Anda di halaman 1dari 9

Transformasi Sistem Pariwisata Maluku

Sebagai Upaya Pembangunan Ekonomi Nasional

Penyusun :
Fahri Alhamid

Cabang Ambon
Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan jurnal yang berjudul
“Transformasi Pariwisata Maluku Sebagai Pilar Pembangunan Ekonomi
Nasional” ini dengan lancar. Jurnal ini ditulis dari hasil penyusunan data-data
sekunder yang saya peroleh dari berbagai litertur. Jurnal ini dibuat untuk
memenuhi persyaratan mengikuti Intermediate Training (LK II) Tingkat Nasional
HMI Korkom Merdeka Cabang Malang. Saya harap dengan membaca jurnal ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan
kita mengenai peranan penting kemajuan teknologi terhadap sektor pariwisata.
Saya menyadari bahwa jurnal ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.

Ambon, 09 Oktober 2019

Penulis
NASKAH JURNAL LATIHAN KADER (LK II) HMI
KORKOM MERDEKA CABANG MALANG

Transformasi Sistem Pariwisata Maluku


Sebagai Upaya Pembangunan Ekonomi Nasional

Penulis ( Fahri Alhamid ) Cabang Ambon


Email : fahrialhamid059hpm@gamil.com / 082348992717

Abstrak : Provinsi Maluku yang memiliki luas wilayah mencapai 81.376 km2. Luas lautan
mencapai 27.191 km2 sedangkan luas daratan mencapai 54.185 km2, dengan jumlah pulau yang
terdiri dari 559 pulau, membuat Maluku memiliki potensi wisata bahari yang begitu besar
diantaranya: wisata tepi pantai, wisata budaya, wisata bawah laut, dan banyak jenis wisata bahari
lainnya. Sehingga potensi tersebut seharusnya mampu meningkatkan perekonomian masyarakat
serta berkontribusi terhadap pendapatan ekonomi negara. Akan tetapi strategi pengembangan
pariwisata bahari Provinsi Maluku belum mampu berkontribusi terhadap ekonomi negara.
Penulisan jurnal ini bertujuan untuk memberikan solusi berupa transformasi sebuah sistem E-
Tourisem yang mengoptimalkan penggunaan teknologi digital dalam mempromosikan potensi
wisata bahari Provinsi Maluku.

