Anda di halaman 1dari 22

KONSEP TUMBUH KEMBANG DAN TUGAS PERKEMBANGANNYA

PADA LANSIA

Dosen pengampu: Ns. Slametiningsih S.Kep., M.Kep.

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa 1

Disusun Oleh :

Kelompok 8

Antyesti Rizki Nanda Puspitasari


Desma Rahmawati Ninin Latifatul
Dhinda Amaliany Salsabila Yudha
Dwirima S.

4B

Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas muhammadiyah Jakarta

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Konsep Tumbuh Kembang dan Tugas Perkembangan Pada Lansia” guna
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 1.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan baik dari
segi penyusunan ataupun dari segi materi . Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca guna perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, dan semoga apa yang
kita perbuat mendapat ridho dari Allah SWT .

Jakarta, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….…….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………. 2
C. Tujuan ……………………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ………………………………………………………………………... 3
B. Perubahan Fisik ... ………………………………………………………………… . 4
C. Perubahan Kognitif ……………………………………………………..…............ 7
D. Perubahan Psikososial…………..……………………………………………………. 7
E. Tugas Perkembangan Lansia ………………………………………………………… 8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………...………………….……. 9
B. Saran …………………………………………………………………………….…. 9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh
bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-protein baru,
menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian. Dalam
pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran
tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia
itu. Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan.
Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas
seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan
pembelajaran (learning). Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis dan
berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi
perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual,
dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan bertambahnya
sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara
simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung. Perkembangan emosional
dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan anak.
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena
itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural
disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan
episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun,

1
65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia
yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu
penanganan segera dan terintegrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari menua?
2. Bagaimana perubahan fisik, kognitif, psikososial pada lansia?
3. Apa tugas perkembangan pada lansia?

C. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu menua, perubahan fisik, perubahan kognitif, perubahan
psikososial pada lansia dan tugas perkembangan pada lansia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan makin memburuk,
gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional.
WHO dan Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada
Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses yang berangsur-angsur
yang mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir
dengan kematian.
Sebagai akibat proses menua terdapat perubahan dalam tatacara pelayanan
kesehatannya, yang penyebabnya dapat diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu (Kane et al,
1994):
 Perubahan-perubahan anatomik atau fisiologik akibat proses menua
 Berbagai penyakit atau keadaan patologik sebagai akibat penuaan
 Pengaruh psiko-sosial pada fungsi organ

Dalam kenyataan memang sukar untuk membedakan apakah suatu abnormalitas


disebabkan oleh proses menua (normal) ataukah diakibatkan oleh proses penyakit.
Walaupun demikian pembedaan ini sangat penting guna memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat pada usia lanjut. Karenanya harus dihindari pemberian pengobatan
pada “abnormalitas” yang diakibatkan oleh proses menua normal, seperti juga harus
dihindari mengganggap abnormalitas patologik sebagai suatu keadaan normal akibat
proses menua. Hal -hal tersebut harus diingat karena seorang lanjut usia sangat rentan
terhadap efek iatrogenic.

3
a. Teori Proses Menua
Proses menua bersifat individual :
1. Tahap proses menua terjadi pada orang usia berbeda.
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan berbeda.

Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.

b. Perubahan akibat proses menua dan usia biologis


Dengan makin lanjutanya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya
penurunan anatomic (dan fungsional) atas organ organnya makin besar. Penelitian
Andres dan Tobin (seperti dikutip oleh Kane et al) mengintroduksi “hukum 1%”
yang menyatakan bahwa fungsi organ akan menurun sebanyak satu persen setiap
tahunnya setelah usia 30 tahun. Walaupun penelitian oleh Svanborg et al
menyatakan bahwa penurunan tersebut tidak sedramatis seperti diatas, tetapi
memang terdapat penurunan yang fungsional yang nyata setelah usia 70 tahun.
Sebenarnya lebih tepat bila dikatakan bahwa penurunan anatomic dan fungsi
organ tersebut tidak dikaitkan dengan umur kronologik akan tetapi dengan umur
biologiknya. Dengan perkataan lain, mungkin seseorang dengan usia kronologik
baru 5 tahun, tetapi sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomic dan
fungsional yang nyata akibat “umur biologiknya” yang sudah lanjut sebagai akibat
tidak baiknya factor nutrisi, pemeliharaan kesehatan dan kurangnya aktivitas.
Penurunan anatomic dan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan
lebih mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut.

