Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Yang berjudul
”SELF,SELF-AWARENESS,SELF CONCEPT,SELF CONTROL”
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami
berhasil menyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman – teman yang sudah memberi
kontribusi dan partisipasinya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk mengerti
perilaku dan pandangan terhadap dirinya, masalahnya, serta lingkungannya. Dalam memberikan
asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah makhluk bio-psiko-
sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap
lingkungannya dan dirinya sendiri. Setiap individu berbeda dalam mengimplementasikan
stimulus dalam lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya
sendiri dan orang lain.
Konsep ide adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara
bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang
berkesinambungan dari perkembangan konsep diridipengaruhi oleh pengalaman interpersonal
dan cultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai
bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak social dan pengalaman dengan
orang lain.
Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis
respon individu terhadap stimulus atau stressor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra
tubuh, ideal diri, harga diri, identitas dan peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada
lima prinsip yang harus diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri, menggali sumber-sumber
diri, menetapkan tujuan yang realistic sertabertanggung jawab terhadap tindakan.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide,
pikiran, perasaan, dan keyakinan ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik
dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan idealismenya. Konsep diri adalah cara
individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, social, dan spiritual.
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila
individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang
akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka
hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri
merupakan cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang
dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

B. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa/i mampu memahami tentang diri sendiri (self)


2. Mahasiswa/i mampu memahami tentang kesadaran diri (self- awareness)
3. Mahasiswa/i mampu memahami tentang konsep diri (self concept)
4. Mahasiswa/i mampu memahami tentang pengendalian diri (Self Control)
BAB II
PEMBAHASAN

A.DIRI (SELF)

Pengertian Diri (Self)


Dalam kamus bahasa Inggris self berarti diri. Self disini berisi pola pengamatan dan
penilaian yang sadar terhadap diri sendiri baik sebagai subyek maupun obyek. Isitlah Self di
dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya
sendiri, dan suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian
diri.
Teori modern mengenai self yang berpendapat bahwa ada aspek kejiwaan sebagai sesuatu
yang ada didalam (sebagai isi) yang mengatur perbuatan-perbuatan manusia. Self, baik itu
dimaksudkan sebagai obyek maupun sebagai proses, ataupun kedua-duanya bukanlah suatu
homunculus atau “manusia didalam dada” atau jiwa; tetapi pengertian tersebut terutama
dimaksukan untuk menunjuk kepada obyek proses-proses psikologis itu sendiri, dan proses-
proses tersebut dianggap dikuasai oleh hukum sebab akibat. Dengan kata lain, pengertian self itu
tidak dipakai dalam arti metafisis atau keagamaan, tetapi dipakai dalam arti psikologis ilmiah
(positif).
Teori self menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk menyelidiki gejala-gejala
dan membuat konsepsi dari hasil penyilidikan mengenai tingkah laku itu. Jadi, didalam
menunjukkan self sebagai proses, itu yang dimaksud tidak lain dari pada nama bagi sekelompok
proses.
Presepsi tentang diri ini dapat bersifat psikologis, sosial, dan fisis (Rahmat, 2003). Tidak
ada seorangpun yang terlahir secara langsung memiliki self-concept, ia berkembang seiring
perjalanan hidup seseorang, dan pengaruh dari luar terhadap seseorang. Harry Stack Sullivan
menjelaskan, jika kita diterima oleh orang lalin, dihormati, dan menerima diri kita maka kita
cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, apabila oranglain selaliu
meremehkan, menyalahnkan, dan menolak kita, kita cenderung tidak menyayangi diri sendiri.

B.KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)


