Anda di halaman 1dari 26

PEMBUKTIAN PERDATA DALAM KASUS MALPRAKTIK DI

YOGYAKARTA∗

Sandra Dini Febri Aristya∗∗

Abstract Abstrak

The research on civil law evidence on Penelitian tentang pembuktian perdata


malpractice cases in Yogyakarta was dalam kasus Malpraktik di Yogyakarta
conducted through field and literature dilakukan melalui studi lapangan dan
studies. The conclusion is that civil law studi pustaka. Kesimpulan penelitian ini
evidence in malpractice case which happened menunjukkan bahwa pembuktian perdata
in Yogyakarta is subjected to the civil law dalam kasus malpraktik di Yogyakarta
procedure. However, the special character masih menggunakan prosedur hukum
of the case creates some deviation on the acara perdata yang berlaku positif. Namun,
procedures. karakter khusus dari kasus ini menyebabkan
beberapa penyimpangan prosedur.

Kata Kunci: pembuktian perdata, malpraktik, Yogyakarta.

A. Latar Belakang Masalah rumah sakit, namun meningkatnya kasus-


Kasus malpraktik merupakan salah kasus malpraktik tidak dapat dihindari.
satu masalah paling sentral berkaitan Sebagai contoh yang cukup aktual adalah
dengan hukum kesehatan dan pelayanan Rumah Sakit Omni Internasional di
kesehatan. Malpraktik, yang dianggap Jakarta, yang selayaknya memiliki standar
merupakan terjemahan dari malpractice, pelayanan kesehatan kelas internasional
didefinisikan menurut The Advanced namun harus menghadapi beberapa tuduh-
Learner’s Dictionary of Current English an malpraktik dan tuntutan ganti ke-
sebagai wrongdoing (kesalahan) atau rugian. Pada bulan September tahun 2008,
neglect of duty (kelalaian).1 Meskipun LBH Kesehatan bahkan mencatat selama
Undang-Undang Kesehatan dan Praktik 8 bulan terakhir telah terjadi 111 kasus
Kedokteran semakin memperkuat status malpraktik, namun dari sekian banyak kasus
hukum pasien dan menyetarakan hubung- tersebut, hanya 8 kasus yang diproses secara
an hukum antara pasien dengan dokter/ hukum.


Laporan Hasil Penelitian yang didanai Unit Penelitian dan Pengembangan Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada Tahun 2010.
∗∗
Dosen Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(e-mail: sandra_aristya@yahoo.fr).
1
Fred Ameln, 1991, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta, hlm. 83.
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 181

Saat seseorang menuntut seorang dan tegas. Oleh karena itu, hingga hari ini,
dokter atau rumah sakit secara perdata, malpraktik pidana, perdata dan administra-
maka dapat dipastikan dia bermaksud tif masih diadili sesuai dengan ketentuan
memperoleh ganti kerugian atas tindakan yang berlaku sekarang, yaitu tunduk
malpraktik yang terjadi. Padahal, profesi pada kompetensi pengadilan negeri, yang
kedokteran merupakan suatu profesi dengan mana hukum acaranya belum memiliki
standar dan intelektualitas yang tinggi di atas kekhususan, meskipun sebenarnya pada
rata-rata masyarakat umumnya. A priori, rancangan Undang-Undang No. 29 Tahun
sangat sulit untuk menentukan suatu 2004 yang diusulkan DPR pada saat itu,
tindakan medis seorang dokter memenuhi sebenarnya terdapat konsep pembentukan
unsur malpraktik, mengingat adanya kode Peradilan Disiplin Profesi Tenaga Medis,
etik, standar operasional prosedur, dan yang memiliki hukum acara tersendiri.
standar profesi, tanpa melupakan eksistensi
komite penegak etik maupun disiplin B. Rumusan Permasalahan
kedokteran seperti Komite Medik dan Berdasarkan uraian latar belakang ter-
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran sebut, Terjadinya malpraktik harus dibukti-
Indonesia. Dari aspek legislasinya, peraturan kan secara medis, maka dengan berpedom-
tentang kesehatan dan profesi kedokteran an pada dasar hukum penuntutan ganti
juga telah diatur dalam Undang-Undang rugi yang diatur dalam Pasal 1365, 1366,
No. 36 Tahun 2009 dan Undang-Undang dan 1367 Kitab Undang-Undang Hukum
No. 29 Tahun 2004. Perdata (KUHPerdata) serta Pasal 55
Semua peraturan dan norma yang ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun
ada ini seakan-akan menunjukkan bahwa 1992 jo. Undang-Undang No. 36 Tahun
dokter, rumah sakit dan tenaga kesehatan itu 2009 tentang Kesehatan, bagaimanakah
“easily touchable by the law and potentially mengharmonisasikan pembuktian secara
forgiven by the law” di saat yang sama. medis ke dalam sistem pembuktian perdata
Hal ini dikarenakan, sekali seorang dokter positif?
diduga melakukan malpraktik, jika menurut
standar kedokteran tindakan medis yang C. Metode Penelitian
dilakukan itu sudah benar dan layak meski Penelitian ini merupakan penelitian
kemungkinan akibatnya dapat menimbul- yang bersifat normatif yuridis, yaitu pene-
kan kerugian, maka dia terlepas dari litian mengenai teori, kaidah (norma) dan
tanggung gugatnya, baik secara sipil, publik, sistematika hukum, serta bersifat empiris
maupun kriminal. karena studi lapangan juga dilakukan.
Pada penelitian ini, malpraktik perdata Studi lapangan ini dilakukan dalam rangka
merupakan fokus yang dianalisis, terutama mengumpulkan data-data primer yang
dari segi pembuktiannya. Adanya Undang- diperoleh dari para responden, yaitu dokter
Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik serta advokat dan hakim yang pernah
Kedokteran ternyata belum merumuskan menangani perkara malpraktik, sedangkan
persoalan malpraktik medis secara jelas data sekunder diperoleh melalui analisis
182 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