B. Perubahan Fisiologis
Kemampuan fisik seperti berjalan dan berlari sedikit demi sedikit menurun, hal ini
dikarenakan factor usia. Reaksinya semakin lambat dalam berespon :
 Sel
1. Jumlah sel menurun atau jumlah lebih sedikit.
2. Ukuran sel lebih besar.
3. Jumlah cairan dan cairan intraseluler berkurang.
4. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun.
5. Jumlah sel otak menurun.
6. Mekanisme perbaikan sel terganggu.
7. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.

4
8. Lekukan otak akan mejadi lebih dangkal dan melebar

 Sistem Persarafan
1. Menurun hubungan persarafan.
2. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap harinya).
3. Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stres.
4. Saraf pancaindra mengecil.
5. Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa
mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan rendahnya ketahan terhadap
dingin.
6. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
7. Defisit memori.

 Sistem pendengaran
1. Gangguan pendengaran.
2. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3. Terjadi penumpukan serumen.
4. Fungsi pendengaran semakin menurun.
5. Tinitus (bising yangbersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus
menerus atau intermitten).
6. Vertigo.

 Sistem penglihatan :
1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar menghilang.
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3. Lensa lebih suram.
4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar , dan daya adaptasi terhdap kegelapan
lebih lambat.
5. Penurun atau hilangnya daya akomodasi.

 Sistem Kardiovaskuler :
1. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
2. Elastisitas dinding aorta menurun.

5
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun.
4. Curah jantung menurun.
5. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
6. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan.
7. Tekanan darah meniggi akibat resistesi pembulu darah perifer meningkat. Sistol
normal ± 170 mmHg, diastol ± 95 mmHg.

 Sistem pengaturan suhu :


1. Temparatur tubuh menurun.
2. Pada kondisi ini lanjuta usia merasa kedinginan dan menggigil.
3. Keterbatasan reflek mengigil dan tidak dapat memproduksi panas.

 Sistem pernapasan :
1. Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi.
2. Aktifitas silia menurun.
3. Paru kehilangan elastisitas.
4. Ukuran alveoli melebar.
5. Berkurangnya elastisitas bronkus.
6. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

 Sistem pencernaan :
1. Kehilangan gigi. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi yang buruk.
2. Indra pengecap turun.
3. Esofagus melebar.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun, motilitasdan waktu pengosongan
lambung menurun.
5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorpsi melemah.
7. Hati semakin mengecil.

 Sistem reproduksi
 Wanita :
1. Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.
6
2. Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi.
3. Atrofi payudara.
4. Atrofi vulva.
5. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, dan sekresi berkurang.

 Pria
1. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa.

C. Perubahan kognitif
Kemampuan mengingat pada lansia akan menurun dibeberapa area, kebanyaan orang
akan menemukan cara untuk mengimbangi seperti membaca buku untuk mendapatkan
pengetahuan dan lainnya.
Kehilangan memori adalah aspek penuaan yang paling menggangu dan membuat
frustasi, dengan bertambahnya usia, kehilangan memori jangka pendek (mengingat
kembali kejadian yang baru terjadi) lebih sering terjadi dibandingkan kehilangan memori
jangka panjang (mengingat kembali kejadian yang pernah terjadi di masa lampau).
Kecepatan untuk mengingat kembali memori juga menurun sejalan dengan
bertambahnya usia. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap perubahan memori pada
orang usia lanjut. Stres atau krisis, depresi, rasa tidak berharga, hilang minat pada
kejadian saat ini, perubahan serebrovaskuler yang mempengaruhi fungsi serebral
hilangnya sel-sel syaraf karena penyakit atau trauma, dan deprifasi sensori atau isolasi
sosial dapat terjadi dengan meningkatnya usia. Kerusakan memori untuk mengingat
kejadian saat ini dapat diakibatkan menurunnya penglihatan atau pendengaran. Kondisi
ini membuat orang lanjut usia mencari rasa nyaman dengan mengingat masa lalu dan
pengalamannya, sebagai cara menggantikan kebutuhan untuk tetap bersentuhan dengan
kondisi saat ini.

