Oleh :
Mudjiatko, ST.,MT.
Dosen Penguji 1
NIP.19710727 199803 2 003
Gunawan Wibisono, ST.,M.Sc.
Dosen Penguji 2
NIP.19740626 200112 1 006
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Allah Ta’ala yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktik (KP) ini tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan hasil
dari pelaksanaan Kerja Praktik yang kami ikuti pada proyek “Pembangunan Jalan,
Kelurahan Tangkerang Timur, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru”.
Laporan ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat melengkapi tugas
Kerja Praktik dan selanjutnya akan dipergunakan sebagai syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik Sipil S-1 Fakultas Teknik
Universitas Riau dengan judul “Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan
Lentur Lapis Pondasi Base B dan Base A dengan Menggunakan Perhitungan
Metode Bina Marga 2013 pada Proyek Pembangunan Jalan Kecamatan Tenayan
Raya”.
Dengan selesainya Kerja Praktik beserta laporannya ini, maka kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Kedua orang tua, yang telah memberi motivasi dan doa serta bantuan moril
dan materi selama masa kerja praktik.
2) Ibu Yosi Alwinda, ST. MT. selaku Dosen Pembimbing pada pelaksanaan
Kerja Praktik.
3) Teman – teman Mahasiswa seperjuangan yang telah memberikan dukungan
dan semangat demi kelancaran kegiatan Kerja Praktik ini.
Semoga Laporan Kerja Praktik ini bermanfaat bagi rekan - rekan
mahasiswa/i Teknik Sipil, serta bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.3.1. Pengelolaan Tenaga Kerja............................................................... 33
3.3.2. Pengelolaan Peralatan ..................................................................... 33
3.4. Hambatan Pekerjaan ............................................................................... 37
BAB IV TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN LAPISAN PONDASI ............... 38
4.1. Lingkup Pekerjaan .................................................................................. 38
4.1.1. Pengertian dan Manfaat Lapis Pondasi ........................................... 38
4.1.2. Fungsi Jalan..................................................................................... 39
4.1.3. Bahan............................................................................................... 42
4.1.4. Metode Pelaksanaan Konstruksi ..................................................... 44
4.1.5. Kontrol Kualitas .............................................................................. 49
4.1.6. Laston (AC) ..................................................................................... 51
4.2. Perhitungan Tebal Perkerasan ................................................................ 51
4.2.1. Umur Rencana ................................................................................. 52
4.2.2. Volume Lalu Lintas......................................................................... 52
4.2.3. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas ..................................................... 52
4.2.4. Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur ................................... 54
4.2.5. Traffic Multiplier Lapisan Aspal ..................................................... 57
4.2.6. Perbandingan Ketebalan Lapisan pada Konstruksi Jalan................ 59
4.3. Analisa Kebutuhan Material ................................................................... 60
4.4. Analisa Harga Satuan ............................................................................. 61
4.4.1. Analisa Harga Satuan Lapis Pondasi Base A per m3 ...................... 61
4.4.2. Analisa Harga Satuan Lapis Pondasi Base B per m3 ...................... 65
4.4.3. Anggaran Biaya Konstruksi Perkerasan Base A dan Base B .......... 67
BAB V KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) ........................... 69
5.1. Pendahuluan ........................................................................................... 69
5.1.1. Latar Belakang ................................................................................ 69
5.1.2. Pengertian ........................................................................................ 69
5.1.3. Maksud dan Tujuan ......................................................................... 70
5.2. Kebijakan dan Komitmen K3 ................................................................. 71
5.2.1. Rencana K3 ..................................................................................... 72
5.2.2. Pengendalian K3 ............................................................................. 73
iv
5.2.3. Struktur Personil K3........................................................................ 73
5.3. Penerapan K3 ......................................................................................... 73
5.3.1. Struktur Organisasi ......................................................................... 73
5.3.2. Peralatan Pendukung dan Fungsi .................................................... 74
5.3.3. Pelaksanaan ..................................................................................... 76
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 77
6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 77
6.2. Saran ....................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 4. 23. Anggaran Biaya Konstruksi Base A dan Base B Metode Manual
Desain 2013 ...................................................................................... 68
Tabel 6. 1. Perbandingan Tebal Perkerasan Perencanaan penulis Dengan
Perencanaan Proyek (Metode Analisa Komponen BM 2013) ............ 77
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
cepat menjangkau jalan Kapau Sari begitu juga sebaliknya dengan melalui jalan
Daru – Daru ini.
