Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Sejarah perjalanan dwelling time modern yang berkembang

sangat pesat selama tiga puluh tahun terakhir ini terlahir akibat

desakan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan jaringannya

berada ditingkat global. Definisi World Bank, dwelling time adalah

waktu yang dihitung mulai darisuatu petikemas (kontainer)

dibongkar dan diangkat (unloading) dari kapal sampai petikemas

tersebut meninggalkan terminal pelabuhan melalui pintu utama.

Hingga tahun 1960-70an, gagasan dwelling time terus

berkembang. Lahirnya The International Convention on Facilitation

of International Maritime Traffic, pada tahun 1965 oleh Intergovern

mental Maritime Consultative Organization (IMCO) memiliki tujuan

memperlancar hubungan laut antar negara dengan mencegah

terjadinya kelambatan yang tidak perlu dari kapal penumpang,

awak kapal, dan muatan, baik pada waktu kedatangan maupun

keberangkatan kapal. Konvensi ini bertujuan mewujudkan kerja

sama antar pesertanya untuk sejauh mungkinmencapai

keseragaman formalitas-formalitas dokumen dan prosedur yang

bertalian dengan lalu lintas pelayaran internasional, dan dengan

demikian memperlancar hubungan laut antar negara. Hubungan

1
antar laut juga tidak terlepas dari pelabuhan.Pelabuhan memiliki

peranan yang penting dalam kontribusi perekonomian negara

ini.Pelabuhan sangatlah besar peranannya dalam suatu negara,

selain sebagai penggerak ekonomi, pelabuhan juga berperan

utama sebagai pembangun peradaban.Pelabuhan yang

menggerakan sektor ekonomi dari bawah hingga atas yang

memiliki kontribusi yang luar biasa sebagai penyeimbang

perekonomian bahkan penyelamat pertumbuhan ekonomi negara

sehingga memperlihatkan hasil yang membanggakan.Dengan

kontribusi pelabuhan yang besar seperti ini maka dari itu

perekonomian haruslah membaik.

Gambar I.I

Sumber: website, kementrian keuangan republik indonesia

2
Dari gambar I.I di atas, dapat dijelaskan bahwa proses Dwelling

Time dimulai dari kedatangan kapal di perairan pelabuhan

kemudian kapal sandar di dermaga untuk selanjutnya di proses

penyelesaian kewajiban pabean (Customs Clearance), setelah itu

dilanjutkan dengan pengurusan barang atau kontainer sampai

dengan pembayaran biaya penimbunan (SP2), selesai dari situ

dilakukan pengeluaran barang dari pelabuhan(TPS), dan

menunggu barang tiba dijemput Importir atau pemilik barang ke

gudang atau pabrik.Salah satu komponen penting dari sistem

transportasi laut untuk Negara kepulauan seperti Indonesia adalah

pelabuhan.Pelabuhan berperan sebagai simpul moda transportasi

laut dengan darat dalam menunjang dan menggerakkan

perekonomian, dan berfungsi sebagai gerbang komoditi

perdagangan dalam suatu wilayah serta merupakan tempat

bongkar dan muat barang, embarkasi dan debarkasi bagi

penumpang kapal laut. Dengan demikian perencanaan sistem

transportasi laut perlu memperhatikan aspek pelayanan kapal,

infrastruktur pelabuhan, potensi wilayah dan jaringan transportasi

darat ke wilayah hinterland dalam suatu rencana yang terintegrasi

dan terkoordinasi. Lapangan penumpukan yang digunakan untuk

melayani muatan peti kemas merupakan salah satu fasilitas utama

yang digunakan untuk menyimpan peti kemas yang berasal dari

kapal atau yang akan ke kapal. Dwelling time disuatu pelabuhan

3
bisa berjalan dengan baik apabila pelayanan berjalan dengan baik

dengan menerapkan sistem hemat, cepat, dan efisien. Yang akan

memberikan kemajuan baik bagi bidang ekonomi dan hukum

sehingga akan mewujudkan kesejahteraan perekonomian

Indonesia. Dengan pemberdayaan segala komponen yang ada di

pelabuhan.Kenyataannya semua berbanding terbalik dengan

kontribusi yang telah diberikan oleh pemerintah. Tatanan

kepelabuhan masih jauh dari apa yang dinamakan efisien. Untuk

melakukan pelayanan yang baikpun masih sulit, karena efek

pelaksanaan operasional yang berbelit belit.Posisi pelabuhan yang

serba sulit dengan izin sebagai dasar bongkar muat dalam suatu

pelabuhan dalam pelaksanaannya.Izin yang diharapkan itu tidak

hanya sekedar regulasi untuk memulihkan perekonomian keesokan

harinya, namun juga mensejahterakan kebutuhan negara dan

masyarakat secara layak sesuai dengan standar

manusiawi.Sehingga dapat memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

keteriban dunia.Pelaksanaan operasional yang berbelit-belit terjadi

bukan karena tidak adanya aturan tetapi disebabkan pelaksanaan

yang kurang baik dikarenakan standar operasional prosedur yang

tidak jelas sehingga dimanfaaatkan bagi individu maupun korporasi

yang maumengambil keuntungan dari regulasi yang tidak terbuka

dan perizinan yang lambat dalam pelaksanaan dwelling time.

4
GAMBAR I.II

Sumber: Power point PMK Dwelling time DJBC. Contoh data s/d nov 2015

Fenomena yang terjadi di pelabuhan Tanjung Priok yaitu dari

segi lapangan penumpukan, kegiatan bongkar muat dan

kelengkapan administrasi. Lapangan penumpukan diperlukan untuk

mencegah resiko delay kapal yang mengakibatkan produksi

bongkar muat menurun dan waktu kapal dan barang dipelabuhan

menjadi lama. Lapangan penumpukan merupakan hal yang

menjadi salah satu acuan terjadinya dwelling time di pelabuhan

tanjung priok, ada beberapa hal yang menbuat terjadinya tidak

optimal di lapangan penumpukan, alat yang digunakan dalam

penarikan kontainer dari kapal, kapasitas lapangan penumpukan,

5
dermaga, hingga perencanaan nya. Faktor lain dari lapangan

penumpukan yaitu kinerja sumber daya manusia yang terdapat di

Pelabuhan Tanjung Priok, yakni tenaga kerja bongkar muat di

lapangan penumpukan yang menurut hasil observasi masih

terdapat kekurangan dalam pengetahuan mengenai pelabuhan dan

produktivitas tenaga kerja yang kurang produktif.Kantor Otoritas

Pelabuhan Utama Tanjung Priok menetapkan standar kinerja

layanan penarikan peti kemas impor yang wajib periksa fisik

(behandle) dari lini satu terminal peti kemas pelabuhan Tanjung

Priokke lokasi behandle, maksimal 2,5 jam.

Kegiatan bongkar muat merupakan salah satu komponen

dari dwelling time di pelabuhan.Setiap permasalahan yang timbul

dalam kegiatan bongkar muat berpotensi untuk meningkatkan

dwelling time sehingga menimbulkan kerugian terutama bagi

pemilik kapal maupun pemilik barang.Seluruh risiko yang timbul

mengakibatkan kerugian waktu dan biaya. Adapun total lost time

yang disumbangkan oleh kegiatan bongkar terhadap dwelling time

berasal dari Truck Losing Out mencapai 11.9 jam jika dibandingkan

dengan standar waktu normalnya. Sedangkan total lost time yang

disumbangkan oleh kegiatan muat terhadap dwelling time berasal

dari Cetak Job Slip ditambah dengan Stack In sebesar 12.5 jam.