Pengertian Self Awareness (Kesadaran Diri)
Dalam kamus bahasa Inggris self berarti diri. Self disini berisi pola pengamatan dan
penilaian yang sadar terhadap diri sendiri baik sebagai subyek maupun obyek. Isitlah Self di
dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya
sendiri, dan suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian
diri.
Teori self menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk menyelidiki gejala-gejala
dan membuat konsepsi dari hasil penyilidikan mengenai tingkah laku itu. Jadi, didalam
menunjukkan self sebagai proses, itu yang dimaksud tidak lain dari pada nama bagi sekelompok
proses.
Sedangkan Awareness adalah kesadaran, keadaan, kesiagaan, kesediaan, atau mengetahui
sesuatu kedalam pengenalan atau pemahaman peristiwa-peristiwa lingkungan atau kejadian-
kejadian internal. Secara istilah kesadaran mencakup pengertian persepsi, pemikiran atau
perasaan, dan ingatan seseorang yang aktif pada saat tertentu. Dalam pengertian ini Awareness
(kesadaran) sama artinya dengan mawas diri. Namun seperti apa yang kita lihat, kesadaran juga
mencakup persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu hingga
akhirnya perhatian terpusat. Oleh sebab itu, ada tingkatan mawas diri (Awareness) dalam
kesadaran.
Menurut konsep Suryamentaran, bahwa mawas diri adalah sebagai cara latihan Milah
Mlahake (memilah-milah) rasa sendiri dengan rasa orang lain untuk meningkatkan kemampuan
menghayati rasa orang lain sebagai manifestasi tercapainya pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian yang sehat dan sejahtera. Hasil penelitian Yosshimich mendapati bahwa pemahaman
diri melalui tahapan mawas diri mampu menunjukkan bahwa pada diri seseorang ada elemen
kunci yang sangat menentukan bahagia tidaknya seseorang, elemen ini adalah elemen yang
selalu stabil, tenang, serta damai, dan elemen-elemen yang berubah-ubah, senantiasa berubah
serta selalu berusaha menuruti keinginannya sendiri, terutama yang berhubungan dengan semat,
drajat, dan kramat.
Jika digabungkan, Self Awareness (kesadaran diri) adalah wawasan kedalam atau
wawasan mengenai alasan-alasan dari tingkah laku sendiri, pemahaman diri sendiri. Self
Awareness pada umumnya dimaknai sebagai kondisi tahu atau sadar pada diri sendiri dalam
pengertian yang mempunyai obyek secara relatif tetapi membuka dan menerima penilaian dari
kebenaran sifat individu.
Dalam memahami Self Awareness, individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri
untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menghargai masalah-masalah psikisnya asalkan
konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan.individu.untuk.aktualsasi.diri.

Kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni :


· Kesadaran diri publik
Orang yang memiliki kesadaran diri publik berperilaku mengarah keluar dirinya. Artinya,
tindakan-tindakannya dilakukan dengan harapan agar diketahui orang lain. Orang dengan
kesadaran publik tinggi cenderung selalu berusaha untuk melakukan penyesuaian diri dengan
norma masyarakat. Dirinya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain.
· Kesadaran diri pribadi.
Orang dengan kesadaran diri pribadi tinggi berkebalikan dengan kesadaran diri publik.
Tindakannya mengikuti standar dirinya sendiri. Mereka tidak peduli norma sosial. Mereka
nyaman-nyaman saja berbeda dengan orang lain. Bahkan tidak jarang mereka ingin tampil beda.
Mereka-mereka yang mengikuti berbagai kegiatan yang tidak lazim dan aneh termasuk orang-
orang yang memiliki kesadaran diri pribadi yang tinggi.
Kesadaran diri atau (self-awareness) di yakini merupan satu dari sekian kunci keberhasilan
hidup. salah satu defensi dari self-awareness menyebutkan, ada 3 hal yang harus di kenali dan di
sadari sepenuhnya.
· Pertama nilai dan tujuan yang di miliki;
· Kedua kebiasaan, gaya, kekuatan dan kelemahan diri;
· Ketiga, hubungan antara perasaan,pemikiran dan tingkah laku.
Rumus ABC;
· affect [perasaan],
· behavior [tingkah laku]
· cognition [pemikiran],
Demikian rumus ABC yang di ajukan O,keefe dan berger. Inilah aspek terakhir dari self-
awareness. Penetapan visi kesadaran akan kekuatan dan kelemahan kita,semuanya tidak akan
berarti kalau kita tidak melakukan aksi apa-apa. Di sinilah rumus.ABC.berperan.
Aktivitas yang di putuskan untuk di lakukan hendaknya mampertimbangkan ketiga hal
ini. Meski hasil analisa pemikiran mengatakan satu aktivitas akan menggantungkan, tapi tidak
akan terlaksana kalau ternyata tidak sesuai dengan hati (perasaan) atau sangat berbeda dari
kebiasaan. Karena itu, harus di cari alternatif aktivitas.yang.menyeimbangkan.ketiga.hal.ini.
Demikin juga, merubah tingkah laku bangsa tidaklah mudah. Banyak contoh kegagalan
penerapan teknologi karena masyarakat tidakmau meninggalkan kebiasaan lama. Hasil
pemikiran berupa teknologi tepat guna sekalipun, belum tentu dapat
diterapkan.tanpa.pedekatan.yang.persuasif.

self-awareness
mempunyai tiga komponen ini memang penting untuk meningkatkan prestasi kita. Baik
prestasi individu, kelompok bahkan bangsa . Tentu kita tidak harus selalu melihat ke dalam diri.
Tapi mesti pula melihat faktor ekternal. Untuk itu self-awareness ini harus di lengkapi dengan
environmental-awareness, kesadaran untuk melihat kondisi lingkunggan sekitar kita, baik itu
kawan maupun lawan. Dengan demikian kita mampu.membedakan.dan.menyadari.nya.