Dengan dilaksanakannya proyek pelebaran hotmix Jalan Daru – Daru ini
maka diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam hal :
a. Kelancaran berkendaraan dalam melintasi jalan Daru – Daru
b. Menemukan jalan pintas atau jalan alternatif
c. Kenyamanan dan keamanan dalam berlalu lintas
STA Awal
0 + 000
STA Akhir
1 + 200
Dari gambar 2.2 di atas dapat diketahui data beberapa data proyek yang
dipasang pada lokasi proyek yaitu:
a. Nama Kegiatan : Pembangunan Jalan Kecamatan Sekota Pekanbaru
b. Nama Pekerjaan : Pelebaran Hotmix Jalan Daru – Daru
c. Nilai Kontrak : Rp 7.370.827.000,00
d. Lokasi Proyek : Kecamatan Tenayan Raya
e. Pelaksanaan : 180 Hari Kalender
f. Pelaksana : PT. Tata Inti Sepakat - PT. Lutvindo Wijaya Perkasa
(KSO)
7
b. Konstruksi
1) Panjang jalan : 1,2 km
2) Struktur perkerasan : Lapisan Pondasi Agregat Kelas B : 20 cm
8
c. Item pekerjaan
1) Mobilisasi alat
2) Pembersihan lahan
3) Galian dan timbunan
4) Pelebaran jalan
5) Pekerjaan struktur perkerasan
6) Perbaikan box culvert
7) Perawatan (patching)
melalui LPSE atau jika diperlukan melalui media cetak dan/atau elektronik
paling kurang 7 (tujuh) hari kerja. Dalam proyek ini pengumuman
pascakualifikasi dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 15.00 WIB
melalui LPSE Kota Pekanbaru.
b. Tahap Pascakualifikasi
Download dokumen kualifikasi dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2016
pukul 15.01 WIB sampai dengan tanggal 19 Maret 2016 pukul 16.30 WIB.
f. Evaluasi penawaran
Pada proyek ini proses evaluasi dilakukan pada tanggal 8 Mei 2016 pukul
08.00 WIB sampai dengan 24 Mei 2016 pukul 23.59 WIB dengan
menggunakan metode evaluasi sistem gugur yang melalui tahapan evaluasi
14
g. Penetapan pemenang
Penetapan hasil prakualifikasi pada tanggal 07 Mei 2016 (00.01) – 07 Mei
2016 (23:00) serta pengumuman hasil prakualifikasi pada tanggal 07 Mei
2016 (00.01) – 07 Mei 2016 (23.59). Pengumuman ini disampaikan melalui
situs resmi ULP (www.lpse.pekanbaru.go.id).
Nama pemenang : PT. Tata Inti Sepakat
NPWP : 72.485.228.0-216.000
Penawaran terkoreksi : Rp 7.370.827.000,00
h. Pengumuman pemenang
PT. Tata Inti Sepakat ditetapkan panitia pengadaan barang/jasa proyek
Pelebaran Hotmix Jalan Daru - Daru sebagai pemenang lelang. Panitia
mengumumkan pemenang lelang ini pada 07 Mei 2016 (00.01) – 07 Mei
2016 (23.59)
k. Penandatanganan kontrak
15
Sistem kontrak yang digunakan pada proyek kegiatan Pelebaran Hotmix jalan
Daru-daru ini adalah unit price (harga satuan). Pemilik akan membayar
sejumlah uang yang telah disetujui kepada pihak kontraktor untuk item unit
pekerjaan yang telah diselesaikan dalam satu proyek. Pembayaran biasanya
dilakukan oleh pemilik kepada kontraktor tergantung pada pekerjaan yang
telah diselesaikan berdasarkan bobot pekerjaan.
