Anda di halaman 1dari 46

A.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menstruasi merupakan kejadian fisiologis bagi perempuan yang sudah remaja.

Menstruasi merupakan sebuah indikator kematangan seksual pada remaja putri

(Gustina & Djannah, 2015). Remaja adalah seseorang yang memiliki rentan usia

10-19 tahun (WHO, 2014). Personal hygiene pada saat menstruasi merupakan hal

yang harus diperhatikan oleh remaja putri. Hal ini dikarenakan apabila organ

reproduksi, terutama bagian vagina tidak dijaga kebersihannya maka akan

menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang berlebih

sehingga dapat mengganggu fungsi organ reproduksi. Personal hygiene saat

menstruasi adalah tindakan untuk memelihara kesehatan dan kebersihan pada

daerah kewanitaan pada saat menstruasi (Laksmana, 2012). Perilaku personal

hygiene saat menstruasi yang buruk dapat menyebabkan berbagai masalah

kesehatan reproduksi, seperti keputihan, infeksi organ reproduksi dan kanker

serviks. Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) tahun

2014 menunjukan bahwa wanita Indonesia yang mengalami keputihan sekitar

75%. Bacterial Vaginosis (BV) adalah penyebab tersering keputihan patologis

(40%-50% kasus infeksi vagina) (Tristanti, 2016). Keputihan dapat menjadi

gejala awal dari kanker serviks. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga

Departemen Kesehatan RI pada RSUD W.Z Yohanes Kupang, terhitung dari

tahun 2009-2011 terdapat sebayak 113 kasus kanker serviks. Data dari Sub bagian

Rekam Medik RSUD Prof. W.Z. Johannes Kupang, menunjukan terdapat 63

kasus kanker serviks dan jumlah kematian akibat kanker serviks sebanyak 7 orang
2

pada tahun 2013 (Lia, 2016). Selain itu, laporan Dinas Kesehatan Provinsi NTT

tahun 2016, dari 1.230.854 perempuan berusia 30-50 tahun telah dilakukan

pemeriksaan leher rahim terhadap 5365 WUS, dengan hasil pemeriksaan IVA

positif senyak 674 WUS (Profil Dinkes Provinsi NTT, 2016).

Beberapa penelitian telah mendokumentasikan perilaku personal hygiene saat

menstruasi pada remaja putri. Dalam penelitian Ariyan (2009) pada siswi SMP di

Ibukota Jakarta menemukan bahwa hanya sebanyak 17,4% remaja putri

mempunyai perilaku personal hygiene yang baik saat menstruasi. Hasil penelitian

Rahmatika (2010) mengungkapkan bahwa faktor pemicu kasus Infeksi Saluran

Reproduksi (ISR) pada remaja putri adalah perilaku kurang dalam merawat

hygiene ketika menstruasi (30%) dan tata cara dalam penggunaan pembalut yang

kurang tepat ketika menstruasi (50%). Sebagai tambahan, berdasarkan data yang

dihimpun dari Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional tahun 2010, 63 juta remaja di Indonesia kurang melakukan tindakan

merawat kebersihan organ reproduksi ketika mengalami menstruasi. Angka

insiden penyakit infeksi yang terjadi pada saluran reproduksi pada remaja (10–18

tahun), yaitu 35-42 % dan dewasa muda (18–22 tahun) sebesar 27-33 %.

Perilaku personal hygiene saat menstruasi dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain faktor pengetahuan dan sikap. Penelitian Umairoh (2014) pada

siswi SMP di Surabaya menemukan bahwa pengetahuan dan sikap mempengaruhi

perilaku personal hygiene. Selain itu, Rajakumari (2015) menyatakan bahwa

kurangnya kesadaran personal hygiene selama menstruasi dikarenakan kurangnya

informasi mengenai menstruasi dan cara menjaga kebersihan saat menstruasi.


3

Salah satu yang menjadi kendala kurangnya mendapatkan informasi yang tepat

mengenai menjaga kebersihan saat menstrusi adalah topik menstruasi masih

menjadi hal yang tabu dan memalukan untuk dibicarakan. Oleh karena itu,

meningkatkan pengetahuan tentang menstruasi sejak dini akan meningkatkan

praktek personal hygiene yang tepat dan dapat membantu mengurangi beban

kesehatan reproduksi pada perempuan.

Selain pengetahuan, sikap juga berpengaruh terhadap terbentuknya tindakan

personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri. Penelitian Yasnani (2016)

menunjukkan bahwa dari 16 responden yang memiliki sikap dengan kriteria

positif terdapat 11 responden (68,8%) yang memiliki personal hygiene menstruasi

baik selain itu, Solehati (2018) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa

sebagian besar responden (78%) yang memiliki pengetahuan buruk, juga memiliki

sikap yang tidak mendukung personal hygiene saat menstruasi. Pengetahuan dan

sikap remaja putri yang positif dapat berpengaruh pada tindakan personal hygiene

yang tepat pada saat menstrusi.

Studi pendahuluan melalui metode observasi langsung di SMP Negeri 13

Kupang menemukan bahwa lokasi sekolah tersebut jauh dari pusat kota dan tidak

adanya transportasi umum yang beroperasi. Selain itu, keadaan fasilitas umum,

seperti wc, masih terbilang kurang dalam hal kebersihannya. Hal ini

mengakibatkan sebagian besar siswi menjadi malas mengganti pembalutnya dan

menahan untuk membuang air kecil. Hasil pra survei terhadap 5 responden siswi

SMPN 13 Kupang yang diwawancarai langsung menemukan kurangnya

pengetahuan sikap dan tindakan yang tepat terkait personal hygiene saat
4

menstruasi. Hanya satu responden yang mengetahui dan melakukan tindakan yang

tepat terkait personal hygiene saat menstruasi. Hal ini tentunya dapat

meningkatkan resiko siswi SMPN 13 Kupang untuk mengalami berbagai masalah

kesehatan reproduksi.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis

tertarik melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Perilaku Personal Hygiene

Saat Menstruasi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 13 Kupang Tahun 2019”.

