Anda di halaman 1dari 16

SHARING JURNAL KEPERAWATAN

PENGARUH TERAPI SENAM OTAK TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA YANG


MENGALAMI DEMENSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA
INDERALAYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Gerontik


Di LKS-LU Pangesti Lawang Malang

Oleh :
DEVI FATMAWATI
NIM 180070300011028
KELOMPOK 2

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan jumlah penduduk lanjut usia di dunia, menurut perkiraan World
Healt Organitation (WHO) akan meningkat pada tahun 2025 dibandingkan tahun 1990
dibeberapa Negara dunia seperti China 220%, India 242%, Thailand 337%, dan
Indonesia 440% (Wiwin 2011). Asia merupakan wilayah yang paling banyak mengalami
perubahan komposisi penduduk dan diperkirakan pada tahun 2025, populasi lanjut
usia akan bertambah sekitar 82%. Penduduk lanjut usia di Indonesia 2008 sebesar
21,2 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,8 tahun, tahun 2010 sebesar 24 juta jiwa
dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia
diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Arita,
2011). Meningkatnya populasi lansia akan dapat menimbulkan masalah – masalah
penyakit pada usia lanjut. Menurut Departemen Kesehatan tahun 1998, terdapat 7,2 %
populasi usia lanjut 60 tahun keatas untuk kasus demensia. Sebanyak 5 % usia lanjut
65 – 70 tahun menderita demensia dan akan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun
mencapai lebih 45% pada usia diatas 85 tahun(Nugroho, 2008). Menurut data yang
diperoleh dari LKS-LU Pangesti LawangMalang didapatkan dari total 60 lansia yang
dirawat terdapat 23 orang lansia atau sekitar 38% yang menderita demensia.
Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat yang terjadi perlahan
– lahan, serta dapat mengganggu kinerja dan aktivitas kehidupan sehari – hari (Atun
2010). Demensia di tandai dengan adanya gangguan mengingat jangka pendek dan
mempelajari hal – hal baru, gangguan kelancaran berbicara (sulit menyebutkan nama
benda dan mencari kata – kata untuk diucapkan), keliru mengenai tempat - waktu –
orang atau benda, sulit hitung menghitung, tidak mampu lagi membuat rencana,
mengatur kegiatan, mengambil keputusan, dan lain – lain (Sumijatun 2005).
Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi demensia antara
lain dengan mengenal kemampuan-kemampuan yang masih dimiliki, terapi
individu dengan melakukan terapi kognitif, terapi aktivitas kelompok dan senam
otak (Stuart & Laraia 2010).
Senam otak adalah suatu usaha alternative alami yang sehat untuk
menghadapi ketegangan dan menghadirkan relaksasi dalam kehidupan sehari-
hari. Senam otak bertujuan meningkatkan rasa percaya diri, menguatkan motivasi
belajar, merangsang otak kiri dan kanan, merelaksasi otak dan dapat
meningkatkan fungsi kognitif (Andri 2013).
Kegiatan senam otak ditujukan untuk merelaksasi dimensi pemusatan,
menstimulasi (dimensi lateralis) dan meringankan (dimensi pemfokusan). Prinsip
senam otak adalah mengaktifkan 3 dimensi otak, dimensi pemusatan dapat
meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan penerimaan oksigen sehingga
dapat membersihkan otak, Dimensi lateralisakan menstimulasi koordinasi kedua
belahan otak yaitu otak kiri dan kanan (memperbaiki pernafasan, stamina,
melepaskan ketegangan dan mengurangi kelelahan), dimensi pemfokusan untuk
membantu melepaskan hambatan fokus dari otak yaitu memperbaiki kurang
perhatian, kurang konsentrasi. (Dennison dalam Anton 2010).

1.2 Tujuan
Sharing jurnal ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang aplikasi
terapi senam otak pada lansia yang dapat meningkatakan kemampuan kognitif lansia
yang menderita demensia di panti Wreda Pangesti Lawang.

