Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN PROGRAM FRAMBUSIA

UPTD PUSKESMAS DANGA

1. PENDAHULUAN
Frambusia (Yaws/Patek/Puru) adalah penyakit treponematosis menahun,
hilang timbul dengan 3 stadium ialah ulkus atau granuloma pada kulit (mother
yaw), lesi non-destruktif yang dini, dan destruktif yang lanjut pada kulit, tulang
dan perios. Frambusia terdapat didaerah tropik dan lembab. Umumnya pada
orang yang kurang mampu dan kebersihan yang buruk. Frambusia di sebabkan
oleh bakteri Treponema pertenue (CASTELLANI, 1905).

Frambusia tidak menyerang jantung, pembuluh darah, otak dan saraf; tidak
ada frambusia kongenital T. Pertenue akan masuk ke tubuh penderita melalui lesi
kulit. Penderita baru terbanyak pada musim hujan. Penyakit ini dibagi 3 stadium :

 Stadium I
Umumnya pada tungkai bawah, tempat yang mudah mendapat trauma.
Masa tunas berkisar antara 3-6 minggu. Kelainan mulai sebagai papul yang
eritematosa, menjadi besar dan terjadi ulkus dengan dasar papilomatosa.
Jaringan granulasi yang banyak mengeluarkan serum bercampur darah
dengan banyak mengandung treponema. Serum mengering menjadi krusta
berwarna kuning-hijau. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional,
berkonsentrasi keras tidak nyeri, dan tidak terjadi perlunakan. Stadium I ini
dapat menetap beberapa bulan kemudian sembuh sendiri dengan
meninggalkan sikatrik yang cekung dan atrofik.
 Stadium II
Dapat timbul setelah stadium I sembuh atau lebih sering tumpang tindih
(overlapping). Erupsi yang generalisata timbul pada 3-12 bulan setelah
penyakit berlangsung. Kelainannya berkelompok, tempat predileksi di
sekeliling lubang badan, muka dan lipatan-lipatan.

Papul-papul yang miliar menjadi lentikular dan dapat tersusun korimbiform,


arsinar, atau numular. Kelainan ini membasah, berkrusta dan banyak
mengandung treponema. Pada telapak kaki dapat terjadi keratoderma,
jalannya seperti kepiting karena nyeri.
Tulang panjang pada ekstremitas atas dan bawah sering terserang.
Polidaktilitis terjadi pada anak-anak, spina ventosa terjadi pada jari. Pada
sinar rontgen tampak rarefaction pada korteks dan destruksi pada perios.

 Stadium Lanjutan
Pada stadium ini, sekitar 10% kasus setelah 5-15 tahun akan kembali
kambuh, yang ditandai dengan lesi kulit, tulang dan persendian, sifatnya
destruktif. Terdiri atas nodus, guma, keratodema pada telapak kaki dan
tangan, gangosa, dan goundou.

Nodus : Dapat melunak, pecah menjadi ulkus; dapat sembuh


ditengah dan meluas ke perifer

Guma : Umumnya terdapat pada tungkai. Mulai dengan nodus yang


tidak nyeri, keras, dapat digerakkan terhadap dasarnya, kemudian melunak ;
memecah dan meninggalkan ulkus yang curam (punched out), dapat
mendalam sampai ke tulang atau sendi mengakibatkan ankilosis dan
deformitas

Tulang : Berupa periostitis dan osteitis pada tibia, ulna, metatarsi,


dan metakarpal. Tiba berbentuk seperti pedang. Fraktur spontan dapat
terjadi bila terbentuk kista pada tulang.

Gangosa : Mutilasi pada fosa nasalis, palatum mole hingga membentuk


sebuah lubang, suara khas menjadi sengau.

Goundou : Eksositosis tulang hidung dan disekitarnya, pada sebelah


kanan-kiri batang hidung yang membesar.

Penularan penyakit frambusia dapat terjadi secara langsung maupun tidak


langsung (Depkes,2005), yaitu :

a. Penularan secara langsung (direct contact)


Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke
orang lain. Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung
Treponema pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan
dengan kulit orang lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terjadi dalam
persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan selaput lendir.
b. Penularan secara tidak langsung (indirect contact)
Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan
benda atau serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas
dengan gejala menular dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema
pertenue yang terdapat pada jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut.

Menurut Noordhoek, et al, (1990) diagnosa dapat ditegakkan dengan


pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau pemeriksaan mikroskopik langsung
FA (Flourescent Antibody) dari eksudat yang berasal dari lesi primer atau
sekunder. Test serologis nontrepanomal untuk sifilis misalnya VDRL (venereal
disease research laboratory), RPR (rapid plasma reagin) reaktif pada stadium awal
penyakit menjadi non reaktif setelah beberapa tahun kemudian, walaupun tanpa
terapi yang spesifik, dalam beberapa kasus penyakit ini memberikan hasil yang
terus reaktif pada titer rendah seumur hidup. Test serologis trepanomal, misalnya
FTA-ABS (fluorescent trepanomal antibody – absorbed), MHA-TP (microhemag-
glutination assay for antibody to t. pallidum) biasanya tetap reaktif seumur hidup.

II. LATAR BELAKANG


Penyakit Frambusia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Saat ini penyakit ini susah diterdeteksi karena suspek penderita merasa malu
untuk memeriksakan diri dan animo masyarakat yang kurang baik terhadap
penderita Frambusia.Masalah yang dihadapi pada penderita bukan hanya dari
medis saja tetapi tetapi masalah sosial dari masyarakat dilingkungan penderita .

III. TUJUAN

Tujuan Umum
Mencegah terjadinya penyakit Frambusia, menurunkan angka kesakitan
penyakit frambusia dan mencegah terjadinya kecacatan pada penderita
frambusia sehingga penyakit ini tidak lagi merupakan masalah kesehatan di
masyarakat.

Tujuan Khusus
1. Ditemukannya kasus yang ada dimasyarakat.
2. Terlaksananya pengobatan penderita frambusia di Puskesmas Danga
IV. KEGIATAN POKOK
1. Penemuan dan diagnosis penderita.
* Melaporkan suspek frambusia
* Konfirmasi diagnosa frambusia
2. Pengobatan penderita frambusia bila ditemukan
* Melakukan pengobatan
* Menentukan dosis pengobatan
* Mengenal komplikasi pengobatan atau reaksi.
* Mengobati komplikasi pengobatan atau reaksi.
3. Melakukan Screning serologi frambusia pada anak usia 1 – 5 tahun
4. Pencatatan dan pelaporan.
5. Penyuluhan tentang frambusia

V. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pelaksanaan kegiatan penemuan kasus dilaksanakan secara pasif dalam
gedung dimana suspek datang sendiri ke puskesmas dan secara aktif dengan
melakukan pemeriksaan kontak serumah.
2. Melakukan secrening serologi frambusia dengan pemeriksaan RDT pada anak
usia 1- 5 tahun dengan target 50 anak/desa.

Waktu Kegiatan
No Nama Desa / Kelurahan

J F M A M J J A S O N D

1 KEL. LAPE X
2 KEL. MBAY I X
3 KEL. TOWAK X
4 DESA AERAMO X
5 KEL. DANGA X
6 DESA WAEKOKAK X
7 DESA MARAPOKOT X
8 DESA TEDAKISA X
9 KEL. DHAWE X
10 DESA LABOLEWA X
11 DESA OLAIA X
VI. SASARAN
Masyarakat yang mengalami gejala-gejala :
1. Melakukan secrening serologi frambusia dengan sasaran anak usia 1- 5
tahun sebanyak 40 - 50 orang/desa
2. Adanya kelainan kulit dapat berupa panu, bercak kemerahan, penebalan
kulit dan nodul (benjolan).
3. Ada koreng-koreng bernanah pada sela-sela jari,muka
VII. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Mengisi buku pencatatan harian penemuan penderita puskesmas.
2. Mengisi kartu penderita
3. Membuat laporan bulanan puskesmas

Mengetahui Danga, 2019


Kepala UPTD Puskesmas Danga Pengelola Program Malaria

Klaudia Pau, A. Md. Kep Gerda Dwianty Pay Loka, A. Md. Kep
NIP. 19790818 200501 2 020 NIP. 19880305 201101 2 012

Anda mungkin juga menyukai