Anda di halaman 1dari 93

UNIVERSITAS INDONESIA

METODE ENTRY AGE NORMAL UNTUK PENDANAAN PROGRAM PENSIUN


MANFAAT PASTI

SKRIPSI

I GUSTI AGUNG KARTIKA SHANTI


1506671562

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI MATEMATIKA
DEPOK
JUNI 2019
Halaman ini sengaja dikosongkan.
UNIVERSITAS INDONESIA

METODE ENTRY AGE NORMAL UNTUK PENDANAAN PROGRAM PENSIUN


MANFAAT PASTI

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains

I GUSTI AGUNG KARTIKA SHANTI


1506671562

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI MATEMATIKA
DEPOK
JUNI 2019
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Halaman ini sengaja dikosongkan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat rahmat dan per-
lindungannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari saran, bimbingan, dan dukungan dari berba-
gai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Mila Novita, sebagai dosen pembimbing I penulis yang telah bersedia menjadi
pembimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih atas segala
masukan dan saran, dukungan, motivasi dan arah yang telah ibu berikan selama
menjadi pembimbing penulis. Terima kasih juga untuk waktu, tenaga dan pikiran
yang ibu berikan untuk membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Sukses
selalu ya, Bu!

2. Ibu Sindy Devila, sebagai dosen pembimbing II penulis yang telah bersedia menjadi
pembimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih atas waktu,
tenaga dan pikiran yang ibu berikan untuk membantu penulis menyelesaikan tugas
akhir ini. Membantu segala permasalahan dan mencari jawaban dari tiap pertanyaan
yang sulit saya jawab sendiri. Terima kasih banyak, Bu Sindy. Semoga sukses
selalu!

3. Para dosen penguji Uji Proposal, Ibu Yekti dan Ibu Nur, yang banyak memberikan
masukkan terhadap tugas akhir yang dikerjakan penulis.

4. Para dosen penguji Sidang Skripsi, Ibu Sri dan Ibu Nur, yang memberikan kritik
dan saran terhadap tugas akhir penulis.

5. Dosen Pembimbing Akademik penulis yaitu Bapak Yudi pada tahun pertama perku-
liahan, Bapak Alhaji pada tahun kedua perkuliahan, dan Bapak Hengki pada tahun
ketiga perkuliahan hingga sekarang. Terima kasih atas bimbingan bapak untuk
penulis dalam menjalani perkuliahan.

6. Para dosen di Departemen Matematika, yang telah mengajarkan penulis banyak


hal selama 4 tahun berada di Departemen Matematika. Terima kasih atas ilmu dan
kebaikan yang diberikan kepada penulis selama belajar di Departemen Matematika.

7. Para pegawai di Departemen Matematika, terutama Pak Mardha dan pegawai


TU lainnya yang sudah banyak membantu selama penulis berada di Departemen
Matematika.

vii
8. Keluarga penulis, terutama mama, papa, dan adik-adik penulis, yang selalu mem-
berikan motivasi agar bisa menyelesaikan tugas akhir ini tepat waktu. Terima kasih
atas berbagai dukungan yang telah diberikan selama ini.

9. Bimbim, yang menemani penulis sejak semester 1 sampai sekarang. Terima


kasih karena selalu memberikan support dan motivasi kepada penulis, selalu sabar
mendengarkan keluhan-keluhan dalam menjalani perkuliahan dan proses pembu-
atan tugas akhir ini. Terima kasih juga selalu ada dalam masa-masa sulit dan masa-
masa menyenangkan selama perkuliahan.

10. Anom, Memet, Lidya, Vero, dan Yumna, selaku peer group penulis yang selalu
memberikan hiburan, memberi motivasi, memberi saran dan masukkan terhadap
banyak hal, dan menemani masa perkuliahan penulis di Departemen Matematika
dari awal hingga sekarang.

11. Axcel selaku teman penulis sejak SMP yang selalu memotivasi penulis dan mem-
berikan dukungan kepada penulis.

12. Savita, Nikita, Jeplind dan Heru selaku teman penulis sejak SMA yang sangat
banyak memberikan dukungan kepada penulis.

13. Afifan dan Nanda yang sangat membantu perkuliahan penulis dari semester awal
hingga sekarang. Robbi, Andi, Pradit, Anas, Naufal, Chaca, Andin, Icha dan Anis
sebagai teman dekat penulis. Agnes selaku saudara asuh penulis.

14. Seluruh teman-teman D15CRETE lainnya yang belum disebutkan diatas, selaku te-
man seangkatan penulis sejak memulai masa perkuliahan penulis hingga sekarang.

15. Kakak-kakak MAT12ICES, ALG13BRA, VAR14BLE dan adik-adik S16MA, IN-


FIN17E, dan INDIVIS18LE.

16. Seluruh pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan bantuan dan
dukungan kepada penulis.

Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Se-
moga tugas akhir ini dapat mendorong perkembangan di bidang ilmu Aktuaria, khususnya
mengenai dana pensiun.

Depok,
I Gusti Agung Kartika Shanti

viii
Halaman ini sengaja dikosongkan.
ABSTRAK

Nama : I Gusti Agung Kartika Shanti


Program Studi : Matematika
Judul : Metode Entry Age Normal untuk Pendanaan Program Pen-
siun Manfaat Pasti
Pembimbing : 1. Mila Novita S.Si., M.Si.
2. Sindy Devila S.Si., M.Si.

Ketika seorang pegawai telah mencapai usia pensiun normal, pegawai tersebut tidak lagi
bekerja sehingga tidak mendapatkan upah. Dengan mengikuti program asuransi dana
pensiun, pegawai tersebut akan mendapatkan dua jenis manfaat yaitu manfaat normal dan
manfaat tambahan. Besarnya manfaat yang akan didapatkan oleh peserta asuransi dana
pensiun dapat dihitung menggunakan penghitungan aktuaria untuk program asuransi dana
pensiun manfaat pasti. Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai penghitungan aktu-
aria dengan sistem proyeksi yaitu metode entry age normal. Pertama-tama, ditentukan
terlebih dahulu manfaat yang akan diterima oleh peserta asuransi, lalu akan ditentukan
preminya. Setelah besar manfaat dan premi dihitung, selanjutnya akan dihitung kewa-
jiban aktuarianya. Data untuk ilustrasi tugas akhir ini menggunakan gaji pegawai negeri
sipil.

Kata kunci:
Kewajiban Aktuaria, Manfaat Normal, Manfaat Tambahan, Metode Entry Age Normal,
Premi atau Iuran Normal

xi Universitas Indonesia
Halaman ini sengaja dikosongkan.
ABSTRACT

Name : I Gusti Agung Kartika Shanti


Program : Mathematics
Title : Entry Age Normal Method for Defined Benefit Pension Funding
Counsellor : 1. Mila Novita S.Si., M.Si.
2. Sindy Devila S.Si., M.Si.

Employees will reach their normal retirement age and no longer be able to work and not
get paid. To make sure they can still fulfill their needs, they can join pension fund and get
benefit when they are retire. There are two kind of benefit they will get, normal benefit and
ancillary benefit. The amount of money they will earn can be count with actuarial cost
method for defined benefit pension funding. In this thesis, the concern is about one of
projected benefit cost method which is entry age normal method. First, the benefit and the
present value of those benefits will be count. Next normal cost and the actuarial liability
will be count. The data for this thesis is using salaries of civil servant in Indonesia.

Keywords:
Actuarial Liability, Ancillary Benefit, Entry Age Normal Method, Normal Benefit, Pre-
mium or Normal Cost

xiii Universitas Indonesia


Halaman ini sengaja dikosongkan.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii

HALAMAN PENGESAHAN v

KATA PENGANTAR vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ix

ABSTRAK xi

ABSTRACT xiii

DAFTAR ISI xv

DAFTAR TABEL xix

DAFTAR GAMBAR xxi

1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Rumusan Permasalahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.3 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.4 Metodologi Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.5 Batasan Permasalahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

2 LANDASAN TEORI 7
2.1 Tingkat Suku Bunga dan Faktor Diskonto . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.1.1 Tingkat Suku Bunga Efektif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.1.2 Faktor Diskonto . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.2 Variabel Acak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.3 Variabel Acak pada Usia Kematian (Age at Death) . . . . . . . . . . . . 9
2.3.1 Fungsi Distribusi Kumulatif dari Variabel Acak X . . . . . . . . . 10
2.3.2 Fungsi Survival dari Variabel Acak X . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.4 Variabel Acak Waktu Hingga Kematian (Time to Death) . . . . . . . . . . 10
2.4.1 Fungsi Survival dari Variabel Acak Tx . . . . . . . . . . . . . . . 11

xv Universitas Indonesia
2.4.2 Fungsi Distribusi Kumulatif dari Variabel Acak Tx . . . . . . . . 11
2.5 Tabel Mortalitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.6 Teori Anuitas Hidup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.6.1 Pure Endowment . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.6.2 Anuitas Seumur Hidup (Whole Life Annuity) . . . . . . . . . . . 13
2.6.3 Anuitas Hidup Berjangka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.6.4 Anuitas Hidup dengan Pembayaran n-kali dalam Setahun . . . . 16
2.7 Asumsi-asumsi Aktuaria . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
2.7.1 Asumsi Penurunan (Decrement Assumption) . . . . . . . . . . . 17
2.7.2 Asumsi Gaji (Salary Assumption) . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
2.7.3 Asumsi Bunga (Interest Assumption) . . . . . . . . . . . . . . . 25
2.8 Fungsi-fungsi Dasar Program Pensiun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
2.8.1 Fungsi Composite Survival . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
2.8.2 Fungsi Gaji . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
2.8.3 Fungsi Benefit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

3 METODE ENTRY AGE NORMAL UNTUK PENGHITUNGAN PROGRAM


PENSIUN MANFAAT PASTI 29
3.1 Nilai Sekarang Manfaat yang Akan Datang (Present Value of Future Ben-
efit / PVFB) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
3.1.1 Nilai Sekarang Manfaat Normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
3.1.2 Nilai Sekarang Manfaat Tambahan (Ancillary Benefit) . . . . . . 30
3.1.2.1 Nilai Sekarang Manfaat Meninggal atau Manfaat Jan-
da/Duda (Spouse Benefit) . . . . . . . . . . . . . . . . 31
3.1.2.2 Nilai Sekarang Manfaat Keluar atau Manfaat Diper-
cepat (Withdrawal Termination atau Vested Benefit) . . 33
3.1.2.3 Nilai Sekarang Manfaat Cacat (Disability Benefit) . . . 37
3.2 Iuran Normal (Normal Cost) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
3.2.1 Iuran Normal untuk Manfaat Normal . . . . . . . . . . . . . . . 40
3.2.2 Iuran Normal untuk Manfaat Tambahan . . . . . . . . . . . . . . 41
3.2.2.1 Iuran Normal untuk Manfaat Meninggal atau Manfaat
Janda/Duda (Spouse Benefit) . . . . . . . . . . . . . . 42
3.2.2.2 Iuran Normal untuk Manfaat Keluar atau Manfaat
Dipercepat (Withdrawal Termination atau Vested Benefit) 43
3.2.2.3 Iuran Normal untuk Manfaat Cacat (Disability Benefit) 44
3.3 Kewajiban Aktuaria . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45

xvi Universitas Indonesia


3.3.1 Kewajiban Aktuaria untuk Manfaat Normal . . . . . . . . . . . . 46
3.3.2 Kewajiban Aktuaria untuk Manfaat Tambahan . . . . . . . . . . 47
3.3.2.1 Kewajiban Aktuaria untuk Manfaat Meninggal atau
Manfaat Janda/Duda (Spouse Benefit) . . . . . . . . . . 47
3.3.2.2 Kewajiban Aktuaria untuk Manfaat Keluar atau Man-
faat Dipercepat (Withdrawal Termination atau Vested
Benefit) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
3.3.2.3 Kewajiban Aktuaria untuk Manfaat Cacat (Disability
Benefit) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48

4 ILUSTRASI PENGHITUNGAN 49
4.1 Deskripsi Data untuk Ilustrasi Program Asuransi Dana Pensiun . . . . . . 49
4.2 Penghitungan Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
4.2.1 Penghitungan Nilai Sekarang Manfaat Normal . . . . . . . . . . 50
4.2.2 Penghitungan Nilai Sekarang Manfaat Tambahan . . . . . . . . . 50
4.2.2.1 Penghitungan Nilai Sekarang Manfaat Meninggal . . . 51
4.2.2.2 Penghitungan Nilai Sekarang Manfaat Keluar . . . . . 51
4.2.2.3 Penghitungan Nilai Sekarang Manfaat Cacat . . . . . . 52
4.3 Penghitungan Pembayaran Iuran Normal atau Premi . . . . . . . . . . . . 52
4.3.1 Penghitungan Premi untuk Manfaat Normal . . . . . . . . . . . . 53
4.3.2 Penghitungan Premi untuk Manfaat Normal dan Manfaat Meninggal 53
4.3.3 Penghitungan Premi untuk Manfaat Normal dan Manfaat Keluar . 54
4.3.4 Penghitungan Premi untuk Manfaat Normal dan Manfaat Cacat . 55
4.4 Penghitungan Kewajiban Aktuaria . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56

5 PENUTUP 59
5.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
5.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59

DAFTAR PUSTAKA 61

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 63

Lampiran 1 65

xvii Universitas Indonesia


Halaman ini sengaja dikosongkan.
DAFTAR TABEL

4.1 Tabel Penghitungan Kewajiban Aktuaria . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57

5.1 Tabel GAM 1971 sampai Usia 58 Tahun (Bagian 1) . . . . . . . . . . . . 65


5.2 Tabel GAM 1971 sampai Usia 58 Tahun (Bagian 2) . . . . . . . . . . . . 66
5.3 Konversi Tabel GAM 1971 untuk x = 28 . . . . . . . . . . . . . . . . . 67
5.4 Tabel Hasil Penghitungan untuk e = 28 (Bagian 1) . . . . . . . . . . . . 68
5.5 Tabel Hasil Penghitungan untuk e = 28 (Bagian 2) . . . . . . . . . . . . 69

xix Universitas Indonesia


Halaman ini sengaja dikosongkan.
DAFTAR GAMBAR

3.1 Ilustrasi Manfaat Normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31


3.2 Ilustrasi Manfaat Meninggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
3.3 Ilustrasi Manfaat Keluar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
3.4 Ilustrasi Manfaat Cacat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38

xxi Universitas Indonesia


Halaman ini sengaja dikosongkan.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seseorang harus bekerja agar mendapatkan gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup-
nya. Namun, seiring bertambahnya usia produktivitas seseorang akan menurun. Seorang
pegawai atau karyawan memiliki batasan usia untuk bekerja atau dapat kita sebut sebagai
usia pensiun normal (normal retirement age). Kebijakan tiap perusahaan untuk batasan
usia pensiun normal berbeda-beda. Sebagai contoh, jika mengarah ke Peraturan Pemerin-
tah Nomor 11 Tahun 2017 tentang manajemen pegawai negeri sipil, usia pensiun normal
pegawai negeri sipil untuk pejabat administrasi adalah 58 tahun. Ketika seorang pegawai
sudah memasuki usia pensiun, mereka sudah tidak lagi menerima gaji sehingga tidak
mendapatkan pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Seorang pegawai dapat mengantisipasi hal tersebut dengan cara merencanakan tabun-
gan hari tua agar tetap memiliki dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya meski sudah
tidak bekerja. Namun dalam praktiknya, seringkali tabungan tersebut tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup seseorang, bahkan banyak orang tidak memikirkan tentang
kebutuhan hidupnya di hari tua. Banyak faktor yang dapat menyebabkan tabungan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan di hari tua, beberapa diantaranya adalah penghitun-
gan yang salah, sifat konsumerisme seseorang yang dapat berubah, perubahan barang dan
jasa, laju inflasi yang memengaruhi bunga, dan lain-lain. Oleh karena itu, dibutuhkan
perencanaan yang matang untuk tabungan di hari tua.
Salah satu cara agar pada hari tua seluruh kebutuhan hidup kita tetap terpenuhi adalah
dengan mengikuti program asuransi dana pensiun. Manfaat yang didapatkan dengan
mengikuti program ini adalah pembayaran berkala yang diberikan kepada peserta pro-
gram asuransi setelah mencapai usia pensiun normal atau kondisi-kondisi tertentu. Menu-
rut Aitken (1996), manfaat pensiun dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

1. Manfaat pensiun normal, yaitu manfaat pensiun bagi peserta yang mulai dibayarkan
ketika peserta pensiun sudah mencapai usia pensiun normal.

2. Manfaat pensiun meninggal, yaitu manfaat pensiun yang diberikan bagi peserta
yang meninggal sebelum mencapai usia pensiun normal.

3. Manfaat pensiun keluar, yaitu manfaat pensiun yang diberikan bagi peserta yang
keluar dari perusahaan sebelum mencapai usia pensiun normal.

1 Universitas Indonesia
2

4. Manfaat pensiun cacat, yaitu manfaat pensiun yang diberikan bagi peserta yang
dinyatakan cacat oleh dokter yang ditunjuk oleh tempat pemberi kerja, apabila cacat
tersebut terjadi selama masa kerja dan sebelum usia pensiun normal.
Manfaat pensiun normal didapatkan saat seseorang mencapai usia pensiun normal, namun
manfaat lainnya didapatkan dalam kondisi tertentu. Manfaat selain dari manfaat normal
kita sebut sebagai ancillary benefit atau manfaat tambahan.
Manfaat-manfaat di atas didapatkan dari mengikuti program asuransi dana pensiun.
Namun untuk mendapatkan manfaat tersebut, peserta asuransi harus membayar sejumlah
dana secara berkala selama rentang waktu tertentu yang disebut sebagai premi atau iuran
normal. Manfaat dana pensiun akan diberikan oleh lembaga yang diberikan hak menurut
UU Nomor 11 tahun 1992, yaitu: Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPKK) dan Dana Pen-
siun Lembaga Keuangan (DPLK). DPKK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang
atau badan yang mempekerjakan karyawan, sedangkan DPLK adalah dana pensiun yang
dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa. Besarnya manfaat yang akan didap-
atkan oleh peserta asuransi juga tergantung dari jenis program asuransi dana pensiun yang
diikutinya.
Program asuransi dana pensiun diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut Pengantar
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 24, yaitu:
1. Program pensiun iuran pasti yaitu program pensiun yang iurannya sudah ditetapkan
dalam peraturan dana pensiun, sehingga manfaat yang didapatkan tergantung dari
iuran yang telah ditetapkan.