1.3 Manfaat
Sharing jurnal iini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi lansia penderita demensia: dapat mendapatkan alternatif terapi untuk
bisa meningkatkan maupun untuk mencegah penurunan kemampuan kognitif
yang dimiliki lansia di Panti Wreda Pangesti Lawang
2. Bagi lansia yang belum menaglami demensia: untuk mencegah terjadinya
demensia dengan memepertahankan atau meningkatkan kemampuan kogitif
lansia
3. Bagi perawat: dapat memperoleh pengetahuan tentang salah satu penerapan
terapai senam otak yang sangat bermanfaat untuk merawat lansia dengan
maupun tanpa demensia.
BAB 2
ISI JURNAL

2.1 IDENTITAS JURNAL

1. Author : Raden Surahmat1, Novitalia2

2. Title : PENGARUH TERAPI SENAM OTAK TERHADAP TINGKAT


KOGNITIF LANSIA YANG MENGALAMI DEMENSIA DI
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA
INDERALAYA
3. Publisher : Majalah Kedokteran Sriwijaya, Th. 49
Nomor 4, Oktober 2017
4. Publication Type
: Article Journal
5. Language
: Indonesia
6. Published Online
: 2017

2. 2 LATAR BELAKANG JURNAL


Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500
juta dengan usia rata- rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
mencapai 1,2 milyar. Di Indonesia, jumlah lansia terus mengalami peningkatan.
Perkiraan penduduk lansia di Indonesia tahun 2020 mencapai 28,8 juta atau
11,34 %dengan UHH (umur harapan hidup) sekitar 71,1. Pada tahun 2010 terjadi
peningkatan penduduk yaitu 7.450.394 orang dengan komposisi 3.792.647 orang
laki laki dan 3.657.747 orang perempuan, diantaranya penduduk yang berusia 60
tahun ke atas berjumlah 466.033 orang.3 Sedangkan data dari Badan Pusat
Statistik Kota Palembang pada tahun 2014 jumlah lansia adalah 161.619 dengan
pembagian jenis kelamin yaitulaki- laki sebanyak 77.629 dan perempuan
sebanyak 83.990.
Proses menua merupakan proses yang terus- menerus atau
berkelanjutan secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup.
Misalnya, dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua
setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Ada kalanya seseorang belum
tergolong lanjut usia atau masih muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan
yang mencolok. Menjadi tua adalah proses alami. Namun, bukan berarti pada
saat tua kepikunan juga harus ikut menyertainya. Pada masa lansia, orang masih
bisa aktif tanpa harus pikun.
Demensia atau pikun adalah keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan
tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari- hari.
Salah satu upaya untuk menghambat kemunduran kognitif akibat
penuaan yaitu dengan melakukan gerakan olahraga atau latihan fisik. Latihan
yang dapat meningkatkan potensi kerja otak yakni meningkatkan kebugaran fisik
secara umum dalam bentuk melakukan brain gym yakni kegiatan yang
merangsang intelektual yang bertujuan untuk mempertahankan kesehatan otak
dengan melakukan gerakan badan. Senam otak juga merupakan sejumlah
gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan setiap bagian- bagian otak,
dapat menarik keluar tingkat kosentrasi otak, dan juga sebagai jalan keluar bagi
bagian bagian otak yang terhambat agar dapat berfungsi maksimal.
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah ada pengaruh terapi senam otak terhadap lansia yang mengalami
demensia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indaralaya tahun 2016,

2. 3 METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif Pra-Eksperimen
dengan menggunakan metode pra pasca test dalam satu kelompok (one- group
pretest-posttest design). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 33 orang. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Sampel dalam
penelitian ini yaitu lansia yang berumur 60-70 tahun. Alat pengumpulan data yang
digunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE). Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 11 sampai 24 April 2016. Analisis data yang digunakan
adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk
memperoleh distribusi frekuensi variabel dependen dan variabel independen
sedangkan kegunaan analisis bivariat untuk mengetahui apakah ada pengaruh
yang signifikan antara dua variabel. Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan uji paired t-test. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 sampai
dengan 24 April 2016 di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya.

2. 4 HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian didapatkan tingkat kognitif sebelum dilakukan senam
otak menunjukkan bahwa dari 33 responden didapatkan nilai kognitif responden
sebelum dilakukan senam otak dengan nilai kognitif sedang sebanyak 21 orang
(63,6%) dan nilai kognitif ringan sebanyak 12 orang (36,4). Deskriftif tingkat
kognitif sebelum dilakukan senam otak dari jumlah 33 responden dengan nilai
mean 19.85, memiliki nilai maksimum adalah 27 dan nilai kognitif minimum 11
serta dengan nilai standar deviasi 3.993.
Tingkat kognitif setelah dilakukan senam otak dari 33 responden
didapatkan nilai kognitif responden setelah dilakukan senam otak dengan nilai
kognitif sedang sebanyak 14 orang (42,4%) dan nilai kognitif ringan sebanyak 19
orang (57,6%). deskriftif tingkat kognitif setelah dilakukan senam otak dari jumlah
33 responden dengannilai mean 21.42, memiliki nilai maksimum adalah 29 dan
nilai kognitif minimum 11 serta dengan nilai standar deviasi 4.093.
Rata-rata tingkat kognitif lansia sebelum dilakukan senam otak adalah
19.85 dengan standar deviasi 3.993. Sedangkan rata-rata untuk tingkat kognitif
lansia setelah dilakukan senam otak adalah 21.42 dengan standar deviasi 4.093.
Hasil uji statistik menggunakan uji t paired t-tes didapatkan nilai p value = 0.000
dengan nilai α = 0.05 (pvalue < α) menyatakan bahwa ada pengaruh yang
signifikan tingkat kognitif lansia demensia sebelum dan setelah dilakukan senam
otak.

