I. PENDAHULUAN
Perdarahan saluran cerna merujuk pada perdarahan yang terjadi pada saluran
gastrointestinal yang dimulai dari mulut hingga usus besar. Hal ini adalah keadaan
darurat yang berpotensi mengancam nyawa dan tetap menjadi penyebab umum rawat
inap. Insiden perdarahan saluran cerna atas (PSMBA) adalah sekitar 100 kasus per
100.000 penduduk per tahun.(1)
Derajat perdarahan memiliki rentang dari hampir tidak terdeteksi (jumlah darah
sangat sedikit) hingga bersifat akut, masif dan mengancam jiwa. Perdarahan
mikroskopik dalam waktu lama menyebabkan terjadinya kehilangan zat besi,
menyebabkan anemia. Pada kejadian akut, perdarahan masif mengarah hipovolemia,
syok dan bahkan kematian.
Perdarahan bisa terjadi sepanjang saluran gastrointestinal, tetapi umumnya dibagi:
- Perdarahan saluran cerna bagian atas (PSMBA) ; lokasinya antara mulut dan
ligamentum treitz, yakni esofasgus, lambung (gaster), duodenum dan sepertiga
proximal jejunum.
- Perdarahan saluran cerna bagian bawah (PSMBB) ; lokasinya ligamentum treitz
hingga anus
Perdarahan yang berasal dari saluran cerna bagian atas setidaknya 4 kali lebih
sering terjadi daripada saluran cerna bagian bawah dan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Angka kejadian mortalitas dari PSMBA ini 6 – 10% dari keseluruhan. (1)
Ulkus peptik
Merupakan yang paling sering pada PSMBA, berkisar 21% – 40% pada semua
kasus perdarahan. Data saat ini terjadi terjadi penurunan insidensi perdarahan yang
disebabkan ulcer, kemungkinan karena terapi eradikasi Helicobacter pylori . Infeksi
H pylori dan penggunaan yang lama obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
penyebab utama ulkus peptik dan mengarah ke perdarahan ulkus.(2)
Ulkus duodenum lebih sering daripada ulkus gaster dengan infeksi H. pylori, tetapi
insidensi perdarahan pada keduanya sama. Penelitian awal menunjukkan infeksi H.
pylori lebih rendah pada perdarahan ulkus (71%) daripada ulkus non perdarahan
(93%). Namun perkiraan saat ini mengatakan bahwa perbedaan tersebut terjadi
karena kurangnya sensitifitas biopsy pada perdarahan ulkus akut. Mekanisme
kemungkinannya peningkatan angka false negatif adanya perubahan PH karena darah,
sifat alkalin yang tinggi menjadikan hasil false negatif yang tinggi pula. (3)
Anti inflmasi non steroid (NSAID), termasuk aspirin menjadi penyebab terbanyak
berikutnya pada PSMBA. Meskipun kebanyakan NSAID yang dikaitkan dengan
ulkus terjadi asimtomatik dan tidak terjadi perdarahan, pasien usia tua dengan riwayat
perdarahan ulkus memiliki resiko yang tinggi terjadinya perdarahan kembali
(rebleeding)pada penggunaan NSAID yang lama. Sebuah penelitian prospektif pada
pasien usia >65 tahun mendapat NSAID yang lama untuk pengobatan arthritis dan
aspirin dosis rendah meningkatkan resiko komplikasi saluran cerna termasuk
PSMBA. Aspirin dosis 75-300 mg diketahui meningkatkan 2 hingga 3 kali resiko
perdarahan saluran cerna. Faktor lain memberatkan perdarahan adalah lamanya
pemberian obat, dosis, riwayat injuri sebelumnya saluran gastrointestinal karena
NSAID, riwayat ulkus peptikum karena infeksi H. pylori dan penggunaan yang
bersamaan kortikosteroid, antikoagulan, ataupun bifosfonat. Pada beberapa pasien
predisposisi genetik memiliki andil perdarahan oleh karena NSAID. Polimorfisme
sitokrom p450 (CYP) 2C9 menunda metabolism beberapa NSAID sehingga efek
induksi makin panjang.(3)
Mekanisme infeksi H. pylori pada pasien pengguna NSAID masih kontroversial.