bahan hukum primer, sekunder dan tersier tegas. Selain tidak adanya definisi eksplisit
yang menguraikan tentang teori, kaidah mengenai malpraktik, tidak ada aturan-
(norma) dan sistematika hukum yang dalam aturan khusus yang mengatur mengenai
hal ini berkaitan dengan hukum pembuktian penyelesaian sengketa medik melalui pro-
perdata dan hukum acara perdata, serta sedur litigasi (persidangan pengadilan)
hukum kesehatan dan malpraktik medis. antara pasien dengan dokter/tenaga kese-
hatan/rumah sakit (selanjutnya cukup
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan disebut dokter) dalam hal praktik ke-
Medical malpractice, atau malpraktik dokteran ataupun pelayanan kesehatan.
medis, menurut teori umum dapat dikelom- Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud
pokan dalam dua konsep, yaitu malpraktik mengharmonisasikan sistem pembuktian
dari aspek etika (ethical malpractice) dan yang diatur dalam hukum acara perdata
malpraktik dari aspek hukum (juridical positif dengan pembuktian mengenai
malpractice).2 Lebih lanjut, juridical mal- malpraktik yang dilakukan dari segi medis.
practice terdiri atas tiga kategori yang lebih 1. Dasar Tuntutan Perdata terhadap
spesifik, yaitu malpraktik pidana (criminal Kasus Dugaan Malpraktik
malpractice), malpraktik perdata (civil Sebelum memahami sistem dan meka-
malpractice) dan malpraktik administratif nisme pembuktian medis yang berkaitan
(administrative malpractice).3 dengan tuntutan perdata kasus malpraktik,
Pada penelitian ini, malpraktik perdata maka perlu dilakukan suatu review
merupakan fokus yang telah dianalisis, komprehensif mengenai dasar-dasar yang
terutama dari segi pembuktiannya. dapat menjadi landasan untuk menuntut
Malpraktik perdata dapat dikatakan terjadi secara perdata kasus dugaan malpraktik.
ketika suatu tindakan malpraktik telah Untuk mengetahuinya, maka perlu diurai-
menyebabkan luka ataupun kematian bagi kan dua hal yang secara umum merupakan
seseorang yang diduga disebabkan oleh alasan gugatan perdata, yaitu: (1) malpraktik
kesalahan, kelalaian, maupun pelanggaran sebagai akibat pelanggaran perjanjian
aturan hukum oleh dokter/tenaga kesehatan/ terapeutik dan (2) pertanggungjawaban
rumah sakit, dimana tindakan malpraktik dokter dalam konteks fault liability.
tersebut tidak tunduk pada aturan-aturan a. Malpraktik sebagai Akibat Pelang-
hukum pidana maupun administratif. garan Perjanjian Terapeutik
Di Indonesia, adanya Undang- Perkembangan hukum kesehatan saat
Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik ini telah merubah paradigma lama yang
Kedokteran ternyata belum merumuskan menetapkan bahwa hubungan antara
persoalan malpraktik medis secara jelas dan pasien dengan dokter adalah hubungan


2
Lihat lebih lanjut dalam Sudjari Solichin, 2006, Malpraktik Medik, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, hlm. 355.

3
Ibid.

4
Safitri Hariyani, 2005, Sengketa Medik: Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter Dengan Pasien,
Diadit Media, Jakarta, hlm. 11.
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 183