b. Umum
17
1) Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kegiatan mendatangkan alat berat ke lokasi proyek
sesuai spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen lelang dengan
menggunakan alat angkutan darat (trailler/truck besar) atau alat angkutan
laut (ponton).
c. Perkerasan Berbutir
1) Lapis pondasi agregat kelas “B”
a) Backhoe
Penggunaan Backhoe pada proyek ini adalah untuk penyiapan badan
jalan, apabila terdapat tanah ataupun bagian jalan yang belum rata
dengan sekitarnya. Tanah akan dihancurkan atau digali kemudian
dipindahkan dan diratakan menggunakan bucket. Backhoe yang
digunakan di lapangan seperti Gambar 2.3 berikut ini :
Gambar 2. 3. Backhoe
(dokumentasi, 2016)
19
b) Dump truk
Dump truck digunakan oleh kontraktor untuk membuang tanah hasil
pembersihan lokasi proyek, pada saat pekerjaan pembersihan lahan,
Dump truck juga digunakan untuk pengangkutan material dari quarry
ke lokasi pekerjaan. Dump Truck yang digunakan di lokasi proyek
seperti terlihat pada Gambar 2.4 berikut ini :
c) Motor grader
Motor grader adalah alat berat yang sering digunakan untuk
membersihkan lahan, penyiapan badan jalan dan bahu jalan, serta
menghamparkan base. Motor grader yang digunakan di lokasi proyek
seperti terlihat pada Gambar 2.5 berikut ini :
20
d) Vibratory Roller
Vibratory roller merupakan salah satu alat berat yang digunakan untuk
memadatkan tanah dan material yang sudah diratakan menggunakan
alat berat seperti motor grader. Vibratory roller menggunakan beban
tambahan yang terdapat pada roller yang diisi dengan air. Cara kerja
vibratory roller yaitu dengan getaran dan dilakukan beberapa kali
siklus hingga tanah memadat sesuai kebutuhan. Vibratory roller yang
digunakan di lokasi proyek seperti terlihat pada Gambar 2.6 berikut ini
:
21
e) Water Tanker
Water tanker berfungsi untuk membantu pemadatan tanah dan material
sehingga rongga – rongga antar agregat akan terpadatkan dengan
sendirinya dan saling mengunci sehingga tidak ada rongga udara
didalamnya. Water tanker yang digunakan di lokasi proyek seperti
Gambar 2.7 berikut ini :
23
24
c. Material engineer yaitu yang bertanggung jawab atas material – material yang
akan digunakan.
d. Teknik labor yaitu yang akan menguji bahan – bahan yang digunakan pada
proyek apakah sesuai dengan spesifikasi serta mencari tahu kekuatan dari
bahan – bahan yang akan digunakan.
e. Administrasi bertanggung jawab atas penyelanggaraan administrasi selama
proyek berlangsung, membuat laporan keuangan mengenai seluruh
pengeluaran proyek dan memeriksa pembukuan arsip – arsip selama
pelaksanaan proyek.
f. Surveyor yaitu seseorang yang bertanggung jawab mengumpulkan semua data
pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan dan bertanggung jawab atas
ketelitian yang didapat.
g. Draftman yaitu seseorang yang bertugas untuk membantu merealisasikan hasil
gambar rencana sehingga dapat berfungsi sesuai dengan keinginan semua
pihak.
h. Logistik yaitu seseorang yang membuat jadwal pengadaan material
berdasarkan jadwal penggunaannya.
3.2.2. Kurva S
Kurva S adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara persentase
pekerjaan yang harus diselesaikan dengan waktu. Biasanya grafik ini dikenal
dengan sebutan kurva-s dalam satuan bobot pekerjaan. Fungsi kurva-S ini:
a. untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan pada setiap waktu, dengan
membandingkan bobot persen rencana dengan bobot persen realisasi di
lapangan, sehingga perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan tidak
mengganggu waktu pekerjaan secara keseluruhan,
b. untuk mengetahui waktu pembayaran angsuran, berdasarkan perjanjian yang
ada, untuk membayar angsuran ini harus juga diperiksa perincian volume
pekerjaan yang telah diselesaikan.