Hal ini membuktikan bahwa kegiatan bongkar muat merupakan

komponen penyumbang dwelling time.Belum lengkapnya

6
administrasi yang dimiliki oleh importir menyebabkan terhambat

dalam proses izin pengeluaran barang oleh Bea Cukai yang

menyebabkan barang harus tetap tinggal didalam pelabuhan. Tidak

lengkapnya administrasi tersebut memperlambat barang keluar

dikarenakan tidak lolosnya administrasi dalam proses perizinan,

dengan lengkapnya administrasi yang dimiliki oleh importir pastinya

akan menurunkan angka Dwelling Time. Kategori Importir seperti

importir prioritas dan non prioritas pun dapat menurunkan angka

Dwelling Time karena Kategori Importir Prioritas selalu didahulukan

dalam proses bongkar muat yang dalam hal ini selalu memiliki

administrasi lengkap tanpa masalah.Pemeriksaan barang ini

dilakukan oleh 18 kementerian/lembaga, yakni antara lain

Kementerian Perdagangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM), Karantina Tumbuhan, Karantina Hewan, Kementerian

Kesehatan, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan

Informatika, Karantina Ikan, Kementerian Pertanian, Kementerian

Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Pengawas

Tenaga Nuklir, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,

Kepolisian RI, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan

Perikanan, serta Badan Pengusahaan Batam. Hal ini sangat

diperlukan untuk dicarikan solusinya secara cepat guna

menghindari saling menyalahkan antar instansi.Peningkatan

kapabilitas koordinasi antar lembaga dan penerapan Indonesia

7
National Single Window (INSW) perlu terus diupayakan, terutama

dalam membangun sistem online yang terintegrasi.Masing-masing

instansi pemerintah diharapkan dapat mendukung secara optimal

implementasinya dengan melakukan pembenahan regulasi masing-

masing instansi, dengan menghilangkan ego sektoral guna

menghilangkan tumpang tindih dan memangkas mata rantai

birokrasi di pelabuhan. Diperlukan adanya standard operation

procedure (SOP) termasuk waktu penyelesaian perizinan barang

kategori larangan pembatasan (lartas) oleh instansi terkait seperti

Kemendag, Badan POM, Kementan maupun Badan Karantina yang

terkoneksi dengan portal National Single Window (NSW). Berbagai

prioritas perbaikan tersebut di atas, diikuti dengan masifnya

percepatanpembangunan infrastruktur transportasi yang

mendukung sistem transportasi terpadu, diharapkan akan dapat

memperpendek jarak transportasi peti kemas dari sentra-sentra

produksi ke pelabuhan sehingga dapat memperlancar arus barang,

menurunkan dwelling time sehingga dapat meningkatkan daya

saing ekonomi Indonesia.

Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

DWELLINGTIME BERDASARKAN LAPANGAN PENUMPUKAN,

KEGIATAN BONGKAR MUAT DAN KELENGKAPAN

ADMINISTRASIDI PELABUHAN TANJUNG PRIOK 2014-2017

8
B. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membatasi ruang

lingkup penelitian dengan menitik beratkan yang akan dibahas,

yaitu mengenai Analisis Pengaruh Aspek Lapangan Penumpukan,

Kegiatan Bongkar Muat, dan Kelengkapan Administrasi Terhadap

Dweling Time di Pelabuhan Tanjung Priok (2014-2017). Data

Dwelling time di Tanjung Priok yang akan di peroleh di Otoritas

Pelabuhan Tanjung Priok.

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Implementasi Kebijakan terkait dwelling time di

Pelabuhan Tanjung Priok?

2. Apa saja kendala yang mengaktibatkan dwelling time tidak

sesuai target di Pelabuhan Tanjung Priok?

3. Bagaimana Upaya untuk mencapai target dwelling time yang

seharusnya?

D. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan masalah peneliti yang dirumuskan diatas,

penelitian ini bertujuan :

9
1. Untuk menganalisis implementasikebijakan terkait dwelling time

di Pelabuhan Tanjung Priok.

2. Untuk menganalisis kendala yang mengakibatkan dwelling time

tidak sesuai target di Pelabuhan Tanjung Priok.

3. Untuk menganalisis upaya untuk mencapai target dwelling time

di Pelabuhan Tanjung Priok.

E. MANFAAT PENELITIAN

Kegunaan penelitian ini diharapkan oleh peneliti bukan

sekedar untuk kegunaan akademik saja, tetapi diharapkan berguna

bagi segi kebijakan, segi praktis dan bermanfaat bagi berbagai

pihak :

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh

gelar sarjana dan diharapkan dapat digunakan sebagai

sarana pengembangan ilmu pengetahuan serta memperluas

wawasan baik bagi penulis khususnya dan bagi para

pembaca mengenai Analisis Pengaruh Aspek Lapangan

Penumpukan, Kegiatan Bongkar Muat, dan Kelengkapan

Admintrasi terhadap Dwelling Time.Sehingga penelitian ini

diharapkan dapat memperkuat jurnal sebelumnya.Selain itu

penelitian ini menjadi wahana metode mengoleksi teori-teori.

2. Manfaat Praktis

10
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi untuk

menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai

Pengaturan dwelling time oleh Otoritas Pelabuhan di

Pelabuhan Tanjung Priok.

3. Manfaat Kebijakan

Diharapkan dapat diperoleh informasi yang valid dan dapat

digunakan sebagai masukan dan pertimbangan bagi

pemerintah untuk menentukan kebijakan yang lebih baik

agar Dwelling Time dapat di turunkan sebagai mestinya dan

tidak banyak mengalami hambatan yang menyebabkan

kerugian.

11
BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang akan digunakan sebagai referensi

penelitian ini, sebagai berikut :

1. Analisis Dwelling Time Impor Pada Pelabuhan Tanjung Priok

Melalui Penerapan Theory Of Constraints. Sherly Luthfi Anita,

Indra Asmadewa. 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apa yang menjadi penghambat dalam dwelling time impor jalur

kuning dan jalur hijau, mengapa penghambat terjadi, dan

bagaimana mengatasi penghambat tersebut. Dengan

menggunakan theory of constraints (teori kendala), penilitian ini

melakukan lima langkah utama (five-focusing steps) untuk

mencari solusi atas kendala yang ditemukan. Penelitian kualitatif

ini mengambil tempat di Pelabuhan Tanjung Priok dengan

melibatkan tiga pihak yaitu regulator, operator pelabuhan dan

sepuluh pengguna jasa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

kendala utama yang ditemukan dalam dwelling time adalah pada

tahap pre-clearance (sebelum pemeriksaan kepabeanan) yaitu

lamanya waktu pemrosesan dan penerbitan izin impor barang

larangan dan/atau pembatasan (lartas). Sejumlah penyebab atas

12
kendala yang dapat diidentifikasi mencakup ketidaktahuan

importir tentang ketentuan lartas, proses perizinan yang belum

terintegrasi dengan Indonesia National Single Window, dan

proses perizinan yang melibatkan banyak instansi teknis. Usulan

solusi atas kendala tersebut yaitu single submission dan

Indonesia Single Risk Management memiliki kemampuan untuk

mengatasi kendala dwelling time saat ini.