Penelitian ini hanya ditujukan kepada siswi kelas VIII SMPN 13 Kupang dengan

pertimbangan bahwa tidak seluruh siswi kelas VIII telah mengalami menstruasi

dan siswi kelas IX sedang sibuk mempersiapkan ujian naisonal.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah: “Bagaimanakah gambaran

perilaku personal hygine saat menstruasi pada siswi kelas VIII SMPN 13

Kupang tahun 2019?

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku personal hygine saat menstruasi

pada siswi kelas VIII SMPN 13 Kupang tahun 2019

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang personal hygiene pada

saat menstruasi pada siswi kelas VIII SMPN 13 Kupang.


5

2) Untuk mengetahui sikap personal hygiene pada saat menstruasi pada

siswi kelas VIII SMPN 13 Kupang.

3) Untuk mengetahui tindakan personal hygiene pada saat menstruasi

pada siswi kelas VIII SMPN 13 Kupang.

4. Manfaat Penelitian

a. Bagi SMPN 13 Kupang

Sebagai bahan informasi bagi SMPN 13 Kupang tentang perilaku personal

hyegiene saat menstruasi siswi di SMP tersebut. Selain itu hasil penelitian

dapat menjadi masukan bagi sekolah untuk memberikan informasi

personal hygiene saat menstruasi yang tepat sehingga para siswi mampu

melakukan perilaku personal hygiene saat menstruasi yang tepat sejak

dini.

b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada FKM

untuk berpartisipasi dalam mempromosikan dan meningkatkan

pengetahuan dan praktek yang tepat terkait kesehatan reproduksi remaja.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis yang

berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi penelitian lain dan sebagai

referensi dalam melakukan penelitian terkait personal hyegiene remaja

putri saat menstruasi.


6

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan

peneliti dalam menemukan dan memecahkan permasalahan di bidang

kesehatan masyarakat, terkhususnya yang terkait dengan personal hygiene

remaja putri saat menstruasi.


7

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan tentang Personal Hygiene Saat Menstruasi

a. Tinjauan Umum Menstruasi

1) Pengertian menstruasi

Menstruasi atau haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik

dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Mentruasi

adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi

merupakan pendarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa

organ k andungan telah matang. Umumnya remaja mengalami menarche

pada usia 12 sampai dengan usia 16 tahun (Kusmiran, 2011).

Menstruasi adalah proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita

normal. Haid pertama (menarche) biasanya terjadi pada usia 10-13 tahun.

Namun, karena pengaruh berbagai faktor, seperti gizi dan lingkungan

sosial, usia menarche bisa terjadi lebih cepat, misalnya 9 tahun (Azzam,

2012).

2) Proses terjadi menstruasi

Pada masa remaja wanita, hormon khas perempuan, estrogen dan

progesterone meningkat sangat pesat. Hormon ini memiliki fungsi utama

dalam sistem reproduksi untuk memerintahkan otak melakukan berbagai

macam perubahan seperti kapan mulai kapan stop haid. Ketika seorang

wanita setelah mengalami haid, itu berarti organ utama yang berperan di

sini adalah kedua ovarium (indung telur), kiri dan kanan. Ovarium ini

memproduksi dan menyimpan ovum (sel telur) yang berjumlah sekitar


8

200.000-400.000 pada masing-masing ovarium. 1 bulan sekali atau pada

satu siklus tertentu, ovarium melepaskan sebuah atau beberapa buah sel

telur matang ke dalam salah satu tuba pallopi. Proses ini disebut ovulusi.

Sel telur matang ini siap di buahi oleh sperma. Itu artinya, wanita yang

telah haid bisa mengalami kehamilan bila memang ada sel sperma yang

membuahinya (Azzam, 2012).

Sel telur yang keluar dari ovarium jika tidak dibuahi, ia akan mati

dan tidak menempel pada dinding rahim. Persiapan yang dilakukan

dinding rahim untuk menerima sel telur pun berhenti, lalu lapisan dinding

rahim meluruhkan diri hingga menimbulkan pendarahan yang mengalir

menuju vagina. Pendarahan inilah yang disebut proses menstruasi

atau haid (Nugroho, 2012).

3) Siklus menstruasi

Panjang siklus haid ialah jarak anatara tanggal mulainya haid

yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan

dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak

diperhitungkan dan tepatnya waktu keluarnya haid dari ostium uteri

eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung

kesalahan ± 1 hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap

sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari tetapi variasinya cukup luas,

bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama.

Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak terlalu

sama. Panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata


9

panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun 25,1 hari, pada wanita usia

43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi,

sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Dari

pengamatan Hartman pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja siklus

haid 28 hari. Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari,

dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara

18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan

tidak teratur, biasanya siklus tidak berovulasi (anovulatoar) (Potter &

Perry, 2005)

Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yanag 1-2 hari diikuti

darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari pada setiap

wanita biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata

33,2 ± 16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar

lebih banyak. Pada wanita yang anemi defisiensi besi jumlah darah

haidnya juga lebuh banyak . Jumlah darah haid lebih dari 80 cc dianggap

patologik. Darah haid tidak membeku, ini mungkin disebabkan

fibrinolisin (Prawirohardjo, 2005).

Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu

haid, tetapi sebagian kecil merasakan haid dipanggul atau merasa nyeri

(dismenorea). Usia masa remaja pada waktu pertama kalinya mendapat

haid (manarche) bervariasi yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya

12,5 tahun. Statistik menunjukan bahwa usia manarche dipengaruhi

faktor keturunan , keadaan gizi dan kesehatan umum. Manarche terjadi


10

ditengah-tengah masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak ke

dewasa. Sesudah masa pubertas, wanita memasuki masa reproduksi,

yaitu masa dimana ia dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini

berlangsung 30-40 tahun dan berakhir pada masa mati haid atau baki

(menopause) (Manuaba, 2011)

4) Faktor-Faktor yang mempengaruhi menstruasi

Menurut Kusmiran (2011), faktor yang memegang peranan dalam hal

menstruasi adalah:

a) Faktor enzim

Dalam fase proliferase estrogen mempengaruhi tersimpannya

enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang

pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat

yang terakhir ini ikut serta dalam pembangunan endometrium,

khususnya dengan pembentukan stroma dibagian bawahnya, pada

pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, dengan

akibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang

sudah berkembang sejak permulaan fase proliferase. Dengan

demikian, lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma

endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila

terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan

menurunya kadar progesteron, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan,

dan merusakan bagian dari sel-sel yang berperan dalam sintesis

protein. Karena itu, timbul gangguan dalam metabolisme


11

endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan

perdarahan (Notodihardjo, 2002).

b) Faktor vaskular

Mulai fase poliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi

dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan

endometrium ikut tumbuh pula arteria-arteria, vena-vena dan

hubungan antaranya.

Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena-vena

serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan

akhirnya terjadi nekrosis dn perdarahan dengan pembentukan

hematom, baik dari arteri maupun dari vena (Kusmiran, 2014)

c) Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2.

Dengan disentegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan

menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor

untuk membatasi perdarahan pada haid (Rahyani, 2012).

5) Gangguan menstruasi

Gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa

repeoduksi dapat digolongkan dalam :

a) Gangguan jumlah darah dan lama haid

Hipermenorea ialah perdarahan haid yang lebih banyak dari

normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab

kalainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya


12

mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa

dan dengan kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium,

gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid (irregular

endometrial shedding), dan sebagainya. Pada gangguan pelepasan

endometrium biasanya terdapat juga gangguan dalam pertumbuhan

endometrium yang diikuti dengan gangguan pelepasannya pada

waktu haid (Lubis, 2013).

Hipomenorea ialah perdarahan haid yang lebih pendek

dan/atau lebih kurang dari biasa. Sebab-sebabnya dapat terletak

pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah

miomektomi), pada gangguan endokrin, dan lain-lain. Kecuali jika

ditemukan sebab yang nyata, tetapi terdiri atas menenangkan

penderita. Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas

(Prawirohardjo, 2005)

b) Kelainan siklus menstruasi

Polimenorea ialah siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang

dari 2 hari). Perdarahan yang kurang lebih sama atau lebih banyak

dari haid biasa. Hal yang terakhir ini diberi nama polimenoragia

atau epimenoragia. Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan

hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi

pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena

peradangan, endometriosis, dan sebagainya (Rahyani, 2012).


13

Oligomenorea ialah siklus haid lebih panjang, lebih dari 35

hari. Apabila panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal itu sudah

mulai dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea

biasanya berkurang (Kusmiran, 2014)

Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3

bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea

primer dan amenorea sekunder. Berbicara tentang amenorea primer

apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah dapat

haid, sedangkan pada amenorea sekunder penderita pernah

mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi (Notodihardjo,

2002).

c) Pendarahan diluar haid disebut juga metroragia.

Pendarahan diluar haid disebut juga metroragia. Pendarahan ini

dapat disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan

kelainan anatomis.Pada kelainan hormonal terjadi gangguan poros,

hipotalamus-hipofise,ovarium (induk telur), rangsangan estrogen

dan progesteron dengan bentuk pendarahan yang terjadi diluar

menstruasi bentuknya bercak dan terus menerus dan pendarahan

menstruasi berkepanjangan (Potter & Perry, 2005).

Pengobatan terhadap kelainan ini pada remaja (gadis), dengan

pengaturan secara hormonal, sedangkan untuk wanita menikah atau

mempunyai anak dengan memeriksa alat kelamin dan bila perlu

dilakukan kuretase, dan pemeriksaan patologi untuk


14

memastikannya. Untuk menegakkan kepastian dan mengurangi

keluhan, sebaiknya dilakukan konsultasi kedokter ahli. Bentuk

gambaran klinis gangguan hormonal dengan pendarahan yaitu

perdarahan rahim menyimpang, menometroragia (pendarahan

banyak dan berkelanjutan denganmenstruasi),atau metroragia

(pendarahan diluar menstruasi) (Rahyani, 2012).

Pada kelainan anatomis, trjadi perdarahan karena adanya

gangguan pada alat alat kelamin, diantaranya pada mulut rahim

(keganasan, perlukaan atau polip).Pada badan rahim (mioma uteri,

polip pada lapisan dalam rahim,keguguran,atau penyakit

tropoblast, keganasan), sedangkan pada saluran telur, kelainan

dapat berupa kehamilan tuba (diluar kandungan), radang saluran

telur, atau tumor tuba sampai keganasan tuba. Setiap perdarahan

abnormal yang terjadi bersamaan atau diluar menstruasi sebainya

melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan

pengobatan yang tepat (Manuaba, 2010)

d) Keadaan patologis terkait menstruasi

Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang

biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum

datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun

kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Gejala-

gejala yang tidak seberapa berat banyak dijumpai, terutama pada

wanita-wanita berumur antara 30 dan 45 tahun. Keluhan-keluhan


15

terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah,

insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa

nyerin pada mamma, dan sebagainya (Lubis, 2013).

Vicarious Menstruation ialah perdarahan ekstragenital dengan

interval periodik yang sesuai dengan siklus haid. Tempat

perdarahan yang paling sering dijumpai ialah mukosa berupa

epistaksisn (30% dari seluruh kasus). Rupanya peningkatan kadar

estrogen dapat menyebabkan edema dan kongesti pada alat-alat

lain diluar alat-alat genital pada wanita yang peka (Maryam, 2014).

Mittelschmerz dan Perdarahan ovulasi terjadi kira-kira sekitar

pertengahan siklus haid, pada saat ovulasi. Rasa nyeri yang terjadi

mungkin ringan, tetapi mungkin juga berat. Lamanya mungkin

hanya beberapa jam, tetapi pada beberapa kasus sampai 2-3 hari.