Beberapa penelitian menduga infeksi H. pylori dan penggunaan NSAID independen
dan faktor sinergis perdarahan ulkus. Penelitian metas analisis eradikasi H. pylori
pada pengguna NSAID sebelum dimulai inisiasi NSAID mengurangi terjadinya ulkus
peptikum. Meta analisis berikutnya menyimpulkan resiko ulkus peptikum meningkat
secara signifikan pada pasien terinfeksi H. pylori yang mengkonsumsi NSAID lama
dibandingkan dengan penggunaan NSAID tanpa infeksi. Bagaimanapun ulkus lebih
sering terjadi pada pasien terinfeksi H. pylori dibandingkan tanpa infeksi terlepas
pada penggunaan NSAID.
Varises esophagus
Data dari dua rumah sakit besar menyatakan bahwa varises esophagus adalah
penyebab kedua terbanyak pada PSMBA. Varises esophagus terjadi sekitar 50%
pasien dengan sirosis, dan perdarahan variseal rata-rata 5% - 15% pertahun
tergantung pada derajat penyakit hati yang diderita. Varises gastroesofageal terjadi
karena keadaan hipertensi portal segmental maupun sistemik mengarahkan obstruksi
vena porta oleh karena sirosis hati. Varises berkembang menekan vena portal
sehingga hipertensi. Mortalitas dalam 6 minggu sekitar 15% - 25% dan perdarahan
ulang lambat (dalam 1 -2 tahun dari episode inisial) terjadi 60% - 70% pada pasien
yang tidak menerima profilaksis.
Beberapa faktor klinis dan fisiologis berhubungan dengan perdarahan variseal
penderita end-stage liver disease. Meskipun varises dapat terjadi pada sepanjang
saluran cerna tetapi yang paling sering pada penderita penyakit hati adalah di sekitar
distal esophagus, lambung dan rectum. Gastroesofageal junction memiliki jaringan
ikat yang paling tipis sehingga memungkinkan terjadinya varises dan perdarahan.
Faktor utama berhubungan dengan varises esophagus termasuk besar kecilnya ukuran
dan penampakan varises, meningkatnya derajat disfungsi hati dan riwayat perdarahan
variseal sebelumnya.
tress related mucosal damage (SRMD) dan perdarahan karenanya terjadi pada
sebagian besar PSMBA akut dengan penyakit kritis, berkisar 1,5% - 8,5%. Dua
penyebab utama resiko perdarahan yang banyak pada pasien dengan penyakit kritis
adalah ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan koagulopati dengan platelet
<50.000/mm3 dan atau international normalize ratio (INR) >1,5. Faktor lain trauma
pembedahan, gagal organ, sepsis, luka bakar berat, dan neurologi injuri. Tambahan
lain yakni antikoagulan, kotikosteroid dosis tinggi dan perwatan intensive (ICU) yang
lama meningkatkan resiko SRMD pada pasien dengan penyakit kritis.
PSMBA karena tumor malignan di saluran gastrointestinal kurang dari 3% total kasus
PSMBA. Perdarahan terjadi pada stage lanjut malignansi ketika tumor tumbuh dan
membutuhkan suplai darah mengakibatkan ulserasi pada mukosa ataupun erosi pada
pembuluh darah tersebut.
Lesi Dieulafoy bersifat congenital dari dilatasi arteri submukosal yang memiliki
ulkus, berlokasi di gaster bagian atas dekat dengan gastrosofageal junction,
meskipun dapat juga terjadi di tempat lain di saluran cerna. Factor pencetus
perdarahan di lesi ini tidak sepenuhnya diketahui, tetapi perdarahan biasanya terjadi
pada pria dengan kondisi kardiovaskular, hipertensi, penyakit ginjal kronik, diabetes
ataupun konsumsi alcohol. Angka kejadian berkisar 2% - 5% kasus PSMBA berat.
Endoskopi
CT Angiografi (CTA)
CTA tidak rutin dilakukan pada pasien denga PSMBA. Tetapi penelitian terbaru
menyatakan bahwa CTA bermanfaat dalam mendeteksi lesi yang tidak ditemukan
via endoskopi.(9)
Asesmen
Skor resiko Blatchford adalah stratifikasi resiko yang dapat secara akurat
mengidentifikasi pasien menggunakan variable laboratorium dan klinis. Skor tersedia
0 – 23. Skor 0 mengindikasikan pasien dengan resiko rendah dengan negative
prediktif value 100% tidak terjadi perdarahan ulangan dan perawatan yang dilakukan
adalah rawat jalan serta indikasi endoskopi yang tidak mendesak. Skor 1 atau lebih
identifikasi pasien resiko tinggi dan skor >6 memerlukan intervensi seperti transfuse
darah ataupun endoskopi. meskipun dinilai secara eksternal, skor resiko Blatchford
sangat bermanfaat terutama dlam mengidentifikasi resiko rendah sehingga perhatian
dapat lebih ditekankan pada pasien resiko tinggi (skor 1 – 23).
Skala Rockall (table 1 – 2) membuat kriteria berdasarkan gejala klinis dan
endoskopi dalam memprediksi resiko perdarahan ulang dan mortalitas, dan sudah
diuji di beberapa rumah sakit. System skornya bervariasi 0 – 11, dengan nilai yang
lebih tinggi indikasi resiko tinggi dan skor 2 ataupun kurang indikasi resiko rendah
perdarahan ulang dan kematian. Dibandingkan skala prognostik endoskopi, sistem
Skala Rockall menghasilkan diagnosis yang lebih akurat. Baik Blatchford dan Skala
Rockall berguna untuk prognostic pada pasien dengan PSMBA akut dan mungkin
mengurangi kebutuhan intervensi dini pada pasien resiko rendah perdarahan
ulang.(10)
MANAJEMEN PSMBA
Endoskopi
Perdarahan variceal esofagus adalah komplikasi fatal dari penyakit hati terminal.
Mortalitasnya bervariasi ; pada perdarahan pertama perdarahan esofagus berkisar
20% - 35% dan sekitar 30% pada perdarahan ulang. Pada pasien dengan sirosis
dengan gejala muntah darah, pemberian antibiotik diberikan pada awal pengobatan
karena hampir 20% pasien dengan sirosis yang dirawat inap terinfeksi bakteri dan
50% berikutnya akan terinfeksi dari rumah sakit.
BAB II
KESIMPULAN
Perdarahan saluran cerna merujuk pada perdarahan yang terjadi pada saluran
gastrointestinal yang dimulai dari mulut hingga usus besar. Derajat perdarahan memiliki rentang
dari hampir tidak terdeteksi (jumlah darah sangat sedikit) hingga bersifat akut, masif dan
mengancam jiwa.
Perdarahan saluran cerna bagian atas (PSMBA) ; lokasinya antara mulut dan ligamentum
treitz, yakni esofasgus, lambung (gaster), duodenum dan sepertiga proximal jejunum. Gambaran
klinis yang paling sering dari PSMBA ini adalah hematemesis (30% dari semua pasien) dan
/melena (20% dari semua pasien). Sekitar 50%pasien dengan gejala klinis hematemesis dan
melena dan hingga 5% pasien dengan gejala klinis hematochezia, kehilangan darah yang cepat
dan dalam jumlah yang banyak
1. Fallah MA, Prakash C, Edmundowicz S: Acute gastrointestinal bleeding. Med Clin North
Am 2000 Sep; 84(5): 1183-208
2. Sung JJ, Chan FK, Chen M, Ching JY, Ho KY, Kachintorn U, et al. Asia Pacific
Working Group consensus on non-variceal upper gastrointestinal bleeding. Gut
2011;60:1170-7.
4. Capell SM, Friedel D, Initial management of acute upper gastrointestinal bleding : From
initial evaluation up to gastrointestinal endoscopy . Med clin N Am 92;2008:491-509.
8. Miller M and Smith YP. Angiographic diagnosis and endovascular management of non
variceal gastrointestinal hemorrhage. Gastroenterol. Clin NA 2005 ; 34 ; 735-752.
11. Capell MS and Friedel D. Acute non variceal upper gastrointestinal bleeding ; endoscopic
diagnosis and therapy. Med Clin NA 2008 ; 92 ; 511-550.
LAPORAN KASUS
Umur : 61 thn
Anamnesa
Telaah : Hal ini dialami os sejak 3 hari yang lalu dengan muntah berwarna merah
kehitaman, volume 200-300 cc/x muntah. Frekuensi 3 -4 x/ hari selama 3 hari
ini. BAB hitam (+) 3 hari ini. Os sebelumnya dirawat di rs luar dan telah
mendapat transfuse darah sebanyak 6 kantung. Riwayat konsumsi obat
penghilang nyeri (+), riwayat konsumsi jamu-jamuan (+). Demam (-), batuk (-
), riwayat DM (-) , riwayat hipertensi (-), BAK (+) normal.
Sensorium : CM
Nadi : 68x/mnt
Temp : 36.5 0C
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata : oedema (-), conjunctiva palpebra inferior pucat (+), sclera icterus (-)
Wajah : Oedema (-), Hematoma (-), Purpura (-), Pucat (+), Petechie
Thorax
Inspeksi : Simetris kanan/kiri (+) respiratory rate : 20x / menit, regular (-) ptechie (-)
Purpura (-) Ekimosis (-) Hematoma (-)
Abdomen
Inspeksi : Pelebaran pembuluh vena (-), spider (-) petechie (-), purpura (-) hematoma
(-), membesar (-)
Palpasi : Soepel (+), Undulasi (-) Hepar : Tidak teraba, Limfa : tidak teraba, Ginjal Sulit
dinilai
Ekstremitas bawah
Inspeksi : Petechie (-), Hematoma (-), purpura (-), ekimosis (-), oedem (-), ikterus (-),
deformitas (-)
ec Ulkus bleeding
Urine rutin
Feses rutin
Fungsi hati
Fungsi ginjal
Elektrolit
Kgd ad random
EKG
Foto thorax
HEMATOLOGI
Hitung Jenis
FAAL HEMOSTASIS
PT + INR
WAKTU PROTROMBIN
INR 1.03
APTT
Waktu Trombin
KIMIA KLINIK
Elektrolit
O: Sens : CM,
TD : 120/80 mmHg,
HR : 68 x/menit,
RR : 20 x/menit,
Temp : 36,5 C
: Anemia ec Perdarahan
2. Anemia ec deff Fe
P: - Tirah baring
- NGT terpasang
- Diet Sonde via NGT
- IVFD NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
- Inj. Ozid 40 mg/12 jam (H1)
- Inj. Transamin 500 mg/8 jam
- Paracetamol 500 mg (k/p)
-
Anjuran : - Cek Anemia profil, reticulosit count, Morfologi darah tepi, LFT, HBsAg, Anti HCV, Albumin,
Globulin, INR, FR
- Konsul GEH
- Konsul HOM
Viral infection
Bleeding Time : 3 menit
HEMATOLOGI
Hitung Jenis
FAAL HEMOSTASIS
IMUNOSEROLOGI
HEPATITIS
HEPATITIS C
KIMIA KLINIK
HATI
URINALISIS
URINE LENGKAP
pH 7.0 5-8
Urobilinogen Positif
SEDIMEN URINE
Epitel 5-7
Kristal Negatif
TINJA
Makroskopik
Warna Coklat
Konsistensi Lembek
Mikroskopik
Eritrosit 5-10
Leukosit 1-3
Follow Up tanggal 27 Maret 2014
: Anemia ec Perdarahan
Anemia ec deff Fe
P: - Tirah baring
- NGT terpasang
- Diet Sonde via NGT
- IVFD NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
- Inj. Ozid 40 mg/12 jam (H2)
- Inj. Transamin 500 mg/8 jam
- Paracetamol 500 mg (k/p)
Gastroscopy
Follow Up GEH
P: - Tirah baring
- Diet M2
- IVFD NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
- Inj. Ozid 40 mg/12 jam (H1)
- Inj. Transamin 500 mg/8 jam
- Paracetamol 500 mg (k/p)
- Terapi lain sesuai ruangan
Laporan Endoskopi : - Varises Esofagus (+) F1, L1, CB (+), CRS (+)
P: - Tirah baring
- Diet M2
- IVFD NaCl 0.9 % 20 tetes/menit
- Inj. Ozid 40 mg/12 jam (H3)
- Propanolol 2 x 10 mg
- Spirinoloacton 1 x 100 mg
- Sistenol 500 mg (k/p)
Anjuran : Ligasi Varises oesophagus
+ IVFD D5 % 10 tetes/menit
P: - Tirah baring
- NGT terpasang
- Diet M2
- IVFD D 5% 10 tetes/menit
- Inj. Ozid 40 mg/12 jam (H3) off
- Propanolol 2 x 10 mg
- Spirinoloacton 1 x 100 mg
(+) Ciprofloksasin 2 x 500 mg