Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP STATUS KESEHATAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah ISD


Dibimbing oleh : Afiatur Rohimah S.Kep.,Ners

Disusun Oleh:

YAYUK KUSMIATI
(1501070405)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES

MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, taufiq beserta hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan pada waktu yang telah
ditentukan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,
yang telah membimbing umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu
teknologi dan ilmu pengetahuan.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ILMU SOSIAL DAN
BUDAYA DASAR, dengan judul “Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Masyarakat”. Penyusun
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang topik di didalamnya.
Penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembina serta semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan tugas akhir ini. Dan penyusun berharap semoga semua
yang telah berjasa dalam penyusunan tugas akhir ini mendapat balasan yang sebaik-baik nya dari
Allah SWT.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna, untuk itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran sehhingga tugas akhir ini bisa mencapai kesempurnaan.

Malang, 14 mei 2019


DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Abstrak
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …...................................................................................... i
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... ii
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................... ii
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Sosial Budaya dalam Kesehatan Masyarakat ............................. 4
2.2 Aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan
dan status kesehatan ........................................................................................... 6
2.3 Aspek Sosial budaya yang mempengaruhi
status kesehatan dan perilaku kesehatan ....................................................... 8
2.4 Perubahan Sosial Budaya Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat ................. 10
2.5 Aktifitas Masyarakat Terhadap Kesehatan ................................................ 10
2.6 Upaya yang Dapat Dilakukan .................................................................... 13
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 14
3.2 Saran ......................................................................................................... 14
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa
perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun
tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal
yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang
bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat
merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami
suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan
dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu
contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan
tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan
dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang
tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya
mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya
suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya
dengan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengaruh Sosial Budaya dalam Kesehatan Masyarakat ?
2. Mengetahui Aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status
kesehatan ?
3. Mengetahui Aspek Sosial budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku
kesehatan ?
4. Mengetahui Bagaimana Perubahan Sosial dan Budaya Mempengaruhi Kesehatan
Masyarakat ?
5. Mengetahui Aktifitas Masyarakat Terhadap Kesehatan ?
6. Mengetahui Upaya yang Dapat Dilakukan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengaruh Sosial Budaya dalam Kesehatan Masyarakat
2. Untuk mengetahui Aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan
status kesehatan
3. Untuk mengetahui Aspek Sosial budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan
perilaku kesehatan
4. Untuk mengetahui Bagaimana Perubahan Sosial dan Budaya Mempengaruhi Kesehatan
Masyarakat
5. Untuk mengetahui Aktifitas Masyarakat Terhadap Kesehatan
6. Untuk mengetahui Upaya yang Dapat Dilakukan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh Sosial Budaya dalam Kesehatan Masyarakat


