Anda di halaman 1dari 5

Callosum Neurology, Volume 1, Nomor 1:5-9, 2018

ARTIKEL ASLI
ISSN 2614-0276 | E-ISSN 2614-0284

GAMBARAN DEFISIT NEUROLOGIS


PASIEN SINDROM KORONER AKUT
PASCA TINDAKAN PERCUTANEOUS
CORONARY INTERVENTION
Emi Tamaroh1, Ahmad Asmedi2, Ismail Setyopranoto2
1
Residen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
2
Neurolog Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Diterima 11 Agustus 2017 DOI: 10.29342/cnj.v1i1.3


Disetujui 31 Agustus 2017
Publikasi 21 Januari 2018 Korespondensi: dr.emitamaroh@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Komplikasi neurologis pasca tindakan Hasil: Sebanyak 1.409 pasien yang menjalani prosedur
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) jarang PCI hanya 34 (2,4%) pasien yang mengalami defisit
terjadi, namun berkaitan dengan mortalitas dan neurologis dan didiagnosis sebagai stroke. Diagnosis
morbiditas tinggi. Defisit neurologis berupa gangguan terbanyak adalah stroke infark pada 33 (97,1%) pasien.
gaya berjalan dan cacat visual akibat infark lobus Sebanyak 25 (73,5%) pasien mengeluhkan gejala
oksipital dan serebelar paling sering terjadi, dan multipel sedangkan 9 (26,5%) bergejala tunggal.
terkadang tidak disadari oleh para ahli jantung. Defisit neurologis tersering adalah defisit motorik (25
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran defisit pasien) dan penurunan kesadaran (11 pasien).
neurologis yang terjadi pada pasien Sindrom Koroner Pemeriksaan Computed Tomography (CT)-scan kepala
Akut (SKA) setelah tindakan PCI di Rumah Sakit menunjukkan lesi multipel pada 21 (61,8%) pasien.
Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito. Lokasi lesi terbanyak terjadi di lobus parietalis pada 11
Metode: Studi deskriptif data rekam medis pasien SKA pasien. Sirkulasi anterior (74%) lebih banyak terlibat
yang mengalami defisit neurologis saat dan pasca dibandingkan sirkulasi posterior (26%).
prosedur PCI yang dikonsulkan ke Bagian Neurologi Simpulan: Defisit neurologis setelah tindakan PCI
RSUP Dr. Sardjito pada Januari 2016 hingga Juni bervariasi, terbanyak adalah defisit motorik dan
2017. penurunan kesadaran.

Kata Kunci: defisit neurologis, stroke, sindrom koroner akut, percutaneous coronary intervention
ABSTRACT

Background: Neurologic complication after Result: There were 34 (2.4%) out of 1,409 PCI
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) procedure procedure patients who suffered neurological deficit
are rare but associated with high rates of mortality and and diagnosed as stroke. Infarction stroke was
morbidity. Visual field defects and gait abnormalities dominant diagnosis (97%). There were 25 (73.5%)
related to occipital lobe and cerebellar infarctions patients had multiple symptoms, and only 9 (26.5%)
sometimes unrecognized by cardiologist. patients had single symptom. Motoric dysfunction was
Purpose: To know the description of neurologic deficit the most complaint symptom (25 patients) then
in Acute Coronary Syndrome (ACS) patient after decrease of consciousness (11 patients). Motoric
conducted PCI procedure at Dr Sardjito Central deficit was dominant, in 25 patients. The head
General Hospital. Computed Tomography (CT)-scan revealed multiple
Method: Descriptive study to patients’ medical lession in 21 (61.8%) patients. It mostly located at
records who were diagnosed as ACS who experienced parietal lobe (11 patients). Anterior circulation (74%)
neurologic deficit related PCI procedure and consulted was more affected than the posterior.
to Neurology Department in January 2016 to June Conclusion: Neurological deficit after PCI procedure
2017. may be vary. Motoric deficit were dominant followed
by decrease of consciousness.

