A.Pendahuluan
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis, yang sumber penularannya melalui percik renik dahak
yang dikeluarkan oleh penderita TB ketika batuk/bersin.
Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, BTA negatif dengan
kultur positif 26%, sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks
positif adalah 17%. Tanda dan gejala penyakit ini berupa batuk berdahak secara
terus menerus lebih dari 2 minggu, dapat disertai dengan badan lemah, tidak nafsu
makan, BB menurun, keluar keringat dingin pada malam hari serta kadang disertai
dengan sesak dan demam.
Tuberkulosis sampai saat ini masih merupakan permasalahan kesehatan di
masyarakat, bukan hanya karena TB adalah penyakit menular, namun ada
hubungan TB dengan penyakit tidak menular lainnya seperti pada Diabetes
Melitus,Penyakit akibat rokok,alkohol,pengguna narkoba dan malnutrisi. TB
sebagian besar menyerang pada usia produktif dan masyarakat dengan sosial
ekonomi yang kurang. TB menjadi penyebab tersering untuk kesakitan dan
kematian pada ODHA, TB sering dihubungkan dengan kemiskinan, lingkungan
yang kumuh,padat dan terbatasnya akses untuk perilaku hidup bersih dan sehat.
Wanita dan anak – anak juga rentan tertular TB.
Sebanyak 1/3 kasus TB masih belum terakses atau dilaporkan. Bahkan
sebagian besar kasus TB terlambat ditemukan sehingga saat diagnosa ditegakkan
mereka sudah dalam tahap lanjut bahkan kuman telah resisten obat sehingga
penyembuhan menjadi sulit. Keterlambatan pengobatan ini bermakna karena
menunjukkan lebih banyak lagi penduduk yang sudah terpapar TB. Kesadaran
masyarakat untuk mencari pengobatan secara dini sangatlah penting.
B.Latar belakang
Upaya pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung
sejak sebelum kemerdekaan. Perjalanan waktu membuktikan bahwa upaya
pengendalian TB telah memberikan hasil yang bermakna sampai dengan saat ini,
namun perlu diwaspadai karena masih ada beberapa tantangan utama yang harus
dihadapi salah satunya masih banyaknya kasus TB yang “hilang” atau tidak
terlaporkan ke program.Pada tahun 2012 diperkirakan ada sekitar 130.000 kasus
TB yang diperkirakan ada tetapi belum terlaporkan.
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah :
1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat,seperti pada negara-negara
yang sedang berkembang
2. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan disparitas yang terlalu
lebar,sehingga masyarakat masih mengalami masalah dengan kondisi sanitasi,
papan,sandang dan pangan yang buruk
3. Beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran,
tingkat pendidikan yang pendapatan perkapitanya masih rendah yang berakibat
pada kerentanan masyarakat terhadap TB.
4. Kegagalan program TB, yang diakibatkan oleh :
> Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
> Tidak memadainya organisasi pelayanan Tb
> Tidak memadainya tatalaksana kasus
> Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG
> Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami
krisis ekonomi
> Belum adanya sistem jaminan kesehatan yang bisa mencakup masyarakat
luas secara merata.
5. Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa mempengaruhi tetap tingginya
beban TB seperti gizi buruk,merokok, diabetes.
6. Pandemi HIV/AIDS di dunia akan menambah permasalahan TB, koinfeksi
dengan HIV akan meningkatkan resiko kejadian TB secara signifikan
7. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (
multidrug resistance/MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak
berhasil disembuhkan.keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.
WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam
pengendalian TB sejak tahun 1995 yang dinilai secara ekonomis sangat efektif
(cost-effective), integrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan
demi efisiensi dan efektifitasnya. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci,yaitu
:
1. Komitmen Politis,dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan
2. Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin
mutunya
3. Pengobatan yang berstandar,dengan supervisi dan dukungan bagi pasien
4. Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif
5. Sistem monitoring,pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan
penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program.
Dengan semakin berkembangnya tantangan yang dihadapi,pada tahun
2005 strategi DOTS diperluas menjadi “Strategi Stop TB” , yaitu :
1. Mencapai,mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS
2. Merespon masalah TB-HIV,MDR-TB dan tantangan lainnya
3. Berkontribusi dalam pengitan sistem kesehatan
4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta
5. Memberdayakan pasien dan masyarakat
6. Melaksanakan dan mengembangkan penelitian.
Surveilans TB merupakan suatu kegiatan pengamatan terus menerus dan
sistematis dalam mengumpulkan, mengolah,memganalisis, dan menginterpretasikan
data program TB untuk mengetahui capaian penemuan kasus baru penderita TB
BTA positif dan hasil pengobatan penderita TB.
C. Tujuan umum dan tujuan khusus
Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan penularan TB dengan
memutus rantai penularan sehingga penyakit TB tidak lagi menjadi
masalah kesehatan masyarakat.
Tujuan Khusus :
a.Meningkatkan penemuan kasus TB BTA positif yang ada di wilayah kerja
b.Menyembuhkan minimal 85% penderita baru TB BTA positif yang ditemukan
c. Tercapainya cakupan penemuan penderita hingga 70% dari semua penderita TB
d. Menjamin ketersediaan data yang valid dan up to date
e. Mencegah timbulnya resistensi obat TB di masyarakat
f. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya penemuan kasus TB yang
ada di masyarakat.
E. Sasaran
Penderita TB paru BTA positif, TB paru klinis, TB ekstra paru, dan TB anak.
Mengetahui
sss