Seperti kita ikuti bersama, akhir-akhir ini diskusi tentang global change banyak
diangkat. Berbagai perubahan sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan politik
mengharuskan jalinan hubungan di antara masyarakat manusia di seluruh dunia.
Fenomena ini dirangkum dalam terminologi globalisation. Ditengah riuh rendah
globalisasi inilah muncul wacana Dampak Perubahan Sosial dan Budaya. Dampak dari
perubahan sosial dan budaya sendiri diartikan sebagai perubahan dalam skala besar pada
sistem bio-fisik dan ekologi yang disebabkan aktifitas manusia. Perubahan ini terkait erat
dengan sistem penunjang kehidupan planet bumi (life-support system). Ini terjadi
melalui proses historis panjang dan merupakan agregasi pengaruh kehidupan manusia
terhadap lingkungan, yang tergambar misalnya pada angka populasi yang terus
meningkat, aktifitas ekonomi, dan pilihan-pilihan teknologi dalam memacu pertumbuhan
ekonomi. Saat ini pengaruh dan beban terhadap lingkungan hidup sedemikian besar,
sehingga mulai terasa gangguan-gangguan terhadap Sistem Bumi kita.
Perubahan sosial dan budaya yang terjadi seiring tekanan besar yang dilakukan
manusia terhadap sistem alam sekitar, menghadirkan berbagai macam risiko kesehatan
dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Sebagai contoh, kita terus mempertinggi
konsentrasi gas-gas tertentu yang menyebabkan meningkatkan efek alami rumah kaca
(greenhouse) yang mencegah bumi dari pendinginan alami (freezing). Selama abad 20
ini, suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 0,6oC dan sekitar dua-per-tiga
pemanasan ini terjadi sejak tahun 1975. Dampak perubahan sosial dan budaya penting
lainnya adalah menipisnya lapisan ozon, hilangnya keaneragaman hayati (bio-diversity),
degradasi kualitas lahan, penangkapan ikan melampaui batas (over-fishing), terputusnya
siklus unsur-unsur penting (misalnya nitrogen, sulfur, fosfor), berkurangnya suplai air
bersih, urbanisasi, dan penyebaran global berbagai polutan organik. Dari kacamata
kesehatan, hal-hal di atas mengindikasikan bahwa kesehatan umat manusia dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang terjadi di luar batas kemampuan daya dukung ruang
lingkungan dimana mereka hidup.
Dalam skala global, selama seperempat abad ke belakang, mulai tumbuh
perhatian serius dari masyarakat ilmiah terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan
masalah lingkungan, seperti kanker yang disebabkan racun tertentu (toxin related
cancers), kelainan reproduksi atau gangguan pernapasan dan paru-paru akibat polusi
udara. Secara institusional International Human Dimensions Programme on Global
Environmental Change (IHDP) membangun kerjasama riset dengan Earth System
Science Partnership dalam menyongsong tantangan permasalahan kesehatan dan
Dampak dari perubahan sosial dan budaya.
Pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan umat manusia bukan
pekerjaan mudah. Dibutuhkan kerja keras dan pendekatan inter-disiplin diantaranya dari
studi evolusi, bio-geografi, ekologi dan ilmu sosial. Di sisi lain kemajuan teknik
penginderaan jauh (remote sensing) dan aplikasi-aplikasi sistem informasi geografis
akan memberikan sumbangan berarti dalam melakukan monitoring lingkungan secara
multi-temporal dan multi-spatial resolution. Dua faktor ini sangat relevan dengan
tantangan studi dampak perubahan sosial dan budaya terhadap kesehatan lingkungan
yang memerlukan analisa historis keterkaitan dampak perubahan sosial dan budaya dan
kesehatan serta analisa pengaruh perubahan sosial dan budaya di tingkat lokal, regional
hingga global.

2.2 Aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan
Selanjutnya dijelaskan beberapa aspek sosial budaya yang mempengaruhi
perilaku kesehatan dan status kesehatan.yang pertama yaitu:
1. Umur
Dilihat dari aspek umur, maka ada perbedaan golongan penyakit berdasarkan
golongan umur. misalnya dikalangan balita banak yang menderita penyakit
infeksi,sedangkanpada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita
penyakit kronis.
2. Jenis kelamin
Dilihat dari aspek golongan menurut jenis kelamin, dikalangan wanita lebih
banyak menderit kanker payudara, sedangkan pada pria, lebih banyak menderita
kanker prosat.
3. Pekerjaan
Dilihat dari aspek jenis pekerjaan, dikalangan petani lebih banyak menderita
penyakit cacingan, karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah, sedangkan pada buruh
tekstil lebih banyak menderita penyakit salura pernafasan kaena banyak terpapar debu.
4. Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit, bahkan juga
berpengaruh pada kematian, misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang
status ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya tinggi. demikian juga
obesitas lenih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonoinya tinggi.
Menurut H Ray Elling(1970)ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada
perilaku kesehatan. antara lain :
1. Self concept
2. Image kelompok.
G.M foster menambahkan, bahwa identifikasi individu kepada kelompoknya juga
berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.
1. Pengaruh self concept
Kita ditentukan oleh tingkat kepuasan atau tidak kepuasan yang kita rasakan
terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita
kepada orang lain,oleh karena itu, secara tidak langsung self concept kita
cenderung mementukan, apakah kita akan menerima keadaan diri kita seperti
adanya atau berusaha untuk mengubahnya.self concept adalah faktor yang penting
dalam kesehatan, karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku
petugas kesehatan.
2. Pengaruh image kelompok
Image seseorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.
Sebagai contoh, seorang anak dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan
orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak petani tidak terpapar
dengan lingkungan medis, dan besar kemungkinan juga tidak becita-cita untuk
menjadi dokter.
3. Pengaruh identifikasi kelompok sosialnya terhadap perilaku kesehatan
Identifikasi kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan
keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka.