2. Program pensiun manfaat pasti yaitu program pensiun yang manfaatnya sudah dite-
tapkan terlebih dahulu dalam peraturan dana pensiun, sehingga preminya akan
menyesuaikan dengan manfaat yang telah ditetapkan.
Iuran atau manfaat yang diterima akan bergantung pada jenis program pensiun yang
diikuti. Peserta asuransi dana pensiun dapat memilih untuk mengikuti program pensiun
manfaat pasti atau iuran pasti. Pada umumnya, peserta asuransi akan lebih memilih pro-
gram pensiun manfaat pasti karena lebih menguntungkan dan minim risiko. Sedangkan
program pensiun iuran pasti lebih berisiko karena apabila aset atau investasi peserta men-
galami kerugian, hal ini akan mempengaruhi manfaat yang diterima dikemudian hari.
Penghitungan iuran maupun manfaat dari suatu program asuransi dana pensiun harus
diperhitungkan dengan baik oleh suatu lembaga atau perusahaan yang mengadakan
program asuransi. Dalam penghitungannya, harus dipertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi seperti kenaikan harga barang dan jasa, inflasi dan pe-
rubahan suku bunga. Perusahaan juga harus memastikan pada saat tanggal jatuh tempo,

Universitas Indonesia
3

iuran dari peserta asuransi mencukupi manfaat yang dijanjikan. Pendanaan dalam suatu
program asuransi dana pensiun merupakan hal yang sangat penting, agar dalam prak-
tiknya perusahaan asuransi maupun peserta asuransi merasa sama-sama diuntungkan.
Pendanaan program asuransi dana pensiun berbeda untuk program pensiun iuran pasti
dan manfaat pasti. Menurut Wahab (2001) pendanaan program asuransi dana pensiun
iuran pasti dapat dihitung menggunakan metode pendanaan atau funding method, sedan-
gkan untuk program asuransi dana pensiun manfaat pasti dihitung menggunakan metode
pendanaan aktuaria atau actuarial cost method. Pendanaan aktuaria adalah suatu metode
perhitungan yang digunakan untuk menetapkan besarnya nilai sekarang manfaat pensiun
pada suatu periode tertentu dari suatu program pensiun manfaat pasti. Metode pendanaan
aktuaria dibagi menjadi dua kategori menurut SPA-DP (Standar Praktik Aktuaria Dana
Pensiun) Nomor 3.01 tentang Metode Penghitungan Aktuaria dan Asumsi Ekonomis Ak-
tuaria, yaitu:

1. Metode pendanaan dengan sistem akumulasi (accrued benefit cost method) yaitu
metode penghitungan aktuaria yang mengakumulasikan iuran normal sebagai
banyaknya manfaat yang akan diterima pada waktu yang telah ditentukan oleh pe-
serta asuransi dana pensiun.

2. Metode pendanaan dengan sistem proyeksi (projected benefit cost method) yaitu
metode penghitungan aktuaria yang menujukkan nilai sekarang dari manfaat pen-
siun yang akan datang atau present value of future benefit.

Penghitungan pendanaan aktuaria meliputi iuran normal dan kewajiban aktuaria (actuar-
ial liability), dimana kewajiban aktuaria adalah besarnya dana pensiun yang seharusnya
sudah terkumpul untuk pembayaran manfaat pensiun yang akan datang. Jenis metode
pendanaan aktuaria dengan sistem proyeksi dibagi menjadi tiga, yaitu metode attained
age normal, metode aggregate dan metode entry age normal.
Metode attained age normal merupakan metode yang jarang digunakan karena pe-
makaiannya lebih tepat untuk kasus multiple decrement. Kasus multiple decrement adalah
kasus dimana penyebab seseorang yang mengikuti program pensiun keluar karena sudah
mencapai usia pensiun normal (normal retirement age), meninggal, atau keluar dari suatu
program asuransi lebih dari satu.
Metode aggregate cost merupakan metode yang penghitungannya berdasarkan pen-
gelompokan dengan persamaan karakteristik tertentu yaitu tingkat iuran normalnya atau
premi yang harus dibayar tergantung pada tingkat pendanaan kewajiban aktuaria pada
waktu tertentu. Dalam penerapannya, nilai manfaat seluruh peserta program pensiun

Universitas Indonesia
4

berdasarkan jasa yang lalu sampai dengan suatu waktu tertentu dianggap sebagai satu
kesatuan, bukan dilihat secara individual. Sehingga metode aggregate kurang cocok di-
gunakan untuk perseorangan.
Metode entry age normal adalah salah satu metode yang baik dan sering digunakan
untuk penghitungan pendanaan aktuaria dalam program asuransi dana pensiun menurut
SPA-DP Nomor 3.01. Metode ini penghitungannya dilihat dari asumsi usia peserta saat
pertama kali masuk kerja atau usia saat pertama kali mengikuti program pensiun sampai
usia pensiun normal, keluar, cacat atau meninggal. Pada dasarnya, nilai sekarang manfaat
pensiun yang akan datang akan sama dengan nilai iuran normal yang dibayarkan sejak
usia masuk hingga usia keluar.
Beberapa tulisan telah membahas mengenai metode untuk mencari manfaat normal
dari program asuransi dana pensiun. Salah satunya adalah pendanaan program pensiun
dengan metode projected unit credit oleh Nala Rita (2007) yang membahas mengenai
premi, kewajiban aktuaria dan manfaat. Metode yang digunakan dalam penelitian terse-
but adalah metode pendanaan aktuaria projected unit credit. Selain itu, telah dibahas men-
genai pendanaan program pensiun dengan metode pembebanan agregat oleh Handayani
(1995). Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai program pensiun manfaat normal
dan manfaat tambahan (ancillary benefit) pada program pensiun manfaat pasti dengan
pendanaan aktuaria yang dihitung menggunakan metode entry age normal.

1.2 Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana pendefinisian dan penghitungan program asuransi dana pensiun man-


faat normal dan manfaat tambahan pada program asuransi manfaat pasti dengan
pendanaan aktuaria sistem proyeksi entry age normal?

2. Bagaimana penerapan dari metode entry age normal dalam menentukan premi, ke-
wajiban aktuaria dan manfaat yang akan didapatkan peserta program asuransi dana
pensiun?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menjabarkan definisi dan penghitungan program asuransi dana pensiun manfaat


normal dan manfaat tambahan pada program asuransi manfaat pasti dengan pen-
danaan aktuaria sistem proyeksi entry age normal.

2. Menerapkan metode entry age normal untuk menentukan premi, kewajiban aktuaria
dan manfaat yang akan didapatkan peserta program dana pensiun.

Universitas Indonesia
5

1.4 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, yaitu dengan men-
cari dan mempelajari sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan program asuransi
dana pensiun.

1.5 Batasan Permasalahan

1. Tingkat bunga sama setiap tahunnya tidak dipengaruhi inflasi.


2. Kenaikan gaji karyawan diasumsikan sebesar 2% setiap 2 tahun.
3. Penghitungan program asuransi dana pensiun dalam tugas akhir ini dilakukan per
tahun.

Universitas Indonesia
Halaman ini sengaja dikosongkan.
BAB 2
LANDASAN TEORI

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai program asuransi dana pensiun manfaat
pasti dengan metode entry age normal, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai konsep-
konsep dasar yang digunakan. Konsep-konsep dasar dalam bab ini akan membantu
penghitungan pada bab selanjutnya. Pada bab ini, pertama-tama akan dibahas mengenai
definsi dari tingkat suku bunga dan faktor diskonto. Lalu, akan dibahas mengenai beber-
apa teori dalam aktuaria yaitu variabel acak usia saat kematian (age at death) dan variabel
acak waktu hingga kematian (time to death). Setelahnya akan dijelaskan mengenai tabel
mortalitas, lalu beberapa teori anuitas hidup (life annuity), yaitu pure endowment, anu-
itas seumur hidup, anuitas hidup berjangka, anuitas hidup tertunda, dan anuitas hidup
dengan pembayaran n-kali dalam setahun. Dilanjutkan dengan pembahasan mengenai
asumsi-asumsi aktuaria yang meliputi asumsi penurunan (decrement assumption), asumsi
gaji (salary assumption), dan asumsi suku bunga (interest assumption). Lalu yang ter-
akhir akan dibahas mengenai fungsi dasar dari program pensiun, yaitu fungsi composite
survival, fungsi gaji, dan fungsi benefit.

2.1 Tingkat Suku Bunga dan Faktor Diskonto

Bunga dapat diukur menggunakan besar bunga dan tingkat suku bunga. Pada
dasarnya, bunga adalah kompensasi yang diberikan oleh peminjam kepada seseorang
yang meminjamkan uang. Besar bunga dapat diukur dari jumlah atau besarnya uang kom-
pensasi yang diberikan kepada peminjam oleh seseorang yang meminjam uang. Sedan-
gkan tingkat suku bunga adalah pengukuran besar bunga yang dinyatakan dalam bentuk
presentase, yaitu dengan membandingkan besar uang yang diperoleh sebagai kompensasi
dengan besar uang yang dipinjamkan.
Sebagai contoh, misalkan A merupakan nasabah di sebuah bank. A menabung di bank
tersebut sebesar Rp100.000, 00. Misalkan dalam sebulan A kembali mengecek rekening
banknya, dan melihat uang yang ada dalam rekeningnya menjadi Rp105.000, 00. Besar
bunga yang diperoleh oleh A Rp5.000, 00 atau jika dinyatakan dalam tingkat suku bunga,
Rp5.000,00
besarnya adalah Rp100.000,00
x100% = 5%.

2.1.1 Tingkat Suku Bunga Efektif

Sebelum membahas mengenai tingkat suku bunga efektif, diperlukan konsep dasar
yaitu tingkat suku bunga majemuk. Secarra umum, tingkat suku bunga majemuk meng-

7 Universitas Indonesia
8

gunakan konsep fungsi akumulasi (accumulated function), dinyatakan sebagai a(t), yang
merupakan nilai akumulasi pada waktu t ≥ 0, dari sebuah unit uang yang diinvestasikan
pada waktu t = 0. Dalam tingkat suku bunga majemuk, fungsi akumulasi memiliki ben-
tuk eksponensial sebagai berikut:

a(t) = (1 + i)t , untuk t ≥ 0

(Kellison, Stephen G., 2009)

Dimana i merupakan tingkat suku bunga efektif. Sebagai contohnya, misalkan nilai awal
a(0) = 1, maka pada akhir periode pertama diperoleh bunga sebesar i sehingga a(1) =
1 + i. Bunga sebesar i yang telah didapatkan selama tahun pertama akan diinvestasikan
kembali bersama dengan nilai awal 1 sehingga pada akhir tahun kedua akan diperolah
bunga sebesar i(1 + i). Proses ini akan dilanjutkan sehingga didapatkan hubungan seperti
pada persamaan (2.1).
Pada interval waktu ke-n, yaitu dari t = n − 1 hingga t = n, tingkat suku bunga
efektif (effective rate of interest) didefinisikan sebagai berikut:

a(n) − a(n − 1) (1 + i)n − (1 + i)n−1


in = = =i
a(n) (1 + i)n

(Kellison, Stephen G., 2009)

Dalam tingkat suku bunga majemuk, tingkat suku bunga efektif bernilai konstan pada
setiap periode waktu.

2.1.2 Faktor Diskonto

Pada penjelasan sebelumnya mengenai tingkat bunga efektif, bila dimisalkan t = 1,


nilai akumulasi akan bernilai 1 + i pada akhir periode pertama. Apabila nilai investasi di
awal adalah sebesar 1, maka nilai akumulasi pada akhir periode pertama adalah sebesar
1 + i.
Dalam prakteknya, seringkali diketahui nilai akumulasi pada akhir periode. Misalkan
pada akhir periode pertama nilai akumulasi bernilai 1, akan ditentukan berapak nilai in-
vestasi awal yang diperlukan. Nilai ini sering disebut faktor diskonto, dinotasikan dengan
v, dengan rumus sebagai berikut:
1
v=
1+i
(Kellison, Stephen G., 2009)

Universitas Indonesia
9

Faktor diskonto biasanya digunakan untuk menentukan nilai sekarang (present value) dari
suatu nilai akumulasi pada waktu tertentu.

2.2 Variabel Acak

Pada dasarnya, kejadian di masa depan merupakan sebuah ketidakpastian. Model


aktuaria merupakan salah satu representasi dari ketidakpastian tersebut. Ketidakpastian
dalam hal ini dapat berupa waktu, kejadian, maupun jumlah pembayaran yang harus di-
lakukan. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai variabel acak itu sendiri, perlu dike-
tahui definisi-definisi berikut yang diambil dari Klungman et al. (2012).
• Fenomena adalah kejadian yang dapat diobservasi.
• Sebuah eksperimen merupakan sebuah observasi dari sebuah fenomena di bawah
kondisi tertentu.
• Hasil dari sebuah eksperimen dinyatakan sebagai outcome.
• Sebuah kejadian merupakan himpunan dari satu atau lebih outcome yang mungkin
terjadi.
• Probabilitas merupakan sebuah ukuran dari kemungkinan terjadinya suatu kejadian
yang diukur dari skala 0 sampai 1.
• Sebuah variabel acak merupakan sebuah fungsi yang memetakan setiap kemungki-
nan hasil/outcome dalam bentuk sebuah nilai numerik.
Menurut Hogg & Craig (1995), definisi dari variabel acak: Misalkan terdapat sebuah
eksperimen acak dengan ruang sampel C . Sebuah fungsi X, yang memetakan setiap
elemen c ∈ C kepada satu dan hanya satu bilangan real X(c) = x, dinyatakan sebagai
sebuah variabel acak. Ruang dari X merupakan himpunan bilangan real A = {x : x =
X(c), c ∈ C }.
Peristiwa-peristiwa dalam ilmu aktuaria dapat diekspresikan dengan variabel acak,
oleh karena itu diperlukan penggunaan probabilitas dan statistika matematika untuk men-
ganalisa model-modelnya. Pada subbab berikut akan dijelaskan mengenai variabel acak
pada usia kematian dan variabel acak hingga waktu kematian.

2.3 Variabel Acak pada Usia Kematian (Age at Death)

Misalkan X menyatakan variabel acak usia meninggalnya seseorang. Diasumsikan


orang tersebut sudah ada atau lahir sejak usia 0, maka domain dari variabel acak X adalah
X > 0. X dinyatakan sebagai variabel acak pada saat kematian atau usia saat kematian
(age at death).

Universitas Indonesia
10

2.3.1 Fungsi Distribusi Kumulatif dari Variabel Acak X

Fungsi distribusi kumulatif atau CDF dari variabel acak X dinotasikan dengan FX (x)
dan didefinisikan sebagai:

FX (x) = P r(X ≤ x), x ≥ 0.

dimana diasumsikan FX (0) = 0. FX (x) menyatakan probabilitas terjadinya kematian


sebelum atau tepat pada usia x untuk seseorang yang sudah ada sejak usia 0. Dalam
notasi aktuaria, probabilitas ini dinotasikan dengan x q0 , sehingga didapatkan:

x q0 = FX (x) = P r(X ≤ x).

2.3.2 Fungsi Survival dari Variabel Acak X

Fungsi survival dari variabel acak X dinotasikan dengan SX (x) dan didefinisikan
sebagai:
SX (x) = 1 − FX (x) = P r(X > x), x ≥ 0.

dimana berdasarkan asumsi pada FX (0) maka berlaku SX (0) = 1. SX (x) menyatakan
probabilitas usia kematian seseorang melebihi x, yakni probabilitas seseorang yang sudah
ada sejak usia 0 akan survive atau masih hidup hingga usia x. Dalam notasi aktuaria,
probabilitas ini dinotasikan dengan x p0 , sehingga didapatkan:

x p0 = SX (x) = P r(X > x)

(Cunningham, Herzog & London., 2006)

2.4 Variabel Acak Waktu Hingga Kematian (Time to Death)

Pada subbab ini, akan dilihat kasus dimana seseorang diketahui telah survive atau
bertahan hidup hingga usia x, dimana x > 0, dan ingin diketahui variabel acak mengenai
sisa waktu kemungkinan orang tersebut survive setelah usia x. Didefinisikan variabel
acak Tx sebagai variabel acak waktu hingga kematian (time to death) dari seseorang yang
saat ini berusia x. Dari definisi ini didapatkan bahwa seseorang yang saat ini berusia x
masih memiliki sisa waktu survive selama Tx , sehingga Tx dapat juga dinyatakan sebagai
variabel acak untuk masa hidup (future lifetime) dari seseorang yang berusia x. Maka,
usia kematian yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya dari orang tersebut adalah
X = Tx + x.

Universitas Indonesia
11

2.4.1 Fungsi Survival dari Variabel Acak Tx

Fungsi survival dari variabel acak Tx dapat dinotasikan sebagai STx (t) menggunakan
notasi standar probabilitas. Dalam notasi aktuaria dapat dituliskan menjadi t px , dimana
notasi ini menyatakan probabilitas seseorang berusia x akan bertahan hidup sampai usia
x + t. Maka akan didapatkan:

t px = STx (t) = P r(Tx > t)


= P r(X > x + t|X > x)
SX (x + t)
=
SX (x)

2.4.2 Fungsi Distribusi Kumulatif dari Variabel Acak Tx

Fungsi distribusi kumulatif atau CDF dari variabel acak Tx dinotasikan dengan FTx (t)
menggunakan notasi standar probabilitas. Dalam notasi aktuaria dapat dituliskan menjadi
t qx , dimana notasi ini menyatakan probabilitas seseorang berusia x akan mengalami ke-
matian sebelum atau pada saat usia x + t. Maka akan didapatkan:

t qx = FTx (t) = P r(Tx t)


= P r(X ≤ x + t|X > x)
= 1 − P r(X > x + t|X > x)
SX (x + t)
=1−
SX (x)

2.5 Tabel Mortalitas

Sebelum masuk ke teori mengenai anuitas hidup, akan dijelaskan terlebih dahulu
mengenai tabel mortalitas yang akan dipakai dalam penghitungan anuitas hidup. Menu-
rut Bowers, Gerber & Hickman (1997), tabel mortalitas merupakan suatu tabel yang
berisikan beberapa informasi mengenai kependudukan dalam suatu wilayah, antara lain:

1. Jumlah individu yang hidup berumur x tahun disimbolkan dengan lx

2. Jumlah individu yang meninggal diantara umur x sampai x + n tahun disimbolkan


dengan n dx

3. Probabilitas seorang individu bertahan hidup diantara umur x sampai x + n tahun

Universitas Indonesia
12

disimbolkan dengan n px , dapat juga didefinisikan sebagai berikut:

lx+n
n px =
lx

4. Tingkat mortalitas atau probabilitas seorang individu meninggal dalam rentang usia
x sampai x + n tahun disimbolkan dengan n qx , dapat juga didefinisikan sebagai
berikut:

n dx lx − lx+n
n qx = =
lx lx
lx lx+n
= −
lx lx
= 1 − n px

2.6 Teori Anuitas Hidup

Anuitas hidup adalah rangkaian pembayaran yang akan diberikan kepada seseorang
selama ia masih hidup. Beberapa teori anuitas hidup yang berhubungan dengan tugas
akhir ini adalah pure endowment, anuitas seumur hidup, anuitas hidup berjangka, anuitas
hidup tertunda dan anuitas hidup dengan pembayaran n-kali setahun.

