Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya hingga saat ini masih memberikan kita kesehatan dan kekuatan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul ”CARA
MENGATASI PASIAEN YANG MARAH-MARAH, KOMPLAIN,
REWEL’’
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kerja
sama dari kelompok ini, karena tampa kerja sama dari kita semua makalah ini
mungkin tidak terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Harapan kami , makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca. Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan dalam penulisan dan tata bahasa makalah kami. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran agar dapat
memperbaiki makalah kami.

Banjarmasin, 27 Agustus 2019

Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Commented [a1]: Tujuan penulisan laporan mana ?

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat Rahmat Nyalah kami dapat menulis makalah ini tanpa adanya
suatu hambatan dan sutu paksaan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Kami menyadari bahwa komunikasi adalah
merupakan kemampuan yang mutlak perlu di miliki oleh perawat.
Komunikasi yang dilakukan oleh perawat bukan sembarang komunikasi
tetapi merupakan komunikasi yang spesifik, professional, dan mempunyai
efek yang terapeutik bagi perawat.
Pentingnya komunikasi bagi perawat membuat kami ingin sekali
menyampaikan tulisan yang berkenaandengan ini. Tentu saja pembaca, masih
banyak hal yang perlu di perbaiki dan juga di keroksi dari apa yang ada pada
makalah ini, karena itu saran ada sekalian akan sangat membantu kami untuk
dapat berkarya lebih baik lagi. Komunikasi merupakan proses yang sangat
khusus dan berarti dalam hubungan antarmanusia. Pada profesi keperawatan,
komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metode utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar.
Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian
sosial yang mencakup keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal
yang tercermin dalam prilaku caring atau kasih sayang dan cinta dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Perawat yang memiliki keterampilan
berkomunikasi secara terapeutik tidak hanya akan mudah menjalin hubungan
rasa percaya dengan klien, tetapi juga mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, dan
meningkatkan citra propesi keperawatan, serta citra rumah sakit.
.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep komunikasi terapeutik ?
2. Apa prinsip dasar komunikasi terapeutik ?
3. Apa tujuan komunikasi terapeutik ?
4. Bagaimana komunikasi terapeutik pada berbagai kondisi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep komunikasi terapeutik.
2. Mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik.
3. Mengetahui tujuan komunikasi terapeutik.
4. Menjabarkan komunikasi terapeutik pada berbagai kondisi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Istilah komunikasi berasal dari Bahasa Inggris, communication yang
artinya pemberitahuan atau pertukaran ide. Maksudnya adalah pihak
pembicara yang melontarkan pernyataan atau pertanyaan mengharapkan
pertimbangan atau jawaban dari pendengaranya.
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan (Anas, 2014). Maka di sini diartikan bahwa terapeutik adalah
segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga
komunikasi terapeutik itu sendiri adalah komunikasi yang direncanakan dan
dilakukan untuk membantu penyembuhan/ pemulihan pasien.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi
perawat.Komunikasi mengandung makna bersama - sama (common). Istilah
komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu
communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran.kata sifatnya
communis, yang bernakna umum atau bersama-sama (Devi, 2012)
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang
untuk tujuan terapi. Seorang terapis dapat membantu klien mengatasi
masalah yang dihadapinya melalui komunikasi (Damaiyanti, 2014).
Komunikasi terapeutik adalah modalitas dasar intervensi utama yang
terdiri atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk membentuk
hubungan antara terapis dan pasien dalam pemenuhan kebutuhan (Mubarak,
2012). Oleh karena itu, komunikasi terapeutik merupakan hal penting dalam
kelancaran pelayanan kesehatan yang dilakukan terapis untuk mengetahui
apa yang dirasakan dan diinginkan pasien
Komponen komunikasi terdiri atas beberapa indikator, yaitu :
1. Komunikasi, orang yang memprakarsai komunikasi
2. Komunikasi, orang yang menjadi objek komunikasi, yaitu pihak yang
menerima pesan

4
3. Pesan, adalah susuatu yang disampaikan dalam komunikasi
4. Media, segala sarana yang dipergunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesan
5. Efek, akibat, atau dampak adalah hasil dari komunikasi

Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari


penyembuhan (As Hornby dalam Intan 2005). Maka di sini dapat diartikan
bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses
penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri adalah komunikasi
yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan/pemulihan
pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional bagi
perawat.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Terapeutik Pada Klien Marah-Marah


