Anda di halaman 1dari 13

Prosiding Tugas Akhir Semester Gasal 2010/2011 SK - 06

PEMANFAATAN Cu-NaA DAN NaA DENGAN PREKURSOR SiO2


DARI SEKAM PADI UNTUK ADSORPSI GAS NOX
Riesthandie*, Dr.rer.nat Irmina Kris Murwani1

Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ABSTRAK
Pada penelitian ini telah dipelajari adsorpsi gas NOx pada zeolit NaA yang disintesis dari
sekam padi dan (3, 6, 9 dan 12%) Cu-NaA sebagai adsorben. Zeolit NaA dan Cu-NaA hasil sintesis
dikarakterisasi strukturnya dengan XRD, FTIR dan penentuan luas permukaan dengan metode
metilen biru. Luas permukaan zeolit NaA, 3% Cu-NaA, 6% Cu-NaA, 9% Cu-NaA dan 12% Cu-
NaA adalah 18,22; 17,66; 17,75; 17,81 dan 17,84 m2/g. Konsentrasi NOx yang teradsorp pada
adsorben ditentukan dengan metode spektrofotometri. Berdasarkan hasil uji adsorpsi, kemampuan
adsorpsi adsorben dari tinggi ke rendah adalah 6% Cu-NaA, 9% Cu-NaA, NaA, 3% Cu-NaA dan
12% Cu-NaA. Hasil uji adsorpsi menunjukkan kemampuan adsorpsi adsorben dipengaruhi oleh
keberadaan Cu pada zeolit NaA.

Kata kunci : Adsorpsi NOx, sintesis zeolit NaA, sekam padi, spektrofotometri

ABSTRACT
NOx adsorption has been studied on NaA zeolite from rice husk and (3, 6, 9 and 12% wt) Cu-
NaA as adsorbent. NaA and Cu-NaA were characterized using XRD, FTIR and spesific surface
area were determined by methylene blue method. The spesific surface area of NaA, 3% Cu-NaA,
6% Cu-NaA, 9% Cu-NaA and 12% Cu-NaA are 18,22; 17,66; 17,75; 17,81 dan 17,84 m2/g
respectively. The NOx concentration on adsorbent was determined by spectrophotometric method.
Based on test results adsorption, adsorption ability of adsorbent from high to low is 6% Cu-NaA>
9% Cu-NaA>NaA>3% Cu-NaA>12% Cu-NaA. The experiment results showed that adsorptivity
was influenced by loading Cu on NaA zeolite.

Keywords : NaA zeolite synthesis, NOx adsorption, rice husk, spectrophotometry

* Corresponding author Phone : 085231109187


e-mail: riesthandie08@gmail.com
1 Alamat sekarang : Jur Kimia, Fak. MIPA,Institut Teknologi 10
Nopember, Surabaya.

PENDAHULUAN
Berkembang pesatnya penduduk NOx pada industri dan emisi kendaraan
Indonesia pada saat ini menimbulkan bermotor. Gas NOx merupakan komponen
berbagai efek negatif, salah satu diantaranya pencemar udara yang potensial. Beberapa
adalah penurunan kualitas lingkungan, hal ini contoh kelompok NOx adalah nitrogen
dikarenakan meningkatnya jumlah industri monoksida (NO) dan nitrogen dioksida
yang bergerak untuk memenuhi kebutuhan (NO2), diatmosfer keduanya dapat bereaksi
manusia itu sendiri, selain mobilitas membentuk ozon, menyebabkan timbulnya
penduduk yang tinggi dari satu tempat hujan asam dan membahayakan kesehatan
ketempat lain yang mengakibatkan tingginya karena dapat mengganggu sistem pernafasan
penggunaan kendaraan bermotor. Serta (Velzen, 1991). Salah satu pemecahan
terjadinya penurunan kualitas lingkungan masalah ini adalah dengan menggunakan
yang di picu oleh banyaknya produksi gas prinsip adsorpsi, adsorben digunakan untuk
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
mengadsorp gas NOx. Dari literatur yang ada pada adsorben diukur menggunakan metode
adsorben yang dapat digunakan untuk kolorimetri (Basuki, 1993; Kil, 2006; Park,
menyerap gas NOx adalah karbon aktif 2006; Rahayu, 2005).
(Papanicolaou, 2008), (Zhen-Shu Liu, 2007),
alumina (Aine Desikusumastuti, 2008) dan METODOLOGI PENELITIAN
zeolit (Peter Balle, 2008) Alat dan Bahan
Padi merupakan hal penting bagi Alat
masyarakat Indonesia, karena padi Peralatan yang digunakan dalam
menghasilkan makanan pokok masyarakat penelitian ini adalah peralatan gelas dan
Indonesia. Selain menghasilkan beras, padi instrumen. Peralatan sederhana meliputi botol
juga menghasilkan limbah yang disebut timbang, botol ampul, beker gelas, cawan,
dengan sekam. Saat ini pemanfaatan sekam corong gelas, corong buchner, erlenmeyer,
padi masih sangat sedikit, sehingga sekam gelas ukur, kaca arloji, lumpang, pengaduk,
tetap menjadi bahan limbah yang pipet tetes, tabung reaksi, termometer.
mengganggu lingkungan. Sekam padi Instrumen yang digunakan antara lain hot
merupakan lapisan keras yang meliputi plate dengan magnetik stirrer, oven, neraca
kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang analitis, sentrifuse, Shimadzu FTIR – 8201
disebut lemma dan palea yang saling PC, JEOL JDX – 3530 X-ray diffraktometer
bertautan (Balitbang, 2002), sekam padi yang dan UV 1100 Spektrofotometer.
melimpah ini perlu dicari cara pemanfaatan
Bahan
dengan nilai yang lebih ekonomis. Kadar
Bahan-bahan yang digunakan dalam
SiO2 pada sekam padi yang tinggi (94-96%)
penelitian ini adalah bahan kimia dengan
(Harsono, 2002; Yalcin, 2001) menjadi suatu
grad p.a (pro analisis) seperti, natrium
alasan digunakannya sekam padi untuk
aluminat, asam klorida, asam nitrat,
sintesis zeolit (Malek, 2007), dimana salah
Cu(NO3)2·3H2O, CuSO4, metilen biru,
satu manfaatnya dapat digunakan sebagai
natrium hidroksida, hidrazin sulfat
adsorben. Oleh karena itu perlu dilakukan
(N2H4·H2SO4), asam sulfanilamid, larutan
penelitian yang dapat mengatasi dua masalah
fosfat. Juga bahan kimia lain seperti, kertas
tersebut diatas. Selain dapat mengurangi
saring, sekam padi, dan aquades.
limbah sekam padi, juga dapat mengurangi
NOx yang terlepas di udara dan masuk ke PROSEDUR KERJA
badan air. Pembuatan Silika Amorf Dari Sekam Padi
Penelitian ini diawali dengan Pada penelitian ini akan diperoleh SiO2
pembuatan abu dari sekam padi yang dapat dari sekam padi melalui beberapa tahap.
dijadikan sebagai sumber silika untuk sintesis Mula – mula sekam padi dipilah dari
zeolit NaA. Zeolit NaA disintesis dengan
pengotor dan dioven pada suhu 600°C selama
metode hidrotermal dari campuran gel silikat
4 jam hingga dihasilkan abu berwarna putih.
dan gel aluminat dengan perbandingan
Kemudian abu dicuci dengan HCl berkali-
tertentu. Zeolit NaA saja tidak memberikan
kali sampai didapatkan SiO2 murni dan
kapasitas adsorpsi yang optimal, menurut
dibilas dengan aquades, lalu disaring
Choudhary (2003), logam dapat
menggunakan corong buchner, hingga
mempengaruhi kinerja zeolit, kapasitas
didapatkan residu dan filtrate. Residu
adsorpsi dari zeolit NaA juga dipengaruhi
selanjutnya dioven pada suhu 100ºC hingga
oleh logam, oleh karena itu ditambahkan
diperoleh padatan kering. Abu sekam padi
logam Cu sebagai penambah adsorptivitas
yang diperoleh selanjutnya digunakan
zeolit NaA. Zeolit yang diperoleh kemudian
sebagai SiO2 dalam sintesis zeolit Na-A.
digunakan sebagai adsorben dan
Selanjutnya padatan dikarakterisasi
dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar-
strukturnya menggunakan XRD untuk
X, FT-IR dan pengukuran luas permukaan
melihat struktur SiO2 yang terbentuk,
dengan metilen biru. Uji adsorbsi NOx pada
kemudian padatan digunakan sebagai bahan
zeolit NaA dan Cu dopped NaA dilakukan
baku untuk sintesis zeolit A.
dengan cara mengalirkan gas NOx pada
adsorben. Konsentrasi NOx yang teradsorpsi