2.6.1 Pure Endowment

Pure endowment adalah suatu kontrak asuransi jiwa dimana jika pemegang polis tetap
hidup mulai dari kontrak dibuat sampai dengan jangka waktu tertentu, maka pemegang
polis atau peserta asuransi akan menerima sejumlah uang pertanggungan. Jika n Ex adalah
nilai ekspektasi dari present value benefit sebesar 1 pada tahun ke-n bagi seseorang yang
berusia x tahun, dimana x tetap hidup sampai usia x + n tahun, maka:

lx+n
n Ex = v n n px = v n (2.1)
lx

dengan,
• v n adalah faktor diskonto pada waktu n
• n px adalah probabilitas seseorang bertahan hidup dari usia x sampai x + n
• lx+n adalah banyaknya individu yang bertahan hidup pada usia x + n
• lx adalah banyaknya individu yang bertahan hidup pada usia x
Untuk menyederhanakan perhitungan, dapat digunakan notasi komutasi sebagai

Universitas Indonesia
13

berikut:
Dx = v x lx (2.2)

dan
w−x−1
X
Nx = Dx+t (2.3)
t=0

Dimana w merupakan limiting age, yaitu asumsi usia maksimum seseorang. Maka, n Ex
dapat dituliskan menjadi:

lx+n
n Ex = vn
lx
x
lx+n v
= vn
lx v x
v x+n lx+n
=
v x lx
Dx+n
=
Dx
Dx+n
Dengan arti dari notasi komutasi Dx
adalah present value dari benefit sebesar 1 yang
akan dibayarkan ketika individu berusia x masih hidup hingga n-tahun.

(Futami, Takashi., 1963)

2.6.2 Anuitas Seumur Hidup (Whole Life Annuity)

Anuitas seumur hidup adalah anuitas yang pembayarannya dilakukan selama tertang-
gung masih hidup. Pembayaran dapat dilakukan pada awal maupun akhir tahun.
Anuitas sebesar 1 yang pembayarannya dilakukan di akhir tahun, nilai sekarang anu-

Universitas Indonesia
14

itasnya dinotasikan dengan:

ax = vpx + v 2 2 px + ... + v w−x−1 w−x−1 px


lx+1 lx+2 lw−1
=v + v2 + ... + v w−x−1
lx lx lx
lx+1 lx+2 lw−1 vx
= [v + v2 + ... + v w−x−1 ]× x
lx lx lx v
x+1 x+2 w−1
v lx+1 v lx+2 v lw−1
= x
+ x
+ ... + x (2.4)
v lx v lx v lx
x+1 x+2 w−1
v lx+1 v lx+2 v lw−1
= + + ... +
Dx Dx Dx
Dx+1 + Dx+2 + ... + Dw−1
=
Dx
Nx+1
=
Dx
Nx+1
Dengan notasi komutasi Dx
yang artinya pembayaran sebesar 1 di akhir tahun yang
dilakukan selama peserta asuransi dana pensiun masih hidup.
Sedangkan anuitas seumur hidup yang pembayarannya dilakukan di awal tahun nilai
sekarang anuitasnya dinotasikan dengan:

äx = 1 + vpx + v 2 2 px + ... + v w−x−1 w−x−1 px


lx+1 lx+2 lw−1
=1+v + v2 + ... + v w−x−1
lx lx lx
lx+1 lx+2 lw−1 vx
= [1 + v + v2 + ... + v w−x−1 ]× x
lx lx lx v
v x lx v x+1 lx+1 v x+2 lx+2 v w−1 lw−1
= x + + + ... + (2.5)
v lx v x lx v x lx v x lx
x x+1 x+2 w−1
v lx v lx+1 v lx+2 v lw−1
= + + + ... +
Dx Dx Dx Dx
Dx + Dx+1 + Dx+2 + ... + Dw−1
=
Dx
Nx
=
Dx
Nx
Dengan notasi komutasi Dx
artinya pembayaran sebesar 1 di awal tahun yang dilakukan
selama peserta asuransi dana pensiun masih hidup.

(Futami, Takashi., 1963)

Universitas Indonesia
15

2.6.3 Anuitas Hidup Berjangka

Anuitas hidup berjangka adalah anuitas hidup dengan pembayaran yang dilakukan
selama jangka waktu tertentu yaitu selama n-tahun. Pembayaran akan dilakukan selama
peserta asuransi tersebut masih hidup dalam jangka waktu tersebut.
Anuitas hidup berjangka n-tahun yang pembayarannya dilakukan di akhir tahun nilai
sekarang anuitasnya dinotasikan dengan:

ax:n = vpx + v 2 2 px + ... + v n n px


lx+1 lx+2 lx+n
=v + v2 + ... + v n
lx lx lx
lx+1 lx+2 lx+n vx
= [v + v2 + ... + v n ]× x
lx lx lx v
v x+1 lx+1 v x+2 lx+2 v x+n lx+n
= + + ... + (2.6)
v x lx v x lx v x lx
x+1 x+2 x+n
v lx+1 v lx+2 v lx+n
= + + ... +
Dx Dx Dx
Dx+1 + Dx+2 + ... + Dx+n
=
Dx
Nx+1 − Nx+n+1
=
Dx
Nx+1 −Nx+n+1
Dengan notasi komutasi Dx
yang artinya pembayaran sebesar 1 di akhir tahun
yang dilakukan selama jangka waktu n tahun.
Sedangkan anuitas hidup berjangka yang pembayarannya dilakukan di awal tahun
nilai sekarang anuitasnya dinotasikan dengan:

äx:n = 1 + vpx + v 2 2 px + ... + v n−1 n−1 px


lx+1 lx+2 lx+n−1
=1+v + v2 + ... + v n−1
lx lx lx
lx+1 lx+2 lx+n−1 vx
= [1 + v + v2 + ... + v n−1 ]× x
lx lx lx v
x x+1 x+2 x+n−1
v lx v lx+1 v lx+2 v lx+n−1
= x + x
+ x
+ ... + x (2.7)
v lx v lx v lx v lx
x x+1 x+2 x+n−1
v lx v lx+1 v lx+2 v lx+n−1
= + + + ... +
Dx Dx Dx Dx
Dx + Dx+1 + ... + Dx+n−1
=
Dx
Nx − Nx+n
=
Dx
Nx −Nx+n
Dengan notasi komutasi Dx
yang artinya pembayaran sebesar 1 di awal tahun yang

Universitas Indonesia
16

dilakukan selama jangka waktu n tahun.

(Futami, Takashi., 1963)

2.6.4 Anuitas Hidup dengan Pembayaran n-kali dalam Setahun

Pada praktiknya, pembayaran anuitas tidak hanya dapat dibayarkan tahunan, namun
dapat dilakukan bulanan, kuartalan, ataupun semesteran. Nilai dari immediate whole life
annuity sebesar 1 yang dibayarkan n-kali dalam setahun dapat dinotasikan dengan:
∞ ∞
1X 1 X
a(n)
x = t/n Ex = Dx+t/n (2.8)
n t=1 nDx t=1

Untuk menghitung nilai di atas, kendala yang ditemukan adalah Dx+t/n tidak terdefinisi
untuk x + t/n yang tidak bulat. Tetapi ∞
P
t=1 Dx+t/n dapat diaproksimasi dengan formula
Woolhouse sebagai berikut:
∞ ∞
1 X 1 X n−1 n2 − 1 dDx
Dx+t/n = [ Dx+t + Dx + + ...] (2.9)
nDx t=1 Dx t=1 2n 12n2 dx

Untuk mencari rumus di atas, terlebih dahulu akan dicari turunan dari Dx

Dx = v x lx
dDx dlx dv x
= vx + lx
dx dx dx
= v (−lx µx ) + lx (v x lnv)
x (2.10)

= −v x lx (µx − lnv)
= −Dx (µx − lnv)

dengan mensubstitusikan persamaan (2.8) dan (2.9) ke (2.10), maka ketiga suku pertama
(n)
dari Woolhouse untuk ax menjadi:

1 X n − 1 n2 − 1
a(n)
x = Dx+t + + −Dx (µx − lnv)
Dx t=1 2n 12n2
(2.11)
2
n−1 n −1
= ax + − (µx − lnv)
2n 12n2

Ternyata pendekatan dengan dua suku pertama sudah dianggap cukup baik, sehingga
menghasilkan rumus akhir sebagai berikut:

n−1
a(n)
x = ax + (2.12)
2n

Universitas Indonesia
17

dengan,
(n)
• ax adalah anuitas hidup dengan pembayaran n kali dalam setahun
• ax adalah anuitas seumur hidup
• n adalah berapa kali pembayaran dilakukan dalam setahun

(Dickson et al., 2009)

2.7 Asumsi-asumsi Aktuaria

Metode pendanaan aktuaria (actuarial cost method) dipengaruhi oleh asumsi-asumsi


aktuaria yang dibuat oleh seorang aktuaris. Asumsi-asumsi ini dibuat berdasarkan pen-
galaman yang sudah lalu (past experience) untuk memperkirakan kejadian-kejadian yang
mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Terutama untuk mengantisipasi besarnya
dana yang diperlukan oleh penyelenggara program asuransi dana pensiun untuk memba-
yarkan manfaat kepada peserta asuransi dana pensiun yang telah membayar premi.
Secara garis besar, menurut Standar Praktik Aktuaria Dana Pensiun (SPA DP) Persat-
uan Aktuaris Indonesia, asumsi-asumsi aktuaria dapat dikelompokkan menjadi:
1. Asumsi penurunan (decrement assumption) yaitu asumsi mengenai penurunan pe-
serta program asuransi dana pensiun.
2. Asumsi gaji (salary assumption) yaitu asumsi penghasilan peserta program asuransi
dana pensiun di masa yang akan datang.
3. Asumsi suku bunga (interest assumption) yaitu asumsi mengenai nilai uang yang
dikaitkan dengan waktu, dimana inflasi merupakan salah satu penyebab naik turun-
nya suku bunga sehingga nilai mata uang dapat berubah.
Pada subbab berikut akan dijelaskan lebih dalam mengenai asumsi-asumsi aktuaria di
atas.

2.7.1 Asumsi Penurunan (Decrement Assumption)

Penurunan peserta program asuransi dana pensiun dapat disebabkan oleh berbagai
hal. Peserta asuransi dana pensiun yang masih aktif bekerja dapat mengalami penurunan
jumlah yang disebabkan oleh kematian, cacat, pengunduran diri dari pekerjaan sebelum
mencapai usia pensiun normal dan peserta telah mencapai usia pensiun normal. Peserta
asuransi dana pensiun yang sudah tidak aktif bekerja atau sedang menjalani masa pensiun
dapat mengalami penurunan jumlah yang hanya disebabkan oleh kematian.
Penurunan jumlah peserta aktif asuransi dana pensiun yang disebabkan oleh beberapa
faktor dapat disebut penurunan ganda atau multiple decrement. Sedangkan penurunan

Universitas Indonesia
18

jumlah peserta aktif asuransi dana pensiun yang disebabkan oleh satu faktor dapat disebut
penurunan tunggal atau single decrement.
Pada kasus single decrement, besar tingkat penurunan peserta dalam satu tahun (rate
of decrement) qx dapat didefinisikan sebagai:

dx
qx = (2.13)
lx

(Dickson et al., 2009)

Dimana,
• qx diartikan sebagai peluang penurunan peserta dalam satu tahun (probability of
decrement) atau probabilitas seseorang meninggal pada usia x sampai x + 1
• dx adalah jumlah individu yang meninggal pada usia x
• lx adalah jumlah individu yang bertahan sampai dengan usia x
Dalam kasus single decrement, nilai probability of decrement sama dengan rate of decre-
ment. Sedangkan untuk multiple decrement nilainya tidak sama.
Pada kasus multiple decrement, misalkan kita mempunyai m jenis penurunan, maka:
m
X
d(τ
x
)
= d(k)
x (2.14)
k=1

dan m
X
lx(τ ) = lx(k) (2.15)
k=1

Dimana,
• τ menggambarkan total dari multiple decrement (probability of decrement)
(τ )
• dx adalah jumlah banyaknya individu yang meninggal pada usia x yang meru-
pakan akumulasi lebih dari satu jenis penurunan
(τ )
• lx adalah jumlah banyaknya individu yang masih bertahan hidup pada usia x, yang
merupakan akumulasi lebih dari satu jenis penurunan.
(τ ) (τ )
Hubungan antara dx dan lx dapat dituliskan sebagai persamaan berikut:

(τ )
lx+1 = lx(τ ) − d(τ
x
)

(τ )
(2.16)
d(τ ) (τ )
x = lx − lx+1

(Dickson et al., 2009)

Persamaan tersebut dapat diartikan bahwa jumlah individu yang meninggal pada usia x
dapat dicari dengan mengurangi jumlah individu yang dapat bertahan hidup sampai usia

Universitas Indonesia
19

x + 1 dengan jumlah individu yang dapat bertahan hidup sampai usia x.


Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai probabilitas seorang individu meninggal
dalam kasus multiple decrement.
(k)
dx
qx(k) = (τ )
(2.17)
lx
(Dickson et al., 2009)

Dimana,
(k)
• qx adalah probabilitas seorang individu meninggal di usia x sampai x + 1 karena
penyebab k
(k)
• dx adalah jumlah individu yang meninggal pada usia x karena penyebab k
(τ )
• lx adalah jumlah individu yang bertahan dari berbagai penyebab sampai pada usia
x.
Berdasarkan persamaan di atas, dengan membandingkan jumlah individu yang meninggal
karena penyebab k pada usia x dengan jumlah seluruh individu yang masih bertahan hidup
pada usia x maka akan didapatkan probabilitas seorang individu meninggal pada usia x
karena penyebab k.
Sedangkan untuk mencari probabilitas individu meninggal pada usia x dengan total
seluruh penyebab dalam kasus double decrement, dapat digunakan persamaan berikut:

(τ ) m
dx X
qx(τ ) = (τ )
= qx(k) (2.18)
lx k=1

Hubungan antara probabilitas individu meninggal pada usia x dengan probabilitas


individu hidup pada usia x dapat dituliskan sebagai:

p(τ ) (τ )
x + qx = 1
(2.19)
p(τ ) (τ )
x = 1 − qx

(Johnny et al., 2013)


(τ )
Dimana px adalah probabilitas seorang individu bertahan hidup dari berbagai penyebab
pada usia x sampai x + 1.

Universitas Indonesia
20

Dengan menggunakan persamaan (2.16), persamaan (2.19) dapat dituliskan sebagai:

(τ )
dx
p(τ
x
)
=1− qx(τ ) =1− (τ )
lx
(τ ) (τ )
lx − lx+1
=1− (τ )
lx
(τ ) (τ ) (τ )
(2.20)
lx − lx + lx+1
= (τ )
lx
(τ )
lx+1
= (τ )
lx
(τ )
Dimana lx+1 adalah jumlah individu yang bertahan dari berbagai penyebab sampai usia
x + 1.
Sebagai bentuk umumnya, probabilitas seorang individu bertahan hidup pada usia x
sampai x + n tahun adalah:
(τ )
(τ ) lx+n
n px = (τ )
(2.21)
lx
Dengan menggunakan hubungan pada persamaan (2.19), probabilitas seorang individu
meninggal pada usia x sampai x + n tahun adalah:

(τ )
n qx = 1 − n px (τ ) (2.22)

(Johnny et al., 2013)

Dimana,
• n px (τ ) adalah probabilitas seorang individu bertahan hidup di usia x sampai x + n
dari berbagai penyebab
• n qx (τ ) adalah probabilitas seorang individu meninggal di usia x sampai x+n karena
berbagai penyebab
(τ )
• lx+n adalah jumlah individu yang bertahan dari berbagai penyebab pada usia x + n.

Setelah dibahas mengenai probability of decrement untuk kasus multiple decrement,


akan dibahas mengenai rate of decrement untuk kasus multiple decrement. Untuk mencar-
inya, diperlukan total laju penurunan (total force of decrement) pada usia x yang didefin-
isikan sebagai:
n
X
(τ ) (k)
µx+t = µx+t (2.23)
k=1

(τ )
Dimana, µx+t adalah force of decrement yaitu penurunan dalam interval waktu yang san-

Universitas Indonesia
21

gat singkat (instantaneous rate of decrement). Dapat dilihat dari persamaan (2.23), total
force of decrement dapat dicari dengan menjumlahkan force of decrement dari tiap-tiap
penyebab penurunan. Persamaan (2.23) juga dapat dituliskan sebagai:

(τ ) (1) (2) (m)


µx+t = µx+t + µx+t + ... + µx+t

Hubungan antara probabilitas seorang individu bertahan hidup dari usia x sampai usia
x + n tahun dengan force of decrement dapat didefinisikan sebagai persamaan berikut:
Z n
(τ )
n px = exp[− µx+t dt]
0
Z m
nX
(k)
= exp[− µx+t dt]
0 k=1
m
Y m
X (2.24)
(k)
= exp[ µx+t dt]
k=1 k=1
m
0 (k)
Y
= n px
k=1

(Dickson et al., 2009)

Misalkan akan dicari probabilitas seorang individu berusia x bertahan hidup satu tahun
dari sekarang dengan m-jenis penurunan. Menggunakan persamaan (2.24) akan didap-
atkan:
Z 1
(τ )
p(τ
x
)
= exp[− µx+t dt]
Z0 1
(1) (2) (m)
= exp[− (µx+t + µx+t + ... + µx+t )dt]
0 (2.25)
Z 1 Z 1 Z 1
(1) (2) (m)
= exp[− µx+t ].exp[− µx+t ]...exp[− µx+t ]
0 0 0

= p0(1) 0(2) 0(m)


x .px ...px

Selanjutnya, akan dibentuk hubungan antara kasus mutiple decrement dengan kasus
single decrement. Dalam tugas akhir ini asumsi yang digunakan adalah penurunan per
tahunnya berdistribusi uniform (Single Uniform Distribution of Death/SUDD), artinya:

0(k) (k)
lx+t = lx0(k) − t dx ; 0 ≤ x ≤ 1

Universitas Indonesia
22

Sehingga didapat:

0(k) 0(k) 0(k)


dlx+t 0(k) 1 dlx+t dx
= −d0(k)
x danµx+t = − (k) = 0(k)
dt lx dt lx+t

Maka,

(k) (k)
(k) 0(k) lx+t dx0
t px0 µx+t =− (k) 0(k)
lx lx+t
0(k)
dx (2.26)
= 0(k)
lx
= qx0(k)

Dengan,

0(k)
(k) lx lx+t
t q x0 = − (k)
lx0
(2.27)
0(k)
tdx
= 0(k)
lx

Sehingga persamaan (2.26) menjadi:


Z (τ )
1
t px
qx(k) = qx0(k) (k)
dt
0 t p x0
Z 1Y m
0(k) (i)
= qx t px0 dt
0 i6=k
Z 1Y m
0(k) (i)
= qx (1 − t qx0 )dt (2.28)
0 i6=k
Z 1 m
X m
X
= qx0(k) [1 − t qx0(i) +t 2
qx0(i) qx0(j) − ...]dt
0 i6=k i6=k6=j
m m
1 X 1 X
= qx0(k) [1 − qx0(i) + qx0(i) qx0(j) − ...]
2 i6=k
3 i6=k6=j

Agar lebih jelas, dapat dilihat dari contoh berikut jika terdapat:

Universitas Indonesia
23

1. Dua jenis penurunan (m=2), maka:

1
qx(1) = qx0(1) (1 − qx0(2) )
2
1
qx(2) = qx0(2) (1 − qx0(1) )
2

2. Tiga jenis penurunan (m=3), maka:


0 (2) 0 (3) 0 (2) 0 (3)

(1) 0 (1) qx+ q x 2 qx q x 3


s qx = qx (s − s + s)
2 3
0 (1) 0 (3) 0 (1) 0 (3)

(2) 0 (2) qx + q x 2 qx q x 3
s qx = qx (s − s + s)
2 3
0 (1) 0 (2) 0 (1) 0 (2)

(3) 0 (3) qx + q x 2 qx q x 3
s qx = qx (s − s + s)
2 3

(Winklevoss, Howard., 1993)

Dimana,
(1) (2) (3)
• s qx , s qx , dan s qx adalah probabilitas seorang individu meninggal di usia x sam-
pai x + s karena penyebab (1), (2) dan (3), dimana diantara penyebab ini satu sama
lainnya berhubungan.
0 (1) 0 (2) 0 (3)
• s qx , s qx , dan s qx adalah probabilitas seorang individu meninggal di usia x
sampai x + 1 karena penyebab (1), (2) dan (3), namun antara satu penyebab de-
ngan penyebab lainnya tidak berhubungan.

