Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi
dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C.
Baughman. 2000 ).
Dapat disimpulkan artritis Reumatoid adalah suatu penyakit
peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan
(inflamasi) terjadi secara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan
menyebar kestruktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa
sendi,legamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel
darahputih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan
pembentukanjaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi
danpenebalan membran pada sinovium, terjadi hambatan aliran darah
dannekrosis sel dan inflamasi berlanjut. Pembentukan panus terjadi
olehpenebalan sinovium yang dilapisi jaringan granular. Penyebaran
panuske sinovium menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan
parutmemacu kerusakan sendi dan deformitas. Biasanya jaringan ikat
yangpertama kali mengalami kerusakan adalah jaringan ikat
yangmembentuk lapisan sendi, yaitu membrane sinovium

B. ETIOLOGI
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara
pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,

1
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone &
Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis
reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor
infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma
atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderita. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri,
mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara
antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme
diperatarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-
organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi
lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng
ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR
menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi
jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap
penyakit autoimun.

C. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL


1. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal
(tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari
tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya
otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206
tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun

2
rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat
dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan menjadi rangka aksial,
rangka apendikular, dan persendian.
a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan
torso.
1. Kolumna vertebra
2. Tengkorak
a) Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-
organ panca indera.
b) Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi
gigi.
c) Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.
d) Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan
tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat
melekatnya lengan dan tungkai pada rangkai aksial.
c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
Fungsi Sistem Rangka :
1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh,
tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan
organ, juga memberi bentuk pada tubuh.
2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka
saat bergerak, adanya persendian.
3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam
tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid
(yellow marrow).
Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan
atas.

3
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya
terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri
dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat
disebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang
pendek.

Gambar : tulang pada tubuh manusia

a. Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang
pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk
tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendon
misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang memiliki
sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh
secara longitudinal,bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan
dengan metaphysic yang berbentuk silinder.

4
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler
dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki
arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat
pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi
pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow,
dan sistem harvest.
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik)
mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis
sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri.

b. Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang


Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan
maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian
pertumbuhan yang seimbang pembentukan dan penghancuran hanya
berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun –tahun berikutnya
rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami
penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan
dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai
berikut :
1) Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90%
fosfor. Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik.
Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan
berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah,
calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.
2) Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam
menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal.
Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor
oleh ginjal bila di perlukan.
3) Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah
untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus,
juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas
kalsium dari tulang.

5
c. Proses Pembentukan Tulang
Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar
ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi
denagan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan
tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin,
termasuk vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah
D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan olehakifitas foto kimia pada kulit
ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan
diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa – globulin sebagai
transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi
kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal
untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25
dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di
produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di
dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi
kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan
kadar fosfat dalam cairan darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara
optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu
pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan
vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus,
dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan
pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
a) Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun
sekresi hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam
menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini
menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi
absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
b) Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang
tulang dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa
sebelum pubertas.

6
c) Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan
hormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk
mengurangi atau meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga
membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus
kecil.
d) Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan
menghambat hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun
seperti pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa
tulang (osteoporosis).
Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan
ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi
dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut)
dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang
mungkin dilakukan pada persendian).

Gambar. Sendi
1) Klasifikasi struktural persendian :
a) Persendian fibrosa
b) Persendian kartilago
c) Persendian sinovial.
2) Klasifikasi fungsional persendian :
a) Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan
ikat fibrosa atau kartilago.
b) Amfiartrosis

7
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan
kompresi .
c) Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi
sinovial.Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan
sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang,
dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago
artikular.
3) Klasifikasi persendian sinovial :
a) Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih
besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi
bahu.
b) Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja.
Contoh : persendian pada lutut dan siku.
c) Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis
sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal
tulang radius dan ulna.
d) Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah
di sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang
radius dan tulang karpal.
e) Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
f) Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu
tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian
intervertebra.
2. Anatomi Fisiologi Otot.
Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah
energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap
perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50%
berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut
otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan
melakukan pekerjaan.