Rasa nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan,

yang kadang-kadang sangat sedikit berupa getah berwarna coklat,

sedang pada kasus lain dapat merupakan perdarahan seperti haid

biasa (Kusmiran, 2014).

Mastalgia ialah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum

haid. Sebabnya edema dan hiperemi karena peningkatan relatif dari

kadar estrogen. Pada pemeriksaan harus diperhatikan adanya

radang atau neoplasma (Rahyani, 2012).


16

b. Personal Hygiene Saat Menstruasi

Higiene menstruasi merupakan higiene personal pada saat

menstruasi. Higiene menstruasi sangat penting, karena bila

penanganan selama haid tidak steril maka dapat mengakibatkan infeksi

alat reproduksi. Personal Hygiene saat menstruasi adalah tindakan

untuk memelihara kesehatan dan kebersihan pada daerah kewanitaan

pada saat menstruasi (Laksmana, 2012). Alat kelamin terutamanya

vagina memiliki kelembaban yang cukup tinggi sehingga merupakan

media yang baik bertumbuhnya berbagai kuman penyakit atau bakteri

termasuk jamur (Wardani 2012). Dengan demikian, perempuan

diwajibkan menjaga kebersihan alat reproduksi dengan berkala dan

dengan cara yang benar.

Hygiene pada saat menstruasi merupakan hal penting dalam

menentukan kesehatan organ reproduksi remaja putri, khususnya

terhindar dari infeksi alat reproduksi. Oleh karena itu pada saat

menstruasi seharusnya perempuan benar-benar dapat menjaga

kebersihan organ reproduksi dengan baik, terutama pada bagian

vagina, karena apabila tidak dijaga kebersihannya, maka akan

menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang

berlebih sehingga dapat mengganggu fungsi organ reproduksi

(Indriastuti, 2009).

Saat menstruasi tubuh cenderung memproduksi lebih banyak

keringat, minyak dan cairan tubuh lainnya. Bagian tubuh yang tertutup
17

dan lipatan-lipatan kulit seperti daerah alat kelamin merupakan bagian

yang paling penting. Ketika tubuh mengeluarkan banyak keringat

maka bagian ini cenderung lembab dan mikroorganisme jahat seperti

jamur mudah berkembangbiak yang akhirnya dapat menimbulkan

infeksi (Pudiastuti, 2012).

Tujuan dari perawatan selama menstruasi adalah untuk

pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan

selama masa menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik dan

psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

Berikut cara merawat alat kelamin wanita/ perempuan pada saat

menstruasi (Ramayanti, 2010; Purnomo, 2010):

1) Setelah buang air kecil atau buang air besar

Usahakan untuk selalu mencuci bagian luar alat kelamin

dengan air dan sabun. Untuk wanita, siramlah dengan air dari arah

depan ke belakang dan bukan sebaliknya. Hal ini untuk mencegah

masuknya kuman dari dubur ke vagina.

2) Kebersihan pakaian dalam

Sepatutnya dalam sehari, minimal mengganti pakaian dalam

sebanyak dua kali untuk menjaga kebrsihan. Selain itu pilihlah

bahan celana dalam yang dapat dengan mudah menyerap keringat,

karena jika tidak maka jamur bisa menempel di alat kelamin.,

hindari untuk saling bertukar pakaian dalam dengan orang lain


18

bahkan keluarga sendiri, karena setiap orang memiliki kondisi

kelamin yang berbeda.

3) Menggunakan toilet umum

Siramlah sebelum menggunakan (flushing), hal ini untuk

mencegah penularan jika ada pengguna lainnya adalah penderita

penyekit kelamin. Sebaiknya gunakan selalu air yang keluar

melalui keran atau tissu dan hindari penggunaan dari bak/ember,

karena menurut penelitian air yang tergenang di toilet umum

mengandung 70% jamur candida albicans (penyebab keputihan

dan rasa gatal pada vagina).

4) Merawat rambut yang tumbuh disekitar alat kelamin

Hindari memberishkan bulu didaerah kemaluan dengan cara

mencabut karena akan ada lubang pada bekas bulu kemaluan

tersebut dan menjadi jalan masuk bakteri, kuman, dan jamur.

Selanjutnya dapat menimbulkan iritasi dan penyakit kulit.

Perawatan bulun itu disarankan untuk dirapikan saja dengan

memendekkan, dengan gunting atau dicukur tetapi sebelumnya

menggunakan busa sabun terlebih dahulu dan menggunakan alat

cukur khusus yang lembut dan sudah dibersihkan dengan sabun dan

air panas. Perlu diketahui setelah menggunakan simpan dalam

tempat yang bersih dan kering. Jangan di tempat yang lembab dan

jangan menggunakannya secara bergantian dengan suami/istri.

Rambut-rambut tersebut berfungsi untuk kesehatan alat kelamin,


19

yaitu berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik yang

melawan bakteri jahat serta menghalangi masuknya benda asing

kecil kedalam vagina. Menjaga alat kelamin agar tetap hangat dan

merupakan bantalan ketika berhubungan seksual dan melindungi

dari gesekan. Sehingga perlu rajin menjaganya agar tidak menjadi

sarang kutu dan jamur.

5) Pemakaian pantyliner

Pemakaian pantyliner tidak dianjurkan digunakan setiap

hari, sebaiknya pantyliner hanaya digunakan ketika keputihan.

Akan lebih baik jika membawa celana dalam pengganti dari pada

menggunakan pantyliner setiap hari.

6) Hindari menggunakan celana dalam dan celana jeans yang ketat

Memakai celana dalam dan celana jeans yang terlalu ketat

diwilayah selangkangan dapat menyebabkan kulit susah untuk

bernafas dan akhirnya dapat menyebabkan daerah tersebut

berkeringat, lembab, mudah terkena jamur dan teriritasi. Pemakaian

celana ketat itu bagi pria dapat membuat peredaran darah yang

tidak lancar dan membuat penis serta testis dalam keadaan panas.

