Mola Hidatidosa Fix
Mola Hidatidosa Fix
TINJAUAN KASUS
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Keluar darah pervaginam sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat pengobatan
Pasien belum ada berobat.
1
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat DM (-), alergi (-), asma (-), jantung (-)
Riwayat pekerjaan :
Pasien IRT
Riwayat menstruasi
Usia 13 tahun, teratur, lama 4-5 hari, GP 2-3x/hari, nyeri (-)
Riwayat menikah
1x, tahun 2018
Riwayat obstetri
Hamil ini
Riwayat kontrasepsi
(-)
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera kuning -/-, RCL/RCTL +/+,
pupil isokor (3mm/3 mm)
Mulut : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
2
Thoraks
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi : P/ taktil fremitus kanan = kiri
C/ ictus cordis di SIC V 2 jari medial LMCS
Perkusi : P/ sonor di seluruh lapang paru, C/ batas jantung normal
,t
C/ S1-2 reguler, suara tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : membuncit, simetris, striae gravidarum (-)
Auskultasi : peristaltik (+) N
Perkusi : pekak
Palpasi : teraba lunak
Ekstremitas
Edema : -/-/-/-
Akral dingin : -/-/-/-
Capillary refill time : 1-2 detik
Status Ginekolo
Inspeksi dan palpasi : abdomen teraba lunak dengan tinggi fundus uterus
pertengahan pusat dan prosesus xipoideus. Balotemen
(-), tidak teraba bagian janin dan gerakan janin.
Perdarahan aktif (-).
Inspekulo : porsio ukuran normal, permukaan licin, massa (-), PØ
(-), Flour (+), livid (+), dinding vagina normal,massa
(-).
VT : dinding vagina normal, (-), porsio licin kenyal, PØ (-),
nyeri goyang (-), besar kehamilan 28 minggu.
3
1.6 Usulan pemeriksaan penunjang
Darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit)
B-hCG
T3,T4, TSH
USG
1.6 Hasil pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Leukosit : 4,4x103/ul
Eritrosit : 2.3x106/ul
Hemoglobin : 3,5 g/dl
Hematokrit : 13,3 %
Trombosit : 301.000/ul
USG
Tampak gambaran honey comb appearance
1.7 Diagnosis akhir
Anemia et causa Mola hidatidosa
1.8 Rencana Terapi
a. Umum
Tirah baring
Observasi KU, TTV dan perdarahan
b. Khusus
IVFD NaCl 20 tpm (maintenance)
Transfusi PRC 1050 cc
Bionemi tab 2x1
Injeksi Asam tranexamat 2 x 500 mg
Pro kuretase
Konsul penyakit dalam
Konsul Anastesi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mola Hidatidosa
1.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana terjadi keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai dengan
perkembangan parsial atau tidak ditemukan adanya pertumbuhan janin, hampir
seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik.
Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan
edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai
segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan
mengeluarkan hormon human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang
lebih besar daripada kehamilan biasa.1,2,3
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau
mata ikan. Ukuran gelembung-gelembung ini bervariasi dari beberapa milimeter
sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat trias: (1) Proliferasi dari trofoblas; (2)
Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban; (3) Hilangnya pembuluh
darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang
dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells). Pada kasus mola banyak
dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-
60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah
mola hidatidosa sembuh.1,2,4
5
berkembang menjadi suatu massa yang abnormal sehingga tidak dapat berfungsi
secara normal.4
Penyakit trofoblastik gestasional disebabkan oleh gangguan genetik dimana
sebuah spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua
sperma memasuki ovum tersebut. Pada lebih dari 90 persen mola komplit hanya
ditemukan gen dari ayah dan 10 persen mola bersifat heterozigot. Sebaliknya, mola
parsial biasanya terdiri dari kromosom triploid yang memberi kesan gangguan
sperma sebagai penyebab.5
Pembuluh darah primitif di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik
sehingga embrio 'kelaparan', mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus
tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi ke jaringan ibu. Peningkatan
aktivitas sinsitiotrofoblas menyebabkan peningkatan produksi hCG, tirotrofin
korionik dan progestron. Sekresi estrodiol menurun, karena sintesis hormon ini
memerlukan enzim dari janin, yang tidak ada. Peningkatan kadar hCG dapat
menginduksi perkembangan kista teka-lutein di dalam ovarium.6
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya yang kini telah diakui adalah :
1. Faktor ovum, ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Usia ibu yang terlalu muda atau tua (36 – 40 tahun) berisiko 50% terkena
penyakit ini.
3. Imunoselektif dari sel trofoblast
4. Paritas tinggi
5. Defesiensi vit A
6. Kekurangan protein
7. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
8. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
1.3 Patogenesis
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari
penyakit trofoblas: 2
6
1. Teori missed abortion.
Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5 minggu
(missed abortion). Hal inilah yang menyebabkan gangguan peredaran darah
sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian
mudigah itu disebabkan karena kekurangan gizi berupa asam folat dan histidine
pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan
angiogenesis.
2. Teori neoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas,
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal.
Hal ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi
sehingga menimbulkan gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran
darah dan kematian mudigah.
Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai
janin maka disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai
janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau Parsials mole.2,3,4,8
7
Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini
terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, trimester
pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut:7
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai
dari spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat
sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama
berminggu-minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala
anemia ringan sering dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang
sering dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya dan teraba
lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak teraba bagian janin.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas simpisis, secara
khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan tes dengan alat yang
sensitif sekalipun. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola
inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai janin yang hidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus
dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat
sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut
bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas
dengan atau tanpa stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru
terlalu kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun
lebih lanjut trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase
yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas
saja (koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola
hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut sebagian terlihat
menghilang spontan yang dapat terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan
beberapa minggu atau bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami
8
proliferasi dan menimbulkan kematian, jika pasiem tersebut tidak mendapatkan
pengobatan yang efektif.
5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum
mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan.
Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16 minggu.
Dan jarang lebih dari 28 minggu.
1.5 Diagnosis
1. Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang
bergelembung seperti busa.
(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet
adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan
perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan
cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal
ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.
(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi,
tremor dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang
terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg),
protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia
2. Pemeriksaan Fisik
Palpasi :
• Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek.
• Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Pemeriksaan dalam :
• Memastikan besarnya uterus
• Uterus terasa lembek
• Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
9
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kadar B-hCG BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml Beta HCG
serum > 40.000 IU/ml. Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang
menjadi parameter dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.
10
1.6 Penatalaksanaan
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaan umum.
• Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap.
• Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam
kemudian dilakukan kuret.
b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan
umum penderita.
c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan.
d. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30
tahun, Paritas 4 atau lebih. Akan tetapi pada wanita yang masih
menginginkan anak, maka setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan
pengeluaran mola dengan kerokan isapan (suction curettage) disertai
dengan pemberian infus oksitosin intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan
dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus
e. Respiratori distres harus selalu diwaspadai pada saat evakuasi. Hal ini
terjadi karena embolisasi dari trofoblastik, anemia yang menyebabkan CHF,
dan iatrogenik overload. Distres harus segera ditangani dengan ventilator.
Setelah dilakukan evakuasi, dianjurkan uterus beristirahat 4 – 6 minggu dan
penderita disarankan untuk tidak hamil selama 12 bulan. Diperlukan
kontrasepsi yang adekuat selama periode ini 1,2,5,8
2. Pengawasan Lanjutan
• Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral
pil, sistemik atau barier selama waktu monitoring. Pemberian pil
kontrasepsi berguna dalam 2 hal yaitu mencegah kehamilan dan menekan
pembentukan LH oleh hipofisis yang dapat mempengaruhi pemeriksaan
kadar HCG. Pemasangan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) tidak
dianjurkan sampai dengan kadar HCG tidak terdeteksi karena terdapat
resiko perforasi rahim jika masih terdapat mola invasif. Penggunaan pil
kontrasepsi kombinasi dan terapi sulih hormon dianjurkan setelah kadar
hCG kembali normal.1,2,5,8
11
• Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
o Setiap minggu pada Triwulan pertama
o Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
o Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
o Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
• Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
Keadaan Servik
Uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium
• Reaksi biologis dan imunologis :
o 1x seminggu sampai hasil negatif
o 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
o 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
o 1x3 bulan selama tahun berikutnya
o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
3. Sitostatika Profilaksis
Kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian Methotrexate atau
Dactinomycin, atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut. Biasanya
cukup hanya memberi satu seri dari obat yang bersangkutan. Pengamatan lanjutan
terus dilakukan, sampai kadar hCG menjadi negatif selama 6 bulan.
1.7 Prognosis
Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada,
mortalitas akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang
lebih dini dan terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat
mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola
hodatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, gagal
jantung dan tirotoksikosis.2,3
Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan
trofoblastik gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan
12
pengawasan lanjut yang ketat, karena hampir 20% dari pasien mola hidatidosa
berkembang menjadi tumor trofoblastik gestasional.2,3
13
BAB III
PEMBAHASAN
14
Pemeriksaan B-hCG untuk melihat jumlah secara kuantitas dan
membandingkanya dengan peningkatan B-hCG yang sesuai dengan usia
kehamilan.
Pemeriksaan T3,T4 dan TSH untuk melihat apakah ada penyakit hipertiroidisme
pada pasien karena hal ini akan menentukan tatalaksana selanjutnya pada pasien.
Pemeriksaan USG untuk melihat apakah ada gambaran honey comb atau snow
torm (badai salju).
pada pasien ini tidak bisa dilakukan pemeriksaan B-hCG, T3, T4, dan TSH
karena keterbatasan fasilitas, serta untuk diagnosis pasti dari mola hidatidosa harus
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.
Dasar penatalaksanaan
IVFD NaCl 20 tpm (maintenance) untuk mempertahankan keadaan euvolumik.
Transfusi PRC 1050 cc bertujuan untuk mendapatkan kadar hemoglobin yang
normal.
Bionemi cap 2x1 sebagai multivitamin yang dapat membantu pembentukan sel
darah merah.
Injeksi Asam tranexamat 2 x 500 bertujuan untuk menghentikan perdarahan
pasien.
15
Pro kuretase merupakan tindakan yang diperlukan pada pasien untuk evakuasi
jaringan mola.
Konsul penyakit dalam bertujuan untuk melihat apakah ada penyakit hipertiroid
yang perlu pentalaksaan dari penyakit dalam.
Konsul Anastesi bertujuan untuk meminta advice dalam hal rencana tindakan
operasi pasien.
16
BAB IV
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18