8
Gambar. Otot pada tubuh manusia

4) Fungsi sistem Muskular


a) Pergerakan
b) Penopang tubuh dan mempertahankan postur
c) Produksi panas.
5) Ciri-ciri otot
a) Kontraktilitas
b) Eksitabilitas
c) Ekstensibilitas
d) Elastisitas
6) Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya
striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali
konstruksinya,volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan
juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan
di jantung.

9
7) Jenis-jenis Otot
a) Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
b) Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot
ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti
kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada
sistem respiratorik, pencernaan,reproduksi, urinarius, dan sistem
sirkulasi darah.
c) Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan
pada jantung.

D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya artritisreumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Yang lain. terutama yang mempunyai faktor reumatoid (seropositif
gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,

10
proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan
meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan
generative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi
otot.

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Tanda dan gejala setempat
1) Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning
stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih
dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam
sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang
biasanya tidak berlangsung lama.
2) Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.
3) Poli artritis simetris sendi perifer → Semua sendi bisa terserang,
panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling
sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan,
meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga.
4) Artritis erosif → sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi
yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat
dilihat pada penyinaran sinar X.
5) Deformitas → pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi
yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan
kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami
ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total.
6) Rematoid nodul → merupakan massa subkutan yang terjadi pada
1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa
olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah,
bentuknya oval atau bulat dan padat.
7) Kronik → Ciri khas rematoid artritis.

11
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula
perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan
pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan
pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
LED: Umumnya meningkat pesat (80-100mm/h). Mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat.
Ig (IgM dan IgG): Peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR.
Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida: Identifikasi peradangan sinovium.

G. PENATALAKSANAAN MEDIK DAN TERAPI


Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini.

12
b) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang,
ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d) Termoterapi
e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
f) Pemberian Obat-obatan :
1) Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan
pada dosis yang telah ditentukan.
2) Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
3) Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik,
Anty Inflamatory)
4) Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
5) Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
6) Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
7) Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
8) Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
9) Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

H. KOMPLIKASI
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Terjadi splenomegali

I. PENCEGAHAN
Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri
juga bisa dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres es.
Kompres es bias menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi enzim.
Kemudian banyak jenis sayuran yang dapat di konsumsi oleh penderita
rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat mengurangi
gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan nyeri rematik,

13
misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau minyak juniper
yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.
J. ASUHAN KEPERAWATAN

1) Pengkajian
a) Identitas Pasien
Terdiri dari nama, Umur, Diagnosa Medis, Agama, Suku/Bangsa dan
Alamat.
b) Riwayat Kesehatan
Terdiri dari riwayat kesehatan saat ini, lalu dan Riwayat kesehatan
keluarga
c) Pemeriksaan Fisik, meliputi head To Toe dan per sistem
2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d. agen cedera biologis
b. Risiko Cedera b.d. kelemahan fisik
c. Risiko jatuh b.d. fakor internal dan eksternal

14
ASUHAN KEPERAWATAN PADA OMA. A

A. PENGKAJIAN
a. Identitas Diri Klien
N a m a : Oma. A
Tanggal masuk Panti : 10 Januari 1990
Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 07 November 1942
Sumber Informasi : papan informasi panti
U m u r : 77 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jakarta
Status Perkawinan : Sudah Menikah
A g a m a : Khatolik
S u k u : Tiongkhoa
Pendidikan : SD

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan saatt ini
Nyeri dan kaku di bagian pergelangan kaki dan sulit digerakan
Diagnosa Medik : Artritis Reumatoid
TTV : TD : 130/90 mmHg
N : 82x/menit
R : 22x/menit
S : 360 C
2) Riwayat Kesehatan yang lalu
Oma A pernah mengalami jatuh 2 kali
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Informasi tentang keluarga tidak diketahui oleh pasien
1. Pola Nurtisi :
a) Frekwensi makan : 3x sehari makanan berat, 2 x sehari snack
Berat Badan : 80 kg
Tinggi Badan : 159 cm