2.3 Aspek Sosial budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan
Menurut G.M foster(1973)Aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang antaa lain adalah:
1. Tradisi
2. Sikap fatalism
3. Nilai
4. Ethnocentrisme
Unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.
1. Pengaruh tradisi terhadap perilau kesehatan dan status kesehatan.
Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif
terhadap kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi
wabah penyakit kuru. penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan
penyebabnya adalah virus. penderita hamya terbatas pada anak-anak dan
wanita. Setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena
adanya tadisi kanibalisme.
2. Pengaruh sikap fatalisme terhadap perilaku dan status kesehatan
Hal ini adalah sikap fatalisme yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,
beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam
percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati itu adalah
takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk mencari pertolongan
pengobatan bagi anaknya yang sakit, atau menyelamatkan seseorang dari
kematian.
3. Pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan
Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan
sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan
teknologi yang dimilikinya, dan selalu beranggapan bahwa kebudayaanya
paling maju, sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat
yang sedang berkembang. tetapi dari sisilain, semua anggota dari budaya
lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang
terbaik. Oleh karena itu, sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari
sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,
paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas
lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu
mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan
masyarakat. Dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang
masalah kesehatan, tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebih
mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.
4. Pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan
Suatu perasaan bangga terhadap budayannya beraku bagi setiap orang. Hal
tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.
5. Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan.
Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya,norma dimasyarakat
sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang
mendukung norma tersebut. Sebagai contoh, untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena adanya norma
yang melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi layanan dengan ibu
hamil sebagai pengguna layanan.
6. Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan.
Nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang da nada yang merugikan
kesehata. Beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya adalah
penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat mengetahiu
bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 jika dibandingkan
dengan beras putih, masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih
lebih enak dan lebih bersih. Contoh lain adalah masih banyak petugas
kesehatan yang merokok meskipun mereka mengetahui bagaimana bahaya
merokok terhadap kesehatan.
7. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses
sosialisasi terhadap perilaku kesehatan. Pada tingkat awal proses sosialisasi,
seorang anak diajakan antara lain bagaimana cara makan, bahan makanan
apa yang dimakan, cara buang air kecil dan besar, dan lain-lain. Kebiasaan
tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi
tua. Kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat
sulit untuk diubah.
8. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan.
Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi, atau dengan perkataan lain,
suatu perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan
yang ketiga. Apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan
perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan
adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan,
menganalisis faktor-faktor yang terlibat/ berpengaruh terhadap perubahan,
dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan
perubahan tersebut apabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila
ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan, maka ia harus dapat
mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome diri
perubahan yang telah direncanakan.

2.4 Bagaimana Perubahan Sosial dan Budaya Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat


Ada tiga alur tingkatan pengaruh perubahan sosial dan budaya terhadap
kesehatan. Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan
kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada
alur paling atas, terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik
(contohnya: suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet) dapat mempengaruhi biologi
manusia dan kesehatan secara langsung (misalnya sejenis kanker kulit). Alur pada dua
tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan proses-proses dengan
kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi lingkungan, fungsi-fungsi
ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi.
Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan korelasi
langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi dapat ditarik
benang merah bahwa perubahan-perubahan lingkungan ini secara langsung atau tidak
langsung bertanggung jawab atas faktor-faktor penyangga utama kesehatan dan
kehidupan manusia, seperti produksi bahan makanan, air bersih, kondisi iklim,
keamanan fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan keselamatan dan kualitas sosial.
Para praktisi kesehatan dan lingkungan pun akan menemukan banyak domain
permasalahan baru di sini, menambah deretan permasalahan pemunculan toksi-ekologi
lokal, sirkulasi lokal penyebab infeksi, sampai ke pengaruh lingkungan dalam skala
besar yang bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini.
Jelaslah bahwa resiko terbesar dari dampak perubahan sosial dan budaya atas kesehatan
dialami mereka yang paling rentan lokasi geografisnya atau paling rentan tingkat sumber
daya sosial dan ekonominya.
Menurut Blum ada empat peranan lingkungan dalam menyebabkan gangguan
kesehatan, yaitu :
1. Sebagai agent ( penyebab penyakit)
Contoh peran lingkungan sebagai penyebab penyakit : adanya beberapa
mikroba penyebab penyakit baik dari golongan bakteri, jamur, virus maupun
protozoa, adanya zat-zat kimia di lingkungan, adanya radiasi, tekanan udara,
aliran listrik dan sebagainya.
2. Reservoir
Peran lingkungan sebagai reservoir dapat dijelaskan dengan adanya manusia,
hewan dan benda sebagai tempat berkembang biaknya bibit penyakit.
Contoh : air kotor, sampah dan sebagainya.
3. Vektor
Peran lingkungan sebagai penular atau penyebar penyakit dikarenakan di
lingkungan terdapat beberapa hewan yang berperan sebagai vektor penular
atau pemindah bibit penyakit sehingga terjadi penularan. Contoh: lalat, kecoa,
nyamuk dan sebagainya.
4. Medium transmis
Peran lingkungan sebagai medium transmisi dikarenakan lingkungan dapat
berperan sebagai benda perantara agent. Contoh: udara, air, makanan dan
sebagainya.

2.5 Budaya yang Mempengaruhi Kesehatan


Dalam teori HL blum tentang status kesehatan, maka dijelaskan tentang beberapa
faktor yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain:
1. Sosial budaya,
2. Ekonomi,
3. Prilaku,
4. Keturunan,
5. Pelayanan kesehatan.
Selanjutnya Blum juga menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut
tidak saja mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku
bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut
sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga
dengan beranekaragam budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam
segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.
Dengan masalah tersebut, maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam, perlu sekali
mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya, agar pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada masyarakat akan memberikan hasil yang optimal, yaitu meningkatkan
kesehatan masyarakat.
Manusai adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri
sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat. Dengan definisi
tersebut, Ternyata pengertian masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak sehingga
untuk lebih konkretnya maka ada beberapa unsur masyarakat, unsur masyarakat
dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan dari kesatuan-kesatuan
individu yang berinteraksi dengan kehidupan masyarakat.
2. Pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang
berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Norma-
norma tersebut memberikan petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang hidup
dalam masyarakat.
Kebudayaan dalam pengertian yang terbatas, banyak orang yang memberikan
definisi kebudayaan sebagai bangunan yang indah, candi, tari-tarian, seni suara dan seni
rupa. Taylor memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang komleks yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan dan kemampuan kesenian.moral
hukam adat istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat
manusia sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan menurut, Koentjaraningrat mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah
seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang haus
didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tesusun dalam kehidupan masyarakat.

2.6 Aktifitas Masyarakat Terhadap Kesehatan


Sebagaimana disinggung di atas, masyarakat manusia sangat bervariasi dalam
tingkat kerentanan terhadap serangan kesehatan. Kerentanan ini merupakan fungsi dari
kemampuan masyarakat dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim dan lingkungan.
Kerentanan juga bergantung pada beberapa faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat
ekonomi, ketersediaan makanan, kondisi lingkungan lokal, kondisi kesehatannya itu
sendiri, dan kualitas serta ketersediaan fasilitas kesehatan publik.
Wabah demam berdarah yang melanda negeri kita menyiratkan betapa rentannya
kondisi kesehatan-lingkungan di Indonesia saat ini, baik dilihat dari sisi antisipasi
terhadap wabah, kesigapan peanggulangannya sampai pada penanganan para penderita
yang kurang mampu. Merebaknya wabah di kawasan urban juga menyiratkan kerentanan
kondisi lingkungan dan kerentanan sosial-ekonomi. Hal ini terkait dengan patron
penggunaan lahan, kepadatan penduduk, urbanisasi, meningkatnya kemiskinan di
kawasan urban, selain faktor lain seperti rendahnya pemberantasan nyamuk vektor
penyakit sejak dini, atau resistensi nyamuk sampai kemungkinan munculnya strain atau
jenis virus baru.
Pada dekade lalu penelitian ilmiah yang menghubungkan pengaruh perubahan
iklim global terhadap kesehatan dapat dirangkum dalam tiga katagori besar. Pertama,
studi-studi empiris untuk mencari saling-hubungan antara kecenderungan dan variasi
iklim dengan keadaan kesehatan. Kedua, studi-studi untuk mengumpulkan bukti-bukti
munculnya masalah kesehatan sebagai akibat perubahan iklim. Ketiga, studi-studi
pemodelan kondisi kesehatan di masa depan. Penelitian empiris jenis pertama dan kedua
dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan pengetahuan serta memperkirakan kondisi
kesehatan sebagai tanggapan terhadap perubahan iklim dan lingkungan (scenario-based
health risk assessment).
Akan tetapi, menimbang variasi kerentanan sosial-ekonomi yang telah kita
singgung, keberhasilan sumbangan ilmiah di atas hanya akan optimal jika didukung
paling tidak dua faktor lain, yaitu faktor administratif-legislatif dan faktor cultural-
personal (kebiasaan hidup). Administrasi-legislasi adalah pembuatan aturan yang
memaksa semua orang atau beberapa kalangan tertentu untuk melakukan tindakan-
tindakan preventif dan penanggulangan menghadapi masalah ini. Cakupan kerja faktor
ini adalah dari mulai tingkatan supra-nasional, nasional sampai tingkat komunitas
tertentu. Selanjutnya secara kultural-personal masyarakat didorong secara sadar dan
sukarela untuk melakukan aksi-aksi yang mendukung kesehatan-lingkungan melalui
advokasi, pendidikan atau insentif ekonomi. Faktor ini dikerjakan dari tingkatan supra-
nasional sampai tingkat individu.