2. 5 DISKUSI
Pada lansia terjadi penurunan kemampuan otak dan tubuh sehingga tubuh
mudah sakit, pikun, dan frustasi. Widianti dan Proverawati (2010) menyatakan,
tidak heran bila para lansia terjadi penurunan berupa kemunduran daya ingat, sulit
berkosentrasi, cepat beralih perhatian, juga terjadi kelambanan pada tugas
motorik sederhana seperti berlari, mengetuk jari, kelambanan dalam persepsi
sensoris serta dalam reaksi tugas kompleks. Namun kebanyakan proses lanjut
usia ini masih dalam batas-batas normal berkat proses plastisitas. Proses ini
adalah kemampuan sebuah striktur dan fungsi otak yang terkait untuk tetap
berkembang karena stimulasi. Oleh karena itu agar tidak cepat mundur, proses
plastisitas ini harus dipertahankan dengan latihan atau permainan yang
prosedurnya membutuhkan kosentrasi, orientasi, memori visual dan lain-lain.
Senam otak merupakan salah satu contoh latihan yang mudah dilakukan oleh
orang lanjut usia karena bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan tidak
membutuhkan energi yang banyak.
Widianti dan Proverawati (2010) menjelaskan bahwa senam otak juga
dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya ingat. Orang akan menjadi
lebih bersemangat, lebih kosentrasi, lebih kreatif dan efisien, selain itu badan akan
terasa lebih sehat karena tingkat stres mengalami penurunan. Pada lansia,
penurunan otak dan tubuh membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun, dan frustasi.
Meski demikian, penurunan ini bisa diperbaiki dengan melakukan senam otak.
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) senam otak dapat memperlancar
aliran darah dan oksigen ke otak, juga merangsang kedua belahan otak untuk
bekerja. Senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitas-
komunikasi, pemfokusan-pemahaman dan pemusatan-pengaturan. Gerakan-
gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat
memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Widianti dan Proverawati
(2010) menjelaskan bahwa Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang
dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, kosentrasi, kecepatan,
persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), menyelaraskan
kemampuan beraktivitas dan berpikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan
keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan
fungsi kinerja panca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh.
Senam otak juga dapat meningkatkan daya ingat dan pengulangan
kembali terdapat huruf atau angka (dalam waktu 10 minggu), meningkatkan
ketajaman pendengaran dan penglihatan, mengurangi kesalahan membaca,
memori, dan kemampuan komprehensif pada kelompok dengan gangguan bahasa
hingga mampu meningkatkan respon terhadap rangsangan visual.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Verany dan Santoso (2013)
dengan menggunakan Uji paired t-test dengan tingkat kepercayaan 95% (α
=0,05), P value = 0,000 didapatkan bahwa ada pengaruh brain gym terhadap
peningkatan daya ingat lansia.
Demikian pula sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Festi (2010)
desain penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan teknik Random
sampling jumlah sampel sebanyak 20 orang dengan hasil tabulasi kemudian diuji
dengan uji statistic McNemar dan Chi-Square dengan taraf signifikansi (α) = 0.05
dengan hasil P = 0.016 pada uji McNemar dan pada uji Chi Square dengan hasil P
=0,03. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam otak terhadap fungsi
kognitif lansia.9
Berdasarkan dari hasil penelitian teori dan penelitian sebelumnya maka
peneliti berpendapat bahwa kegiatan senam otak yang dilakukan secara teratur
dapat meningkatkan fungsi kognitif. Senam inidapat memperlancar aliran darah
dan oksigen ke otak, meningkatkan daya ingat dan kosentrasi, meningkatkan
energi tubuh, mengatur tekanan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka penulis mengambil kesimpulan bahwa tingkat kognitif responden sebelum
dilakukan senam otak dengan nilai kognitif sedang sebanyak 21 orang (63,6%)
dan nilai kognitif ringan sebanyak 12 orang (36,4%). Tingkat kognitif responden
setelah dilakukan senam otak dengan nilai kognitif sedang sebanyak orang
(42,4%) dan nilai kognitif ringan sebanyak 19 orang (57,6%) dengan nilai p value =
0,000 dengan nilai á = 0,05 (p <0,05), yang berarti bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara tingkat kognitif lansia yang mengalami demensia sebelum dan
setelah dilakukan senam otak. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka penulis mengambil kesimpulan bahwa tingkat kognitif responden sebelum
dilakukan senam otak dengan nilai kognitif sedang sebanyak 21 orang (63,6%)
dan nilai kognitif ringan sebanyak 12 orang (36,4%). Tingkat kognitif responden
setelah dilakukan senam otak dengan nilai kognitif sedang sebanyak orang
(42,4%) dan nilai kognitif ringan sebanyak 19 orang (57,6%) dengan nilai p value =
0,000 dengan nilai α = 0,05 (p <0,05), yang berarti bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara tingkat kognitif lansia yang mengalami demensia sebelum dan
setelah dilakukan senam otak.