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS


Preparasi Pendukung Katalis (Zeolit Na-A) Karakterisasi Struktur Padatan
dari Sekam Padi Zeolit hasil sintesis dikarakterisasi
Katalis zeolit NaA disintesis menggunakan difraksi sinar-X, FT-IR dan
menggunakan bahan dasar SiO2, natrium pengukuran luas permukaan dengan metode
aluminat, natrium hidroksida dan aquades adsorpsi nitrogen atau metilen biru.
secara stoikhiometris (3,9 N2O:Al2O3:1,8 Penentuan luas permukaan adsorben dengan
SiO2·270 H2O). Zeolit NaA dapat dibuat metilen biru, tahap pertama adalah penentuan
melalui reaksi campuran A dan campuran B. panjang gelombang metilen biru
Mula – mula natrium hidroksida dilarutkan menggunakan spektrofotometer pada panjang
dengan aquades membentuk larutan NaOH. gelombang 640 – 665.
Selanjutnya larutan NaOH tersebut dibagi Tahap kedua adalah pembuatan kurva
menjadi 2. Larutan NaOH pertama kalibrasi larutan metilen biru dengan variasi
ditambahkan natrium aluminat membentuk konsentrasi 0 ; 1 ; 2 ; 3 ; 4 ; 5 dan 6 ppm
campuran A, sedangkan larutan NaOH kedua yang diukur absorbansinya dengan
ditambahkan SiO2 membentuk campuran B. spektrofotometer pada panjang gelombang
Masing – masing campuran diaduk, maksimum. Kemudian dibuat grafik
kemudian kedua campuran digabungkan absorbansi terhadap konsentrasi.
dengan tetap diaduk membentuk campuran Tahap ketiga adalah penentuan waktu
A-B. Campuran A-B dimasukkan ke dalam perendaman adsorben dalam larutan metilen
reaktor dan dioven pada suhu 100°C selama biru, dimana padatan adsorben sebanyak 50
12 jam, kemudian disaring hingga mg direndam dalam 15 mL larutan metilen
mendapatkan residu dan filtrate. Selanjutnya biru 5 ppm, dengan variasi waktu
residu dicuci dengan aquades, di keringkan perendaman selama 5 ; 10; 15; 20 dan 25
lagi dan di kalsinasi pada suhu 450 selama 4 jam. Kemudian disaring dan filtrat diukur
jam. Padatan Zeolit yang diperoleh absorbansinya dengan spektrofotometer pada
dikarakterisasi strukturnya menggunakan panjang gelombang maksimum. Waktu
XRD, FT-IR, analisis luas permukaan dengan perendaman optimum dipilih pada nilai
metode metilen biru dan di uji absorbansi terkecil.
adsorptivitasnya terhadap gas NOx. Tahap terakhir adalah penentuan
luas permukaan dengan cara pengukuran
Preparasi Cu-NaA larutan metilen biru pada panjang
Doping zeolit NaA dengan logam Cu gelombang maksimum. Padatan adsorben
dilakukan dengan cara menambahkan 3, 6, 9, sebanyak 10 mg direndam dalam larutan
dan 12 Cu yang berasal dari Cu(NO3)2·3H2O
metilen biru selama waktu perendaman
ke dalam campuran gel silikat dan gel
aluminat pada prosedur diatas, kemudian
optimum, kemudian disaring dan filtrat
campuran dioven pada temperatur 100°C diukur absorbansinya dengan
sesuai dengan waktu optimum yang diperoleh menggunakan spektrofotometer pada
pada sintesis NaA. Hasil sintesis kemudian panjang gelombang maksimum. Nilai
disaring, padatan dicuci dengan aquades absorbansi yang dihasilkan merupakan
hingga pH netral, kemudian dioven pada konsentrasi metilen biru sisa, sehingga
temperatur 100°C selama 24 jam. Padatan untuk mengetahui banyaknya metilen
dikalsinasi pada temperatur 450°C selama 4 biru yang terserap adalah selisih dari
jam sehingga didapatkan padatan biru. konsentrasi awal dengan konsentarsi yang
Padatan selanjutnya dikarakterisasi terbaca setelah perendaman.
strukturnya menggunakan XRD, FT-IR,
sedangkan untuk analisis luas permukaannya Adsorpsi Gas NOx pada zeolit NaA dan Cu-
dengan menggunakan metode metilen biru. NaA
Padatan zeolit NaA dan Cu-NaA yang telah Padatan zeolit NaA dan Cu-NaA hasil
dipreparasi digunakan sebagai adsorben preparasi digunakan untuk adsorpsi gas NOx.
untuk adsorpsi gas NOx. Secara bergantian tabung reaktor diisi dengan
20 mg adsorben NaA dan Cu-NaA dengan
empat variasi konsentrasi Cu yang berbeda,
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
yaitu 3, 6, 9 dan 12%. Selanjutnya tabung 4 jam. Pembakaran pada suhu 600 ºC
diletakkan ke dalam reaktor adsorpsi, sampel dilakukan agar silika yang diperoleh dalam
sebelumnya telah diaktivasi terlebih dahulu bentuk amorf. Yalcin dan Sevinc (2001)
pada temperatur 100°C. Gas NOx dialirkan mengatakan bahwa pembakaran sekam
pada reaktor selama 1 jam. NOx yang diatas temperatur 700°C akan
teradsorb diekstraksi berkali-kali dengan 15 meningkatkan kristalinitas silika yang
mL aquades, kemudian dipusingkan selama 5 diperoleh. Kadar SiO2 yang diperoleh dari
menit, sehingga diperoleh ekstrak jernih. pembakaran sekam padi pada suhu 600°C
Ekstrak ini mengandung NO2- dan NO3-, dapat mencapai sekitar 87 – 98% silika dalam
jumlah NO2- dan NO3- diukur menggunakan bentuk amorf dan sebagian kecil pengotor
metode reaksi diazotasi griess. berupa elemen logam. Variasi kadar SiO2 ini
Reagen Griess dibuat sesuai disebabkan karena adanya perbedaan
dengan literatur yang ditulis oleh Haris varietas, iklim dan lokasi geografis
(1997). Masing-masing hasil ekstraksi pertumbuhan padi (Huang dkk., 2001).
dianalisis baik kandungan nitrit maupun Pembakaran pada suhu 600 ºC juga
nitratnya. Kandungan nitrit dianalisis tanpa dilakukan untuk menghilangkan kadar
reduktor hidrazin, sedangkan kandungan total H2O dan senyawa organik dalam sekam