Key words: neurological deficits, stroke, acute coronary syndrome, percutaneous coronary intervention

5 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Tamaroh et al 2018 ARTIKEL ASLI

Semenjak kateterisasi jantung dan prosedur Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
Primary Percutaneous Coronary Intervention gamb i aran defisit neurologis yang terjadi pada
(PCI) ditetapkan sebagai prosedur diagnosis dan pasien SKA pasca tindakan PCI di Rumah Sakit
terapi intervensi penyakit arteri koroner, Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito.
penggunaannya meningkat secara dramatis
dalam 30 tahun terakhir. Prosedur PCI Metode Penelitian
merupakan metode untuk mencapai reperfusi Penelitian deskriptif retrospektif terhadap data
optimal pada pasien dengan Sindrom Koroner sekunder yang bersumber dari catatan medik di
Akut (SKA). Prosedur ini dianggap aman karena Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. Sardjito.
insidensi efek simpang kejadian terkait kardiak Subjek adalah pasien SKA yang dikonsulkan ke
maupun serebrovaskular mayor kurang dari 1% Bagian Neurologi RSUP Dr. Sardjito pada bulan
dari semua prosedur kateterisasi jantung Januari 2016 hingga Juni 2017 yang mengalami
diagnostik, dan hanya berkisar 2,5% dari semua defisit neurologis pasca prosedur PCI.
tindakan PCI.1,2 Penelitian ini, memfokuskan defisit neurologis
Prosedur PCI merupakan prosedur invasif karena simptomatik, sehingga akan dilakukan
melibatkan stres mekanikal pada sistem vaskular penelusuran berdasarkan tanda dan gejala yang
arteri terkait manipulasi kateterisasi. Hal tersebut dibagi menjadi tunggal dan multipel. Begitu pula
dapat menjadi kausa mayor emboli serebral dengan gambaran hasil Computed Tomography
selama kateterisasi jantung.2 Laporan-laporan (CT)-Scan kepala akan dikelompokan menjadi
insidensi stroke pada pasien yang menjalani PCI lesi tunggal dan multipel.
berkisar antara kurang dari 1% (bertingkat dari
0,18% hingga 0,44%) pada register yang Hasil Penelitian
berbeda.2 Insidensi yang rendah menjadikan Tercatat 1.409 pasien SKA yang telah melakukan
sulitnya penilaian terhadap prediktor dan prosedur PCI dengan 34 (2,4%) pasien
implikasi klinis dari komplikasi mayor terkait mengalami defisit neurologis sehingga
PCI. 2,3 dikonsulkan ke Bagian Neurologi RSUP Dr
Prosedur PCI yang dilakukan pada kasus SKA Sardjito. Seluruh pasien tersebut didiagnosis
menyebabkan peningkatan risiko komplikasi sebagai stroke, dengan 33 (97,1%) pasien
serebrovaskuler dan komplikasi secara umum. diantaranya mengalami stroke infark, sedangkan
Komplikasi neurologis pasca prosedur PCI jarang 1 (2,9%) pasien mengalami stroke perdarahan.
terjadi namun berkaitan dengan mortalitas dan Sebanyak 26 pasien (76,4%) berjenis kelamin
morbiditas yang tinggi, serta memberi dampak laki-laki. Pasien yang berusia lanjut
yang sangat besar terhadap prognosis dan mendominasi sebanyak 21 pasien (61,8%).
kualitas hidup pasien. Kejadian stroke terkait Karakteristik defisit neurologis pasien dapat
prosedur PCI terutama terjadi pada pasien yang dilihat pada tabel 1. Pasien yang mengeluhkan
lebih tua. Mortalitas stroke peri-intervensi gejala tunggal hanya 9 orang (26,5%), sedangkan
berkisar antara 22,7-37%.2,3 yang mengeluhkan gejala multipel sebanyak 25
Sebagian besar stroke yang terjadi periprosedural orang (73,5%). Penjabaran menunjukkan keluhan
terjadi dalam 24 jam pertama pasca menjalani yang bervariasi. Gangguan motorik merupakan
prosedur PCI, namun pasien yang mengalami keluhan terbanyak pasien, sebanyak 14 pasien
emboli berukuran kecil seringkali asimptomatik mengeluhkan kelemahan anggota gerak sesisi.
dan tidak disadari oleh ahli jantung. Stroke yang Keluhan terbanyak kedua adalah penurunan
diakibatkan prosedur PCI melibatkan sirkulasi kesadaran yang dialami 11 pasien.
anterior dan posterior dengan proporsi yang Hasil pemeriksaan fisik mendapatkan defisit
sama, meskipun stroke umumnya mengenai motorik paling sering terjadi, yakni sebanyak 25
sirkulasi anterior.2 Kecenderungan lokasi stroke pasien. Defisit motorik terbagi menjadi
pasca prosedur PCI melibatkan sirkulasi posterior hemiparesis, serta paresis nervus kranialis VII,
(sirkulasi vertebrobasilar). Hal tersebut membuat IX X, dan XII. Kelemahan anggota gerak sesisi
gejala dan tanda stroke dominan pasca prosedur (hemiparesis) mendominasi keluhan kelemahan
PCI berupa defisit terkait visual serta gangguan pasien. Gejala penurunan kesadaran didapatkan
gaya berjalan yang disebabkan oleh infark di pada 11 pasien, seorang diantaranya ternyata
lobus oksipital dan serebelar.4 mengalami stroke perdarahan intraserebral yang