Panas yang berlebihan oleh suhu, keringat, dan pakaian yang

terlalu ketat, dapat menurunkan kualitas sperma.

7) Hindari untuk menyemprot minyak wangi ke dalam vagina


20

Hal ini jangan dilakukan karena untuk menstabilkan tingkat

keasaman vagina, dimana vagina itu sendiri terdapat lendir yang

berfungsi untuk menghadang bakteri yang masuk kedalam vagina.

8) Jangan malas ganti pembalut

Bagi para wanita yang sedang menstruasi / haid untuk tidak

malas memgganti pembalut, karena ketika menstruasi kuman-

kuman dan bakteribakteri mudah untuk masuk dan pembalut yang

telah ada gumpalan darah merupakan tempat berkembangnya jamur

dan bakteri. Usahakan untuk mengganti pembalut setiap 4 jam

sekali, atau 3-4 kali/hari atau jika sudah merasa penuh dan tidak

nyaman. Jangan lupa bersihkan vagina sebelumnya mengganti

pembalut.

9) Pemeriksaan rutin

Dianjurkan untuk secara rutin memeriksakan alat kelamin,

jika muncul sesuatu yang tidak seperti biasa dan tidak terasa

nyaman seperti munculnya benjolan kecil disekitar alat kelamin

atau ada perubahan warna disertai bau yang kurang sedap dan

gatal-gatal pada alat kelamin harus mengkonsultasikan diri ke

dokter, segera berkonsultasi ke dokter (Wulandari, 2015).

c. Akibat Tidak Menjaga Personal Hygiene Saat Menstruasi

Di daerah yang cukup panas membuat tubuh sering berkeringat.

Keringat ini meningkatkan kadar kelembaban tubuh, terutama sekali

pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat.


21

Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem vagina

terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap dan infeksi.

Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina dan

dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: Estrogen dan

Laktobasilus (Pythagoras, 2015).

Jika keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati

dan bakteri patogen akan tumbuh sehingga tubuh akan rentan terhadap

infeksi. Dalam keadaan normal, vagina mampu mempunyai bau yang

khas. Tetapi bila ada infeksi dapat menimbulkan bau yang

mengganggu seperti bau yang tidak sedap, menyengat dan amis yang

disebabkan jamur, bakteri atau kuman lainnya. Jika infeksi di vagina

ini dibiarkan bisa masuk sampai kedalam rahim (Baradero, 2007).

Oleh karenanya penting untuk menjaga kebersihan daerah pribadi agar

tetap kering dan tidak lembab, misalnya dengan menggunakan celana

dengan bahan yang menyerap keringat, dan menghindari pemakaian

celana yang terlalu ketat, menggunakan pembalut berbahan yang

lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang bisa

membuat alergi (misalnya parfum atau gel) dan merekat dengan baik

pada celana dalam. Pembalut ini perlu diganti sekitar 4 sampai 5 kali

dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang

berkembang biak pada pembalut tersebut kedalam vagina (Baradero,

2007).
22

2. Tinjauan tentang Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi

a. Pengertian

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan/tindakan seseorang

dalam melakukan respons terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan

kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada

dasarnya terdiri dari atas komponen pengetahuan (kognitif), sikap

(afektif) dan keterampilan (psikomotor) (Mubarak, 2012).

Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku personal hygiene saat menstruasi adalah pengetahuan,

sikap, dan tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan pada

daerah kewanitaan pada saat menstruasi (Kusmiran,2011).

b. Jenis Perilaku.

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2010), perilaku dibedakan

atas dua jenis yaitu:

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang


23

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas

oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap

stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon

terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang

lain (Azwar, 2013).

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Green dalam Mubarak (2012), menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi penyebab perilaku dapat dibedakan dalam tiga jenis

yaitu :

a) Faktor Predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang

menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Faktor ini meliputi

pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan lain sebagainya.

b) Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku

yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Faktor

pemungkin meliputi keterampilan, sumber daya pribadi dan

komunitas, seperti tersedianya pelayanan kesehatan,

keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan.


24

c) Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah

tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini

terwujut dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas

lainya yang merupakan kelompok referensi masyarakat.

d. Domain Perilaku

Teori perilaku adalah teori yang biasa digunakan untuk mengukur

perilaku. Dalam teori perilaku terdapat tiga domain perilaku yaitu

pengetahuan, sikap, dan tindakan :

1) Pengetahuan

a) Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui panca indera mata

dan pendengaran (Sukarni, 2013). Pengetahuan itu sendiri

dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat

erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa

dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin

luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan

berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak

berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu


25

objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang. Semakin

banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan

menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi

& Wawan, 2010).

b) Tingkatan Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2011) pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan yaitu:

(1) Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

(2) Memahami

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.

(3) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya).


26

(4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

(5) Sintesis

Sintesis adalah kemampuan seseorang menyusun atau

menghubungkan kembali yang telah diperoleh kepada bentuk

semula maupun ke bentuk lainnya.

(6) Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk

melakukan penelitian atau penilaian terhadap materi atau objek.

c) Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

(1) Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir

sampai saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola

kehidupan yang baru, semakin bertambahnya umur akan

mencapai usia reproduksi.

(2) Tempat Tinggal

Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-

hari. Pengetahuan seseorang akan lebih baik jika berada di

perkotaan daripada di pedesaan karena di perkotaan akan

meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan


27

sosial maka wawasan sosial makin kuat, di perkotaan mudah

mendapatkan informasi.

(3) Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang

banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai

pengetahuan yang lebih luas (Hidayat, 2009).

d) Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tingkat pengetahuan

tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau

responden (Suriasumantri, 2009). Kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif (Maula, 2012).

Menurut hasil penelitian Wulandari tahun 2012,

menunjukan pengetahuan yang diterima oleh remaja putri berusia

13 hingga 16 tahun tentang perawatan alat reproduksi eksternal

ketika menstruasi adalah cukup, yaitu 63%.