nitrat dan nitrit melalui reduksi hidrazin.
padi menjadi CO2.
Ekstrak yang mengandung kandungan total
Abu sekam yang berwarna putih
nitrit dan nitrat direduksi dengan hidrazin
sulfat yaitu dengan cara ditambah 1 mL diperoleh setelah pembakaran.
CuSO4, 1 mL larutan hidrazin sulfat dan 2 Selanjutnya abu sekam dicuci dengan
mL larutan natrium hidroksida ditambahkan HCl untuk menghilangkan pengotor-
kedalam 1 mL ekstrak. Reduksi dilakukan pengotor oksida logam dan non logam.
pada temperatur 37°C selama 10 menit, Cara ini diadopsi dari Yalçin dan Sevinc
kedua ekstrak kemudian ditambah reagen (2001), dimana sekam padi ditingkatkan
Griess. Perubahan warna yang dihasilkan kemurniannya melalui pencucian dengan
diukur dengan spektrofotometer pada λ asam mineral seperti asam klorida.
maksimum (540 nm). Konsentrasi NO2- Selanjutnya, abu sekam padi dicuci
ditentukan melalui kurva kalibrasi dari nilai dengan aquades dan disaring hingga
absorbansi yang didapatkan. diperoleh filtrat dengan pH 7. Proses
HASIL DAN PEMBAHASAN
pencucian ini dilakukan untuk
Sintesis Zeolit NaA menghilangkan sisa-sisa asam yang dapat
Sintesis zeolit NaA diawali dengan mengganggu proses selanjutnya. Padatan
pengambilan sumber silika dari sekam padi kemudian dikeringkan pada oven pada
kering yang diperoleh dari pusat suhu 100 °C selama 24 jam untuk
penggilingan padi kelurahan Jagir, Surabaya. menghilangkan air dan menghasilkan
Menurut Harsono (2002) dan Yalcin (2001) padatan putih. Diperoleh SiO2 sebesar 3,9
kadar SiO2 pada sekam padi cukup tinggi g, yang mengandung 93% SiO2 dari
(94-96%). Inilah yang menjadi suatu alasan sekam padi. Hasil pengamatan dengan
digunakannya sekam padi untuk sintesis XRD menunjukkan bahwa SiO2 yang
zeolit (Malek dan Yusof., 2007). Sekam padi diperoleh dari abu sekam padi berbentuk
terlebih dahulu dibersihkan dari pengotor
amorf seperti pada Gambar 4.1
seperti batu, kayu serta pengotor lainnya,
setelah itu, sekam dicuci untuk
menghilangkan debu dan pengotor lainnya
yang tidak dapat dibersihkan pada
pembersihan awal. Tahap berikutnya adalah
proses pengeringan di bawah sinar matahari
untuk menghilangkan air sisa pencucian.
Sekam yang telah bersih kemudian dibakar
dalam tanur listrik pada suhu 600 ºC selama
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
zeolit NaA dapat berubah menjadi zeolit
bentuk lain (Perego, 1997). Sintesis zeolit
NaA diadopsi dari penelitian sebelumnya
(Rozalina, 2009) yang dibuat melalui reaksi
campuran gel aluminat (A) dan gel silikat (B)
dengan perbandingan yang stoikiometris,
yaitu 3,9 Na2O:Al2O3:1,8 SiO2:270 H2O
(Huang dkk., 2007; Luh, 2008). Reaktan
yang digunakan adalah SiO2, NaAlO2, NaOH
dan aquades. Natrium aluminat dan silika
merupakan sumber framework T. Natrium
hidroksida dapat meningkatkan kelarutan zat
terlarut pada proses hidrotermal oleh karena
Pada difraktogram Gambar 4.1 terlihat itu NaOH ditambahkan untuk pertumbuhan
hump pada daerah 2θ antara 15-30° dengan kristal tunggal. Aquades digunakan sebagai
maksimum pada 2θ = 22° dan tidak terdapat pelarut karena memiliki sifat sesuai dengan
puncak yang tajam. Hal ini menunjukkan reaktan lainnya untuk pencampuran,
bahwa SiO2 dari sekam padi pada penelitian membantu mineralizer, diperlukan dalam
ini adalah SiO2 dalam bentuk amorf (warna proses kristalisasi dan transformasi termal.
merah). Hal ini sesuai dengan penelitian yang Campuran A dibuat dengan
telah dilakukan sebelumnya oleh Malek mencampurkan NaAlO2 dengan larutan
(2007), dimana silika hasil pembakaran NaOH menghasilkan larutan bening yang
sekam padi pada temperatur 600°C kental, disebut dengan gel aluminat.
menunjukkan adanya gundukan atau hump Sedangkan campuran B dibuat dengan
pada daerah 2θ antara 15-30° dengan puncak mencampurkan SiO2 dengan larutan NaOH
pada 2θ = 23° dengan struktur amorf. menghasilkan larutan keruh cokelat yang
Suraidah (2008) melakukan pengamatan masih memiliki endapan dari silika, yang
pembakaran padatan amorf pada suhu sampai kemudian disebut dengan gel silikat. NaOH
1000°C, yang menunjukkan bahwa hump berfungsi sebagai mineralizer. Kemudian
yang terbentuk pada pembakaran sekam pada kedua gel tersebut dicampur sehingga
600°C membentuk puncak yang lebih tinggi. membentuk gel keabu-abuan. Campuran A-B
Difraktogram pada Gambar 4.1 juga dimasukkan ke dalam reaktor kemudian
menunjukkan padatan putih hasil
dipanaskan pada suhu 100°C selama 12 jam.
pembakaran pada 1000°C (warna hitam) Tujuan pemanasan ini adalah untuk
sesuai dengan data base PDF 82-1410 mendapatkan kristal zeolit dengan cara
(warna biru), yang menunjukkan bahwa hidrotermal. Menurut penelitian sebelumnya
struktur silika telah berubah dari amorf zeolit NaA murni terbentuk pada suhu
menjadi kristal SiO2 kristobalit. Puncak dari hidrotermal 100°C (Malek dan Yusof, 2007;
difraktogram yang sesuai dengan PDF 82- Liu dkk., 2003; Sang dan Zhongmin, 2006)
1410 berada pada daerah 2θ = 21, 31 dan 36°. dan selama 12 jam (Rozalina, 2009). Setelah
Silika yang diperoleh dari pembakaran pada direaksikan dengan metode hidrotermal,
temperatur 600°C kemudian digunakan untuk maka diperoleh padatan putih. Kemudian
pembuatan zeolit NaA. padatan putih ini dikarakterisasi