(k) 0(k) (k)


Persamaan (2.28) menghubungkan qx dan qx , dengan qx adalah peluang ter-
jadinya penurunan (probability of decrement) dari jenis ke-k dalam multiple decrement,
(k)
yang nilainya bergantung pada pengaruh jenis penurunan lainnya. Sedangkan qx adalah
tingkat penurunan (rate of decrement) dari jenis ke-k dalam single decrement dan nilainya
bebas dari pengaruh jenis penurunan lainnya atau dapat juga disebut asscociated single
decrement.
Pada umumnya, terdapat empat jenis penurunan dalam program pensiun, yaitu:
0(s)
1. qx (Tingkat Penurunan karena Kematian)
Faktor utama yang paling berpengaruh terhadap tingkat penurunan karena kematian
adalah usia. Dalam pembahasan ini asumsi tingkat penurunan karena kematian
yang digunakan adalah tabel mortalita.
0(w)
2. qx (Tingkat Penurunan karena Keluar)
Faktor yang mempengaruhi tingkat penurunan karena keluar adalah usia dan masa

Universitas Indonesia
24

kerja. Oleh karena itu dalam tabel tingkat penurunan karena keluar biasanya
berisikan kolom usia masuk dan usia keluar.
0(d)
3. qx (Tingkat Penurunan karena Cacat)
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat penurunan karena cacat antara lain
adalah usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Namun, secara umum asumsi yang digu-
nakan untuk tingkat penurunan karena cacat hanya berhubungan dengan usia saja.
0(r)
4. qx (Tingkat Penurunan karena Pensiun)
Tingkat penurunan karena pensiun dipengaruhi oleh adanya pensiun dipercepat atau
early retirement. Faktor yang mempengaruhi pensiun dipercepat sangat banyak,
namun untuk menyederhanakan masalah, pensiun hanya dianggap terjadi pada usia
pensiun normal.

2.7.2 Asumsi Gaji (Salary Assumption)

Besarnya gaji sangat mempengaruhi besarnya kontribusi dan manfaat yang akan di-
terima peserta program asuransi dana pensiun. Seiring berjalannya waktu, terdapat ke-
cenderungan bahwa gaji akan terus naik. Hal ini dapat disebabkan oleh kenaikan jabatan,
bertambahnya usia, bertambahnya keahlian atau adanya promosi jabatan. Seorang aktu-
aris perlu mempertimbangkan hal-hal ini dalam membuat perkiraan besarnya gaji yang
akan diterima oleh peserta asuransi dana pensiun di masa yang akan datang, yaitu:

1. Kenaikan Gaji karena Jasa


Besarnya kenaikan gaji karena jasa diasumsikan berkaitan dengan usia pegawai.
Biasanya kenaikan ini dinyatakan dengan skala gaji, yaitu perbandingan gaji tahun
ini dengan gaji tahun sebelumnya.

2. Kenaikan Gaji karena Bertambahnya Produktivitas


Kenaikan gaji berdasarkan produktivitas sangat beragam, bergantung pada besarnya
keuntungan dari perusahaan dan peran serta pegawai dalam memperoleh keuntun-
gan tersebut. Salah satu contoh kenaikan gaji yang disebabkan karena bertambah-
nya produktivitas adalah kerja lembur. Apabila seorang pegawai bekerja lembur
dan membuat perusahaan mengalami kenaikan pendapatan sehingga meraih keun-
tungan, pegawai tersebut pasti akan mengalami kenaikan gaji. Namun hal ini tentu
sangat sulit untuk diprediksi, sehingga dalam tugas akhir ini presentasenya diasum-
sikan tetap setiap tahun.

Universitas Indonesia
25

3. Kenaikan Gaji karena Adanya Inflasi


Hal yang paling mempengaruhi kenaikan gaji adalah inflasi. Namun, sulit untuk
memprediksi besarnya inflasi pada masa yang akan datang. Dalam tugas akhir ini,
diasumsikan kenaikan gaji konstan tidak dipengaruhi oleh inflasi.

2.7.3 Asumsi Bunga (Interest Assumption)

Pendanaan program pensiun sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Tingkat
suku bunga akan menentukan nilai uang selama program asuransi dana pensiun berjalan.
Suku bunga yang dipakai biasanya adalah suku bunga tetap, namun dapat juga memakai
suku bunga yang berubah-ubah tergantung dari asumsi aktuaris dalam menentukan tingkat
suku bunganya. Menurut Winklevoss (1993), asumsi suku bunga dapat dilihat dari tiga
komponen, yaitu:

1. Komponen Suku Bunga Murni


Suku bunga murni adalah tingkat suku bunga apabila tidak terjadi inflasi dan tidak
ada risiko dalam investasinya.

2. Komponen yang Terkait dengan Investasi


Suku bunga yang terkait dengan risiko investasi besarnya bergantung pada besar
kecilnya risiko investasi. Semakin besar risiko investasi, mengakibatkan premi un-
tuk risiko tersebut juga semakin besar, hal ini menyebabkan tingkat bunga yang
diasumsikan lebih rendah dibandingkan jika investasi dianggap tidak mengandung
risiko atau memiliki risiko yang kecil. Dalam program pensiun, disarankan untuk
melakukan investasi yang risikonya tidak terlalu besar.

3. Komponen yang Terkait dengan Inflasi


Komponen suku bunga yang terkait dengan inflasi dibuat dengan asumsi untuk
menutupi kerugian apabila terjadi inflasi. Dalam pendanaan aktuaria, asumsi
tingkat inflasi akan berpengaruh terhadap tingkat bunga. Akan tetapi, karena sulit
untuk memprediksi tingkat inflasi, asumsi untuk tingkat inflasi yang mempengaruhi
bunga akan lebih mengandalkan subjektivitas aktuaris berdasarkan pengalaman-
pengalaman perusahaan tersebut di masa lalu.

2.8 Fungsi-fungsi Dasar Program Pensiun

Metode dalam pendanaan program asuransi dana pensiun dikembangkan dari fungsi-
fungsi dasar dalam program pensiun. Fungsi-fungsi tersebut antara lain fungsi composite

Universitas Indonesia
26

survival, fungsi gaji dan fungsi manfaat. Ketiga fungsi ini merupakan fungsi dasar dalam
matematika pensiun dan akan membantu penghitungan dalam program asuransi dana pen-
siun.

2.8.1 Fungsi Composite Survival

Fungsi composite survival memberikan probabilitas bahwa peserta aktif tetap survive
dalam pekerjaan untuk suatu periode, yang didasarkan pada seluruh kecepatan penurunan
yang mungkin dialami peserta. Dari pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa n px =
Qm 0 (k)

k=1 n px dan dari keempat jenis penurunan yang digunakan, maka probabilitas survive
(τ )
dalam satu tahun pada kasus multiple decrement px dapat dituliskan sebagai berikut:

0(s) 0(w) 0(d) 0(r)


p(τ )
x = px px px px atau
(2.29)
= (1 − qx0(s) )(1 − qx0(w) )(1 − qx0(d) )(1 − qx0(r) )

(Winklevoss, Howard., 1993)

Atau probabilitas survive selama masa kerja dari x sampai x + n tahun adalah sesuai
dengan hasil kali dari probabilitas composite survival untuk satu tahun secara berurutan,
yaitu:
n−1
Y
(τ ) (τ )
n px = px+t (2.30)
t=0

2.8.2 Fungsi Gaji

Suatu program asuransi dana pensiun yang dikaitkan dengan gaji peserta, akan
memerlukan fungsi gaji untuk menaksir gaji yang akan diterima peserta pada masa yang
akan datang. Namun, dalam tugas akhir ini gaji yang akan diterima peserta pada masa
yang akan datang diasumsikan konstan karena tingkat inflasi dan produktivitas akan dia-
baikan.
Misalkan gaji sekarang untuk peserta berusia x adalah sx . Jumlah kumulatif gaji
untuk peserta dengan usia masuk e hingga usia x − 1 dilambangkan dengan Sx . Jadi
untuk x > e,
x−1
X
Sx = St (2.31)
t=e

Untuk menaksir gaji peserta pada usia x, berdasarkan gajinya pada usia e, digunakan
hubungan berikut ini:
(SS)x
sx = se (1 + I + P )x−e (2.32)
(SS)e

Universitas Indonesia
27

(Winklevoss, Howard., 1993)

Dimana,
• se adalah gaji pada usia masuk e
• (SS)x adalah skala gaji berdasarkan jasa pada usia x
• I adalah tingkat inflasi
• P adalah tingkat produktivitas yang dicerminkan dengan kenaikan gaji peserta

2.8.3 Fungsi Benefit

Fungsi benefit digunakan untuk merumuskan manfaat pensiun berdasarkan pada


penghasilan dari peserta asuransi dana pensiun. Terdapat beberapa dasar untuk penghitun-
gan fungsi benefit menurut Winklevoss (1993), yaitu flat benefit, career average benefit
dan final average benefit.
Simbol bx digunakan untuk menyatakan benefit tahunan (accrual benefit) selama usia
x sampai x + 1 pada usia masuk e tahun. Sedangkan Bx adalah benefit kumulatif setiap
tahunnya hingga usia x − 1. Bx merupakan fungsi accrued benefit dan difenisikan untuk
x > e sebagai berikut:
x−1
X
Bx = bx (2.33)
t=e

Jika menggunakan perumusan flat benefit, bx sama dengan benefit tahunan yang diba-
yarkan setiap tahun selama masa kerja dan besarnya konstan. Benefit akumulatifnya
adalah lamanya masa kerja dikali dengan accrual benefit. Formulanya dapat didefinisikan
sebagai berikut, yaitu:
Bx = (x − e).bx (2.34)

Bila menggunakan perumusan berdasarkan career average, maka dicari terlebih


dahulu rata-rata penghasilan pegawai selama masa kerja, dengan kata lain manfaat yang
jatuh tempo pada suatu tahun kerja berdasarkan pada penghasilan tahun itu. Formulanya
dapat didefinisikan sebagai berikut, yaitu:

bx = k.sx (2.35)

Bx = k.Sx (2.36)

dengan k adalah proporsi dari gaji pada usia x.


Bila menggunakan perumusan final average, penghasilan yang dirata-ratakan meru-
pakan penghasilan beberapa tahun tertentu, biasanya dipilih penghasilan yang akan meng-

Universitas Indonesia
28

hasilkan manfaat cukup besar. Misalnya, perumusan manfaat berdasarkan pada rata-rata
penghasilan lima tahun terakhir. Hal ini bergantung dari penyelenggara asuransi. Benefit
pensiun yang diproyeksikan dengan menggunakan perumusan final average benefit dapat
dituliskan sebagai berikut:
r−1
1 X
Br = k(r − e) St (2.37)
n t=r−n

atau dapat disederhanakan menjadi,

1
Br = k(r − e) (Sr − Sr−n ) (2.38)
n

(Winklevoss, Howard., 1993)

Dimana,
• n adalah jumlah tahun dimana gaji akhir dari peserta akan dirata-ratakan
• k adalah proporsi gaji yang diberikan untuk manfaat pensiun
• r adalah usia pensiun normal.

Berdasarkan persamaan (2.38), didapatkan benefit kumulatif Bx berdasarkan rata-rata


gaji peserta sekarang ini adalah:

1
Bx = k(x − e) (Sx − Sx−n ) (2.39)
n

Dimana dalam hal ini, yang akan dihitung adalah gaji pada waktu berjalan yaitu ketika pe-
serta berusia x tahun, bukan pada usia pensiun normalnya seperti pada persamaan (2.38).

Universitas Indonesia
BAB 3
METODE ENTRY AGE NORMAL UNTUK PENGHITUNGAN PROGRAM
PENSIUN MANFAAT PASTI

Penghitungan program pensiun manfaat pasti dengan pendanaan aktuaria entry age
normal akan dibahas dalam bab ini. Penggunaan metode entry age normal memper-
hatikan usia peserta mulai memasuki program pensiun yang akan dinotasikan dengan e
sampai usia pensiun normal dari peserta asuransi dana pensiun yang dinotasikan dengan
r. Dalam bab ini akan dibahas mengenai manfaat yang didapatkan dalam program pen-
siun manfaat pasti yang dihitung menggunakan metode entry age normal. Selain manfaat,
akan dibahas juga mengenai iuran normal, kewajiban aktuaria, dan iuran tambahan.
Manfaat yang terdapat dalam program pensiun manfaat pasti dibagi menjadi dua,
yaitu: manfaat normal dan manfaat tambahan. Sebelum menjelaskan lebih jauh menge-
nai manfaat tambahan (ancillary benefit) yaitu: manfaat meninggal, manfaat keluar/diper-
cepat dan manfaat cacat, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai konsep penghitungan
manfaat normal. Setelah menghitung manfaat normal dan manfaat tambahan, akan di-
jelaskan mengenai iuran normal yang didapatkan setelah manfaat dihitung. Lalu dilan-
jutkan dengan menghitung kewajiban aktuaria, dimana kewajiban aktuaria akan muncul
apabila ada perbedaan antara nilai sekarang manfaat yang akan datang dengan nilai
sekarang iuran normal.

3.1 Nilai Sekarang Manfaat yang Akan Datang (Present Value of Future Benefit /
PVFB)

Nilai sekarang manfaat yang akan datang adalah nilai sekarang dari pembayaran man-
faat pensiun di masa depan yang akan didapatkan oleh peserta program asuransi dana
pensiun. Manfaat yang akan didapatkan dapat berupa manfaat normal, manfaat mening-
gal atau manfaat janda/duda (spouse benefit), manfaat keluar atau manfaat dipercepat
(withdrawal termination atau vested benefit), dan manfaat cacat (disability benefit).

3.1.1 Nilai Sekarang Manfaat Normal

Manfaat normal adalah manfaat yang akan didapatkan oleh peserta asuransi dana
pensiun yang telah mencapai usia pensiun normal (normal retirement age). Penghitungan
dalam tugas akhir ini menggunakan metode entry age normal, sehingga usia yang digu-
nakan adalah usia masuk peserta pada program asuransi dan usia pensiun normal. Fungsi

29 Universitas Indonesia
30

P V F B untuk peserta yang berusia x, masuk program asuransi pada usia e dan pensiun
pada usia r adalah:

(τ )
(P V F B)e = Brr−e pe v r−e är
(τ )
lr v r (3.1)
= Br (τ ) e är
le v

Karena lr .v r = Dr dan le .v e = De , (P V F B)e dapat dituliskan sebagai:

(τ )
Dr
(P V F B)e = Br (τ )
är (3.2)
De

(Aitken, William H., 1994)

Dimana,
Br adalah manfaat yang akan didapatkan pada saat pensiun
(τ )
r−e pe adalah probabilitas bahwa peserta berusia x yang masuk program asuransi pada
usia e survive selama bekerja hingga usia r
v r−e adalah tingkat diskonto dari usia e ke r. Dalam hal ini, karena metode yang digu-
nakan adalah metode entry age normal, usia peserta saat ini (x) tidak berpengaruh.
är adalah anuitas seumur hidup (sampai dengan usia pensiun r) dengan pembayaran
segera (life annuity due) sebesar 1 rupiah yang dibayarkan pada awal periode.
Nilai sekarang manfaat normal didapatkan dengan mengalikan besar manfaat yang
akan didapatkan dengan probabilitas peserta asuransi dana pensiun survive selama masa
kerja sampai dengan usia pensiun normal. Lalu, dikalikan dengan faktor diskonto dan
anuitasnya untuk mendapatkan besarnya nilai sekarang dari manfaat yang akan datang.
Besarnya manfaat yang akan didapatkan pada saat pensiun (pada usia pensiun normal)
Br tergantung dari fungsi gaji yang dipakai. Macam-macam fungsi gaji telah dijelaskan
di bab 2. Probabilitas peserta asuransi dana pensiun survive selama masa kerja sampai de-
ngan usia pensiun normal didapat dari tabel mortalitas. Lalu, faktor diskonto dan anuitas
seumur hidup dari peserta asuransi dana pensiun akan dipengaruhi oleh besarnya bunga.
Berikut adalah ilustrasi untuk menghitung nilai sekarang manfaat normal yang akan
datang:

3.1.2 Nilai Sekarang Manfaat Tambahan (Ancillary Benefit)

Manfaat tambahan meliputi manfaat meninggal (spouse benefit), manfaat keluar


(withdrawal benefit), dan manfaat cacat (disability benefit). Manfaat tambahan akan
diberikan sekali pada saat kejadian (time of event), apabila kejadian tersebut terjadi selama

Universitas Indonesia
31

Gambar 3.1: Ilustrasi Manfaat Normal

masa kerja karyawan tersebut. Khusus untuk manfaat meninggal (spouse benefit), manfaat
akan diberikan kepada suami atau istri dari karyawan meninggal yang mengikuti program
asuransi dana pensiun untuk manfaat tambahan. Sedangkan untuk manfaat keluar dan
manfaat cacat, akan langsung diberikan kepada karyawan yang bersangkutan.
Menghitung nilai sekarang manfaat tambahan akan dilakukan dengan cara menga-
likan besar manfaat pada waktu tertentu dengan faktor diskontonya lalu dijumlahkan.
Nilai manfaat berbeda tiap waktunya karena nilai probabilitas yang berubah seiring ber-
jalannya waktu.
Pada manfaat tambahan, notasi yang digunakan adalah r0 , dimana r0 adalah waktu ke-
jadian (time of event) seorang peserta asuransi meninggal, keluar ataupun menjadi cacat.
Nilai r0 = r apabila seorang peserta asuransi mengalami kejadian-kejadian tersebut tepat
pada usia pensiun normalnya.

