PENDAHULUAN
1
ataupun professional. Sebuah dilema etik muncul ketika terjadi konflik, yang
menyebabkan perawat harus menghadapi dua pilihan yang sulit dan tidak
memiliki alternatif yang sempurna, antara kepentingan pasien dan prinsip etik
perawat, untuk membuat keputusan etik, seseorang harus tergantung pada
pemikiran yang rasional dan bukan emosional. (Gilliland, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Larue C (2009) dalam De Benedictis
et, al, (2011) menemukan penggunaan tindakan restrain lebih tinggi pada unit
perawatan intensif dan darurat di rumah sakit jiwa disebabkan perawat
merasakan emosi dan agresi antara tim, permasalah agresi pada diri di antara
pasien dan peralatan keamanan yang tidak memadai di tempat kerja. Dari
penemuan penelitian ini maka perlu diperhatikan seperti perilaku kekerasan,
persepsi keamanan dan memeriksa alasan penggunaan restrain.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas Keperawatan jiwa mengenai
pengekangan fisik serta Mahasiswa dapat mengetahui asuhan
keperawatan pada pengekangan fisik
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Definisi dari pengekangan fisik
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari luka
bakapada pengekangan fisik
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan tentang pengekangan fisik untuk mahasiswa. Dan
dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa apabila mendapat tugas
untuk membuat makalah tentang pengekangan fisik
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
4
b. Kontra indikasi Pengunaan Restrain
5
2.2 Hal-Hal Yang Perlu Di Perhatikan Dalam Penggunaan Restraint
Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk klien berusia >18
tahun, 2 jam untuk usia 9-17 tahun, dan 1 jam untuk umur <9 tahun. Evaluasi
dilakukan 4 jam untuk klien >18tahun, 2 jam untuk pasien-pasien dan usia 9-
17 tahun. Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia >18
tahun dan 4 jam untuk usia <17 tahun. Selama restrain klien di observasi tiap
10-15 menit, dengan fokus observasi: Tanda-tanda cedera yang berhubungan
dengan restrain : Nutrisi dan hidrasi sirkulasi dan rentang gerak eksstremitas
tanda penting kebersihan dan eliminasi status fisik dan psikologis kesiapan
klien untuk dibebaskan dari restrain.
6
6. Berikan distraksi (membaca buku) dan sentuhan pertahankan harga diri
pasien lakukan pengkajian keperawatan yang kontinu dokumentasikan
penggunaan restrain.
7
4) Restraint Mumi atau Bedong
Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan
salah satu ujungnya dilipat ke tengah. Pasien diletakkan di atas
selimut tersebut dengan bahu berada di lipatan dan kaki ke arah
sudut yang berlawanan.
Lengan kanan pasien lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi
kanan selimut ditarik ke tengah melintasi bahu kanan pasien dan
dada diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri. Lengan kiri pasien
diletakkan lurus rapat dengan tubuh pasien, dan sisi kiri selimut
dikencangkan melintang bahu dan dada dikunci dibawah tubuh
pasien bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan ditarik kearah
tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan pinpengaman.
5) Restraint Lengan dan Kaki
Restraint pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan
untuk mengimobilisasi satu atau lebih ekstremitas guna pengobatan
atau prosedur, atau untuk memfasilitasi penyembuhan. Beberapa alat
restraint yang da di pasaran atau yang tersedia, termasuk restraint
pergelangan tangan atau kaki sekali pakai, atau dapat dibuat dari pita
kasa, kain muslin, atau tali stockinette tipis. Jika restraint jenis ini di
gunakan, ukurannya harus sesuai dengan tubuh pasien. Harus dilapisi
bantalan untuk mencegah tekanan yang tidak semestinya, konstriksi,
atau cidera jaringan. Pengamatan ekstremitas harus sering dilakukan
untuk memeriksa adanya tanda-tanda iritasi dan atau gangguan
sirkulasi. Ujung restraint tidak boleh diikat ke penghalang tempat
tidur, karena jika penghalang tersebut diturunkan akan mengganggu
ekstremitas yang sering disertai sentakan tiba-tiba yang dapat
menciderai pasien.