Pendahuluan
Industri pariwisata hadir sebagai industri gaya baru, yang mampu
memberikan pertumbuhan ekonomi dengan baik dalam hal membuka lapangan
kerja, memberikan peningkatan pendapatan, taraf hidup serta dapat menunjang
pembangunan di sektor yang lain di dalam negara penerima wisatawan (Wahab,
2003: 5, dalam Fitria, 2017). Berkembangnya pariwisata di suatu daerah akan
mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat, yakni secara ekonomis, sosial
dan budaya. Namun, jika pengembangannya tidak dipersiapkan dan dikelola
dengan baik, justru akan menimbulkan berbagai permasalahan yang menyulitkan
atau bahkan merugikan masyarakat. Sejatinya arah kebijakan dalam
pengembangan sektor pariwisata meliputi: pemasaran pariwisata nasional dengan
mendatangkan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara; pembangunan
destinasi pariwisata dengan meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata
sehingga berdaya saing di kancah nasional dan internasional; pembangunan
industri pariwisata dengan meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri
pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk dan
jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata yang menjadi fokus
pemasaran; dan pembangunan kelembagaan pariwisata dengan membangun
sumberdaya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional (Buku
Analisi Pembangunan Wilayah Provinsi Maluku, 2015)
Secara pandangan sosial, aktivitas pariwisata dapat membuka kesempatan
kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai
sektor usaha yang langsung maupun yang tidak langsung berkaitan dengan
wilayah kepariwisataan. Sedangkan secara pandangan ekonomi aktivitas
pariwisata mampu menyumbang terhadap penerimaan daerah bersumber dari
pajak, retribusi parkir dan karcis atau dapat mendatangkan devisa dari wisatawan
mancanegara yang berkunjung.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulau 17.508,
memiliki potensi wisata bahari yang sangat beragam dengan nilai kehidupan
lautannya tidak tertandingi di dunia. Salah satunya adalah Provinsi Maluku yang
memiliki luas wilayah mencapai 81.376 km2. Luas lautan mencapai 27.191 km2
sedangkan luas daratan mencapai 54.185 km2, dengan jumlah pulau yang terdiri
dari 559 pulau, menjadikan Provinsi Maluku sebagai daerah kepulauan (Maelani
Sahetapy. 2018).
Luasnya perairan Maluku menjadikan sektor kelautan dan perikanan
memiliki potensi besar sebagai sektor unggulan dan penggerak utama (prime
mover) pembangunan perekonomian daerah Provinsi Maluku. Maluku dengan
sektor kelautan yang besar, juga memiki isu pembangunan yang salah satunya
adalah pengembangan pariwisata bahari. Potensi wisata bahari yang
memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung.
Kegiatan langsung diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, dan
memancing. Kegiatan tidak langsung seperti olahraga pantai, piknik menikmati
atmosfer laut (Nurisyah, 1998 dalam Lolita, 2017).
Akan tetapi, Pengembangan sektor pariwisata di Maluku belum dilakukan
secara optimal, dilihat dari besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap
perekonomian Provinsi Maluku masih rendah apabila dibandingkan dengan
potensi pariwisata yang dimilikinya. Wisatawan asing maupun domestik yang
berkunjung ke Maluku jumlahnya belum begitu besar. Jumlah wisatawan yang
berkunjung ke tempat wisata di Maluku meningkat setiap tahunnya namun
peningkatan jumlah kunjungan tersebut tidak begitu besar. Hal ini juga terlihat
dari jumlah tamu yang menginap di hotel dan akomodasi lainnya di Provinsi
Maluku dibandingkan Indonesia secara keseluruhan Tahun 2010-2014 (Buku
Analisi Pembangunan Wilayah Provinsi Maluku, 2015)
Rata-rata jumlah tamu asing dan domestik pada hotel dan akomodasi lain di
Maluku hanya sebesar 158 ribu orang pengunjung selama tahun 2010-2014.
Angka ini jauh di di bawah kunjungan wisatawan yang datang ke Indonesia,
padahal potensi pariwisata Maluku cukup besar. Salah satu penyebab peningkatan
jumlah kunjungan yang tidak signifikan adalah aksesibilitas, ketersediaan
informasi terhadap lokasi wisata dan infrastruktur, sedangkan kemajuan wisata di
daerah berkaitan dengan kesiapan infrastruktur yang dimilikinya.
Sebagai wilayah kepulauan, potensi pariwisata di Maluku antara lain wisata
bahari, wisata sejarah, Agrowisata, wisata kuliner,dan wisata budaya. Wisata
bahari terdiri atas Pantai Liang di Maluku Tengah, wisata Kepulauan Geser di
Kabupaten Seram Bagian Timur, serta Pantai Ora. Untuk wisata sejarah, Maluku
memiliki Museum Siwa Lima di Ambon, Benteng Durstede di Saparua, Benteng
Belgica di Pulau Banda, rumah pengasingan Bung Hatta. Masih banyak lagi
potensi wisata di Maluku yang belum dikembangkan dan ditata dengan baik
menjadi daya tarik wisata unggulan. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan
ekonomi kreatif untuk meningkatkan daya tarik wisatawan yang berkunjung ke
objek wisata di Maluku. Beberapa faktor yang menyebabkan Maluku belum
menjadi tempat tujuan wisata utama di Indonesia antara lain faktor infrastruktur,
transportasi, keterbatasan informasi, sumber daya manusia, dan belum adanya
kawasan strategis dan destinasi pariwisata yang jadi prioritas.
Pembahasan
Pariwisata memiliki posisi strategis dalam pembangunan nasional, yaitu
sebagai penambah devisa negara, membuka peluang kesempatan kerja dan
pemenuhan pendapatan negara. Pembangunan kepariwisataan dilakukan secara
menyeluruh dan terpadu dengan sector-sektor pembangunan lainnya serta antara
berbagai usaha kepariwisataan yang kecil, menengah dan besar agar saling
menunjang. Hal ini didukung oleh kondisi geografis Indonesia yang berada dalam
iklim tropis sehingga sangat mendukung untuk pengembangan kepariwisataan
dengan potensi
alam dan budayanya.
Maluku sebagai provinsi kepulauan memiliki banyak potensi alam untuk
dikembangkan sebagai objek wisata pilihan bagi wisatawan. Maluku dengan
potensi dan keunikannya di masing-masing kabupaten, melengkapi pilihan bagi
wisatawan untuk berkunjung. Namun demikian potensi pariwisata tersebut belum
mampu dikembangkan secara baik, karena adanya beberapa masalah mendasar,
diantaranya (1)Pola pikir jangka pendek orang Maluku, sebagai tuan rumah, yang
melihat pariwisata sebagai lahan untuk mendapatkan keuntungan semata, tanpa
didukung pelayanan yang terbaik, demi kesejahteraan jangka panjangnya. (2).
Orang Maluku yang mudah terpengaruh akan isu yang kurang bertanggung jawab,
sehingga mengakibatkan dampak negatif pada keamanan dan kenyamanan
wisatawan. (3) Hal di butir 2 (dua) juga mengakibatkan dalam masyarakat
Indonesia, orang Maluku dikenal sebagai pemberontak yang kurang bisa
bekerjasama dengan baik, dan selalu ingin menang sendiri, dengan menunjukkan
kekerasan. (4). Peran serta pemerintah yang kurang aktif dalam menjaga dan
melestarikan budaya Maluku, hal ini dapat dilihat dari kurangnya promosi
pariwisata. (5). Berkurangnya kelimpahan rempah-rempah Maluku yang dulu
dikenal sebagai The Spice Islands. (6). Sistem transportasi antar-pulau yang
kurang memadai, mengakibatkan daerahdaerah di Maluku sulit dijangkau. (7).
Pembangunan infrastruktur paska kerusuhan berjalan cukup lamban. Kurangnya
rambu penunjuk jalan, dan lampu-lampu penerangan. Dalam beberapa tempat,
masih terasa seperti “daerah mati”. (8). Sistem birokrasi yang terlalu kaku dan
menyulitkan, tidak hanya membuat berkurangnya minat pengembang wisata,
namun juga membuat promosi pariwisata terhambat.
Transformasi strategi pengelolaan pariwisata sudah harus dilakukan oleh
pemerintah Provinsi Maluku. Pada era digital saat ini keterbukaan dan kemudahan
mendapatkan informasi bukanlah suatu hal yang sulit, dengan kemajuan teknologi
yang begitu pesat seharusnya tidak menjadi hambatan dalam mempromosikan
suatu kawasan wisata. Jika dilihat pada saat ini, perkembangan teknologi
informasi terutama di Indonesia semakin berkembang. Perkembangan teknologi
tersebut memudahkan kita dalam memperkenalkan objek wisata Maluku. Dengan
perkembangan teknologi informasi pariwisata mulai memperlihatkan perubahan
yang cukup signifikan. Banyak hal yang terasa berbeda dan berubah dibandingkan
dengan cara berkembang sebelumnya.
Pemerintah Provinsi Maluku sudah harus memanfaatkan teknologi untuk
memperkenalkan dan mepromosikan pariwisata yang ada di Maluku, apalagi
Provinsi Maluku berciri khas kepulauan sudah seharusnya teknologi informasi
digunakan sehingga dapat menjangkau daerah – daerah kepulauan yang jauh. Oleh
karena itu pemerintah Provinsi Maluku sudah seharusnya melakukan transformasi
penyusunan rencana pengembangan pariwisata daerah yang berbasis pada sistem
teknologi informasi yang memperkenalkan segenap potensi wisata, sarana dan
prasarana pendukung, kemudahan akses dan transportasi, paket wisata yang
ditawarkan, biaya, rute dan jarak serta hal-hal yang berkenan dengan pariwisata
ditiap-tiap daerah kepulauan menggunakan sistem e-tourism. Informasi yang
diberikanpun bukan sekedar database jumlah dan jenis objek wisata saja, namun
juga dengan visualisasi objek dan fasilitas, sehingga informasi ini dapat
dimanfaatkan oleh para wisatawan untuk menentukan daerah tujuan wisata,
jadwal kegiatan wisata, paket wisata yang dipilih, waktu yang diperlukan, biaya,
modal yang akan digunakan serta kemudahan transaksi lainnya.
Pemanfaatan teknologi informasi dengan pengembangan sistem E-Tourism
yang menekankan pada online booking sebagai landasan dan langkah maju dalam
pengembangan pariwisata Maluku merupakan hal mutlak yang harus segera
diterapkan dalam pengelolaan sektor pariwisata. Pengembangan sistem E-Tourism
ini haruslah terintegrasi dengan kebijakan-kebijakan pengembangan pariwisata
dan terintegrasi dengan sitem informasi pelayanan pendukung seperti industri jasa
penerbangan, pelayaran, angkutan jalan raya, asuransi, agen travel, hotel, restoran,
serta sentra kerajinan khas daerah dan pengelola daerah, kawasan atau objek
wisata itu sendiri.
Pada dasarnya sistem E-Tourism memberikan informasi tentang objek
wisata dengan segenap komponen-komponen pendukungnya melalui website
pariwisata dan bersifat interaktif dengan wisatawan yang membutuhkan
informasi. Informasi yang di tampilkan dengan bentuk yang menarik dan
informasi yang akurat dan terbarukan yang disediakan oleh website pariwisata
akan menjadi faktor penarik bagi wisatawan untuk selalu mengakses website dan
mengenali lebih jauh tentang objek-objek wisata yang ditawarkan. Selain itu
teknologi internet juga dapat memudahkan wisatawan dalam memenuhi segala
kebutuhan yang berhubungan dengan perjalanan wisata seperti pemesanan kamar
hotel, tiket perjalanan, serta memudahkan dalam mengakses segala kebutuhan
informasi pariwisata lainnya sehingga wisatawan dapat menghemat biaya serta
menghemat waktu karena tidak perlu pergi sendiri ketempat penjualannya.
Selain fasilitas media promosi yang menunjang pengembangan bidang
pariwisata, fasilitas lain seperti transportasi juga sangat penting dalam menunjang
keberlangsungan pengembangan di sektor pariwisata. Jika dilihat kondisi
geografis Provinsi Maluku yang terdiri dari banyak pulau, media transportasi
darat, laut, dan udara sangat penting untuk memudahkan wisatawan menjangkau
daerah wisata yang ingin di kunjungi. Transportasi di dalam pariwisata paling
sering dilihat hanya sebagai bagian sistem pariwisata yang membawa wisatawan
ke lokasi tujuan, mengelilingi lokasi dan meniggalkannya segera selama
perjalanan. Page and Lumsdon (2004) menyatakan bahwa sistim transportasi dari
tujuan wisatawan mempunyai Dampak pada pengalaman wisatawan yang
menerangkan bagaimana orang melakukan perjalanan dan kenapa mereka
memilih bentuk liburan, tujuan dan transportasi yang berbeda. Perbaikan model
transportasi ditambah ongkos yang rendah telah menigkatkan aksesibilitas dari
lokasi. Akses ke lokasi wisata berubah tergantung pada sifat lokasi, keadaan
infrastruktur dan efisiensi dari sistim transportasi.
Karena transportasi merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dalam
menunjang wisatawan ke lokasi wisata, maka kemajuan transportasi dari
aksesbilitas dan keterbukaan informasi terhadap transportasi semakin maju.
Model transportasi berbasis aplikasi yang biasa kita sebut transportasi online
muncul sebagai wujud dari perkembangan teknologi dan reaksi atas kelemahan
penyedia jasa transportasi publik (Amajida, 2016). Transportasi online merupakan
fenomena yang hadir di masyarakat dalam beberapa tahun terkahir. Transportasi
online adalah inovasi dalam penerapan penggabungan bisnis penyedia jasa
transportasi dengan teknologi komunikasi yang berbasis data internet (Anindhita,
Arisanty, dan Rahmawati, 2016). Transportasi online memiliki arti bahwa seluruh
transaksi yang dilakukan melalui basis online, menggunkanan media smartphone
aplikasi terkait, dan penghubung internet (Rahmawati, 2017).
Transformasi media promosi dan transportasi dalam pariwisata di harapkan
mampu mempromosikan dan memperkenalkan pariwisata Maluku di kanca
nasional maupun internasional dan dapat menarik minat wisatawan untuk
berkunjung ke Maluku. Sehingga potensi pariwisata Maluku dapat kelola dengan
baik untuk menunjang perekonomian masyarakat dan dapat berkontribusi
terhadap pendapatan daerah maupun nasional.

Kesimpulan
Telah disadari bahwa sektor pariwisata memegang peranan yang cukup
penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi manusia. Pariwisata merupakan
bentuk nyata dari bisnis global yang menjanjikan. Dan diperkirakan akan menjadi
sektor pendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang dihasilkan dari pergerakan
wisatawannya Pembangunan pariwisata harus dilakukan secara berkelanjutan
sehingga memberikan manfaat langsung untuk kesejahteraan masyarakat karena
sektor pariwisata merupakan salah satu komponen dalam pembangunan ekonomi.
Provinsi Maluku dalam pengembangan potensi pariwisata belum dilakukan secara
optimal dilihat dari arah kebijakan dalam pengembangan sektor pariwisata
mendapati hambatan – hambatan klasik yang seharusnya mampu diatasi dengan
melakukan transformasi kebijakan pengembangan pariwisata, sehingga mampu
beradaptasi dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin
maju.
Tanpa disadari perkembangan teknologi terus berkembang, seiring hal
tersebut kebutuhan masyarakat akan informasi juga akan semakin berkembang
pula. Pekermbangan zaman dan teknologi menyebabkan kehidupan manusia
berubah seperti perkembangan tersebut. Zaman sekarang manusia menginginkan
dalam setiap pekerjaannya secara cepat, tepat dan mudah. Termasuk bidang wisata
yang informasinya sangat diperlukan bagi wisatawan dan masyarakat umum
lainnya.
Sistem e-tourism yang mampu memberikan tampilan tampilan yang
menarik akan membuat pariwisata banyak dikunjungi oleh wisatawan dengan
fasilitas yang lengkap. Di lain sisi penyempunaan terhadap media transportasi
harus dilakukan oleh pemerintah Maluku, mengingat kondisi geografis Provinsi
Maluku yang bersifat kepulauan. Oleh sebab itu transformasi sistem pariwisata E-
Tourism memberikan kemudah kepada wisatawan untuk merencanakan serta
melakukan perhitungan yang tepat untuk mendapatkan paket liburannya. Hal ini
disebabkan karena konsumen dalam hal ini wisatawan dapat mengetahui kepastian
biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan perjalanan. Disamping itu,
wisatawan juga dapat memperoleh kepastian akan aktivitas yang akan dilakukan
pada saat melakukan perjalanan. Ketersediaan informasi secara komperhensif
mengenai jarak lokasi wisata dan juga durasi perjalanannya, maka akan
mempermudah wisatawan dalam mengambil keputusan untuk melakukan
perjalanan ke lokasi wisata tersebut. Sehingga jarak dan durasi perjalan tidak lagi
menjadi masalah yang terlalu signifikan dalam penyampaian informasi untuk
efisiensi dan efektifitas wisatawan.
Transformasi sistem pengembangan pariwisata ini diharapkan mampu
mengoptimalkan potensi pariwisata Maluku sehingga dapat memberikan
peningkatan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan serta berkontribusi
terhadap pendapatan ekonomi negara.
Daftar Pustaka