paternalistik4, dimana satu pihak ke- adalah inspanning, hak dan kewajiban yang
dudukannya lebih lemah dari pihak lain. muncul dari hubungan hukum hukum antara
Hubungan antara dokter dengan pasien pasien dan dokter harus tetap dilaksanakan
yang saat ini semakin ditegaskan oleh dan jaminan hukumnya tetap tunduk pada
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang aturan umum tentang perjanjian.
Praktik Kedokteran adalah hubungan yang Berdasarkan ilmu tentang hukum
sifatnya kontraktual. Hubungan kontraktual perjanjian, dikenal ajaran hukum Belanda
ini bersandar pada pemikiran bahwa pasien mengenai wanprestasi, yang merupakan
dan dokter memiliki kebebasan atas hak terjemahan dari prestasi buruk.6 Wan-
yang dimilikinya dan adanya kedudukan di prestasi pada dasarnya didefinisikan
antara kedua pihak yang setara. sebagai cedera janji yang disebabkan oleh
Dalam bidang hukum kesehatan, per- kelalaian/kealpaan maupun pelanggaran
janjian yang timbul dari hubungan hukum perjanjian. Subekti menyatakan seseoarag
antara dokter dengan pasien adalah perjan- dianggap melakukan wanprestasi jika dia:
jian terapeutik. Perjanjian terapeutik didefi- tidak melakukan apa yang disanggupi akan
nisikan sebagai perjanjian antara dokter dilakukannya; melaksanakan apa yang
dengan pasien, berupa hubungan hukum dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana
yang melahirkan hak dan kewajiban bagi ke- mestinya; melakukan apa yang dijanjikan-
dua belah pihak.5 Jika melihat pada karakter nya tetapi terlambat; atau melakukan
perjanjian terapeutik, maka perjanjian ini sesuatu yang menurut perjanjian tidak
dapat dikategorikan sebagai inspanning ver- boleh dilakukannya.7
bintenis karena hasil yang dikehendaki dari Untuk melindungi kepentingan pihak
suatu tindakan medik (baik berupa diagnosis yang dirugikan dari wanprestasi tersebut,
maupun terapis/perawatan) adalah upaya- maka pertanggungjawaban pihak yang
upaya yang tepat untuk menghasilkan melakukan wanprestasi diatur dalam KUH-
kesembuhan pada pasien dan bukannya Perdata. Dalam kaitannya dengan hubung-
kepastian kesembuhan pasien itu sendiri. an antara dokter dengan pasien, maka wan-
Berdasarkan tinjauan teori dan prestasi atas perjanjian terapeutik antara
pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa dokter dengan pasien dapat menjadi dasar
hubungan hukum antara dokter dengan tuntutan terjadinya malpraktik perdata.
pasien dilandasi pada suatu perjanjian yang Dokter berkewajiban untuk melakukan
disebut dengan perjanjian terapeutik, yang pelayanan kesehatan dengan penuh
pada umumnya tunduk pada aturan-aturan kesungguhan dan dengan mengerahkan
yang termuat dalam KUHPerdata khusus- segala kemampuan serta perhatiannya
nya Buku III yang mengatur tentang per- sesuai dengan standar profesinya,8 sehingga
ikatan. Meskipun sifat perjanjian teurapetik penyimpangan yang dilakukan seorang

5
Bahder J. Nasution, 2005, Hukum Kesehatan: Pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 11.
6
Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, cetakan ke-XVI, PT Intermasa, Jakarta, hlm. 45.
7
Ibid.
8
Bahder J. Nasution, Op.cit., hlm. 13.
184 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

dokter dari prosedur medis atau jika pertanggungjawaban atas pelanggaran


seorang dokter tidak melakukan kewajiban- yang dilakukan oleh dokter karena rumah
kewajiban kontraktualnya, maka hal tersebut sakit tidak dalam posisi sebagai pihak yang
dapat dikategorikan sebagai ingkar janji/ terlibat secara langsung dalam perjanjian.
cedera janji yang diatur dalam pasal 1239 Sementara menurut undang-undang, per-
KUHPerdata. Pasal 1239 KUHPerdata ini janjian hanya mengikat bagi para pihak
juga mengatur hak untuk memperoleh ganti yang membuatnya.11 Meskipun begitu, jika
rugi (remedy), baik yang bersifat materiil bertolak dari ajaran Subekti tentang jenis-
maupun imateriil. jenis wanprestasi, maka dapat disimpulkan
Dalam gugatan atas dasar wanprestasi bahwa rumah sakit bisa saja memberikan
ini harus dibuktikan bahwa dokter benar- kontribusi terhadap terjadinya wanprestasi.
benar telah mengadakan perjanjian dan dia Sebagai contoh, dalam memberikan terapi/
telah melakukan wanprestasi atas perjanjian perawatan, dokter tidak mungkin bekerja
tersebut, namun tentu saja hal ini harus secara mandiri, tetapi bekerja sama dengan
didasarkan pada kesalahan profesi.9 Pasien tenaga kesehatan lain seperti perawat dan
harus mempunyai bukti-bukti kerugian dokter lain yang bekerja dan berada di
akibat tidak dipenuhinya kewajiban dokter bawah tanggungan rumah sakit. Selain itu,
sesuai standar profesi medik yang berlaku dokter juga akan menggunakan obat-obat-
dalam suatu perjanjian terapeutik. Pasien an dan alat-alat kedokteran yang berada di
juga harus membuktikan bahwa pelayanan bawah pengawasan rumah sakit, sehingga
kesehatan yang diterimanya tidak sesuai berdasarkan Pasal 1367 KUHPerdata, rumah
dengan kesepakatan yang dituangkan da- sakit bisa saja ikut bertanggung jawab atas
lam informed consent, atau dokter meng- pelanggaran perjanjian terapeutik yang
gunakan metode pengobatan yang keliru, dilakukan oleh dokter/tenaga kesehatan
atau dokter tidak melaksanakan kewajib- yang dipekerjakannya.Secara normatif,
an sebagaimana mestinya.10 Oleh karena pertanggungjawaban perdata dokter tidak
itu, untuk membuktikan dokter telah me- hanya berkaitan dengan wanprestasi, tetapi
langgar perjanjian terapeutik, maka unsur dapat muncul akibat kesalahan/kelalaian
kesalahan/kelalaian tetap harus dibukti- yang dilakukan dalam rangka melakukan
kan. tugas dan kewajiban profesinya.
Jika pelanggaran perjanjian dilakukan b. Pertanggungjawaban Dokter dalam
oleh dokter yang sedang melaksanakan Konteks Fault Liability
kewajibannya sebagai tenaga kesehatan Hingga hari ini, tidak terdapat ke-
yang dipekerjakan di sebuah rumah seragaman mengenai definisi dan ruang
sakit, maka akan terkesan sangat tidak lingkup malpraktik. Tidak adanya definisi
logis jika rumah sakit tiba-tiba dimintai yang tegas dan seragam mengenai mal-