3.1.2.1 Nilai Sekarang Manfaat Meninggal atau Manfaat Janda/Duda (Spouse


Benefit)

Manfaat meninggal sering disebut juga sebagai manfaat pensiun janda (spouse); akan
diterima oleh suami atau istri dari peserta asuransi dana pensiun apabila peserta meninggal
sebelum usia pensiun normal. Fungsi P V F B untuk peserta yang masuk pada program
asuransi dana pensiun pada usia e adalah:

0
r −e (s)
s
X de+k−1 Nr0 k
(P V F B)e = (τ )
Be+k v (3.3)
k=1 le De+k
(s)
de+k−1
Dengan (τ ) = k−1 qe (s) , sehingga persamaan (3.3) dapat juga dituliskan sebagai:
le

0
r −e
s
X
(s) Nr0 k
(P V F B)e = k−1 qe Be+k v (3.4)
k=1
De+k

Universitas Indonesia
32

(Aitken, William H., 1994)

Dimana,
Be+k adalah manfaat yang akan didapatkan pada saat usia e + k tahun
(s)
k−1 qe adalah probabilitas bahwa peserta berusia x yang masuk program asuransi pada
usia e meninggal diantara usia e sampai usia e + k − 1
v k adalah tingkat diskonto
Besarnya manfaat meninggal yang akan diterima di masa yang akan datang dapat
dihitung dengan cara menjumlahkan P V F B peserta asuransi tiap tahunnya dimulai dari
usia peserta asuransi e + k. Nilai k dimulai dari k = 1, dimana hal ini berarti peserta
asuransi dana pensiun akan mulai menerima manfaat 1 tahun setelah mengikuti program
asuransi dana pensiun. Penjumlahan P V F B peserta asuransi akan dihitung dari k = 1
sampai dengan k = r0 − e, artinya besarnya manfaat meninggal yang didapatkan oleh
peserta asuransi dana pensiun sesuai dengan lamanya masa kerja peserta asuransi tersebut.
Contohnya, apabila seorang peserta asuransi dana pensiun masuk pada program asuransi
pada usia e = 30 tahun, peserta asuransi tersebut akan mulai mendapatkan manfaat satu
tahun setelahnya yaitu pada usia 31 tahun.
(s)
Nilai probabilitas k−1 qe , yaitu probabilitas seorang peserta asuransi dana pensiun
meninggal pada usia e sampai dengan usia e + k − 1, nilai probabilitasnya akan berubah
seiring berjalannya k = 1 sampai dengan k = r0 − e. Penghitungan anuitas dan fak-
tor diskonto pada tiap tahunnya juga berbeda, sesuai dengan berjalannya nilai k dan
akan dipengaruhi juga oleh besarnya bunga. Oleh karena itu, untuk menghitung man-
faat meninggal, tidak bisa digunakan rumus seperti menghitung manfaat normal. Be-
sarnya probabilitas, anuitas, dan faktor diskonto tiap tahun pasti berbeda sehingga akan
dijumlahkan pertahunnya sesuai dengan lamanya masa masa kerja peserta asuransi dana
pensiun.
Gambar (3.2) menunjukkan ilustrasi dari manfaat meninggal. Misalkan A masuk
program asuransi dana pensiun pada usia e = 30 tahun dan usia pensiun normal diasum-
sikan 60 tahun. Manfaat tambahan akan didapatkan oleh peserta asuransi apabila peserta
tersebut meninggal selama masa kerjanya, sebelum mencapai usia pensiun normal. Jadi,
banyaknya manfaat bergantung dari kapan peserta asuransi tersebut meninggal selama
masa kerjanya. Peserta asuransi dana pensiun akan mendapatkan manfaat pensiun tamba-
han berupa manfaat meninggal sesuai dengan lamanya peserta bekerja pada perusahaan
tersebut.
Terdapat berbagai kemungkinan besarnya manfaat yang akan didapatkan oleh A, mis-

Universitas Indonesia
33

Gambar 3.2: Ilustrasi Manfaat Meninggal

alkan A meninggal pada usia:

1 (s)
0 s
X d30+k−1 N31 k
r = 31, (P V F B)e = (τ )
B30+k v
k=1 l30 D30+k
2 (s)
X d30+k−1 N32 k
r0 = 32,s (P V F B)e = (τ )
B30+k v
k=1 l30 D30+k
3 (s)
X d30+k−1 N33 k
r0 = 33,s (P V F B)e = (τ )
B30+k v
k=1 l30
D30+k

...
30 (s)
0 s
X d30+k−1 N60 k
r = 60, (P V F B)e = (τ )
B30+k v
k=1 l30 D30+k

Banyaknya manfaat meninggal yang akan diterima pada masa yang akan datang oleh
peserta asuransi dana pensiun yang masuk pada program asuransi pada usia e = 30 tahun
dapat dilihat dari skema kemungkinan-kemungkinan di atas.

3.1.2.2 Nilai Sekarang Manfaat Keluar atau Manfaat Dipercepat (Withdrawal Ter-
mination atau Vested Benefit)

Manfaat keluar (vested benefit) adalah manfaat yang pasti diterima oleh peserta pro-
gram asuransi dana pensiun dan tidak bergantung pada sisa masa kerjanya. Oleh ERISA
(Employee Retirement Income Security Act of 1974) dimungkinkan adanya tiga bentuk
vesting, yaitu:

1. Full Vesting
Manfaat yang diterima oleh peserta adalah 100% dari manfaat yang akan diteri-
manya pada saat mencapai usia pensiun normal (normal retirement age). Keten-
tuan peserta asuransi dana pensiun agar bisa mendapatkan full vesting adalah telah
bekerja minimal 10 tahun pada perusahaan tempat penyelenggara asuransi dana
pensiun tersebut.

Universitas Indonesia
34

2. Graded Vesting
Manfaat yang diterima oleh peserta program asuransi dana pensiun berbeda-beda,
bergantung pada lamanya masa kerja (5 sampai 15 tahun). Dengan ketentuan seba-
gai berikut:

Masa Kerja Persentase


5 tahun 25%
6 tahun 30%
7 tahun 35%
8 tahun 40%
9 tahun 45%
10 tahun 50%
11 tahun 60%
12 tahun 70%
13 tahun 80%
14 tahun 90 %
15 tahun 100%

Jadi pada graded vesting, peserta program asuransi dana pensiun akan mendapatkan
25% dari manfaat yang akan diterimanya ketika mencapai usia pensiun normal dim-
ulai dari masa kerja 5 tahun, kemudian manfaat akan bertambah sebanyak 5% pada
5 tahun pertama masa kerja dan bertambah sebanyak 10% untuk 5 tahun berikut-
nya. Sehingga pada akhirnya peserta akan mendapatkan manfaat sebanyak 100%
apabila sudah bekerja minimal 15 tahun.

3. Rule of 35
Manfaat akan diterima oleh peserta program asuransi dana pensiun apabila masa
kerja peserta minimal 5 tahun dan jumlah antara usia dengan masa kerja minimal
35. Dengan ketentuan sebagai berikut:

Masa Kerja Jumlah Usia dan Masa Kerja Persentase


5 tahun 35 50%
6 tahun 37 60%
7 tahun 39 70%
8 tahun 41 80%
9 tahun 43 90%
10 tahun 45 100%

Universitas Indonesia
35

Jadi peserta akan menerima manfaat sebesar 50% apabila sudah 5 tahun bekerja
dengan jumlah usia dan masa kerja minimal 35, lalu akan ditambah 10% pertahun
untuk 5 tahun berikutnya sehingga akan mencapai 100% ketika jumlah usia dan
masa kerjanya 45.

(ERISA, 1974)

Dalam vested benefit, pembayaran benefit akan dilakukan sekali pada saat peserta
asuransi dana pensiun keluar dari program asuransi. Penghitungan untuk besarnya nilai
sekarang dari manfaat keluar yang akan datang adalah sebagai berikut:

0
r −e (w)
w
X de+k−1 Nr0 k
(P V F B)x = (τ )
Be+k v (3.5)
k=1 le De+k
(w)
de+k−1
Dengan (τ ) = k−1 qe (w) , sehingga persamaan (3.5) dapat juga dituliskan sebagai:
le

0
r −e
s
X
(w) Nr0 k
(P V F B)e = k−1 qe Be+k v (3.6)
k=1
De+k

(Aitken, William H., 1994)

Menghitung nilai sekarang manfaat keluar hampir sama dengan menghitung nilai
sekarang manfaat meninggal yang akan datang. Perbedaannya hanya terletak dalam prob-
(w)
abilitas yang dipakai k−1 qe , yaitu probabilitas seorang peserta asuransi dana pensiun
keluar dari program asuransi diantara usia e sampai e + k − 1 dan kesepakatan jenis
vesting yang akan dipakai. Nilai sekarang manfaat keluar yang akan datang dihitung
dengan cara menjumlahkan P V F B peserta asuransi tiap tahunnya dimulai dari usia pe-
serta asuransi e + k. Dimana k dimulai dari 1 yang berarti peserta asuransi akan mulai
menerima benefit satu tahun setelah peserta asuransi memasuki program asuransi dana
pensiun. Penghitungan manfaat keluar dilakukan dengan menjumlahkan nilai sekarang
manfaat yang akan datang dari tiap tahunnya karena tidak bisa dilakukan dengan menga-
likan benefit dengan probabilitas, faktor diskonto, dan anuitasnya secara langsung seperti
pada manfaat normal. Hal ini disebabkan karena perbedaan probabilitas seorang peserta
asuransi dana pensiun untuk keluar setiap tahunnya, serta perbedaan faktor diskonto dan
anuitas seiring waktu berjalan.
Sebagai contoh untuk kasus manfaat keluar, misalkan seorang peserta asuransi dana
pensiun masuk pada program asuransi pada usia 30 tahun dan telah bekerja selama 12
tahun pada perusahaan tersebut. Kesepakatan awalnya, peserta program asuransi dana

Universitas Indonesia
36

pensiun menggunakan full vesting. Sehingga sesuai dengan ketentuan, manfaat keluar
yang akan diterima adalah 100% dari manfaat seharusnya karena peserta tersebut sudah
memenuhi persyaratan dari full vesting, yaitu bekerja minimal 10 tahun pada perusahaan
tersebut. Peserta asuransi akan mulai mendapatkan manfaat di akhir tahun ke 30 atau
awal tahun ke 31, yang akan dibayarkan apabila peserta asuransi dana pensiun keluar dari
program asuransi sebelum dari usia pensiun normal. Penjumlahan dari manfaat yang akan
didapatkan pada masa yang akan datang dilakukan dari k = 1 sampai dengan k = r0 − e,
yang artinya peserta asuransi akan menerima manfaat tambahan yaitu manfaat keluar,
sesuai dengan lamanya masa kerja peserta asuransi tersebut.
Pada gambar (3.3) di bawah terdapat ilustrasi manfaat keluar. Misalkan A masuk pro-
gram asuransi dana pensiun pada usia e = 35 tahun dan usia pensiun normal diasumsikan
r = 60 tahun. Apabila A tidak keluar dari program asuransi dana pensiun hingga tepat
sebelum usia pensiun normalnya, dalam ilustrasi tersebut terlihat bahwa A akan mendap-
atkan manfaat mulai dari usia 36 tahun sampai dengan usia 60 tahun. Namun, pada usia
52 tahun, A keluar dari perusahaan sehingga otomatis keluar dari program asuransi dana
pensiun tersebut. Penghitungan manfaatnya akan dimulai pada k = 1 sampai dengan
k = r0 − e = 52 − 35 = 17. Misalkan, dalam ilustrasi tersebut perjanjian untuk manfaat
keluar yang akan didapatkan adalah rule of 35, maka besar manfaat yang akan didapatkan
oleh peserta tersebut adalah 100% karena usia peserta saat keluar adalah 52 tahun dengan
masa kerja 17 tahun. Sesuai syarat untuk perjanjian rule of 35, jumlah usia dan masa kerja
peserta asuransi dana pensiun tersebut sudah lebih dari 45 tahun, oleh karena itu manfaat
yang akan didapatkan adalah 100%.
Apabila peserta asuransi dana pensiun memilih untuk mendapatkan program asur-
ansi dana pensiun manfaat tambahan berupa manfaat keluar, peserta akan mendapatkan
manfaat ketika peserta keluar dari program asuransi meskipun belum mencapai usia pen-
siun normalnya. Perbedaan dari menghitung nilai manfaat meninggal dan manfaat keluar
hanya terletak pada probabilitas yang dipakai.

Gambar 3.3: Ilustrasi Manfaat Keluar

Universitas Indonesia
37

Terdapat berbagai kemungkinan besarnya manfaat yang akan didapatkan oleh A, mis-
alkan A keluar pada usia:

1 (w)
0 w
X d35+k−1 N36 k
r = 36, (P V F B)e = (τ )
B35+k v
k=1 l35 D35+k
2 (w)
X d35+k−1 N37 k
r0 = 37,w (P V F B)e = (τ )
B35+k v
k=1 l35 D35+k

...
17 (w)
0 w
X d35+k−1 N52 k
r = 52, (P V F B)e = (τ )
B35+k v
k=1 l35 D35+k

...
25 (w)
X d35+k−1 N60 k
r0 = 60,w (P V F B)e = (τ )
B35+k v
k=1 l35 D35+k

Dapat dilihat pada contoh, ketika peserta asuransi dana pensiun keluar dari perusa-
haan tersebut pada usia 52 tahun, besar manfaat keluar yang akan didapatkan oleh peserta
asuransi dana pensiun tersebut sesuai dengan skema di atas pada saat r0 = 52 tahun.
Manfaat akan dibayarkan sekali pada time of event.

3.1.2.3 Nilai Sekarang Manfaat Cacat (Disability Benefit)

Manfaat cacat adalah manfaat yang akan diterima oleh seorang peserta asuransi dana
pensiun apabila peserta dinyatakan cacat oleh dokter yang ditunjuk oleh perusahaan tem-
pat bekerja. Penghitungan untuk manfaat cacat adalah sebagai berikut:
0
r −e (d)
d
X de+k−1 Nr0 k
(P V F B)x = (τ )
Be+k v (3.7)
k=1 le De+k

(d)
de+k−1
Dengan (τ ) = k−1 qe (d) , sehingga dapat juga dituliskan sebagai:
le

0
r −e
s
X
(d) Nr0 k
(P V F B)e = k−1 qe Be+k v (3.8)
k=1
De+k

(Aitken, William H., 1994)

Nilai sekarang manfaat cacat yang akan datang dihitung dengan cara menjumlahkan
P V F B peserta asuransi tiap tahunnya dimulai dari usia peserta asuransi e + k. Dimana k

Universitas Indonesia
38

dimulai dari 1 yang berarti peserta asuransi akan mulai menerima benefit satu tahun sete-
lah peserta asuransi memasuki program asuransi dana pensiun. Misalkan peserta asuransi
masuk pada program asuransi pada usia e = 35 tahun, peserta asuransi akan mendap-
atkan manfaat di akhir tahun ke 35 atau awal tahun ke 36. Penjumlahan dari manfaat
yang akan didapatkan pada masa yang akan datang dilakukan dari k = 1 sampai dengan
k = r0 − e, yang artinya peserta asuransi akan menerima manfaat tambahan yaitu manfaat
cacat, sesuai dengan lamanya masa kerja peserta asuransi tersebut.
Nilai sekarang manfaat cacat yang akan datang tidak dapat dihitung menggunakan
anuitas biasa karena manfaat cacat yang akan diterima tiap tahunnya berbeda. Hal ini
disebabkan oleh probabilitas seseorang peserta asuransi cacat selama masa bekerja pada
(w)
suatu perusahaan tiap tahunnya berbeda. Nilai k−1 qe akan berubah seiring berjalannya
0
k = 1 sampai dengan k = r − e. Selain karena probabilitasnya berbeda, penghitun-
gan anuitas pada tiap tahunnya juga berbeda, sesuai dengan berjalannya nilai k. Faktor
diskonto juga akan berbeda mengikuti berjalannya nilai k.
Terdapat perbedaan antara menghitung manfaat cacat dalam program asuransi dana
pensiun dengan menghitung manfaat meninggal dan manfaat keluar. Perbedaannya ter-
letak pada nilai probabilitasnya. Berikut merupakan ilustrasi untuk menghitung nilai
sekarang dari manfaat cacat yang akan datang.
Misalkan A masuk pada program asuransi dana pensiun pada usia e = 27 tahun dan
usia pensiun normal diasumsikan r = 60 tahun. Tiba-tiba pada usia r0 = 47 tahun, A
mengalami kecelakaan pada saat bekerja sehingga A menjadi cacat permanen dan tidak
bisa bekerja lagi.

Gambar 3.4: Ilustrasi Manfaat Cacat

Pada prakteknya, kita tidak akan mengetahui kapan kejadian seorang peserta asuransi
dana pensiun bisa mengalami cacat. Oleh karena itu, dibuatlah skema kemungkinan-
kemungkinan kapan kejadian tersebut terjadi. Berikut adalah kemungkinan-kemungkinan

Universitas Indonesia
39

besarnya manfaat yang akan didapatkan oleh A, misalkan A cacat pada usia:

1 (d)
0 d
X d27+k−1 N28 k
r = 28, (P V F B)e = (τ )
B27+k v
k=1 l27 D27+k
2 (d)
X d27+k−1 N29 k
r0 = 29,d (P V F B)e = (τ )
B27+k v
k=1 l27
D 27+k

...
20 (d)
0 d
X d27+k−1 N47 k
r = 47, (P V F B)e = (τ )
B27+k v
k=1 l27 D27+k

...
33 (d)
0 d
X d27+k−1 N60 k
r = 60, (P V F B)e = (τ )
B27+k v
k=1 l27 D27+k

Terlihat dari skema di atas besarnya manfaat yang akan diterima oleh A, apabila A
mengalami kejadian cacat pada usia r0 = 47 tahun.

3.2 Iuran Normal (Normal Cost)

Iuran normal adalah iuran yang diperlukan dalam satu tahun untuk mendanai nilai
sekarang manfaat pensiun yang akan datang. Nilai dari manfaat yang akan didapatkan
pada masa yang akan datang dihitung berdasarkan metode penghitungan aktuaria yang
digunakan, dimana dalam tugas akhir ini penghitungannya menggunakan metode entry
age normal. Sesuai dengan definisinya, iuran normal digunakan untuk mendanai man-
faat yang akan didapatkan sesuai dengan lama masa kerja. Sehingga iuran normal yang
dibayarkan peserta pada usia masuk e tahun sampai usia pensiun r tahun (P V F N C)e ni-
lainya akan sama dengan manfaat yang diterima peserta pada usia masuk peserta e tahun
(P V F B)e . Dalam penghitungan menggunakan metode entry age normal, usia peserta
saat ini yaitu x tidak diperhitungkan, usia yang diperhitungkan adalah usia masuk peserta
pada program pensiun yaitu e dan usia pada saat peserta mencapai usia pensiun normal
yaitu r.
Persamaan untuk menghitung nilai sekarang iuran normal yang akan datang atau
Present Value of Future Normal Costs (P V F N C) adalah:

(P V F N C)e = N C äe:r−e (3.9)

(Aitken, William H., 1994)

Universitas Indonesia
40

Nilai sekarang iuran normal yang akan datang dihitung dengan cara mengalikan nilai
iuran normal dengan anuitas berjangka. Dimana anuitas berjangka dihitung dari saat pe-
serta masuk dalam program asuransi dana pensiun hingga usia pensiun normal atau dihi-
tung berdasarkan lamanya peserta asuransi dana pensiun bekerja dalam suatu perusahaan.
Dalam penghitungan anuitas, nilainya juga akan dipengaruhi oleh besarnya bunga yang
telah dijelaskan di bab 2. Oleh karena itu, secara keseluruhan besarnya nilai anuitas akan
ditentukan oleh lamanya masa kerja peserta asuransi dana pensiun dan besarnya bunga
selama masa kerja tersebut. Dalam tugas akhir ini, besar bunga diasumsikan konstan.
Penjabaran untuk persamaan (3.9) similar dengan penjabaran pada persamaan (2.8),
yaitu:

äe:r−e = 1 + vpe + v 2 2 pe + ... + v r−e r−e pe


e
le+1 2 le+2 r−e lr v le
= [1 + v +v + ... + v ].
le le le v e le
v e le v e+1 le+2 v r lr
= e + + ... +
v le v e le v e le
De De+1 De+2 Dr
= + + + ... + (3.10)
De De De De
1
= [De + De+1 + De+2 + ... + Dr ]
De
Ne − Ne+r−e
=
De
Ne − Nr
=
De

Sehingga persamaan (3.9) dapat dituliskan sebagai:

Ne − Nr
(P V F N C)e = N C( ) (3.11)
De

Dari persamaan (3.11), kita dapat melihat bahwa nilai sekarang dari iuran normal
yang akan datang dapat juga dicari dengan menggunakan rumus diatas.