2) Tinjauan tentang Sikap

a) Pengertian

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan,

sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan memihak

(favorabel) maupun perasaan tidak memihak (unfavorabel) pada


28

objek tersebut. Secara lebih spesifik sikap dapat juga di artikan

sebagai derajat efek positif atau afek negatif terhadap suatu objek

psikologis (Azwar,2013).

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi dari sikap

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup (Andani, 2011).Sikap adalah respon

tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah

melibatkan faktor pendapat emosi yang bersangkutan (senang - tidak

senang, setuju - tidak setuju, baik - tidak baik dan sebagainya).

b) Komponen sikap

(1) Komponen kognitif:

Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan

dengan apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif berisi

kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa

yang benar dari objek sikap.

(2) Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional

subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum

komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi

seringkali sangat berbeda perwujutannya bila dikaitkan dengan

sikap.
29

(3) Komponen Konatif

Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan

bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada

dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya (Azwar, 2013).

c) Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2011), tingkat sikap antara lain

sebagai berikut:

(1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau

memperhatikan stimulasi yang diberikan obyek.

(2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

(3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

(4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas semua yang telah dipilih dengan

segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.


30

d) Faktor yang mempengaruhi sikap

Azwar (2013), menjelaskan faktor yang mempengaruhi sikap

sebagai berikut:

(1) Pengalaman pribadi

Pengalaman yang telah dan sedang kita alami akan

membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus

sosial. Tanggapan akanakan menjadi salah satu dasar

terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan

penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang

berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan

tersebut membentuk sikap negative atau positif.

(2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain yang dianggap penting merupakan salah satu

diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap.

Seseorang yang dianggap penting akan banyak mempengaruhi

terbentuknya sikap seseorang terhadap sesuatu.

(3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pementukan sikap. Apabila

seseorang hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar

bagi pergaulan heteroseksual sangat mungkin seseseorang

tersebut akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap

pergaulan heteroseksual.
31

(4) Media massa

Sebagai sarana komunikasi seagai bentuk media masa

seperti radio, surat kabar, majalah dan lain sebagainya,

mempunyai pengaruh terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan seseorang.

(5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai

suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep

moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruknya

garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh

dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan

serta ajaran-ajarannya.

(6) Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan penghayatan yang

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan

segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat

merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

Menurut penelitian Yasnani (2016), dari hasil analisis

uji keeratan hubungan diperoleh nilai phi (ø) = 0,517. Hal ini
32

berarti antara sikap mempunyai tingkat hubungan yang kuat

dengan personal hygiene saat menstruasi.

3) Tinjauan tentang tindakan

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan

menurut kualitasnya (Ramayanti, 2012) yaitu:

(1) Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi

masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.

Misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih

menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya.

(2) Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau

mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau

tindakan mekanis. Misalnya, seorang remaja putri selalu memakai

pembalut saat menstruasi

(3) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau

mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau

perilaku yang berkualitas. Misalnya seorang remaja putri selalu

memakai pembalut saat menstruasi dan selalu mengganti pembalut

setiap 3 jam serta selalu menjaga kebersihan daerah kewanitaannya.


33

Selain itu, perilaku dalam melakukan perawatan terhadap

organ reproduksi eksternal yang mayoritas dalam frekuensi cukup

sejumlah 48%. Permasalahan ini disebabkan oleh pendidikan yang

tergolong rendah dan memiliki usia yang relatif muda diasumsikan

tidak memiliki faktor pemungkin untuk terkena suatu penyakit yang

dapat menyerang organ reproduksi (Sari, 2012).

3. Kerangka Hubungan antar Variabel

a. Dasar Pemikiran Variabel Yang diteliti

Personal hygiene remaja putri saat menstruasi merupakan

kebersihan diri pada saat menstruasi. Higiene menstruasi sangat

penting, karena bila penanganan selama haid tidak steril maka dapat

mengakibatkan infeksi alat reproduksi.

Variabel dependen pada penelitian ini adalah personal hygiene

saat menstruasi. Variabel independen merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel dependen yang dimana pada penelitian ini

mencakup pengetahun, sikap, dan tindakan (Sugiono, 2013).

Adapun masing-masing variabel diuraikan sebagai berikut :

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau

hasil tahu adalah seseorang terhadap objek melalui indra yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dalam

penelitian ini pengetahuan apa yang diketahui oleh siswi kelas


34

VIII SMPN 13 Kupang mengenai personal hygiene saat

menstruasi. Bila pengetahuan siswi ini baik, maka diharapkan

dapat menjaga personal hygiene saat menstruasi.

Pengetahuan responden tentang personal hygiene saat

menstruasi sangat mempengaruhi sikap. Oleh karna itu,

pengetahuan saat menstruasi sangat diperlukan untuk dapat

membentuk sikap yang positif terkait personal hygiene remaja

putri saat menstruasi.

2) Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek, sehingga manifestasinya tidak dapat langsung

dilihat. Sikap dalam penelitian ini adalah bagaimana tanggapan siswi

SMPN 13 kelas VIII terhadap personal hygiene saat menstruasi. Sikap

yang positif terhadap personal hygiene saat menstruasi diharapkan

dapat menimbulkan tindakan yang baik pula.

3) Tindakan

Variabel tindakan dalam penelitian ini adalah siswi kelas

VIII SMPN 13 Kupang dalam menerapkan personal hygiene saat

menstruasi dalam kesehariannya. Tindakan personal hygiene yang

baik dapat menurunkan resiko masalah kesehatan reproduksi.


35

b. Kerangka Hubungan Antar Variabel

Berdasarkan dasar pemikiran variabel yang diukur, maka kerangka

konsep penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 Kerangka Hubungan

Antar Variabel.