9
Safitri Hariyani, Op.cit., hlm. 444.
10
Bahder J. Nasution, Op.cit., hlm. 16.
11
Baca Pasal 1340 KUHPerdata.
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 185

praktik tidak hanya terjadi di Indonesia, Selaras dengan definisi malpraktik


tetapi juga di banyak negara contohnya WMA tersebut, juga berdasarkan teori
Amerika Serikat. Sebagian besar definisi dan penelitian yang pernah dilakukan
yang bervariasi tersebut dapat ditemukan sebelumnya, pertanggungjawaban dokter
dalam teori-teori maupun putusan-putusan secara perdata tidak hanya disebabkan
hakim. Di Indonesia, bahkan istilah mal- adanya wanprestasi atas perjanjian dan
praktik medis tidak tertuang dalam aturan kewajiban kontraktual terapeutik, tetapi
legal formal yang berupa undang-undang, juga dikarenakan tidak dilaksanakannya
padahal undang-undang pada dasarnya kewajiban-kewajiban lain yang telah diatur
memiliki kekuatan mengikat dan kepastian menurut hukum dan standar etika profesi
hukum yang lebih utama dibandingkan yang berlaku. Jika dokter tidak menjalan-
teori-teori/ajaran akademisi maupun para kan kewajibannya secara sungguh-sungguh
profesional. dalam menjalankan profesinya, maka per-
Meskipun begitu, setiap teori-teori tanggungjawaban yang muncul sebagai
mengenai malpraktik memiliki kecende- akibat hukum secara umum diatur dalam
rungan unsur yang serupa, atau setidaknya Pasal 1365, 1366, dan 1367 KUHPerdata.
relevan satu dengan yang lain. Secara Undang-Undang Kesehatan juga mengatur
umum, definisi yang sering dijadikan acuan pertanggungjawaban perdata dokter dalam
mengenai malpraktik adalah definisi yang Pasal 55 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1992 jo.
dihasilkan oleh World Medical Association UU No. 36 Tahun 2009 yang menentukan
(WMA) pada tahun 1992. Organisasi ini bahwa setiap orang berhak mendapat ganti
memberikan pengertian malpraktik medis rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang
sebagai: dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Medical malpractice involves the Berdasarkan pasal tersebut, maka
physician’s failure to conform to the unsur kesalahan dan kelalaian merupakan
standard of care for treatment of the unsur yang menurut hukum perdata
patient’s condition, or lack of skill, or positif sangat determinan bagi penentuan
negligence in providing care to the pertanggungjawaban perdata dokter/tenaga
patient, which is the direct cause of an
kesehatan/rumah sakit (selanjutnya disebut
injury to the patient.
dokter) dan pada asasnya, unsur kesalahan
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh dan kelalaian ini telah melekat dalam
WMA tersebut, maka malpraktik medis Pasal 1365, 1366 dan 1367 KUHPerdata.
dapat terjadi ketika dokter gagal untuk Ketiga pasal tersebut mengandung asas
melaksanakan standar profesinya, atau pertanggungjawaban karena kesalahan
dikarenakan ketidakmampuannya, atau di- (fault liability). Untuk lebih jelasnya, akan
karenakan kekuranghati-hatiannya dalam diuraikan sebagai berikut:
memberikan perawatan dan pengobatan 1) Fault Liability Berdasarkan Pasal
pada pasien, dimana ketiga hal tersebut 1365 KUHPerdata
merupakan penyebab langsung atas kerugian Berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata,
yang diderita oleh pasien. maka dokter dapat dimintai tanggung
186 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