2. Analisa Kapasitas Optimal Lapangan Penumpukan Petikemas

Pelabuhan Samarinda Berdasar Operator Dan Pengguna

Pelabuhan. Misliah, Lawalenna Samang, Raharjo Adisasmita,

Ganding Sitepu, 2012. Tujuan penelitian menganalisis kapasitas

lapangan penumpukan yang optimal baik bagi operator maupun

pengguna. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat

pertumbuhan petikemas yang melewati lapangan penumpukan

adalah 10,05 %. Tingkat pemanfaatan lapangan penumpukan

sekarang (tahun 2010) sebesar 111,71 % dengan kapasitas

sebesar 169.068 teus pertahun dan rata-rata waktu penumpukan

10 hari. Tingkat pemanfaatan lapangan penumpukan optimal

berdasar biaya operator dan pengguna sebesar 95,82 %, dengan

kapasitas lapangan penumpukan yang dibutuhkan sebesar

197,100 teus pertahun atau luas lapangan penumpukan sebesar

45.000 m2.

13
3. Akibat Lampau Waktu Pengeluaran Barang (Dwelling Time)

Dalam Pengangkutan Barang MelaluiLaut Berdasarkan Kontrak

Penjualan (Sales Contract). Anita Firliani, 2016. Hasil penelitian

dan pembahasan menunjukkan bahwa syarat penyerahan barang

pada sales contract yang dilakukan oleh PT Salim Ivomas

Pratama Jakarta tidak boleh melebihi 6(enam) bulan berdasarkan

syarat Cost, Insurance, and Freight (CIF) di Pelabuhan Tanjung

Priok. Berdasarkan syarat tersebut, penjual berkewajiban

mengirimkan barang kepada pembeli dengan mengurus

formalitas ekspor dan berhak menerima pembayaran barang dari

pembeli. Selanjutnya, pembeli berhak atas penerimaan barang

dan berkewajiban mengurus formalitas. impor di pelabuhan

tujuan. Kedudukan PT Pelindo II yang mengelola Pelabuhan

Tanjung Priok yaitu sebagai Badan Usaha Pelabuhan yang

bertugas menyediakan fasilitas dan melayani kegiatan bongkar

muat barang kepada pengguna jasa pelabuhan sesuai dengan

standar pelayanan yang ditetapkan oleh Pemerintah.Faktor

penyebab lamanya dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok

dapat dipengaruhi oleh masalah perizinan barang impor di

beberapa instansi, perilaku pengguna jasa pelabuhan lain, serta

pemeriksaan fisik barang yang dilakukan di Tempat Pemeriksaan

Fisik Terpadu. Lamanya dwelling time tidak hanya berakibat

kerugian terhadap lamanya penyerahan barang kepada pembeli,

14
tetapi juga dapat mempengaruhi harga (high cost), barang langka,

dan kongesti di pelabuhan.

4. Analisis Penyebab Tidak Tercapainya Target Dwelling time

Menggunakan Metode Fault Tree Analysis, Studi Kasus:

PELABUHAN TANJUNG PRIOK (PELINDO II). Ilham Mardena

Ruwantono1,Susatyo N.W.P2Manajemen pelabuhan yang belum

sesuai standard target memicu persoalan muncul manakala

percepatan pelayanan di pelabuhan yang kini menjadi sorotan

penting yang menimbulkan dwelling time yang masih lama yaitu 6

hari belum sesuai target operasi pemerintah yaitu 4,7 hari.

Buruknya manajemen pelabuhan ini menimbulkan masalah

kemacetan arus logistik barang yang disebut dwelling time. Definisi

dwelling time adalah waktu yang dihitung mulai dari sautu peti

kemas yang diangkut oleh kapal tiba di pelabuhan lalu petikemas

(container) dibongkar dan diangkat dari kapal sampai petikemas

tersebut meninggalkan terminal pelabuhan melalui pintu utama.

Adapun proses dwelling time di pelabuhan terbagi atas tiga tahap,

yaitu pre-customs clearance, customs clearance, dan post-

customs clearance. Pre-customs clearance adalah proses

pengangkutan petikemas dari kapal dan dilanjutkan peletakan

petikemas di tempat penimbunan sementara (TPS) pelabuhan

hingga melakukan persiapan dokumen pemberitahuan impor

barang (PIB). Untuk mengetahui penyebab akar permasalahan-

15
permasalahan yang terjadi diperlukan analisis risiko Fault Tree

Analysis (FTA) atau analisa pohon kegagalan diamana akan dapat

diketahui akar penyebab terjadinya suatu permasalahan.

Sedangkan Metode Delphi adalah proses pemberian strategi

rekomendasi. Berdasarkan hasil Fault Tree Analysis (FTA) dan

Metode Delphi dirumuskan bahwa Pre-Customs Clearance

menjadi masalah dominan menurut pakar dikarenakan angka

mean yang rata-rata berada diatas nilai 4. Maka perumusan

strategi di fokuskan pada Pre-Customs Clearance dengan tujuan

penyelesaian dan pencegahan masalah sehingga proses yang

berlangsung pada system operasioanal bongkar muat di

pelabuhan diharapka dapat berjalan dengan lancar dan optimal.

5. Pengaturan Dwelling Time PT. PELINDO II Di Pelabuhan

Panjang. Raden Arief Fadlilah, 2018. Dwelling timemerupakan

ukuran waktu yang dibutuhkan kontainer impor, sejak kontainer

dibongkar dari kapal (berthing) sampai dengan keluar dari

kawasan pelabuhan (gate out). Pengaruh dwelling time menjadi

pandangan khusus dalam perkembangan perekonomian

dikarenakan banyak sekali pelanggaran hukum yang terjadi dalam

perizinan bongkar muat kapal yang dilaksanakan. Pada

praktiknya terjadi perilaku koruptif yang menyebabkan ketidak

efisienan, maka diperlukan kepastian regulasi untuk menjamin

kegiatan bongkar muat berjalan dengan baik sehingga

16
menimbulkan keefisienan. Kajian ini menggunakan pendekatan

hukum normatif yang dikaitkan dengan pendekatan ekonomi.

Penelitian ini adalah penelitian hukum yang menggunakan

pendekatan economic analysis of law, yang mencakup: (1)

Transactions Cost Economy yang mengevaluasi efisiensi

peraturan hukum yang sebagian besar berkenaan dengan hukum

privat; (2) Institusi Ekonomi Baru ; (3) Teori “Public Of Choice”.

Hasil dari penelitian bahwa pelaksanaan dwelling time yang

semula dimaksudkan untuk efisiensi waktu bongkar muat justru

mengakibatkan ketidak efisienan. Dalam efisiensi ekonomi

dilaksanakan dan membangun aturan yaitu menaikan tarif pajak

bagi impor barang dan maksimalisasi seluruh teknis dalam

pelaksanaan pelayanan dwelling time dengan penyederhanaan

pengaturan dan komitmen dari bagi berbagai pihak yang terkait

demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

6. Percepatan Dwelling Time: Strategi Peningkatan Kinjera

Perdagangan Internasional Pelabuhan Tanjung Priok. Wahyu Septi

Utami, 2015. Penelitian ini memiliki bertujuan untuk menganalisis

strategi kebijakan yang dapat diimplementasikan untuk

mempercepat waktu tinggal di pelabuhan Tanjung Priok, dalam

rangka meningkatkan kinerja dalam perdagangan internasional.

Penelitian ini menunjukkan hasil analisis dari wadah perhitungan

impor tinggal waktu di Pelabuhan Tanjung Priok yang saat tinggal

17
di pelabuhan Tanjung Priok pada 2013 adalah 8,59 hari,

menunjukkan tinggal waktu masih di bawah standar kelayakan

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 tentang

Cetak Biru Sistem Logistik Pembangunan Nasional adalah 3 hari.