Perilaku personal hygiene


saat menstruasi
Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi
Sikap

Tindakan

Keterangan :

: Variabel dependen yang tidak diteliti

: Variabel Independen yang diteliti

Gambar 1. Kerangka Hubungan Antar Variabel


36

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan

rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional study, yaitu

pengukuran variabel pengetahuan, sikap dan tindakan pada penelitian ini

dilakukan pada satu saat tertentu. Cross sectional study dilakukan untuk

mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang

dilakukan satu kali dan dalam waktu yang bersamaan (Oktavia, 2015).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 13 Kupang sejak bulan

Februari-September 2019.

3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek dan objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Alimul, 2010). Populasi yang dipakai untuk

penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VIII SMPN 13 Kupang. Populasi

dalam penelitian ini sebanyak 169 siswi.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).

Sampel penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 63

siswa kelas VIII SMPN 13 Kupang.


37

c. Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel ini menggunakan teknik simple random sampling

yaitu sampel secara acak sederhana setiap anggota atau unit mempunyai

kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoadtmojo,

2014). Ukuran sampel (n) berdasarkan rumus (Riyanto, 2011):

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑 2 )

Keterangan :

N= Populasi = 169 siswi

n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

maka hasil dari penentuan sampel dalam penelitian ini adalah: jumlah

siswi kelas VIII di SMPN 13 Kupang sebanyak 169 siswi (N). Maka besar

sampel penelitian ini adalah:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑 2 )

169
𝑛=
1 + 169 (0,12 )

169
𝑛=
2,69

𝑛 = 62,82

𝑛 = 63
38

Alasan pemilihan responden adalah sesuai kriteria sampel berikut ini :

1) Bersedia menjadi responden

2) Remaja putri yang sudah mengalami menstruasi

3) Responden bisa membaca dan menulis

4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Cara Kriteria Skala


Operasional Pengukuran Objekti
f
1 Pengetahuan Segala sesua- Kuisioner Mengisi 1.kuran Nominal
tu yang dike- Kuesioner g jika
tahui atau di- skor
pahami ≤75
responden ten- 2.Baik
tang personal jika
hygiene saat skor >
menstruasi 75
yang meliputi
cara member-
sihkan organ
reproduksi,
penggunaan
pembalut,
penggunaan
pakaian, dsb
2 Sikap Tanggapan Kuisioner Mengisi 1.Negat Nominal
responden Kuesioner if jika
mengenai peri- skor
laku personal ≤75
hygiene saat 2.Positi
menstruasi f jika
skor
skor >
75
3 Tindakan Semua tinda- Kuesioner Mengisi 1.kuran Nominal
kan atau akti- Kuesioner g jika
vitas yang dila- skor
kukan oleh ≤75
responden 2.Baik
terkait perso- jika
nal hygiene skor
saat mens- skor >
39

truasi, meliputi 75
cara mem-
bersihkan
organ repro-
duksi, peng-
gunaan pem-
balut, peng-
gunaan
pakaian, dsb

5. Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh melalui pengisian kuisioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan
dengan variabel yang diteliti dan data sekunder yang berasal dari dokumen-
dokumen sekolah terkait penelitian ini berupa data jumlah siswi putri kelas
VIII di SMPN 13 Kupang.

b. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dengan mengisi kuisioner yang berisi
pertanyaan yang berkaitan dengan variabel yang diteliti.

c. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu kuisioner yang berisi

pertanyaan yang telah disusun berdasarkan variabel yang akan diteliti.

6. Pengolahan dan Analisis Data


a. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara manual dengan langkah-

langkah berikut :
40

1) Editing

Dilakukan pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul apabila

ada kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki

dengan memeriksanya dan dilakukan pendataan ulang terhadap

responden.

2) Coding

Data yang telah terkumpul diberikan kode dalam bentuk angka (code)

untuk mempermudah memasukkan data kedalam tabel.

3) Tabulating

Data dimasukkan dalam bentuk distribusi frekuensi, memberi skor

terhadap jawaban responden.

4) Scorting

Pada tahap ini, untuk variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan personal

hygiene , jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi

nilai 0.

b. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Univariat. Analisis Univariat dengan maksud untuk menggambarkan

distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti, baik variabel

independent maupun variabel dependent.


41

D. ORGANISASI DAN PERSONALIA PENELITIAN

1. Pembimbing:

a. Pembimbing I : Honey Ivon Ndoen S.KM., M.Kes (Epid)

b. Pembimbing II : Enjelita M. Ndoen S.KM., MPH

2. Peneliti:

a. Nama : Ifna Qwinid Ramly

b. NIM : 1507010095

E. JADWAL KEGIATAN

Tabel 1. Jadwal Penelitian

N Uraian Waktu Pelaksanaan


o Kegiatan 2019
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
1 Penyusunan
dan seminar
usulan
penelitian
2 Persiapan
penelitian:
a. Perijinan
b.
Persiapan
bahan/ alat /
instrument
3 Pengumpula
n data
4 Tabulasi
data
5 Penulisan
laporan /
skripsi/
seminar
hasil
penelitian
6 Revisi
laporan/
42

skripsi
7 Laporan
akhir/ ujian
skripsi

F. RENCANA ANGGARAN PEMBIAYAAN

Tabel 2. Rencana Anggaran Pembiayaan

No Uraian Volume Biaya Total


Satuan Biaya (Rp)
(Rp)
1 Bahan habis pakai
a. Kertas A4 4 rim 55.000,- 220.000,-
b. Tinta Hitam 4 buah 35.000,- 140.000,-
c. Tinta Warna 2 buah 35.000,- 70.000,-
2 Perjalanan
a. Pengambilan data 1 kali 10.000,- 10.000,-
awal 1 kali 100.000,- 100.000,-
b. Pengurusan surat ijin

3 Permen bagi responden 5 7.000,- 35.000,-


Bungkus
4 Lain-lain
a. Penggandaaan dan 10 buah 100.000,- 1.000.000,-
pencetakan laporan
b. Seminar 2 kali 300.000,- 600.000,-
c. Ujian Skripsi 1 kali 300.000,- 300.000,-

JUMLAH 2.475.000,-
43

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat A.A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.


Jakarta: Health Books.