A. Murtadho and R. Shihab, “Analisis Situs E-Tourism Indonesia: Studi Terhadap


Persebaran Geografis, Pengklasifikasian Situs Serta Pemanfaatan Fungsi Dan
Fitur,” Inf. Syst., vol. 7, no. 1, pp. 13–25, 2008.
Badarab F, Trihayuningtyas F, dan Liga Suryadana. M, “Strategi Pengembangan
Destinasi pariwisata di Kepulauan Togean Provinsi Sulawesi Tengah”,
Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. 7, No. 2, – 97, 2017.
Darpono Agus dan Kurnia Sunaryo Dedy, “Peran Teknologi Informasi Dalam
Pengelolaan Wisata Sungai” Vol. 3, No. 1, 35 – 39, Maret 2013.
Mardianis dan Hanibal Syartika, “Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci”, Jurnal Ekonomi &
Kebijakan Publik (E-ISSN: 2528-4673 P-ISSN: 2086-6313), Vol. 09 No. hal.
53-65, 1 Juni 2018

M. Ridwan and S. Ramadhani, “Rancangan Sistem Informasi Manajemen Aset di


PT . Sentral Tukang Indonesia,” vol. 3, no. 2, pp. 47–53, 2017.
Noegroho Anang dkk, “ Sarana dan Prasarana Pariwisata Bahari” Profil Kelautan
Dan Perikanan Provinsi Maluku Untuk Mendukung Industrialisasi Kp, pp.
168, 2013.
Pariwisata Maluku “Sektor Pengembangan Pariwisata Maluku” Seri Analisis
Pembangunan Wilayah Provinsi Maluku, pp. 26, 2015
Ritchi Hamzah, Zulkarnaen Reza M., Dewantara Zulyan dan Prayogi Yogi,
“Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Upaya Peningkatan Aksesibilitas
Ukm (Desa Wisata) Kepada Pasar Di Lokasi Wisata Pangandaran Dan
Sekitarnya”, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat ISSN: 1410 - 5675 / E-
ISSN: 2620-8431, Vol. 2, No. 1,: 36 – 40, 2018.
Y. Kristiana, “Jurnal pariwisata pesona,” vol. 03, no. 1, pp. 1–18, 2018.

U. Soebiyantoro, P. Doktoral, I. Manajemen, and U. Brawijaya, “Pengaruh


ketersediaan sarana prasarana, sarana transportasi terhadap kepuasan
wisatawan,” Manajement Pemasar., vol. 4, pp. 16–22, 2008.

Z. Meilin and G. Xiaomiao, “Research on Innovative Development of Tourism E-


Commerce in Hubei Province of China 2 The Current Bottlenecks that
Constrain the Hubei Province of China Travel E-commerce Development 3
The Strategies of Tourism E-commerce Innovative Development in Hubei
Province of China,” pp. 441–444.

Anda mungkin juga menyukai