C.KONSEP DIRI (SELF CONCEPT)


A. Pengertian Konsep diri
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui oleh perawat yang dikatakan
perawat professional untuk dapat memahami dan mengetahui perilaku dan pandangan terhadap
dirinya, masalahnya, serta lingkungannya. Konsep diri merupakan hubungan yang paling intim,
jelasnya lebih dari satu aspek terpenting pengalaman hidup. Apa yang kita pikir dan kita rasakan
tentang diri kta mempengaruhi perawatan yang diberikan kepada diri sendiri atau perawatan
kepada orang lain. Dalam diri ini terdapat suatu konsep yang dinamakan konssep diri (self-
concept). Berikut adalah pengertian Konsep Diri menurut beberapa ahli :
1. Menurut Burns (1993 : VI) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita
pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan.
2. Menurut Mulyana (2000:7) : Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri
individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan
orang lain pada diri individu
3. Menurut Hurlock (1990:58) : konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki orang tentang
dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang
mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan
prestasi.
4. Menurut Centi (1993:9) : konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan
tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi,
bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri
menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
5. Menurut Wigfield & Karpathian (1991) : Konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang
dirinya sendiri
B. Rentang Respon konsep Diri
Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui melalui rentang respon dari
adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
gambaran diri (body Image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas.
Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat lima rentang respons konsep
diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan
depersonalisasi. Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang konsep diri dapat di lihat
berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu:
1. Aktualisasi Diri
Seorang ahli, Abraham Maslow mengartikan aktualisasi diri sebagai individu yang telah
mencapai seluruh kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara keseluruhan.
Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan melatar belakangi
pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra tubuh yang positif dan sesuai,
ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang
memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang jelas.
2. Konsep diri positif
Merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif dalam beraktivitas diri.
Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan
jujur karena latar belakang penerimaannya sukses, konsep diri yang positif berasal dari
pengalaman yang positif yang mengarah pada kemempuan pemahaman.Tanda-tanda individu
yang memiliki konsep diri yang positif adalah :
 Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa percaya
diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari
masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
 Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau
meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
 Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa
merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi
meremehkan orang lain.
 Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang
tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan
menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat.
 Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi
dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum
menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima
di lingkungannya.
3. Konsep diri negatif
Hal ini ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan untuk melakukan dengan
penyesuaian diri (maladjustment). Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang
tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Biasanya
harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan
bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah.
4. Harga diri rendah
Merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa
seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah transisi
antara respon konsep diri yang adatif dengan konsep diri yang maladatif. Tanda dan gejala yang
ditunjukkan sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat tindakan penyakit, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, dan merendahkan martabat. Tanda dan gejala yang lain dari harga diri
rendah diantaranya rasa bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri sendiri/orang lain, menarik
diri dari realitas, pandangan diri yang pesimis, perasaan tidak mampu, perasaan negative pada
dirinya sendiri, percaya diri kurang, mudah tersinggung dan marah berlebihan.
5. Kekacauan identitas
Merupakan kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek. Identitas mencakup rasa
internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan
dalam berbagai situasi. Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena
identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain. Seksualitas juga
merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh
situasi sepanjang hidup. Kekacauan identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat
dikenal dengan stressor identitas. Biasanya pada masa remaja, identitas banyak mengalami
perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan
kematangan. Stressor identitas diantaranya kehilangan pekerjaan, perkosaan, perceraian,
kelalaian, konflik dengan orang lain, dan masih banyak lagi. Identitas masa kanak-kanak dalam
kematangan aspek psikososial, merupakan ciri-ciri masa dewasa yang harmonis.
6. Depersonalisasi
Merupakan perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang
lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri,
ketergantungan, sukar membuat keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal, ragu dan
proyeksi. Jika seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang tersebut telah
mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Orang dengan gangguan depersonalisasi mengalami
persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan hidup mereka yang membuat mereka tidan
nyaman, gejala-gejala kemungkinan sementara atau lama atau berulang untuk beberapa tahun.
orang dengan gangguan tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk
menggambarkan gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila.
Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya jika
gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi
perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan
membantu seseorang dengan gangguan tersebut.

C. Komponen Konsep Diri


Konsep diri terdiri dari citra tubuh, (body image). Ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem),
peran (self role), dan identitas diri (self identy).
1. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari
meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan betuk, fungsi, penampilan dan
potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi
dan pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh harus realistis karena semakin dapat menerima
dan menyukai tubuhnya, individu akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu
yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi dari pada individu yang
tidak menyukai tubuhnya. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada
aspek psikologisnya. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya akan
memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses didalam
kehidupan.
2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku
berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipeorang yang
diinginkan/disukai atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan
mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma social dimasyarakat
tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa
kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau
tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu, individu menginternalisasikan harapan
tersebut dan akan membentuk dasar dari ideal diri.
Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua,
guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan
berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab. Individu cenderung
menetapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan
dari rasa cemas.
Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu
tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal
dan membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang
membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan
mental.