2. 6 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa tingkat kognitif responden sebelum dilakukan senam otak
dengan nilai kognitif sedang sebanyak 21 orang (63,6%) dan nilai kognitif ringan
sebanyak 12 orang (36,4%). Tingkat kognitif responden setelah dilakukan senam
otak dengan nilai kognitif sedang sebanyakorang (42,4%) dan nilai kognitif ringan
sebanyak 19 orang (57,6%) dengan nilai p value = 0,000 dengan nilai α = 0,05 (p
<0,05), yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kognitif
lansia yang mengalami demensia sebelum dan setelah dilakukan senam otak.

2. 7 DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. ECG : Jakarta.
Hamid, Almisar. 2007. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah
Kesejahteraannya. Depsos.(Online) diakses melalui :
https://www.kemsos.go.id/modules.php?name= News&file=print&sid=522,
tanggal 25 Maret 2016 jam 10.06 WIB.
Verany, Ria ; Santoso, Budi. 2013. Pengaruh Brain Gym Terhadap Tingkat Kognitif
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. (Jurnal tidak
terpublikasi) Jurnal Keperawatan, Vol. 1 No. 1 Juni 2013. Bina Husada :
Palembang.

Badan Pusat Statistik Kota Palembang2014. Jumlah penduduk berdasakan kelompok


umur dan jenis kelamin di Kota Palembang pada pertengahan tahun 2014.
(Online) diakses melalui:http://palembangkota.bps.go.id/linkTab
leDinamis/view/id/13.
Suwarsa, Iwan. 2006. Kiat Sehat Bagi Lansia. MQS Publishing : Bandung.
Aspiani, Reni Yuli. 2014.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2. TIM :
Jakarta.
Widianti, Anggriyana Tri ; Proverawati, Atika. 2010. Senam Kesehatan Aplikasi Senam
Untuk kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta.
Setyoadi ; Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik. Salemba Medika : Jakarta.
Festi, Pipit. 2011. Pengaruh Brain gym Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia
di Karang Werdha Paneleh Surabaya. Jurnal Keperawatan Media (Online)
diakses melalui: http://fik.umsurabaya.ac.id/id/content/pengaruh-brain-gym-
terhadap-peningkatan-fungsi- kognitif-lansia-dikarang-werdha-peneleh
BAB 3
PEMBAHASAN JURNAL

Berdasarkan teori, lanjut usia yang berusia di atas 60 tahun berisiko terkena
demensia. Demensia cukup sering dijumpai pada lansia, menimpa sekitar 10 %
kelompok usia di atas 65 tahun dan 47 % kelompok usia di atas 85 tahun. Demensia
adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi
kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial
dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) (Mickey &
Patricia, 2007). Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin
parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak disadari. Penderita akan mengalami
penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu dan kemampuan
untuk mengenali orang, tempat dan benda. Penderita mengalami kesulitan dalam
menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran abstrak
(misalnya dalam pemakaian angka). Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti
suatu percakapan dan bisa kehilangan kemampuan berbicara. (Medicastore, 2012).
Terapi non farmakologis berupa terapi rekreasi, membaca, mendengarkan
musik, mengingat waktu dan tempat, berdansa, terapi seni dan senam otak perlu
diterapkan untuk melatih kemampuan otak bekerja. Senam otak adalah salah satu
terapi yang sangat mungkin dna mudah dilakukan oleh lansia dan perlu diterapkan
pada pasien demensia untuk menunda kemunduran kognitif dengan menerapkan
perilaku sehat dan melakukan stimulasi otak sedini mungkin Banyak orang yang
merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran dan meningkatkan daya
ingat dengan melakukan senam otak. Senam otak berguna untuk melatih otak.
Latihan otak akan membuat otak bekerja atau aktif. Menurut penelitian, otak
seseorang yang aktif (suka berfikir) akan lebih sehat secara keseluruhan dari orang
yang tidak atau jarang menggunakan otaknya. Pada teorinya sesuatu organ yang
aktif akan memerlukan pasokan oksigen dan protein. Jika pasokan itu lancar maka
bisa dikatakan organ tersebut sehat (Yanuarita, 2012).
Senam otak (brain gym) dapat meningkatkan daya ingat, dan konsentrasi,
meningkatkan energi tubuh, mengendalikan tekanan darah, meningkatkan
penglihatan dan juga koordinasi. Menurut pendapat ahli otak dari lembaga
Edukational Kinesiology Amerika serikat Paul E. Dennison Ph. D, meski sederhana,
senam otak (brain gym) mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan
penyesuaian terhadap ketegangan dan tuntutan hidup sehari-hari. Selain itu senam
otak juga bisa mengoptimalkan perkembangan dan potensi otak serta meningkatkan
kemampuan berbahasa dan daya ingat pada lansia, penurunan kemampuan otak
dan tubuh membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun dan frustasi. Meski demikian,
penurunan ini bisa diperbaiki dengan melakukan senam otak. Senam otak tidak saja
akan darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kedua belahan otak untuk
bekerja. Teori lain diungkapkan oleh Anggriyana Teori lain diungkapkan oleh
Anggriyana & Atikah (2010), bahwa senam otak dilakukan melalui tiga dimensi, yakni
lateralisasi komunikasi (dimensi otak kiri dan kanan), pemfokusan pemahaman
(dimensi otak muka dan belakang), dan pemusatan pengaturan (dimensi otak atas
dan bawah). Lateralisasi komunikasi bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan
belajar.

3.1. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN JURNAL


a. Kekurangan
 Keterbatasan penelitian ini adalah penulis tidak mencantumkan SPO tentang
pelaksanaan senam otak baik dalam hal prosedur maupun intensitas waktu
yang diperlukan untuk terapi. Sehingga harus mencari referensi lain yang
mendukung penelitian ini dalam kelengkapan SPO pelaksanaan terapi senam
otak.
 Dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol untuk
membandingkan pengaruh terapi senam otak terhadap lansia, sehingga tidak
diketahuinya keefektifan terapi senam otak terhadap peningkatan
kemampuan kognitif lansia.
b. Kelebihan
 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimen yang
dilakukan langsung pada subyek penelitian sehingga hasil yang didapatkan
adalah sesuai dengan respon pasien.

