DAFTAR PUSTAKA
Hadi, P.U., N. Ilham, A. Thahar, B. Winarso, D. Vincent and D. Quirke. 2002.
Improving Indonesia's Beef Industry. Australian Center for
International Agricultural Research (ACIAR) Monograph. No. 35, vi
+ 128 p.
Ilham, B., B. Wiryono, I.K. Kariyasa, M.N.A. Kirom dan Sri Hastuti. 2001.
Analisis Penawaran Dan Permintaan Komoditas Peternakan
Unggulan. Laporan Hasil Penelitian . Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Sosial Eknomi Pertanian. Bogor.
Murtidjo, B. A. 1990. Beternak Sapi Potong. Penerbit Kanisus. Yogyakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ternak Ruminansia.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak. 2010. Rekomendasi Teknologi
Peternakan dan Veteriner mendukung Program Swasembada Daging
Sapi (PSDS) Tahun 2014. Bogor.
Rahmanto, B. 2004. Analisis Usaha Peternakan Sappi Potong Rakyat.
ICASERD Working Paper No.59. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Eknomi Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.
Umiyasih dan Anggraeny, 2007. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang, Strategi
Pakan Pada Sapi potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Bogor.
Tillman, Hartadi. H, Rekso Hadiprojo. S., Prowirokusumo, Lebdosoekodjo.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.
Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Yusran, M.A., T. Purwanto, B. Suryanto, M. Sabrani, M. Winugroho and E.
Teleni. 1998. Applikation Of Surge Feeding For Improving The Post
Partum An Estrus Of Ongole Cows Calve In Rainy Season In Dry
Land Of East Java. Seminar The 2 Nd ISTAP, Juli 1998. Fakultas
Peternakan UGM. Yokyakarta.
kabupaten/kota, masyarakat dan swasta; 6) Prinsip perdagangan Pengamatan birahi dapat dilakukan setiap hari pada waktu
internasional yang free dan fair, dan 7) Membuka peluang ekspor. pagi dan sore hari dengan melihat gejala birahi secara langsung
Luaran yang diharapkan dalam PSDS dari sistem pembibitan dengan tanda-tanda estrus seperti ; Abuh, Abang dan Angat pada
adalah ; 1) Service per conception (S/C) < 1,55; 2) Calving Interval kemaluan sapi betina serta diikuti keluarnya cairan bening, seperti
< 14 bulan; 3) Angka kelahiran pedet dari populasi induk ≥ 70%; tampak pada Gambar 4 . Tanda-tanda lain dari sapi betina yang
4) Kematian pedet pra sapih < 3%; dan 5) Pertambahan Berat Badan sedang berahi adalah, sapi tampak gelisah (tidak tenang) dan sering
Harian (PBBH) pedet pra-sapih pada sapi Bali/Madura ≥0,3 kg, sapi menaiki teman yang lain serta diam apabila dinaiki pejantan.
PO ≥0,4 kg dan sapi silangan ≥0,8 kg. Dan keluaran yang diharapkan Persentase kejadian birahi yang terbanyak pada pagi hari, seperti
dari model penggemukan yang efisien adalah : 1) PBBH sapi PO ≥0,7 tampak pada Tabel 2 dibawah.
kg, sapi Bali/Madura ≥0,6 kg dan sapi silangan ≥0,9 kg/hari; 2) Bobot Tabel 2. Persentase waktu kejadian birahi pada sapi induk
potong minimal PO ≥450 kg, Bali/Madura ≥300 kg, silangan ≥500 kg
dan 3) Tingkat kematian nol (Puslitbangnak, 2010). Waktu birahi Persentase gejala birahi (%)
Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor pertanian, 06.00-12.00 22 22
karena diantara produk daging yang bersumber dari usaha peternakan 12.00-18.00 10 10
dan perikanan, konsumsi daging sapi menduduki urutan ketiga setelah
ikan dan produk unggas (poultry), yaitu mencapai sekitar 1,99 kg 18.00-24.00 25 25
karkas/kapita/tahun atau sekitar 10,3 persen dari total konsumsi daging 24.00-06.00 43 43
pada tahun 2001 (GMI database dalam Hadi et al., 2002). Selain itu
Sumber : Selk (2000)
komoditas sapi potong merupakan salah satu cabang usaha tani dan
mayoritas masih diusahakan secara tradisional/ekstensif dengan skala
usaha kecil. Salah satu diantaranya disebabkan karena besarnya
investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha
kecilpun usaha sapi potong akan mendapatkan keuntungan yang baik
jika dilakukan dengan prinsip budidaya K-3 (Kuantitas, Kualitas dan
Kesehatan).