3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis
seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dengan diri
sendiri dan orang lain yang dicintai, dihormati, dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya
tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan selalu merasa harga dirinya
rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima oleh lingkungan.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan
meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri, anak diberi
kesempatan untuk sukses, beri penguatan/ pujian bila anak sukses, tanamkan “ideal” atau
harapan jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengamn budaya, berikan dorongan untuk aspirasi
atau cita-citanya dan Bantu membentuk pertahanan diri untuk hal-hal yang menganggu
persepsinya.
Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas karena pada saat ini harga diri
mengalami perubahan karena banyak keputusan yang harus di buat menyangkut dirinya
sendiri.Remaja dituntut untuk menentukan pilihan,posisi peran dan memutuskan apakah dia
mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu ,apakah dia dapat berpartisipasi atau diterima
berbagai macam aktivitas social.Pada usia dewasa harga diri menjadi stabil dan memberikan
gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung menerima keadaan dirinya.Hal ini
didapatkan dari pengalaman menghadapi kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara
maksimal kelebihan dirinya.Pada masa dewasa akhir timbul masalah harga diri karena adanya
tantangan baru sehubungan denngan pension, ketidak mampuan fisik, berpisah dari anak,
kehilangan pasangan.
4. Peran
Peran adalah serangkaian sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh
masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu dalam kelompok sosialnya.Peran memberikan
sarana untuk berperan serta dalam kehidupan social dan merupakan cara untuk menguji identitas
dengan memvalidasi pada orang yang berarti.Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang
berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi
merupakan dari hasil peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan ideal diri. Faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap peran :
Kejelasan prilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
Tanggapan yang konsisten dari orang-orang yang berarti terhadap perannya
Kecocokan dan keseimbangan antar peran yang diembannya
Keselarsan norma budaya dan harapan individu terhadap prilaku
Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang tidak sesuai
5. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian terhadap dirinya,menyadari individu bahea dirinya berbeda dengan orang
lain.Identitas diri merupakan sintetis dari semua konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh,
tidak dipengaruhi oleh tujuan hidup, atribut/jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai
perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak
ada duanya. Kemandirian timbul dari persaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan
dan penguasaan diri.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep
diri.Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri,
mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri. Ciri-ciri individu yang mempunyai
kepribadian sehat:
Ciri tubuh positif dan akurat.Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian
yang sesuai akan kesehatan diri termasuk persepsi saat ini dan yang lalu akan diri sendiri dan
perasaan tentang ukuran,fungsi,penampilan dan potensi tubuh
Ideal siri realistis. Individu yang mempunyai ideal diri realistis akan mempunyai tujuan hidup
yang dapat dicapai.
Harga diri tinggi.Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sendiri
sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat.
Individu dengan penampilan peran memuaskan akan dapat berhubungan dengan orang
lain secara inti dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain
membina hubungan independen. Identitas jelas.Individu merasakan keunikan dirinya yang
memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan. Ciri-ciri individu dengan identitas diri yang
positif :
Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain
Mengakui jenis kelamin sendiri
Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan tubuh
Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat
Menyadari hubungan masa lalu.sekarang dan yang akan dating
Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai/direalisasikan.
Hurlock (1974) mengatakan bahwa konsep diri memiliki tiga komponen utama, yaitu :
1. Komponen Perseptual, yaitu image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang
ditampilkan pada orang lain. Komponen iini sering disebut sebagai physical self concept.
2. Komponen Konseptual, yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimiliki,
baik kemampuan dan ketidakmampuannya, latar belakang sertan masa depannya. Komponen ini
sering disebut sebagai psychological self concept, yang tersusun dari beberapa kualitas
penyesuaian diri, seperti kejujuran, percaya diri, kemandirian, pendirian yang teguh dan
kebalikan dari sifat-sifat tersebut.
3. Komponen sikap, yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap statusnya
sekarang dan prospeknya di masa depn, sikap terhadap harga diri dan pandangan yang
dimilikinya.