15
b) Jenis makanan : Daging, sayur, nasi, Snack
c) Makanan yang disukai : menyukai semua jenis makanan
d) Nafsu makan : baik
2. Pola Eliminasi :
a) Buang air besar
Frekwensi : Tidak teratur
W a k t u : pagi/siang/sore/malam
W a r n a : kuning kecoklatan
Konsistensi : padat
b) Buang air kecil
Frekwensi : 4 x di siang hari
W a r n a : kuning pekat
B a u : berbau
3. Pola tidur dan istirahat
Waktu tidur (jam) : jam 9 pagi sudah mulai mengantuk
Lama tidur/hari : 6 jam / hari
Kebiasaan pengantar tidur : Mendengarkan musik
Kebiasaan saat tidur : miring kanan
Kesulitan dalam hal tidur : tidak ada
4. Pola Aktifitas dan Latihan
1. Kegiatan : berjemur setiap pagi
2. Olah Raga : - Jenis : ROM
- Frekwensi :1 x sehari
4. Kesulitan/keluhan dalam hal : pergerakan tubuh
5. Aspek Psikososial
a. Pola pikir & persepsi
1) Alat bantu yang digunakan : walker
2) Kesulitan yang dialami : Kesulitan dalam berjalan
b. Suasana Hati : bahagia dan bisa jadi sedih jika di ganggu
c. Hubungan/komunikasi
1) Bicara : jelas
Bahasa Utama : Bahasa Indonesia campur bahasa China

16
Oma A. mampu bersosialisasi dengan teman-teman sewisma
ataupun tetangga wisma serta setiap pengunjung yang datang
2) Tempat Tinggal
Bersama orang lain di panti wreda karitas
3) Kesulitan dalam Keluarga : Hubungan dengan anak kurang
harmonis
6. Pertahanan Koping
a) Pengambilan Keputusan : dibantu orang lain
b) Yang dilakukan jika stress : marah, diam, dan nangis sambil
teriak-teriak
7. Sistem Nilai - Kepercayaan
a) Siapa atau apa sumber kekuatan : Doa kepada Tuhan dan Keluarga
b) Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan : sebelum
makan dan masuk kamar/wisma Oma. A selalu berdo’a
8. Pengkajian Fisik Per sistem
Tanda-tanda Vital Saat di kaji :
TD : 130/90 mmHg
N : 82x/menit
R : 22x/menit
S : 360 C
1) Sistem persyarafan : kesadaran oma A. komposmentis
2) Sistem pendengaran : presbiakusis (+), oma A sering
menanyakan kembali pertanyaan yang sama yang sudah dilontarkan.
3) Sistem penglihatan : kornea berbentuk sferis, kekeruhan pada lensa
(+) yang menyebabkan katarak, mengedip 8x/5 detik.
4) Sistem kardiovaskuler : TD : 130/90 mmHg, N : 82x/menit.
5) Sistem respirasi : otot pernapasan mengalami penurunan, RR :
22x/menit.
6) Sistem pencernaan : gigi oma A. tanggal semua, sering makan,
frekuensi 3x sehari makan makanan berat, 2 x sehari makan snack,
dan terkadang oma A. juga meminta sisa makanan dari teman-teman
wismanya, BAB 1x/hari

17
7) Sistem integument : kulit mengerut, keriput, permukaan kulit kasar
dan bersisik serta tampak kering, bercak-bercak pigmentasi (+), kulit
kepala dan rambut menipis, rambut berwarna putih.
8) Sistem perkemihan : BAK 4 kali disiang hari jika oma A. minum
banyak.
9) Sistem musculoskeletal : bentuk kaki genu valgum, gaya berjlan tidak
simetris, kaki diseret ke lantai, berjalan menggunakan walker, memar
di bagian pergelangan kaki kiri, bengkak (+)
9. Teknik pengkajian emosi:

PERTANYAAN TAHAP 1
a. Apakah klien mengalami sukar tidur ? kadang-kadang
b. Apakah klien sering merasa gelisah ?
c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir ?