D. Perubahan Psikososial
Menjalin hubungan dengan keluarga dan teman dekat dapat memberikan dukungan
yang sangan penting bagi diri lansia. Menurut Erik H Erickson mengungkapkan
pendapatnya tentang teori tentang perkembangan psikososial diantaranya:
1. Generativitas vs stagnasi atau absorpsi diri – dewasa tengah (45 – 65 tahun).
Absorpsi diri orang dewasa akan direnungi selanjutnya, mengekspresikan
kepedulian pada dunia di masa yang akan datang, perenungan diri sendiri mengarah
7
pada stagnasi kehidupan. Orang dewasa membimbing generasi selanjutnya,
mengekspresikan kepada dunia dimasa yang akan datang.

2. Integritas ego vs putus asa -- dewasa akhir (65 tahun keatas)


Masa lansia dapat melihat kebelakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup
dan kematian, pencaian yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan
perasaan putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari
ketidakberuntungan.

E. Perubahan Moral
Lansia pada umumnya dikatakan sebagai manusia yang bermoral. Moral
merupakan kepuasan hidup dan kebahagiaan hidup, hal ini termasuk dalam komponen
emosional dari perilaku lansia itu sendiri sebagai gambaran dari perasaan lansia di
masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Secara segi moral, usia dewasa akhir lebih cenderung tidak perduli lagi dengan
norma-norma atau aturan-aturan yang ada di lingkungan tersebut. Hal ini dikarenakan
banyaknya terjadi kemunduran dalam fisiknya yang berakibat berdampak pada
moralnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social para lansia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan
terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah
masyarakat, hambatan kontak fisik, dan berkurangnya komitmen. Menurut Erikson,
perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting,
yaitu keintiman, generative, dan integritas.

Tingkat moralitas pasca-konvensional, menurut Jean Piaget : 13 tahun-


meninggal

a. Individu yang memperoleh nilai moral yang benar.


b. Kontrol diri berasal dari dalam.
c. Pencapaian nilai moral yang benar terjadi setelah dicapai formal operasional.
d. Tidak semua orang mencapai tingkat ini.

F. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan dengan keakuratan
mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas

8
motivasi dan inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia.
Konsep diri yang positif dapat menjadikan seseorang mampu berinteraksi dengan
mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosial.
Adanya penurunan dari intelektualitas meliputi persepsi, kemampuan memori,
dan belajar. Pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan
berinteraksi. Dengan adanya penurunan fungsi system sensorik, akan terjadi
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus
sehingga terkadang akan muncul reaksi/aksi yang berbeda dari stimulus yang ada.
Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain
keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi juga berperan. Motivasi akan
semakin menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi
orang lain dan keluarga.

G. Spiritual

Seiring bertambahnya usia dan mengalami tantangan hidup, seperti kehilangan


orang yang dicintai, penurunan kesehatan fisik, dan sadar bahwa akir hidup mungkin
semakin dekat, spiritualitan akan menjaddi lebih penting (Touhy dan Jett 2012).
Spiritualitas melibatkan “menemukan makna inti dalam kehidupan” (Manning 2013).
Spiritualitas merupakan konsep yang lebih luas daripada agama, meliputi nilai-nilai
seseorang atau keyakiinan, pencarian makna, hubungan dengan kekuatan yang lebih
tinggi, alam, dan orang lain.

Memenuhi kebutuhan masalah spiritualitas klien adalah bagian dari asuhan


keperawatan yang holistik, jika perawat nyaman dengan spiritualitas mereka sendiri,
mereka akan lebih memperhatikan kebutuhan spiritualitas klien mereka. Isyarat yang
terlihat, seperti memakai sebuah artikel agama, Al Qur’an, doa, dan buku-buku
inspirasi dapat memberikan wawasan yang berguna dan saran untuk membuka
diskusi tentang kebutuhan rohani (Eliopoulos 2014).

