KEPERAWATAN KRITIS
Kelompok 5 ( LIMA )
3. Annisa Damayanti
5. Wiwin Anggraeni
6. Akbar Hidayat
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas ke hadirat Allah SWT. Yang selalu melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya. Sehingga kami dari kelompok Lima (5) dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Mata
kuliah Keperawatan Kritis Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak ada hambatan yang
kelompok kami hadapi. kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan Dosen, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi orang lain.
a. definisi……………………………………………………………….…….…5
b. Etiologi.………………………………………………………………..……..5
c. Manifestasi Klinis…….………………………………………………..…….5
d. Klasifikasi……………………………………………………………………5
e. Komplikasi……………………………………………………………….…..7
f. Patofisiologi……....……………………………………………………….….7
g. Pathway…………...……………………………………………………….…9
h. Pemeriksaan Penunjang...…………………………………………………...10
i. Indikasi………………………………………..……………………………..10
j. Komplikasi…………………………………………………………………...11
3. Analisis……………………………………………………………………...…13
4. Implikasi…………………………………………….…………………………13
5. Asuhan Keperawatan……………………………………………….…………14
a. Pengkajian keperawatan………………………………………………….14
b. Diagnosa keperawatan……………………………………………………17
4
c. Intervensi keperawatan...…………………………………………………17
1. Latar belakang
3. Tujuan
4. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami tentang penyakit
Laparatomi.
BAB II 7
PEMBAHASAN
1. RINGKASAN JURNAL
2. TINJAUAN TEORI
a. Definisi
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer,
2000).Laparatomi adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka
cavum abdomen dengan tujuan eksplorasi.Perawatan post laparatomi adalah
bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah
menjalani operasi pembedahan perut.
b. Etiologi 8
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh
beberapa hal (Smeltzer, 2012) yaitu:
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam).
2. Peritonitis.
3. Perdarahan saluran cernas
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Massa pada abdomen
c. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan.
2. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3. Kelemahan.
4. Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
5. Konstipasi.
6. Mual dan muntah, anoreksia.
d. Klasifikasi
1). Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit
perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta
tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis
insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi
gaster, pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi
ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.
2). Paramedian yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang
(12,5 cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi
pada jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus
bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki
keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan
fisiologis, tidak memotong ligamen dan sara, dan insisi mudah diperluas ke
arah atas dan bawah.
3). Transverse upper abdomen incision yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya
9
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4). Transverse lower abdomen incision yaitu; insisi melintang di bagian bawah
± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy.
e. Komplikasi
f. Patofisiologi
g. Pathway
11
12
h. Pemeriksaan Penunjang
I. Indikasi Laparatomy
J. Komplikasi
a. Syok
1) Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang
disertai dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk
metabolisme.
Manifestasi Klinis :
a. Pucat
b. Kulit dingin dan terasa basah
c. Pernafasan cepat
d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
e. Nadi cepat, lemah dan bergetar
14
.
b. Hemoragi
1) Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan
2) Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika
kenaikan tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang
tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah yang tidak terikat
3) Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur
slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi
terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage.
Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus, kulit
dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan
dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.
c. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
d. Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 -14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati,
dan otak.
e. Buruknya integriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.
f. Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus,
mikroorganisme; gram positif. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan
dehisensi luka atau eviserasi. Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi
luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui
insisi.Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka,
kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding
abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah
3. ANALISIS 15
Faktor yang dapat menyebabkan nilai nyeri berbeda-beda atau bervariasi dan
menunjukan perubahan yang relatif kecil, dan reaksi terhadap nyeridipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan,
dan pengalaman sensori itu sendiri. Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak
perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan merusak dan lain-lain. diperoleh data rata-rata skala nyeri sesudah
diberikan aromaterapi lemon adalah 4,00 dengan standar deviasi 0,718 dan skala nyeri
terendah adalah 3 dan skala nyeri tertinggi adalah 54,00 dengan standar deviasi 0,718
dan skala nyeri terendah adalah 3 dan skala nyeri tertinggi adalah 5. Secara kuantitatif
penelitian ini berpengaruh karena menunjukkan adanya perbedaan rata-rata skala
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan aromaterapi. Rata-rata nyeri berkurang menjadi
4,00.
4. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Aromaterapi dapat digunakan dalam intervensi asuhan keperawatan post operasi.
Dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara nyeri sebelum
dan sesudah pemberian aromaterapi lemon. Jika dilihat dari analisa bivariat dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian aromaterapi lemon terhadap
penurunan nyeri pasien post operasi laparatomi.
5. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian keperawatan pada klien dengan post laparatomi sama
seperti pada kasus keperawatan lainnya yaitu terdiri dari dua tahap :
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien terdiri dari :nama, umur, jenis kelamin,agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian
2) Riwayat Kesehatan Pasien.
a. Alasan Masuk Perawatan Menggambarkan tentang hal-hal yang menjadikan
pasien dibawa ke Rumah Sakit dan dirawat.
b. Keluhan utama ini diambil dari data subjektif atau objektif yang paling menonjol
16
yang dialami oleh klien. Keluhan utama pada klien peritonitis ialah nyeri di daerah
abdomen, mual, muntah, demam (Brunner & Suddarth, 2002 : 1104).
c. Riwayat kesehatan sekarang adalah pengembangan dari keluhan utama dan data
yang menyertai menggunakan pendekatan PQRST (Priharjo, 1996 : 10).
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu, Pada kesehatan masa lalu ini dikaji tentang faktor
resiko penyebab masalah kesehatan sekarang serta jenis penyakit dan kesehatan masa
lalu. Pada klien post operasi akibat peritonitis, perlu dikaji mengenai riwayat
penyakit saluran pencernaan (seperti Typhoid,Apendicitis, dll)dan riwayat
pembedahan sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga, Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang
penyakit yang menular atau penyakit menurun yang ada dalam keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op Laparatomi
adalah :
1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia,
imobilisasi, nyeri.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain
dan drainage.
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas
Tujuan :
Klien akan mempertahankan ekspansi paru dan fungsi pernapasan yang
adekuat.
Intervensi :
- Posistioning klien untuk mencegah aspirasi
- Insersi mayo
19
mencegah obstruksi, melakukan suction.
- Pemberian aksigen
- Endotracheal tube/mayo dilepas
refleks gag kembali
- Dorong batuk dan bernapas dalam 5 – 10 x setiap 2 jam. Khususnya 72 jam
pertama (potensial komplikasi :atelektasis, pneumonia).
- Klien dengan penyakit paru, orang tua, perokok, panas spirometer.
- Suction
1. Kesimpulan
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997).
Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada
daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
http://bangeud.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan_13.html