Anda di halaman 1dari 21

TUGAS 1

KEPERAWATAN KRITIS

( Asuhan Keperawatan Kritis)

Kelompok 5 ( LIMA )

1. Eva Viana Arfam

2. Muh. Faisal Dg. Munir

3. Annisa Damayanti

4. Nur Hikma Umati

5. Wiwin Anggraeni

6. Akbar Hidayat

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas ke hadirat Allah SWT. Yang selalu melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya. Sehingga kami dari kelompok Lima (5) dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Mata
kuliah Keperawatan Kritis Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak ada hambatan yang
kelompok kami hadapi. kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan Dosen, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi orang lain.

Makasssar, 20 Oktober 2019


3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................2


DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ..............................................................................……….…...3
C. Tujuan ...................................................................................................................3
D. Manfaat..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1. Ringkasan Jurnal…………………………………………………………….…..4
2.Tinjauan Teori ……………………………………………………………....…...4

a. definisi……………………………………………………………….…….…5

b. Etiologi.………………………………………………………………..……..5

c. Manifestasi Klinis…….………………………………………………..…….5

d. Klasifikasi……………………………………………………………………5

e. Komplikasi……………………………………………………………….…..7

f. Patofisiologi……....……………………………………………………….….7

g. Pathway…………...……………………………………………………….…9

h. Pemeriksaan Penunjang...…………………………………………………...10

i. Indikasi………………………………………..……………………………..10

j. Komplikasi…………………………………………………………………...11

3. Analisis……………………………………………………………………...…13

4. Implikasi…………………………………………….…………………………13

5. Asuhan Keperawatan……………………………………………….…………14

a. Pengkajian keperawatan………………………………………………….14
b. Diagnosa keperawatan……………………………………………………17
4
c. Intervensi keperawatan...…………………………………………………17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................………….19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I 5
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian


abdomen. Laparotomi terbentuk dari dua kata Yunani, ”lapara” dan ”tome”. Kata
”lapara” berarti bagian lunak dari tubuh yang terletak diantara tulang rusuk dan
pinggul, sedangkan ”tome” berarti pemotongan (Kamus Kedokteran, 2011). Faridah
(2014) menyatakan bahwa, laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor,
dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk
mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan
obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus seperti, apendisitis perforasi,
hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rektum, obstruksi usus, inflamasi
usus kronis, kolestisitis dan peritonitis (Sjamsuhidajat, 2005). Organ-organ pada
saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan saluran reproduksi
merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ tersebut dapat
ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi. Laparotomi berasal dari
dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berati perut atau abdomen
sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan sebagai
penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi
adalah celiotomi.( Fossum, 2002)."Keuntungan penggunaan teknik laparotomi
medianus adalah tempat penyayatan mudah ditemukan karena adanya garis putih
sebagai penanda, sedikit terjadi perdarahan dan di daerah tersebut sedikit
mengandung syaraf.Adapun kerugian yang dapat terjadi dalam penggunaan metode
ini adalah mudah ter#adi hernia jika proses penjahitan atau penangan post operasi
kurang baik dan persembuhan yang relatif lama.
2. Rumusan Masalah 6

a. Bagaimana ringkasan Jurnal Laparatomi ?


b. Bagaimana konsep Tinjauan Teori Laparatomi ?

3. Tujuan

a) Mengetahui pembahasan tentang ringkasan jurnal Laparatomi ?


b) Mengetahui Tinjauan Teori tentang Laparatomi ?
c) Mengetahui analisis SWOT ( Pemecahan masalah) tentang Laparatomi ?
d) Mengetahui tentang Implikasi Keperawatan ?
e) Lampiran jurnal tentang Laparatomi

4. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami tentang penyakit
Laparatomi.
BAB II 7
PEMBAHASAN