D. Gangguan konsep diri


1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi gangguan citra tubuh :
- Kehilangan /kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
- Perubahan ukuran,bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan atau
penyakit)
- Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
- Prosedur pengobatan seperti radiasi,kemoterapi,transplantasi.
Faktor predisposisi gangguan harga diri :
- Penolakan dari orang lain
- Kurang penghargaan
- Pola asuh yang salah:terlalu dilarang,terlalu terkontrol,terlalu dituruti,terlalu dituntut dan
tidak konsisten
- Persaingan antar-saudara
- Kesalahan dan kegagalan yang berulang
- Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
Faktor predisposisi gangguan peran :
- Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan,perubahan situasi dan keadaan
sehat sakit.
- Ketegangan peran,ketika individu kurang pemgetahuannya tentang harapan peran yang
spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
- Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan yang spesifik dan
bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.
- Peran yang terlalu banyak
Faktor predisposisi gangguan identitas diri :
- Ketidak percayaan orang tua kepada anak
- Tekanan dari teman sebaya
- Perubahan social.
2. Faktor Prespitasi
Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit
menyesuaikan diri atau tidak dapat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiayaan
fisik,seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam kehidupannya atau
menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan.
Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat
melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa
cocok dalam melakukan perannya.Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi saat terjadi
konflik peran,keraguan peran dan terlalu banyak peran.Konflik peran terjadi saat individu
menghadapi transisi peran yang beragam.transisi peran yang sering terjadi adalah
perkembangan,situasi dan sehat-sakit.
Transisi peran perkembangan.Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada
identitas.Setiap tahap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas.Setiap tahap
perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaiakn tugas perkembangan yang berbeda-
beda,hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri. Transisi peran situasi.perubahan jumlah
anggota keluarga baik pertambahan atau pengurangan melalui kelahiran atau kematian. Transisi
peran sehat-sakit. Perubahan tubuh dapat memengaruhi semua konsep diri. Pergeseran kondisi
kesehatan individu yang menyebabkan kehilangan bagiian tubuh, perubahan bentuk, penampilan
dan fungsi tubuh. Perubahan akibat tindakan pembedahan yang dapat terlihat seperti kolostomi
atau gastrostomi atau yang tidak kelihatan seperti histerektomi.

D.PENGENDALIAN DIRI (SELF CONTROL)