 Dewasa Tua
a. Young-old 65-74 tahun beradapptasi dengan masa pensiun (penuan
penghasilan ), beradaptasi dengan perubahan fisik, serta dapat berkembang
penyakit kronis. Implikasi keperawatn : bantu individu untuk menjaga aktivitas
fisik dan sossialnya, mempertahankan interaksi dengan kelompok sebayanya.

9
b. Middle-old 75-84 tahun: diperlukan adaptasi terhadap penurunan kecepatan
dalam percepatan dan kemampuan sensori, sserta peninggkatan ketergantungan
terhadap orang lain. Imlikassi keperawatan : bantu individu untuk menghadapi
kehilangan (pendengaran, penglihatan, kematian orang tercinta)
c. Old-old 85 tahun ke atas : terjadi peningkatan gangguan kesehatan fisik,
imlikasi keperawatan : bantu individu dalam perawatan diri dan mempetahankan
kemampuan mandirinya jika memungkinkan.

 Dewasa lanjut (middle age)


a. Mendapatkan tanggung jawab sosial dan sebagai warga negara
b. Membangun dan mempertahankan standar ekonomi keluarga
c. Membimbing anak dan remaja untuk menjadi dewasa yang bertanggung
jawab dan menyenangkan
d. Mengembangkan kegiatan
e. kegiatan diwaktu luang
f. Membina hubungan dengan pasangan sebagai individu
g. Mengalami dan menyesuaikan diri dengan beberapa perubahan fisik
h. Menyesuaikan diri dengan situasi pensiundan penghasilan yang semakin
berkurang.

 Usia Lanjut (late maturity)


a. Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
b. Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan yang semakin
berkurang
c. Menyesuaikan diri dengan keadaan kehilangan pasangan (suami/istri)
d. Membina hubungan dengan teman sesama usia lanjut
e. Melakukan pertemuan-pertemuan sosial
f. Membangun kepuasan kehidupan
g. Kesiapan menghadapi kematain

H. Seksualitas
Penelitan menunjukan lansia mengalami perubahan spesifik-seks, seperti penurunan
kecepatan dan durasi ereksi pada pria daan penurunan lubrikasi vagina pada wanita,
penelitian juga menunjukan respon seksual dan kapasitas mengalami organsme menurun
10
secara bermakna seiring dengan pertambahan usia. Akan tetapi, tidak melakukan
aktivitas seksual dalam jangka waktu yang lama meningkatkan resiko atrofi genetal
akibat tidak digunakan.
Berdasarkan penelitian berkurangnya kemampuan seksual pria ditunjukkan dalam
bentuk:
 Frekuensi persetubuhan terus menurun
 Kecepatan tercapainya ereksi penuh semakin lambat, bahkan kehilangan
kemampuan ereksi spontan.
 Sudut elevasi ereksi semakin pendek
 Nafsu girahi semakin rendah dan munculnya semakin jarang
Sebanyak ±75% pria usia di atas 65 tahun mengalami pembesaran prostat.

Perubahan yang terjadi pada alat seksual wanita adalah sebagai berikut:
 Menopause
 Buah dada menipis menjadi lembek dan menggantung
 Rahim dan indung telur menciut
 Kemudahan terangsang menurun, ada kaitannya dengan persyarafan alat kelamin

Selain perubahan fisiologis, faktor lainnya yang dapat menghambat aktivitas seksual
adalah budaya yang tabu, prinsip moral yang kaku, citra diri negatif, kehilangan privasi
dan kemandirin, efek merugikan obat dan penyakit. Seperti artritis, neuropati, serta
penyakit pembuluh darah perifer. Fakta wanita biasanya hidup lebih lama dari pria, yang
membuat mereka tanpa pasangaan, juga menyebabkan penurunan aktivitas seksual di
kalangan lansia. Banyak pasangan lansia mengalami masalak seksual pada masa tuanya
karena tidak mendapatkan informasi mengenai perubahan fisiologis terkait usia.

I. Tugas Perkembangan Lansia


Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh
keluarga dalam setiap tahap perkembangannya. Keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan biologis, imperative (saling menguatkan), budaya dan aspirasi serta nilai-nilai
keluarga. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988), tugas perkembangan keluarga dengan
lansia adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

11
b. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
d. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan
e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut

Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan perawatan dirinya sendiri, keluarga
dan orang-orang disekitarnya pun perlu memahami bagaimana melakukan perawatan
yang tepat bagi lansia tersebut. Oleh karena selama individu tersebut memiliki semangat
untuk hidup serta melakukan kegiatan-kegiatan, maka ia akan tetap produktif dan
berbahagiameskipun usianya telah lanjut. Adapun tugas perkembangan lansia adalah
sebagai berikut:
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
d. Mempersiapkan kehidupan baru
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan social/masyarakat secara santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

J. Konsep Community Mental Health Nursing (CMHN)


Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah layanan keperawatan yang
komprehensif, holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa,
rentan terhadap stres (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta
pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa). Pelayanan keperawatan komprehensif adalah
pelayanan yang difokuskan pada pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat
jiwa, pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah
psikososial (resiko gangguan jiwa) dan pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa
dengan proses pemulihan (Keliat et al, 2012).
a. Pencegahan prime

Tatanan pelayanan primer dapat menjadi tempat kontak yang paling penting
antara klien dengan masalah kesehatan jiwa dengan sistem pelayanan kesehatan.
Sebagian besar orang akan mencari bantuan terkait dengan masalah kesehatan
jiwanya melalui pemberi layanan primer.

Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan


pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah
terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa
12
sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Aktivitas
pada pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan, program stimulasi
perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa, manajemen setres, Persiapan
manjadi orang tua

b. Pencegahan sekunder

sekunder diarahka pada mereka yang telah terkena pentakit tertentu supaya
kondisinya tidak memburuk (Setiadarma, 2002). Menurut (Keliat et al, 2012), fokus
pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan
penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan
adalah 16 anggota masyarakat yang berisiko atau memperlihatkan tanda-tanda
masalah psikososial dan gangguan jiwa

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier berlaku bagi mereka yang terkena gangguan penyakit cukup
parah agar tidak terancam jiwanya. Menurut (Keliat et al, 2012) Pencegahan Tersier
adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayanan keperawatan adalah pada
peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau
ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat
yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
NAMA : .................................
USIA : .................................
ALAMAT : .................................
NAMA PENANGGUNG JAWAB : .................................
HUBUNGAN DENGAN KLIEN : .................................
TANGGAL PENGKAJIAN : .................................

Petunjuk teknis pengisian format :


1. Berilah tanda (√) jika klien dan keluarga mampu melakukannya
2. Apabila semua kemampuan tercapai (jawaban “Ya“ mencapai 100%) maka
dikategorikan “Normal“ namun bila kurang dari 60% maka dikategorikan
“Penyimpangan“

KETERANGAN PERTANYAAN YA TIDAK


KOGNITIF Hari dan tanggal berapa hari ini? (sesuai tanggal
pengkajian)
(jawaban disesuaikan data medik klien)
Apakah anda ingat alamat rumah?
Berapa nomor telepon Anda?
Berapa umur Anda?
Kapan Anda lahir?
Apakah Anda sudah menikah?
Apakah Anda mengingat usia pernikahan Anda?
Apakah Anda mengingat nama anggota keluarga inti
Anda?
FISIOLOGI Apakah frekuensi BAB/BAK Anda teratur?
(disesuaikan perkembangan teori fisiologi lansia)
Apakah ada kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari?
Apakah Anda mengalami sulit tidur?
Apakah penglihatan dalam jarak 100 cm terlihat jelas?
Apakah ada kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari?
Apakah Anda mengalami sulit tidur?
Apakah pendengaran dengan jarak 100 cm masih
terdengar?

14
Apakah masih kuat untuk mengangkat benda berat (1
kg)?
Apakah anda masih kuat untuk berjalan jauh sejauh 3
meter?
Apakah anda sering mengalami nyeri sendi?
Apakah anda mudah lelah?