1. RINGKASAN JURNAL

PENGARUH AROMATERAPI LEMON TERHADAP PENURUNAN


SKALA NYERI PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI
Pengaruh Aromaterapi Lemon terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Post
Operasi Laparatomi. Tindakan operasi di Indonesia tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa
(WHO dalam Sartika, 2013).Komplikasi pasien post laparatomi adalah nyeri yang
hebat, perdarahan, bahkan kematian. Penatalaksanaan nyeri dilakukan dengan teknik
farmakologi dan non farmakologi. Pada pasien yang mengalami nyeri ringan sampai
dengan untuk penanganannya dapat dilakukan dengan teknik non farmakologi.
Tindakan non farmakologi diantaranya aromaterapi menggunakan aromaterapi lemon,
bertujuan mengetahui pengaruh aromaterapi lemon terhadap intensitas nyeri pasien
post operasi laparatomi. Jenis penelitian kuantitatif desain quasi exsperiment dengan
pendekatan desain one group pre-test post-test design. Teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 32 responden.
Pengumpulan data menggunakan pengukuran Numeric Rating Scale (NRS). Uji
statistik wilcoxon signed ranked test. Terdapat perbedaan intensitas nyeri pada pasien
post operasi laparatomi sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lemon p-value
0.000. Saran agar rumah sakit dapat mempertimbangkan penggunakan aromaterapi
lemon untuk menangani nyeri pada pasien post operasi laparatomi dengan
menggunakan standar operasional prosedur yang ada.

2. TINJAUAN TEORI

a. Definisi
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer,
2000).Laparatomi adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka
cavum abdomen dengan tujuan eksplorasi.Perawatan post laparatomi adalah
bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah
menjalani operasi pembedahan perut.
b. Etiologi 8
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh
beberapa hal (Smeltzer, 2012) yaitu:
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam).
2. Peritonitis.
3. Perdarahan saluran cernas
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Massa pada abdomen
c. Manifestasi Klinis

1. Nyeri tekan.
2. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3. Kelemahan.
4. Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
5. Konstipasi.
6. Mual dan muntah, anoreksia.

d. Klasifikasi
1). Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit
perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta
tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis
insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi
gaster, pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi
ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.

2). Paramedian yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang
(12,5 cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi
pada jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus
bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki
keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan
fisiologis, tidak memotong ligamen dan sara, dan insisi mudah diperluas ke
arah atas dan bawah.
3). Transverse upper abdomen incision yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya
9
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

4). Transverse lower abdomen incision yaitu; insisi melintang di bagian bawah
± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy.

e. Komplikasi

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.


Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,
hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini
post operasi.
2. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus
aurens, organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan.
Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan
luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi.
4. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
5. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).

f. Patofisiologi

Trauma adalah cedera atau kerugian psikologis atau emosional


(Dorland, 2011).
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2010).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2011). Trauma abdomen adalah cedera pada
abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang
10
disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011).
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan
tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan, benturan, ledakan,
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) dapat mengakibatkan
terjadinya trauma abdomen sehingga harus di lakukan laparatomy.(Arif
Muttaqin, 2013).
Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat
kehilangan darah, memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ,
nyeri, iritasi cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat
mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres
simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel.
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf
simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan
perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri
akut.(Arif Muttaqin, 2013).

g. Pathway
11
12
h. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus


besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan
kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.

Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.

Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.

IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma


saluran kencing.

Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut


yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut
yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan
menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding
perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan
menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.

Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan


memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan
kedalam rongga peritonium.

I. Indikasi Laparatomy

1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)

Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang


terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau
yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
 Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium)
yang disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
 Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum)
yang dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi
atau sabuk pengaman (sit-belt).
13
2. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier.
Peritonitis primer dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis
(SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh
perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale,
perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid), sementara proses
pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.

3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)


Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.
Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan
perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus.

4. Apendisitis mengacu pada radang apendiks


Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian
inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah
obstruksi lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.

J. Komplikasi

a. Syok
1) Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang
disertai dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk
metabolisme.
Manifestasi Klinis :
a. Pucat
b. Kulit dingin dan terasa basah
c. Pernafasan cepat
d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
e. Nadi cepat, lemah dan bergetar
14
.
b. Hemoragi
1) Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan
2) Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika
kenaikan tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang
tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah yang tidak terikat
3) Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur
slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi
terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage.
Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus, kulit
dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan
dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.
c. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
d. Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 -14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati,
dan otak.
e. Buruknya integriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.
f. Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus,
mikroorganisme; gram positif. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan
dehisensi luka atau eviserasi. Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi
luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui
insisi.Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka,
kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding
abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah
3. ANALISIS 15
Faktor yang dapat menyebabkan nilai nyeri berbeda-beda atau bervariasi dan
menunjukan perubahan yang relatif kecil, dan reaksi terhadap nyeridipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan,
dan pengalaman sensori itu sendiri. Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak
perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan merusak dan lain-lain. diperoleh data rata-rata skala nyeri sesudah
diberikan aromaterapi lemon adalah 4,00 dengan standar deviasi 0,718 dan skala nyeri
terendah adalah 3 dan skala nyeri tertinggi adalah 54,00 dengan standar deviasi 0,718
dan skala nyeri terendah adalah 3 dan skala nyeri tertinggi adalah 5. Secara kuantitatif
penelitian ini berpengaruh karena menunjukkan adanya perbedaan rata-rata skala
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan aromaterapi. Rata-rata nyeri berkurang menjadi
4,00.

4. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Aromaterapi dapat digunakan dalam intervensi asuhan keperawatan post operasi.
Dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara nyeri sebelum
dan sesudah pemberian aromaterapi lemon. Jika dilihat dari analisa bivariat dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian aromaterapi lemon terhadap
penurunan nyeri pasien post operasi laparatomi.

5. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian keperawatan pada klien dengan post laparatomi sama
seperti pada kasus keperawatan lainnya yaitu terdiri dari dua tahap :
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien terdiri dari :nama, umur, jenis kelamin,agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian
2) Riwayat Kesehatan Pasien.
a. Alasan Masuk Perawatan Menggambarkan tentang hal-hal yang menjadikan
pasien dibawa ke Rumah Sakit dan dirawat.
b. Keluhan utama ini diambil dari data subjektif atau objektif yang paling menonjol
16
yang dialami oleh klien. Keluhan utama pada klien peritonitis ialah nyeri di daerah
abdomen, mual, muntah, demam (Brunner & Suddarth, 2002 : 1104).
c. Riwayat kesehatan sekarang adalah pengembangan dari keluhan utama dan data
yang menyertai menggunakan pendekatan PQRST (Priharjo, 1996 : 10).
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu, Pada kesehatan masa lalu ini dikaji tentang faktor
resiko penyebab masalah kesehatan sekarang serta jenis penyakit dan kesehatan masa
lalu. Pada klien post operasi akibat peritonitis, perlu dikaji mengenai riwayat
penyakit saluran pencernaan (seperti Typhoid,Apendicitis, dll)dan riwayat
pembedahan sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga, Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang
penyakit yang menular atau penyakit menurun yang ada dalam keluarga.

