Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN PENYELENGGARAAN

PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)

DI PUSKESMAS LENEK TAHUN 2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, kami
dapat menyelesaikan pedoman pelayanan kesehatan ibu dan anak di puskesmas lenek. Buku ini kami
susun sebagai salah satu upaya untuk memberikan acuan dan kemudahan dalam pelaksanaan
persiapan akreditasi baik oleh pendamping maupun pelaksana akreditasi puskesmas lenek.

Akreditasi mempersyaratkan adanya pembuktian pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan melalui


dokumentasi dan penelusuran, karena pada prinsip akreditasi, seluruh kegiatan harus tertulis dan apa
yang tertulis harus di kerjakan dengan sesuai. Buku ini berisi acuan yang dapat di gunakan pedoman
pelayanan kesehatan ibu dan anak di puskesmas lenek. Pada kesempatan ini perkenankan saya untuk
menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasinya kepada semua karyawan yang telah terlibat
dalam proses penyususnan pedoman pelayanan keehatan ibu dan anak di puskesmas lenek.

Semoga dengan digunakannya buku ini dapat mempermudah karyawan dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan di ruangan KIA puskesmas lenek.

Lenek,

Kepala Puskesmas Lenek

Jalaludin Sayuti,SKM.MPH

NIP.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..

A. Latar Belakang………………………………………………………………...
B. Tujuan Pedoman……………………………………………………………….
C. Sasaran…………………………………………………………………………
D. Sasaran………………………………………………………………………
E. Landasan Hukum……………………………………………………………
F. Batasan Operasianal…………………………………………………………

BAB II PENGORGANISASIAN……………………………………………………

BAB III STANDAR KETENAGAAN………………………………………………………

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia………………………………………………………


B. Distribusi Ketenagaan ……………………………………………………………

BAB IV STANDAR FASILITAS……………………………………………………………….

A. Denah ruang……………………………………………………………………….
B. Standar fasilitas…………………………………………………………………..

BAB V TATALAKSANA PELAYANAN…………………………………………………..

BAB VI LOGISTIK……………………………………………………………………………….

BAB VII KESELAMATAN PASIEN……………………………………………………

BAB VIII KESELAMATAN KERJA…………………………………………………..

BAB IX PENGENDALIAN MUTU……………………………………………………….

BAB X PENUTUP……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat 2025 adalah meningkatkan
kesadaran, kemandirian dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan diperlukan indikator, antara lain
indikator indonesia sehat dan indikator kinerja dari standar pelayanan minimal (SPM) bidang
kesehatan.
Derajat kesehatan diukur dengan angka kematian atau mortalitas, angka kesakitan
atau morbiditas, dan status gizi. Angka kematian kelompok rentan, yaitu, bayi, balita dan ibu
melahirkan merupakan indikator penting derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu
(AKI, angka kematian neonatal (AKN), angka kematian BAYI (AKB),dan angka kematian
balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dimasa ini AKI
dan AKB di indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Dalam 5
tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran,
sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000
menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak balita juga turun dari 44/1000
menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok perinatal disebabkan
oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 11,2%, ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat
menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar
benar-benar siap untuk hamil dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan
lingkungan yang mampu melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal sampai
satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya pnemonia dan diare. Ini
berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi lingkungan setempat.
Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target
MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
mengalami peningkatan.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
a. Memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan keehatan ibu dan
anak (KIA) secara efektif dan efesien, dalam menurunkan angka kematian ibu (KIA),
angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABA).
b. Meningkatnya kemampuan ibu baik pengetahuan, sikap dan perilaku dalam
pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.
c. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah terutama
melalui peningkatan peran ibu dan keluarga
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil.
b. Meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
c. Meningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar.
d. Meningkatan pelayanan bagi seluruh neonatal sesuai standar.
e. Meningkatkan deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
f. Meningkatan penanganan komplikasi kebidanan, neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.
g. Meningkatan pelayanan kesehatan bagi bayi sesuai standar
h. Meningkatan pelayanan kesehatan bagi anak balita sesuai standar
i. Meningkatkan pelayanan KB sesuai standar.

C. Sasaran
1. Sasaran program KIA tahun 2018
a. Ibu Hamil :
b. Ibu Bersalin dan Ibu Nifas :
c. Maternal Komplikasi :
d. Neonatal :
e. Neonatal Komplikasi :
f. Bayi :
g. Anak Balita :
h. Pasangan Usia Subur :
2. Target program KIA tahun 2018
a. Kunjungan Ibu Hamil (K.1) :
b. Kunjungan Ibu Hamil (K.4) :
c. Penanganan Komplikasi Kebidanan :
d. Persalinan Oleh Nakes :
e. Kunjungan Ibu Nifas (KF.3) :
f. Kunjungan Neonatal (KN.3) :
g. Penanganan Neonatal Komplikasi :
h. Kunjungan Bayi (KB.1 & KB .4) :
i. Kunjungan Anak Balita (KBAL.1&KBAL.2) :
j. Cakupan Akseptor KB. :

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pedoman kesehatan ibu dan anak puskesmas lenek
meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pendidikan dan pelatihan petugas, pemantauan
dan evaluasi.
E. Landasan Hukum
1. Permenkes no. 1464/menkes/per/X/2010 tentang registrasi bidan dan penyelenggaraan
praktik bidan.
2. UU NO.36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. UU NO.23 tahun 1992 tentang pidana.
F. Batasan Operasianal
Adapaun batasan operasinal di bidang kesehatan ibu dan anak (KIA), sebagai berikut:
1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah
2. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil
3. Pemantauan tumbuh kembang balita
4. Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil, serta imunisasi HBO saat bayi baru
lahir.
5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagi aspek dalam mencapai tujuan program KIA
termasuk kelas ibu hamil
6. Pengobatan bagi ibu, anak balita dan anak prasekolah untuk macam macam penyakit
ringan
BAB II

PENGORGANISASIAN
BAB III

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tenaga kesehatan di ruang Bersalin terdiri atas :

No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikat Jumlah


Tenaga
1. Koordinator KIA D.III 1 orang
2. Bidan Pelaksana D.III, D.IV 11 orang
3. Bidan Desa D.III 10 orang

B. Distribusi Ketenagaan Dan Pengaturan Jadwal Kegiatan


1. Dokter setiap hari kerja bertugas di ruang bersalin (KIA) dokter yang bertugas satu orang
yang bergantian setiap minggunya sesuai kesepakatan. Bila dokter yang sedang bertugas
di ruang bersalin mengalami kendala kehadiran, maka dokterlain akan mengambil tugas
dokter yang bersangkutan.
2. Pengaturan jaga
a. Jam jaga di ruang bersalin adalah sebagai berikut :
 Dinas pagi : 08.00 -14.00 wib
 Dinas siang : 14.00 -20.00 wib
 Dinas malam : 20. 00 – 08.00 wib
Untuk dokter KIA, hari dinas siang, dinas malam, minggu dan hari libur
besar, oncall.
b. Pengaturan jaga staf ruang bersalin (KIA) on site adalah sebagai berikut :
 Dinas pagi :
1 orang dokter di KIA, 2 orang bidan, 1 orang bidan koordinator, 1 orang
supir ambulanc.
 Dinas siang/sore
1 orang dokter piket oncall, 2 orang bidan, 1 orang sopir amblanc
 Dinas malam
1 orang dokter piket oncall, 2 orang bidan, 1 orag supir ambulan dan 1 orang
penjaga malam.
BAB IV

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Denah untuk ruang kesehatan ibu dan anak (KIA) terintegratif dengan ruang layanan lain
dalam denah puskesmas (terlampir)