Berdasarkan hasil analisis SWOT disimpulkan bahwa kinerja

Pelabuhan Tanjung Priok berada di quadran saya posisi (1,24;

1,25) Strategi yang digunakan untuk meningkatkan Pelabuhan

Tanjung Priok SO tinggal waktu, yaitu meningkatkan jumlah jalur

importir MITA, memperbanyak sejajar dengan bea cukai, insentif

untuk awal PIB, mengoptimalkan INSW dan adat istiadat,

meningkatkan kerjasama para pemangku kepentingan,

membangun Cikarang Dry Port (CDP) sebagai perluasan dari

Komisi Pemilihan Umum Bea Pelabuhan Tanjung Priok.

B. Kajian Pustaka

Berikut pengertian administrasi menurut beberapa ahli serta

penjelasan nya :

1. Administrasi

Istilah Adminitrasi secara etimologi berasal dari bahasa latin

(Yunani) yang terdiri atas dua kata yaitu “ad” dan “ministrate”

yang berarti “to serve” yang dalam Bahasa Indonesianya berarti

18
melayani atau memenuhi. Sedangkan pendapat A. Dunsire yang

dikutip ulang oleh Keban (2008 : 2)

“Adminitrasi diartikan sebagai arahan, pemerintahan,


kegiatan implementasi, kegiatan pengarahan, penciptaan
prinsip - prinsip implementasi kebijakan politik, kegiatan
melakukan analisis,menyeimbangkan dan
mempresentasikan keputusan pertimbangan - pertimbangan
kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan kelompok dalam
menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena
bidang kerja akademik dan teoritik.”

TeoriAdministrasi menjelaskan upaya-upaya untuk

mendefinisikan fungsi universal yang dilakukan oleh pimpinan

dan asas- asas yang menyusun praktik kepemimpinan yang baik.

Henry Fayol (1841-1925) menggunakan pendekatan atas

manajemen administrasi, yaitu “suatu pendekatan dari pimpinan

atas sampai pada tingkat pimpinan terbawah.”

Pada dasarnya administrasi melingkupi seluruh kegiatan

dari pengaturan hingga pengurusan sekelompok orang yang

memiliki diferensiasi pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan

bersama.Administrasi dapat berjalan dengan adanya banyak

orang terlibat di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pengertian

administrasi yang dapat dibedakan menjadi dua bagian yang

dikemukakan oleh Irra Chisyanti Dewi (2011:3) dalam buku

Pengantar Ilmu Administrasi sebagai berikut:

“Administrasi dalam arti sempit, yaitu Administrasi berasal


dari kata Administratie (bahasa Belanda), yang diartikan
sebagai pekerjaan tulis menulis atau ketatausahaan atau
kesekretarisan, meliputi kegiatan: menerima, mencatat,
menghimpun, mengolah, mengadakan, mengirim,

19
menyimpan. Administrasidalam arti luas, yaitu Administrasi
merupakan proses kerjasama beberapa individu dengan
cara yang efiesien dalam mencapai tujuan sebelumnya.”

Menurut Herbert A. Simon (1999:2) dikutip oleh Harbani

Pasolong dalam bukunya Teori Administrasi Publik:”Administrasi

sebagai kegiatan - kegiatan kelompok kerjasama untuk

mencapai tujuan-tujuan bersama.”

Menurut Hadari Nawaw (Syafiie :2010:14).

“Administrasi adalah Kegiatan atau rangkaian kegiatan


sebagaiproses pengendalian usaha kerja sama sekelompok
manusia untukmencapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan sebelumnya.”

Dari Definisi diatas, penulis dapat memmberikan

kesimpulan bahwa administrasi mempunyai pengertian antara lain

: Kerjasama, banyak orang/sekelompok orang, untuk mencapai

tujuan bersama.

2. Administrasi Publik

Menurut (Syafi’ie dkk dalam Pasolong, 2011 :6). Administrasi

publik.

“Pengertian Publik adalah sejumlah manusia yang memiliki


kesamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan
yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang
mereka miliki.”

Chandler & Plano, Keban (2004) dalam (Pasolong, 2013:7)

mengatakan bahwa:

20
"Administrasi Publik adalah proses dimana sumber daya dan
personal publik diorganisir dan dikoordinasikan untuk
memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola
(manage) keputusan - keputusan dalam kebijakan publik.
Chandler & Plano menjelaskan bahwa administrasi publik
merupakan seni dan ilmu (art and science) yang ditujukan untuk
mengatur 'publik affairs' dan melaksanakan berbagai tugas yang
ditentukan. Administrasi publik sebagai disiplin ilmu bertujuan
untuk memecahkan masalah publik melalui perbaikan-perbaikan
terutama dibidang organisasi, sumber daya manusia dan
keuangan.”

Sedangkan menurut Keban istilah Administrasi Publik

menunjukkan bagaimana pemerintah berperan sebagai agen

tunggal yang berkuasa atau sebagai regulator, yang aktif dan

selalu berinisiatif dalam mengatur atau mengambil langkah dan

prakarsa, yang menurut mereka penting atau baik untuk

masyarakat karena diasumsikan bahwa masyarakat adalah pihak

yang pasif, kurang mampu, dan harus tunduk dan menerima apa

saja yang diatur pemerintah (Keban, 2008: 4)

Dari beberapa definisi administrasi publik tersebut, dapat di

simpulkan bahwa Administrasi Publik adalah kerjasama yang

dilakukan oleh sekelompok orangatau lembaga dalam

melaksanakan tugas - tugas pemerintahan dalam memenuhi

kebutuhan publik secara efisien dan efektif.

3. Administrasi Pajak

Administrasi Pajak Dalam Arti Sempit Menurut Rochman

(2010:183), “Administrasi Pajak dalam arti sempit adalah

21
penatausahaan dan pelayanan terhadap kewajiban-kewajiban

dan hak-hak wajib pajak, baik penatausahaan dan pelayanan

tersebut dilakukan dikantor fiskus maupun dikantor Wajib Pajak.

Yang termasuk dalam kegiatan penatausahaan (clerical works)

adalah: Pencatatan (recording), Penggolongan (classifiying),

Penyimpanan (filling).”

Menurut Handayaningrat (2002:2) dalam bukunya

Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen sebagai

berikut:

“Administrasi secara sempit berasal dari kata


Administratie (bahasa Belanda) yaitu meliputi kegiatan
cata-mencatat, suratmenyurat, pembukuan ringan, ketik-
mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis
ketatausahaan (clerical work).”

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan administrasi dalam

arti sempit merupakan kegiatan ketatausahaan yang meliputi

kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan dan

pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan untuk

menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh

informasi kembali jika dibutuhkan.Administrasi Pajak Dalam Arti

Luas, menurut Rahman (2010:183), “menjelaskan bahwa

“Administrasi pajak dalam arti luas adalah dapat dilihat dari

sebagai fungsi, sistem, lembaga, dan manajemen publik.” Dari

pengertian administrasi pajak diatas bahwa administrasi pajak

adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengatur kegiatan

22
perpajakan. Adminsitrasi dalam arti luas berasal dari kata

Administration (bahasa Inggris) yang dikemukakan beberapa ahli

dan dikutip oleh Soewarno Handayaningrat dalam bukunya

Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen (2002:2).

Administrasi dalam arti luas yaitu : Leonard D. White dalam

bukunya Introduction to TheStudy of Public Administration

mengatakan : 16 Administration is a process common to all group

effort, public or private, civil or military, large scale or small scale...

etc. (Administrasi adalah suatu proses yang pada umumnya

terdapat pada semua usaha kelompok, negara, swasta, sipil, atau

militer, usaha besar atau kecil, dan sebagainya). Di dalam proses

administrasi pada umumnya memerlukan dua orang atau lebih

dan kelompok yang terdiri dari kelompok-kelompok yang berada

dalam suatu negara, yang bekerja di bidang swasta, bidang sipil

atau bidang militer yang bekerja sama dalam suatu organisasi

untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. William H.