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau


sama dengan 1 jawaban “Ya”
PERTANYAAN TAHAP 2

a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
b. Ada masalah atau banyak pikiran ?
c. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ?
d. Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter ?
e. Cenderung mengurung diri ?

Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “Ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+)

18
10. Teknik pengkajian fungsional
KATZ Indeks
Katagori; Nilai B yaitu, klien mandiri dalam hal makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, dan mandi,
kecuali berpindah (menggunakan walker)
11. Teknik pengkajian tingkat kemandirian klien; Barthel Indeks (modifikasi)
Termasuk yang manakah klien?

No. Kriteria Dengan bantuan Mandiri Keterangan


1. Makan 5 10 Frekuensi : 3x sehari makanan berat (pagi-siang-
malam)+ 2x makan snack (pagi-sore)
Jumlah: porsi habis
Jenis: nasi, lauk, snack, buah
2. Minum 5 10 Frekuensi : minum ketika hanya setelah selesai
makan pagi,siang,dan malam
Jumlah : kurang lebih 2 gelas/hari
Jenis : air putih dan teh
3. Berpindah dari kursi ke 5 – 10 15 Berpindah menggunakan walker
tempat tidur, sebaliknya
4. Personal toilet (cuci 0 5 Frekuensi : gosok gigi dua kali sehari pagi dan sore

19
muka, menyisir rambut, hari ketika lagi mandi
gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet 5 10 Dilakukan sendiri
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi : 2x sehari
7. Jalan di permukaan datar 0 5 Menggunakan walker
8. Naik turun tangga 5 10 Menggunakan walker
9 Mengenakan pakaian 5 10
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1x/hari
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 3-4x/hari
Warna : pekat
12. Olah raga/latihan 5 10 Frekuensi : setiap pagi
Jenis :gerakkan ringan mengepal tangan
13. Rekreasi/pemanfaatan 5 10 Jenis : bersih-bersih kamar,
waktu luang

20
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian (total skor = 85)
c. 60 : Ketergantungan total

12. Teknik pengkajian Status Mental


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi:
Ajukan pertanyaan 1 –10 pada daftar ini dan catat semua jawaban dengan
memberikan tanda V (chek)
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

Benar Salah no. Pertanyaan


 01 Tanggal berapa hari ini ?
 02 Hari apa sekarang ini ?
 03 Apa nama tempat ini ?
 04 Dimana alamat Anda ?
 05 Berapa umur Anda ?
 06 Kapan Anda lahir ? (minimal tahun lahir)
 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
 09 Siapa nama ibu Anda ?
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara menurun.
 =4  =6

Score total = 4
Interpretasi hasil :
a. Salah 0 –3 : Fungsi intelektual utuh.
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

21
13. Teknik pengkajian aspek kognitif pada fungsi mental dengan
menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam):
 Orientasi  Kalkulasi
 Registrasi  Mengingat kembali
 Perhatian  Bahasa

N Aspek Nilai Nilai Kriteria


O. kognitif maks klien
1. Orientasi 5 0 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan

Orientasi 5 2 Dimana kita sekarang berada ?


 Negara Indonesia
 Propinsi Jawa Barat
 Kota Cimahi
 PSTW Wreda Karitas
 Wisma …….

2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa)


1 detik untuk mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga obyek tadi. (Untuk disebutkan )
 Gelang
 Buku
 Handphone

3. Perhatian 5 1 Minta klien untuk mulai dari angka 100


dan kemudian dikurangi 7 sampai lima tingkat
kalkulasi  93
 86

22
 79
 72
 65

4. Menginga 3 3 Minta klien untuk menyebutkan kembali


t ketiga obyek no 2 ( registrasi ). Bila benar
satu point untuk masing-masing obyek.