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 6


ARTIKEL ASLI Tamaroh et al 2018

meluas hingga ventrikel. Delapan pasien dengan dibandingkan ukuran kecil selama prosedur PCI.
derajat kesadaran somnolen dan 2 pasien Gangguan hemodinamik serebral juga
delirium, hasil CT scan kepala menunjukkan merupakan faktor yang dapat meningkatkan
kondisi infark. risiko stroke iskemia sekunder akibat
Pemeriksaan CT scan kepala menunjukkan menurunnya perfusi yang mungkin disertai
sebanyak 21 (61,8%) pasien memiliki lesi otak hipoperfusi sistemik. Instabilitas hemodinamik
multipel, sedangkan 11 (32,4%) pasien telah ditunjukkan mendukung trauma iskemia
mengalami lesi otak tunggal. Dua hasil CT scan akibat kejadian emboli pada hewan coba.4
kepala tidak menunjukkan gambaran perdarahan Seorang pasien mengalami perdarahan
maupun infark. Sebanyak 31 (91,2%) pasien intraserebral yang muncul 30 menit pasca PCI
menunjukkan gambaran infark, dengan lokasi yang ditandai dengan klinis peningkatan tekanan
yang bervariasi. Lokasi terbanyak berada di lobus intrakranial seperti muntah dan penurunan
parietalis, lobus temporalis, dan ganglia basalis. kesadaran menjadi sopor. Pasien tersebut selain
Lokasi hemisferik hampir sama antara sisi kanan menjalani prosedur PCI dengan menggunakan
dan kiri, dan terdapat 9 pasien yang mengalami heparin, juga mendapatkan terapi antikoagulan
infark biparietal atau bilateral. dan antiplatelet ganda sebagai tambahan terapi,
hal inilah yang diduga menjadi faktor pendukung
Pembahasan terjadinya perdarahan intraserebral pasien.
Penelitian ini menunjukkan pasien yang Mekanisme yang mungkin mendukung
mengalami defisit neurologis setelah melakukan peningkatan risiko stroke perdarahan adalah
tindakan PCI pada Januari 2016 hingga Juni 2017 intensifnya serta pemanjangan durasi
berjumlah 34 (2,4%) pasien dari total 1409 penggunaan antikoagulan. Efek merugikan dari
pasien. Hasil ini sesuai dengan studi terdahulu penggunaan heparin tersebut ditunjukkan pada
bahwa komplikasi kejadian serebrovaskular observasi peningkatan stroke perdarahan diantara
terkait prosedur PCI sekitar 2,5%.1,2 pasien yang mendapatkan terapi standar serta
Mekanisme potensial penyebab stroke terkait penggunaan antikoagulan sebagai terapi
prosedur PCI meliputi embolisasi atheroma dari tambahan dalam kurun waktu 30 hari. 3