Beberapa permasalahan penyebab keterbatasan produksi daging
dalam negeri ini, antara lain adalah : masih tingginya pemotongan sapi
yang memiliki kondisi baik induk/betina produktif; terjadinya
perkawinan dalam keluarga (inbreeding) karena terbatasnya
ketersediaan pejantan unggul, serta penurunan populasi sapi antara lain Gambar 4. Ciri-ciri sapi betina berahi
2). Sapi Induk Bunting Tua Hingga Laktasi karena kemampuan reproduksi yang rendah. Kondisi yang demikian
Rendahnya kualitas ransum dalam tiga bulan awal jika tidak diantisipasi dengan upaya terobosan dalam peningkatan
setelah beranak; khususnya protein kasar (PK) yang hanya produksi di dalam negeri akan menyebabkan Indonesia selalu
sekitar 50 - 65% dari kebutuhan merupakan penyebab tidak bergantung pada pasokan impor dan menjadi target potensial
optimalnya lama waktu periode birahi setelah melahirkan (an pemasaran ternak sapi hidup dan produk-produk turunannya bagi
estrus post partus) (Yusran, 1998). Oleh sebab itu, pemanfaatan negara-negara produsen utama.
sumber pakan asal biomass lokal disertai dengan teknologi
peningkatan nilai nutrien, misalnya melalui suplementasi
merupakan alternatif pilihan. Suplementasi dengan
menggunakan daun tanaman leguminosa pohon dan semak
selama dua bulan pertama setelah beranak merupakan salah
satu alternatif untuk memperpendek periode birahi setelah
melahirkan (Yusran et al., 1998).
2. Manajemen Perkawinan Sapi Potong
Swasembada ternak dan daging dapat dicapai melalui
peningkatan populasi sapi potong dengan cara meningkatkan
jumlah kelahiran pedet dan calon induk sapi dalam jumlah besar.
Untuk itu diperlukan suatu teknologi tepat guna spesifik lokasi
sesuai dengan kondisi agroekosistem dan kebutuhan pengguna
yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani.
Permasalahan yang terjadi di lapangan adalah masih terjadi
kawin berulang (S/C > 2) dan rendahnya angka kebuntingan,
sehingga menyebabkan panjangnya jarak beranak pada induk ( > 18
bulan). Salah satu faktor penyebab rendahnya perkembangan
populasi sapi adalah manajemen perkawinan yang tidak tepat,
yakni: (1) pola perkawinan yang kurang benar, (2) pengamatan
birahi dan waktu kawin tidak tepat, (3) rendahnya kualitas atau
kurang tepatnya pemanfaatan pejantan dalam kawin alam dan (4)
kurang terampilnya beberapa petugas serta (5) rendahnya
pengetahuan peternak tentang kawin suntik/IB.
II. BANGSA SAPI POTONG dapat tercapai apabila jumlah pemberian bahan kering pakan
pada sapi dara adalah 3% dari berat badan. Selanjutnya
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah dinyatakan pula bahwa konsentrat yang mengandung protein
sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Masing-masing jenis sapi kasar (PK) 12 % dan TDN sebanyak 60% ideal digunakan
potong itu mempunyai sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luar sebagai pakan penguat pada sapi potong dara karena selain
(ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju menghasilkan PBBH yang optimal juga menghasilkan nilai
pertumbuhan). ekonomis yang tinggi.
Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi b. Sapi Induk Bunting
Bali, sapi Ongole, sapi PO (Peranakan Ongole) dan sapi Madura. Selain 1). Sapi Induk Bunting Muda
itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Penang). Kebutuhan pakan sapi bunting diperlukan untuk
Populasi sapi potong yang ada, penyebarannya dianggap merata pembentukan jaringan-jaringan baru janin, membrana janin,
masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman. pembesaran uterus dan perkembangan glandula mammary
Beberapa ciri bangsa sapi yang ditemui dan berkembang yaitu : (kelenjar susu). Namun standart pemberian pakan untuk sapi
A. Sapi Bali bunting hanya untuk 1/3 masa kebuntingan terakhir, sedangkan
pada masa kebuntingan sebelumnya dapat menggunakan
Cirinya berwarna merah
standar pakan untuk kebutuhan pokok sapi dewasa biasa
dengan warna putih pada kaki dari
(Tillman et al., 1998). Mengingat sapi betina muda yang
lutut ke bawah dan pada pantat,
bunting juga masih mengalami pertumbuhan badan, maka
punggungnya bergaris warna hitam
pemberian pakan hendaknya harus menjamin tercukupinya
(garis belut). Keunggulan sapi ini
kebutuhan untuk pertumbuhan jaringan selama terjadi
dapat beradaptasi dengan baik pada
kebuntingan dan pertumbuhan induk semangnya.