gugatnya (liability) atas dasar telah gugatan perdata, namun unsur kesalahan
terjadi perbuatan melawan hukum/PMH dan kelalaian tersebut harus merupakan
(onrechtmatigedaad). Penuntutan ganti ke- penyebab, baik langsung maupun tidak
rugian atas dasar onrechtmatigedaad ini langsung, atas kerugian yang nyata-nyata
tidak perlu didahului dengan adanya per- dialami oleh pasien untuk membuktikan
janjian terapeutik. Seperti telah diuraikan bahwa benar telah terjadi suatu tindakan
sebelumnya dalam tinjauan pustaka, maka malpraktik. Sehingga tanpa adanya kerugi-
untuk melakukan penuntutan ganti rugi an yang nyata dari pasien, seorang dokter
berdasarkan PMH yang diduga dilakukan yang telah terbukti lalai atau salah dalam
oleh dokter harus dipenuhi unsur-unsur ter- melakukan suatu perawatan atau pengobat-
tentu, yaitu: (1) ada perbuatan yang nyata- an tidak serta merta dinyatakan telah
nyata melawan hukum; (2) melanggar hak melakukan PMH untuk kemudian wajib
subjektif orang lain; (3) ada kesalahan; (4) memberikan ganti kerugian atas kelalaian
ada kerugian; dan (5) adanya hubungan dan kesalahannya.
causal (sebab-akibat) antara PMH dengan 2) Pertanggungjawaban Perdata Ber-
kerugian yang nyata-nyata diderita oleh dasarkan Pasal 1366 KUHPerdata
pihak yang dirugikan. Seorang dokter dapat dituntut atas
Tidak ada definisi yang dirumuskan dasar lalai yang menimbulkan kerugian.
secara jelas dan tegas dalam peraturan per- Dasar gugatan ini diatur dalam Pasal 1366
undang-undangan tentang PMH. Teori lama KUHPerdata. Kelalaian atau kekurang
mendefinisikan PMH sebagai segala sesuatu hati-hatian dapat terjadi ketika suatu
yang bertentangan dengan undang-undang. perilaku tidak sesuai dengan standar ke-
Namun ada yurisprudensi Lindenbaum lakuan yang ditetapkan dalam undang-
Cohen Arrest Hoge Raad pada 31 Januari undang. Menurut teori ilmu hukum, kela-
1919 yang berusaha memberikan pengertian laian pada dasarnya merupakan kesalahan
yang konstan mengenai PMH, yaitu: (tort), namun kesalahan dalam arti sempit.
setiap tindakan atau kelalaian baik Kelalaian disebut juga negligence in tort.
yang: (1) melanggar hak orang lain; (2) Seseorang dapat mengajukan gugatan
bertentangan dengan kewajiban hukum dengan dasar negligence. Meskipun begitu,
diri sendiri; (3) menyalahi pandangan
ada elemen-elemen negligence yang
etis yang umumnya dianut (adat istiadat
yang baik) atau kesusilaan yang baik; (4) harus terpenuhi untuk mengajukan gugat-
berlawanan dengan sikap hati-hati yang an perdata, yaitu: (1) suatu tingkah laku
seharusnya diindahkan dalam pergaul- yang menimbulkan kerugian, tidak sesuai
an masyarakat terhadap diri atau benda dengan sikap hati-hati yang normal; (2)
orang lain.12 yang harus dibuktikan adalah bahwa ter-
Meskipun unsur kelalaian dan kesalah- gugat lalai dalam kewajiban berhati-hati-
an dari pihak dokter merupakan unsur yang nya terhadap penggugat; dan (3) kelalaian
determinan dalam hal pengajuan suatu ini merupakan penyebab yang nyata

Safitri Hariyani, Op.cit., hlm. 45.


12
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 187

atau proximate cause dari kerugian yang orang itu melakukan tugas dan kewajiban
timbul. yang diberikan oleh rumah sakit, serta
Kelalaian medis adalah salah satu pertanggungjawaban atas segala obat-
bentuk dari malpraktik medis, sekaligus obat-an, alat dan barang, serta teknologi
merupakan bentuk malpraktik medis yang yang berada di bawah pengawasan dan
paling sering terjadi. Pada dasarnya kelalai- kekuasaannya.
an terjadi apabila seseorang dengan tidak Dalam praktiknya, seorang dokter/
sengaja, melakukan sesuatu (commission) tenaga kesehatan/rumah sakit dapat di-
yang seharusnya tidak dilakukan, atau anggap melakukan malpraktik yang
tidak melakukan sesuatu (ommission) disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
yang seharusnya dilakukan oleh orang dokter kurang menguasai ilmu pengetahu-
lain yang memiliki kualifikasi yang sama an dan teknologi kedokteran yang sudah
pada suatu keadaan dan situasi yang sama. berlaku umum dikalangan profesi ke-
Pada umumnya kelalaian yang dilakukan dokteran; memberikan pelayanan kedokter-
seseorang bukanlah merupakan perbuatan an dibawah standar profesi (bertentangan
yang dapat dihukum, kecuali apabila dengan prinsip lege artis); melakukan
dilakukan oleh orang yang seharusnya kelalaian yang berat atau memberikan
berdasarkan sifat profesinya bertindak hati- pelayanan dengan tidak hati-hati; melaku-
hati dan telah mengakibatkan kerugian atau kan tindakan medik yang bertentangan
cedera bagi orang lain. dengan hukum. Beberapa uraian sebelum-
3) Pertanggungjawaban Perdata Ber- nya merupakan dasar-dasar yang dapat
dasarkan Pasal 1367 KUHPerdata digunakan untuk mengajukan gugatan
Berdasarkan Pasal 1367 KUHPerdata, perdata baik yang diatur secara teori dan
maka setiap orang tidak hanya bertang- normatif maupun yang ditemukan dalam
gungjawab atas kerugian yang disebabkan praktik. Suatu hal menarik yang perlu
perbuatannya sendiri, tetapi juga kerugian disinggung lebih lanjut adalah menilai
yang disebabkan oleh perbuatan orang- perlu tidaknya mengadopsi konsep liability
orang yang menjadi tanggungannya atau without fault atau sering disebut strict
disebabkan oleh barang-barang yang ber- liability dalam menangani kasus malpraktik
ada di bawah pengawasannya. Ketentuan perdata.
ini dapat dianggap mengimplementasikan Dari segi teoritis sebenarnya banyak
asas vicarious liability yang artinya per- pembahasan dan penelitian ilmiah yang
tanggungjawaban renteng/bersama. Asas mulai mengarahkan agar para praktisi
vicarious liability yang terkandung dalam hukum kesehatan menerima dan mengadosi
Pasal 1367KUHPerdata pada dasarnya konsep ini. Alasan umumnya adalah di-
merujuk pada pertanggungjawaban kor- karenakan kasus malpraktik adalah kasus
porasi (corporate liability), yang secara khusus, yang harus diperlakukan secara
spesifik berupa tanggung jawab rumah khusus pula. Sementara berdasarkan pene-
sakit atas segala tindakan orang-orang litian yang dilakukan, praktisi justru tidak
yang bekerja padanya selama orang- menyetujui jika dalam kasus malpraktik
188 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