5. Bahasa 9 4 Tunjukkan satu benda dan tanyakan


namanya pada klien;
 Gelang
 Buku
 handphone
Minta klien untuk mengulang kata
berikut: “ tak ada jika, dan, atau, tetapi.” (
dapat diganti dengan bahasa daerah klien
), bila benar nilai satu point
 benar 2 kata tak ada, tetapi
Minta klien untuk mengikuti tiga langkah
perintah berikut;
 ambil kertas dan pegang
 lipat dua
 letakkan di atas meja
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut ( bila benar dapat nilai 1 point;
 “ tutup mata “
 tuliskan satu kalimat
……………………
 salin gambar

Total nilai:
Interpretasi hasil: 12
> 23 : aspek goknitif fungsi mental baik
18 –22: kerusakan aspek fungsi mental ringan
< 17 : kerusakan aspek fungsi mental berat

23
14. Pengkajian keseimbangan ( Tinneti, M.E., dan Ginter, S.F.,
1998) Keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak
ialah;
1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0, bila klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini,
nilai 1 bila menunjukan salah satu kondisi
 Gunakan kursi yang keras dan tanpa lengan
 Bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong
badan ke atas dengan tangan atau bergeser bagian depan kursi
terlebih dahulu dan atau tidak stabil pada saat pertama berdiri (1)
 Duduk dengan menjatuhkan diri kekursi atau tidak duduk ditengah
kursi (0)
 Menahan dorongan pada sternum ( pemeriksa mendorong
sternum perlahan-lahan sebanyak 3 kali)
 Klien menggerakkan kaki, memegang obyek untuk dukungan atau
kaki tidak menyuentuh sisi-sisinya (1)
 Mata tertutup
 Sama seperti di atas (periksa kepercayaan klien dalam input
penglihatan untuk keseimbangannya).
 Perputaran leher ( mata terbuka )
 Menggerakkan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi-sisinya, keluhan vertigo, pusing, atau
sempoyongan.
 Gerakan menggapai sesuatu
 Tidak mampu menggapai sesuatu dengan bahu fleksi penuh sambil
berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil, memegang sesuatu
untuk dukungan (1)
 Membungkuk
 Tidak mampu membungkukuntuk mengambil obyek kecil (
misalnya pensil ) dari lantai, memegang obyek , atau memerlukan
berbagai usaha pada saat akan kembali berdiri. (0)

24
13.2 Komponen gaya atau gerakan berjalan
Beri nilai 0 bila klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini dan
beri nilai 1 jika menunjukkan salah satu kondisi;
 Minta klien berjalan ke tempat yang telah ditentukan
 Ragu-ragu, trsandung, memegang obyek untuk dukungan(1)
 Ketinggian langkah kaki
 Kaki tidak terangkat dari lantai secara konsisten ( menggeser atau
menyeret kaki ), atau mengangkat kaki terlalu tinggi ( > 5 cm ) (1)
 Kontinuitas langkah kaki ( observasi dari samping klien )
 Setelah langkah awal, langkah tidak konsisten, mulai mengangkat
satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai (1)
 Kesemitrisan langkah ( observasi dari samping klien )
 tidak berjalan dalam garis lurus, bergoyang dari satu sisi kesisi lain
 berbalik (1)
 berhenti sebelum mulai berbalik,
sempoyongan,bergoyang,memegang obyek untuk dukungan (1)
Interpretasi hasil;
Jumlahkan nilai perolehan klien, kemudian interpretasikan sebagai
berikut;
Nilai 0 –5 : resiko jatuh rendah
Nilai 6 –10 : resiko jatuh sedang
Nilai 11- 15 : resiko jatuh tinggi

25
ANALISA DATA

Nama pasien : Oma. A

DX.Medis : Reumathoid Artritis

N Hari/ Data Etiologi Problem


o Tgl
1 Senin Subjectif : Faktor Nyeri akut
lingkungan,
5 - Klien mengatakan sakit genetic, virus
Agustus pada pergelangan dan bakteri
2019 kakinya