Marah merupakan salah satu jenis perilaku yang dianggap sebagai
perilaku dasar dan bersifat survival. Semua orang dari semua budaya
mempunyai perilaku marah, marah yang berlebihan dapat memperburuk
kesehatan. Kemarahan merupakan puncak kegagalan seseorang dalam
mengawal emosi, berbagai peristiwa hidup akan menciptakan berbagai
emosi dalam diri seseorang yang kadang-kadang membuat perilaku marah
tidak menentu dan bisa menimbulkan musibah pada kehidupan seseorang
baik secara psikis maupun fisik. Secara fisik perilaku marah dan mudah
tersinggung dapat menyebabkan masalah kesehatan diantara imsomnia,
melemahnya sistem imun, diabetes, hipertensi serta jantung.Marah pada
kasus yang lebih parah terutama pada penderita hipertensi, dapat
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah hingga kematian mendadak
(Gemilang, 2013; Aditya, 2013). Data dari Perhimpunan Dokter
Hipertensi Indonesia (InaSH) menyebutkan angka kematian penderita
hipertensi di Indonesia mencapai 56 juta jiwa terhitung dari tahun 2000-
2013.
Ketika pasien tidak bisa mengontrol emosi, dokter dan perawat
terkadang perlu mengatasi dengan komunikasi terapeutik.
1. Siaplah untuk menghadap emosi yang beragam
Ketika menghadapi orang sakit, kita mungkin akan menemukan
berbagai reaksi emosi. Sesaat setelah mulai bekerja, kita perlu
mempersiapkan diri untuk menghadapi ketidaknyamanan yang
mungkin muncul. kita juga perlu mengidentifikasi kapan sesuatu akan
berubah menjadi buruk, berdasarkan bahasa tubuh klien.
2. Memberikan Senyum
Ketika menghadapi klien yang emosi kita sebagai perawat harus
tetap memberikan senyum ramah kepada klien dan mendengarkan apa

6
yang klien sedang rasakan. Karena senyum adalah senjata ampuh untuk
meluluhkan hati seseorang.
3. Tunjukan Empati
Ketika ada klien marah, cara terbaik menghadapinya adalah
mendengarkan dan menunjukkan empati dari pada ikut berdebat dan
berargumen. Sulit mengetahui akar penyebab kemarahan, bisa jadi
karena mereka sedang kesakitan, ketakutan, atau hal lain. perawat perlu
tetap sabar dan mendengarkan keluhan klien mereka, meskipun kadang
tidak masuk akal.
4. Hati-hati Dalam Berbicara
Kata-kata memiliki kekuatan, jadi daripada memperpanas
kemarahan, kita mungkin bisa membiarkan pasien kita mencurahkan
dan menyampaikan perasaan mereka. Dengan cara bicara yang benar,
kita mungkin bisa menemukan alasan frustasi dan kemarahan mereka,
darimana itu berasal dan menyelesaikan akar permasalahannya.
5. Segera Berikan Solusi yang Cerdas dan Tepat
Ketika pasien mulai mereda emosinya, selanjutnya tawarkan lah
beberapa solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi. Jangan
menyalahkan pasien secara terang- terangan, tugas kita adalah berada di
pihak mereka. kita harus tetap tenang dan memberikan mereka solusi
yang cerdas dan terbaik, sehingga klien dan keluarga merasa saling
diuntungkan dan kepercayaan klien terhadap anda kembali seperti sedia
kala.
6. Hiburlah Mereka
Jika kita telah berusaha meredakan amarah klien dan tidak
berhasil, biarkan saja klien marah. Tidak ada orang yang sempurna, dan
jikaklien ingin marah, biarkan mereka sedikit marah, karena kita tahu
kita telah memberi yang terbaik dan kita tahu tidak Ada lagi yang bisa
kita lakukan. Ingatlah untuk tetap tenang dan berusaha menghibur
mereka, dan sampaikan bahwa kita memahami perasaan mereka.
Biarkan keberuntungan, pelampiasan, dan waktu - akan
menyelesaikannya.