3.2.1 Iuran Normal untuk Manfaat Normal

Setelah pada subbab sebelumnya nilai sekarang untuk manfaat normal telah dije-
laskan, pada subbab ini akan dihitung iuran normal dari peserta asuransi dana pensiun.
Menggunakan konsep metode entry age normal yaitu nilai (P V F B)e akan sama dengan
nilai (P V F N C)e , dimana nilai P V F B sesuai dengan persamaan (3.1) dan P V F N C

Universitas Indonesia
41

sesuai dengan persamaan (3.9), akan diperoleh persamaan:

(P V F B)e = (P V F N C)e
(τ )
(3.12)
Brr−e pe v r−e är = (N C)äe:r−e

Dari persamaan (3.12), persamaan untuk mencari iuran normal bagi seorang peserta
asuransi dana pensiun pada peserta berusia x, masuk dalam program asuransi pada usia e
adalah:

(τ )
Brr−e pe v r−e är
(N C) = (3.13)
äe:r−e

(Aitken, William H., 1994)

Nilai sekarang iuran normal yang akan datang untuk manfaat normal (P V F B) da-
pat ditentukan apabila nilai sekarang dari manfaat normal yang akan datang (P V F N C)
dan nilai anuitas dari iuran normal (äe:r−e ) sudah dicari terlebih dahulu. Penghitungan
untuk nilai sekarang dari manfaat normal yang akan datang telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya. Dalam menghitung iuran normal, usia yang digunakan hanya usia masuk
peserta pada program pensiun e dan usia pensiun normal r, usia peserta saat ini yaitu x
tidak akan berpengaruh.
Penghitungan nilai anuitas äe:r−e dari iuran normal yang akan datang akan dimulai
saat peserta memasuki program asuransi dana pensiun sampai dengan usia pensiun nor-
mal. Contohnya apabila usia peserta saat masuk program pensiun e adalah 35 tahun dan
usia pensiun normal r adalah 60 tahun, nilai anuitas äe:r−e = ä35:60−35 = ä35:25 . Artinya
anuitas untuk iuran normal ini akan dihitung dari usia 35 tahun hingga 60 tahun.
Selanjutnya, dari persamaan (3.13) akan didapatkan nilai dari iuran normal dengan
membagi P V F B dengan anuitas dari iuran normal. Iuran normal nantinya akan digu-
nakan untuk membayarkan manfaat kepada peserta asuransi dana pensiun. Dimana be-
saran iuran normalnya akan bergantung dari besar manfaat yang akan diterima di masa
yang akan datang dan lamanya peserta asuransi dana pensiun bekerja pada suatu perusa-
haan.

3.2.2 Iuran Normal untuk Manfaat Tambahan

Penghitungan iuran normal untuk manfaat tambahan akan dihitung dengan cara yang
analog dengan penghitungan iuran normal untuk manfaat normal. Metode yang digu-
nakan adalah entry age normal, sehingga konsep yang dipakai adalah nilai sekarang dari

Universitas Indonesia
42

manfaat yang diterima pada masa yang akan datang akan sama dengan nilai sekarang dari
iuran normal masa yang akan datang.
Nilai sekarang manfaat yang akan datang sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya.
Sedangkan nilai sekarang iuran normal masa yang akan datang nilainya adalah iuran nor-
mal dikalikan dengan term annuity, sesuai dengan lamanya masa kerja seseorang di pe-
rusahaan tersebut. Penghitungan iuran normal untuk manfaat tambahan dengan iuran nor-
mal untuk manfaat normal hanya berbeda pada nilai sekarang manfaat yang akan datang
serta lamanya masa kerja seseorang. Meskipun manfaat tambahan akan didapatkan pada
time of event, yaitu apabila kejadian meninggal, keluar, ataupun cacat terjadi sebelum usia
pensiun normal, penghitungan besarnya iuran normal untuk manfaat tambahan akan men-
gasumsikan peserta membayar besarnya iuran normal sesuai dengan lama masa kerjanya.
Begitu pula untuk besarnya manfaat tambahan yang akan datang, diasumsikan manfaat
maksimal yang akan diterima oleh peserta asuransi apabila peserta mengalami kejadian
tepat sesaat sebelum usia pensiun normalnya.
Pada subbab sebelumnya, notasi usia pada waktu kejadian terjadi yang digunakan un-
tuk mencari nilai sekarang manfaat tambahan adalah r0 . Namun karena untuk menghitung
iuran normal, manfaat tambahan yang dihitung menggunakan manfaat maksimal apabila
seorang peserta asuransi dana pensiun mengalami kejadian pada tepat usia pensiunnya,
maka r0 = r.

3.2.2.1 Iuran Normal untuk Manfaat Meninggal atau Manfaat Janda/Duda


(Spouse Benefit)

Menggunakan konsep metode entry age normal yaitu nilai (P V F B)e akan sama
dengan nilai (P V F N C)e , dimana nilai P V F B sesuai dengan persamaan (3.3) dan
P V F N C sesuai dengan persamaan (3.9), akan diperoleh persamaan:

s
(P V F B)e = (P V F N C)e
r−e (s) (3.14)
X de+k−1 Nr k s
(τ )
Be+k v = (N C)äe:r−e
k=1 le De+k

Dari persamaan (3.14), persamaan untuk mencari iuran normal bagi seorang peserta
asuransi dana pensiun pada peserta berusia x, masuk dalam program asuransi pada usia e
adalah:

(s)
Pr−e de+k−1
k=1 (τ Be+k DNe+k
r
vk
s le
(N C) = (3.15)
äe:r−e

Universitas Indonesia
43

(Aitken, William H., 1994)

Setelah menghitung nilai sekarang dari manfaat meninggal yang akan datang pada
subbab sebelumnya s (P V F B), lalu menghitung nilai anuitas dari iuran normal äe:r−e ,
maka iuran normal untuk manfaat meninggal dapat dihitung. Anuitas yang digunakan
sama dengan anuitas pada iuran normal untuk manfaat normal. Hal ini dikarenakan seo-
rang pegawai akan membayar iuran normal selama masa kerjanya. Perbedaan dari iuran
normal untuk manfaat normal dan manfaat meninggal disebabkan oleh perbedaan nilai
sekarang dari manfaat yang akan datang. Jika akan dihitung iuran normal untuk man-
faat meninggal, maka nilai sekarang dari manfaat akan datang yang digunakaan adalah
manfaat meninggal pada persamaan (3.3).
Sebagai contohnya, apabila seorang peserta asuransi dana pensiun mulai masuk pada
program pada usia e adalah 30 tahun dan usia pensiun normal r adalah 60 tahun, nilai
anuitas äe:r−e = ä30:60−30 = ä30:30 . Artinya anuitas untuk iuran normal dalam kasus ini
akan dihitung dari usia 30 tahun hingga 60 tahun. Jangka waktu 30 tahun tersebut adalah
lamanya peserta asuransi dana pensiun bekerja pada perusahaan tersebut.
Selanjutnya, dari formula pada persamaan (3.15) akan didapatkan nilai dari iuran
normal dengan membagi s (P V F B) dengan anuitas dari iuran normal. Iuran normal akan
digunakan untuk membayarkan manfaat kepada peserta asuransi dana pensiun. Dalam
program pensiun manfaat pasti, besar iuran normal yang harus dibayarkan bergantung
dari besar manfaat yang akan diterima di masa yang akan datang.

3.2.2.2 Iuran Normal untuk Manfaat Keluar atau Manfaat Dipercepat (With-
drawal Termination atau Vested Benefit)

Menggunakan konsep metode entry age normal yaitu nilai (P V F B)e akan sama
dengan nilai (P V F N C)e , dimana nilai P V F B sesuai dengan persamaan (3.5) dan
P V F N C sesuai dengan persamaan (3.9), akan diperoleh persamaan:

s
(P V F B)e = (P V F N C)e
r−e (w) (3.16)
X de+k−1 Nr k w
(τ )
Be+k v = (N C)äe:r−e
k=1 le De+k

Dari persamaan (3.16), persamaan untuk mencari iuran normal bagi seorang peserta
asuransi dana pensiun pada peserta berusia x, masuk dalam program asuransi pada usia e
adalah:

Universitas Indonesia
44

(w)
Pr−e de+k−1
k=1 (τ ) Be+k DNe+k
r
vk
w le
(N C) = (3.17)
äe:r−e

(Aitken, William H., 1994)

Penghitungan nilai sekarang iuran normal yang akan datang untuk manfaat keluar
w
(P V F N C) dilakukan setelah nilai sekarang manfaat keluar yang akan datang
w
(P V F B) dan nilai anuitas dari iuran normal äe:r−e dicari. Pada subbab sebelumnya,
cara untuk menghitung nilai sekarang dari manfaat keluar yang akan datang telah dije-
laskan. Sedangkan penghitungan anuitas untuk iuran normal jenis apapun sama.
Sebagai contohnya, seseorang masuk program asuransi dana pensiun pada umur
e = 30 tahun. Telah ditetapkan usia pensiun normal pada perusahaan tersebut adalah
r = 55 tahun. Nilai anuitas dari iuran normal peserta asuransi tersebut adalah äe:r−e =
ä30:55−30 = ä30:25 . Artinya, peserta asuransi dana pensiun tersebut akan membayar iuran
normal sebanyak N C(ä30:25 ) yang dibayarkan selama peserta asuransi dana pensiun bek-
erja pada perusahaan tersebut, terhitung dari usia masuk sampai usia pensiun normalnya.
Nilai iuran normal untuk manfaat keluar akan didapatkan dengan cara membagi nilai
sekarang dari manfaat keluar w (P V F B) dengan anuitas dari iuran normal äe:r−e seperti
pada persamaan (3.17). Iuran normal untuk manfaat keluar akan digunakan untuk mem-
bayar manfaat keluar pada peserta asuransi bergantung dari manfaat yang akan diterima
di masa yang akan datang.
Penghitungan iuran normal untuk manfaat keluar menggunakan konsep yang sama
dengan iuran normal untuk manfaat meninggal. Perbedaannya hanya terletak pada pem-
baginya, yaitu nilai sekarang dari manfaat yang akan datang menggunakan manfaat keluar
pada persamaan (3.5).

3.2.2.3 Iuran Normal untuk Manfaat Cacat (Disability Benefit)

Penghitungan iuran normal untuk manfaat cacat menggunakan konsep metode en-
try age normal yaitu nilai (P V F B)e akan sama dengan nilai (P V F N C)e , dimana nilai
P V F B sesuai dengan persamaan (3.7) dan P V F N C sesuai dengan persamaan (3.9),
sehingga akan diperoleh persamaan:

s
(P V F B)e = (P V F N C)e
r−e (d) (3.18)
X de+k−1 Nr k
(τ )
Be+k v = d (N C)äe:r−e
k=1 le De+k

Universitas Indonesia
45

Dari persamaan (3.18), persamaan untuk mencari iuran normal bagi seorang peserta
asuransi dana pensiun pada peserta berusia x, masuk dalam program asuransi pada usia e
adalah:

(d)
Pr−e de+k−1
k=1 (τ ) Be+k DNe+k
r
vk
d le
(N C) = (3.19)
äe:r−e

(Aitken, William H., 1994)

Sebelum menentukan nilai sekarang iuran normal yang akan datang untuk manfaat
cacat d (P V F N C), harus dicari terlebih dahulu nilai sekarang dari manfaat cacat yang
akan datang d (P V F B) yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, dan nilai anuitas
dari iuran normal äe:r−e untuk manfaat cacat. Penghitungan nilai anuitas dari iuran nor-
mal untuk manfaat cacat yang akan datang dipengaruhi oleh usia peserta asuransi masuk
ke dalam program asuransi dana pensiun dan usia pensiun normalnya. Sama seperti con-
toh sebelumnya, apabila usia peserta saat masuk program pensiun e adalah 35 tahun dan
usia pensiun normal r adalah 58 tahun, nilai anuitas äe:r−e = ä35:58−35 = ä35:23 . Artinya
iuran normal akan dibayarkan selama 23 tahun, yang merupakan lamanya peserta asur-
ansi dana pensiun mengikuti program asuransi dana pensiun sampai dengan usia pensiun
normalnya yang dihitung dari usia masuk peserta.
Dapat dilihat dari persamaan (3.19), nilai dari iuran normal untuk manfaat cacat akan
didapatkan dengan membagi d (P V F B) dengan anuitas dari iuran normal äe:r−e . Iuran
normal untuk manfaat cacat akan digunakan untuk membayarkan manfaat kepada peserta
asuransi dana pensiun. Dimana besaran iuran normal untuk manfaat cacat bergantung dari
besar manfaat cacat yang akan diterima di masa yang akan datang.
Penghitungan iuran normal untuk manfaat cacat menggunakan konsep yang sama
dengan iuran normal untuk manfaat meninggal dan manfaat keluar. Perbedaannya terletak
pada pembilangnya, yaitu nilai sekarang dari manfaat akan datang yang digunakan adalah
manfaat cacat pada persamaan (3.8).

3.3 Kewajiban Aktuaria

Kewajiban aktuaria (actuarial liability) digunakan untuk mendeskripsikan pen-


gadaan cadangan secara matematika dalam asuransi jiwa, dalam tugas akhir ini khusus-
nya dalam asuransi dana pensiun. Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI nomor
510/KMK.06/2002 mengenai Pendanaan dan Solvabilitas Dana Pensiun Pemberi Kerja,
kewajiban aktuaria adalah kewajiban dana pensiun (penyelenggara program pensiun)

Universitas Indonesia
46

yang dihitung berdasarkan anggapan bahwa dana pensiun terus berlangsung sampai
dipenuhinya seluruh kewajiban kepada peserta dan pihak yang berhak.
Seiring berjalannya program asuransi dana pensiun atau pada saat peserta berusia x,
akan terdapat selisih antara (P V F B)x dan (P V F N C)x seiring dengan waktu berjalan.
Hal ini dapat disebabkan oleh besarnya gaji yang berubah sehingga mempengaruhi nilai
manfaat yang akan didapatkan, maupun karena perubahan bunga. Akan tetapi, dalam tu-
gas akhir kali ini diasumsikan tidak terdapat perubahan bunga. Selisih antara (P V F B)x
dan (P V F N C)x akan menghasilkan kewajiban aktuaria. Menurut Anderson (1985), per-
samaan untuk mencari kewajiban aktuaria dapat dituliskan sebagai berikut:

(AL)x = (P V F B)x − (P V F N C)x (3.20)

Penghitungan kewajiban aktuaria bergantung dari jenis manfaat dan iuran normal.
Nilai sekarang dari manfaat normal maupun manfaat tambahan akan dihitung berdasarkan
usia peserta saat ini yang dinotasikan dengan x, dan tidak lagi memperhitungkan usia
masuk peserta pada program asuransi dana pensiun. Nilai iuran normal juga dihitung
berdasarkan usia peserta saat ini, sehingga usia peserta pada saat masuk program asuransi
dana pensiun tidak lagi digunakan. Nilai dari kewajiban aktuaria akan dipengaruhi oleh
jenis manfaat dan jenis iuran normalnya. Rumusan untuk masing-masing jenis manfaat
dan jenis iuran normal akan dibahas selanjutnya.

3.3.1 Kewajiban Aktuaria untuk Manfaat Normal

Kewajiban aktuaria untuk manfaat normal didapatkan dari selisih antara nilai manfaat
yang akan datang dari manfaat normal dan nilai sekarang iuran yang akan datang dari iu-
ran normal untuk manfaat normal. Sehingga pada saat usia peserta asuransi dana pensiun
adalah x, kewajiban aktuarianya dapat didefinisikan sebagai berikut:

(AL)x = (P V F B)x − (N C)äx:r−x (3.21)

Dari persamaan (3.2) dan (3.11), dengan mengubah usia masuk e menjadi usia peserta
saat ini x, akan didapatkan persamaan:

(T )
Dr Nx − Nr
(AL)x = Br (τ )
är − N C( ) (3.22)
Dx Dx

Pada persamaan (3.22), dapat dilihat bahwa usia masuk perserta asuransi dana pen-
siun sudah tidak lagi diperhitungkan. Dengan mengganti usia masuk peserta e dengan

Universitas Indonesia
47

usia sekarang dari peserta asuransi dana pensiun x, akan didapatkan kewajiban aktuaria
pada usia x.

3.3.2 Kewajiban Aktuaria untuk Manfaat Tambahan

Kewajiban aktuaria adalah besarnya dana program pensiun yang seharusnya telah
terkumpul pada usia x, untuk pembayaran manfaat pensiun di masa yang akan datang. Ke-
wajiban aktuaria dapat juga diartikan sebagai cadangan untuk membayar manfaat, dalam
hal ini pembayaran manfaat kepada peserta asuransi dana pensiun. Menghitung nilai ke-
wajiban aktuaria pada usia x dilakukan dengan mengurangi (P V F B)x present value of
future benefit pada usia x dengan present value of future normal cost pada usia x.