Objectif :
Menginfeksi
- klien tampak meringis saat pada area
di palpasi pergelangan persendian
kakinya

- klien tampak berhati-hati


saat mulai berdiri Kerusakkan sel

- tampak kemerahan pada


area pergelangan kaki
Pelepasan
- skala nyeri 5 (1-10) mediator kimia

Merangsang
nosiseptor

Medula spinalis

System aktivasi
reticular

Hipotalamus
dan system
limbic

26
Otak

Nyeri Akut

2 Senin Subjectif : Risiko


jatuh
5 - teman sekamar klien Kesulitan
Agustus mengatakan oma A. melakukan
2019 pernah beberapa kali aktivitas
hampir jatuh

Objectif :
Menggunakan
- klien tampak kaku dan alat bantu
perlahan-lahan berjalan
melngkahkan kakinya

- klien tampak
Pergerakkan
menggunakan walker
tubuh terbatas
- bentuk kaki Genu valgum,
dan terjadi deformitas pada
area telapak kaki Risiko Jatuh

B. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : Oma. A

DX.Medis : Reumathoid Artritis

No Diagnosa Keperawatan

1 Nyeri akut b.d. agen cedera biologis

2 Risiko Jatuh b.d kelemahan fisik

27
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama pasien : Oma. A

DX.Medis : Reumathoid Artritis

Hari No NOC NIC Ttd

/Tanggal Dx

Selasa 1 Setelah dilakukan 1. kaji Nyeri secara


intervensi komprehensif: skala,
6 keperawatan selama intesitas, frekuensi
Agustus 1x24 jam dengan dan penyebab
2019 keriteria hasil: 2. lakukan tekhnik
distraksi ataupun
- warna kemerahan relaksasi
berkurang pada area 3. lakukan kompres
pergelangan kaki serai hangat
- skala nyeri
berkurang

Selasa 2 Setelah dilakukan 1. latih klien berjalan


intervensi pelan-pelan tanpa
6 keperawatan selama menggunakan
Agustus 1x24 jam dengan walker
2019 keriteria hasil: 2. ikutsertakan pasien
mengikuti rutinitas
- klien terlihat tidak setiap pagi
ragu-ragu saat 3. lakukan gait training
melngkahkan bila perlu
kakinya

28
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/ No Implemntasi Respon Klien Ttd


Jam Keperawatan
Dx

Selasa 1 1. mengkaji Nyeri - klien tampak


secara meringis
6 Agustus komprehensif: skala,
2019 intesitas, frekuensi - klien tertawa dan
menepuk tangan
dan penyebab
setelah menyanyi
2. Melakukan tekhnik lagu kesukaannya
Jam 10.30 distraksi ataupun
relaksasi : klien - klien terlihat
menyanyikan lagu takut dengan
kesukaannya terapi kompres
3. Melakukan kompres air hangat
serai hangat

Selasa 2 1. Melatih klien - klien pura-pura


berjalan pelan-pelan menangis dan
6 Agustus tanpa menggunakan meminta untuk
2019 berhenti
walker
Jam 08. 15 - klien duduk di
2. Mengikutsertakan emperan sambil
pasien mengikuti menggerak-
rutinitas setiap pagi gerakkan
tangannya

3. Melakukan gait
training bila perlu

29
E. EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/ No Evaluasi Keperawatan Ttd


Jam
Dx

Selasa 1 S : klien mengatakan masih sakit


pergelangan kakinya
6 Agustus
2019 O : Skala nyeri 4
A: Masalah belum teratasi
Jam 11.30 P : Intervensi di lanjutkan

Selasa 2 S : klien mengatakan gemetar saat


berjalan, meskipun masih menggunakan
6 Agustus tongkat (walker)
2019
O : klien tampak masih kaku dan ragu-
Jam 11. 30 ragu untuk memulai langkahnya
A: Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

30

Anda mungkin juga menyukai