Sintesis zeolit NaA pada penelitian ini menggunakan difraksi sinar X.
dilakukan dengan metode hidrotermal, yaitu
dengan menggunakan media air. Pada proses
hidrotermal terjadi transformasi padatan
amorf menjadi kristalin. Transformasi ini
dilakukan dalam air karena air merupakan
media transformasi yang membutuhkan
temperatur relatif rendah (100-300°C)
dengan tekanan tertentu. Temperatur yang
rendah diperlukan untuk menghindari
perubahan zeolit NaA. Pada suhu tinggi,
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
adsorben, selanjutnya digunakan sebagai
pembanding untuk melihat aktivitas pada
zeolit NaA. Berdasarkan literatur, tambahan
logam pada zeolit dapat mempengaruhi
kemampuan adsorpsi padatan (Bentrup
dkk., 2001; Goscianska dkk., 2007; Li
dkk., 2005). Hasil sintesis ditentukan luas
permukaannya dengan metode metilen
biru dan digunakan sebagai adsorben gas
NOx. Preparasi dilakukan seperti zeolit
NaA, tetapi pada awal pembuatan
ditambahkan logam sesuai dengan
prosentase yang diinginkan. Padatan hasil
Difraktogram zeolit NaA pada
reaksi selanjutnya dikalsinasi pada suhu
pemanasan 12 jam dicocokkan dengan data
base zeolit NaA yang terdapat pada JCPDS- 450°C selama 4 jam hingga diperoleh
International Centre For Diffraction Data padatan putih keabu-abuan. Secara visual
2002, seperti yang terlihat pada Gambar 4.2. padatan dengan tambahan logam Cu
Difraktogram zeolit NaA 12 jam ternyata mempunyai warna yang berbeda dengan
mempunyai puncak yang sama dengan data zeolit NaA. Lebih lanjut diamati struktur Cu-
base PDF 39-0222. Berdasarkan gambar NaA dengan difraktometer sinar X. Hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa padatan putih analisis berbagai konsentrasi Cu yang
hasil reaksi hidrotermal merupakan zeolit didoping pada NaA ditampilkan pada
NaA. Gambar 4.3.
Setelah pemanasan, reaktor didiamkan
hingga dingin. Kemudian campuran yang
berada di dalam reaktor disaring dan padatan
yang diperoleh dicuci dengan aquades hingga
pH netral (Prasetyoko dkk., 2006). Tujuan
dari pencucian setelah disaring adalah untuk
menghilangkan sisa-sisa larutan NaOH yang
bersifat basa yang dapat mengganggu proses
selanjutnya. Padatan yang telah diperoleh
kemudian dikeringkan di dalam oven selama
24 jam pada suhu 100°C untuk
menghilangkan air sehingga diperoleh
padatan serbuk zeolit NaA yang berwarna
putih. Sebelum digunakan untuk karakterisasi
Pada Gambar 4.3 ditunjukkan pola
dan uji adsorpsi, adsorben terlebih dahulu
difraksi dari zeolit NaA dan Cu-NaA dengan
dikalsinasi pada suhu 450°C selama 4 jam,
berbagai konsentrasi. Pola difraksi diatas
hal ini dilakukan untuk menghilangkan air
masih menunjukkan karakteristik zeolit NaA
yang tidak dapat hilang pada pemanasan
yang ditunjukkan dengan munculnya puncak-
awal, sehingga adsorben dapat bekerja
puncak khas milik zeolit NaA pada sudut 2θ
dengan maksimal.
= 7, 10, 12, 16, 22, 24, 27, 30 dan 34°.
Puncak yang muncul pada zeolit NaA dan
4.1.2 Sintesis Cu-NaA
Cu-NaA dengan berbagai konsentrasi
Pada penelitian ini dilakukan sintesis ternyata menunjukkan 2θ yang sama,
adsorben yang merupakan doping Cu pada perbedaan hanya terdapat pada intensitas
NaA dengan variasi konsentrasi Cu 3, 6, 9 puncak. Perbedaan hanya muncul pada
dan 12%. Prekursor yang digunakan adalah doping Cu dengan 9 dan 12% di sekitar 2θ =
Cu(NO3)2·3H2O. Adsorben ini disintesis 35, 38 dan 63° (simbol ♦). Setelah
untuk melihat pengaruh konsentrasi logam dicocokkan dengan difraktogram CuO hasil
yang ditambahkan terhadap aktivitas kalsinasi pada suhu 450°C selama 4 jam
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
(Gambar 4.4) ternyata puncak baru yang pada bilangan gelombang 1600 cm-1 yang
muncul pada konsentrasi 9 dan 12% menunjukkan vibrasi tekuk H-O-H dari H2O
merupakan puncak dari CuO. Hal ini yang terserap secara fisis (Nakamoto, 1978;
membuktikan bahwa doping yang dilakukan Cordoba dkk., 1996; Figueiredo dkk., 2006;
sampai pada konsentrasi 6% telah berhasil, Wang dkk, 2003). Puncak vibrasi T-O
tetapi doping sudah mulai jenuh pada ditunjukkan pada bilangan gelombang 1170
penambahan Cu 9 dan 12%. Pada cm-1 dimana posisi T dapat ditempati oleh Si
penambahan ini logam tidak lagi menyusun atau Al (Wang dkk., 2003 dan Thammavong,
struktur, tetapi sudah keluar ke permukaan 2003). Puncak pada bilangan gelombang 940
sehingga mengeluarkan puncak-puncak khas cm-1 menunjukkan adanya vibrasi dari T-O-
CuO. (Cordoba dkk, 1996 dan Wang dkk, 2003 ),
Pola difraksi yang ditunjukkan oleh sedangkan puncak TO4 muncul pada bilangan
Cu-NaA yang sama dengan NaA mempunyai gelombang 670 cm-1 dan vibrasi O-T-O
kemungkinan yang sangat besar bahwa Cu terdeteksi pada bilangan gelombang 500 cm-
1
yang ditambahkan tidak merusak kerangka . Puncak vibrasi T-O yang muncul pada
utama zeolit sampai konsentrasi 6%. Pada bilangan gelombang 1170 cm-1 tidak
konsentrasi 9 dan 12% mulai ditunjukkan mengalami perubahan dengan meningkatnya
adanya puncak yang tidak terlibat dalam doping logam, tetapi pada bilangan
pembentukan kerangka zeolit NaA. gelombang 940 cm-1, puncak vibrasi T-O- (♠)
mengalami penurunan dengan meningkatnya
doping logam, hal ini dimungkinkan karena
Cu ikut berperan dalam pembentukan
kerangka zeolit.

