Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Yang berjudul
”SELF,SELF-AWARENESS,SELF CONCEPT,SELF CONTROL”
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami
berhasil menyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman – teman yang sudah memberi
kontribusi dan partisipasinya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk mengerti
perilaku dan pandangan terhadap dirinya, masalahnya, serta lingkungannya. Dalam memberikan
asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah makhluk bio-psiko-
sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap
lingkungannya dan dirinya sendiri. Setiap individu berbeda dalam mengimplementasikan
stimulus dalam lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya
sendiri dan orang lain.
Konsep ide adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara
bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang
berkesinambungan dari perkembangan konsep diridipengaruhi oleh pengalaman interpersonal
dan cultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai
bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak social dan pengalaman dengan
orang lain.
Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis
respon individu terhadap stimulus atau stressor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra
tubuh, ideal diri, harga diri, identitas dan peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada
lima prinsip yang harus diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri, menggali sumber-sumber
diri, menetapkan tujuan yang realistic sertabertanggung jawab terhadap tindakan.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide,
pikiran, perasaan, dan keyakinan ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik
dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan idealismenya. Konsep diri adalah cara
individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, social, dan spiritual.
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila
individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang
akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka
hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri
merupakan cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang
dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
B. Tujuan Penulisan
A.DIRI (SELF)
self-awareness
mempunyai tiga komponen ini memang penting untuk meningkatkan prestasi kita. Baik
prestasi individu, kelompok bahkan bangsa . Tentu kita tidak harus selalu melihat ke dalam diri.
Tapi mesti pula melihat faktor ekternal. Untuk itu self-awareness ini harus di lengkapi dengan
environmental-awareness, kesadaran untuk melihat kondisi lingkunggan sekitar kita, baik itu
kawan maupun lawan. Dengan demikian kita mampu.membedakan.dan.menyadari.nya.
3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis
seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dengan diri
sendiri dan orang lain yang dicintai, dihormati, dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya
tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan selalu merasa harga dirinya
rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima oleh lingkungan.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan
meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri, anak diberi
kesempatan untuk sukses, beri penguatan/ pujian bila anak sukses, tanamkan “ideal” atau
harapan jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengamn budaya, berikan dorongan untuk aspirasi
atau cita-citanya dan Bantu membentuk pertahanan diri untuk hal-hal yang menganggu
persepsinya.
Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas karena pada saat ini harga diri
mengalami perubahan karena banyak keputusan yang harus di buat menyangkut dirinya
sendiri.Remaja dituntut untuk menentukan pilihan,posisi peran dan memutuskan apakah dia
mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu ,apakah dia dapat berpartisipasi atau diterima
berbagai macam aktivitas social.Pada usia dewasa harga diri menjadi stabil dan memberikan
gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung menerima keadaan dirinya.Hal ini
didapatkan dari pengalaman menghadapi kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara
maksimal kelebihan dirinya.Pada masa dewasa akhir timbul masalah harga diri karena adanya
tantangan baru sehubungan denngan pension, ketidak mampuan fisik, berpisah dari anak,
kehilangan pasangan.
4. Peran
Peran adalah serangkaian sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh
masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu dalam kelompok sosialnya.Peran memberikan
sarana untuk berperan serta dalam kehidupan social dan merupakan cara untuk menguji identitas
dengan memvalidasi pada orang yang berarti.Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang
berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi
merupakan dari hasil peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan ideal diri. Faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap peran :
Kejelasan prilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
Tanggapan yang konsisten dari orang-orang yang berarti terhadap perannya
Kecocokan dan keseimbangan antar peran yang diembannya
Keselarsan norma budaya dan harapan individu terhadap prilaku
Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang tidak sesuai
5. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian terhadap dirinya,menyadari individu bahea dirinya berbeda dengan orang
lain.Identitas diri merupakan sintetis dari semua konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh,
tidak dipengaruhi oleh tujuan hidup, atribut/jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai
perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak
ada duanya. Kemandirian timbul dari persaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan
dan penguasaan diri.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep
diri.Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri,
mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri. Ciri-ciri individu yang mempunyai
kepribadian sehat:
Ciri tubuh positif dan akurat.Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian
yang sesuai akan kesehatan diri termasuk persepsi saat ini dan yang lalu akan diri sendiri dan
perasaan tentang ukuran,fungsi,penampilan dan potensi tubuh
Ideal siri realistis. Individu yang mempunyai ideal diri realistis akan mempunyai tujuan hidup
yang dapat dicapai.
Harga diri tinggi.Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sendiri
sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat.
Individu dengan penampilan peran memuaskan akan dapat berhubungan dengan orang
lain secara inti dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain
membina hubungan independen. Identitas jelas.Individu merasakan keunikan dirinya yang
memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan. Ciri-ciri individu dengan identitas diri yang
positif :
Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain
Mengakui jenis kelamin sendiri
Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan tubuh
Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat
Menyadari hubungan masa lalu.sekarang dan yang akan dating
Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai/direalisasikan.
Hurlock (1974) mengatakan bahwa konsep diri memiliki tiga komponen utama, yaitu :
1. Komponen Perseptual, yaitu image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang
ditampilkan pada orang lain. Komponen iini sering disebut sebagai physical self concept.
2. Komponen Konseptual, yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimiliki,
baik kemampuan dan ketidakmampuannya, latar belakang sertan masa depannya. Komponen ini
sering disebut sebagai psychological self concept, yang tersusun dari beberapa kualitas
penyesuaian diri, seperti kejujuran, percaya diri, kemandirian, pendirian yang teguh dan
kebalikan dari sifat-sifat tersebut.