Berbagai permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan ini banyak diakibatkan oleh
ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri. Tawuran antar pelajar, mengambil hak
milik orang lain (mencuri, merampok, korupsi), vandalism, penyalahgunaan obat terlarang dan
free sex merupakan contoh perilaku yang timbul karena ketidakmampuan dalam mengendalikan
diri (self control).
Perkembangan self control pada dasarnya sejalan dengan bertambahnya usia seseorang.
Semakin dewasa diharapkan mempunyai self control yang lebih baik dibanding saat remaja dan
anak-anak. Namun demikian beberapa kasus menunjukkan hal yang sebaliknya, dimana
beberapa permasalahan tersebut juga dilakukan oleh orang yang sudah dewasa. Mahasiswa yang
telah beranjak dewasa (bertambahnya usia dan ilmu) tentunya diharapkan oleh masyarakat
mempunyai self control yang lebih tinggi dibanding anak-anak SMA. Tentunya akan aneh jika
bertambahnya usia tidak diimbangi dengan kemampuan mengendalikan diri, bahkan berbuat
sesuka hati dengan membiarkan perilaku yang lebih mementingkan egosime tanpa menghiraukan
konsekuensi yang akan diperoleh.
Dalam pandangan Zakiyah Darajat bahwa orang yang sehat mentalnya akan dapat
menunda buat sementara pemuasan kebutuhannya itu atau ia dapat mengendalikan diri dari
keinginan-keinginan yang bisa menyebabkan hal-hal yang merugikan. Dalam pengertian yang
umum pengendalian diri lebih menekankan pada pilihan tindakan yang akan memberikan
manfaat dan keuntungan yang lebih luas, tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan
dirinya di masa kini maupun masa yang akan datang dengan cara menunda kepuasan sesaat.
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi kontrol diri atau self control adalah
kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk
menekan atau menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol
diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan
bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.
Kontrol diri merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu
selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat
dilingkungan yang berada disekitarnya, para ahli berpendapat bahwa kontrol diri dapat
digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat preventif selain dapat mereduksi efek-efek
psikologis yang negative dari stressor-stresor lingkungan. Disamping itu kontrol diri memiliki
makna sebagai suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan
lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai
dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi (Calhoun dan
Acocela, 1990).
Mengapa penting memiliki self control ? Pertama, kontrol diri berperan penting dalam
hubungan seseorang dengan orang lain (interaksi social). Hal ini dikarenakan kita senantiasa
hidup dalam kelompok atau masyarakat dan tidakbisa hidup sendirian. Seluruh kebutuhan hidup
kita (fisiologis) terpenuhi dari bantuan orang lain, begitu pula kebutuhan psikologis dan social
kita. Oleh karena itu agar kita dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup ini dibutuhkan
kerjasama dengan orang lain dan kerjasama dapat berlangsung dengan baik jika kita mampu
mengendalikan diri dari perbuatan yang merugikan orang lain. Kedua, Kontrol diri memiliki
peran dalam menunjukkan siapa diri kita (nilai diri). Seringkali seseorang memberikan penilaian
dari apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kontrol diri merupakan salah satu
aspek penting dalam mengelola dan mengendalikan perilaku kita. Kontrol diri menjadi aspek
yang penting dalam aktualisasi pola pikir, rasa dan perilaku kita dalam menghadapai setiap
situasi. Seseorang yang dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang negatif tentunya akan
memperoleh penilaian yang positif dari orang lain (lingkungan sosial), begitu pula sebaliknya.
Ketiga, kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Pengendalian diri dipercaya dapat
membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hal ini dikarenakan bahwa
seseorang yang mampu menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan diri atau orang lain
akan lebih mudah focus terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai, mampu memilih tindakan
yang memberi manfaat, menunjukkan kematangan emosi dan tidak mudah terpengaruh terhadap
kebutuhan atau perbuatan yang menimbulkan kesenangan sesaat. Bila hal ini terjadi niscaya
seseorang akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya, maka kita
akan dapat menjadi pribadi yang efektif, hidup lebih konstruktif, dapat menyusun tindakan yang
berdimensi jangka panjang, mampu menerima diri sendiri dan diterima oleh masyarakat luas.
Kemampuan mengendalikan diri menjadi sangat berarti untuk meminimalkan perilaku buruk
yang selama ini banyak kita jumpai dalam kehidupan di masyarakat juga dalam tatanan
kenegaraan karena banyak peristiwa yang terjadi karena ketidakmampuan mengendalikan diri.
Pada dasarnya sumber terjadinya self control dalam diri seseorang ada 2 (dua) yaitu
sumber internal (dalam diri) dan eksternal (di luar diri). Apabila seseorang dalam berperilaku
cenderung mengatur perilakunya sendiri dan memiliki standar khusus terhadap perilaku yang
dipilih, memberikan ganjaran bila dapat mencapai tujuan dan memberikan hukuman sendiri
apabila melakukan kesalahan, maka hal ini menunjukan bahwa self controlnya bersumber dari
diri sendiri (internal). Sedangkan apabila individu menjadikan orang lain atau lingkungan
sebagai standart perilaku atau penyebab terjadinya perilaku dan ganjaran atau hukuman juga
diterima dari orang lain (lingkungan), maka ini menunjukkan bahwa self control yang dimiliki
bersumber dari luar diri (eksternal)
A. Jenis-Jenis Kontrol Diri
Kontrol diri yang digunakan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu, meliputi :
a. Behavioral control, kemampuan untuk mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang
tidak menyenangkan. Adapun cara yang sering digunakan antara lain dengan mencegah atau
menjauhi situasi tersebut, memilih waktu yang tepat untuk memberikan reaksi atau membatasi
intensitas munculnya situasi tersebut
b. Cognitive control, kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan
dengan cara menginterpretasi, menilai dan menggabungkan suatu kejadian dalam sutu kerangka
kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Dengan informasi yang
dimiliki oleh individu terhadap keadaan yang tidak menyenangkan, individu berusaha menilai
dan menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subyektif
atau memfokuskan pada pemikiran yang menyenangkan atau netral.
c. Decision control, kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada
sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi
baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan untuk memilih berbagai
kemungkinan (alternative) tindakan
d. Informational control, Kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian yang
menekan, kapan akan terjadi, mengapa terjadi dan apa konsekuensinya. Kontrol informasi ini
dapat membantu meningkatkan kemampuan seseorang dalam memprediksi dan mempersiapkan
yang akan terjadi dan mengurangi ketakutan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang tidak
diketahui, sehingga dapat mengurangi stress.
e. Retrospective control, Kemampuan untuk menyinggung tentang kepercayaan mengenai apa
atau siapa yang menyebabkan sebuah peristiwa yang menekan setelah hal tersebut terjadi.
Individu berusaha mencari makna dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Hal ini
bukan berarti individu mengontrol setiap peristiwa yang terjadi, namun individu berusaha
memodifikasi pengalaman stress tersebut untuk mengurangi kecemasan.

