KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘Allamiin, Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang
Maha Kuasa atas selesainya Panduan Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat-Pasien
Operasi di Rumah Sakit YARSI edisi pertama ini. Panduan ini dibuat dan disusun bersama
untuk kepentingan pelayanan di Rumah Sakit Yarsi. Maksud dan tujuan disusunnya
panduan ini adalah agar seluruh karyawan khususnya staf yang terlibat dalam pelayanan
di Rumah Sakit YARSI dapat melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai
perannya dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan melaksanakan pelayanan
yang aman bagi pasien (Patient Safety).
Rumah Sakit YARSI memandang perawatan yang diberikan adalah sebagai bagian dari
suatu sistem terpadu yang mencakup: layanan, pekerja dan profesional kesehatan serta berbagai
level perawatan. Semua itu merupakan suatu proses perawatan berkelanjutan (continue of care).
Tujuannya adalah mencocokkan kebutuhan pasien dengan layanan yang tersedia,
mengkoordinasikan layanan di rumah sakit kepada pasien untuk kemudian merencanakan
pemulangan serta proses perawatan selanjutnya. Hasilnya adalah perbaikan hasil perawatan dan
pemanfaatan sumber daya yang ada secara lebih efisien.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada seluruh
staf yang terlibat dalam penyusunan panduan ini. Kami menyadari bahwa seiring berjalannya
waktu Panduan ini perlu dilakukan penyesuaian tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran di
Rumah Sakit YARSI seiring dengan perkembangan rumah sakit. Namun demikian kami
memandangnya sebagai awal yang penting dalam upaya memajukan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit YARSI.
Jakarta,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I DEFINISI
A. Pendahuluan ..............................................................................................................
B. Definisi .......................................................................................................................
C. Tujuan ........................................................................................................................
BAB I
DEFINISI
A. Pendahuluan
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan
kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun demikian, pembedahan
yang dilakukan juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa (WHO,
2009).
Pelayanan pembedahan di kamar operasi merupakan pelayanan yang multi komplek, yang
sering kali menimbulkan cedera medis atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), risiko-risiko atau
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi hampir semua berakibat fatal, diantaranya adalah :
1. Salah pasien yang dioperasi (wrong person surgery).
2. Salah sisi operasi (wrong site surgery).
3. Salah prosedur operasi (wrong procedure).
4. Infeksi pada daerah yang dioperasi (surgical site infection).
5. Tertinggalnya instrumen operasi seperti gunting, kasa, jarum (retained instruments and
sponges after surgery).
The Join Commission melaporkan 150 KTD yang berhubungan dengan wrong site surgery,
wrong procedure surgery, dan wrong person surgery, kasus terbanyak terjadi pada operasi tulang
(41%), bedah umum (20%), bedah syaraf (14%), bedah urologi (11%), kemudian operasi wajah,
mata, dan THT (JCAHO). Data Word Health Organization (WHO) menunjukan bahwa selama
lebih satu abad perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan di
seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta operasi utama dilakukan di seluruh dunia,
satu untuk setiap 25 orang hidup. Sedang tertinggalnya alat instrumen pada organ tubuh setelah
operasi, yang paling sering adalah rongga perut atau pelvis (54%), vagina (22%) dan rongga
dada (7%). Berdasarkan evaluasi 25 kasus instrumen yang tertinggal dalam tubuh pasien setelah
menjalani pembedahan intra abdomen, pasien mengalami komplikasi sepsis, perforasi usus, dan
dua pasien meninggal (Gawabe, 2003).
Rumah sakit mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam
mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis bukti,
seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di
The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong
Person Surgery.
B. Definisi
1. Penandaan daerah operasi
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada
tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit
dan harus dibuat oleh operator / orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan
saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan dan harus terlihat sampai saat akan
disayat. Penandaan lokasi operasi ditandai dan dilakukan pada semua kasus termasuk
sisi (laterality), multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atu multiple level (tulang
belakang).
Surgical Checklist menurut WHO adalah langkah-langkah kunci dalam
mengidentifikasi keamanan selama perawatan perioperatif yang harus dicapai dalam
Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 1051
setiap operasi , dan ini secara signifikan dapat mengurangi komplikasi dan kematian
akibat operasi. Time Out memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan
diselesaikan. Time Out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat
sebelum tindakan dimulai dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan
bagaimana proses itu didokumentasikan secara ringkas dengan menggunakan cek list.
C. Tujuan
Tujuan dilakukannya verifikasi praoperatif adalah untuk :
1. Memverifikasi lokasi, prosedur dan pasien yang benar.
2. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dengan baik dan dipampang.
3. Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan khusus dan/atau implant-implant yang
dibutuhkan.
Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 1051
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari bahasan ini adalah ketentuan-ketentuan yang menjadi Elemen Penilaian
SKP IV :
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi
lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat
preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi / time-out”
tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
5. Unit terkait yang melakukan prosedur ini adalah : IBS, IGD, ICU, Poli Gigi, Poli Bedah, dan
Radiologi.