Penelitian El-Bahy (2007)


menunjukkan bahwa kristalinitas menurun
dengan meningkatnya konsentrasi logam
yang ditambahkan pada zeolit. Penurunan 4.2 Penentuan Luas Permukaan dengan
kristalinitas dapat dilihat dari turunnya Metode Metilen Biru
intensitas puncak difraksi, penurunan ini Penentuan luas permukaan pada
dapat menyebabkan meningkatnya absorpsi penelitian ini menggunakan metode metilen
suatu zeolit. biru karena metode ini sederhana dan relatif
Selain karakterisasi menggunakan murah. Terdapat tiga tahap yang perlu
XRD, padatan adsorben dikarakterisasi dilakukan pada metode ini yaitu, tahap
dengan FTIR untuk mengetahui ikatan yang penentuan panjang gelombang maksimum
muncul setelah zeolit NaA di doping dengan dari metilen biru, tahap pembuatan kurva
Cu. Seperti terlihat pada Gambar 4.5, secara kalibrasi dan tahap penentuan konsentrasi
umum kelima spektra FTIR menunjukkan metilen biru yang terserap.
puncak serapan yang hampir sama dan tidak Tahap pertama adalah penentuan
muncul puncak baru. Puncak serapan NaA panjang gelombang maksimum dari metilen
masih muncul pada adsorben dengan doping biru, panjang gelombang maksimum diukur
logam. Pada spektra terlihat adanya puncak pada 500-700 nm. Setelah dilakukan
pada bilangan gelombang 3600 cm-1 yang pengukuran, diperoleh panjang gelombang
menunjukkan vibrasi ulur O-H dan puncak larutan metilen biru 668 nm. Hasil ini
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
mendekati daerah panjang gelombang metilen Berdasarkan Tabel 4.1, luas
biru yang dilaporkan oleh Mikhail (1983) permukaan zeolit NaA dan Cu-NaA dengan
yaitu 665 nm. Tahap kedua adalah berbagai konsentrasi logam pada dasarnya
pembuatan kurva kalibrasi larutan metilen hampir sama. Luas permukaan zeolit NaA
biru. Kurva kalibrasi dibuat dengan adalah 18,22 m2/g. Luas permukaan zeolit
mengukur absorbansi dari larutan metilen NaA pada penelitian ini mendekati hasil uji
biru dengan konsentrasi 0,050; 0,125; 0,25; luas permukaan zeolit NaA dengan
0,5; 0,75; 1; 1,3 ppm. Selanjutnya, persamaan menggunakan metode BET (Rozalina, 2009)
dari kurva kalibrasi tersebut digunakan dalam yaitu 18,03 m2/g.
perhitungan untuk menentukan konsentrasi Zeolit NaA memiliki luas permukaan
larutan metilen biru setelah perendaman. yang paling besar. Penambahan 3% Cu
Konsentrasi metilen biru dalam larutan menyebabkan luas permukaan menjadi lebih
dihitung dengan kurva kalibrasi tersebut di kecil dari pada luas permukaan zeolit NaA.
atas. Metilen biru yang terserap dihitung Hal ini dimungkinkan karena logam Cu yang
berdasarkan selisih absorbansi larutan ditambahkan ikut membentuk kerangka
metilen biru sebelum perendaman dan adsorben yang seharusnya hanya tersusun
sesudah perendaman. Waktu optimum dari Si/Al. Akibatnya dengan tambahan
adsorben menyerap metilen biru terdapat logam Cu tersebut terjadi pengurangan
pada perendaman 10 jam (Suraidah, 2008). jumlah Si/Al, sehingga luas permukaannya
Waktu optimum perendaman kemudian lebih kecil dari pada zeolit NaA. Akan tetapi,
digunakan dalam penentuan luas permukaan dengan bertambahnya konsentrasi logam Cu
adsorben. yang ditambahkan, luas permukaan adsorben
Tahap selanjutnya adalah penentuan semakin besar. Hal ini dikarenakan
luas permukaan adsorben dengan cara penambahan logam Cu membentuk struktur
melakukan perendaman pada waktu optimum yang semakin besar, sehingga memperbesar
dan dengan konsentrasi metilen biru 5 ppm. luas permukaan adsorben tersebut. Tetapi
Waktu optimum ditentukan dengan cara penambahan luas permukaan ini tidak
merendam 10 mg adsorben kedalam 15 mL melebihi dari luas permukaan adsorben NaA.
metilen biru 5 ppm, dengan variasi waktu 5,
10, 15, 20 dan 25 jam, pada tahap ini 4.3 Adsorpsi Gas NOx pada Zeolit NaA dan
diperoleh waktu perendaman optimum pada Cu-NaA
10 jam. Selanjutnya, adsorben direndam Padatan zeolit NaA dan Cu-NaA
dengan metilen biru 5 ppm selama 10 jam. dengan berbagai konsentrasi diuji
Konsentrasi metilen biru yang teradsorb adsorptivitasnya terhadap gas NOx. Produksi
merupakan selisih dari konsentrasi yang gas NOx dilakukan dengan cara mereaksikan
terbaca pada spektrofotometri dengan logam tembaga dengan HNO3 pekat pada
konsentrasi mula-mula. Data yang diperoleh reaktor yang sudah disusun seperti pada
selanjutnya disubtitusikan ke persamaan SMB Gambar 3.1.
pada sub bab 2.6, dimana luas permukaan Gas NOx yang digunakan untuk uji
metilen biru adalah 197,2 Ǻ. Luas permukaan adsorpsi pada penelitian ini adalah gas NO2,
adsorben ditunjukkan pada Tabel 4.1. hal ini dibuktikan dengan gas hasil produksi
berwarna coklat yang merupakan warna khas
Tabel 4.1 Luas Permukaan Adsorben dari NO2 seperti yang terlihat pada Gambar
4.6.
Adsorben Luas Permukaan (m2/g)
NaA 18,22
3% Cu-NaA 17,66
6% Cu-NaA 17,75
9% Cu-NaA 17,81
12% Cu-NaA 17,84