PSIKOLOGI Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan


anda?
Sudahkah anda mengeluarkan aktifitas dan minat anda?
Apakah Anda pernah merasa bahwa hidup Anda
kosong?
Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda?
Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu?
Apakah anda terbuka dengan keluarga (teman-teman)
anda?
Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup
sekarang ini?
Apakah Anda merasa anda masih berguna dengan
keadaan Anda sekarang?
Apakah Anda merasa penuh berenergi?

MORAL/ETIKA Apakah keputusan Anda harus dilaksanakan?


Apakah Anda berprilaku adil?
Apakah Anda membenci kebohongan?
Apakah Anda sering bersikap acuh tak acuh?

SOSIAL Apakah anda mempunyai teman untuk


curhat/bercerita?
Apakah Anda puas dengan cara keluarga (teman-
teman) Anda membicarakan sesuatu dengan Anda dan
mengungkapkan masalah dengan Anda?
Apakah Anda puas bahwa keluarga (teman-teman)
Anda menerima dan mendukung keinginan Anda untuk

15
melakukan aktivitas baru?
Apakah Anda puas dengan cara keluarga (teman-
teman) Anda mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi Anda, seperti marah, sedih atau
mencintai
Apakah Anda mengikuti mengikuti kegiatan kelompok
(pengajian/senam lansia/posyandu)?
SPIRITUAL Apakah Anda sudah menyiapkan diri menghadapi
kematian?
Apakah Anda melaksanakan kegiatan ibadah rutin
sesuai keyakinan dan agama?
Apakah Anda mempunyai sistem nilai dan pandangan
agama?
Apakah Anda menerima dan menyesuaikan diri dengan
kematian pasangan (suami/istri)? (jika pasangan sudah
meninggal)
SEKSUALITAS Apakah Anda masih melakukan hubungan seksual?
Apakah Anda mengalami perubahan seksualitas?
Apakah Anda mengalami ketakutan akan tidak
berfungsinya organ seks secara normal?
Apakah Anda masih aktif dalam melakukan hubungan
seksual?
Apakah Anda tidak tertarik lagi berhubungan seksual?

Wanita
Apakah Anda mengalami perubahan pola menstruasi?
Apakah mengalami penurunan elastisitas jaringan
payudara atau hilangnya kelenturan?
Pria
Apakah Anda mengalami penurunan ereksi?
Apakah Anda mengalami penurunan orgasme?
Apakah Anda mengalami sakit pada alat kelamin
sewaktu mastrubasi?

16
B. Diagnosa Keperawatan
 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Lansia

C. Rencana Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan
keperawatan kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu
penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan dengan
pasien; pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa dan gangguan
jiwa; aktivitas kehidupan sehari-hari meliputi perawatan diri; terapi modalitas seperti
terapi aktivitas kelompok, terapi lingkungan dan terapi keluarga; tindakan kolaborasi.
Dalam menyusun rencana tindakan harus dipertimbangkan bahwa untuk mengatasi
sebuah diagnose keperawatan diperlukan dalam beberapa kali pertemuan hingga
tercapai kemampuan yang diharapkan baik untuk pasien maupun keluarga.
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan dengan kriteria hasil:
1) Lansia dapat menyebutkan dan menjelaskan karakteristik perkembangan
psikososial yang normal (merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan
mampu mengikuti kegiatan social dan keagamaan di lingkungannya)
2) Lansia dapat menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal
dan merasa hidupnya bermakna.
3) Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang
normal.

17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Orang yang memasuki usia lanjut memiliki ciri-ciri khas, diantaranya usia lanjut
merupakan periode kemunduran dan menua membutuhkan perubahan peran. Pada lansia
terjadi banyak perubahan, diantaranya perkembangan jasmani atau fisik, perkembangan
kognitif, perkembangan sosial.

B. SARAN
Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu perkembangan yang
terjadi pada lansia oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita siapkan dengan sebaik-
baiknya masa tua kita. Gunkan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak
menyesal di masa tua.

18
DAFTAR PUSTAKA

Maas, Meridean L.. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta: EGC

Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Stoppard, Miriam. 2010. Panduan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Erlangga

Stuart, Gail W. 2013. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore:

Elsevier

19

Anda mungkin juga menyukai