3) Pola Aktivitas Harian


Pengkajian pada pola aktivitas ini adalah membandingkan antara kebiasaan selama di
rumah sakit sebelum sakit dan selama sakit di rumah sakit meliputi :
a. Pola Nutrisi, Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, pantangan
makanan, alergi terhadap makanan dan nafsu makan. Biasanya pada klien post
operasi akibat peritonitis terdapat mual, muntah dan anoreksia.
b. Pola Eliminasi, Pada pola eliminasi yang harus dikaji meliputi frekuensi buang
air besar, konsistensinya dan keluhan selama buang air besar. Frekuensi buang
air kecil, warna, jumlah urine tiap buang air kecil. Pada klien dengan post operasi
biasanya dijumpai penurunan jumlah urine akibat intake cairan yang tidak adekuat
akibat pembedahan.
c. Pola Istirahat dan Tidur, Pada pola istirahat tidur yang harus dikaji adalah lama
tidur dalam sehari, kebiasaan pada waktu tidur. Pada klien post operasi bisa
ditemukan gangguan pola tidur karena nyeri.
d. Pola Personal Hygiene, Pola personal hygiene yang harus dikaji adalah
kemampuan klien perawatan diri seperti mandi, gosok gigi, keramas, gunting
kuku, dll. Pada klien dengan post operasi biasanya klien tidak dapat melakukan
personal hygiene secara mandiri karena keterbatasan gerak akibat pemrbedahan dan
nyeri.
e. Pola Aktivitas, Pada pola aktivitas meliputi kebiasaan aktivitas sehari-hari.
17
Pada klien dengan post operasi biasanya ditemukan keterbatasan gerak akibat
nyeri.
4) Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum klien setelah dilakukan pembedahan biasanya tampak lemah,
gelisah, meringis.
b. Pemeriksaan Fisik Persistem:
 Sistem Pernafasan Kepatenan jalan nafas, kedalaman, frekuensi dan karakter
pernafasan, sifat dan bunyi nafas merupakan hal yang harus dikaji pada
klien dengan post operasi. Pernafasan cepat dan pendek sering terjadi mungkin
akibat nyeri. Pernafasan yang bising karena obstruksi oleh lidah dan auskultasi dada
didapatkan bunyi krekels.
Sistem Kardiovaskuler, Pada klien post operasi biasanya ditemukan tanda-tanda
syok seperti takikardi, berkeringat, pucat, hipotensi dan penurunan suhu
tubuh.
 Sistem Gastrointestinal, Ditemukan distensi abdomen, kembung (penumpukan
gas),mukosa bibir kering, penurunan peristaltic usus juga biasanya ditemukan muntah
dan konstipasi akibat pembedahan.
 Sistem Perkemihan, Terjadi penurunan haluaran urine dan warna urine menjadi
pekat / gelap, terdapat distensi kandung kemih dan retensi urine.
 Sistem Muskuloskeletal, Kelemahan dan kesulitan ambulasi terjadi akibat nyeri
di abdomen dan efek dari pembedahan atau anastesi sehingga menyebabkan
kekakuan otot.
 Sistem Neurologi, Nyeri dirasakan bervariasi, tingkat dan keparahan nyeri
post operasi tergantung pada anggapan fisiologi dan psikologi individu serta
toleransi yang ditimbulkan oleh nyeri.
 Sistem Integumen, Ditemukan luka akibat pembedahan di area abdomen.
Karakteristik luka tergantung pada lamanya waktu setelah pembedahan.
5) Aspek Psikologis
a. Status Emosional, Kemungkinan ditemukan emosi klien jadi gelisah dan labil,
karena proses penyakit yang tidakdiketahui / tidak pernah diderita sebelumnya dan
akibat pembedahan.
b. Konsep Diri yaitu :
 Body Image / Gambaran Diri, Mencakup persepsi dengan perasaan terhadap 18
tubuhnya, bagi tubuh yang disukai dan tidak disukai Harga Diri, Penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh memenuhi ideal
diri. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain.
 Ideal Diri, Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas / peran dan harapan
terhadap penyakitnya.
 Peran yang diemban dalam keluarga atau kelompok masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas /peran tersebut.
 Identitas, Status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya .
c. Stressor adalah setiap faktor yang menimbulkan stress atau mengganggu
keseimbangan (Keliat, :2001). Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit
dalam proses suatu penyembuhan penyakit.
d. Mekanisme koping ini merupakan suatu cara bagaimana seseorang untuk
mengurangi atau menghilangkan stress yang dihadapi.
e. Harapan dan Pemahaman Klien tentang Kondisi Kesehatan yang dihadapi.
Hal ini perlu dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op Laparatomi
adalah :
1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia,
imobilisasi, nyeri.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain
dan drainage.

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas
Tujuan :
Klien akan mempertahankan ekspansi paru dan fungsi pernapasan yang
adekuat.
Intervensi :
- Posistioning klien untuk mencegah aspirasi
- Insersi mayo
19
 mencegah obstruksi, melakukan suction.
- Pemberian aksigen
- Endotracheal tube/mayo dilepas
 refleks gag kembali
- Dorong batuk dan bernapas dalam 5 – 10 x setiap 2 jam. Khususnya 72 jam
pertama (potensial komplikasi :atelektasis, pneumonia).
- Klien dengan penyakit paru, orang tua, perokok, panas spirometer.
- Suction

2. Gangguan integritas kulit


Tujuan :
- luka klien akan sembuh tanpa komlikasi luka post operatif.
Penyebab luka infeksi :
- kontaminasi selama pembedahan
- infeksi preoperative
- teknik aseptic yang terputus
- status klien yang jelek.
Intervensi :
-Terapi obat :
1.antibiotik profilaksis spectrum luas (24 – 72 jam post op)
2.perawatan luka dengan gaas antibiotik.
3.Balutan luka : ganti sesuai order dokter. Luka yang ditutup dengan balutan
dibuka 3-6 hari.
- Drain :
1.evakuasi cairan dan udara
2. mencegah luka infeksi yang dalam dan pembentukan abses pada luka bedah
BAB III 20
KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997).
Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada
daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.

DAFTAR PUSTAKA

Jitowiyono Sugeng dkk, 2012. Asuhan Kperawatan Post Operasi. Yogyakarta :


Muha Medika.

Lynda Juall Carpenito. (2000). Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC.


21
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.

http://bangeud.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan_13.html

Anda mungkin juga menyukai