3. Komponen sikap, yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap statusnya
sekarang dan prospeknya di masa depn, sikap terhadap harga diri dan pandangan yang
dimilikinya.
1. Prinsip kemoralan. Setiap agama pasti mengajarkan moral yang baik bagi setiap pemeluknya,
misalnya tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong, tidak mabuk-
mabukan, tidak melakukan tindakan asusila maupun tidak merugikan orang lain. Saat ada
dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang negatif, maka kita dapat bersegera lari ke rambu-
rambu kemoralan. Apakah yang kita lakukan ini sejalan atau bertentangan dengan nilai-nilai
moral dan agama? Saat terjadi konflik diri antara ya atau tidak, mau melakukan atau tidak, kita
dapat mengacu pada prinsip moral di atas.
2. Prinsip kesadaran. Prinsip ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa sadar saat suatu
bentuk pikiran atau perasaan yang negatif muncul. Pada umumnya orang tidak mampu
menangkap pikiran atau perasaan yang muncul, sehingga mereka banyak dikuasai oleh pikiran
dan perasaan mereka. Misalnya seseorang menghina atau menyinggung kita, maka kita marah.
Nah, kalau kita tidak sadar atau waspada maka saat emosi marah ini muncul, dengan begitu
cepat, tiba-tiba kita sudah dikuasai kemarahan ini. Jika kesadaran diri kita bagus maka kita akan
tahu saat emosi marah ini muncul, menguasai diri kita dan kemungkinan akan melakukan
tindakan yang akan merugikan diri kita dan orang lain. Saat kita berhasil mengamati emosi maka
kita dapat langsung menghentikan pengaruhnya. Jika masih belum bisa atau dirasa berat sekali
untuk mengendalikan diri, maka kita dapat melarikan pikiran kita pada prinsip moral.
3. Prinsip perenungan. Ketika kita sudah benar-benar tidak tahan untuk meledakkan emosi
karena amarah dan perasaan tertekan, maka kita bisa melakukan sebuah perenungan. Kita bisa
menanyakan pada diri sendiri tentang berbagai hal, misalnya apa untungnya saya marah, apakah
benar reaksi saya seperti ini, mengapa saya marah atau apakah alasan saya marah ini sudah
benar. Dengan melakukan perenungan, maka kita akan cenderung mampu mengendalikan diri.
Secara sederhana dapat digambarkan bahwa saat emosi aktif maka logika kita tidak jalan,
sehingga saat kita melakukan perenungan atau berpikir secara mendalam maka kadar kekuatan
emosi atau keinginan kita akan cenderung menurun.
4. Prinsip kesabaran. Pada dasarnya emosi kita naik – turun dan timbul, tenggelam. Emosi yang
bergejolak merupakan situasi yang sementara saja, sehingga kita perlu menyadarinya bahwa
kondisi ini akan segera berlalu seiring bergulirnya waktu. Namun hal ini tidaklah mudah karena
perlu adanya kesadaran akan kondisi emosi yang kita miliki saat itu dan tidak terlalu larut dalam
emosi. Salah satu cara yang perlu kita gunakan adalah kesabaran, menunggu sampai emosi
negatif tersebut surut kemudian baru berpikir untuk menentukan respon yang bijaksana dan
bertanggung jawab (reaksi yang tepat).
5. Prinsip pengalihan perhatian. Situasi dan kondisi yang memberikan tekanan psikologis
sering menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran yang cukup banyak bagi seseorang untuk
menghadapinya. Apabila berbagai cara (4 prinsip sebelumnya) sudah dilakukan untuk berusaha
menghadapi namun masih sulit untuk mengendalikan diri, maka kita bisa menggunakan prinsip
ini dengan menyibukkan diri dengan pikiran dan aktifitas yang positif. Ketika diri kita
disibukkan dengan pikiran positif yang lain, maka situasi yang menekan tersebut akan
terabaikan. Begitu pula manakala kita menyibukkan diri dengan aktifitas lain yang positif, maka
emosi yang ingin meledak akibat peristiwa yang tidak kita sukai tersebut akan menurun bahkan
hilang. Saat kita berhasil memaksa diri memikirkan hanya hal-hal yang positif maka emosi kita
akan ikut berubah kearah yang positif juga.
BAB III
PENUTUP
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui oleh perawat yang dikatakan
perawat professional untuk dapat memahami dan mengetahui perilaku dan pandangan terhadap
dirinya, masalahnya, serta lingkungannya. Perawat setiap harinya dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah makhluk bio-psiko-sosio-
spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya
dan dirinya sendiri. Setiap individu berbeda dalam mengimplementasikan stimulus dalam
lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang
lain. Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis
respon individu terhadap rentang respon konsep diri sehingga perawat memahami bagaiamana
konsep diri/rentang respon konsep diri yang ada pada diri klienperawat dalam pengkajain kepada
kliennya, juga meliputi konsep diri. Konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang
dirinya sendiri.
Dalam konsep diri, terdapat rentang respon konsep diri. Rentang respon diri terentang
dari respon adaptif sampai respon maladaptif. Dari rentang respon adatif sampai respon
maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif,
harga diri rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi. Tindakan keperawatan yang baik dan
benar membantu klien mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan perasaan yang terkait,
guna meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan perilaku.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide,
pikiran, perasaan, dan keyakinan ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik
dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan idealismenya. Konsep diri adalah cara
individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, social, dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2001, cet.ke-1.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, PT. Bulan Bintang, Bandung, 1986, cet ke-7.
Dayakisni, Tri & Hudaniah (2003). Psikologi Sosial. UMM Press. Malang
http://garasikeabadian.blogspot.co.id/2013/03/pengendalian-diri-self-control.html
http://mayangpratiwi27.blogspot.co.id/2013/01/diri-self_19.html