Anda di halaman 1dari 8

KATETERISASI

I Gede Hendra Wijaya

PENDAHULUAN
Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra. Istilah
kateterisasi ini sudah dikenal sejak zaman Hipokrates yang pada waktu itu menyebutkan tentang
tindakan instrumentasi untuk mengeluarkan cairan dari tubuh. Bernard memperkenalkan kateter
yang terbuat dari karet pada tahun 1779, sedangkan Foley membuat kateter menetap pada tahun
1930. Kateter Foley ini sampai saat ini masih dipakai secara luas di dunia sebagai alat untuk
mengeluarkan urine dari buli-buli.1

INDIKASI PEMASANGAN KATETER


Kateterisasi uretra dilakukan untuk diagnosis ataupun sebagai prosedur terapi. Untuk
terapi, kateter dipasang untuk mendekompresi buli pada pasien dengan retensi urine yang akut
atau kronik akibat dari keadaan sumbatan pada traktus urinarius bagian distal atau neurogenic
bladder.2
Untuk keperluan diagnosis, kateterisasi uretra dilakukan untuk mendapatkan sampel urin
yang tak terkontaminasi terutama untuk tes mikrobiologi, untuk mengukur pengeluaran urine
pada pasien dengan kondisi kritis, pada tindakan operasi atau untuk mengukur volume residual
urine sesudah tindakan invasive. Indikasi penggunaan kateter pada beberapa kasus dapat di lihat
pada tabel 1.3
Episode awal retensi urin akut harus ditangani dengan indwelling kateter, untuk
memungkinkan kandung kemih mendapatkan ritmenya kembali, dengan pengangkatan kateter
dan percobaan berkemih setelah 10 hingga 14 hari. Penggunaan kateter pada pasien umur tua,
seperti penggunaan kateter indwelling yang lama sangat tidak di anjurkan karena setiap
pemasangan kateter dapat menyebabkan bakteri uria sekitar 20 % pada pasien usia tua. Pada
wanita dengan tindakan total vagina histerektomi, penggunaan kateter yang singkat sekalipun
berhubungan dengan peingkatan hari rawat di rumah sakit, peningkatan biaya dan perasaan tidak
nyaman. 2
KONTRA INDIKASI PEMASANGAN KATETER.

Kontraindikasi kateterisasi uretra adalah adanya cidera pada uretra. Biasanya adanya
trauma pada uretra terjadi pada pasien dengan trauma pelvis atau fraktur pelvis. Trauma pada
uretra ditandai dengan adanya perdarahan pada meatus uretra, perineal hematoma, dan “high-
riding” kelenjar prostat. Jika dicurigai adanya trauma pada uretra perlu dilakukan uretrography
sebelum dilakukan kateterisasi.2

JENIS KATETER DAN UKURANYA

Macam-macam kateter Kateter dibedakan menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat pemakaian,
sistem retaining (pengunci), dan jumlah percabangan1.
Ukuran kateter Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriere’s (French). Ukuran ini
merupakan ukuran diameter luar kateter. 1 Cheriere (Ch) atau 1 French (Fr) = 0,33 milimeter, atau 1 mm
= 3 Fr Jadi kateter yang berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter itu adalah 6 mm. Kateter yang
mempunyai ukuran sama belum tentu mempunya diameter lumen yang sama karena perbedaan bahan dan
jumlah lumen pada kateter itu1, 4.
Panjang pada anak anak : 30–31cm, perempuan: 20–26cm, laki laki: 40–45cm4
Bahan Kateter Bahan kateter dapat berasal dari logam (stainless), karet (lateks), lateks dengan
lapisan silikon (siliconized), dan silikon. Perbedaan bahan kateter menetukan biokompatibilitas kateter di
dalam buli-buli, sehingga akan mempengaruhi pula daya tahan kateter yang terpasang di buli-buli.
Bentuk kateter Straight catheter merupakan kateter yang terbuat dari karet (lateks), bentuknya lurus dan
tanpa ada percabangan.
Tabel 1. Keuntungan, kerugian, serta durasi dari kateter uretra
Material Keuntungan Kerugian Durasi kateter
Plastik/PVC Diameter internal lebih Kaku dan tidak 7 hari
besar, drainase lebih baik. fleksibel. Dapat
menyebabkan cidera
pada uretra
PTFE/Teflon Permukaan luar lebih halus Alergi latex 8 hari
coated latex sehingga mengurangi cidera
jaringan.
Silikon Elastomer Permukaan internal dan Alergi latex 8 hari
Coated Latex eksternal halus. Mengurangi
cidera jaringan.
Hydrogel coated Trauma minimal, gesekan Alergi latex 3 bulan
latex dengan permukaan minimal,
lebih nyaman untuk pasien

BENTUK KATETER
1. Straight catheter merupakan kateter yang terbuat dari karet (lateks), bentuknya lurus dan
tanpa ada percabangan.
2. Coude catheter yaitu kateter dengan ujung lengkung dan ramping. Kateter ini dipakai
jika usaha kateterisasi dengan memakai kateter berujung lurus mengalami hambatan yaitu
pada saat kateter masuk ke uretra pars bulbosa yang berbentuk huruf “S”, adanya
hiperplasia prostat yang sangat besar, atau hambatan akibat sklerosis leher buli-buli.
Dengan bentuk ujung yang lengkung dan ramping kateter ini dapat menerobos masuk ke
dalam hambatan tadi. Contoh jenis kateter ini adalah kateter Tiemann.