dinding aorta yang disebabkan trauma terkait Selain kejadian stroke, komplikasi terkait
catheter, embolisasi trombus atau udara, diseksi prosedur PCI di sistem serebrovaskular dapat
dari catheter atau manipulasi guidewire, dan berupa contrast-induced encephalopathy (CIE).
hipotensi periprosedural. Guna mendukung Diduga neurotoksisitas bahan kontras yang
hipotesis terlepasnya debris saat prosedur mengganggu osmosis sawar darah otak, terutama
kateterisasi, sebuah penelitian menggunakan alat untuk korteks oksipital berperan penting.5
transkranial Doppler menunjukkan peningkatan Kejadian tersebut tidak ditemukan di penelitian
sinyal selama perjalanan kateter di sekitar arkus ini.
aorta yang mendukung mikroembolisasi. Stroke Defisit neurologis yang ditemukan berdasarkan
yang dicetuskan catheter-induced embolization anamnesis, pemeriksaan fisik serta hasil
dari komplek aortik atheroma sering berlokasi pemeriksaan CT scan kepala sangat bervariasi.
pada aorta ascenden dan arkus aorta proksimal Keluhan kelemahan anggota gerak sesisi paling
lokasi aortosaphenous anastomotik.2,3 banyak dijumpai, dan pada pemeriksaan fisik
Plak atheroma pada arkus aorta akan didapatkan 25 pasien mengalami defisit motorik
menimbulkan risiko emboli spontan dan yang terbagi menjadi hemiparesis, serta parese
merupakan faktor risiko independen dari stroke nervus kranialis VII, IX, X, dan XII. Hal ini
rekuren, begitu juga jumlah perubahan kateter menunjukan lokasi terjadinya stroke lebih banyak
dan penggunaan kateter guide dengan kaliber di sirkulasi anterior. Hasil tersebut tidak sesuai
yang lebih besar. Faktor-faktor prosedural ini dengan penelitian sebelumnya yang meneliti
juga secara langsung meningkatkan kesempatan karakteristik lokasi stroke pasca PCI bahwa lebih
terlepasnya debris dari aorta dengan abrasi fisik dari satu setengah dari kejadian serebrovaskular
yang menginduksi embolisasi. Studi sebelumnya melibatkan sirkulasi posterior (vertebrobasilar),
menyebutkan bahwa kateter guide dengan lumen sehingga gejala yang paling menonjol adalah
ukuran lebih besar (8F dan 9F) melepaskan debris gangguan visual dan gait.
dari aorta satu setengah kali lebih banyak

7 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Tamaroh et al 2018 ARTIKEL ASLI

Tabel 1. Gambaran defisit neurologis pasien (n=34)