Newman dalam bukunya Administrative Action mengemukakan

bahwa :Administration has been defined as the guidance, and

leadership and control of the effort of a group of individuals

towards some common goal.(Administrasi didefinisikan sebagai

bimbingan, kepemimpinan, dan pengawasan dari usaha-usaha

kelompok individu-individu guna tercapainya tujuan bersama).

Definisi tersebut menjelaskan administrasi memerlukan sebuah

23
tindakan yang dapat berupa bimbingan, kepemimpinan,

pengawasan yang efektif yang merupakan fungsi-fungsi

administrasi untuk mencapai suatu tujuan bersama yang sudah

ditentukan.Menurut H.A. Simon dkk.dalam bukunya Public

Administration bahwa: Administration as the activities of group

cooperating to accomplish common goals. (Administrasi adalah

sebagai kegiatan dari pada kelompok yang mengadakan kerja

sama untuk menyelesaikan tujuan bersama). 17 Definisi tersebut

menjelaskan administrasi memerlukan sebuah kerja sama antara

dua orang atau lebih ataupun kelompok-kelompok kepentingan

tertentu yang mengadakan pertemuan antar kelompok-kelompok

tertentu agar dapat menyelesaikan tujuan bersama. The Liang

Gie (2009:9) dalam bukunya adminstrasi perkantoran modern

mengatakan bahwa: “Administrasi secara luas adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang

dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.”

Administrasi secara luas tersebut menjelaskan bahwa

serangkaian kegiatan yang memerlukan proses kerja sama dan

bukan merupakan hal yang baru karena dia telah timbul bersama-

sama dengan timbulnya peradaban manusia. Menurut Siagian

(2008:2) dalam buku Filsafat Administrasi mengatakan:

“Administrasi adalah satu keseluruan proses kerjasama


antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.”

24
Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tentang

administrasi oleh pendapat para ahli di atas bahwa pada

dasarnya administrasi merupakan kegiatan dua orang manusia

atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu melalui suatu

kerjasama di dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Pengertian Analisis

Menurut Komaruddin (Asti Martha, 2007:8), “analisis adalah

kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi

komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen,

hubunganya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam suatu

kesatuan yang terpadu”. Dari pengertian diatas, maka dapat

dikatakan analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai

bagiannya dan penelahan bagian itu sendiri serta hubungan antara

bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman

arti keseluruhan dan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

dengan menguraikan sesuatu mejadi bagian-bagian untuk

mendapatkan pengertian dan diketahui hubungan satu dengan

yang lain.

25
5. Implementasi

Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks

Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya

mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :

“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi,


tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem.
Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu
kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan
kegiatan”(Usman, 2002:70).”

Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat

dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas,

tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara

sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk

mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak

berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.

Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul

Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan

pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai

berikut :

“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling


menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan
untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana,
birokrasi yang efektif”(Setiawan, 2004:39).”

Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat

dikatakan bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk

melaksanakan ide, proses atau seperangkat aktivitas baru dengan

harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian

26
dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa

tercapai dengan jaringan pelaksana yang bisa dipercaya. Menurut

Hanifah Harsono (2002:67) dalam bukunya yang berjudul

Implementasi Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya

mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :

“Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan


kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam
administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka
penyempurnaan suatu program.”

6. Implementasi Kebijakan

Dalam setiap implementasi sebuah kebijakan selalu dipengaruhi

oleh hal-hal yang dapat menyebabkan berhasil atau tidaknya

sebuah implementasi kebijakan. Dalam buku yang berjudulPolicy

Implementation and Bureaucracy, Randall B. Ripley dan Grace A.

Franklin, menuliskan tentang 2 pendekatan untuk menilai

implementasi kebijakan, yang menyatakan :

“There are two principal of assesing implementation. One


approach focuses on compliance. It asks whether
implementers comply with prescribed procedures,
timetables, and restrictions. The compliance perspective
sets up a preexisting model of correct implementation
behavior and measures actual behavior against it. The
second approach toassessing implementation is to ask how
implementation proceeding. What is it achieving? Why?
This perspective can be characterized as inductive or
empirical. Less elegantly, the central questions are what’s
happening? and why? ....”(Ripley and Franklin, 1986:11)

Dari uraian tersebut, implementasi sebuah kebijakan

menurut Ripley dan Franklin di lihat dari:

27
1. Compliance (kepatuhan)

Tingkat keberhasilan implementasi kebijakan dapat di ukur dengan

melihat tingkat kepatuhan (baik tingkat kepatuhan bawahan kepada

atasan, atau kepatuhan implementor terhadap peraturan) dalam

mengimplementasikan sebuah program.Kepatuhan tersebut

mengacu pada perilaku implementor itu sendiri sesuai dengan

standar dan prosedur serta aturan yang ditetapkan oleh kebijakan.

Implementasi kebijakan akan berhasil apabila para implementornya

mematuhi aturan-aturan yang diberikan.

Berdasarkan hal tersebut terdapat 2 indikator dalam pendekatan

kepatuhan:

a. Perilaku Implementor Pemahaman

b. Implementor terhadap Kebijakan

2. What’s Happening & Why Apa Yang Terjadi dan Mengapa

Pendekatan ini melihat bagaimana implementasi berlangsung serta

untuk melihat faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi suatu

program.Ripley dan Franklin menjelaskan ada 5 indikator dalam

menjelaskan pendekatan ini. Seperti yang terdapat dalam buku

Policy Implementation and Bureaucracy :

“...the five most important features discussed in remainder of this


chapter: the profusion of actors, the multiplicity and vagueness of
goals, the proliferation and complexity of government programs, the
participation of governmental units at all territorial levels, and the
uncontrollable factors that all affect implementation....”(Ripley and
Franklin, 1986:11)

28
(“...lima fitur yang paling penting yang dibahas dalam kelanjutan
bab ini yaitu: banyaknya aktor yang terlibat, kejelasan tujuan,
kompleksitas program pemerintah, partisipasi unit pemerintahan di
semua tingkat wilayah, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi”)

Dari uraian tersebut, maka indikator untuk pendekatan ini yaitu :

a. The Profusion of Actors (Banyaknya Aktor yang Terlibat).

Proses implementasi melibatkan banyak aktor. Dengan kata lain,

semakin kompleks suatu program yang dijalankan oleh pemerintah,

maka semakin banyak aktor yang terlibat. Pelaksana kebijakan

harus memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan

pekerjaan. Kurangnya personil yang terlatih dengan baik akan

menghambat pelaksanaan kebijakan. Ada beberapa hal yang

menjelaskan lebih lanjut mengenai indikator ini: Number and

Identity (Jumlah dan Identitas), The Role of Interest Group (Peran

dari Pihak yang Berkepentingan), Lock of Hierarchy (Ketiadaan

Hirarki).

b. The Multiplicity and Vagueness of Goals (Kejelasan

Tujuan).Kejelasan dan konsistensi tujuan dapat dipahami sebagai

kejelasan isi kebijakan. Semakin jelas dan rinci isi sebuah

kebijakan, maka kebijakan tersebut akan mudah diimplementasikan

karena implementor mudah memahami dan menerjemahkan dalam

tindakan nyata, sebaliknya ketidakjelasan isi kebijakan merupakan

potensi lahirnya distorsi dalam implementasi kebijakan.