perdata diadopsi konsep strict liability dapat terlihat secara jelas (clear), tegas
ini. Pertimbangan pertama adalah bahwa (explicit) dan tidak perlu diperdebatkan
profesi medis ini memiliki batas-batas lagi (undebatable). Ini merupakan imple-
kemampuan, maksudnya adalah profesi mentasi nyata dari doktrin res ipsa
medis tidak menjamin kepastian akan loquitur. Doktrin res ipsa loquitur (the
mencapai hasil yang sempurna, namun thing speaks for itself) banyak dijadikan
upaya untuk mencapai hasil yang baik. Se- acuan oleh beberapa negara dalam meng-
lain itu, kasus malpraktik perdata sebenar- adili kasus dugaan malpraktik. Doktrin
nya lebih merupakan medical professional ini pada dasarnya menyatakan bahwa
negligence and misconduct, yang berarti fakta-fakta mengenai kelalaian maupun
kesalahan, kekeliruan dan pelanggaran kesalahan dokter dapat dilihat secara jelas
dalam profesionalisme kedokteran (ke- dan gamblang, tanpa harus dilakukan
sehatan), bukan suatu extraordinary crime pembuktian secara lebih detail, mendalam
(kejahatan luar biasa). Bahkan untuk mal- dan rumit.
praktik pidana, dimasukkan dalam kategori Seperti kasus yang pernah terjadi di
kejahatan murni pun tidak selayaknya, Yogyakarta misalnya, ketika seorang pasien
kecuali untuk malpraktik pidana berat yang yang mengalami sakit di salah satu kaki-
dimensi kesengajaannya (dolus) diasumsi nya, namun yang dioperasi adalah kaki
cukup tinggi. yang lain. Atau ketika terdapat alat-alat
2. Pembuktian Secara Medis dalam kedokteran seperti pisau atau benda lain
Kasus Malpraktik Perdata yang tertinggal (yang seharusnya tidak
Untuk memahami ruang lingkup dan tertinggal) di dalam tubuh pasien yang
mekanisme pembuktian medis dalam hal telah dioperasi. Jika mendasarkan pada
menindaklanjuti tuntutan malpraktik per- doktrin res ipsa loquitur ini, memang
data, maka perlu diuraikan secara jelas pembuktian secara medis yang mendetail,
mengenai: (a) definisi pembuktian medis rumit dan berbelit-belit tidak diperlukan.
dan (b) ruang lingkup pembuktian secara Oleh karena itu, ada pendapat bahwa
medis. sebenarnya membuktikan tindakan mal-
a. Definisi Pembuktian Secara Medis praktik bukan merupakan hal yang sulit
Dalam berbagai referensi, istilah untuk dilakukan.
“pembuktian secara medis” belum diguna- Secara logika, tidak bisa dipungkiri
kan secara umum dan tegas. Meski dalam bahwa jasa pelayanan kesehatan melibat-
perumusan masalah penelitian ini istilah kan dua pihak (pasien dengan dokter) yang
“pembuktian secara medis” ini dinyatakan tidak seimbang dari segi pengetahuannya
secara eksplisit, namun dalam pelaksanaan meskipun menurut undang-undang ke-
penelitian didapatkan suatu fakta bahwa dudukan hukum di antara keduanya harus
ada kalanya suatu kasus malpraktik tidak setara (equal). Ketika terjadi persoalan
memerlukan pembuktian secara medis yang mengarah pada malpraktik, baik
karena pada kasus tersebut unsur kesalahan, malpraktik perdata, pidana maupun admi-
kelalaian maupun PMH seorang dokter nistratif, segala fakta yang sifatnya mem-
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 189

