler, dan mesin pompa.
2) Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya:
mesin pemecah batu, buldozer, excavator, dan
motor grader.
3) Industri mesin perkakas, misalnya: mesin
bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan mesin
pres.
4) Industri elektronika, misalnya: radio, televisi,
dan komputer.
5) Industri mesin listrik, misalnya: transformator
tenaga dan generator.
6) Industri keretaapi, misalnya: lokomotif dan
gerbong.
7) Industri kendaraan bermotor (otomotif),
misalnya: mobil, motor, dan suku cadang
kendaraan bermotor.
8) Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang
dan helikopter.
9) Industri logam dan produk dasar, misalnya:
Klasifikasi Industri 1) Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan
Berdasarkan Proses mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya
Produksi hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri
yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium,
industri pemintalan, dan industri baja.
2) Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah
jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan
dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.
Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi,
industri otomotif, dan industri meubeler.
Klasifikasi Industri 1) Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan
Berdasarkan Subjek milik rakyat, misalnya: industri meubeler, industri makanan
Pengelola ringan, dan industri kerajinan.
2) Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan
milik Negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya:
industri kertas, industri pupuk, industri baja, industri
pertambangan, industri perminyakan, dan industri
transportasi.
Klasifikasi Industri 1) Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal
Berdasarkan Cara relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari
Pengorganisasian 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih
sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas
(berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industri
makanan ringan.
2) Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri:
modal relative besar, teknologi cukup maju tetapi masih
terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak
tetap, dan lokasi pemasarannya relative lebih luas (berskala
regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu, dan
industri mainan anak-anak.
3) Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal
sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi
teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil,
pemasarannya berskala nasional atau internasional.
Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri
otomotif, industri transportasi, dan industri persenjataan.
perubahan dalam revolusi yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.
Dasar perubahan ini sebenarnya adalah pemenuhan hasrat keinginan pemenuhan
kebutuhan manusia secara cepat dan berkualitas. Revolusi Industri telah mengubah cara
kerja manusia dari penggunaan manual menjadi otomatisasi atau digitalisasi. Inovasi
menjadi kunci eksistensi dari perubahan itu sendiri. Inovasi adalah faktor paling penting
yang menentukan daya saing suatu negara atau perusahaan. Hasil capaian inovasi
kedepan ditentukan sejauh mana dapat merumuskan body of knowledge terkait
manajemen inovasi, technology transfer and business incubation, science and
Technopark.
kepentingan/ tujuannya sendiri. Implikasi dari tata kerja industri ini menyasar semua
orang baik yang terlibat proses produksi sampai pengguna akhir (end user/konsumen).
Pilihannya hanya tinggal dua menjadi pemain dengan segala resiko (risk taker) atau
pemakai dengan menerima resiko (risk maker). Industri merupakan kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Lingkup
skala perindustrian terdapat berbagai jangkauan yakni industri kecil, sedang, besar, dan
industri rumah tangga. Berapapun dimensi industri adalah tempat penciptaan lapangan
kerja. Efek kesempatan kerja yang diciptakan sama besar dengan yang dihasilkan,
sehingga akan mempunyai dampak petumbuhan ekonomi. Berdirinya sebuah industri
akan mempunyai multi player affect bagi tumbuh dan berkembangnya laju perekonomian
dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Industri memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi di semua sektor
kehidupan, dan tanggungjawab pemerintah/ pemilik industri adalah pemerataan
pertumbuhan sebuah industri. Hal ini dikarena industri mampu memberikan manfaat
(benefit) sebagai berikut: pertama Industri memberikan lapangan kerja dimana ia
didirikan. Kedua, Industri memberikan tambahan pendapatan tidak saja bagi pekerja atau
kepala keluarga, tapi bagi anggota keluarga lain. Ketiga, pada beberapa hal industri
mampu memproduksi barang - barang keperluan penduduk setempat dan daerah secara
lebih efisien atau lebih murah (Eni Fitriawati, 2010). Peran industri yang begitu besar
diatas dan menyangkut hajat hidup masyarakat dapat disebut sebagai modal sosial.
Namun apabila modal sosial tersebut dikelola pada perspektif pemilik modal yang selalu
bertumpu pada profit oriented dengan cara efisiensi pekerja dan itu secara perlahan
menghilangkan makna modal sosial, maka sesungguhnya revolusi industri pada fase
berapapun akan berujung pada revolusi sosial yang menyebabkan kekacauan (chaos)
sebuah pemerintahan. Disinilah urgensinya sinergisitas revolusi industri 4.0 sebagai
kebutuhan dengan revolusi mental yang menekankan aspek pemberdayaan masyarakat.
Revolusi industri yang mengedepankan tata nilai pertumbuhan ekonomi masyarakat
melalui pemberdayaan akan mampu membangun kerukunan dan kerjasama yang sinergi
guna berkembangnya ekonomi masyarakat. Seperti halnya pendapat Boourdeou yang
menyatakan bahwa modal ekonomi bukanlah modal dari segala modal. Tapi membangun
mental/ kharakter (character building) suatu masyarakat adalah potensi ekonomi yang
mampu mengalir dalam struktur sosial, sehingga dapat dijadikan dasar untuk bergerak
bagi revolusi industri tersebut ke arah kemanfaatan.
jarak, ruang dan waktu. Jumlah penduduk yang besar ini dan mayoritas penduduknya ada
pada rentang usia 15-64 tahun, dimana usia tersbut disebut usia produktif (Indonesia-
invesment, 2017). Besarnya angka usia produktif ini dapat dikatakan sebagai bonus
demografi. Secara sederhana bonus demografi dapat diartikan sebagai peluang (window
of oppurtunity) yang dinikmati suatu negara akibat dari besarnya proporsi penduduk
produktif. Bonus demografi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
perkapita. Struktur penduduk yang didominasi usia produktif berpotensi meningkatkan
tabungan dan meminimalkan konsumsi. Berdasarkan data Menteri Keuangan Sri Mulyani
sudah lebih 85 juta penduduk Indonesia menggunakan jaringan internet. Disinilah
Indonesia mempunyai peluang dalam e-commerce dan pengembang ekonomi digital
(Detiknews, 3/2/2018).