lingkungan yang baru. Berat badan
sapi Bali mencapai 300-400 kg. dan Penggunaan dedak sebagai pakan penguat pada sapi
persentase karkasnya 56,9%. induk bunting muda sebanyak 2 % berat badan berdasarkan
kebutuhan bahan kering dengan penambahan suplemen yang
B. Sapi Ongole mengandung kalsium, fosfat dan vitamin ADEK dapat
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian menghasilkan PBBH 0,7 kg dan perbandingan keuntungan
tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik, biaya produksi B/C yang tinggi yaitu 2,7 (Umiyasih dan
bertanduk pendek dan hampir tidak terlihat. Jenis ini telah disilangkan Anggraeny, (2007).
kaki bawah dan tanduknya melengkung ke depan dengan melingkar pemilihan sapi bakalan. Beberapa hasil penelitian melaporkan
seperti bulan sabit. Berat hidup rata-rata 324,3 kg dengan persentase bahwa sapi jantan memiliki pertumbuhan (PBBH) yang lebih baik,
karkas 60,8%. persentase karkas yang lebih tinggi, efisiensi pakan lebih tinggi,
cenderung memiliki persentase lemak yang lebih rendah dari pada
E. Sapi Limousin
sapi betina. Umur sapibakalan yang ideal untuk penggemukan
Sapi ini merupakan adalah ternak dewasa yaitu antara 1,5-2,5 tahun dan pada saat dijual
keturunan Bos Taurus yang tidak melebihi umur 3 tahun. Bobot badan dan kondisi awal sapi
berhasil dijinakkan dan bakalan yang akan digemukan berpengaruh terhadap lama
dikembangkan di Perancis. Ciri penggemukan, bobot badan ideal untuk pasar sebesar 400-500 kg
Sapi Limousin berwarna hitam sehingga diperlukan bobot badan awal antara 260-300 kg.
bervariasi dengan warna merah Pemberian pakan bagi usaha penggemukan komersial (feedlot)
bata dan putih, terdapat warna dengan masa penggemukkan 3 bulan dikenal dengan teknologi
putih pada moncong kepalanya, grain feed, maka kualitas pakan diatur sedemikian rupa sehingga
tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik. dapat memberikan hasil yang menunjang pertumbuhan yang
Bentuk tubuh memanjang, bagian perut agak mengecil tetapi bagian optimal dan menghasilkan kualitas daging yang baik. Teknologi
paha dan pinggul cukup besar, penuh daging dan sangat padat. Berat grain feed menggunakan hijauan sebasar 15-20% dan pakan
badan sapi betina dapat mencapai 650 kg dan jantan 850 kg (Murtidjo, konsentrat sebesar 80-85%, tergantung dari nilai ekonomi yang
1990). didasarkan pada konversi pakan yang diperoleh.
F. Sapi Simental Ransum sapi yang digemukkan memerlukan bahan kring
Sapi Simental (Swiss) sebanyak ≥3% dari bobot badan, dan kandungan protein minimal
bertanduk kecil, bulu berwarna 9% dan energi (TDN) sebesar 60-70%. Pakan hijauan yang
coklat muda atau kekuning- diberikan meliputi rumput, leguminosa dan limbah pertanian.
kuningan. Pada bagian muka, Rumput dapat diberikan 10% dari BB, leguminosa seperti lamtoro,
lutut kebawah dan gelambir, turi atau gamal dapat diberikan anatara 20-60% dari total hijauan
ujung ekor berwarna putih. Sapi dan dapat menurunkan jumlah pemberian konsentrat. Limbah
Simental bertanduk kecil, bulu pertanian seperti jerami padi, jerami jagung dll disarankan tidak
berwarna coklat muda atau lebih dari 3% BB. Konsentrat yang diberikan harus mengandung
kekuning-kuningan. Pada bagian BK > 88%, PK > 12%, LK < 6%, SK 12-17%, TDN > 64% dan abu
muka, lutut ke bawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih. < 10%. Penggunaan limbah industri pertanian aksimal untuk
bungkil kelapa 20%, bungkil kedele 25%, dedak padi 100% dan
ampas sagu 15% dari konsentrat.
Tabel 1. Kebutuhan zat-zat makanan untuk induk-induk sapi dan Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman)
pejantan sapi pedaging biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara
hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan
Bobot T otal
Badan
PBBH Konsu msi Konsentr at
Protein
TDN Ca P untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar
BK (kg ) (% ran su m) (%) (% ) (%)
(kg) (%) sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai
Induk sapi umur 1 tahun, bunting kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya
323 0.4 6.6 0 8.8 52 0.23 0.23
0.6 8.5 0 8.8 52 0.21 0.21
berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan
0.8 9.4 0 - 15 9 58 0.21 0.21 mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dapat dialasi dengan
350 0.4 6.9 0 8.8 52 0.22 0.22 jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
0.6 8.9 0 8.8 52 0.21 0.21
0.8 10 0 - 15 8.8 58 0.21 0.21
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus
375 0.4 7.2 0 8.7 52 0.21 0.21 disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin,
0.6 9.3 0 8.7 52 0.20 0.20 lysol, dan bahan bahan lainnya.