31
b. Motor grader
Motor grader adalah alat berat yang sering digunakan untuk membersihkan
lahan, penyiapan badan jalan dan bahu jalan, serta menghamparkan base.
Motor grader yang digunakan di lokasi proyek seperti terlihat pada Gambar
3.7 berikut ini :
c. Dump Truck
Mobil Dump truck digunakan oleh kontraktor untuk membuang tanah hasil
pembersihan lokasi proyek, pada saat pekerjaan pembersihan lahan, Dump
truck juga digunakan untuk pengangkutan material dari quarry ke lokasi
pekerjaan. Dump Truck yang digunakan di lokasi proyek seperti terlihat pada
Gambar 3.8 berikut ini :
d. Vibratory Roller
Vibratory roller merupakan salah satu alat berat yang digunakan untuk
memadatkan tanah dan material yang sudah diratakan menggunakan alat berat
seperti motor grader. Vibratory roller menggunakan beban tambahan yang
terdapat pada roller yang diisi dengan air. Cara kerja vibratory roller yaitu
dengan getaran dan dilakukan beberapa kali siklus hingga tanah memadat
sesuai kebutuhan. Vibratory roller yang digunakan di lokasi proyek seperti
terlihat pada Gambar 3.9 berikut ini :
36
e. Water Tanker
Water tanker berfungsi untuk membantu pemadatan tanah dan material
sehingga rongga – rongga antar agregat akan terpadatkan dengan sendirinya
dan saling mengunci sehingga tidak ada rongga udara di dalamnya. Water
tanker yang digunakan di lokasi proyek seperti Gambar 3.10 berikut ini :
38
39
a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-
rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
4) Jalan masuk dibatasi sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan tidak
terganggu.
5) Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
c. Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan
lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan.
Dengan persyaratan jalan lokal primer yaitu :
1) Kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam.
2) Lebar badan jalan paling sedikit 7,5 m.
3) Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh
terputus.
d. Jalan lingkungan primer menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
Dengan persyaratan jalan lingkungan primer yaitu :
1) Kecepatan rencana paling rendah 15 km/jam.
2) Lebar badan jalan paling sedikit 6,5 m, diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda tiga atau lebih.
3) Lebar badan jalan paling sedikit 3,5 m, tidak diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih.
4.1.3. Bahan
Agregat adalah suatu bahan keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan
campuran, untuk berbagai jenis butiran atau pecahan, yang termasuk di dalamnya
kerikil, batu pecah, dan abu (debu). Agregat dibutuhkan pada lapis struktur atau
pembuatan Base jalan karena merupakan bahan utama dan juga merupakan bahan
yang paling dominan menghimpun kekuatan campuran untuk konstruksi jalan.
(sumber: Bambang Ismanto, “perancangan perkerasan dan bahan”).
Agregat kasar (tertahan pada ayakan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel
yang keras dan awet. Agregat kasar Kelas A yang berasal dari batu kali harus
100% mempunyai paling sedikit dua bidang pecah, Agregat kasar Kelas B yang
43
berasal dari batu kali harus 65% mempunyai paling sedikit satu bidang pecah dan
Agregat kasar Kelas C berasal dari kerikil sedangkan Agregat halus (lolos ayakan
4,75 mm) harus terdiri atas partikel pasir atau batu pecah halus. Seperti yang telah
diatur dalam Bina Marga No. 002-03/BM/2006, setiap agregat memiliki
persyaratan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Agregat untuk lapis pondasi harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan – bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi
persyaratan sesuai pada tabel 4.2.
4.1.4.1. Mobilisasi
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan tenaga kerja, pengadaan peralatan
yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek, serta pengangkutan material yang
diperlukan. Adapun langkah – langkah pekerjaan dalam mobilisasi yaitu:
a. Memobilisasi material yang digunakan untuk pekerjaan proyek dari quarry
menuju lokasi pekerjaan proyek
b. Memobilisasi peralatan yang diperlukan pada saat memulai pekerjaan yang
disepakati dalam kontrak tergantung pada jenis pekerjaan yang harus
dilaksanakan
c. Memobilisasi para pekerja yang tidak tinggal di base camp yang telah
disediakan agar bisa sampai ke lokasi proyek.
d. Pemadatan
Setelah proses penghamparan dan selanjutnya dipadatkan dengan Vibratory
roller seperti yang terlihat pada gambar 4.2. Dalam pemadatan, Vibratory
roller melakukan 4-5 passing untuk setiap 50 m.
46
d. Pemadatan
Setelah proses penghamparan dan selanjutnya dipadatkan dengan Vibratory
roller seperti yang terlihat pada gambar 4.5. Dalam pemadatan, Vibratory
roller melakukan 4-5 passing untuk setiap 50 m.
0 + 025
0 + 050
0 + 075
0 + 100
0 + 125
STA
Badan
Jalan
Dari tabel 4.5 pertumbuhan lalu lintas diketahui nilai i = 1%. Untuk
menghitung pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana dihitung menggunakan
rumus berikut:
(1 + 0,01 𝑖)𝑈𝑅 − 1
𝑅=
0,01 𝑖
Dari rumus di atas, maka dapat dicari nilai faktor pengali pertumbuhan
lalu lintasnya sebagai berikut:
(1 + (0,01 × 0,01) )20 − 1
𝑅= = 20,02
0,01 × 0,01
Faktor distribusi lajur diperoleh nilai DL = 100% dari Tabel 4.7 yang
selanjutnya digunakan untuk mencari nilai ESA dengan menggunakan rumus:
Dari rumus di atas, maka dapat dicari nilai ESA setiap jenis kendaraan
yaitu:
a. Sedan, jeep, station wagon
ESA = 84 × 0,0 × 1 = 0
55
Untuk hasil perhitungan nilai ESA dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:
Pada bagan desain 3 ini tidak digunakan jenis permukaan berpengikat HRS (hot roll sheet) dengan ketebalan tertera pada
tabel 4.10.
59
Maka volume pekerjaan lapisan pondasi agregat kelas B per periode adalah:
1703,1 3
𝑉= = 340,62 𝑚 ⁄ℎ𝑎𝑟𝑖
5
1277,33 3
𝑉= = 255,47 𝑚 ⁄ℎ𝑎𝑟𝑖
5
I. ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Kondisi existing jalan : sedang
4 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 0,00 KM
5 Tebal lapis agregat padat t 0,15 M
6 Berat isi padat Bip 1,81 -
7 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 jam
8 Proporsi Campuran : - Agregat Pecah Mesin 20 - 30 mm 20-30 28,00 % Gradasi harus
- Agregat Pecah Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm 5-10&10-20 42,00 % memenuhi Spec.
- Pasir Urug PU 30,00 %
9 Berat Isi Agregat (lepas) Bil 1,51 ton/m3
10 Faktor kehilangan - Agregat Pecah Mesin 20 - 30 mm Fh1 1,05
- Agregat Pecah Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm Fh2 1,05
- Pasir Urug Fh3 1,05
b. Urutan Kerja
1) Wheel Loader memuat Agregat campuran ke dalam Dump truck di Base
camp
2) Dump Truck mengangkut Agregat kelas A ke lokasi pekerjaan dan
dihampar dengan Motor grader
3) Hamparan Agregat dibasahi dengan Water Tank Truck sebelum
dipadatkan dengan Vibratory Roller
4) Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan
dan level permukaan.
2) Alat
Tabel 4. 15. Perhitungan Koefisien Alat
URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN
3) Tenaga
Tabel 4. 16. Perhitungan Koefisien Tenaga
TENAGA
Produksi menentukan : WHEEL LOADER Q1 1,06 M3/jam
Produksi agregat / hari = Tk x Q1 Qt 7,41 M3
Kebutuhan tenaga : - Pekerja P 4,00 orang
- Mandor M 1,00 orang
Koefisien tenaga / M3 :
- Pekerja = (Tk x P) : Qt (L01) 3,7798 jam
- Mandor = (Tk x P) : Qt (L03) 0,9450 jam
I ASUMSI
1 Bahan Agregat Halus & Kasar diterima di lokasi
Base Camp
2 Jarak dari stockpile ke alat blending l 50,00 M
3 Jam kerja effektif perhari Tk 7,00 jam
4 Kegiatan dilakukan di dalam lokasi Base Camp 40,00 Km
5 Berat isi padat Bip 1,81
6 Jam kerja efektif per-hari Tk 7,00 jam
8 Proporsi Campuran : - Agregat Pecah Mesin 20 - 30 mm 20-30 18,00 % Gradasi harus
- Agregat Pecah Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm
5-10&10-20 18,00 % memenuhi
- Sirtu St 64,00 % Spesifikasi
9 Berat volume agregat (lepas) Bil 1,51 ton/m3
- Agregat Pecah Mesin 20 - 30 mm Fh1 1,05
- Agregat Pecah Mesin 5 - 10 & 10 - 20 mm Fh2 1,05
- Sirtu Fh3 1,05
b. Urutan Kerja
1) Wheel Loader memuat Agregat campuran ke dalam Dump truck di Base
camp
2) Dump Truck mengangkut Agregat kelas B ke lokasi pekerjaan dan
dihampar dengan Motor grader
3) Hamparan Agregat dibasahi dengan Water Tank Truck sebelum
dipadatkan dengan Vibratory Roller
4) Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan
dan level permukaan
BAHAN
- Agr 20-30 = "20-30" x 1 M3 x Fh1 M93 0,1890 M3
- Agr 5 - 10 & 10 - 20 = "5-10 & 10-20" x 1 M3 x Fh2 M92 0,1890 M3
- Sirtu = St x 1 M3 x Fh3 M16 0,6720 M3
66
2) Alat
Tabel 4. 20. Perhitungan Koefisien Alat
URAIAN KODE KOEF. SATUAN KETERANGAN
3) Tenaga
Tabel 4. 21. Perhitungan Koefisien Tenaga
Untuk anggaran biaya konstruksi dapat dilihat pada tabel sesuai dengan
metode yang dipakai dan ketebalan pondasi jalan yang didapatkan.
68
Tabel 4. 23. Anggaran Biaya Konstruksi Base A dan Base B Metode Manual
Desain 2013
No. Jenis Pekerjaan Satuan (m3) Volume Jumlah Harga
1 Base A m3 1317,6 Rp. 1.570.583,153
2 Base B m3 1404 Rp. 1.617.938,754
Jumlah Total Rp. 3.188.521,907
BAB V
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
5.1. Pendahuluan
5.1.1. Latar Belakang
Pelaksanaan Keselamatan, Kesehatan dan Keamanan (K3) sampai saat ini
masih memprihatinkan. Kecelakaan kerja sering terjadi baik di sektor pertanian,
pertambangan, energi, industri, manufaktur, konstruksi, transportasi dan sektor
lainnya. Di seluruh dunia, menurut laporan ILO (International Labour
Organization), sedikitnya 2,2 juta orang meninggal akibat kejadian dan penyakit
yang berkaitan dengan kerja setiap tahunnya. Keselamatan, Kesehatan dan
Keamanan (K3) Indonesia memiliki urutan ke-5 (terburuk) dibandingkan negara
tetangga lainnya seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Salah satu sektor yang memiliki resiko tinggi tentang kecelakaan adalah
sektor konstruksi. Di sektor ini, 60.000 pekerja diperkirakan tewas setiap tahun di
dunia. Kecelakaan konstruksi menimbulkan kerugian finansial, kerugian
kemanusiaan, dan kerugian sosial.
5.1.2. Pengertian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan
Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
(PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.
Di Indonesia telah ditetapkan beberapa peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja, antara lain sebagai berikut: Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja; Peraturan Menteri No. PER05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan-peraturan
tersebut ditetapkan bertujuan untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya
kecelakaan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya dimulai dari tahap
yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja dapat berfungsi dengan efektif, apabila
69
70
5.2.1. Rencana K3
a. Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan:
1) Hasil penelaahan awal. Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal
kondisi K3 perusahaan yang telah dilakukan pada penyusunan kebijakan.