Gambar 2. A. Kateter Nelaton B kateter dengan ujung lengkung

3. Self retaining catheter: yaitu kateter yang dapat dipasang menetap dan ditinggalkan di dalam
saluran kemih dalam jangka waktu tertentu. Hal ini dimungkinkan karena ujungnya melebar
jika ditinggalkan di dalam buli-buli. Kateter jenis ini antara lain adalah kateter Malecot,
kateter Pezzer, dan kateter Foley. Sesuai dengan percabangannya kateter ini dibedakan dalam
2 jenis, yaitu (1) kateter cabang 2 (two way catheter) yang mempunyai dua buah jalan antara
lain untuk mengeluarkan urine dan memasukkan air guna mengembangkan balon. selain
lumen untuk mengeluarkan urine juga terdapat lumen untuk memasukkan air guna mengisi
balon dan (2) kateter cabang 3 (thre way catheter) yang mempunyai satu percabangan
(lumen) lagi yang berfungsi untuk mengalirkan air pembilas (irigan) yang dimasukkan
melalui selang infus. Kateter ini biasanya dipakai setelah operasi prostat untuk mencegah
timbulnya bekuan darah
Gambar 3. Indewelling. Catheter

Dengan bantuan gravitasi, kateter dihubungkan dengan drainage bag. Bed side drainage bag,
bentuknya lebih besar biasanya di pasang di tempat tidur, dan leg bag, lebih kecil dan biasanya
digunakan untuk aktivitas sehari hari

Gambar 4. Jenis drainage bag yang sering digunakan.

Sesuai dengan percabangannya kateter ini dibedakan dalam 2 jenis, yaitu (1) kateter
cabang 2 (two way catheter) yang mempunyai dua buah jalan antara lain untuk mengeluarkan
urine dan memasukkan air guna mengembangkan balon. selain lumen untuk mengeluarkan urine
juga terdapat lumen untuk memasukkan air guna mengisi balon dan (2) kateter cabang 3 (thre
way catheter) yang mempunyai satu percabangan (lumen) lagi yang berfungsi untuk mengalirkan
air pembilas (irigan) yang dimasukkan melalui selang infus. Kateter ini biasanya dipakai setelah
operasi prostat untuk mencegah timbulnya bekuan darah1.

Kateter urine eksternal, digunakan untuk membantu pasien dengan inkontinensia urine.
Penggunaan berkepanjangan harus diperhatikan waktu pergantian, untuk menghindari adanya
abrasi, dermatitis, iskemia, nekrosis.5

Gambar 5. Kateter foley Three – way5

Gambar 6. Kateter urine eksternal.5


Hal- hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan kateter :

- Jangan mengembangkan balon dengan udara, dapat menyebabkan balon mengambang


dalam kandung kemih, dan akan memberikan drainase yang buruk.
- Air yang tidak steril mungkin mengandung bakteri yang dapat masuk ke kandung
kencing melalui difusi
- Penggunaan Larutan saline dapat mengkistal pada chanel infiltrasi atau pada balon
kateter, yang dapat menimbulkan masalah saat pengempisan balon.
- Dokumentasikan inisial urine setelah kateter selesai dipasang 4
DAFTAR PUSTAKA

1. Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urologi, SMF/Lab Ilmu Bedah RSUD Dr. Saiful Anwar
Fakultas Kedokteran Univ. Brawijaya Malang, 2003: 300-323

2. Gould CV, Umscheid CA, Agarwal RK, Kuntz G, Pegues DA. Guideline for prevention
of catheter-associated urinary tract infections 2009. Infect Control Hosp Epidemiol.
2010;31:319–26

3. DAVID D. CRAVENS, M.D., M.S.P.H., and STEVEN ZWEIG, M.D., M.S.P.H.,


University of Missouri–Columbia School of Medicine, Columbia, Missouri Am Fam
Physician. 2000 Jan 15;61(2):369-376.

4. Jyoti Shah, Catheterisation, Queen’s Hospital, Burton-Upon-Trent, UK

5. Mgr. Mária Tabaková, PhD, Renal and urological care, Institute of Nursing JF MED CU
in Martin

6. Houghton M. Urinary Catheter Care Guidelines. NHS Southern Health. 2017.

Anda mungkin juga menyukai