29
c. The Proliferation and Complexity of Government Programs

(Perkembangan dan Kerumitan Program).

Kerumitan program dilihat dari tingkat kerumitan aturan program

yang bersangkutan. Dinamisnya petunjuk pelaksanaan yang dibuat

akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya program

diimplementasikan.

d. The Participation of Governmental Units at All Territorial Levels

(Partisipasi pada Semua Unit Pemerintahan).

Partisipasi pada semua unit pemerintahan yang dimaksud adalah

partisipasi dari semua aktor yang terlibat dalam implementasi

program tersebut.

e. The Uncontrollable Factors That All Affect Implementation (Faktor-

Faktor yang Tidak Terkendali yang MempengaruhiImplementasi).

Faktor yang tidak terkendali ini yaitu apakah ada faktor-faktor di

luar teknis (yang telah melampaui batas kontrol dari implementor)

yang secara tidak langsung berhubungan dengan

pengimplementasian program, sehingga dapat menghambat,

bahkan menggagalkan implementasi program yang telah dirancang

sebelumnya.

7. Pemahaman Dwelling Time

Menurut Manalytics (1979, dalam Merckx, 2005) menyebutkan

pengertian dwelling time adalah “waktu rata-rata sebuah petikemas

30
berada di terminal pelabuhan dan menunggu aktivitas selanjutnya

berlangsung.” Hal ini sesuai dengan pengertian menurut kamus

transportasi yang mengartikan dwelling time sebagai jumlah hari

yang diperlukan sebuah kontainer untuk berubah status misalnya

status under inbound load (UIL) ke status empty available lalu pada

under outbound load (UOL). Menurut definisi World Bank (2011),

pengertian dwelling time adalah waktu yang dihitung mulai dari

suatu petikemas (kontainer) dibongkar dan diangkat (unloading) dari

kapal sampai petikemas tersebut meninggalkan terminal pelabuhan

melalui pintu utama. Kgare dkk.(2011) menggunakan data kualiatif

dan kuantitatif untuk melakukan penelitian mengenai penurunan

dwelling time di pelabuhan Durban Afrika Selatan. Hasil penelitian

mengindikasikan beberapa faktor yang menyebabkan dwelling time

di pelabuhan tersebut menurun diantaranya adalah perubahan

kebijakan sewa terminal, efisiensi institusi pabean (penggunaan

Electronic Data Interchange, manajemen resiko pemeriksaan) dan

investasi dalam infrastruktur.

7. Aspek penumpukan lapangan

Proses penanganan petikemas di pelabuhan dimulai pada saat

kapal tiba didermaga, petikemas dibongkar dari kapal ke dermaga

kemudian dari dermaga petikemas dipindahkan kelapangan

penumpukan. Di lapangan penumpukan petikemas diatur dan

31
ditumpuk untuk menunggu transportasi selanjutnya yang

akanmembawa petikemas keluar pelabuhan. (Iris F.A. Vis, Rene de

Koster, 2002.

Lapangan penumpukan digunakan untuk melayan muatan

peti kemas merupaka salah satu fasilitas utama yang digunakan

untuk menyimpan peti kemas yang berasal dari kapal atau yang

akan ke kapal. Lapangan penumpukan diperlukan untuk

mencegah resiko delay kapal yang mengakibatkan produksi

bongkar muat menurun dan waktu kapal dan barang dipelabuhan

menjadi lama. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis

kapasitas lapangan penumpukan yang optimal berdasar biaya

pengelola pelabuhan (operator) dan pemilik kapal dan barang

(user).

8. Kegiatan Bongkar Muat

Kegiatan bongkar muat merupakan salah satu komponen dari

dwelling time di pelabuhan.Setiap permasalahan yang timbul dalam

kegiatan bongkar muat berpotensi untuk meningkatkan Dwelling

Time sehingga menimbulkan kerugian terutama bagi pemilik kapal

maupun pemilik barang. Seluruh resiko yang timbul mengakibatkan

kerugian waktu dan biaya.Bongkar yaitu proses saat menurunkan

kontainer dari kapal Muat yaitu proses saat menaikkan kontainer ke

dalam kapal definisi bongkar muat menurut Gianto dkk dalam buku

32
“Pengoperasian Pelabuhan Laut” (1999:31-32), adalah

sebagai berikut: Bongkar adalah pekerjaan membongkar barang

dari atas geladak atau palka kapal dan menempatkan ke atas

dermaga atau dalam gudang. Dalam hal ini penulis menjelaskan

secara spesifik untuk di kapal tanker yaitu suatu proses

memindahkan muatan cair dari dalam tanki kapal ke tanki timbun di

terminal atau dari kapal ke kapal yang di kenal dengan istilah “Ship

to Ship.”

Menurut Dirk Koleangan (2008:241) dalam buku yang

berjudul Sitem Peti Kemas, pengertian kegiatan Bongkar Muat

adalah sebagai berikut:

“Kegiatan Bongkar Muat adalah kegiatan memindahkan


barang-barang dari alat angkut darat, dan untuk
melaksanakan kegiatan pemindahan muatan tersebut
dibutuhkan tersedianya fasilitas atau peralatan yang
memadai dalam suatu cara atau prosedur pelayanan.”

Menurut F.D.C. Sudjatmiko (2007:264) dalam buku yang berjudul

Pokok-Pokok Pelayaran Niaga, bongkar muat berarti

“pemindahan muatan dari dan keatas kapal untuk


ditimbun ke dalam atau langsung diangkut ke tempat pemilik
barang dengan melalui dermaga pelabuhan dengan
mempergunakan alat pelengkap bongkar muat, baik
yangberada di dermaga maupun yang berada di kapal itu
sendiri.”

Menurut B.S. Herman dalam buku Manajemen Pelabuhan

&Realisasi Ekspor & Impor,

“Kegiatan bongkar muat adalah kegiatan membongkar


barang – barang dari atas kapal dengan menggunakan
crane dan sling kapal ke daratan terdekat di tepi kapal, yang

33
lazim disebut dermaga, kemudian dari dermaga dengan
menggunakan lori, forklift, atau kereta dorong, dimasukkan
dan ditata ke dalam gudang terdekat yang ditunjuk oleh
syahbandar.”

Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal terdiri dari:

a. Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari

kapal ke dermaga / tongkang / truk atau memuat barang dari

dermaga / tongkang / truk ke dalam kapal sampai dengan

tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan derek

kapal atau derek darat.

b. Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali

atau jala-jala (ex tackle) di dermaga dan mengangkut dari

dermaga ke gudang / lapangan penumpukan barang atau

sebaliknya.

c. Recaeiving / delivery adalah pekerjaan memindahkan

barang dari timbunan / tempat penumpukan di

gudang/lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai

tersusun di atas kendaraan di pintu gudang / lapangan

penumpukan atau sebaliknya. Menurut Surat Keputusan

Mentri Perhubungan No. Al/300 No. 88 menyatakan bahwa

Perusahaan bongkar muat barang adalah perusahaan yang

secara khusus berusaha dibidang bongkar muat dari dan ke

kapal, baik dari gudang Lini 1 maupun langsung ke alat

angkutan.