Secara khusus, dalam the 2008 National Patient Safety Goals, JCAHO menetapkan protokol
universal dalam rangka untuk mencegah kesalahan identifikasi dalam pelayanan bedah. Dalam
protokol tersebut disebutkan tiga prosedur penting yang harus dilakukan, yaitu :
4. Proses verifikasi pre-operatif
Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini adalah untuk menjamin semua dokumen yang
terkait dengan prosedur operasi tersedia, dan dikaji ulang dan telah diyakini semuanya telah
konsisten sesuai dengan harapan pasien dan tim bedah. Salah satu daftar tilik atau checklist
yang dapat membantu pada tahap ini adalah daftar tilik yang dikembangkan oleh rumah sakit.
5. Membuat penandaan tempat operasi
Tujuan pemberian tanda di tempat operasi adalah menjamin tidak terjadinya keraguan
tempat insisi bedah. Penandaan tempat operasi harus jelas dan terlihat serta tidak hilang
sewaktu pasien dipersiapkan menjalani prosedur disinfeksi dan drapping.
6. Melakukan Time out sebelum tindakan operasi dimulai
Melakukan “Time out” sebelum operasi bertujuan untuk menjamin tidak terjadinya salah
pasien, salah prosedur atau salah sisi operasi. Prosedur operasi tidak akan dimulai sampai
semua permasalahan atau pertanyaan menjadi jelas.
Ini adalah tanggung jawab DPJP bedah atau dokter residen untuk menandai daerah
operasi sesuai dengan panduan ini.
4. Dokter Anestesi
Dokter anestesi bertanggung jawab untuk menandai lokasi setiap / blok regional yang
diusulkan lokal.
5. Kepala Ruangan
Kepala ruangan / ketua tim bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pasien
telah ditandai tepat sebelum kedatangan dikamar operasi.
6. Perawat Kamar Operasi
Tim ruang operasi melaksanakan Surgical Checklist WHO memiliki tanggung jawab
bersama untuk memastikan bahwa lokasi yang benar telah diidentifikasi sebelum operasi
dimulai.
Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 1051
BAB III
TATA LAKSANA
tertentu yaitu operasi sectio caesaria, histerektomi atau thyroidectomy, juga dapat
dibebaskan dari penandaan operasi.
c. Penandaan pada kasus membrane mukosa: kasus gigi yang direncanakan untuk
ekstraksi. Sebuah tinjauan catatan gigi dan radiografi dengan gigi / gigi harus
dilakukan dan nomor anatomi untuk ekstraksi jelas ditandai pada catatan-catatan dan
radiografi.
d. Untuk pasien bayi, neonatus dan prematur penandaan lokasi dengan menuliskan di
stiker label dan ditempelkan di ujung gelang identitas bayi dibagian tangan.
e. Untuk lokasi tubuh manapun yang tidak dilakukan penandaan, harus dilakukan
peninjauan verifikasi pasien dan prosedur “Time out” yang merupakan bagian dari
WHO Keselamatan Checklist. Hal ini harus dilakukan bersamaan sesuai dengan
dokumentasi yang relevan, termasuk: catatan pasien, pencitraan diagnostik (terarah
dengan benar).
imaging yang penting ada dikamar operasi dan ditunjukkan untuk digunakan selama
operasi.
f. Semua Proses Time Out selesai dan diakhiri dengan pembacaan doa.
Setelah semua proses Time Out selesai dilakukan, ditutup dengan pembacaan doa
yang dipimpin dokter operator. “Sebelum operasi dimulai mari kita berdoa terlebih
dahulu Allohumma yassir wala tuassir la haula wala quwwata illabillaahil’aliyyil azhiim.
Aammin.” Jika semua sudah dilengkapi maka tim bisa melanjutkan proses operasi.
BAB IV
DOKUMENTASI
C. SPO
1. SPO penandaan operasi.
2. SPO pelaksanaan surgical checklist.
D. Form
1. Surgical Safety Checklist
2. Site marking
F. Sistem Pelaporan
1. Kamar operasi melakukan pencatatan dan pelaporan yang meliputi : kejadian nyaris
cedera (KNC), kejadian yang tidak diharapkan (KTD) dan sentinel events yang terjadi
selama di kamar bedah.
2. Pencatatan dan pelaporan insiden mengacu pada Buku Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien yang dikeluarkan oleh Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit YARSI.
3. Kamar operasi mengisi formulir pelaporan, buku register insiden dan formulir rekapitulasi
insiden.
4. Hal yang dilaporkan :
a. kejadian nyaris cidera
b. kejadian tidak diharapkan
c. sentinel events
d. indikator keselamatan pasien
5. Waktu pelaporan :
a. Setiap terjadi KTD dilaporkan ke Tim KPRS dalam waktu 24 jam
b. Indikator keselamatan pasien dilaporkan setiap bulan ke tim KPRS.
Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 1051
DAFTAR PUSTAKA
1. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2017). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.
2. Ludwick S. (2004). Surgical safety : addressing the JCAHO goals for reducing wrong-site,
wrong patient, wrong procedure events. Advance in Patient Safety
3. WHO collaborating Centre for Patient Safety Solution Patient Identification. (2007). Patient
Safety Solution. Volume I.
4. Permenkes 1171 tahun 2011
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/Tentang
Keselamatan Pasien.