6) Restraint siku
Adalah tindakan mencegah pasien menekuk siku atau meraih
kepala atau wajah. Kadang-kadang penting dilakukan pada pasien
setelah bedah bibir atau agar pasien tidak menggaruk pada kulit yang
terganggu. Bentuk restraint siku paling banyak digunakan, terdiri
8
dari seutas kain muslin yang cukup panjang untuk mengikat tepat
dari bawah aksila sampai ke pergelangan tangan dengan sejumlah
kantong vertikal tempat dimasukkannya depresor lidah. Restraint di
lingkarkan di seputar lengan dan direkatkan dengan plester atau pin.
7) Pedi-wrap
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan
pada leher sampai pergelangan kaki pasien pasien untuk
menstabilkan tubuh pasien serta menahan gerakan tubuh pasien.
Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi ukuran sesuai dengan
kebutuhan. Alat bantu untuk menahan gerakan mulut dan rahang
pasien
8) Molt Mouth Prop
Molt mouth prop merupakan salah satu alat yang paling
penting dalam melakukan perawatan gigi. Alat ini biasanya
digunakan dalam anestesi umum untuk mencegah supaya mulut tidak
tertutup saat perawatan dilakukan. Alat ini juga sangat cocok dalam
penanganan pasien yang tidak bisa membuka mulut dalam jangka
waktu lama karena suatu keterbatasan. Penggunaan molt
mouth prop harus memperhatikan posisi rahang pasien saat pasien
membuka mulutnya, supaya tidak terjadi dislokasi
temporomandibular. Sebagai tambahan, dokter gigi harus
memindahkan molt mouth prop dari mulut pasien setiap sepuluh
hingga lima belas menit agar rahang dan mulut pasien
dapat beristirahat.
9) Molt Mouth Gags
Molt mouth gags juga merupakan salah satu alat bantu yang
dapat digunakan untuk menahan mulut pasien.
10) Tongue Blades
Tongue blades merupakan alat bantu yang digunakan untuk
menahan lidah pasien supaya tidak mengganggu proses perawatan.
9
b. Pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat
Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan bentuk
pengendalian fisik tanpa menggunakan bantuan alat, pengendalian
bentuk ini merupakan bentuk pengendalian yang menggunakan
bantuan perawat maupun bantuan orang tua atau pihak
keluarga pasien. Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga kesehatan
pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga kesehatan
merupakan bentuk pengendalian fisik dimana diperlukan tenaga
kesehatan, misalnya perawat untuk menahan gerakan pasien pasien
dengan cara memegang kepala, lengan, tangan ataupun kaki pasien
pasien.
Pengendalian fisik dengan bantuan orang tua pasien
pengendalian fisik dengan bantuan orang tua sebenarnya sama
dengan pengendalian fisik dengan bantuan tim medis (tenaga
kesehatan). Hanya saja peran perawat digantikan oleh orang tua
pasien pasien. Cara pengendalian dengan menggunakan bantuan
orang tua lebih disukai pasien apabila dibandingkan dengan
menggunakan bantuan tim medis, sebab pasien lebih merasa aman
apabila dekat dengan orang tuanya.
10
2.5 Peranan Pemerintah Dalam Menangani ODGJ
b. Penanggulangan Pemasungan
1. Menyediakan fasilitas rehabilitasi ODGJ serta
2. Menyediakan anggaran dalam penanganan ODGJ
3. Menyediakan obat-obatan yang diperlukan dalam pencegahan
kekambuhan bagi ODGJ.
4. Meningkatkan upaya promotif bagi masyarakat dalam hal
kesehatan jiwa agar masyarakat mengetahui masalah kesehatan
jiwa, dilakukannya berbagai upaya untuk mencegah dan
menangani masalah kesehatan jiwa, menghargai dan melindungi
ODGJ, serta memberdayakan ODGJ.
11
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PENGEKANGAN FISIK
1. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal pengkajian : 13 September 2019
Ruang : Angsoka
Hari/tanggal di rawat : 13 September 2019
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. H.