34
9. Kelengkapan Adminitrasi

Merupakan salah satu yang berpengaruh terhadap dwelling time

di Pelabuhan Tanjung Priok. Lamanya proses dwelling time akan

menimbulkan berbagai masalah diantaranya yakni tingginya biaya

yang harus dikeluarkan pengusaha yang barangnya masuk

dwellingtimedan dikhawatirkan pengusaha banyak yang merugi

sehingga gulung tikar. Selain itu dengan lamanya barang di

gudang mengakibatkan peredaran aliran barang di masyarakat

akan terhambat karena barang tertahan yang dapat

mengakibatkan tingginya harga barang karena sedikitnya jumlah

pasokan barang di masyarakat.

Pendapat Moekijat (1997:53) yang dikutip oleh Ida Nuraida

(2008:43) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Administrasi

Perkantoran, mengemukakan bahwa “Kegiatan administrastif

kantor harus mempunyai pola kerja yang baik untuk menunjang

pencapaian tujuan organisasi...”. Yang dimaksud dengan pola

kerja dalam kutipan tersebut adalah adanya prosedur yang baik

untuk menunjang kegiatan administrasi kantor yang baik.

Dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perkantoran Efektif,

Maryati (2014:34) menuliskan bahwa:

“Prosedur adalah serangkaian dari tahapan-tahapan atau


urut-urutan dari langkah-langkah yang saling terikat dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.Untuk mengendalikan
pelaksanaan kerja agar efisiensi perusahaan tercapai
dengan baik dibutuhkan sebuah petunjuk tentang prosedur
kerja”.

35
Dari kedua penjelasan diatas dijelaskan bahwa tujuan dari

administrasi adalah agar suatu sistem kerja dapat berjalan

dengan efektif dan efisien. Salah satu faktor yang menyebabkan

ketidak efektifan administrasi sehingga menghambat tujuan

perusahaan antara lain adalah ketidak sesuaian terhadap

prosedur atau pola kerja yang dibuat.

C. Kerangka Pemikiran

Keefektivitas dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat

yang di dukung aspek lapangan penumpukan dan kelengkapan

adminitrasi dalam upaya meningkatkan waktu dwelling time serta

memberikan penerimaan negara dari sektor pajak yang diduga

memiliki potensi namun belum dilakukan secara benar, dengan

demikian maka penelitian melihat setelah dilakukan perubahan yang

signifikan dari segi bongkar muat dan kelengkapan adminitrasi,

kemudian dibantu dengan aspek lapangan penumpukan dapat

dikatakan efektif apabila sasaran yang dituju sesuai dengan yang

diharapkan, baik dari realisasi dan target. Dari hal tersebut akan

terlihat keefektivitasan pelaksanaan dwelling time. Dwelling Time atau

waktu yang dibutuhkan petikemas ( barang impor ) dari kapal sampai

dengan keluar dari kawasan pelabuhan gate out. Lapangan

penumpukan yang menjadi salah satu proses pelaksaan pengeluaran

barang di pelabuhan, merupakan salah satu faktoir yang menjadikan

36
Dwelling time menjadi tidak sesuai target, hambatan yang terjadi

lapangan penumpukan di pelabuhan adalah luas lapangan

penumpukan dan alat yang digunakan untuk mengangkut barang dari

Kapal ke tempat penimbunan sementara (TPS). Selain lapangan

penumpukan, Kegiatan bongkar muat juga faktor yang

menyebabkan Dwelling Time terjadi, kegiatan setevedoring,

cargodoring, delivery doring, dan receive doring yang menimbulkan

banyak permasalahan, alat alat yang digunakan dipelabuhan seperti

forklift, sering terjadinya kerusakan alat yang dapat menghambat

proses pemindahan barang ke tempat penimbunan sementara ( TPS).

Terjadinya Lost Time saat kegiatan Truck Losing Out dan Truck

Losing In. Kelengkapan Administrasi yang menjadi bagian dari Pre-

Customs Clearance.Kasus Dwelling Timedi pelabuhan memanas

sejak Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan pertama ke

Pelabuhan Tanjung Priok. Beliau menargetkan lama Dwelling

Timedapat dipercepat dari yang semula 6 hari lebih menjadi 4,7 hari

dengan rincian: pre-custom clearance selama 2,7 hari, custom clearan

ceselama 0,5 hari, dan post-custom clearance selama 1,5 hari.

Mengurus perizinan impor tiap tahapan berbeda institusi yang

menanganinya, instansi yang menanganinya memiliki kendalaan yang

berbeda-beda, masing-masing instansi pemerintah diharapkan dapat

mendukung secara optimal implementasinya dengan melakukan

pembenahanregulasi masing-masing instansi, dengan menghilangkan

37
ego sektoral guna menghilangkan tumpang tindih dan memangkas

mata rantai birokrasi di pelabuhan. Diperlukan adanya standard

operation procedure (SOP) termasuk waktu penyelesaian perizinan

barang kategori larangan pembatasan (lartas) oleh instansi terkait

seperti Kemendag, Badan POM, Kementan maupun Badan Karantina

yang terkoneksi dengan portal National Single Window (NSW).

Berbagai prioritas perbaikan tersebut di atas, diikuti dengan masifnya

percepatan pembangunan infrastruktur transportasi yang mendukung

sistem transportasi terpadu, diharapkan akan dapat memperpendek

jarak transportasi peti kemas dari sentra-sentra produksi ke pelabuhan

sehingga dapat memperlancar arus barang, menurunkan dwelling

time sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia.

38
D. Model Konseptual

Tabel II.I

Perilaku
Implementor. Banyaknya aktor

pihak swasta yang terlibat

dan pemerintah

IMPLEMENTASI
Pemahaman KEBIJAKAN Perkembangan dan
Implementor DWELLING TIME Kerumitan

Terhadap Program. Sistem


baru &
Kebijakan.
penyempurnaan
Regulasi yang aplikasi
ada

Partisipasi Pada
Faktor – faktor
Semua Unit
yang tidak
Pemerintah.
terkendali yang
Pelayanan publik
mempengaruhi
perizinan
Implementasi.
Sistem
Kepelabuhan &
Infrastruktur

Sumber: Buku Policy Implementation and Bureaucracy, Randall B. Ripley dan


Grace A. Franklin

39
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan dari jenis penelitian yang peneliti gunakan

dalam penulisan skripsi ini, akan penulis bahas dibawah ini:

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menggunakan jenis yaitu

pendekatan kualitatif. Sugiyono (2015:1), mengatakan:

Penelitian Kualitatif adalah suatu metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data

makna dari pada generalisasi.Menurut Bodgan & Taylor seperti

seperti yang dikutip oleh V.Wiratna Sujarweni (2014:6),”

mengatakan Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan

atau tulisan dalam perilaku orang-orang yang diamati.Jika

ditarik garis lurus, penelitian kualitatif adalah suatu metode

penelitian yang digunakan untukmeneliti pada kondisi obyek

yang alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci dan

penelitian menghasilkan data deskriptif baik berupa ucapan

ataupun tulisan.Tujuan penulis menggunakan metode

40
penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami fenomena atau

gejala sosial dengan menitikberatkan pada gambaran yang

lengkap tentang fenomena.Yang ingin dibahas dan dicapai oleh

penulis adalah fenomena yang terjadi pada dwelling time yaitu

melalui Aspek Penumpukan Lapangan, Bongkat Muat dan

KelengkapanAdminitrasi.

2. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian

kualitatif bersifat deskriptif. Menurut Juliansyah Noor (2014:34)

”Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi

saat sekarang. ”Adapun Menurut Sugiyono (2012:29)“ adalah

metodeyang berfungsi untuk mendeskripsikan atau

memberikan gambaran terhadap objek yang di teliti melalui

data tau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku umum.”