3.3.2.1 Kewajiban Aktuaria untuk Manfaat Meninggal atau Manfaat Janda/Duda


(Spouse Benefit)

Kewajiban aktuaria untuk manfaat meninggal didapatkan dari selisih antara nilai man-
faat yang akan datang dari manfaat meninggal dan nilai sekarang iuran yang akan datang
dari iuran normal untuk manfaat meninggal. Sehingga pada saat usia peserta asuransi
dana pensiun adalah x, kewajiban aktuarianya dapat didefinisikan sebagai berikut:

s
(AL)x = s (P V F B)x − s (N C)äx:r−x (3.23)

Dari persamaan (3.4) dan (3.11), dengan mengubah usia masuk e menjadi usia peserta
saat ini x, akan didapatkan persamaan:

r−x (s) (s) (s)


X dx+k−1 Nr k Nx − Nr
(AL)x = (τ )
Bx+k v − N C( (s)
) (3.24)
k=1 lx Dx+k Dx

3.3.2.2 Kewajiban Aktuaria untuk Manfaat Keluar atau Manfaat Dipercepat


(Withdrawal Termination atau Vested Benefit)

Kewajiban aktuaria untuk manfaat keluar didapatkan dari selisih antara nilai manfaat
yang akan datang dari manfaat keluar dan nilai sekarang iuran yang akan datang dari
iuran normal untuk manfaat keluar. Sehingga pada saat usia peserta asuransi dana pensiun
adalah x, kewajiban aktuarianya dapat didefinisikan sebagai berikut:

w
(AL)x = w (P V F B)x − w (N C)äx:r−x (3.25)

Dari persamaan (3.6) dan (3.11), dengan mengubah usia masuk e menjadi usia peserta

Universitas Indonesia
48

saat ini x, akan didapatkan persamaan:

r−x (w) (w) (w)


X dx+k−1 Nr k Nx − Nr
(AL)x = (τ )
Bx+k v − N C( (w)
) (3.26)
k=1 lx Dx+k Dx

3.3.2.3 Kewajiban Aktuaria untuk Manfaat Cacat (Disability Benefit)

Kewajiban aktuaria untuk manfaat cacat didapatkan dari selisih antara nilai manfaat
yang akan datang dari manfaat cacat dan nilai sekarang iuran yang akan datang dari iuran
normal untuk manfaat cacat. Sehingga pada saat usia peserta asuransi dana pensiun adalah
x, kewajiban aktuarianya dapat didefinisikan sebagai berikut:

d
(AL)x = d (P V F B)x − d (N C)äx:r−x (3.27)

Dari persamaan (3.8) dan (3.11), dengan mengubah usia masuk e menjadi usia peserta
saat ini x, akan didapatkan persamaan:

r−x (d) (d) (d)


X dx+k−1 Nr k Nx − Nr
(AL)x = (τ )
Bx+k v − N C( (d)
) (3.28)
k=1 lx Dx+k Dx

Universitas Indonesia
BAB 4
ILUSTRASI PENGHITUNGAN

Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan mengenai teori-teori dasar dalam penghitun-
gan program asuransi dan teori mengenai program asuransi dana pensiun manfaat pasti
dengan menggunakan metode entry age normal. Pada bab ini akan diberikan ilustrasi
penghitungan untuk program asuransi dana pensiun dengan metode yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya. Tujuan akhir dari bab ini adalah memberikan gambaran kepada
calon peserta program asuransi dana pensiun untuk mempertimbangkan mana program
asuransi yang lebih menguntungkan dan sesuai untuk dipilih.
Pertama-tama, akan dibahas mengenai besarnya manfaat yang akan didapatkan meng-
gunakan fungsi manfaat yang telah dijelaskan pada bab 2. Setelah mengetahui manfaat
yang akan didapatkan, akan dicari nilai sekarang dari manfaat yang akan datang. Selan-
jutnya, akan diberikan skema pembayaran premi dengan berbagai macam manfaat tamba-
han. Seluruh peserta asuransi dana pensiun diasumsikan wajib memiliki program asuransi
dana pensiun dengan manfaat normal. Lalu, sebagai tambahan untuk manfaat normal, pe-
serta asuransi dapat memilih 1 dari 3 jenis manfaat tambahan.

4.1 Deskripsi Data untuk Ilustrasi Program Asuransi Dana Pensiun

Data gaji yang akan dipakai untuk ilustrasi dalam bab ini adalah data gaji PNS (Pe-
gawai Negeri Sipil) di Indonesia. Dalam prakteknya, metode ini biasa digunakan oleh
perusahaan swasta, karena penghitungan dana pensiun untuk perusahaan swasta dan dana
pensiun dari pemerintah berbeda. Akan tetapi, karena berbagai halangan dalam men-
dapatkan data gaji pegawai perusahaan swasta di Indonesia, maka pada skripsi ini akan
digunakan data gaji PNS sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
15 Tahun 2019 mengenai Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.

4.2 Penghitungan Manfaat

Penghitungan manfaat asuransi dana pensiun dilakukan dengan menggunakan fungsi


benefit pada bab 2. Fungsi benefit yang akan digunakan adalah perumusan berdasarkan
final average, yaitu dengan menggunakan penghasilan dari seorang pegawai dalam satu
tahun terakhir.
Besarnya proporsi gaji yang digunakan sebagai manfaat untuk program asuransi
dana pensiun ini adalah k = 4%. Misalkan data yang dipakai adalah gaji A, dimana
A adalah seorang pegawai negeri sipil berjenis kelamin pria, dimana pada saat masuk

49 Universitas Indonesia
50

ke dalam program asuransi dana pensiun, A masuk pada golongan 2A, dan diasum-
sikan A pada akhir usia pensiun berada pada golongan 3D dengan masa kerja golon-
gan (MKG) 30 tahun. A diasumsikan masuk pada program asuransi dana pensiun di
usia e = 28 tahun. Usia pensiun normal dari instansi tersebut adalah r = 58 tahun.
Gaji pokok yang diterima dalam satu tahun terakhir sebelum A pensiun adalah sebesar
Sr−1 = Rp32.659.379, 45. Besarnya manfaat yang akan didapatkan oleh A dihitung
berdasarkan final average mengikuti persamaan (2.39) adalah:

Br = k(r − e)Sr−1
B58 = 4%(58 − 28)Rp32.659.379, 45
= Rp39.191.255, 33

Jadi, manfaat yang akan diterima ketika peserta asuransi dana pensiun tersebut men-
capai usia pensiun normalnya adalah B58 = Rp39.191.255, 33 per tahun.

4.2.1 Penghitungan Nilai Sekarang Manfaat Normal

Menggunakan persamaan (3.1), akan dihitung besarnya nilai sekarang manfaat nor-
mal yang akan diterima di masa yang akan datang dengan menggunakan tabel TMI III
Pria dengan i = 7%.

(τ )
(P V F B)28 = B58 58−28 p28 v 58−28 ä58
(τ )
= B58 30 p28 v 30 ä58
(τ )
l58 N58
= Rp39.191.255, 33 (τ )
(1.07)−30
l28 D58
8804768 1799555.291
= Rp39.191.255, 33 (1.07)−30
9793502 173963.7712
= Rp47.880.880, 18

Maka, besar nilai sekarang manfaat normal yang akan diterima di masa yang akan
datang adalah Rp47.880.880, 18.

4.2.2 Penghitungan Nilai Sekarang Manfaat Tambahan

Selanjutnya, akan diberikan simulasi untuk penghitungan manfaat tambahan berupa


manfaat meninggal, manfaat keluar, dan manfaat cacat. Dalam simulasi ini, misalkan A
akan mendapatkan manfaat sebanyak 100%, yang artinya time of event peserta asuransi A
adalah sesaat sebelum A mencapai usia pensiun normalnya. Apabila A tidak mengalami

Universitas Indonesia
51

kejadian sampai A mencapai usia pensiun normal, maka manfaat yang akan didapatkan
oleh A adalah manfaat normalnya.

4.2.2.1 Penghitungan Nilai Sekarang Manfaat Meninggal

Menggunakan persamaan (3.4), akan dihitung besarnya nilai sekarang manfaat


meninggal dengan menggunakan tabel GAM 1971 dengan i = 7%. Dalam kasus ini,
apabila A mendapatkan manfaat sebesar 100% maka r0 = r = 58.

58−28
s
X
(s) N58 k
(P V F B)58 = k−1 q28 B28+k v
k=1
D28+k
30
X
(s) N58 k
= k−1 q28 B28+k v
k=1
D28+k

= Rp11.474.612, 43

Maka, besar nilai sekarang manfaat meninggalnya adalah Rp11.474.612, 43, dimana
hal ini berarti apabila A mengikuti program asuransi dana pensiun dengan manfaaat
meninggal, nilai tersebut adalah manfaat maksimum yang akan didapatkan oleh A, yaitu
jika A meninggal tepat sebelum usia pensiun normalnya.

4.2.2.2 Penghitungan Nilai Sekarang Manfaat Keluar

Menggunakan persamaan (3.6), akan dihitung besarnya nilai sekarang manfaat keluar
dengan menggunakan tabel GAM 1971 yang sudah dikonversi menjadi bentuk double
decrement dengan i = 7%. Dalam kasus ini, apabila A mendapatkan manfaat sebesar
100% maka r0 = r = 58. Untuk menentukan nilai manfaat keluar, terdapat syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar manfaat yang didapatkan adalah manfaat penuh seperti yang
telah dijelaskan pada bab 3. Misalkan, perjanjian yang dipakai sejak awal adalah rule of
35, maka karena A sudah bekerja lebih dari 10 tahun, dengan jumlah usia dan masa kerja
lebih dari 45 tahun, manfaat yang akan didapatkan oleh A adalah 100%.

58−28
w
X
(w) N58 k
(P V F B)58 = k−1 q28 B28+k v
k=1
D28+k
30
X
(w) N58 k
= k−1 q28 B28+k v
k=1
D28+k

= Rp106.920.600, 55

Nilai sekarang manfaat keluar yang akan didapatkan oleh A jika A keluar tepat se-

Universitas Indonesia
52

belum usia pensiun normalnya adalah sebesar Rp106.920.600, 55. Manfaat ini akan dida-
patkan secara penuh oleh A karena syarat dari perjanjian rule of 35 sudah terpenuhi.

4.2.2.3 Penghitungan Nilai Sekarang Manfaat Cacat

Menggunakan persamaan (3.8), akan dihitung besarnya nilai sekarang manfaat cacat
dengan menggunakan tabel GAM 1971 yang sudah dikonversi menjadi bentuk double
decrement dengan i = 7%. Dalam kasus ini, apabila A mendapatkan manfaat sebesar
100% maka r0 = r = 58. Maka, besarnya nilai sekarang manfaat cacat yang akan diterima
di masa yang akan datang oleh A, apabila A mengalami cacat tepat sebelum A mencapai
usia pensiun normalnya adalah:

58−28
d
X
(d) N58 k
(P V F B)58 = k−1 q28 B28+k v
k=1
D28+k
30
X
(d) N58 k
= k−1 q28 B28+k v
k=1
D28+k

= Rp4.758.270, 17

Penghitungan di atas merupakan nilai sekarang dari manfaat yang akan didapatkan
oleh A yaitu sebesar Rp4.758.270, 17, apabila A mengalami kecelakaan kerja sehingga
mengalami cacat pada tepat sebelum A mencapai usia pensiun normalnya yaitu r = 58
tahun.

4.3 Penghitungan Pembayaran Iuran Normal atau Premi

Penghitungan untuk pembayaran premi atau iuran normal akan dilakukan dengan
memberikan 4 skema pembayaran berikut. Dalam pembatasan masalah telah disebutkan
bahwa peserta asuransi dana pensiun wajib mengikuti program asuransi dana pensiun de-
ngan manfaat normal. Sebagai rider atau tambahan dari program asuransi wajib yang
diikuti peserta, peserta program asuransi dana pensiun tersebut diperbolehkan untuk
mengambil satu manfaat tambahan. Dari 4 skema pembayaran premi berikut, dapat dilihat
mana yang paling menguntungkan bagi peserta untuk diikuti.
Nilai anuitas untuk iuran normal besarnya akan sama untuk setiap jenis manfaat. Baik
untuk manfaat normal, maupun manfaat tambahan. Nilai anuitas iuran normal sama untuk
semua jenis manfaat karena dalam metode penghitungan entry age normal, hanya usia
masuk dan usia pensiun normal yang diperhitungkan. Hal ini telah dijelaskan pada bab 3.
Besarnya anuitas untuk iuran normal dapat dihitung dengan menggunakan TMI III,

Universitas Indonesia
53

sesuai persamaan (3.10), yaitu:

Ne − Nr
äe:r−e =
De
N28 − N58
=
D58
21087870, 02 − 1799555, 291
=
173963, 7712
= 110, 8754691

Selanjutnya, nilai anuitas ini akan dipakai untuk menghitung iuran normal atau premi
untuk manfaat normal dan manfaat tambahan. Penghitungan iuran normal atau premi
untuk manfaat tambahan berikut ini menggunakan asumsi bahwa time of event sesaat
sebelum usia pensiun normal sehingga manfaat yang digunakan adalah manfaat penuh.

4.3.1 Penghitungan Premi untuk Manfaat Normal

Menggunakan persamaan (3.13), akan dihitung besarnya iuran normal (NC) atau
premi yang harus dibayarkan peserta asuransi dana pensiun untuk mendapatkan manfaat
normal.
(τ )
(N C)äe:r−e = Brr−e pe v r−e är
(τ )
Brr−e pe v r−e är
(N C) =
äe:r−e
(P V F B)e
=
äe:r−e
Rp47.880.880, 18
=
110, 8754691
= Rp431.843, 77

Maka, besar premi yang harus dibayarkan A per tahunnya adalah Rp431.843, 77 selama
masa kerja A yaitu 30 tahun, untuk mendapatkan manfaat sebesar Rp47.880.880, 18 per
tahun pada saat A mencapai usia pensiun normal. Manfaat yang didapatkan A adalah
manfaat asuransi dana pensiun yang akan terus diberikan hingga A meninggal.

4.3.2 Penghitungan Premi untuk Manfaat Normal dan Manfaat Meninggal

Menggunakan persamaan (3.12) dan (3.14), apabila peserta asuransi A memilih rider
berupa manfaat meninggal, maka penghitungan untuk premi untuk e = 28 tahun dengan

Universitas Indonesia
54

r = 58 tahun adalah sebagai berikut:

r−e
s (τ )
X Nr k
(N C)äe:r−e = (Brr−e pe v r−e är ) +( k−1 qe
(s)
Be+k v )
k=1
De+k
58−28
s (τ )
X N58 k
(N C)ä28:30 = (B2830 p28 v 30 ä58 ) + ( k−1 q28
(s)
B28+k v )
k=1
D28+k
(τ ) P58−28
(B2830 p28 v 30 ä58 ) +( k=1 k−1 q28
(s)
B28+k DN28+k
58
vk )
s
(N C) =
ä28:30
s
(P V F B)28 + (P V F B)28
=
ä28:30
Rp47.880.880, 18 + Rp11.474.612, 43
=
110, 8754691
= Rp535.334, 76

Besarnya iuran normal atau premi yang harus dibayarkan oleh A adalah sebesar
Rp535.334, 76 per tahun untuk mendapatkan manfaat berupa manfaat normal dan man-
faat meninggal. Dalam penghitungan ini, time of event A adalah sesaat sebelum A men-
capai usia pensiun normalnya, sehingga manfaat tambahan yang didapatkan adalah man-
faat penuh yaitu sebesar Rp11.474.612, 43 yang akan diberikan kepada istri A apabila
A meninggal. Keuntungan dari mengikuti manfaat tambahan berupa manfaat meninggal
sebagai rider dari manfaat normal adalah jika A meninggal sebelum usia pensiun normal-
nya, A akan tetap mendapatkan manfaat.

4.3.3 Penghitungan Premi untuk Manfaat Normal dan Manfaat Keluar

Misalkan A yang masuk pada program asuransi dana pensiun pada usia e = 28 tahun
dengan usia pensiun normal dari instansi tersebut adalah 58 tahun, A memilih rider berupa
manfaat keluar, maka penghitungan untuk preminya berdasarkan persamaan (3.12) dan
(3.16) adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia
55

r−e
w (τ )
X Nr k
(N C)äe:r−e = (Brr−e pe v r−e är ) +( k−1 qe
(w)
Be+k v )
k=1
De+k
58−28
w (τ )
X N58 k
(N C)ä28:30 = (B2830 p28 v 30 ä58 ) + ( k−1 q28
(w)
B28+k v )
k=1
D28+k
(τ ) P58−28
(B2830 p28 v 30 ä58 ) +( k=1 k−1 q28
(w)
B28+k DN28+k
58
vk )
w
(N C) =
ä28:30
w
(P V F B)28 + (P V F B)28
=
ä28:30
Rp47.880.880, 18 + Rp106.920.600, 55
=
110, 8754691
= Rp1.396.174, 30

Apabila A memilih rider berupa manfaat keluar, premi yang harus dibayarkan oleh A
adalah Rp1.396.174, 30 per tahun. Apabila A keluar tepat sebelum usia pensiun normal-
nya, A akan mendapatkan manfaat sebesar Rp106.920.600, 55 yang diberikan sekali pada
time of event. Kondisi yang menjadi syarat agar A mendapatkan manfaat keluar ini ter-
gantung dari kebijakan perusahaan dan perjanjian di awal pembuatan polis.

4.3.4 Penghitungan Premi untuk Manfaat Normal dan Manfaat Cacat

Jika peserta asuransi A memilih rider berupa manfaat cacat, dengan usia masuk pada
program asuransi e = 28 tahun dan asumsi usia pensiun normal pada instansi tersebut
adalah 58 tahun, maka penghitungan untuk preminya adalah sebagai berikut:

r−e
d (τ )
X Nr k
(N C)äe:r−e = (Brr−e pe v r−e är ) +( k−1 qe
(d)
Be+k v )
k=1
De+k
58−28
d (τ )
X N58 k
(N C)ä28:30 = (B2830 p28 v 30 ä58 ) + ( k−1 q28
(d)
B28+k v )
k=1
D28+k
(τ ) P58−28
(B2830 p28 v 30 ä58 ) +( k=1 k−1 q28
(d)
B28+k DN28+k
58
vk )
d
(N C) =
ä28:30
d
(P V F B)28 + (P V F B)28
=
ä28:30
Rp47.880.880, 18 + Rp4.758.270, 17
=
110, 8754691
= Rp474.759, 21

Universitas Indonesia
56

Iuran normal atau premi sebesar Rp474.759, 21 per tahun yang dibayarkan A akan mem-
berikan manfaat cacat sebesar Rp4.758.270, 17 apabila A mengalami cacat tepat sebelum
usia pensiun normalnya. A akan mendapatkan manfaat tersebut dengan membayar premi
untuk manfaat normal dan manfaat tambahan, sesuai dengan ketentuan di awal pembuatan
polis.