Penekanan kepada pola kemitraan dalam proses untuk mencapai tujuan pertumbuhan
ekonomi daerah dan perluasan kesempatan kerja tersebut, dapat dinyatakan menjadi
penciri bagaimana keberhasilan pengembanan ekonomi lokal. Format kelembagaan baru
yang dimaknai sebagai adanya pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan pihak
swasta dan stakeholders lainnya dalam mengelola dan meningkatkan sumber daya alam
dan manusia untuk memproduksi produk yang lebih baik, memberi arahan bahwa
pendekatan kelembagaan sangat penting dalam proses pengembangan lokal. Pendekatan
kelembagaan merupakan pendekatan kualitatif yang mengimplementasikan bagaimana
fungsi dan peranan tata kelola serta institusi lokal dalam suatu lokalitas mampu
mengarahkan pengembangan ekonomi lokal mencapai tujuannya. Pola–pola kemitraan ini
seharusnya menjadi agenda pembangunan ekonomi lokal yang diimplementasikan di
tingkat kota/kabupaten. Forum stakeholders dibentuk dan dikembangkan dalam rangka
upaya pengembangan daerah secara terkoordinir dan simultan yang melibatkan berbagai
pihak –termasuk pihak swasta.
Permasalahan yang lazim dihadapi oleh perekonomian wilayah antara lain adalah belum
optimalnya penggunaan potensi unggulan daerah, masih panjangnya mata rantai
produksi, terbatasnya jaringan infomasi dan akses pasar, lemahnya daya saing, kualitas
SDM yang rendah, dan belum optimalnya pelaksanaan kemitraan usaha. Permasalahan–
permasalahan yang masih dihadapi tersebut menunjukkan bahwa kinerja pembangunan
wilayah belum sesuai dengan apa yang menjadi arahan kebijakan pembangunan wilayah
yakni menuju kemandirian yang bertumpu pada potensi yang dimiliki daerah. Sehingga
perlu ditekankan upaya penanganan dengan kebijakan dan strategi yang
berkesinambungan supaya tujuan peningkatan kesejahteraan rakyat tercapai. Upaya
penanganan tersebut dilakukan melalui pengembangan klaster, yang merupakan salah
satu bentuk pengembangan potensi daerah. Pengertian klaster dipahami sebagai
pengelompokkan secara dekat suatu kelompok usaha sejenis. Lebih jauh bahwa
pengembangan klaster juga diperlihatkan oleh adanya pertalian usaha dalam rangka
penguatan ekonomi lokal. Klaster berperanan sebagai “engine of developement”.
Kekuatan yang muncul dalam pengembangan ekonomi lokal inilah yang menciptakan dan
menumbuhkan daya saing wilayah atau bahkan daya saing secara nasional. Daya saing
suatu perekonomian bisa diukur dari 3 (tiga) indikator, yaitu : teknologi, institusi publik,
dan lingkungan makro ekonomi. Dengan adanya inovasi dan alih teknologi yang
dikembangkan secara terus menerus maka kemampuan suatu perekonomian akan
memiliki keunggulan, ditunjang oleh institusi publik yang ”non-governs” pada institusi
lokal dengan lebih mendorong kapasitas dan keberdayaannya serta adanya stabilitas
lingkungan makro ekonomi. Daya saing ekonomi lokal terbentuk karena peranan dan
komitmen multiaktor di dalamnya yang membentuk suatu format kelembagaan lokal
untuk menghilangkan hambatan birokratif bagi pengembangan industri/perusahaan –
perusahaan lokal, memperbaiki kegagalan pasar, dan menciptakan keunggulan lokalitas
dengan spesialisasi produk yang berciri khas/unik. Keunggulan persaingan yang dibentuk
demikian merupakan kecenderungan yang timbul dalam suatu perekonomian. Sehingga
apabila penguatan (strengthening) ini berlanjut/sustain maka perusahaan–perusahaan
lokal tersebut akan tumbuh besar/size-nya dan jumlahnya/kuantitas, yang akan
menciptakan suatu pengelompokkan atau clustering.
Pengertian ”cluster” berbeda dengan pengertian kawasan industri secara umum. Dalam
cluster berisikan perusahaan dalam sektor yang sama sedangkan kawasan industri bisa
berisikan banyak perusahaan dengan banyak sektor yang berbeda. Jadi ciri utama cluster
adalah sektoral dan konsentrasi spasial dari perusahaan (spatial concentrations of firms).
Dengan terkonsentrasinya perusahaan–perusahaan sejenis dalam satu wilayah atau
lokalitas dalam memproduksi satu produk tertentu maka sudah dapat menunjukkan
karakteristik kawasan sebagai suatu cluster. Sehingga cluster adalah sekelompok
perusahaan dan lembaga terkait yang berdekatan secara geografis dan memiliki
kemiripan yang mendorong kompetisi serta juga bersifat komplementer, sebagai strategi
untuk memperkuat daya saing. Sehingga persyaratan cluster adalah proximity/ kedekatan,
kesamaan ”forms” perusahaan yang saling komplementer dan terkait, serta penyedia jasa
pendukung dan institusi pendukung.