2.7 Upaya yang Dapat Dilakukan


` Aktifitas penelitian yang menghubungkan kajian lingkungan dan kesehatan secara
integral serta kerja praktis sistematis dari hasil penelitian ilmiah di atas masih sangat
sedikit dilakukan di Indonesia. Menghadapi tantangan lingkungan dan kesehatan ini
diperlukan terobosan-terobosan institusional baru diantara lembaga terkait lingkungan
hidup dan kesehatan, misalnya dilakukan rintisan kerjasama intensif yang diprakarsai
Departemen Kesehatan, Departemen Sosial dan Kementerian Lingkungan Hidup
bersama lembaga penyedia data keruangan seperti Bakosurtanal (pemetaan) dan LAPAN
(analisa melalui citra satelit). Untuk mewujudkan kerjasama di tataran praktis komunitas
atau LSM pemerhati lingkungan hidup mesti berkolaborasi dengan Ikatan Dokter
Indonesia bersama asosiasi profesi seperti Ikatan Surveyor Indonesia (ISI), Masyarakat
Penginderaan Jauh (MAPIN) dalam mewujudkan agenda-agenda penelitian dan
program-program penanganan permasalahan kesehatan dan perubahan lingkungan di
tingkat lokal hingga nasional.
Hadirnya wacana dan penelitian sosial budaya dengan kompleksitas,
ketidakpastian konsep-metodologi, dan perubahan-perubahan besar di masa depan, telah
menghadirkan tantangan-tantangan dan tugas-tugas bagi komunitas ilmiah, masyarakat
dan para pengambil keputusan. Penelitian ilmiah yang cenderung lamban, kini harus
berganti dengan usaha-usaha terarah dan cepat menghadapi urgensi penanganan masalah
kesehatan-lingkungan. Kemudian dalam gerak cepat pula informasi yang dihasilkan
dunia ilmiah, walaupun dengan segala ketidaksempurnaan dan asumsi-asumsi, didorong
untuk memasuki arena kebijakan. Masalah kesehatan dan GEC ini merupakan isu krusial
dan bahkan isu sentral dalam diskursus internasional seputar pembangunan yang
berkelanjutan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Untuk menyimpulkan pandangan mengenai kesehatan terhadap masyarakat, saya
yakin bahwa jika dinilai dari banyak fungsi yang diharapkan dapat memenuhi pengobatan
dan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penelitian medis yang sistematik dalam
masyarakat tersebut, maka sistem medis tradisional, yang dilihat sebagai sarana adaptif,
telah berhasil dengan baik. Mereka telah muncul sejak ribuan tahun lalu, telah
memberikan harapan dan penyembuhan kepada masyarakat yang sedang sakit.

3.2 SARAN
Saya selaku penulis berharap kepada pembaca, agar setelah membaca makalah ini
dapat mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan di lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Kresno, Sudarti, dkk. 1996 Pencarian Pertolongan Pengobatan Bagi Anak Balita Dengan
Diare. Jakarta utara

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi, Edisi Revisi, Rineka
Cipta, Jakarta
Robertha Natalia Gracia, 2010. Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan

Sugeng, Dwi. 2007. Pengobatan Alternatif. PT Media Abadi. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai