Anda di halaman 1dari 12

Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkan oleh

kuman salmonella typhosa. Penyakit ini termasuk penyakit menular dendan rute penularannya
dalam bahasa inggris disiingkat 5 F yaitu Feses,Fly (lalat), food (makanan),finger,fommit.
Demam typoid adalah penyakit sitemik akut yang sering terjadi di daerah tropik di
bandingkan dengan daerah dingin. Penyakiy yang juga sering terjadi pada masyarakat dengan
standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung terjadi endemis.
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang si sebabkan oleh kuman gram negatif
salmonella typhi. Selama terjadi infeksi,kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik
mononuklear dan secara berkelanjutan di lepaskan ke aliran darah.
Demam typoid disebabkan oleh bakteri salmonella typhi dengan gejala demam 1 minggu
lebih (39°C- 40°C) disertai gangguan pada saluran pencernaan.

B. ETIOLOGI
Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif yang bersifat motil tidak membentuk
spora, dan tidak berkapsul. Kebanyakan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk
menghasilkan asam dan gas,tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella
tumbuh secara aerob falkutatif. Kebanyakan spesies resisten terhadap agen fisik namun dapat
dibunuh dengan pemanasan 54,4°C selama 1 jam atau 60°C selama 15 menit. Salmonella tetap
dapat hidup pada suhu ruang dan suhu rendah selama beberapa hari dan bertahan hidup selama
berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan kering, tinja. ( Ashkenazi et al ,2002).

Salmonella typhi memiliki 3 antigen yaitu:


1. Antigen O : somatic antigen ( tidak menyebar )
2. Antigen H : (menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
3. Antigen IV : kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap
patogenesis. Masa inkubasi 10-20 hari.

C. ANATOMI

a. Rongga mulut
Permukaan saluran pencernaan yang juga terdapat kelenjar ludah
b. Esophagus
Saluran cerna yang menghubungkan dengan lambung,panjangnya ± 25 cm .
c. Lambung
Mensekresi getah lambung ( HCl)
d. Usus halus
Adalah tabung yang kira-kira sekitar 2,5m dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang
dari lambung dalam atau sampai katup ileo-kolika tampat bersambung dengan usus besar. Usus
halus terletak di daerah umbiikus dan dikelilingi oleh usus besar. Selama proses pencernaan
normal, kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Usus halus merupakan sebuah
saluran yang berdiameter 2,5cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan
dan absorbsi hasil pencernaan. Lapisan usus halus terdiri dari :
 Lapisan Mucosa (sebelah atau bagian dalam)
 Lapisan Otot Melingkar
 Lapisan Otot Pemanjang
 Lapisan Serosa (sebelah atau bagian luar.
Terdiri dari duodenum, jejenum, dan ileum. Enzim dari pankreas (amylase) dan empedu di
lepaskan ke duodenum. Nutrisi hampir selurruhnya di absorbsi oleh duodenum dan jejenum.
Ileum mengabsorbsi vitamin tertentu, zat besi dan garam empedu.
e. Usus besar
Panjang ± 1,5m, lebar 5-6 cm. lapisan dari luar ke dalam : selaput lender,lapisan otot
melingkar,lapisan otot memanjang,jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air,tempat
pembentukan vit K, tempat tinggal bakteri E.Coly,tempat feces.

f. Rectum
Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus,terletak dalm rongga pelvis di depan os sarkum dan os coksigis.

g. Anus
Terdiri dari :
 Sfingter ani internus (sebelah atas) bekerja tidak menurut kehendak
 Sfingter levator ani bekerja juga tidak menurut kehendak
 Sfingter ani eksternus (sebelah bawah) bekerja menurut kehendak.

D. PATOFISIOLOGI
Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan air yang tercemar.
Sebagian kuman di musnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. (
Mnsjoer,2000).
Setelah mencapai usus halus salmonella typhosa menembus ileum di tangkap oleh sel
mononuklear terjadi bakteremia I. Setelah berkembang di RES terjadilah bakteremia II.
(Darmowandowo,2006).
Terjadi interaksi salmonella typhosa dengan makrofag menimbulkan mediator-mediator
sehingga menyebabkan hiperplasi,nekrosis dan ulkus. Secara sistemik timbul gejala panas ,
iritabilitas vaskuler,insisi sistem pambekuan darah, depresi susum tulang belakang.
Imunologi, di usus di produksi IgA sekretorik yang berfungsi mencegah melekatnya
salmonella typhosa pada mukosa usus.
Patofisiologi Thypoid Pada Ny.R/54 Tahun

Intake makanan tidak bersih


Saluran pencernaan
Lambung Imflamasi pada gaster(lambung)
Mual,muntah
Usus Halus(duodenum,jejunum) Gangguan nutrisi
Koloni kuman(pengumpulan)

Timbul Plaque pyeri(luka)

Imflamasi(radang)

Nyeri Panas Bengkak Eritem


Abdomen
Ggn keseimbangan Obstruksi usus Perforasi
Cairan
Konstipasi Melena

Syok Hipofolemik

E. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan dan gejala demam typhoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu
ringan sampai berat dan fatal jika mengenai sistem organ. Secara klinik penyakit typhus berupa
demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
1. Panas lebih dari 7 hari,biasanya semakin hari semakin tinggi( 39°-40°C)
2. Gastrointestinal dapat berupa konstipasi, diare di sertai rasa mual, muntah, kembung, lidah
kotor,hepatomegali, slenomegali.
3. Pada minggu ke 2 panas`tinggi terus-menerus terutama pada malam hari.
4. Gejala saraf sentral berupa delirium,apatis,somnolen,sopor,bahkan sampai koma.
5. Pada akhir minggu ke 3 demam berangsur-angsur turun dan normal, kesadaran menurun dan
terjadi perdarahan usus dan menyebabkan kematian.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hematologi
Darah yaitu Hb,Ht
2. Reaksi widal aglutinin O dan H semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinannya
menderita typhoid. Pada infeksi aktif titer widal akan meningkat pada pemeriksaan setelah 5
hari.
3. Kultur feces dan urine (+) salmonella typhosa selama 2 minggu
4. Biakan empedu : terdapat basil salmonella typhosa pada urine dan tinja jika pada pemeriksaan
dua kali berturut-turut di dapatkan hasil salmonella typhosa.pada urine maka pasien di nyatakan
betul-betul sembuh.

G. PENATALAKSANAAN MEDIK
Pengobatan penderita demam typhoid di rumah sakit terdiri dari pengobatan suportif
meliputi istirahat dan diet.
Istirahat bertujuan untuk mencegah komplikasi dan memparcepat penyembuhan. Pasien
harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam. Mobilisasi dilakukan bertahap
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

Diet terapi penunjang dilakukan dengan:


 Diet rendah serat
 Bubur saring,bubur kasar, nasi diberikan sesuai tingkat kesembuhan pasien.
 Vitamin,mineral untuk mendukung keadaan umum pasien.
Penatalaksanaan farmakologik :
 Kloramfenikol
 Amoksilin
 Sefalosporin generasi III
 Meropenem
 Flourokuinolon

H. KOMPLIKASI
1. Komplikasi intestinal
 Perdarahan usus
 Perforasi usus
 Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra intestinal
 Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer, miokarditis, trombosis, tromboflebitis
 Darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koagulasi
 Paru : pneumonia
 Hepar : hepatitis dan kolelitiasis
 Ginjal : glomerulonefritis ,pielonefritis
 Tulang : artitis , osteomielitis
 Neuropsikiatrik : meningitis, psikosis, sindrom guillian-bare
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN
- Aktivitas / istirahat
Gejala : gangguan pola tidur, insomnia,kelemahan fisik
Merasa gelisah, ansietas
Tanda : periode hypoaktivitas

- Sirkulasi
Gejala : perasaaan dingin meskipun di ruang hangat
: TD hipotensi
: takikardi, bradikardi, disritmia.

- Integritas ego
Gejala : perasaan tidak berdaya
Tanda : ansietas

- Eliminasi
Gejala :diare/ konstipasi , nyeri abdomen
Tanda : bising usus menurun

- Nutrisi
Gejala : penurunan berat badan , integritas kulit buruk.
Tanda : mual,muntah,anoreksia.

- Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen
Tanda : nyeri tekan abdomen/distensi

B. DIAGNOSA
1. Hyperthermia berhubungan dengan laju metabolisme meningkat.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,muntah, intake cairan tidak
adekuat, peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya
plasma dari pembuluh darah.
3. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
4. Intoleransi aktivitasberhubungan dengan kelemahan fisik dan imobilisasi.
5. Cemas berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat.
C. INTERVESI
Diagnosa I
Hipertermi berhubungan dengan laju metabolisme meningkat.
Tujuan : hyperthermia teratasi selama dua hari perawatan.
Kriteria hasil: tanda-tanda vital dalam batas normal:
S: 36°c-37,5°c.
N: 60-100x/menit
RR: 16-20x/menit
TD: 120/80-130/80 mmHg
Bebas dari kedinginan(mengigil)
Demam tidak ada
Intervensi
a) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : mengetahui perkembangan penyakit pasien
b) Beri kompres dengan air biasa di daerah temporal bila terjadi panas.
Rasional : terjadi penurunan panas denagan vasodilatasi perifer yang dapat menurunkan panas.
c) Observasi tetesan infuse.
Rasional:Untuk pemberian cairan yang adekuat
d) Anjurkan minum 2000-2500 cc/hari
Rasional : pemenuhi kebutuhan cairan
e) Anjurkan pasien untuk mengenakan baju yang tipis/ menyerap keringat.
Rasional : tidak terajdi dehidrasi krn peningkatn suhu tubuh.
f) Kolaborasi memberikan cairan infuse.
Rasional : pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
g) Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi ( sumagesic)
Rasional : obat penurun panas
h) Kolaborasi berikan antibiotic( ceftriaxone)
Rasional : untuk pencegahan infeksi lebih lanjut ( oleh salmonella thypi)

Diagnosa II
Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,muntah,intake yang tidak
adekuat,peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya
plasma dari pembuluh darah.
Tujuan : volume cairan dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil:
 mukosa bibir lembab
 tanda-tanda vital dalam batas normal
 tidak ada tanda-tanda dehidrasi
 balance cairan nol (0)

Intervensi:
a) kaji tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui data perkembangan penyakit pasien
b) pantau intake dan output selama 24jam
Rasional: untuk mengetahui balance cairan
c) catat mual,muntah dan distorsi lambung
Rasional: untuk memantau output cairan
d) kaji tanda-tanda dehidrasi : turgor kulit kering,mukosa bibir kering,rasa haus,mata cekung.
Rasional: mengetahui dan mencegah terjadinya syok
e) Berikan minum 2000-2500 cc/ hari.
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
f) Kolaborasi berikan cairan infuse.
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
g) Observasi tetesan infuse.
Rasional : memantau ketepatan dan keadekuatan dalam pemberian cairan infuse
h) Kolaborasi untuk pemeriksaan elektrolit
Rasional : untuk mengetahui kebutuhan elektrolit sesuai indikasi

Diagnose III
Resti nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil:
 Nafsu makan bertambah
 BB meningkat/ideal
 Integritas kulit baik
 Bising usus normal ( 6-12 x)
 Nilai laboratorium normal
 Porsi makan habis

Intervensi:
a) Kaji intake dan output nutrisi
Rasional: untuk mengetahui keefektifan asupan nutrisi
b) Kaji tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui perkembangan penyakit
c) Timbang berat badan
Rasional : untuk mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi adekuat pada pasien
d) Catat adanya mual muntah
Rasional : untuk mengetahui ke adekuatan pemenuhan nutrisi .
e) Anjurkan makan sedikit tapi sering
Rasional: untuk membantu pemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh.
f) Kaji makanan yang di sukai dan yang tidak di sukai
Rasional: membantu kebutuhan specific untuk meningkatkan intake pasien.
g) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet
Rasional : pemenuhan nutrisi sesuai indikasi
h) Kolaborasi memberikan obat-obat antiemetic sesuai indiksai(rantin)
Rasional : untuk menghilangkan mual muntah.
Diagnosa IV
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil : Pasien tahu tentang penyakitnya

Intervensi
a) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
b) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit typhoid.
c) Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri
penjelasan tantang penyakitnya.
d) Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat
Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya.

Diagnosa V
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bed rest
Tujuan : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara optimal.
Kriteria hasil :
Kebutuhan personal terpenuhi
Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh.
memenuhi AKS dengan teknik penghematan energi.
Intervensi
a) Beri motivasi pada pasien dan kelurga untuk melakukan mobilisasi sebatas kemampuan (missal.
Miring kanan, miring kiri).
R/ agar pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.
b) Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan, minum).
R/ untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.
c) keperluan pasien dalam jangkauannya.
R/ untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.
d) Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.
R/ untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.

BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

Unit : IGD Jam Masuk : 08.15


Tanggal Masuk : 21 – 3 - 2012
Tanggal Pengkajian : 21 - 3 - 2012
Auto/Aullo Anamnesa : Auto dan allo anamnesa
RM : 22.32.60

Nama Pasien : Tn. R


Tempat/ Tgl Lahir : 24 Mei 1958 Umur : 54 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama/ Suku : Kristen / Batak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat Rumah : Jl.Cempaka Putih No.42.
kit : Os datang dengan keluahan lemas,perut sakit melilit,demam sejak 2 hari yang lalu . Mual (+) ,
muntah (+) dan kurang nafsu makan.

Masuk : Lemas, perut sakit , mual (+),muntah (+) dan kurang nafsu makan.

1. Airway (jalan napas ) Diagnosa keperawatan


Sumbatan 1. Aktual 2. Resiko 3. Tidak

− Benda asing − Sputum □ Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d

− Lidah Jatuh − Cairan □ Pola nafas tidak efektif


2.Breating (pernafasan)

Inspeksi : □Gamgguan pertukaran gas b/d


Frekwensi nafas : 24 x/menit

Teratur - Tidak teratur □ Perubahan perfusi jaringan otak /


Batuk : perifer/ cardiopulmonal

− Produktif − tidak produktif


Nafas :

−sesak − retraksi dada − apnoe


Auskultasi :
Suara napas :

− wheezing − ronchi − rales


Perkusi :

− pekak − sonor
− timpani − redup
Palpasi :

− vocal fermitus − nyeri

3.Circulation
Suhu : 38.3 º C □ Penuruna curah jantung b/d
TD : 110/70 mmHg □ Gangguan keseimbangan cairan
RR : 24 x/menit dan elektrolit
Nadi : 92 x/menit

 Teraba − Lemah − kuat − tidak teraba


Turgor Kulit : □ Hipertermi b/d
− Baik sedang − buruk

Mata cekung :

 ya − tidak
− Sianosis □ Syok hipovolemik/ hemoragik
 capillary < 3 detik cardiogenik b/d

− Ekstermitas dingin
Mual Muntah □ Nyeri Kepala

Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 10,3 mg/dl, Ht : 30 %,
Leukosit : 3900/ul (mm3),
Albumin : 1,8 gr/dl,
SGOT : 88U/L, SGPT : 48 U/L,
Bilirubin : 2,3, indirek : 1,7, kreatinin : 1,2 mg/dL,
natrium : 138 mEq/L, kalium : 3,7 mEq/L, calcium : 6,9 mg/dL
Urin Lengkap
Kejernihan : agak keruh (jernih)
Esterase Leukosit : trace/15 sel/ul (negative)
Darah :3+/200 sel/ul (negative)
Protein :3+/300 mg/dl (negative)
Sedimen
Leukosit : 3900/ul (mm3)
Eritrosit :H 27/LPB (0-4)
Bakteri :H 64/LPB (<24)

Imunologi
Widal :S.Paratyphi H (ekor)(+) 1 : 160 (negative)

USG : abdomen dan pelvis


Kesan: Fatty liver dan hydronephrosis sinistra vesica fella,pancreas,lien,ren dextra,buli dan
uterus normal.

4.Disability

Pupil :  Isokor □ Anisokor □ Injuri b/d


Refleks Cahaya : Positif 2mm/2mm
Kuantitatif : M ₆4 V ₅6 E ₄5
Data Pendukung : -
Obat-obatan
RL 500cc/24jam
Rantin 1 amp

Anda mungkin juga menyukai