Cluster dapat berupa sebuah kawasan tertentu, sebuah wilayah sampai wilayah yang lebih
luas. Bahkan cluster juga berupa sebuah wilayah lintas negara. Sehingga kriteria
geografisnya terletak pada apakah efisiensi ekonomi atas jarak tersebut ada dan mewujud
dalam berbagai aktivitas usaha yang menguntungkan atau tidak. Ini mempengaruhi dalam
memetakan sebuah cluster. Pemetaan (mapping) sebuah cluster tidak hanya keberadaan
sekelompok industri tertentu dalam suatu wilayah tertentu saja melainkan pada
bagaimana keterkaitan dan keterpaduan antar industri yang ada serta berbagai institusi
pendukungnya. Cluster mementingkan keterkaitan, komplementaritas dan spillover
teknologi, skills/ketrampilan tertentu, informasi, pemasaran/ marketing, dan kebutuhan
konmsumen melewati perusahaan dan industri.
Keterkaitan itu didasari oleh suatu modal sosial yang terbentuk oleh norma–norma sosial,
adanya kepercayaan, semangat kebersamaan antar pelaku di dalamnya, yang membentuk
tatatan/order. Keterkaitan ini diimplikasikan dalam rantai produksi/value chain sejak dari
inputting – processing – output – marketing. Adanya ekonomi efisiensi akibat dari
”economies of localization” menciptakan output produk yang memiliki daya saing.
Semakin pendek rantai produksi maka semakin efisien, dan cost of production menjadi
rendah, serta harga/pricing dapat terkontrol. Sehingga tujuan clustering memang
berujung kepada penciptaan daya saing.
PROGRAM – PROGRAM
INVESTASI
PENGEMBANGAN
EFFORTS
SEKTOR
INOVATIF
UNGGULAN
INPUT – INPUT
STRATEGIS
Outward
Oriented
Area
Devel
Area
Deve KUDUS
Outward
Oriented Outward
Oriented
Area
Devel
Internal Integrated
Backward
Oriented
Oriented
GAMBAR: 2.7. PRIMARY VALUE CHAIN ACTIVITIES RANTAI NILAI KEGIATAN UTAMA
Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk menciptakan nilai yang melampaui biaya
menyediakan produk atau layanan, sehingga menghasilkan margin keuntungan.
Input termasuk penerimaan, pergudangan, inventory dan kontrol dari bahan masukan.
Proses yang menciptakan nilai-kegiatan yang mengubah input menjadi produk akhir.
Output diperlukan adalah kegiatan untuk mendapatkan produk akhir kepada
konsumen, termasuk pergudangan, pemenuhan pesanan, dan lain-lain
Pemasaran adalah aktivitas yang terkait dengan mendapatkan pembeli untuk membeli
produk, termasuk saluran pilihan, iklan, biaya, dan lain-lain.
Daya saing daerah dengan tekanan perhatian pada “daya tarik investasi di daerah” yang
mencermati perkembangan dari tahun ke tahun. Sementara itu, kajian daya saing
wilayah dalam perspektif teknologi, yaitu dengan melihat faktor kemampuan dan iklim
teknologi. Mengingat demikian beragam pengertian yang diadopsi tentang istilah daya
saing dan diterapkan dalam upaya-upaya pengukuran/pengumpulan data dan analisis,
maka konsep operasional yang dianut dalam upaya penataan data perlu didefinisikan.
Konsep pengembangan pemahaman tentang daya saing daerah nampak dalam gambar
berikut. ”
GAMBAR: 2.10. KERANGKA TATARAN BERBEDA TENTANG PENGERTIAN DAYA SAING DAERAH
Perlu dipahami bahwa upaya untuk menelaah daya saing terus dikembangkan oleh
banyak pihak dan mengungkapkan tekanan dan cakupan yang berbeda. Sebagai
ilustrasi, Porter dan Stern. (2001) menyampaikan bagaimana kerangka kapasitas inovatif
dan kerangka determinan daya saing (the four diamonds framework) digunakan dalam
menganalisis klaster industri tertentu, seperti diilustrasikan berikut ini.
2.2. METODOLOGI
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif, yaitu dilakukan melalui
studi pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder, baik yang berupa perundang-
undangan maupun hasil-hasil penelitian, hasil pengkajian dan referensi lainnya sebagai
dasar pembangunan dan pengembangan industri maupun pengkajian aspek-aspek lain
yang terkait, seperti historis serta pengalaman para stakeholders terkait, hasil-hasil
penelitian dan konsep – konsep yang berkaitan dengan pembangunan industri.
a. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mempelajari, mencatat, menelaah dan menganalisis literature ataupun
buku publikasi dan hasil-hasil laporan pengkajian terdahulu yang berkaitan erat
dengan masalah-masalah yang dikaji. Data yang dibutuhkan meliputi:
- Data dasar yang diperoleh dari Publikasi BPS dan instansi terkait, Data Kabupaten
dalam Angka, Kecamatan dalam Angka, PDRB, dan publikasi BPS lain yang relevan
dengan studi ini.
- Data dari OPD terkait.
Untuk melaksanakan kegiatan Kajian ini dibutuhkan beberapa jenis data dan
sumbernya, seperti terinci berikut ini:
TABEL: 3.1. KEBUTUHAN DATA SEKUNDER DAN SUMBER DATA
KEBUTUHAN DATA SUMBER
Kabupaten Kudus Dalam Angka BPS Kabupaten Kudus
Data PDRB Kabupaten Kudus BPS Kabupaten Kudus
Sensus Pertanian BPS Kabupaten Kudus
Statistik Potensi BPS Pusat
Dokumen RPJPD BAPPELITBANGDA Kabupaten Kudus / Browsing
Dokumen RPJMD BAPPELITBANGDA Kabupaten Kudus / Browsing
Dokumen RKPD BAPPELITBANGDA Kabupaten Kudus / Browsing
Dokumen RTRW BAPPELITBANGDA Kabupaten Kudus / Browsing
Kependudukan DISDUKCAPIL Kabupaten Kudus / Browsing
Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, Koperasi Dan
UKM Kabupaten Kudus
Data Pendidikan Dinas Pendidikan, Kepemudaan, Dan Olahraga
Kabupaten Kudus
Data Pertanian Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus
Data Perindustrian dan Perdagangan DINAS TENAGA KERJA, PERINDUSTRIAN, KOPERASI
DAN UKM Kabupaten Kudus
Data/Profil Investasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Kudus
Data/Informasi/Dokumen Lainnya lainnya
Bahan Hukum Bagian Humum / JDIH Kabupaten Kudus
BOTTOM-UP TOP-DOWN
VISI & MISI PEMBANGUNAN DAERAH POTENSI DAERAH RIPIN/KIN KEBIJAKAN LINTAS SEKTORAL
PERWILAYAHAN PEMBERDAYAAN
SASARAN PEMBANGUNAN PER SEKTOR INDUSTRI PRIORITAS DAERAH INDUSTRI INDUSTRI
INDUSTRI PRIORITAS YANG AKAN DIKEMBANGKAN
PENAHAPAN
CAPAIAN
RPIP/K
S ecara geografis wilayah Kabupaten Kudus terletak antara 110o36’ dan 110o50’
Bujur Timur dan antara 6o51’ dan 7o16’ Lintang Selatan. Jarak terjauh dari barat ke
timur adalah 16 km dan dari utara ke selatan 22 km. Secara administratif
Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 Kecamatan dan 123 Desa serta 9 Kelurahan. Luas
wilayah Kabupaten Kudus tercatat sebesar 42.516 hektar atau sekitar 1,31 persen dari
luas Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Dawe yaitu 8.584
Ha (20,19 persen), sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kota seluas 1.047 Ha
(2,46 persen) dari luas Kabupaten Kudus (Tabel 3.1 & Gambar 3.2). Secara administratif
Kabupaten Kudus berbatasan dengan 4 (empat) Kabupaten yaitu:
Sebelah utara : Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati,
Sebelah timur : Kabupaten Pati,
Sebelah selatan : Kabupaten Grobogan dan Pati
Sebelah barat : Kabupaten Demak dan Jepara.
Lihat Peta (Gambar 3.1).
TABEL 3.1 : LUASAN LAHAN TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS, TAHUN 2017
Wilayah Kabupaten Kudus memiliki topografi yang beragam yaitu ketinggian wilayah
yang berkisar antara 5 - 1600 m. di atas permukaan laut. Wilayah yang memiliki
ketinggian terendah, yaitu 5 meter di atas permukaan laut berada di Kecamatan
Undaan, Sedangkan wilayah dengan ketinggian tertinggi berada di Kecamatan Dawe,
yang berupa dataran tinggi dengan ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut.
a. Kelerengan 0 - 8%
Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran koluvial dengan relief datar.
Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Undaan, Kecamatan Kota, Kecamatan Jati,
Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Mejobo, sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan
Gebog, dan Kecamatan Bae.
b. Kelerengan 8 - 15%
Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran aluvial dengan relief landai.
Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah
selatan, Gebog dan Kecamatan Mejobo.
c. Kelerengan 15 - 25%
Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa perbukitan struktural dengan relief
bergelombang dan agak curam. Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Dawe dan
daerah perbukitan Pati Ayam bagian timur.
d. Kelerengan 25 - 45%
Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa perbukitan struktural dengan relief
berbukit kecil dan curam. Kelerengan ini terdapat di daerah perbukitan Pati Ayam
bagian utara, Kecamatan Dawe, Kecamatan Jekulo dan Kecamatan Gebog.
e. Kelerengan > 45%
Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa perbukitan struktural dengan relief
bergelombang dan sangat curam. Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan
Jekulo, Kecamatan Dawe, Kecamatan Gebog dan daerah Puncak Muria bagian
selatan.
TABEL 3.3 : LUAS PENGGUNAAN LAHAN MENURUT KECAMATAN DI KAB. KUDUS, 2017 (HA)
LAHAN PERTANIAN
LAHAN BUKAN
KECAMATAN BUKAN JUMLAH
SAWAH PERTANIAN
SAWAH
1. Kaliwungu 1,984 413 874 3,271
2. Kota 145 165 737 1,047
3. Jati 1,027 165 1,438 2,630
4. Undaan 5,742 273 1,162 7,177
5. Mejobo 1,755 103 1,819 3,677
6. Jekulo 4,307 3,259 726 8,292
7. Bae 881 270 1,181 2,332
8. Gebog 2,052 1,767 1,687 5,506
9. Dawe 2,668 3,376 2,540 8,584
JUMLAH/TOTAL 20,561 9,791 12,164 42,516
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018
TABEL 3.4 : JUMLAH PENDUDUK DARI TAHUN 2010 – 2017 DI KABUPATEN KUDUS
TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH SEX RATIO
Tahun 2010 383,512 395,564 779,076 96.95
Tahun 2011 388,906 400,969 789,875 96.99
Tahun 2012 394,093 406,310 800,403 96.99
Tahun 2013 399,324 411,569 810,893 97.02
Tahun 2014 404,326 416,783 821,109 97.01
Tahun 2015 409,312 421,991 831,303 97.00
Tahun 2016 414,315 427,184 841,499 96.99
Tahun 2017 419,212 431,266 850,478 96.98
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018
TABEL 3.5 : PERSEBARAN PENDUDUK PER KECAMATAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017
KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1. Kaliwungu 47,354 48,532 95,886
2. Kota 47,985 50,982 98,967
3. Jati 53,406 55,832 109,238
4. Undaan 37,518 38,178 75,696
5. Mejobo 37,942 38,960 76,902
6. Jekulo 53,581 55,082 108,663
7. Bae 36,184 37,257 73,441
8. Gebog 51,527 52,824 104,351
9. Dawe 53,715 54,619 108,334
Jumlah/Total 419,212 432,266 851,478
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018
Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2013 – 2017) cenderung mengalami
kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2017 tercatat sebesar 2.003 jiwa
setiap satu kilo meter persegi. Di sisi lain persebaran penduduk masih belum merata. Kecamatan
Kota merupakan kecamatan yang terpadat yaitu 9.450 jiwa per km2. Kecamatan Undaan paling
rendah kepadatan penduduknya yaitu 1.055 jiwa per km2 (Tabel 3.6 dan Gambar 3.6).
TABEL 3.6 : KEPADATAN PENDUDUK PER KECAMATAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017
2 KEPADATAN
KECAMATAN LUAS DAERAH (KM ) PENDUDUK 2
(JIWA/KM )
1. Kaliwungu 32.71 95,886 2,931
2. Kota 10.47 98,967 9,452
3. Jati 26.3 109,238 4,154
4. Undaan 71.77 75,696 1,055
5. Mejobo 36.77 76,902 2,091
6. Jekulo 82.92 108,663 1,310
7. Bae 23.32 73,441 3,149
8. Gebog 55.06 104,351 1,895
9. Dawe 85.84 108,334 1,262
Jumlah/Total 425.16 851,478 2,003
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018
TABEL 3.7 : JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN DI
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017
KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
00-04 33,231 31,394 64,625
05-09 34,526 32,816 67,342
10-14 33,727 32,293 66,020
15-19 37,744 37,668 75,412
20-24 41,415 38,770 80,185
25-29 35,373 34,733 70,106
30-34 31,761 33,867 65,628
35-39 30,386 33,683 64,069
40-44 30,557 32,684 63,241
45-49 28,566 30,897 59,463
50-54 26,458 27,170 53,628
55-59 20,453 21,284 41,737
60-64 14,123 16,019 30,142
65-69 9,712 11,895 21,607
70-74 5,863 7,967 13,830
75+ 5,317 9,126 14,443
419,212 432,266 851,478
TABEL 3.8 : BANYAKNYA SELURUH PERUSAHAAN INDUSTRI DAN JUMLAH TENAGA KERJA DI
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 - 2014
2013 2014
KECAMATAN
PERUSAHAAN/ PERUSAHAAN/
TENAGA KERJA TENAGA KERJA
UNIT USAHA UNIT USAHA
1. Kaliwungu 1,830 13,314 1,848 13,447
2. Kota 2,159 137,213 2,180 138,585
3. Jati 1,575 27,768 1,591 28,046
4. Undaan 472 2,028 477 2,049
5. Mejobo 1,804 4,606 1,822 4,652
6. Jekulo 1,065 5,518 1,076 5,574
7. Bae 1,270 30,555 1,283 30,861
8. Gebog 1,237 20,224 1,249 20,426
9. Dawe 1,398 6,336 1,412 6,399
Jumlah/Total 12,810 247,562 12,938 250,039
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018
Berdasarkan data BPS tercatat perusahaan industri besar dan sedang di Kabupaten Kudus
tahun 2015 tercatat sebanyak 186 perusahaan dengan menyerap 101.433 orang tenaga
kerja. Kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya jumlah perusahaan mengalami
peningkatan sebesar 5,08 persen. Untuk jumlah tenaga kerjanya juga mengalami
peningkatan sebesar 3,29 persen.
Sedangkan dilihat dari jenis industrinya, perusahaan industri tembakau masih
mendominasi dengan 35,48 persen dari jumlah usaha industri besar dan sedang, diikuti
industri pakaian jadi sebesar 20,43 persen, Industri makanan dan minuman 8,06 persen.
Sedangkan penyerapan tenaga kerja terbesar masih dari industri tembakau/rokok yaitu
sebesar 76,46 persen diikuti industri kertas/barang dari kertas 10,83 persen dan industri
mesin/TV/radio 3,53 persen (Tabel 3.10).
TABEL 3.12 : PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 MENURUT
LAPANGAN USAHA DI KABUPATEN KUDUS 2013 - 2017 ( JUTA RUPIAH )
KATEGORI TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017
A. Pertanian, Kehutanan,
1,411,791.30 1,411,497.53 1,494,021.47 1,538,392.87 1,565,509.95
dan Perikanan
B. Pertambangan dan
64,288.45 68,603.19 70,090.00 73,295.18 76,537.99
Penggalian
C. Industri Pengolahan 48,686,055.46 50,761,165.50 5,243,523,151.00 53,266,024.58 54,446,668.19
D. Pengadaan Listrik, Gas 30,036.01 31,655.01 32,258.44 34,185.01 36,348.61
E. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, 12,855.53 13,495.94 14,200.46 14,891.14 15,802.63
Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 1,915,308.69 1,999,819.54 2,124,491.15 2,334,354.15 2,506,891.17
G. Perdagangan Besar dan
Eceran, dan Reparasi 3,329,984.91 3,498,312.58 3,691,332.80 3,879,205.14 4,110,046.49
Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan
646,980.73 700,315.73 760,448.65 806,935.26 856,922.05
Pergudangan
I. Penyediaan Akomodasi
658,605.80 708,052.77 760,938.83 811,291.95 865,177.26
dan Makan Minum
J. Informasi dan
377,372.13 425,455.46 465,997.21 506,605.39 570,409.10
Komunikasi
K. Jasa Keuangan 943,019.75 989,663.96 1,063,315.51 1,157,361.07 1,210,369.29
L. Real Estate 340,359.07 364,735.88 392,477.27 416,219.50 442,425.31
M,N. Jasa Perusahaan 54,902.81 58,809.45 63,785.82 69,821.54 75,769.73
O. Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan 488,250.92 492,548.43 5,188,677.50 531,195.12 544,992.64
dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 512,406.23 560,137.27 600,908.19 645,035.76 690,282.21
Q. Jasa Kesehatan dan
160,893.67 178,862.12 190,878.15 207,137.59 224,608.70
Kegiatan Sosial
R,S,T,U. Jasa lainnya 311,465.06 337,550.70 350,884.52 377,133.75 410,292.22
PRODUK DOMESTIK
59,944,576.52 62,600,681.06 5,260,787,856.97 66,669,085.00 68,649,053.54
REGIONAL BRUTO
Sumber: Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018
TABEL 3.13 : DISTRIBUSI PROSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 MENURUT LAPANGAN
USAHA DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017
KATEGORI %
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.28%
B. Pertambangan dan Penggalian 0.11%
C. Industri Pengolahan 79.31%
D. Pengadaan Listrik, Gas 0.05%
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.02%
F. Konstruksi 3.65%
G. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.99%
H. Transportasi dan Pergudangan 1.25%
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.26%
J. Informasi dan Komunikasi 0.83%
K. Jasa Keuangan 1.76%
L. Real Estate 0.64%
M,N. Jasa Perusahaan 0.11%
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.79%
P. Jasa Pendidikan 1.01%
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.33%
R,S,T,U. Jasa lainnya 0.60%
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100.00%
Sumber: Diolah dari Statistik Kabupaten Kudus Tahun 2018
1
Sumber: Dokumen Laporan Akhir Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kudus, Tahun 2010
masyarakat setempat. Bentuk fisik Menara Kudus adalah tinggi dan ramping yang
dibangun dengan bahan batu-bata merah yang disusun dan dipasang bertumpukan
tanpa semen perekat. Bangunan Menara Kudus tidak dapat dipisahkan dengan
Masjid Menara Kudus dan Makam Sunan Kudus, karena secara geografis-fungsional
ketiganya merupakan satu kesatuan dengan sejarah berdirinya Kota Kudus.
B. MUSEUM KRETEK
Museum Kretek terletak sekitar 3 Km. ke arah selatan dari pusat kota Kudus,
tepatnya di Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati. Ciri khas Museum Kretek dibangun
sebagai simbol kota Kudus sebagai Kota Kretek, berdasarkan gagasan dari Gubernur
Jawa Tengah pada saat itu, H. Soepardjo Roestam dan diresmikan pembukaan pada
tanggal 3 Oktober 1986 oleh Menteri Dalam Negeri RI, H. Soepardjo Roestam.
Tujuan pembangunan Museum Kretek adalah untuk menyajikan benda-benda
koleksi yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan rokok kretek sebagai
upaya meningkatkan nilai-nilai kewiraswastaan masa lalu dan masa kini untuk
diteruskan dan ditingkatkan pada masa mendatang. Dengan demikian generasi
muda pada saat ini dan mendatang, diharapkan memiliki jiwa kewiraswastaan yang
tangguh.
2. Air Terjun Monthel Air terjun dengan ketinggian ± 25 meter ini, dari Pesanggrahan Colo
atau dari Masjid dan Makam Sunan Muria dapat dicapai dengan
berjalan kaki selama ± 30 menit menyusuri jalan setapak di tengah-
tengah kebun kopi sambil menikmati udara yang segar dan sejuk
serta panorama alam pegunungan yang asri dan indah, juga sambil
menikmati alunan irama musik alam dari bunyi gemericik air terjun
yang jatuh di bebatuan yang diselingi bunyi-bunyian satwa liar khas
pegunungan dan kicauan burung burung.
3. Wisata Alam/Eko Wisata Dengan ketinggian ± 1.150 m dpl, terletak di Pegunungan Argo
(Ecotourism) Jembangan - G. Muria, berjarak ± 3 Km. dari Pesanggrahan Colo. Di
kawasan Eko Wisata ini pengunjung/wisatawan dapat menyaksikan
dan mengamati keanekaragaman hayati yang tumbuh alami, yakni
7. Bumi Perkemahan dan Wana Daya tarik wisata ini terletak di kawasan hutan pinus, berjarak ± 3
Wisata Kajar. Km. ke arah selatan dari daya tarik wisata Colo, tepatnya di Desa
Kajar, Kecamatan Dawe Kudus. Dengan ketinggian ± 600 m dpl,
kawasan Kajar merupakan lokasi yang tepat untuk kegiatan camping
and hiking (perkemahan dan jelajah medan/lintas alam); baik bagi
pelajar, pramuka, maupun remaja pada umumnya.· Taqim Arts
Studio Studio, sanggar dan gallery seni milik seniman Mustaqim ini
terletak ± 0,5 Km di sebelah utara dari Bumi Perkemahan dan Wana
Wisata Kajar. Dalam jangka panjang,Taqim Arts Studio berupaya
melibatkan masyarakat Desa Kajar untuk bersama-sama menjadikan
Desa Kajar, sebagai Desa Seni.
Sumber: indonesia.go.id
F. KAWASAN RAHTAWU
Lokasi daya tarik wisata alam/eko
wisata Rahtawu terletak di sebelah
barat Pegunungan Muria ± 20 Km.
ke arah Barat Laut dari pusat kota
Kudus (Alun-alun/Simpang Tujuh);
tepatnya di Desa Rahtawu,
Kecamatan Gebog Kudus.
Pengunjung dapat menikmati
panorama alam pegunungan yang
asri dan indah mempesona dengan
udara yang bersih, segar dan sejuk.