B. Ciri-ciri control diri


Ciri-ciri seseorang mempunyai kontrol diri antara lain :
a. Kemampuan untuk mengontrol perilaku yang ditandai dengan kemampuan menghadapi situasi
yang tidak diinginkan dengan cara mencegah atau menjauhi situasi tersebut, mampu mengatasi
frustasi dan ledakan emosi.
b. Kemampuan menunda kepuasan dengan segera untuk mengatur perilaku agar dapat mencapai
sesuatu yang lebih berharga atau lebih diterima oleh masyarakat
c. Kemampuan mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi keadaan melalui pertimbangan
secara objektif.
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa dengan melakukan penilaian dan penafsiran suatu keadaan
dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif
e. Kemampuan mengontrol keputusan dengan cara memilih suatu tindakan berdasarkan pada
sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.
Orang yang rendah kemampuan mengontrol diri cenderung akan reaktif dan terus reaktif
(terbawa hanyut ke dalam situasi yang sulit). Sedangkan orang yang tinggi kemampuan
mengendalikan diri akan cenderung proaktif (punya kesadaran untuk memilih yang positif).
Untuk mengecek sejauh mana kita punya kemampuan mengendalikan diri, kita bisa melihat
petunjuk di bawah ini:
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri
a. Kepribadian. Kepribadian mempengaruhi control diri dalam konteks bagaimana seseorang
dengan tipikal tertentu bereaksi dengan tekanan yang dihadapinya dan berpengaruh pada hasil
yang akan diperolehnya. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda (unik) dan hal
inilah yang akan membedakan pola reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Ada seseorang yang
cenderung reaktif terhadap situasi yang dihadapi, khususnya yang menekan secara psikologis,
tetapi ada juga seseorang yang lamban memberikan reaksi.
b. Situasi. Situasi merupakan faktor yang berperan penting dalam proses kontrol diri. Setiap
orang mempunyai strategi yang berbeda pada situasi tertentu, dimana strategi tersebut memiliki
karakteristik yang unik. Situasi yang dihadapi akan dipersepsi berbeda oleh setiap orang, bahkan
terkadang situasi yang sama dapat dipersepsi yang berbeda pula sehingga akan mempengaruhi
cara memberikan reaksi terhadap situasi tersebut. Setiap situasi mempunyai karakteristik tertentu
yang dapat mempengaruhi pola reaksi yang akan dilakukan oleh seseorang.
c. Etnis. Etnis atau budaya mempengaruhi kontrol diri dalam bentuk keyakinan atau pemikiran,
dimana setiap kebudayaan tertentu memiliki keyakinan atau nilai yang membentuk cara
seseorang berhubungan atau bereaksi dengan lingkungan. Budaya telah mengajarkan nilai-nilai
yang akan menjadi salah satu penentu terbentuknya perilaku seseorang, sehingga seseorang yang
hidup dalam budaya yang berbeda akan menampilkan reaksi yang berbeda dalam menghadapi
situasi yang menekan, begitu pula strategi yang digunakan.
d. Pengalaman. Pengalaman akan membentuk proses pembelajaran pada diri seseorang.
Pengalaman yang diperoleh dari proses pembelajaran lingkungan keluarga juga memegang peran
penting dalan kontrol diri seseorang, khususnya pada masa anak-anak. Pada masa selanjutnya
seseorang bereaksi dengan menggunakan pola fikir yang lebih kompleks dan pengalaman
terhadap situasi sebelumnya untuk melakukan tindakan, sehingga pengalaman yang positif akan
mendorong seseorang untuk bertindak yang sama, sedangkan pengalaman negatif akan dapat
merubah pola reaksi terhadap situasi tersebut.
e. Usia. Bertambahnya usia pada dasarnya akan diikuti dengan bertambahnya kematangan dalam
berpikir dan bertindak. Hal ini dikarenakan pengalaman hidup yang telah dilalui lebih banyak
dan bervariasi, sehingga akan sangat membantu dalam memberikan reaksi terhadap situasi yang
dihadapi. Orang yang lebih tua cenderung memiliki control diri yang lebih baik dibanding orang
yang lebih muda.