B. Standar Fasilitas
1. Persyaratan fisik bangunan
Luas bangunan KIA disesuaikan dengan beban kerja puskesmas. Lokasi KIA berada di
bagian belakang UGD, mudah di jangkau, dengan tanda tanda yang jelas dari dalam
maupun luar puskesmas, dimana alur masuk pasien dan kendaraan. semua pintu ruang
KIA dapat di lewati berangkar pasien dengan susunan ruangan yang di atur sedemikian
rupa untuk kelancaran arus pasien. Penunjang pelayanan KIA seperti pendaftaran KIA,
ruang tunggu, dan depo obat di dekat ruang tindakan.
2. Fasilitas sarana
Ruang KIA berda di lantai 1 gedung utama terdiri dari 6 ruangan, ruang bersalin terdiri
dari 1 bed tempat tidur pasien, ruang anc terdiri dari 1 bed tempat tidur pasien, ruang
nifas terdiri dari 3 bed tempat tidur pasien, 1 lemari tempat penyimpanan alat dan 1
lemari tempat penyimpanan obat. Tempat sterilisator bidan station, ruang penunjang
pelayanan yaitu ruang istirahat petugas, toilet petugas dan toilet pasien. KIA juga
memiliki fasilitas air bersih yang mengalir untuk cuci tangan, tempat pembuangan
sampah yang dibedakan kantong plastik kuning untuk infeksiun dan hitam untuk non
infeksius, 1 unit wastafel dilengkapi dengan kran air, dilengkapi dengan sabun dan zat
antiseptik, tersedia handuk untuk pengering tangan yang terpelihara dengan bersih,
tersedia listrik dengan daya sesuai kebutuhan, aliran listrik berfungsi dengan baik, kabel
dan steker terpasang dengan aman dan kokoh dan semua lampu berfungsi dengan baik.
3. Peralatan
 4 Tensimeter air raksa (3 rusak)
 3 Termometer rektal
 termometer dewasa dan bayi
 stetoskop bayi dan dewasa
 senter
 arloji
 timbangan dewasa
 timbangan bayi
 pengukur lila
 pengukur tinggi badan
 pengukur panjang bayi
 penekan lidah dengan wadah antiseptik
 stetoskop janin (funanduskup-leence-doppler)
 nampan intrumen
 korentang dan tempatnya
 tampon tang
 IUD kit
 Implan kit
 Met line (pita pengukur tinggi fundus)
 Refleks hammer
 Alat pemeriksaan HB
 Alat Pemeriksaan Protein Urine
 ALAT PMEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
 Test kehamilan
 Infus set dewasa
 Wing needles nomer 20 dan 18
 Spuit 1 ml, 2,5 ml, 5 ml,10 ml
 Partus set
 Heating set
 Tabung oksigen kecil
 Balon slim
 Alat resusitasi
 Celemek
 Sarung tangan steril
 Septibook
 Kateter steril dan urine bag
 Alkohol
 Benang cromic catgut
 Cairan desinfektan/povidone/iodine
 Kapas
 Kasa nonsteril
 Google
 Sepatu but
 Topi
 Masker wajah
 Lubrican jel
 Sabun tangan/antiseptik
 Bak intrumen tertutup
 Dorongan tabung oksigen dengan tali pegangan
 Jam atau timer
 Kasur
 Perlak
 Meja ginekologi
 Lemari alat
 Lemari obat
 Meja intrumen/alat
 Tempat sampah tertutup yang di lengkapi injakan pembuka penutup
 Tempat tabung infus bekas
 Tempat selang infus bekas
 Kursi meja kerja
 Lemari arsip
 Buku register pelayanan
 Formulir informen concent
 Formulir rujukan
 Kertas resep
 Kitir
 Blangko pemeriksaan laboratorium
 Blangko surat rujukan
 buku pelaporan
 buku operan pasien rawat inap
 buku rujukan pasien
 buku briefing
 buku tamu
 formulir status pasien KIA
 tiang infus
 bangku kecul untuk memudahkan klien atau pasien naik kemeja periksa
 penyekat ruangan/korden
BAB V

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATALAKSANA PELAYANAN
Sebagai sebuah unit yang mandiri dalam pelayanan pasien hamil, bersalin, dan nifas, KIA
puskesmas lenek tetap mengacu pada seluruh panduan layanan puskesmas lenek dan
berkoordinasi dengan unit/bagian lain didalam maupun diluar bagian pelayanan medic.
Pelayanan pasien dengan sesuai panduan puskesmas untuk kondisi umum pasien, agar
pelayanan tetap seragam bagi semua pasien yang ada dan standar.
1. Tatalaksana pelayanan di ruang Antenatal care (ANC) puskesmas lenek, antara lain :
a. Pendaftaran pasien KIA
Setiap pasien KIA diwajibkan untuk mendaftar dan mendapatkan nomer rekam
medic.pasien atau keluarga diwajibkan melakukan pendaftaran pasien di loket
b. Pelayanan pasien
Pelayanan pasien di ruang ANC meliputu :
 Anamsese
Anamsese dilakukan oleh bidan jaga meliputi : keluhan utama, riwayat
penyakit, riwayat kebidanan,HPHT,jarak kehamilan sebelumnya.
 Pemeriksaaan pada ibu hamil diruang ANC antara lain :
1. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
2. Mengukur tekanan darah
3. Mengukur lila untuk menilai status gizi
4. Ukur Tinggi fundus uteri
5. Melakukan leofod
6. Melakukan pemeriksaan gigi
7. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi TT bila perlu
8. Berikan tablet tambah darah (FE-folat)
9. Tes laboratorium rutin (HB,HBSAg,Golongan darah,HIV/AIDS)
10. temu wicara tata laksana
c. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu, pemeriksaan protein urine,
tes kehamilan. Selain itu pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan HB,Hbsag
dan HIV/AIDS dilakukan di laboratorium. Selain itu dokter jaga akan
memutuskan apakah pasien akan di rawat inap atau bisa rawat jalan atau harus di
rujuk ke rumah sakit sesuai dengan sumber daya puskesmas.
d. Pasien rawat jalan
Bila pasien ditetapkan sebagai pasien rawat jalan maka dokter jaga akan
melakukan tindakan sesuai kebutuhan pasien dan memberikan resep.
e. Pasien rawat inap
Bila pasien ditetapkan sebagai pasien rawat inap dan dapat dilakukan rawat inap
di puskesmas lenek, dan akan di observasi oleh bidan jaga.
f. Pasien rujukan
Apabila pasien ditetapkan sebagai pasien yang harus di rujuk maka dokter dan
bidan jaga akan melakukan rujukan kerumah sakit.
2. Tatalaksana pelayanan di ruang bersalin
1) Tanda gejala kala II
 DOR AN
 TEK NUS
 PER JOL
 VUL KA
2) Siap Alat
 Cek alat
 Oksitosin
 Spuit
3) Siap diri
 Celemek
 Cuci
 Sarung
 Oksi (1/2 kocher)
4) Pastikan Pembukaan Lengkap
 Bersih
 P.D
 Celup
 DJJ
5) SIAP IBU DAN KELUARGA
 Ibu
 Keluarga
6) Pimpin mengedan
 observasi kontraksi uterus (HIS)
 jongkok
7) siap tolong
 kain/handuk
 bokong
 buka
 sarung
8) tolong persalinan
 lindungi kepala
 cek lilitan tali pusat
 tunggu putaran paksi
 biparietal
 sanggah
 susur
 nilai bayi
 keringkan bayi/ganti kain bayi
9) manajemen aktif kala III
 masasse fundus uteri
 beritahu ibu
 suntik oksitosin
10) penanganan BBL
 jepit tali pusat
 potong/ikat tali pusat
 IMD
11) Peregangan tali pusat terkendali
 Pindah bayi
 Atur posisi
 Tegangkan/kontraksi
12) Lahirkan Plasenta
 Tarik secara pelan
 Putar
 Masasse uterus
13) Menilai perdarahan
 Kelengkapan Plasenta
 Robekan jalan lahir
14) Pasca tindakan
 Kontraksi uterus baik
 Cuci/bilas air DTT/ ganti
 Kandung kemih bersih/aman
 Ajarkan ibu dan keluarga untuk masasse sendiri
 Menilai pendarahan
 Melakukan TTV
 Pantau Bayi
 Dekontaminasi alat
 Buang sampah
 Bersihkan ibu
 Pastikan ibu nyaman
 Dekontaminasi TT
 Celup sarung tangan
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan dtt
 Berikan bayi salep mata,vit.k dan pemeriksaan bayi
 Injeksi hb0
 Celup sarung tangan
 Cuci tangan
 Partograf
15) Observasi 2 Jam Post Partum
3. Tatalaksana Pelayanan Di Ruang Nifas
Pelayanan ibu nifas meliputi pemeriksaan umum, tekanan darah, nadi, suhu, respirasi,
pemeriksaan payudara,kontraksi Rahim, tinggi fundus uteri, pengeluaran (perdarahan dan
lochea) dan luka jalan lahir serta oedema tungkai jika ada.
Ibu nifas mendapatkan tablet FE 30 hari, vitamin A 200.000 IU 2 kali (warna merah),
paracetamol 10 tablet,amoxilin 10 tablet.
Setelah itu ibu nifas akan diberikan penyuluhan tentang tanda bahaya pada ibu nifas,
penyakit pada ibu nifas, cara menyusui, asi eksklusif, perawatan bayi baru lahir, dan KB.

B. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


1. DOKTER
2. BIDAN
BAB VI

LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu di


dukung oleh penyedian logestik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan yang baik
dan bedasarkan kebutuhan pasien dan usulan petugas bidan jaga atas dasar kebutuhan pasien
dan demi kelancaran dari pelayanan KIA.. Ketersediaan logistic harus dijamin kecukupannya
dan pemeliharaannya yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan
dalam pelaksanaan upaa klinis Puskesmas di selenggarakan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Logistic seperti alat kesehatan berupaya di ajukan melalui dan JKN tahunan,
sedangkan yang bersifat segera dapat di anggarkan dari dana umum/ Taktis Puskesmas atau
dari internal bidan Puskesmas Lenek.
Pengusulan perencanaan dilakukan sesuai kebutuhan dan masukan yang bersumber
dari rapat bulanan, monitoring penanggung jawab, maupun masukan pasien dengan dasar
permenkes 75 tahun 2014.
BAB VII

KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di KIA menjadi lebih
aman dan nyaman.

B. TUJUAN
Untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.

C. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


a. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
b. Komunikasi efektif
c. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
d. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan kebidanan
e. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
f. Tidak terjadinya pasien jatuh atau cidera

Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah :
1. Identifikasi Pasien Secara Benar
Indicator melakukan identifikasi pasien tersebut adalah :
a. Pasien di identifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien dan
tanggal lahir pasien , jika pasien tidak tahu tanggal lahirnya, maka digunakan nama
dan alamat meliputi dusun, desa, dan kecamatan.
b. Pasien di identifikasi sebelum pemberian obat
c. Pasien di identifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk keperluan
pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum diberikan perawatan atau prosedur lainnya

Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah :

 Petugas meminta pasien untuk menyebut nama dan tanggal lahir sebelum melakukan
prosedur, dengan pertanyyan terbuka, contoh, “ Nama ibu siapa?” “tolong sebutkan
tanggal lahir ibu “ atau alamat ibu dimana,dusun, desa, dan kecamatannya?
 Bila pasien tidak dapat menyebut nama, identitas pasien dapat ditanyakan kepada
penunggu/ atau pengantar pasien.
2. Meningkatkan komunikasi efektif
Cara komunikasi efektif di Puskesmas :
a. Melakukan operan pasien dari rawat jalan ke bersalin, UGD, atau dari UGD kerawat
inap dengan meode SBAR seperti pada table di bawah ini :
No Komponen Observasi Ya Tidak
A Situation ( kondisi terkini yang di alami pasien )
1. Bidan menyebutkan nama dan umur pasien
2 Bidan perawat menyebutkan tanggal pasien masuk ruangan dan
tanggal perawatannya
3 Bidan menyebutkan nama dokter yang merawat pasien
4 Bidan menyebutkan diagnose medis pasien/ masalah yang dialami
pasien
5 Bidan menyebutkan asuhan kebidanan yang belum dan sudah
teratasi
B Background ( info penting terkini pasien )
6 Bidan menjelaskan intervensi/ tindakan dari setiap masalah
keperawatan pasien
7 Bidan menyebut riwayat alergi, riwayat pembedahan pasien
8 Bidan menyebutkan pemasangan alat invasive (infus,kateter) dan
pemberian obat dan cairan infus
9 Bidan menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan pasien
terhadap diagnose/ penyakit yang dialami pasien
C Assasment (hasil pengkajian dari kondisi pasien terkini)
10 Bidan menjelaskan hasil pengkajian pasien terkini
11 Bidan menjelaskan kondisi klinis lain yang mendukung seperti
laboraturium
D Recommendation (Rekomendasi)
12 Bidan menjelaskan intervensi / tindakan yang sudah belum teratasi
serta tindakan yang harus dihentikan, dilanjutkan atau di modifikasi

b. Komunikasi verbal ( writw down / tulis, red back/ baca kembali)


 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima
intruksi / laporan
 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi/laporan
 Instruksi/laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu
pemberi instruksi/laporan
 Untuk istilah yang sulit atau obat-obatan kategori LASA (Look Alike Sound
Alike) diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhuruf, misalnya :
UBRETID
3. Meningkatkan keselamatan pengguanaan obat yang perlu diwaspadai (High Alert)
a. Obat – obatan yang perlu diwaspadai adalah : NORUM ( Nama Obat Rupa Ucapan
Mirip )/LASA ( Look Alike Sound Alike) yaitu obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip.
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai :
 Penyimpanan dilokasi khusus dengan akses terbatan dan diberi penandaan
yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “HIGHT ALERT”
 Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA
 Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien
tanpa pengawasan
 Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima/
memberi instruksi

Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi yang ada dipuskesmas :

 Antiaritma
- Lidokain
 Obat antagonis adrenergic
- Efinefrin
 Sound alike look alike drugs
b. Penerapan 7 Benar Dalam Pemberian Obat ( benar pasien, obat, dosis cara/rute,
waktu, expired date, pendokumentasian

4. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Kebersihan tangan
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif .
Semua petugas dipuskesmas termasuk dokter melakukan kebersihan tangan pada 5
MOMEN yang telah ditentukan, yakni :
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Ada 2 cara cuci tangan yaitu :

1. HANDWASH : Dengan air mengalir , waktunya : 40-60 detik


2. HANDDRUB : Dengan gel bebasis alcohol , waktunya : 20-30 detik
Alat perlindungan diri
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pejanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lender pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala,kacamata
pelindung,apron/jas, dan sepatu pelindung.
5. Pengurangan risiko cedera akibat pasien jatuh
Indicator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan oleh
perubahan kondisi pasien atau pengobatan dan lainnya
2. Hasil pengukuran dimonitor dan di tindak lanjuti sesuai derajat resiko jatuh pasien guna
mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
BAB VIII

KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh pasien dan keluarga
maka tuntutan pengelolaan program keselamatan kerja semakin tinggi, karena sumber daya manusia
(SDM) puskesmas, pengunjung/pengantar pasien, pasien sekitar puskesmas ingin mendapatkan
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan
pemberian pelayanan maupun karena kodisi saran dan prasarana yang ada di polindes yang tidak
memenuhi standar.

Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik


tersendiri yang di pengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pasal 165
“pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola
tempat kerja di puskesmas mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya.
Puskesmas harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau
pekerja maupunmasyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.

Program keselamatan kerja di ruang bersalin (KIA) merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi
SDM puskesmas, pasien, keluarga pasien, masyarakat sekitar.

 Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas, aman
dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar
sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancer.
 Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (penyakit akibat kerja) dan KAK
(kecelakaan akibat kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan rawat inap puskesmas
 Alat keselamat kerja
1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. APD (alat perlindungan diri)
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut
7. Pembersih tangan di depan tiap-tiap ruangan pasien.
 Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adlah sebagai berikut :
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah APD saat bekerja
c. Orientasi pada petugas baru.
d. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran
e. Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar.
f. Buanglah sampah pada tempatnya.
g. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodic.
h. Dilarang merokok.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalm manajemen mutu merupakan suatu system
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk
atau jasa yang diberikan pada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan klinis di perlukan
agar produk layanan klinis terjaf=ga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai
pelanggan.

Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-


langkah yang telah di rencanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana
mestinya, sehingga mutu produk yang di rencanakan dapat tercapai dan terjamin. Dalam
pengertian ishikawa trsirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada
kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang di
selenggarakan oleh puskesmas di tujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai
konsumen.

Pada ruang KIA puskesmas lenek dilakukan survey kepuasan pelanggan berkala dengan
mengambil sempel 30 persen dari jumlah pasien untuk mengetahui tingkat kepuasan penerima
layanan di puskesmas lenek. Hasil dari survey pelanggan di analisa sehingga dapat
merumuskan follow up dari permaslahan yang ada.

Jika ada KTD, KPC dan KNC segera melaporkan kepada ketua tim mutu dan keselamatan
pasien untuk segera di follow up bersama-sama dengan anggota tim mutu dan keselamatan
pasien.
BAB X

PENUTUP

Penanggung jawab penyelenggaraan pelayanan klinis di ruang KIA puskesmas lenek


adalah kepala puskesmas lenek. Sedangkan penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh
upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten Lombok timur
sesuai kemampuanya. Tujuan pembanguanan kesehatan yang di selenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembanguan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai