Sharing Jurnal Gerontik DEVI22
Sharing Jurnal Gerontik DEVI22
Oleh :
DEVI FATMAWATI
NIM 180070300011028
KELOMPOK 2
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Sharing jurnal ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang aplikasi
terapi senam otak pada lansia yang dapat meningkatakan kemampuan kognitif lansia
yang menderita demensia di panti Wreda Pangesti Lawang.
1.3 Manfaat
Sharing jurnal iini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi lansia penderita demensia: dapat mendapatkan alternatif terapi untuk
bisa meningkatkan maupun untuk mencegah penurunan kemampuan kognitif
yang dimiliki lansia di Panti Wreda Pangesti Lawang
2. Bagi lansia yang belum menaglami demensia: untuk mencegah terjadinya
demensia dengan memepertahankan atau meningkatkan kemampuan kogitif
lansia
3. Bagi perawat: dapat memperoleh pengetahuan tentang salah satu penerapan
terapai senam otak yang sangat bermanfaat untuk merawat lansia dengan
maupun tanpa demensia.
BAB 2
ISI JURNAL
2. 3 METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif Pra-Eksperimen
dengan menggunakan metode pra pasca test dalam satu kelompok (one- group
pretest-posttest design). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 33 orang. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Sampel dalam
penelitian ini yaitu lansia yang berumur 60-70 tahun. Alat pengumpulan data yang
digunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE). Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 11 sampai 24 April 2016. Analisis data yang digunakan
adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk
memperoleh distribusi frekuensi variabel dependen dan variabel independen
sedangkan kegunaan analisis bivariat untuk mengetahui apakah ada pengaruh
yang signifikan antara dua variabel. Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan uji paired t-test. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 sampai
dengan 24 April 2016 di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya.
2. 4 HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian didapatkan tingkat kognitif sebelum dilakukan senam
otak menunjukkan bahwa dari 33 responden didapatkan nilai kognitif responden
sebelum dilakukan senam otak dengan nilai kognitif sedang sebanyak 21 orang
(63,6%) dan nilai kognitif ringan sebanyak 12 orang (36,4). Deskriftif tingkat
kognitif sebelum dilakukan senam otak dari jumlah 33 responden dengan nilai
mean 19.85, memiliki nilai maksimum adalah 27 dan nilai kognitif minimum 11
serta dengan nilai standar deviasi 3.993.
Tingkat kognitif setelah dilakukan senam otak dari 33 responden
didapatkan nilai kognitif responden setelah dilakukan senam otak dengan nilai
kognitif sedang sebanyak 14 orang (42,4%) dan nilai kognitif ringan sebanyak 19
orang (57,6%). deskriftif tingkat kognitif setelah dilakukan senam otak dari jumlah
33 responden dengannilai mean 21.42, memiliki nilai maksimum adalah 29 dan
nilai kognitif minimum 11 serta dengan nilai standar deviasi 4.093.
Rata-rata tingkat kognitif lansia sebelum dilakukan senam otak adalah
19.85 dengan standar deviasi 3.993. Sedangkan rata-rata untuk tingkat kognitif
lansia setelah dilakukan senam otak adalah 21.42 dengan standar deviasi 4.093.
Hasil uji statistik menggunakan uji t paired t-tes didapatkan nilai p value = 0.000
dengan nilai α = 0.05 (pvalue < α) menyatakan bahwa ada pengaruh yang
signifikan tingkat kognitif lansia demensia sebelum dan setelah dilakukan senam
otak.
2. 5 DISKUSI
Pada lansia terjadi penurunan kemampuan otak dan tubuh sehingga tubuh
mudah sakit, pikun, dan frustasi. Widianti dan Proverawati (2010) menyatakan,
tidak heran bila para lansia terjadi penurunan berupa kemunduran daya ingat, sulit
berkosentrasi, cepat beralih perhatian, juga terjadi kelambanan pada tugas
motorik sederhana seperti berlari, mengetuk jari, kelambanan dalam persepsi
sensoris serta dalam reaksi tugas kompleks. Namun kebanyakan proses lanjut
usia ini masih dalam batas-batas normal berkat proses plastisitas. Proses ini
adalah kemampuan sebuah striktur dan fungsi otak yang terkait untuk tetap
berkembang karena stimulasi. Oleh karena itu agar tidak cepat mundur, proses
plastisitas ini harus dipertahankan dengan latihan atau permainan yang
prosedurnya membutuhkan kosentrasi, orientasi, memori visual dan lain-lain.
Senam otak merupakan salah satu contoh latihan yang mudah dilakukan oleh
orang lanjut usia karena bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan tidak
membutuhkan energi yang banyak.
Widianti dan Proverawati (2010) menjelaskan bahwa senam otak juga
dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya ingat. Orang akan menjadi
lebih bersemangat, lebih kosentrasi, lebih kreatif dan efisien, selain itu badan akan
terasa lebih sehat karena tingkat stres mengalami penurunan. Pada lansia,
penurunan otak dan tubuh membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun, dan frustasi.
Meski demikian, penurunan ini bisa diperbaiki dengan melakukan senam otak.
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) senam otak dapat memperlancar
aliran darah dan oksigen ke otak, juga merangsang kedua belahan otak untuk
bekerja. Senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitas-
komunikasi, pemfokusan-pemahaman dan pemusatan-pengaturan. Gerakan-
gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat
memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Widianti dan Proverawati
(2010) menjelaskan bahwa Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang
dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, kosentrasi, kecepatan,
persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), menyelaraskan
kemampuan beraktivitas dan berpikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan
keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan
fungsi kinerja panca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh.
Senam otak juga dapat meningkatkan daya ingat dan pengulangan
kembali terdapat huruf atau angka (dalam waktu 10 minggu), meningkatkan
ketajaman pendengaran dan penglihatan, mengurangi kesalahan membaca,
memori, dan kemampuan komprehensif pada kelompok dengan gangguan bahasa
hingga mampu meningkatkan respon terhadap rangsangan visual.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Verany dan Santoso (2013)
dengan menggunakan Uji paired t-test dengan tingkat kepercayaan 95% (α
=0,05), P value = 0,000 didapatkan bahwa ada pengaruh brain gym terhadap
peningkatan daya ingat lansia.
Demikian pula sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Festi (2010)
desain penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan teknik Random
sampling jumlah sampel sebanyak 20 orang dengan hasil tabulasi kemudian diuji
dengan uji statistic McNemar dan Chi-Square dengan taraf signifikansi (α) = 0.05
dengan hasil P = 0.016 pada uji McNemar dan pada uji Chi Square dengan hasil P
=0,03. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam otak terhadap fungsi
kognitif lansia.9
Berdasarkan dari hasil penelitian teori dan penelitian sebelumnya maka
peneliti berpendapat bahwa kegiatan senam otak yang dilakukan secara teratur
dapat meningkatkan fungsi kognitif. Senam inidapat memperlancar aliran darah
dan oksigen ke otak, meningkatkan daya ingat dan kosentrasi, meningkatkan
energi tubuh, mengatur tekanan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka penulis mengambil kesimpulan bahwa tingkat kognitif responden sebelum
dilakukan senam otak dengan nilai kognitif sedang sebanyak 21 orang (63,6%)
dan nilai kognitif ringan sebanyak 12 orang (36,4%). Tingkat kognitif responden
setelah dilakukan senam otak dengan nilai kognitif sedang sebanyak orang
(42,4%) dan nilai kognitif ringan sebanyak 19 orang (57,6%) dengan nilai p value =
0,000 dengan nilai á = 0,05 (p <0,05), yang berarti bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara tingkat kognitif lansia yang mengalami demensia sebelum dan
setelah dilakukan senam otak. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka penulis mengambil kesimpulan bahwa tingkat kognitif responden sebelum
dilakukan senam otak dengan nilai kognitif sedang sebanyak 21 orang (63,6%)
dan nilai kognitif ringan sebanyak 12 orang (36,4%). Tingkat kognitif responden
setelah dilakukan senam otak dengan nilai kognitif sedang sebanyak orang
(42,4%) dan nilai kognitif ringan sebanyak 19 orang (57,6%) dengan nilai p value =
0,000 dengan nilai α = 0,05 (p <0,05), yang berarti bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara tingkat kognitif lansia yang mengalami demensia sebelum dan
setelah dilakukan senam otak.
2. 6 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa tingkat kognitif responden sebelum dilakukan senam otak
dengan nilai kognitif sedang sebanyak 21 orang (63,6%) dan nilai kognitif ringan
sebanyak 12 orang (36,4%). Tingkat kognitif responden setelah dilakukan senam
otak dengan nilai kognitif sedang sebanyakorang (42,4%) dan nilai kognitif ringan
sebanyak 19 orang (57,6%) dengan nilai p value = 0,000 dengan nilai α = 0,05 (p
<0,05), yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kognitif
lansia yang mengalami demensia sebelum dan setelah dilakukan senam otak.
2. 7 DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. ECG : Jakarta.
Hamid, Almisar. 2007. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah
Kesejahteraannya. Depsos.(Online) diakses melalui :
https://www.kemsos.go.id/modules.php?name= News&file=print&sid=522,
tanggal 25 Maret 2016 jam 10.06 WIB.
Verany, Ria ; Santoso, Budi. 2013. Pengaruh Brain Gym Terhadap Tingkat Kognitif
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. (Jurnal tidak
terpublikasi) Jurnal Keperawatan, Vol. 1 No. 1 Juni 2013. Bina Husada :
Palembang.
Berdasarkan teori, lanjut usia yang berusia di atas 60 tahun berisiko terkena
demensia. Demensia cukup sering dijumpai pada lansia, menimpa sekitar 10 %
kelompok usia di atas 65 tahun dan 47 % kelompok usia di atas 85 tahun. Demensia
adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi
kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial
dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) (Mickey &
Patricia, 2007). Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin
parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak disadari. Penderita akan mengalami
penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu dan kemampuan
untuk mengenali orang, tempat dan benda. Penderita mengalami kesulitan dalam
menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran abstrak
(misalnya dalam pemakaian angka). Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti
suatu percakapan dan bisa kehilangan kemampuan berbicara. (Medicastore, 2012).
Terapi non farmakologis berupa terapi rekreasi, membaca, mendengarkan
musik, mengingat waktu dan tempat, berdansa, terapi seni dan senam otak perlu
diterapkan untuk melatih kemampuan otak bekerja. Senam otak adalah salah satu
terapi yang sangat mungkin dna mudah dilakukan oleh lansia dan perlu diterapkan
pada pasien demensia untuk menunda kemunduran kognitif dengan menerapkan
perilaku sehat dan melakukan stimulasi otak sedini mungkin Banyak orang yang
merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran dan meningkatkan daya
ingat dengan melakukan senam otak. Senam otak berguna untuk melatih otak.
Latihan otak akan membuat otak bekerja atau aktif. Menurut penelitian, otak
seseorang yang aktif (suka berfikir) akan lebih sehat secara keseluruhan dari orang
yang tidak atau jarang menggunakan otaknya. Pada teorinya sesuatu organ yang
aktif akan memerlukan pasokan oksigen dan protein. Jika pasokan itu lancar maka
bisa dikatakan organ tersebut sehat (Yanuarita, 2012).
Senam otak (brain gym) dapat meningkatkan daya ingat, dan konsentrasi,
meningkatkan energi tubuh, mengendalikan tekanan darah, meningkatkan
penglihatan dan juga koordinasi. Menurut pendapat ahli otak dari lembaga
Edukational Kinesiology Amerika serikat Paul E. Dennison Ph. D, meski sederhana,
senam otak (brain gym) mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan
penyesuaian terhadap ketegangan dan tuntutan hidup sehari-hari. Selain itu senam
otak juga bisa mengoptimalkan perkembangan dan potensi otak serta meningkatkan
kemampuan berbahasa dan daya ingat pada lansia, penurunan kemampuan otak
dan tubuh membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun dan frustasi. Meski demikian,
penurunan ini bisa diperbaiki dengan melakukan senam otak. Senam otak tidak saja
akan darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kedua belahan otak untuk
bekerja. Teori lain diungkapkan oleh Anggriyana Teori lain diungkapkan oleh
Anggriyana & Atikah (2010), bahwa senam otak dilakukan melalui tiga dimensi, yakni
lateralisasi komunikasi (dimensi otak kiri dan kanan), pemfokusan pemahaman
(dimensi otak muka dan belakang), dan pemusatan pengaturan (dimensi otak atas
dan bawah). Lateralisasi komunikasi bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan
belajar.
Dengan banyaknya penelitian yang sudah dilakukan tentang senam otak yang
ternayata semua membuktika bahwa senam otak mempunyai efek yang baik terhadap
kemampuan kognitif lansia yang mengalami demensia. Selain itu gerakan-gerakan
pada senam otak memungkinkan untuk dilakukan secara rutin dan mandiri oleh lansia.
Dengan demikian terapi senam otak ini sangat implementatif dilaksanakan di LKS-LU
Pangesti Lawang.
3.3. KESIMPULAN
Pemberian senam otak (brain gym) yang diberikan kepada lansia yang
mengalami demensia dapat meningkatkan fungsi kognitif atau daya ingat lansia,
karena aliran darah dan oksigen semakin lancar ke otak dan senam otak (brain gym)
juga dapat merangsang kedua belahan otak bekerja secara harmonis dan
bersamaan. Oleh karena itu senam otak (brain gym) dapat direkomendasikan
sebagai penatalaksanaan non farmakologi pada lansia dengan demensia di LKS-LU
Pangesti Lawang Kabipaten Malang.
3.4. SARAN
a) Bagi Lansia
Bagi lansia yang telah melakukan latihan senam otak minimal 2 kali sehari
selama 10-15 menit diharapkan agar mampu menerapkannya sebagai suatu
aktifitas yang rutin sehingga dapat meningkatkan fungsi kognitif. Sedangkan pada
lansia yang belum melakukan latihan senam otak diharapkan supaya
meningkatkan motivasi dan keingintahuan tentang pelaksanaan senam otak dari
perawat panti dan dari teman yang telah melaksanakan senam otak. b.
Diharapkan agar lansia tidak cepat berpuas diri, walaupun telah terjadi
peningkatan fungsi kognitif, namun lebih efektif apbila dilakukan teratur dan hal
lainnya yang tercakup dalam penatalaksanaan senam otak untuk meningkatkan
kualitas hidup lansia serta meningkatkan produktifitas dalm kehidupan sehari-hari.