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS


diperoleh larutan berwarna merah keunguan,
kemudian diukur absorbansinya dengan
spektrofotometri UV-Vis pada λ 541 nm.
Hasil analisis terlihat pada Tabel 4.2

total NO2- non


adsorben (NOx) reduksi NO3-
NaA 0,0798 0,0060 0,0738
3% Cu-
NaA 0,0785 0,0035 0,0750
6% Cu-
NaA 0,1061 0,0338 0,0723
9% Cu-
NaA 0,0935 0,0039 0,0896
Mekanisme reaksi pembentukan gas 12% Cu-
NOx adalah sebagai berikut: NaA 0,0360 0,0086 0,0274

Pada zeolit NaA kemampuan adsorpsi


dipengaruhi oleh struktur zeolit. Doping 3%
Cu pada zeolit NaA tidak mampu
3Cu + 8HNO3 → 3Cu2+ + 6NO3- + 2NO +
meningkatkan kemampuan adsorpsi terhadap
4H2O (4.1)
gas NOx. Bahkan kemampuannya cenderung
2NO + O2 → 2NO2 (4.2)
menurun jika dibandingkan dengan NaA.
Tetapi pada 6% Cu-NaA, adsorben
(Vogel, 1990)
mengalami peningkatan adsorpsi gas NOx
dibandingkan dengan zeolit NaA dan 3% Cu-
Sebelum digunakan sebagai adsorben,
NaA. Konsentrasi 6% merupakan
padatan diaktivasi pada suhu ±100°C.
penambahan logam Cu yang optimum
Aktivasi dilakukan untuk menghilangkan air
dibuktikan dengan konsentrasi optimum NOx
yang terikat secara fisis pada adsorben.
yang terserap. Konsentrasi doping logam Cu
Proses adsorpsi gas NOx pada adsorben
melebihi 6% menyebabkan Cu tidak lagi
dilakukan selama 1 jam. Waktu adsorpsi
menyusun kerangka zeolit, tetapi sudah
merujuk pada hasil optimasi yang telah
keluar dari kerangka, sehingga dapat
dilakukan oleh Suraidah (2008), karena
menutup pori zeolit. Tertutupnya pori zeolit
waktu adsorpsi lebih dari 1 jam
menyebabkan menurunnya kemampuan
menyebabkan gas mengalami desorpsi.
adsorpsi terhadap gas NOx. ini seperti terlihat
Setelah proses adsorpsi, dilakukan ekstraksi
pada data Tabel 4.2, konsentrasi Cu 9 dan
gas NOx yang teradsorp pada adsorben
12% mengalami penurunan adsorptivitas
dengan aquades. Aquades digunakan dalam
terhadap NOx. Dibawah ini terdapat Gambar
tahapan ini karena mampu mengekstrak gas
4.7, yang menggambarkan hubungan antara
NOx yang terjebak dalam adsorben. Hasil
luas permukaan adsorben terhadap
ekstraksi dalam aquades dianalisis
konsentrasi (mmol) NOx dan NO3-.
kandungan nitrit dan nitratnya dengan
menggunakan metode reaksi diazotasi Griess
(Kill dkk., 2006; Park dkk., 2006).
Masing-masing hasil ekstraksi
dianalisis baik kandungan nitrit maupun
nitratnya. Kandungan nitrit dianalisis tanpa
reduktor hidrazin, sedangkan kandungan total
nitrat dan nitrit melalui reduksi hidrazin.
Selisih analisis dengan hidrazin dan tanpa
hidrazin adalah kandungan nitrat. Kedua
sampel ditambahkan reagen Griess hingga