3.2. IMPLIKASI DI INDONESIA


Terapi senam otak sudah banyak diterapkan di Indonesia, terbukti
dengan banyaknya jurnal penelitian yang telah dipunlikasi terkait penelitian
tentang senam otak dan kaitannya dengan kognitif lansia. Dari beberapa jurnal
tersebut diantaranya yaitu:
N Judul Tahun Pengarang Metode Hasil
o
1 Pengaruh senam 2013 Guslinda, menggunakan Hasil Uji Statistik
otak terhadap Yola pendekatan Quasi didapatkan p value 0,000
fungsi kognitif Yolanda, Eksperiment pre dan post sehingga Ha diterima yaitu
pada lansia Delvi test with control group, terdapat pengaruh yang
dengan dimensia penelitian ini telah signifikan terhadap
Hamdayani
di dilakukan di Panti Sosial peningkatan fungsi kognitif
Panti sosial tresna Tresna Werdha Sabai Nan pada lansia dengan
werdha sabai nan Aluih Sicincin Padang dimensia yang dilakukan
aluih Pariaman 2 senam otak
Sicincin padang minggu dari tanggal 2 juni dari pada kelompok lansia
pariaman sampai 16 juni 2013 dimensia yang tidak
dengan jumlah sampel dilakukan senam otak.
dalam penelitian ini
sebanyak 24
orang yang terdiri dari 12
orang kelompok kontrol
dan 12 orang kelompok
perlakuan. Hasil
penelitian
didapat lebih dari
separuh lansia (58,4 %)
mengalami dimensia
ringan dan 41,6 % lansia
mengalami
dimensia sedang.
2 Pengaruh senam 2015 EKO Penelitian ini Hasil penelitian ini
lansia dengan SETYAWAN dilaksanakan diperoleh 1) nilai
Brain Gym pada bulan Maret - Mei probabilitas dibawah 0,05
Terhadap 2015, dengan populasi (0,000 < 0,05) maka
Peningkatan sebesar 18 orang. pelaksanaan brain gym
Kognitif Selanjutnya pada memiliki efek yang nyata
PadaLansia kelompok brain gym di dalam
Dukuh Suru Desa Simo peningkatan fungsi kognitif
sebesar 12 orang sebelum (pre) dan sesudah
Penelitian ini (post) dilaksanakan brain
menggunakan gym
pendekatan quasi
exsperiment dengan
menggunakan rancangan
two group pre-post test
with control group
desain. Pengukuran
dengan MMSE
(orientasi, registrasi,
Tekanan darah dan
kalkulasi, menggingat
kembali, bahasa,
konstruksi) dilakukan
sebelum responden
diberikan perlakuan
berupa senam
lansia atau brain gym,
selanjutnya diukur
kembali 1 bulan ketika
penelitian selesai

Dengan banyaknya penelitian yang sudah dilakukan tentang senam otak yang
ternayata semua membuktika bahwa senam otak mempunyai efek yang baik terhadap
kemampuan kognitif lansia yang mengalami demensia. Selain itu gerakan-gerakan
pada senam otak memungkinkan untuk dilakukan secara rutin dan mandiri oleh lansia.
Dengan demikian terapi senam otak ini sangat implementatif dilaksanakan di LKS-LU
Pangesti Lawang.
3.3. KESIMPULAN

Pemberian senam otak (brain gym) yang diberikan kepada lansia yang
mengalami demensia dapat meningkatkan fungsi kognitif atau daya ingat lansia,
karena aliran darah dan oksigen semakin lancar ke otak dan senam otak (brain gym)
juga dapat merangsang kedua belahan otak bekerja secara harmonis dan
bersamaan. Oleh karena itu senam otak (brain gym) dapat direkomendasikan
sebagai penatalaksanaan non farmakologi pada lansia dengan demensia di LKS-LU
Pangesti Lawang Kabipaten Malang.

3.4. SARAN
a) Bagi Lansia
Bagi lansia yang telah melakukan latihan senam otak minimal 2 kali sehari
selama 10-15 menit diharapkan agar mampu menerapkannya sebagai suatu
aktifitas yang rutin sehingga dapat meningkatkan fungsi kognitif. Sedangkan pada
lansia yang belum melakukan latihan senam otak diharapkan supaya
meningkatkan motivasi dan keingintahuan tentang pelaksanaan senam otak dari
perawat panti dan dari teman yang telah melaksanakan senam otak. b.
Diharapkan agar lansia tidak cepat berpuas diri, walaupun telah terjadi
peningkatan fungsi kognitif, namun lebih efektif apbila dilakukan teratur dan hal
lainnya yang tercakup dalam penatalaksanaan senam otak untuk meningkatkan
kualitas hidup lansia serta meningkatkan produktifitas dalm kehidupan sehari-hari.

b) Bagi LKS-LU Pangesti Lawang


Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan petugas
LKS-LU Pangesti Lawang tentang pelaksanaan terapi non farmakologis dimensia
yaitu dengan latihan senam otak sebagai program kegiatan atau aktivitas rutin di
panti.

c) Bagi Institusi pendidikan


Diharapkan agar penelitian ini dapat sebagai masukan dalam keperawatan
kesehatan jiwa dimasyarakat, keluarga dan gerontik dalam memberikan asuhan
keperawatan pada lansia penderita dimensia.
d) Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menjadikan penelitian ini sebagai data dasar untuk melakukan
penelitian selanjutnya dan meneliti terapi non farmakologis selain senam otak
untuk meningkatkan funsi kognitif pada lansia, serta meneliti lebih lanjut
perbedaan pengaruh senam otak antara lansia laki-laki dan perempuan yang
mengalami dimensia.

Anda mungkin juga menyukai