benarkan suatu peristiwa dan menegaskan bagian yang tidak terpisahkan dari tahap
suatu hak perlu dibuktikan dari segi ilmu pembuktian kasus malpraktik.
kedokteran. Pembuktian secara medis ini b. Ruang Lingkup Pembuktian secara
berkaitan dengan pembuktian mengenai Medis
benar tidaknya dan perlu tidaknya suatu Pembuktian secara medis terutama
tindakan medik yang telah dilakukan oleh dilakukan untuk membuktikan seseorang
dokter terhadap pasien, termasuk meng- telah melakukan malpraktik medis, baik
uji apakah tindakan medik yang diambil yang sifatnya pidana maupun perdata.
sudah dijalankan sesuai dengan standar Berkaitan dengan malpraktik perdata, ter-
profesi dan ilmu kedokteran. Tindakan dapat teori yang mengatakan bahwa mal-
medik sendiri didefinisikan sebagai suatu praktik perdata bukanlah terjadi akibat
keputusan etis yang dilakukan oleh suatu kejahatan yang dilakukan oleh
seorang manusia terhadap manusia lainnya dokter, melainkan lebih merupakan kelalai-
yang umumnya memerlukan pertolongan, an ataupun sengketa medik, yaitu suatu
dimana keputusan tersebut diambil ber- kondisi dimana terjadi perselisihan atau
dasarkan pertimbangan atas beberapa persengketaan dalam praktik kedokteran.15
alternatif yang ada.13 Sementara menurut Dokter dikatakan telah melakukan mal-
peraturan yang berlaku saat ini, tindakan praktik medik jika prestasi yang di-
medik diartikan sebagai suatu tindakan berikannya buruk atau tidak sesuai dengan
yang dilakukan terhadap pasien berupa standar profesi, keilmuan serta keterampilan
diagnosis terapeutik. Dari peraturan tersebut yang seharusnya dimiliki.
dapat disimpulkan bahwa tindakan medik Oleh sebab itu, ruang lingkup pem-
ber-tujuan untuk menegakkan diagnostik buktian secara medis dalam malparaktek
dan untuk menerapkan terapi.14 perdata pada dasarnya meliputi:
Tidak ada ilmu lain yang bisa 1. Penilaian tindakan medik yang telah
menjelaskan kebenaran akan suatu tindak- dilakukan berdasarkan standard
an medik, termasuk diagnosa, pengobatan of care atau standar profesi medis
dan perawatan jika bukan ilmu kedokteran dalam hubungannya dengan kausa
itu sendiri. Oleh karena itu, jika dalam (penyebab) risiko.
suatu kasus melpraktik perdata tidak 2. Adanya kelalaian dalam hubung-
memungkinkan diterapkannya doktrin res annya dengan kausa (penyebab)
ipsa loquitur, maka pembuktian secara risiko.
medis (berdasarkan ilmu kedokteran) ada- 3. Tidak adanya risiko medis berupa
lah syarat mutlak untuk membuktikan ada kecelakaan yang layak serta risiko
tidaknya malpraktik, dan ini merupakan diagnosis.

13
Safitri Hariyani, Op.cit., hlm. 37.
14
Lihat Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585 Tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik.
15
Safitri Hariyani, Op.cit., hlm. 8.
190 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

3. Harmonisasi Pembuktian secara sesuatu hak, atau guna menegakkan hak-


Medis dalam Sistem Pembuktian nya sendiri maupun membantah hak orang
Perdata Positif lain, menunjuk pada suatu peristiwa,
Telah diuraikan sebelumnya bahwa diwajibkan membuktikan adanya hak atau
untuk memeriksa dan mengadili tuntutan peristiwa tersebut (asas actor incumbit pro-
atas dugaan malpraktik perdata, hukum batio). Sebenarnya, perkembangan dunia
acara yang digunakan adalah hukum acara hukum saat ini tidak lagi menjadikan ke-
perdata yang berlaku positif (sekarang). tentuan Pasal 163 HIR itu sebagai pedoman
Oleh sebab itu, hukum pembuktiannya pun yang ketat. Rasa keadilan hakim saat ini
masih tunduk pada hukum pembuktian mulai membawanya untuk menerapkan
yang diatur di dalam Buku keempat beban pembuktian yang lebih berat bagi
KUHPerdata tentang pembuktian dan pihak yang paling sedikit dirugikan. Meski
daluwarsa, HIR (aturan hukum acara yang begitu, pemahaman tentang “paling banyak
berlaku untuk wilayah Jawa dan Madura), dirugikan” dan “paling sedikit dirugikan”
RBg (aturan hukum acara yang berlaku di adalah suatu hal yang pada akhirnya sangat
luar Jawa dan Madura), serta berpedoman subyektif. Pedoman pembebanan pem-
pada Rv (aturan hukum acara perdata untuk buktian ini sebenarnya mirip dengan yang
golongan Eropa pada jaman Hindia Belanda) dianut oleh negara common law umum-
dan RO (aturan mengenai organisasi ke- nya, dimana asasnya berbunyi “he who
hakiman). Untuk melakukan harmonisasi asserts must prove”.16 Dipandang secara
mekanisme pembuktian medis ke dalam sekilas, maka asas ini menetapkan bahwa
sistem pembuktian perdata positif, maka setiap penggugat yang mengajukan gugat-
sub bab ini akan diuraikan dalam poin- anlah yang harus membuktikan kebenaran
poin yang terdiri dari: (a) penentuan beban dalil-dalil gugatannya.
pembuktian serta (b) penerapan dan penilai- Dalam hukum acara perdata dikenal
an alat-alat bukti. prinsip negative non sunt probanda, yang
a. Penentuan Beban Pembuktian artinya jika salah satu pihak mendalilkan
Bagian ini akan mengkaji mengenai gugatan atau bantahan berdasarkan suatu
penentuan beban pembuktian berdasarkan hal atau keadaan yang sifatnya mengingkari
dasar-dasar gugatan yang digunakan untuk (tidak melakukan/tidak berbuat sesuatu),
membuktikan terjadinya malpraktik per- maka tidak patut dan tidak layak jika pihak
data. Salah satu ketentuan hukum acara di yang merasa tidak melakukan/tidak berbuat
Indonesia yang mengatur mengenai hukum sesuatu itu diwajibkan untuk membuktikan
pembuktian adalah Pasal 163 HIR/283 hal yang tidak dilakukannya. Berdasarkan
RBg dan 1865 KUHPerdata yang pada yurisprudensi, maka jauh lebih mudah
asasnya menentukan bahwa setiap orang untuk membuktikan hal/keadaan yang
yang mendalilkan bahwa ia mempunyai positif, artinya keadaan/hal yang menyata-