No Pemeriksaan Jumlah
1 Anamnesis
- Gejala tunggal 9
- Gejala multipel 25
2 Penjabaran gejala
- Pusing berputar/ dizzy 7
- Penurunan kesadaran 11
- Sulit berkomunikasi 4
- Bicara cadel 7
- Bingung, bicara meracau 7
- Kelemahan anggota gerak sesisi 14
- Gangguan sensorik 1
- Sulit menelan 1
3 Pemeriksaan fisik
- Penurunan kesadaran 11
- Delirium 2
- Somnolen 8
- Sopor 1
- Gangguan kognitif 8
- Nistagmus 2
- Afasia 3
- Defisit motorik 25
- Paresis nervus kranialis VII 14
- Paresis nervus kranialis XII 10
- Paresis nervus kranialis IX dan X 1
- Hemiparesis dextra 13
- Hemiparesis sinistra 8
- Defisit sensorik
- Hemihipestesi 1
4 Pemeriksaan Computed Tomography Scan kepala 34
- Lesi tunggal 11
- Lesi multipel 21
- Normal 2
5 Lokasi lesi
- Dextra 11
- Sinistra 12
- Bilateral 9
6 Infark sirkulasi anterior (lokasi): 34
- Lobus frontalis 6
- Lobus temporalis 7
- Lobus parietalis 11
- Lobus occipitalis 3
- Corona radiata 4
- Capsula intern 3
Infark sirkulasi posterior (lokasi): 12
- Ganglia basalis 7
- Thalamus 3
- Cerebellum 2
7 Perdarahan intrakranial (lobus parietalis) 1

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 8


ARTIKEL ASLI Tamaroh et al 2018

Hal ini menarik karena hanya sekitar seperlima melibatkan sirkulasi anterior sebanyak 58% dan
aliran darah ke otak yang melintasi arteri di infark posterior sebanyak 54%.4,6
vertebrobasilar sedangkan dua per lima menuju
ke arteri karotis. Pada penelitian lain disebutkan Simpulan
presentasi klinis terbanyak yang didapat pada Defisit neurologis berupa gejala multipel lebih
pasien CVA tersebut adalah defisit motorik dan banyak ditemukan, dengan gejala dominan
bahasa. Defisit global yang menyertainya berupa defisit motorik dan penurunan kesadaran.
sebanyak 45% berupa penurunan kesadaran atau Gambaran CT scan kepala terbanyak berupa
penurunan status mental. Sedangkan pada infark dengan lesi multipel yang melibatkan
penelitian ini penurunan kesadaran didapatkan sirkulasi anterior.
sebanyak 32,4%.4
Berdasarkan hasil pemeriksaan CT scan kepala Laporan penelitian ini diajukan dalam sesi ilmiah
menunjukkan lokasi infark terbanyak berada di presentasi poster di The Bali Neurology Update 5th
yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter
sirkulasi anterior pada 34 pasien (74%),
Spesialis Saraf Indonesia cabang Denpasar bekerja
sedangkan keterlibatan sirkulasi posterior pada sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas
12 pasien (26%). Penelitian pembanding Udayana dan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
menunjukkan keterlibatan dan lokasi infark tidak Denpasar tanggal 22-24 Sepetember 2017 di
jauh berbeda antara sisi kanan dan sisi kiri, yaitu Denpasar, Bali.

Daftar Rujukan (2002).


1. James, S. Stroke: A rare but devastating 4. Dukkipati, S. et al. Characteristics of
procedural complication of PCI. Eur. Heart J. 36, cerebrovascular accidents after percutaneous
1571–1572 (2015). coronary interventions. J. Am. Coll. Cardiol. 43,
2. Werner, N. et al. Incidence and clinical impact of 1161–1167 (2004).
stroke complicating percutaneous coronary 5. Liao, M. et al. Contrast-Induced Encephalopathy
intervention: Results of the euro heart survey after Percutaneous Coronary Intervention. Acta
percutaneous coronary interventions registry. Cardiologica Sinica J. 29, 277-280 (2013)
Circ. Cardiovasc. Interv. 6, 362–369 (2013). 6. Hoffman, S. J. et al. Neuroimaging patterns of
3. Fuchs, S. et al. Stroke complicating percutaneous ischemic stroke after percutaneous coronary
coronary interventions: Incidence, predictors, and intervention. Catheter. Cardiovasc. Interv. 85,
prognostic implications. Circulation 106, 86–91 1033–1040 (2015).

9 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali

Anda mungkin juga menyukai