2) Identifikasi potensi bahaya dan penilaian resiko harus dipertimbangkan
pada saat merumuskan rencana.
3) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya. Peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya harus ditetapkan, dipelihara,
diinventarisasi dan diidentifikasi oleh perusahaan, dan disosialisasikan
kepada seluruh pekerja/buruh.
4) Sumber daya yang dimiliki. Dalam penyusunan perencanaan harus
mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki yaitu meliputi tersedianya
sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana.
5.2.2. Pengendalian K3
Pengendalian K3 pada proyek ini tidak ada, karena tidak adanya kejelasan
tentang peraturan penggunaan K3 pada proyek Pelebaran Hotmix Jalan Daru -
Daru ini.
5.3. Penerapan K3
5.3.1. Struktur Organisasi
Pada proyek Pelebaran Hotmix Jalan Daru - Daru ini tidak terdapat K3
yang memadai atau bisa dikatakan tidak ada struktur maupun personil K3.
74
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama mengerjakan kerja praktik pada
proyek Pelebaran Hotmix Jalan Daru - Daru maka secara umum dapat
disimpulkan beberapa hal penting diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Kontraktor pelaksana pada Proyek pelebaran hotmix Jalan Daru – Daru ini
adalah PT. Tata Inti Sepakat dengan melakukan kerja sama operasi (KSO)
bersama PT. Lutvindo Wijaya Perkasa dengan nilai kontrak Rp.
2.192.626.254,00.
2) Sistem pelelangan yang digunakan adalah sistem pengadaan Pelelangan
Umum. Metode pemasukan dokumen penawaran yang digunakan adalah
metode satu sampul dengan metode kualifikasi yang digunakan adalah metode
pascakualifikasi serta metode evaluasi yang digunakan adalah sistem gugur.
Sistem kontrak yang digunakan adalah sistem kontrak harga satuan.
3) Pada proyek ini tidak sesuai dengan time schedule karena terjadinya
keterlambatan yang diakibatkan lamanya proses pembuatan drainase dan
mobilisasi bahan.
4) Untuk hasil perencanaan tebal lapis perkerasan, ketebalan yang penulis
rencanakan lebih tipis dibandingkan dengan ketebalan perencanaan proyek,
seperti pada tabel 6.1 berikut:
Tabel 6. 1. Perbandingan Tebal Perkerasan Perencanaan penulis Dengan
Perencanaan Proyek (Metode Analisa Komponen BM 2013)
Hasil Perencanaan Perencanaan
Jenis Jenis
Penulis Proyek
Perkerasan Perkerasan
(cm) (cm)
Laston 10 Laston 10
Lapis Base A 15
30
Pondasi Base B 20
77
78
5) Analisa anggaran biaya konstruksi Base A dan Base B metode manual desain
2013. Pekerjaan Base A dengan volume 1277,33 m3 senilai Rp.
990.368.807,00. Pekerjaan Base B dengan volume 1703,10 m3 senilai Rp.
1.202.257.447,00. Dengan total anggaran biaya konstruksi Base A dan Base B
senilai Rp. 2.192.626.254,00.
6) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek ini belum diterapkan
dengan baik, sehingga masih terdapat kelalaian dan kurangnya kesadaran para
pekerja.
6.2. Saran
Saran penulis untuk proyek Pelebaran Hotmix Jalan Daru - Daru antara
lain:
1) Mahasiswa yang melakukan kerja praktik harus lebih aktif dan tidak malu
bertanya serta meminta bimbingan kepada staf maupun pekerja di lapangan
agar informasi mengenai segala macam kegiatan dapat diketahui.
2) Komunikasi dan kerjasama yang baik harus tetap terjaga antara owner,
konsultan perencana, kontraktor pelaksana, dan konsultan pengawas dalam
pelaksanaan pembangunan, agar pelaksanaan pekerjaan proyek berjalan
dengan baik sesuai dengan perencanaan awal.
3) Sebaiknya Kontraktor menyediakan perlengkapan kerja untuk para pekerja
agar mengurangi kemungkinan cedera berat pada para pekerja apabila terjadi
kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
79
LAMPIRAN
80