Rahtawu memiliki banyak petilasan
tokoh-tokoh dunia pewayangan, misalnya petilasan Begawan Sakri, Pandu
Dewonoto, Dewi Kunti, Jonggring Saloko, Eyang Semar, Eyang Abiyoso, dan lain-
lain. Selain itu para pelajar, remaja, dan pemuda-pemudi yang berhobi pecinta alam
(penjelajahan alam, hiking, mendaki gunung, dan lain-lain) dapat menyusuri jalan
setapak menjelajahi medan pegunungan Rahtawu untuk menaklukkan puncak
gunungnya.
G. TAMAN KRIDA WISATA
Taman Krida Wisata terletak di
Kompleks Gedung Olah Raga (GOR)
Wergu Wetan, Kecamatan Kota
Kudus, dengan jarak ± 1,5 Km, ke
arah Timur dari pusat kota Kudus,
tepatnya di Kelurahan Wergu
Wetan, Kecamatan Kota Kudus. Ciri
khas Taman Krida Wisata
merupakan taman rekreasi keluarga
dengan suasana yang asri, sejuk,
dan teduh karena rimbun dan
lebatnya dedaunan pepohonan di
taman ini. Taman rekreasi ini dilengkapi dengan berbagai patung binatang yang
menarik dan bersifat edukatif bagi anak-anak, antara lain patung Dinosaurus, Kuda
Nil, Gajah, Jerapah, Singa, Harimau, dan Zebra. Selain itu, taman ini juga dilengkapi
dengan Gedung Terbuka yang representatif untuk berbagai event/kegiatan,
misalnya: seminar/sarasehan, pentas seni-budaya, lomba kreativitas remaja dan
pelajar, resepsi pernikahan, perpisahan sekolah, dan lain-lain. Taman ini juga sering
dimanfaatkan sebagai lokasi Lomba Burung Berkicau. Pada bulan Juli 2003, taman
rekreasi ini dilengkapi dengan koleksi satwa berupa 5 (lima) ekor rusa yang berasal
dari Istana Presiden RI di Kebun Raya Bogor. Selain itu Taman Krida Wisata juga
dlengkapi dengan waterboom, wahana permainan air berupa kolam tirta serta
taman wisata anak-anak.
H. SITUS PURBAKALA PATIAYAM
Pegunungan Patiayam terletak Di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, di sana terdapat
gading gajah purba, gigi geraham nenek moyang (Homo Erectus), dan lain-lain. Situs
Patiayam termasuk salah satu situs Homonid Kala Plestosen di Jawa, dan primadona
yang dapat dijumpai di Situs Patiayam ini adalah Stegodon Trigonochepalus. Pada
situs ini terdapat beberapa kegiatan penelitian seperti penggalian untuk
mengetahui sebaran temuan secara vertikal maupun rentang umur minimal dan
maksimal, survey untuk mengetahui sebaran temuan secara horisontal, dan
pemetaan untuk mendapatkan peta distribusi temuan secara lebih luas sesuai
dengan kondisi sebenarnya.
Hasil dari penelitian tersebut adalah identifikasi fosil yang teridentifikasi sebanyak
1.234 buah, tak teridentifikasi sebanyak 1.149 buah, berat fosil keseluruhan sebesar
3.446 kg, dan jumlah Individu sebanyak 13. Jenisnya: Bovidae (banteng, kerbau),
Cervidae (rusa, kijang), Chelonidae (kura-kura), Crocodilus (buaya), Elephantidae
(Gajah), Felidae (Macan, harimau), Rhinoceroti dae (Badak), Stegodon (Gajah
Purba), Suidae (Babi Hutan), Testunidae Tridacna (Kerang Laut), Hipopotamidae
(Kuda Nil) Hominidae (Manusia Purba).
Sumber: http://fahmianhar.com/menilik-situs-purbakala-patiayam-kudus/
Dalam acara Buka Luwur telah disediakan uba rampu berupa nasi, daging
kerbau atau kambing yang dibungkus dan potonan kain kelambu yang lama
dan telah dimasukkan dalam bungkusan tersebut, kemudian jika telah selesai
upaca Buka Luwur dibagikan kepada masyarakat.
Oleh masyarakat diyakini bahwa dengan melaksanakan Upacara Buka Luwur
akan mendapatkan barokah dari Sunan Muria, sedangkan nasi dan daging
kerbau atau kambing dapat menyembuhkan orang sakit, dan kain klambu yang
dibagikan kepada masyarakat dapat digunakan sebagai jimat untuk tolak balak.
4) Kirap Ampyang Maulid
Tradisi Ampyang Maulid merupakan salah satu bentuk penyebaran agama
Islam yang dilakukan Tjie Wie Gwan - suami Ratu Kalinyamat, sekaligus
menantu Sunan Kudus dengan menggunakan pendekatan sosial budaya
kepada masyarakat Loram Kulon yang waktu itu beragama Hindu-Buddha dan
bermata pencaharian sebagai pembuat ampyang. Selain menyebarkan agama
Islam, beliau juga mewariskan beberapa tradisi budaya yang masih
dilaksanakan sampai sekarang, diantaranya adalah :
MANAJEMEN RENCANA
PEKERJAAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus
Jadwal Kegiatan
Jadwal Pelaporan
Komposisi Tim Dan Penugasan
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan
Berikut adalah tabel Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan, yang memuat setiap tahapan
pekerjaan dalam pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Kegiatan Kegiatan Rencana
TABEL 4.1 : RENCANA JADWAL KEGIATAN KEGIATAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN (RPIK)
KUDUS TAHUN ANGGARAN 2019
BULAN KE 1 BULAN KE 2 BULAN KE 3
KEGIATAN
M1 M2 M1 M2 M1 M2
TAHAP 1: PERSIAPAN DAN PENDAHULUAN
Administrasi dan Perijinan
Koordinasi dan mobilisasi Tim
Mempersiapkan Pengadaan Data Awal
Menyusun metode pelaksanaan pekerjaan
Koordinasi tim dengan Tim Teknis
Penyusunan Program Kerja
Pembahasan Laporan Pendahuluan
TAHAP 4: FINALISASI
2. LAPORAN ANTARA
Laporan antara yang berisi antara lain :
a. Pendahuluan
b. Metode pelaksanaan pekerjaan
c. Gambaran Industri Kabupaten Kudus
d. Integrasi Kebijakan Terkait
e. Analisa dan Konsep Pembangunan RPIK
3. LAPORAN AKHIR
Laporan akhir yang berisi antara lain :
a. Pendahuluan
b. Metode pelaksanaan pekerjaan
c. Gambaran Industri Kabupaten Kudus
d. Integrasi Kebijakan Terkait
e. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) Kudus
f. Kesimpulan dan Rekomendasi
g. Lampiran
kompetensi dan keahlian yang dimiliki, yang secara ringkas dapat dilihat pada tabel
berikut:
TABEL 4.3 : RENCANA DAN URAIAN PEKERJAAN TENAGA AHLI
JUMLAH
POSISI
URAIAN PEKERJAAN ORANG
DIUSULKAN
BULAN
Ketua Tim 1. FUNGSI : 3
Ahli Ekonomi Sebagai Ketua Tim Pelaksanaan Pekerjaan yang dimobilisasi oleh
Perusahaan.
Sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam organisasi pelaksanaan
pekerjaan.
Sebagai koordinator semua kegiatan administrasi maupun teknis
substansi dari organisasi pelaksanaan pekerjaan.
Sebagai pengarah, pengendali, dan pengawas dari semua tahapan
kegiatan yang berkaitan dengan keseluruhan Ketua Tim (Ahli
Hidrologi).
2. TUGAS :
Memberi masukan secara teknis kepada seluruh persoalan di bidang
Ahli Hidrologi.
Melakukan survey, mengumpulkan data dan informasi, inventarisasi
kondisi dan permasalahan.
Melakukan analisis data dan informasi dan kajian-kajian teknis.
Bersama tenaga ahli lainnya, turut serta dalam seluruh tahapan
kegiatan, yakni: tahap survey, analisis.
Menyusun pelaporan yang dilakukan oleh Ketua Tim bersama-sama
dengan ahli lain.
Melakukan diskusi dan konsultasi tentang pekerjaan kepada Tim
Teknis atau pemberi tugas sesuai kebutuhan.
3. TUGAS FUNGSIONAL:
Mengorganisasi dan mengendalikan organisasi pelaksanaan
pekerjaan supaya optimal baik secara struktrural maupun fungsional.
Menetapkan framework digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
pekerjaan.
Mengkoordinasikan kegiatan pelaporan dan pembahasan laporan
pada setiap tahapan pelaporan hasil pekerjaan.
4. TANGGUNG JAWAB :
Bertanggung jawab atas terselesaikannya pekerjaan dengan baik dan
berhasil
Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu demi kelancaran
pelaksanaan pekerjaan
Bertanggung jawab terhadap kinerja Tim Konsultan dan seluruh
produk yang dihasilkan terutama dari segi kualitas sesuai dengan
maksud dan tujuan proyek
Ahli FUNGSI : 3
Perencanaan Sebagai seorang ahli Perencanaan Wilayah dan Kota
Wilayah dan Membantu Ketua Tim dalam merancang, mengarahkan,
Kota memecahkan, menganalisis, dan merencanakan yang berhubungan
dengan bidang Perencanaan Wilayah dan Kota.
TUGAS :
Melakukan survey yang diperlukan untuk keperluan analisis.
Melaksanakan analisis dalam menyusun laporan.
JUMLAH
POSISI
URAIAN PEKERJAAN ORANG
DIUSULKAN
BULAN
Membantu tenaga ahli lain dan menyiapkan laporan pada tahapan-
tahapannya.
TANGGUNG JAWAB :
Bertanggung jawab dalam penyelesaian penyusunan pekerjaan
khususnya bidang Perencanaan Wilayah dan Kota, bersama-sama
dengan tenaga ahli lain.
Bertanggung jawab penuh kepada Ketua Tim atas kelancaran,
keberhasilan, dan kesinambungan pekerjaan yang ditangani.
Ahli FUNGSI : 3
Manajemen Sebagai seorang ahli Manajemen Industri
Industri Membantu Ketua Tim dalam merancang, mengarahkan,
memecahkan, menganalisis, dan merencanakan yang berhubungan
dengan bidang Manajemen Industri.
TUGAS :
Melakukan survey yang diperlukan untuk keperluan analisis.
Melaksanakan analisis dalam menyusun laporan.
Membantu tenaga ahli lain dan menyiapkan laporan pada tahapan-
tahapannya.
TANGGUNG JAWAB :
Bertanggung jawab dalam penyelesaian penyusunan pekerjaan
khususnya bidang Manajemen Industri, bersama-sama dengan
tenaga ahli lain.
Bertanggung jawab penuh kepada Ketua Tim atas kelancaran,
keberhasilan, dan kesinambungan pekerjaan yang ditangani.
TIM PERUMUS
AHLI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
AHLI MANAJEMEN INDUSTRI
K
PEMANGKU O
KEPENTINGAN
N
LAINNYA TENAGA PENDUKUNG
S
OPERATOR KOMPUTER 1 ORANG U
ADMINISTRASI 1 ORANG L
T
A
N