Allaily. 2016. Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan


Organ Genitalia Eksterna Di SMAN 90 Jakarta. Skripsi. Diterbitkan.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Andani. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi ke 2.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azzam, U. 2012. La Tahzan untuk Wanita Haid. Jakarta: Qultum Media.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana. 2016. Pedoman


Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana. Kupang

Gustina, E. & Djannah, S.N. 2015. Sumber Informasi Dan Pengetahuan


Tentang Menstrual Hygiene Pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 10 (2): 147-152.

Hidayat. A. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan untuk Pendidikan Kebidanan.


Jakarta: Salemba Medika

_________. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Indriastuti. 2009. Hubungan antara Pengetahuan kesehatan Reproduksi dengan


Perilaku Hygienis Remaja Putri pada saat Menstruasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Isro’in, L dan Admarmoyo S. 2012. Personal Hygiene. Jakarta: Graha Ilmu.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. “Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan


Peduli Remaja (PKPR) bagi Tenaga Kesehatan”. Jakarta: Kementrian
Kesehatan.

Keraf, S., dan Dua, M. 2011. Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius

Kissanti. 2009. Buku Pintar Wanita. Jakarta: Araska.


44

Laksmana, 2012. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka.


Mardani, S., Aris, S., Priyoto. 2010. Hubungan Pengetahuan Reproduksi Remaja
Putri dengan Perilaku Personal Hygine di Desa Kedung Kumpul
Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan. Skripsi. http://7.pdf. Diakses
tanggal 13 Juni 2019, Pukul 14.45 WITA

Maryam, Siti. 2014. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta:


Buku Kedokteran EGC.

Maula, G. 2012. Reproduksi Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Dengan


Retardasi Mental. Skripsi http://GhinaMF2013.pdf. Diakses tanggal 11
Juni 2019, Pukul 09.52 WITA

Mubarak, W. I. 2012. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika.

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

__________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

__________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.

__________. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rhineka Cipta.

__________. 2014. “Metodologi Penelitian Kesehatan”. Jakarta: Rineka Cipta.

Oktavia, Nova. 2015. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta:


Deepublish Publisher.

Pertiwi, Teresina, Hario Megatsari. 2018. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan


Praktik Menstrual Hygiene Siswi Sdn 4 Pacarkembang Surabaya. Jurnal
Promkes Vol. 6 (2): 142 – 154.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawtan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2012. Tiga Fase Penting Pada Wanita (Manarche,
Menstruasi, dan Menopause). Jakarta: Elex Media Komputindo.

Purwaningrum. 2017. “Gambaran Perilaku Personal Hygiene Remaja Putri Kelas


VIII dan IX Saat Menstruasi Di SMPN 1 Gamping Kabupaten Sleman”
Karya Tulis Ilimiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad
Yani.
45

Pythagoras, Katarina. 2015. “Personal Hygiene Remaja Putri Ketika Menstruasi”.


Jurnal Promkes, Vol. 5, No. 1 Juli 2017: 12–24.

Rahmatika, Dwi. 2010. “ Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Tentang Personal


Hygiene menstruasi Terhadap Tindakan Personal Hygiene Remaja Putri
Pada Saat Menstruasi Di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010”. Skripsi.
FKM Universitas Sumatra Utara, 2010.

Rahmayanti, N. 2012. Perilaku Perawatan Kebersihan Alat Reproduksi dalam


Mencegah Kanker Serviks Pada Siswi SMAN 9 Kebun Pala Jakarta
Timur. Skripsi. http://lontar.ui.ac.id/ file?file=digital/20293541Novita%20
Rahmayanti.pdf Diakses tanggal 11 Juni 2019, pukul 09.45 WITA

Rahyani, Ni Komang. 2011. Kesehatan Reproduksi: Buku Ajar Bidan. Jakarta:


Buku Kedokteran EGC.

Rajakumari G, A. 2015. A Study on Knowledge regarding Menstrual Hygiene


among Adolescent School Girls. Global Journal of Current Research,
111-116.

Ratnasari. 2017. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Personal


Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMPN 52 Bandung
Provinsi Jawa Barat Tahun 2017”. Karya Tulis Ilimiah. Fakultas Ilmu
Kesehatan Program Studi DIV Bidan Pendidik, Universitas Nasional.

Riyanto, A. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Skinner. 2013. Ilmu Pengetahuan dan Perilaku. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Solehati, Tetti. dkk. 2018. “Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Keluhan


Tentang Menstruasi Diantara Remaja Puteri”. Jurnal Keperawatan
Komprehensif Vol. 4 No. 2, Juli 2018: 86-91.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian. Bandung: CV Alfa Beta.

Sukarni, I. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sulistyo. 2012. Personal Hygiene Konsep, Proses dan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tristanti, Ika. 2016. “Hubungan Perilaku Personal Hygiene Genital Dengan


Kejadian Keputihan Pada Siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah
46

Kudus” Vol. 7 No. 1. http//scholar.google.co.id. Jurnal Ilmiah Kesehatan


Keperawatan.

Wardani, Novita. 2012. “Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Hygiene Alat


Reproduksi Pada Peulung” Vol. 1 No. 2. Diakses pada:
http//scholar.google.co.id. Jurnal Kesehatan tanggal 25 Februari 2019.

Wawan dan Dewi, 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Yuha Medika

WHO. 2015. Estimate Cevical Cancer Incidence Worldwide in 2012. World


Health Organization. Genewa.

WHO. Human papillomavirus (HPV) and cervical cancer. Diakses dari


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs380/en/ pada tanggal 20
Februari 2019.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Yasnani, Novianti. 2016. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Dengan


Personal Hygiene Menstruasi Pada Remaja Putri di SMP Negeri Satap
Bukit Asri Kabupaten Buton. Hal 1-10.

YKI, 2017. Harapan Terpadu: Melantun Kebersamaan Berantas Kanker. Buletin


YKI. Jakarta. yayasankankerindonesia.org/storage/article. ( diakses pada
tanggal 16 Agustus 2018 pukul 10:00).

Anda mungkin juga menyukai