B. Fokus Penelitian

Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada suatu

fokus.Menurut Ripley & Farnklin, dalam buku Policy Implementation

and Bureaucracy, Randall B. Ripley dan Grace A. Franklin,

menuliskan tentang 2 pendekatan untuk menilai implementasi

kebijakan:

41
1. Hambatan pada proses Dwelling Time berdasarkan Aspek

Penumpukan Lapangan, Bongkar Muat, dan Kelengkapan

Adminitrasi.

2. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi hambatan dalam

pelaksanaan Dwelling Time.

3. Tingkat efektivitas Aspek Penumpukan Lapangan, Bongkar

Muat, dan Kelengkapan Adminitrasi dalam upaya Dwelling

Time Pada PelabuhanTanjungPrioktahun 2014-2017.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penyusunan proposal skripsi ini penulis

mengumpulkan data yang bisa dihitung dan diukur. Adapun data

yang digunakan untuk penelitian yaitu :

1. Observasi atau Pengumpulan Data

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dimana peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek peneliti

yang merupakan sumber data, untuk mendapatkan hasil yang

sebenarnya, sehingga data yang diperoleh benar-benar

objektif.Dalam penelitian ini diakukan dengan mengadakan

pengamatan dan mengumpulkan data secara langsung ke

lapangan atau tempat yang diselidiki untuk memperoleh data yang

berkaitan dengan pelaksanaan Dwelling Time di Pelabuhan

Tanjung Priok.

2. Wawancara (Interview)

42
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui tatap muka dan hanya tanya jawab langsung antara

pengumpulan data maupun peneliti terhadap narasumber atau

sumber data. Jenis wawancara yang digunakan pada penelitian ini

adalah wawancara terbuka. Wawancara dalam penelitian ini perlu

dilakukan karena peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang pastisipan dalam menginterprestasikan situasi

dan fenomena yang terjadi. Dimana hal ini tidak bisa dilakukan

melalui observasi.Wawancara mendalam ini dilakukan kepada

pihak-pihak berkomponen dalam bidang mengenai teori umum

Dwelling Time serta kenyataan dilapangan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi mepupakan catatan periwistiwa yang sudah

berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang.Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita,

biografi, peraturan, kebijakan.Dokumen yang berbentuk gambar

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.Dokumen

berbenuk karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan

lain-lain. (Sugiyono,2014:240), metode pengumpulan data dengan

dokumen digunakan dalam penelitian ini karena peneliti membaca

dan mengumpulkan data mulai dari undang-undang perpajakan,

peraturan menteri keuangan, buku-buku, surat kabar serta

43
penulusuran di internet guna mendapatkan data sekunder dan

tulisan yang relavan dengan permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini. Penelitian ini meliputi analisis dan interpretasi tentang

arti data itu, menjadi sutu wacana dan klonklusi dalam berpikir

logis, praktis dan teoritis.

D. Penentuan Informan

Menurut pendapat Spradley dalam Faisal (1990:45) informan

harus memiliki beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu :

1. Subjek yang telah lama dan intensef menyatu dengan suatu

kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau

perhatian penelitian dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan

memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang

ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan

dan kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk

dimintai informasi.

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung

diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih

lugu dalam memberikan informasi.

Adapun informan yang ditunjuk atau dipilih dalam penelitian ini adalah

informan yang bekerja dalam lembaga pemerintah di pelabuhan

sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan,

44
pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhan. Kriteria-kriteria

informan dalam penelitian ini antara lain:

1. Orang yang bekerja didalam lembaga pengendalian pelabuhan

tanjung priok ( Lembaga Pemerintah )

2. Orang yang bekerja di bidang pengurusan jasa kepelabuhan (

Lembaga Swasta )

3. Akademisi, yang menjadi dosen di bidang kepabeanan dan

cukai.

Lokasi dan Jadwal Penelitian

Berikut adalah lokasi dan jadwal penelitian yang dilakukan oleh

peneliti

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian

dilakukan.Penetapan lokasi penelitian merupakan tahap yang

sangat penting dalam penelitian kualitatif, karena dengan

ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah di

tetapkan sehingga mempermudah penulis dalam melakukan

penelitian.Lokasi ini bisa di wilayah tertentu atau suatu lembaga

tertentu dalam masyarakat.Untuk memperoleh data primer, lokasi

penelitian di lakukan di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, dengan

alamat Jl. Raya Pelabuhan No. 9 Tanjung Priok Jakarta 14310.

2. Jadwal Penelitian

45
Penelitian ini dilakukan selama empat bulan daribulan Maret s/d

Juni 2019. Adapun jadwal secara rinci dituangkan kedalam table

berikut:

Tabel III.I

Jadwal Penelitian

2019

No KegiatanPenelitian Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan Proposal

2 StudiPendahuluan

3 PengumpulanReferensi

4 Penulisan BAB I-III

5 Pengumpulan data

6 Analisis Data

7 Penulisan BAB IV-V

8 PenyusunanSkripsi

Sumber : Diolah Penulis, 2019

46
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

B. Hasil Penelitian

C. Pembahasan

http://supplychainindonesia.com/new/wp-
content/files/Pelabuhan__Dwelling_Time.pdf

47
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Rahman. 2010. Administrasi Perpajakan.Bandung : Nuansa

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Artakusuma. A. 2012. Analisis Import Container Dwelling Time Di

Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container Terminal (JICT)

Tanjung Priok. Jakarta.

Badudu.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Budi. Sasono Herman. 2013. Manajemen Pelabuhan & Realisasi Ekspor

Impor.Surabaya: Andi.

Dewi, Irra Chrisyanti. 2011. Pengantar Ilmu Administrasi, PT Prestasi

Pustakaraya. Jakarta.

48
Gianto dkk (2004). Pengoperasian Pelabuhan Laut. BPLP, Semarang.

Ginting N 2015. Manajemen Pemasaran. Bandung: Yrama Widya.

Hadari Nawawi & Mimi Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta:

Gajahmada University.

Handayaningrat, Soewarno. 2003. Pengantar Studi ilmu Administrasi dan

Manajemen, Gunung Agung, Jakarta

Hanifah Harsono, 2002, Implementasi Kebijakan dan Politik, Rineka Cipta,

Jakarta,

Ida, Nuraida. 2008. Manajemen Adminitrasi Perkantoran. Yogyakarta:

Kanisius.

Koleangan.Dirk.2008. Sistem Peti kemas (Container System). Jakarta.

Lasse D. A. 2014.Manajemen Kepelabuhan. Jakarta: Rajawali Pers.

Maryati. MC. 2014. Manajemen Perkantoran Efektif. Yogyakarta: UPP

STIM YKPN.

Merckx, Filip. 2005. The Issue of Dwell Time Charge to Optimize

Container Terminal Capacity. IAME.

Nurdin Usman, 2002, Konteks implementasi berbasis Kurikulum, CV Sinar

Baru. Bandung.

49
Pasolong, Harbani. 2012. Teori Administrasi Publik. Alfabeta ,Yogyakarta.

Rafi.Salahudin & Purwanto Budi. 2016. Dweling time managemen (Antara

Harapan dan Kenyataan di Indonesia).

Siagian, Sondang P. 2008. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sujatmiko.F.D.C. Pokok Pokok Pelayaran Niaga. 2007. Jakarta: Bhratara

Karya Aksara.

https://portagent.wordpress.com/alat-bongkar-muat-di-pelabuhan/

https://plus.google.com/107905555049139496801/posts/4KwC2XWWJ96

http://markasfisika.blogspot.com/2015/12/penjelasan-fokus-penelitian-

kualitatif.html

50

Anda mungkin juga menyukai