Tanggal Pengkajian : 13 September 2019
Umur : 33 tahun
RM No : 01-27-72
Informan : Ny. B
Aniaya fisik √ 30
Aniaya seksual
Penolakan
Tindakan kriminal
12
Jelaskan No. 1, 2,3 : Klien mengatakan pernah melakukan aniaya fisik
seperti aniaya kekerasan dalam keluarga dan pernah memukul orang lain
karena sering diejek.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ya Tidak
√
IV. FISIK
2. Ukur : TB : 160 cm BB : 45 kg
Jelaskan : -
keperawatan :-
13
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Masalah Keperawatan : -
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien merasa tubuhnya baik-baik saja tidak ada kekurangan apapun
dan tidak cacat
b. Identitas diri
Klien mengatakan anak terakhir dari 6 bersaudara. Klien bersekolah
hanya sampai SD, lalu bekerja sebagai buruh tani.
c. Peran
Klien mengatakan berperan sebagai anak ke-6 dalam keluarga. Klien
belum menikah. Biasanya klien membantu pekerjaan ibunya di rumah
seperti mencuci, menyapu dan membantu ayahnya dalam beraktivitas
karena ayahnya dalam kondisi buta.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang berkumpul
bersama keluarganya dan bekerja serta menikah
14
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dengan orang lain
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a Orang yang terdekat
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ibunya.
b Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien ikut berperan aktif dalam kegiatan kelompok.
c Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain karena merasa malu, dan tidak pandai dalam memulai
percakapan.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
4. Spriritual
a. Nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang dipegang oleh klien adalah nilai – nilai islam
dan klien mengatakan shalat itu wajib.
b. Kegiatan Ibadah
Kegiatan ibadah klien adalah shalat, dan tidak pernah lalai untuk shalat
Masalah Keperawatan : Tidak Ada.
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien rapi dalam berpakaian, rambutnya tertata rapi, mengganti
pakaian setiap kali mandi.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
2. Pembicaraan
pembicaraan
15
Jelaskan : Klien berbicara dengan keras, agak kacau serta terlihat cepat
tersinggung
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Masalah Keperawatan : -
4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir
√ Gembira berlebihan
Masalah Keperawatan : -
5. Afek
Datar Tumpul √ Labil Tidak sesuai
tersinggung
16
7. Persepsi
Pengecapan Pembau
Masalah Keperawatan : -
8. Proses Pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi
9. Isi Pikir
Waham
17
Masalah Keperawatan : Waham
Disorientasi
Masalah Keperawatan :-
11. Memori
Masalah Keperawatan : -
mampu berhitung
sederhana
18
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan : -
diluar dirinya
Masalah Keperawatan : -
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantual total
19
5. Istirahat dan tidur
Belanja Ya tidak
Transportasi √ Ya tidak
Lain-lain Ya tidak
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : -
20
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
√
Mampu menyelesaikn masalah Reaksi lambat/berlebih
Lainnya :
Masalah Keperawatan :
21
X. Pengetahuan Kurang Tentang:
Penyakit jiwa system pendukung
√ Koping obat-obatan
Lainnya :
22
ANALISA DATA
23
POHON MASALAH
PERILAKU KEKERASAN
WAHAM : KEBESARAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Prilaku Kekerasan
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Dx Perencanaan Paraf
Tgl
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Resiko TUM: Klien menunjukkan SP 1
Perilaku klien tanda-tanda percaya Bina hubungan
Kekerasan tidak kepada perawat: saling percaya
menunj 1. Wajah cerah, dengan:
ukan tersenyum 1. Beri salam setiap
resiko 2. Mau berkenalan berinteraksi
perilaku 3. Ada kontak mata 2. Perkenalkan
kekeras 4. Bersedia nama, nama
an menceritakan panggilan
perasaan perawat dan
tujuan perawat
berkenalan
24
3. Tanyakan dan
panggil nama
kesukaan klien
4. Tunjukkan sikap
empati, jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
5. Tanyakan
perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
6. Buat kontrak
interaksi yang
jelas
7. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ungkapan
perasaan klien
Klien menceritakan SP 2
penyebab Bantu klien
perilaku kekerasan mengungkapkan
yang dilakukannya: perasaan marahnya:
1. Menceritakan 1. Motivasi klien
penyebab perasaan untuk
jengkel/kesal baik menceritakan
dari diri sendiri penyebab rasa
maupun kesal atau
lingkungannya jengkelnya
2. Dengarkan tanpa
menyela atau
25
memberi
penilaian setiap
ungkapan
perasaan klien
Klien menjelaskan: SP 3
1. Jenis-jenis Diskusikan dengan
ekspresi klien perilaku
kemarahan kekerasan yang
yang selama dilakukannya
ini telah selama ini:
dilakukanny 1. Motivasi klien
2. Perasaannya menceritakan
saat jenis-jenis tindak
melakukan kekerasan yang
kekerasan selama ini
3. Efektivitas permah
cara yang dilakukannya.
dipakai 2. Motivasi klien
dalam menceritakan
menyelesaika perasaan klien
n masalah setelah tindak
kekerasan
tersebut terjadi
3. Diskusikan
apakah dengan
tindak kekerasan
yang
dilakukannya
masalah yang
dialami teratasi.