7
B. Komunikasi Terapeutik Pada Klien Komplain
Komplain atau keluhan itu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk
“Komunikasi”. Sebuah informasi tentang ketidaksesuaian yang dirasakan
pihak kedua yang menerima sebuah jasa atau produk. Oleh karena itu,
Komplain atau keluhan itu sebenarnya dibutuhkan, karena komplain akan
menghasilkan sebuah informasi. Entah informasi positif atau informasi
negatif. Bahkan komplain itu merupakan sebuah komunikasi aktif yang bisa
menjurus kedalam sebuah “interaksi”. Cermatilah komplain atau keluhan itu
dari sudut pandang ilmu komunikasi. Maka sudah menjadi kewajiban kita
untuk mengelola komplain itu sebagai mana mestinya. Menempatkan
komplain sebagai bagian dari komunikasi, dan tidak menjadikan komplain
sebagai musuh atau monster yang mengerikan.
Maka tindakan kita sebagai perawat yang harus kita lakukan adalah :
1. Memberikan Senyum
Ketika menghadapi klien yang emosi/komplain kita sebagai
perawat harus tetap memberikan senyum ramah kepada klien dan
mendengarkan apa yang klien sedang rasakan. Karena senyum adalah
senjata ampuh untuk meluluhkan hati seseorang.
2. Bersikaplah Tenang, Jangan Kaku
Banyak orang yang berubah menjadi kaku dan grogi ketika
mengadapi pasien yang sedang melakukan komplain. Sikap kaku seperti
ini padahal dapat memicu perasaan kurang lega di hati klien. Untuk
menghindari hal seperti, maka posisikanlah mereka sebagai sahabat atau
saudara yang membutuhkan perhatian kita, sehingga kita dapat lebih
luwes, tenang dan santai ketika berhadapan.
3. Jadilah Pendengar yang Baik
Untuk meredakan emosi klien, ketika klien melakukan komplain,
maka hal pertama yang mereka inginkan adalah agar keluhan dan

8
pendapat mereka didengarkan. Beberapa klien memiliki cara yang
berbeda-bada dalam menyampaikan keluhannya.

4. Tunjukkan Empati
Meskipun belum tentu itu semua kesalahan dari pelayan kesehatan,
tetaplah tunjukkan empati sewajarnya. Ajak klien berkomunikasi dengan
lemah lembut dan minta maaf lah jika memang ada yang keliru terhadap
pelayanan kitaa. Senyum adalah senjata ampuh untuk menunjukkan
kepada pasien bahwa kita peduli kepada mereka.
5. Ambil Keberanian Untuk Bertanggung Jawab Atas Komplain
Misalnya komplain tersebut sebetulnya ditujukan ke tenaga
kesehatan lain, jangan langsung mengarahkan klien untuk menuju orang
tersebut dengan dalih itu bukan tanggung jawab kita. Hal ini justru dapat
menimbulkan kesan negatif bahwa kinerja kita bekerja secara individual
dan tidak mendengarkan klien secara serius. Ambil alih lah kesalahan
tersebut, dengarkan dan berikan solusi yang terbaik.
6. Segera Berikan Solusi yang Cerdas dan Tepat
Ketika pasien mulai mereda emosinya, selanjutnya tawarkan lah
beberapa solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi. Jangan
menyalahkan pasien secara terang- terangan, tugas kita adalah berada di
pihak mereka. kita harus tetap tenang dan memberikan mereka solusi
yang cerdas dan terbaik, sehingga klien dan keluarga merasa saling
diuntungkan dan kepercayaan klien terhadap anda kembali seperti sedia
kala.

C. Komunikasi Terapeutik Pada Kilen Rewel


Rewel adalah tindakan atau ekspresi saat mereka ingin menyampaikan
apa yang mereka inginkan, dengan menyampaikan dengan banyak bicara atau
dengan sering dan terkadang mengganggu orang lain.
Maka tindakan kita sebagai perawat yang akan kita lakukan adalah :
1. Siaplah Untuk Menghadap Keluh Kesah Kien Yang Beragam