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS


3. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA
Adamson, (1994), Physical chemistry of
Surfaces, John Wiley and Sons, New
York.
Balle, P., Geiger, B., Kureti, S., (2009),
Selective Catalytic Reduction of NOx
by NH3 on Fe/HBEA Zeolite
Catalysts in Oxygen-Rich Exhaust,
Applied Cataysis B: Environmental
85, 109-119.
Gambar 4.7 menggambarkan Basuki, A., (1993), Analisis emisi NOx pada
hubungan antara luas permukaan adsorben gas buang motor diesel dengan
terhadap konsentrasi (mmol) NOx dan NO3-. bahan bakar campuran solar dan
Dari gambar di atas terlihat bahwa besarnya minyak kelapa, Tugas Akhir
NOx yang terserap pada adsorben tidak Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem
tergantung pada luas permukaan adsorben. Perkapalan ITS, Surabaya.
Hal ini membuktikan bahwa adsorpsi yang Bentrup, U., Brückner, U., Richter, M.,
terjadi antara adsorben dengan gas NOx Fricke, R., (2001), NOx Adsorption
adalah adsorpsi kimia, sesuai dengan laporan on MnO2/ NaY Composite: an in situ
Gill dkk., (2007). FTIR and EPR Study, Applied
Catalysis B: Environmental 32, 229–
KESIMPULAN 241.
Berdasarkan penelitian dan Board, Advisory., (2003), Ullmann’s
pembahasan yang telah dilakukan dapat Encyclopedia of Industrial
disimpulkan bahwa zeolit NaA dapat Chemistry, sixth, completely revisied
digunakan sebagai adsorben gas NOx dan Edition, volume 1, Wiley-vch,
doping logam Cu pada zeolit dapat British, 467-511.
mempengaruhi kemampuan adsorptivitasnya. Chang, R., (2002), Chemistry, seventh
Konsentrasi optimum dopping Cu yang edition, McGraw-Hill Companies,
dapat menyerap gas NOx dengan maksimal Inc., New York.
adalah 6% Cu-NaA. Total NOx yang dapat Christian, G. D., (2004), Analytical
teradsorp pada adsorben ini sebesar 0,1061 Chemistry, sixth edition, John Wiley
mmol. Adapun urutan kemampuan adsorben and Sons, Inc., United State of
menyerap gas NOx adalah sebagai berikut: America, 469-501.
6% Cu-NaA > 9% Cu-NaA > NaA > 3% Cu- Clean Air Technology Center, (1999),
NaA > 12% Cu-NaA. Technical Bulletin : Nitrogen Oxides
(NOx), Why and How They Are
Saran Controlled, EPA456/F-99-006R,
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah United States.
perlu penelitian lanjutan mengenai Cordoba, G., Arroyo, R., Fierro, J. L. G. dan
aplikasi di skala industri. Viniegra, M. (1996), Study of
Xerogel–Glass Transition of
UCAPAN TERIMA KASIH CuO/SiO2, Journal of Solid State
1. Ibu Dr.rer.nat Irmina Kris Murwani, selaku Chemistry, Vol. 123, hal. 93 – 99.
dosen pembimbing atas segala diskusi, Desikusumastuti, A., Staudt, T., Happel, M.,
bimbingan, arahan dan semua ilmu yang Laurin M., Libuda, J., (2008),
bermanfaat Adsorption and reaction of NO2 on
2. Bapak dan Ibu selaku orang tua terbaik atas Ordered Alumina Films and Mixed
segala doa, dorongan materiil dan
Baria-Alumina Nanoparticles:
spiritualnya.
Cooperative Versus Non-cooperative

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS


Reaction Mechanisms, Journal of Zeolite with Coal-Based Kaolin,
Catalysis, Vol 260, 315-328. Journal of Natural Gas Chemistry,
El-Bahy, Z. M., (2007), “ Oxidation of Vol. 12, hal. 63 - 70.
Carbon Monoxide over Cu- and Ag- Lobo, R.F., (2003), Introduction to the
NaY Catalysts with Aqueous Structural Chemistry of Zeolites,
Hydrogen Peroxide”, Materials University of Delaware, USA
Research Bulletin, Vol. 42, hal. Lowell, S., ( 1979), Introduction to Powder
2170-2183. Surface Area, John Willey and
Figueiredo, H., Neves, I. C., Quintelas, C., Sons,Inc., New York.
Tavares, T., Taralunga, M., Mijoin, J. Luh, N. P. (2008), Sintesis dan Karakterisasi
dan Magnoux, P. (2006), Oxidation Zeolit Alumina Tinggi Dengan
Catalysts Prepared from Biosorbents Difraksi Sinar-X (XRD), Skripsi,
Supported on Zeolite, Applied Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas
Catalysis B : Environmental, Vol. 66, Matematika dan Ilmu Pengetahuan
hal. 274 – 280. Alam, Universitas Pendidikan
Gill, B., Mierzyn´ska, K., Szczerbin´ska, M., Ganesha.
Datka, J., (2007), Basic Sites in Malek, N.A., Yusof, A.M, (2007), Removal
Zeolites Followed by IR Studies of of Cr(III) from Aqueous Solution
NO+, Applied Catalysis A: General Using Zeolite NaY Prepared from
319, 64–71. Rice Husk Ash, The Malaysian
Goscianska, J., Bazin, P., Marie, O., Daturi, Journal of Analytical Sciences, Vol
M., Sobczak, I., Ziolek, M., (2007), 11, No 1, 76-83.
Pt and Nb Species on Various Nakamoto, K., (1978), Infrared and Raman
Supports: An Alternative to Current Spectra of Inorganic and
Materials for NOx Removal, Coordination Compounds, 3th
Catalysis Today 119, 78–82. edition, John Wiley & Sons, New
Haris, D. C., (1997), Exploring Chemical York.
Analysis, W. H. Freeman and Nur, H., (2001), Direct Synthesis of NaA
Company, New York. Zeolite from Rice Husk and
Harsono, H., (2002), Pembuatan Silika Amorf Carbonaceous Rice Husk Ash,
dari Limbah Sekam Padi, Jurnal Ilmu Indonesian Journal of Agricultural
Dasar, Vol. 3, No. 2, 98-103. Science 1, 40-45
Huang, S., Jing, S., Wang, J., Wang, Z. dan Park, J.H., Min S. H., Sang J. P., (2006),
Jin, Y. (2001), Silica White obtained Colorimetric Assay for a Fast
from Rice Husk in a Fluidized Bed, Parallel Screening of NOx Storage,
Powder Technology, Vol. 117, hal. Journal of Catalysis 241, 470-474.
232 – 238. Papanicolaou, C., Pasadakis, N., Dimou, D.,
Kil, J.K., Nam, I.S., Park, J.H., Park, S.J, Kalaitzidis, S., Papazisimou, S.,
(2006), Quantitative Analysis of Foscolos, A.E., (2009), Adsorption of
Nitrogen Oxides Occluded in NO, SO2 and Light Hidrocarbons on
Heterogeneous Catalysis, United Activated Greek Brown Coals,
States Patent Application International Journal of Coal
Publication, US 2006/0024836 A1. Geology 77, 401-408.
Li, G., Jones, C.A., Grassian, V.H., Larsen, Perego, C., (1997), Catalyst Preparation
S.C., (2005), Selective Catalytic Methods, Catalysis Today 34, 281-
Reduction of NO2 with Urea in 305.
Nanocrystalline NaY Zeolite, Journal Prasetyoko, D., Ramli, Z., Endud, S.,
of Catalysis 234, 401–413. Hamdan, H., Silikowski, B. (2006),
Licker, M.D., (2003), Dictionary of “Conversion of Rice Husk Ash to
Chemistry, Second Edition, Mc Zeolite Beta”, Waste Management,
Graw-Hill, New York, USA, hal. 10. Vol. 26, hal. 1173 – 1179.
Liu, X., Yan, Z., Wang, H. dan Luo, Y. Rahayu, B.S., (2005), Analisis Emisi NOx
(2003), In – situ Synthesis of NaY dan Partikel Smoke pada Motor

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS


Diesel Menggunakan Bahan Bakar Magister Kimia, Jurusan Kimia
Crude Palm Oil Metal Ester, Tugas FMIPA ITS Surabaya.
Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Thompson, R. W. dan Franklin, K. C. (2001),
Sistem Perkapalan ITS, Surabaya. Verified Syntheses of Zeolitic
Reed, J.S., (1989), Introduction to The Materials, Elsevier Science,
Process of Ceramic Processing, John Amsterdam, hal. 179.
Wiley & Sons, Inc., Singapore, 113- Velzen, D.V., (1991), Sulphur Dioxide and
116 NitroOxides in ndustrial Waste
Rozalina, R., (2009). Aktivitas dan Gases: Emission, Legislation and
Selektivitas Katalis Sn, Pd dan Sn-Pd Abatement, Kluwer Academic
Berpendukung Zeolit NaA yang Publishers, Netherlands.
Disintesis dari Sekam Padi pada Vogel, (1990), Buku Teks Analisis Anorganik
Reaksi Denitrifikasi, Tesis Magister Kualitatif Makro dan Semimikro,
Kimia, Jurusan Kimia FMIPA ITS edisi kelima, PT. Kalman Media
Surabaya. Pustaka, Jakarta.
Salama, T.M., Ali, I.O., Hanafy, A.I., Al- Walton, K.S., Abney, M.B., LeVan, M.D.,
Meligy, W.M., (2009), A Novel (2006), CO2 Adsorption in Y and X
Synthesis of NaA Zeolite Zeolites Modified by Alkali Metal
Encapsulated Iron (III) Schiff Base Cation Exchange, Microporous and
Complex: Photocatalytic Oxidation Mesoporous Materials 91, 78–84.
of Direct Blue-1 Dye with Hidrogen Wang, Z., Liu, Q., Yu, J., Wu, T., Wang, G.,
Peroxide, Material Chemistry and (2003), “Surface Structure and
Physics 113, 159-165. Catalytic Behavior of Silica-
Sang, S., Liu, Z., Tian, P., Liu, Z., Qu, L., Supported Copper Catalysts Prepared
Zhang, Y., (2006), Synthesis of Small by Impregnation and Sol-Gel
Crystals Zeolite NaY, Materials Methods”, Applied Catalysts A:
letters 60,1131-1133. General, Vol. 239, hal. 87-94.
Simanjuntak (1993), Penelitian Pemanfaatan Weitkamp, J., Puppe, L., (1999), Catalysis
Abu Sekam Padi sebagai Kebutuhan and Zeolites Fundamental and
Rumah Tangga, Proyek Penelitian Application, Springer, New York.
dan Pengembangan Industri, ISSN. West, A.R., (1985), Solid State Chemistry
No. 0126 – 2343, Badan Penelitian and Its Applications, First Edition,
dan Pengembangan Industri, John Willey and Sons Ltd, New
Departemen Perindustrian R.I, York, USA, 122-123.
Menado. Windholz, M, (1983), The Merck Index, an
Skoog, D.A., West, D.M., Holler, F.J., Encyclopedia of Chemicals, Drugs,
(1996), Analytical Chemistry, and Biologicals, Tenth Edition,
Seventh Edition, Saunders College Merck and Co Inc, New York.
Publishing, New york, 562-597. Yalcin, N., Sevinc, V., (2001), Studies on
Smart., Moore., (1996), Solid State Silica Obtained from Rice Husk,
Chemistry An Introduction, Second Ceramic International 27, 219-224.
Edition, Chapman & Hall, New
York. BIOGRAFI PENULIS
Spasova, I., Nikolov, P., Mehandjiev, D.,
(2005), Adsorption of NO on Penulis dilahirkan di
Alumina-Supported Oxie and Oxide- Palembang pada tanggal 08
Hydroxides of Manganese, Journal of Mei 1987, sebagai anak kedua
Colloid and Interface Science 290, dari tiga bersaudara. Penulis
343-349. adalah alumnus SD Negeri
Suraidah, C., (2008). Adsorpsi NOx pada 176 Palembang, SMP Negeri 1
Zeolit NaY yang Dibuat dari Sekam Bojonegoro dan SMA Negeri
Padi, Cu-NaY dan Cu/NaY, Tesis 2 Bojonegoro. Setelah lulus menempuh
Pendidikan Menengah Atas, penulis
melanjutkan Pendidikan Tinggi di Jurusan
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
Kimia Fakultas MIPA Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) pada bulan Agustus 2005. Selama
menempuh pendidikan tinggi di ITS, penulis
pernah aktif dan berpartisipasi dalam
organisasi dan kegiatan tingkat Jurusan yaitu
Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA) ITS.
Di wadah HIMKA tersebut penulis aktif
menjadi anggota PSDM periode 2006/2007,
Ketua HIMKA periode 2007/2008, penulis
juga aktif di BEM FMIPA ITS sebagai
Menteri KESMA periode 2008/2009. Selain
itu berbagai kegiatan juga pernah diikuti
diantaranya menjadi panitia dalam kegiatan
Seminar K3 (kesehatan dan keselamatan
kerja) dan kegiatan Olimpiade Kimia
Nasional tahun 2008. Penulis juga aktif
mengikuti beberapa pelatihan dan seminar
diantaranya pernah mengikuti seminar
Menghadapi Dunia Kerja, pelatihan
instrumen FTIR, fasih berbahasa Inggris, dan
seminar-seminar tentang kewirausahaan.
Penulis sempat menempuh Kerja Praktek di
PT Surya Kertas yaitu di bagian produksi.
Penulis menamatkan studi di Jurusan Kimia
MIPA dengan mengambil Tugas Akhir pada
bidang kimia anorganik.

Prosiding KIMIA FMIPA - ITS

Anda mungkin juga menyukai