D. Prinsip-prinsip dalam mengendalikan diri

1. Prinsip kemoralan. Setiap agama pasti mengajarkan moral yang baik bagi setiap pemeluknya,
misalnya tidak mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong, tidak mabuk-
mabukan, tidak melakukan tindakan asusila maupun tidak merugikan orang lain. Saat ada
dorongan hati untuk melakukan sesuatu yang negatif, maka kita dapat bersegera lari ke rambu-
rambu kemoralan. Apakah yang kita lakukan ini sejalan atau bertentangan dengan nilai-nilai
moral dan agama? Saat terjadi konflik diri antara ya atau tidak, mau melakukan atau tidak, kita
dapat mengacu pada prinsip moral di atas.
2. Prinsip kesadaran. Prinsip ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa sadar saat suatu
bentuk pikiran atau perasaan yang negatif muncul. Pada umumnya orang tidak mampu
menangkap pikiran atau perasaan yang muncul, sehingga mereka banyak dikuasai oleh pikiran
dan perasaan mereka. Misalnya seseorang menghina atau menyinggung kita, maka kita marah.
Nah, kalau kita tidak sadar atau waspada maka saat emosi marah ini muncul, dengan begitu
cepat, tiba-tiba kita sudah dikuasai kemarahan ini. Jika kesadaran diri kita bagus maka kita akan
tahu saat emosi marah ini muncul, menguasai diri kita dan kemungkinan akan melakukan
tindakan yang akan merugikan diri kita dan orang lain. Saat kita berhasil mengamati emosi maka
kita dapat langsung menghentikan pengaruhnya. Jika masih belum bisa atau dirasa berat sekali
untuk mengendalikan diri, maka kita dapat melarikan pikiran kita pada prinsip moral.
3. Prinsip perenungan. Ketika kita sudah benar-benar tidak tahan untuk meledakkan emosi
karena amarah dan perasaan tertekan, maka kita bisa melakukan sebuah perenungan. Kita bisa
menanyakan pada diri sendiri tentang berbagai hal, misalnya apa untungnya saya marah, apakah
benar reaksi saya seperti ini, mengapa saya marah atau apakah alasan saya marah ini sudah
benar. Dengan melakukan perenungan, maka kita akan cenderung mampu mengendalikan diri.
Secara sederhana dapat digambarkan bahwa saat emosi aktif maka logika kita tidak jalan,
sehingga saat kita melakukan perenungan atau berpikir secara mendalam maka kadar kekuatan
emosi atau keinginan kita akan cenderung menurun.
4. Prinsip kesabaran. Pada dasarnya emosi kita naik – turun dan timbul, tenggelam. Emosi yang
bergejolak merupakan situasi yang sementara saja, sehingga kita perlu menyadarinya bahwa
kondisi ini akan segera berlalu seiring bergulirnya waktu. Namun hal ini tidaklah mudah karena
perlu adanya kesadaran akan kondisi emosi yang kita miliki saat itu dan tidak terlalu larut dalam
emosi. Salah satu cara yang perlu kita gunakan adalah kesabaran, menunggu sampai emosi
negatif tersebut surut kemudian baru berpikir untuk menentukan respon yang bijaksana dan
bertanggung jawab (reaksi yang tepat).
5. Prinsip pengalihan perhatian. Situasi dan kondisi yang memberikan tekanan psikologis
sering menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran yang cukup banyak bagi seseorang untuk
menghadapinya. Apabila berbagai cara (4 prinsip sebelumnya) sudah dilakukan untuk berusaha
menghadapi namun masih sulit untuk mengendalikan diri, maka kita bisa menggunakan prinsip
ini dengan menyibukkan diri dengan pikiran dan aktifitas yang positif. Ketika diri kita
disibukkan dengan pikiran positif yang lain, maka situasi yang menekan tersebut akan
terabaikan. Begitu pula manakala kita menyibukkan diri dengan aktifitas lain yang positif, maka
emosi yang ingin meledak akibat peristiwa yang tidak kita sukai tersebut akan menurun bahkan
hilang. Saat kita berhasil memaksa diri memikirkan hanya hal-hal yang positif maka emosi kita
akan ikut berubah kearah yang positif juga.
BAB III
PENUTUP

Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui oleh perawat yang dikatakan
perawat professional untuk dapat memahami dan mengetahui perilaku dan pandangan terhadap
dirinya, masalahnya, serta lingkungannya. Perawat setiap harinya dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah makhluk bio-psiko-sosio-
spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya
dan dirinya sendiri. Setiap individu berbeda dalam mengimplementasikan stimulus dalam
lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang
lain. Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis
respon individu terhadap rentang respon konsep diri sehingga perawat memahami bagaiamana
konsep diri/rentang respon konsep diri yang ada pada diri klienperawat dalam pengkajain kepada
kliennya, juga meliputi konsep diri. Konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang
dirinya sendiri.
Dalam konsep diri, terdapat rentang respon konsep diri. Rentang respon diri terentang
dari respon adaptif sampai respon maladaptif. Dari rentang respon adatif sampai respon
maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif,
harga diri rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi. Tindakan keperawatan yang baik dan
benar membantu klien mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan perasaan yang terkait,
guna meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan perilaku.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide,
pikiran, perasaan, dan keyakinan ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik
dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan idealismenya. Konsep diri adalah cara
individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, social, dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2001, cet.ke-1.

Moeljono Notosoedirjo, Latipun, Kesehatan Mental, Universitas Muhammadiyah Malang, 2000.

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, PT. Bulan Bintang, Bandung, 1986, cet ke-7.

Dayakisni, Tri & Hudaniah (2003). Psikologi Sosial. UMM Press. Malang
http://garasikeabadian.blogspot.co.id/2013/03/pengendalian-diri-self-control.html
http://mayangpratiwi27.blogspot.co.id/2013/01/diri-self_19.html

Anda mungkin juga menyukai