Klien menjelaskan SP 4
akibat tindak Diskusikan dengan
26
kekerasan yang klien akibat negatif
dilakukannya (kerugian) cara yang
1. Diri sendiri : dilakukan pada:
luka, dijauhi Diri sendiri,
teman, dll Orang lain/keluarga
2. Orang Dan Lingkungan
lain/keluarga :
luka,
tersinggung,
ketakutan, dll
3. Lingkungan :
barang atau
benda rusak dll
Klien : SP 5
1. Menjelaskan cara- Diskusikan dengan
cara sehat klien:
mengungkapkan 1. Apakah klien
marah mau mempelajari
cara baru
mengungkapkan
marah yang sehat
2. Jelaskan berbagai
alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
marah selain
perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
3. Jelaskan cara-
cara sehat untuk
mengungkapkan
27
marah:
a Cara fisik:
nafas dalam,
pukul bantal
atau kasur,
olah raga.
b Verbal:
mengungkap
kan bahwa
dirinya
sedang kesal
kepada orang
lain.
c Sosial:
latihan asertif
dengan orang
lain.
d Spiritual:
sembahyang/
doa, zikir,
meditasi, dsb
sesuai
keyakinan
agamanya
masing-
masing
Klien SP 6
memperagakan cara 1. Diskusikan cara
mengontrol perilaku yang mungkin
kekerasan: dipilih dan
1. Fisik: tarik nafas anjurkan klien
dalam, memukul memilih cara
28
bantal/kasur yang mungkin
2. Verbal: untuk
mengungkapkan mengungkapkan
perasaan kemarahan.
kesal/jengkel 2. Latih klien
pada orang lain memperagakan
tanpa menyakiti cara yang dipilih:
3. Spiritual: a Peragakan cara
zikir/doa, melaksanakan
meditasi sesuai cara yang dipilih.
agamanya b Jelaskan manfaat
cara tersebut
c Anjurkan klien
menirukan
peragaan yang
sudah dilakukan.
d Beri penguatan
pada klien,
perbaiki cara
yang masih
belum sempurna
3. Anjurkan klien
menggunakan
cara yang sudah
dilatih saat
marah/jengkel
29
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tanggal Implementasi Respon
keperawatan
16/09/2019 Risiko SP 1
perilaku 09:00
kekerasan 1. Beri salam setiap 1. Klien kooperatif mau
berinteraksi diajak berkenalan
2. Perkenalkan nama, 2. Ada kontak mata
nama panggilan 3. Klien mengungkapkan
perawat dan tujuan keinginan memukul
perawat berkenalan orang yang
3. Tunjukkan sikap mengejeknya.
empati, jujur dan
menepati janji setiap
kali berinteraksi
SP 2
10:00
1. Motivasi klien untuk
menceritakan
penyebab rasa kesal
atau jengkelnya
2. Dengarkan tanpa
menyela atau
memberi penilaian
setiap ungkapan
perasaan klien
30
SP 4
12.00
1. Mendiskusikan 1. Klien menyadari
dengan klien akibat perilakunya adalah
negatif (kerugian) salah
cara yang dilakukan 2. Klien mampu
pada: Diri sendiri, melakukan cara
Orang lain/keluarga mengalihkan perasaan
Dan Lingkungan marah dengan cara
SP 5 pukul bantal dan nafas
13:00 dalam
1. Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah:
Cara fisik: nafas
dalam, pukul bantal
atau kasur, olah raga.
Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya sedang
kesal kepada orang
lain
31
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi
Tanggal
32
DAFTAR PUSTAKA
Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J. Sundeen (1998). Keperawatan Jiwa : buku
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. (2000). Synopsis of Psychiatry. New
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric
33