9
Ketika menghadapi orang sakit, kita mungkin akan menemukan
berbagai reaksi beragam dari klien. Sesaat setelah mulai bekerja, kita
perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi ketidaknyamanan yang
mungkin muncul. kita juga perlu mengidentifikasi kapan sesuatu akan
berubah menjadi buruk, berdasarkan bahasa tubuh klien.
2. Tunjukan Empati
Cara terbaik menghadapinya adalah mendengarkan dan
menunjukkan empati dari pada ikut berdebat dan berargumen. Sulit
mengetahui akar penyebab kemarahan/komplai klien, bisa jadi karena
mereka sedang kesakitan, ketakutan, atau hal lain. perawat perlu tetap
sabar dan mendengarkan keluhan klien mereka, meskipun kadang tidak
masuk akal.
3. Bersikap Tegas
Dalam menangani klien yang rewel kita sebagai perawat harus
bersikap tegas untuk menghindari komplain yang kadang tidak masuk
akal di lakukan klien. Saat menangani klien seperti itu kita harus
memberikan penjelasan yang mudah di pahami oleh klien.
4. Segera Berikan Solusi yang Cerdas dan Tepat.
Ketika pasien mulai mereda emosinya, selanjutnya tawarkan lah
beberapa solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi. Jangan
menyalahkan pasien secara terang- terangan, tugas kita adalah berada di
pihak mereka. kita harus tetap tenang dan memberikan mereka solusi
yang cerdas dan terbaik, sehingga klien dan keluarga merasa saling
diuntungkan dan kepercayaan klien terhadap anda kembali seperti sedia
kala.

10
KASUS
Tn. Bob, 48 tahun menderita penyakit diabetes melitus di bagian kaki,
dan tidak terima akan penyakinya klien sering berperilaku mengancam dan
akan menyerang orang lain, tetapi dia mengetahui akibatnya. Selama di RS
klien sering teriak-teriak. Klien makan secara mandiri, tapi mandi dan
berpakain dengan pengawasan. Klien menolak pengobatan karena takut akan
di amputasi pada bagian kaki yang mulai membusuk. Tangan klien sering
mengepal, mata melotot dan suara keras saat bicara dengan perawat. Klien
dapat berinteraksi hanya dengan 1 perawat saja. Saat berkomunikasi klien
menjawab sesuai dengan yang di tanya, namun terkadang tidak lancar. Klien
susah tidur di malam hari jika tidak di berikan obat. Untuk jadwal makan,
mandi dan berpakaian butuh pengarahan terus menerus dari perawat. Klien
mengatakan sering merasa marah kalo ada keinginnya yang tidak terpenuhi,
karna keterbatasan fisiknya tersebut dan setiap kali marah klien ingin
memukul. Commented [a2]: Kasus masih kurang detail cari satu masalah
yang ingin di anggat misalkan kenapa klien sering marah-marah
karena tidak terima dengan diagnosis penyakitnya, menyalahkn
dokter atau perawat sehingga mendapatkan pykt seperti itu

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antarmanusia. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama
memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar. Untuk itu
perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
mencakup keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang
tercermin dalam prilaku caring atau kasih sayang dan cinta dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Seperti Komunikasi terapeutik pada klien
marah-marah Siaplah untuk menghadap emosi yang beragam, Memberikan
Senyum, Tunjukan Empati, Hati-hati Dalam Berbicara, Hiburlah Mereka.
Komunikasi terapeutik pada klien komplain kita harus Jadi pendengar yang
baik, tunjukkan Empati, segera berikan solusi yang cerdas dan tepat ambil
keberanian untuk bertanggung jawab atas komplain, bersikaplah tenang,
jangan kaku. komunikasi terapeutik pada kilen rewel, siaplah untuk
menghadap keluh kesah klien yang beragam, bersikap tegas segera berikan
solusi yang cerdas dan tepat tunjukan empati.

B. Saran
Saran kami berkomunikasi pada pasien marah, komplein, dan rewal
harus bersikap profesional meskipun pasien sering marah, komplein, dan
rewal itu terkadang sadar atau tidak sadar melakukan hal yang tidak
diinginkan oleh semua pihak maka kita sebagai seorang perawatlah yang

12
harus lebih menyokong pasien yang mempunyai karakter seperti di atas agar
pasien bisa berkembang dan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, C. (2013). Terapi Beragam asalah Emosi Harian. Yogyakarta : Sabil

Anas, Muhammad,21 mei 2014,Tulisanku, (Karya Artikel)

Arwani. (2003). Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Damaiyanti M, 2014, Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.

Bandung: PT. Refika Aditama

Devi C. (2012) Komunikasi Terapeutik, Perilaku, Perawat. Pengetahuan.

https://id.scribd.com/document/359108363/Tehnik-Berkomunikasi-Terapeutik-

Untuk-Mengatasi-Klien-Marah (diunduh 2019 September 12)

https://id.scribd.com/document/349791240/Komunikasi-Pd-Pasien-Komplain-

Komkep-Pak-Rully (diunduh 2019 September 12)

Iyus Yosep. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

13

Anda mungkin juga menyukai