0.8 11 0 - 15 8.7 55 0.20 0.20
400 0.4 7.5 0 8.7 52 0.21 0.21 Temperatur di sekitar kandang 25-40°C (rata-rata 33°C) dan
0.6 9.7 0 8.7 52 0.2 0.2 kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran
0.8 11.6 0 - 15 8.7 55 0.19 0.19
rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Kandang untuk
Induk sapi, bunting 4 - 6 bulan, kering
350 5.5 0 5.9 52 0.18 0.18 pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang
400 6.1 0 5.9 52 0.18 0.18 harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi
450 6.7 0 5.9 52 0.18 0.18
konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
500 7.2 0 5.9 52 0.18 0.18
Induk sapi bunting trimester II - lahir
1) Konstruksi dan Letak Kandang
350 0.4 6.9 0 5.9 52 0.18 0.18
400 0.4 7.5 0 5.9 52 0.18 0.18 Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah
450 0.4 8.1 0 5.9 52 0.18 0.18 yang letaknya cukup jauh dari pemukiman tetapi mudah dicapai oleh
500 0.4 8.6 0 5.9 52 0.18 0.18
Induk sapi menyus ukan, 3 - 4 bulan post partum, produk si air susu sedang
kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak
350 8.2 0.1 9.2 52 0.29 0.29 minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran
400 8.8 0 9.2 52 0.28 0.28 kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat
450 9.3 0 9.3 52 0.28 0.28
500 9.8 0 9.8 52 0.28 0.28
dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Pejantan s edang tumbuh aktivitas sedang Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang
350 1 8.8 25 - 30 10.2 64 0.31 0.26
berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang
400 0.9 11 26 - 30 9.4 64 0.21 0.21
500 0.7 12.2 15 - 20 8.8 61 0.18 0.18 dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring
ke arah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang
Sumber : Parakkasi, A. (1999).
tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar dan lantai alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas
kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas
gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tinggi. Disamping hijauan ternak sapi juga perlu diberi pakan tambahan
tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan yang biasa diberikan
terbuka agar sirkulasi udara di dalamnya lancar. Termasuk dalam berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu.
rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat
minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa
boleh kehabisan setiap saat. garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah
dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
2) Ukuran Kandang
Pakan (ransum) merupakan campuran dari dua atau lebih bahan
Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu pakan yang diberikan untuk seekor ternak selama sehari semalam.
jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang yang dibuat untuk Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat nutrien yang diperlukan
seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok,
untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup produksi maupun reproduksi (Siregar, 1995 dalam Umiyasih dan
1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah.
Anggraeny, 2007). Pada mumumnya ransum untuk ternak ruminansia
3) Perlengkapan Kandang terdiri dari pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan pokok (basal)
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan dapat berupa rumput, legum, perdu, pohon-pohonan serta tanaman sisa
minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih di bawah panen. Sedangkan pakan konsentrat antara lain berupa biji-bijian,
atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan bungkil, bekatul dan tepung ikan. Kebutuhan zat-zat makanan untuk
tidak diinjak-injak/tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya induk-induk sapi dan pejantan sapi pedaging (Tabel 1.)
dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada
permukaan lantai, dengan demikian kotoran dan air kencing tidak
tercampur di dalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan
adalah sapu, sikat, sekop, sabit dan tempat untuk memandikan sapi.
Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar
sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk
memandikan sapi.
Rumput & Rendeng Konsetrat Jerami Padi
Gambar 3. Bahan pakan sapi potong (rumput, rendeng, konsentrat dan
jerami padi)
IV. SELEKSI BIBIT kondisi ini dapat dicapai dengan pemeliharaan yang baik, sedangkan
sapi jantan untuk dapat digunakan sebagai pejantan (pemacek)
Seleksi adalah tindakan memilih sapi yang mempunyai sifat sebaiknya setelah berumur 2-2,5 tahun. Umur sapih disarankan setelah
yang dikehendaki dan membuang sapi yang tidak mempunyai sifat anak sapi berumur 140 hari, sehingga induk bisa mempersiapkan
yang dikehendaki. Beberapa syarat ternak yang harus diperhatikan kebuntingan berikutnya.
adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan
lengkap silsilahnya.
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak cacat dan tidak terdapat tanda-tanda terganggu
pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan
dubur.
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu
menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu
jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta
banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging
adalah sebagai berikut:
1) Tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
2) Kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
3) Laju pertumbuhannya relatif cepat.
4) Efisiensi pakannya tinggi.
Umur dewasa kelamin dan bobot badan ideal untuk sapi betina
dikawinkan adalah 1,5 tahun dan bobot badan berkisar 250-300 kg,