4.4 Penghitungan Kewajiban Aktuaria

Kewajiban aktuaria digunakan untuk menghitung pada waktu tertentu apakah pen-
danaan untuk program asuransi dana pensiun tersebut surplus atau defisit menurut Per-
aturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.05/2018 tentang Pendanaan Dana Pen-
siun. Dalam simulasi ini, akan diberikan skema pada waktu tertentu untuk menghitung
apakah kewajiban aktuaria dapat memenuhi pemberian manfaat kepada peserta asuransi
dana pensiun.
Menggunakan persamaan pada bab 3, akan dicari kewajiban aktuaria untuk A seir-
ing waktu berjalan. Tabel di bawah adalah besarnya kewajiban aktuaria yang dihitung
ketika A masuk pada program asuransi dana pensiun. Cadangan yang harus disiapkan
oleh instansi penyelenggara program asuransi dana pensiun untuk A adalah sebesar kewa-
jiban aktuaria tersebut. Kewajiban aktuaria untuk manfaat normal dapat digunakan untuk
memperkirakan berapa cadangan yang harus dimiliki oleh instansi tersebut seiring waktu
berjalan, untuk pemberian manfaat ketika A sudah mencapai usia pensiun normalnya.
Sedangkan kewajiban aktuaria untuk manfaat tambahan pada tabel di bawah digunakan
untuk melihat apakah instansi tersebut sanggup untuk membayar manfaat kepada A, apa-
bila sewaktu-waktu kejadian A meninggal, keluar atau cacat terjadi. Berikut adalah hasil
penghitungan kewajiban aktuaria yang di valuasi pada saat A masuk ke dalam program
asuransi dana pensiun untuk manfaat normal, manfaat normal dan manfaat meninggal,
manfaat normal dan manfaat keluar, serta manfaat normal dan manfaat cacat.
Dari tabel di bawah, dapat dilihat (AL) kewajiban aktuaria untuk manfaat normal,
s
(AL) kewajiban aktuaria untuk manfaat meninggal, w (AL) kewajiban aktuaria untuk
manfaat keluar, dan d (AL) kewajiban aktuaria untuk manfaat cacat. Terlihat juga dari
tabel tersebut, besarnya kewajiban aktuaria semakin besar dari tahun ke tahun. Hal ini
dipengaruhi oleh probabilitas seseorang untuk meninggal, keluar dan cacat dalam suatu
perusahaan semakin besar setiap tahunnya menurut tabel GAM 1971. Selain karena prob-
abilitas, nilai kewajiban aktuaria juga dipengaruhi oleh nilai sekarang manfaat yang akan
datang (P V F B), dimana nilai P V F B setiap tahunnya juga bertambah karena gaji dari
pegawai tersebut bertambah sebesar 4% tiap tahunnya.

Universitas Indonesia
57

Tabel 4.1: Tabel Penghitungan Kewajiban Aktuaria


s w d
x AL (AL) (AL) (AL)
28 Rp42.225.931,15 Rp40.870.727,39 Rp29.598.123,46 Rp41.663.957,87
29 Rp45.678.077,72 Rp44.338.716,34 Rp33.197.317,85 Rp45.122.675,78
30 Rp49.374.152,86 Rp48.053.720,92 Rp37.068.119,59 Rp48.826.605,89
31 Rp53.332.949,43 Rp52.034.496,56 Rp41.229.161,59 Rp52.794.524,90
32 Rp57.574.388,23 Rp56.301.338,22 Rp45.703.832,18 Rp57.046.508,77
33 Rp62.118.226,37 Rp60.873.628,67 Rp50.508.801,03 Rp61.602.158,05
34 Rp66.984.842,31 Rp65.772.748,80 Rp55.673.515,37 Rp66.482.267,75
35 Rp72.197.944,33 Rp71.021.293,72 Rp61.212.041,58 Rp71.710.082,18
36 Rp77.784.657,31 Rp76.648.252,94 Rp67.168.258,43 Rp77.313.501,38
37 Rp83.774.593,00 Rp82.681.038,90 Rp73.552.419,77 Rp83.321.221,53
38 Rp90.199.204,47 Rp89.154.265,68 Rp80.424.413,99 Rp89.766.009,68
39 Rp97.091.731,69 Rp96.097.577,75 Rp87.785.543,54 Rp96.679.609,93
40 Rp104.491.288,98 Rp103.554.895,84 Rp95.718.293,64 Rp104.103.134,12
41 Rp112.439.784,91 Rp111.562.706,56 Rp104.216.023,89 Rp112.076.236,38
42 Rp120.984.365,32 Rp120.175.026,11 Rp113.388.146,25 Rp120.648.916,93
43 Rp130.170.477,86 Rp129.429.727,83 Rp123.211.825,67 Rp129.863.475,53
44 Rp140.051.196,26 Rp139.389.284,05 Rp133.825.739,07 Rp139.776.889,35
45 Rp150.687.544,19 Rp150.104.485,25 Rp145.198.031,10 Rp150.445.931,14
46 Rp162.150.144,01 Rp161.658.286,74 Rp157.512.237,54 Rp161.946.343,53
47 Rp174.517.693,19 Rp174.116.072,36 Rp170.725.445,24 Rp174.351.295,89
48 Rp187.878.001,69 Rp187.581.468,07 Rp185.071.063,96 Rp187.755.162,02
49 Rp202.329.177,43 Rp202.135.734,60 Rp200.492.352,60 Rp202.249.057,54
50 Rp217.980.983,11 Rp217.908.531,41 Rp217.283.279,83 Rp217.950.999,34
51 Rp234.965.840,99 Rp235.011.308,93 Rp235.382.312,01 Rp234.984.709,17
52 Rp253.434.142,66 Rp253.618.989,73 Rp255.168.264,80 Rp253.510.751,36
53 Rp273.548.710,97 Rp273.868.695,10 Rp276.564.787,01 Rp273.681.290,45
54 Rp295.475.723,24 Rp295.956.601,27 Rp300.019.029,05 Rp295.674.939,20
55 Rp319.406.319,80 Rp320.042.687,45 Rp325.430.340,20 Rp319.669.920,90
56 Rp345.547.546,95 Rp346.370.249,52 Rp353.347.292,42 Rp345.888.302,57
57 Rp374.130.054,94 Rp375.132.461,82 Rp383.647.410,12 Rp374.545.206,15
58 Rp405.411.025,53 Rp406.629.959,99 Rp416.999.719,49 Rp405.915.812,43

Universitas Indonesia
Halaman ini sengaja dikosongkan.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai pendanaan program asuransi dana pensiun man-


faat pasti dengan metode entry age normal dalam bab 3 dan 4, maka dapat ditarik kesim-
pulan untuk tugas akhir ini sebagai berikut:

1. Penghitungan manfaat normal menggunakan metode entry age normal memper-


hatikan besar gaji, probabilitas seorang peserta asuransi dana pensiun survive se-
lama masa kerjanya dan usia masuk serta usia pensiun normal peserta asuransi
dana pensiun, sesuai dengan formula P V F B yang ada pada bab 3 dan ilustrasi
penghitungan pada bab 4. Sedangkan untuk penghitungan manfaat tambahan, yang
mempengaruhi besar atau kecilnya manfaat, premi, maupun kewajiban aktuarianya
adalah besarnya gaji, usia pada time of event, dan probabilitas kejadian tersebut
terjadi.

2. Besar manfaat dan premi untuk manfaat keluar lebih besar daripada kedua man-
faat tambahan lainnya, yaitu manfaat meninggal dan manfaat cacat berdasarkan
ilustrasi penghitungan pada bab 4. Hal ini disebabkan oleh probabilitas seorang
pegawai keluar dari suatu perusahaan lebih besar dari probabilitas seorang pegawai
meninggal atau cacat sebelum usia pensiun normalnya, menurut tabel GAM 1971.
Besar kewajiban aktuaria semakin lama akan semakin besar, baik untuk manfaat
normal maupun manfaat tambahan karena kenaikan gaji yang mempengaruhi be-
sarnya manfaat dan probabilitas seseorang untuk meninggal, keluar, cacat semakin
besar dari tahun ke tahun.

5.2 Saran

Pada tugas akhir ini, telah dibahas penghitungan manfaat, premi, dan kewajiban ak-
tuaria untuk manfaat normal dan manfaat tambahan menggunakan metode entry age nor-
mal. Untuk penelitian selanjutnya, berikut adalah pengembangan yang dapat dilakukan:

1. Menggunakan metode lain, seperti aggregate cost method, spreading gain and
losses, employee contributions untuk menghitung manfaat, premi, dan kewajiban
aktuaria untuk manfaat normal dan manfaat tambahan.

59 Universitas Indonesia
60

2. Memperbarui tabel Group Annuity Mortality (GAM) 1971 untuk menghitung prob-
abilitas agar penghitungannya lebih akurat dan up to date.

Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Aitken, William H. (1996). A Problem Solving Approach to Pension Funding and Valua-
tion, Second Edition. Windsted, ACTEX Publication.

Bowers, N. L., Gerber, H. U., Hickman, J. C. (1997). Actuarial Mathematics, Second


Edition. Illionis: The Society of Actuaries.

Boyer, M. Martin., Mejza, Joanna., Stentoft, Lars. (2014). Measuring Longevity Risk: An
Application to The Royal Canadian Mounted Police Pension Plan. Risk Management
and Insurance Review Vol. 17, No. 1, 37-59.

Cunningham, R.J., Herzog, T.N., London, R.L. (2006). Models for Quantifying Risk, 3rd
Edition. Connecticut: ACTEX Publication, Inc.

Futami, T. (1993). Matematika Asuransi Jiwa Bagian I. Herliyanto, Gatot, penerjemah.


Tokyo: Oriental Life Insurance Cultural Development Center. Terjemahan dari: Seimei
Hoken Sugaku, Jokan (“92 Revision).

Hogg, R. V., McKean, J. W., and Craig, A. T. (2013). Introduction to Mathematical Statis-
tics. (7th edition). United States: Pearson.

Indonesia, Persatuan Aktuaris. (1998). Standar Praktik Aktuaria Dana Pensiun tahun 1998
Nomor 3.01.

Johnny et al. (2013). Actuarial and Financial Risk Resource Materials. Windsted, AC-
TEX Publication.

Kellison, Stephen G. (2009). The Theory of Interest 3rd Edition. United States: McGraw-
Hill.

Keuangan, Otoritas Jasa. (2016). Pension Fund Statistics. Otoritas Jasa Keuangan.

Klungman, S.A., Panjer, H.H., Wilmot, G.E. (2012). Loss Models: From Data to Deci-
sions (4th ed). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Louca et al. (2011). Assessing the Public Pension Scheme of The Republic of Cyprus.
Pensions : An International Journal; London Vol. 16, Iss. 3.

Rita, Nala. (2007). Pendanaan Program Pensiun dengan Metode Projected Unit Credit
(Skripsi). Depok: Universitas Indonesia.

61 Universitas Indonesia
62

Saputro, Eko. (1995). Perhitungan Manfaat Tambahan dalam Program Pensiun dengan
Metode Pendanaan Program Aktuaria Sistem Proyeksi (Skripsi). Depok: Universitas
Indonesia.

Tobing, Michelle Yeremia. (2018). Valuasi Asuransi Jiwa Survivorship dengan Tingkat
Pengembalian Stokastik dan Mortalitas Dependen (Skripsi). Depok: Universitas In-
donesia.

Wahab, Zulaini. (2001). Dana Pensiun dan Jaminan Tenaga Kerja di Indonesia. Bandung:
Citra Aditya Bakti.

Winklevoss, H.E. (1993). Pension Mathematics with Numerical Illustration, Seconnd Edi-
tion. Pennsylvania: Pension Research Council.

Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Lampiran 1

Tabel 5.1: Tabel GAM 1971 sampai Usia 58 Tahun (Bagian 1)


0(s) 0(w) 0(d) 0(τ )
x qx qx qx qx
20 0,0005 0,012155 0,0003 0,012945
21 0,00052 0,011225 0,0003 0,012036
22 0,00054 0,010355 0,0003 0,011186
23 0,00057 0,00954 0,0003 0,010402
24 0,00059 0,008785 0,0003 0,009667
25 0,00063 0,00808 0,0003 0,008992
26 0,00065 0,00743 0,0003 0,008373
27 0,00068 0,006825 0,0003 0,007798
28 0,00072 0,00627 0,0003 0,007283
29 0,00076 0,00576 0,0003 0,006814
30 0,00081 0,005295 0,0004 0,006498
31 0,00086 0,00487 0,0004 0,006124
32 0,00092 0,00448 0,0004 0,005794
33 0,00098 0,004135 0,0004 0,005509
34 0,00105 0,00382 0,0004 0,005264
35 0,00112 0,00354 0,0004 0,005054
36 0,0012 0,00329 0,0005 0,004894
37 0,00129 0,00307 0,0006 0,004953
38 0,0014 0,002875 0,0007 0,004968
39 0,00151 0,00275 0,0008 0,005008
40 0,00163 0,00256 0,0009 0,005082
41 0,00179 0,002435 0,001 0,005216
42 0,002 0,00233 0,0012 0,00552
43 0,00226 0,00224 0,0014 0,005889
44 0,00257 0,002165 0,0016 0,006322
45 0,00292 0,002105 0,0018 0,00681
46 0,00332 0,00205 0,002 0,007352
47 0,00375 0,00201 0,0022 0,00794
48 0,00423 0,00197 0,0025 0,008676
49 0,00474 0,00194 0,0028 0,009452
50 0,00528 0,00191 0,0031 0,010258

65 Universitas Indonesia
66

Tabel 5.2: Tabel GAM 1971 sampai Usia 58 Tahun (Bagian 2)

51 0,00587 0,00188 0,0034 0,011113


52 0,00648 0,00185 0,0038 0,012086
53 0,00713 0,00181 0,0042 0,01309
54 0,00781 0,00177 0,0046 0,014122
55 0,00852 0 0,005 0,013477
56 0,00926 0 0,0054 0,01461
57 0,01004 0 0,006 0,01598
58 0,01089 0 0,0068 0,017616

Universitas Indonesia
Lampiran 2

Tabel 5.3: Konversi Tabel GAM 1971 untuk x = 28


(s) (w) (d)
k k q28 k q28 k q28
1 0,0007176 0,0062668 0,0002990
2 0,0014305 0,0125272 0,0005958
3 0,0021387 0,0187812 0,0008906
4 0,0028422 0,0250289 0,0011833
5 0,0035409 0,0312701 0,0014738
6 0,0042350 0,0375050 0,0017624
7 0,0049243 0,0437335 0,0020488
8 0,0056089 0,0499556 0,0023331
9 0,0062887 0,0561713 0,0026154
10 0,0069639 0,0623807 0,0028956
11 0,0076344 0,0685837 0,0031737
12 0,0083002 0,0747803 0,0034498
13 0,0089613 0,0809706 0,0037238
14 0,0096177 0,0871545 0,0039957
15 0,0102694 0,0933320 0,0042656
16 0,0109164 0,0995032 0,0045334
17 0,0115587 0,1056681 0,0047992
18 0,0121963 0,1118266 0,0050629
19 0,0128293 0,1179787 0,0053246
20 0,0134575 0,1241245 0,0055842
21 0,0140811 0,1302640 0,0058418
22 0,0147001 0,1363971 0,0060973
23 0,0153143 0,1425239 0,0063508
24 0,0159239 0,1486444 0,0066023
25 0,0165288 0,1547585 0,0068517
26 0,0171291 0,1608663 0,0070991
27 0,0177247 0,1669678 0,0073445
28 0,0183156 0,1730629 0,0075879
29 0,0189019 0,1791517 0,0078292
30 0,0194835 0,1852343 0,0080685

67 Universitas Indonesia
68

Tabel 5.4: Tabel Hasil Penghitungan untuk e = 28 (Bagian 1)


N58 s w d
k B28+k D28+k
vk (P V F B) (P V F B) (P V F B)
0 0 0 1,000 0 0 0
1 Rp970.656,00 1,500036453 0,935 Rp976,53 Rp8.527,65 Rp406,80
2 Rp1.980.138,24 1,606324064 0,873 Rp3.974,31 Rp34.802,91 Rp1.655,27
3 Rp2.970.207,36 1,720194509 0,816 Rp8.920,06 Rp78.331,62 Rp3.714,36
4 Rp4.039.482,01 1,842155536 0,763 Rp16.135,01 Rp142.088,21 Rp6.717,30
5 Rp5.049.352,51 1,972803034 0,713 Rp25.148,81 Rp222.090,51 Rp10.467,72
6 Rp6.180.407,47 2,112821914 0,666 Rp36.849,00 Rp326.336,97 Rp15.334,51
7 Rp7.210.475,39 2,262959778 0,623 Rp50.037,46 Rp444.394,02 Rp20.818,49
8 Rp8.405.354,17 2,424009133 0,582 Rp66.511,16 Rp592.384,98 Rp27.666,77
9 Rp9.456.023,44 2,596805939 0,544 Rp83.995,93 Rp750.254,54 Rp34.932,71
10 Rp10.716.826,56 2,782338512 0,508 Rp105.558,42 Rp945.558,73 Rp43.891,17
11 Rp11.788.509,22 2,981664154 0,475 Rp127.488,68 Rp1.145.293,61 Rp52.998,84
12 Rp13.117.395,71 3,195973599 0,444 Rp154.501,81 Rp1.391.979,18 Rp64.215,36
13 Rp14.210.512,02 3,426407509 0,415 Rp181.062,84 Rp1.636.013,50 Rp75.239,42
14 Rp15.609.700,90 3,674302758 0,388 Rp213.927,21 Rp1.938.591,91 Rp88.877,75
15 Rp16.724.679,53 3,941199301 0,362 Rp245.342,42 Rp2.229.771,19 Rp101.908,59
16 Rp18.196.451,33 4,228881833 0,339 Rp284.544,09 Rp2.593.635,97 Rp118.167,76
17 Rp19.333.729,54 4,539338658 0,317 Rp321.138,27 Rp2.935.809,22 Rp133.337,71
18 Rp20.880.427,90 4,874787844 0,296 Rp367.295,41 Rp3.367.690,34 Rp152.471,29
19 Rp22.040.451,67 5,2377071 0,277 Rp409.516,59 Rp3.765.942,00 Rp169.963,60
20 Rp23.664.484,95 5,630867985 0,258 Rp463.406,64 Rp4.274.196,37 Rp192.290,89
21 Rp24.847.709,20 6,057618733 0,242 Rp511.877,92 Rp4.735.363,84 Rp212.361,15
22 Rp26.551.552,12 6,521760874 0,226 Rp574.553,52 Rp5.331.100,58 Rp238.315,11
23 Rp27.758.440,85 7,027405701 0,211 Rp630.173,90 Rp5.864.769,33 Rp261.332,92
24 Rp29.544.636,18 7,578741433 0,197 Rp702.933,30 Rp6.561.656,99 Rp291.447,70

Universitas Indonesia
25 Rp30.775.662,68 8,180588061 0,184 Rp766.723,75 Rp7.178.802,12 Rp317.832,61
Tabel 5.5: Tabel Hasil Penghitungan untuk e = 28 (Bagian 2)

26 Rp32.646.822,97 8,838163981 0,172 Rp851.056,26 Rp7.992.631,75 Rp352.720,76


27 Rp33.902.470,01 9,557282499 0,161 Rp924.233,18 Rp8.706.355,44 Rp382.972,62
28 Rp35.861.279,39 10,34442561 0,150 Rp1.021.897,59 Rp9.655.847,44 Rp423.357,43
29 Rp37.142.039,37 11,20660073 0,141 Rp1.105.897,88 Rp10.481.685,71 Rp458.066,66
30 Rp39.191.255,33 12,15170836 0,131 Rp1.218.934,46 Rp11.588.693,97 Rp504.786,90
Total Rp11.474.612,43 Rp106.920.600,55 Rp4.758.270,17

Universitas Indonesia
69

Anda mungkin juga menyukai