M. Yahya Harahap, 2007, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaaan, Pembuktian dan
16

Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 523.


Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 191

kan suatu perbuatan/sesuatu hak dan terbalik dengan alasan bahwa malpraktik
bukannya mengingkari.17 Hal ini sesuai juga perdata masih belum layak dikategorikan
dengan pendapat Paton yang mengatakan sebagai kejahatan khusus sehingga tidak
bahwa pembuktian suatu negatie tidak dapat perlu mengadopsi sistem pembuktian yang
dibebankan kepada seseorang tanpa alasan- menyimpang, serta ada yang menyatakan
alasan yang sangat kuat.18 Sehingga jika secara implisit bahwa kasus malpraktik
dokter sebagai pihak tergugat membantah perdata ini bersifat kasuistis, sehingga bisa
dalil gugatan penggugat, maka ada dua hal saja sistem pembuktian terbalik dibebankan
yang mungkin terjadi: pada kasus-kasus tertentu yang khusus tanpa
1. Penggugat (pasien) diberikan beban menyatakan apakah kasus seperti itu pernah
pembuktian terlebih dulu untuk mem- terjadi sebelumnya di Yogyakarta maupun
buktikan dalil gugatannya, jika tidak di Indonesia.
terbukti, maka dalam hal ini hakim tidak Berikutnya, peneliti akan mencoba
akan mengabulkan gugatan penggugat mengkaji satu persatu mengenai penentuan
tanpa perlu melakukan pemeriksaan unsur-unsur yang harus dibuktikan ber-
pembuktian atas dalil bantahan tergugat dasarkan beban pembuktian menurut dasar-
(dokter); dasar gugatan yang telah diatur secara
2. Jika penggugat (pasien) mampu mem- normatif dan teoritis tersebut.
buktikan dalil gugatannya, maka ter- 1) Beban Pembuktian terhadap Dasar
gugat (dokter) wajib membuktikan dalil Gugatan Menurut Pasal 1239 KUH-
bantahannya. Perdata
Sementara itu, dalam perkembangan Untuk membuktikan dokter telah
hukum saat ini dikenal konsep pembuktian melakukan wanprestasi atas perjanjian
terbalik, yang telah diadopsi di Indonesia terapeutik tentu sangat sulit dikarenakan
dalam penyelesaian sengketa perdata prestasi dokter dalam perjanjian inspan-
berkaitan dengan hukum perlindungan nings verbintenis tidak diukur, kecuali
konsumen dan hukum lingkungan. Dalam jika dokter telah secara jelas dan nyata
penelitian ini, persepsi di antara para melakukan ingkar janji terhadap hak-hak
praktisi hukum terbagi menjadi tiga, yaitu pasien dan kewajibannya sendiri dalam
setuju dengan diberlakukannya sistem transaksi terapeutik. Meskipun begitu ada
pembuktian terbalik dimana pihak tergugat ukuran tentang apa yang harus dibuktikan
harus terlebih dulu membuktikan bahwa oleh pasien untuk menggugat berdasarkan
dirinya tidak bersalah atau membuktikan Pasal 1239 ini, yaitu:19
dalil bantahannya atas dalil gugatan 1) Hubungan antara dokter dan pasien
penggugat, kemudian ada yang tidak setuju terjadi berdasarkan perjanjian tera-
dengan diadakannya sistem pembuktian peutik.

17
Putusan Mahkamah Agung Nomor 547/K/Sip/1971 tanggal 15 Maret 1972.
18
Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Ketujuh, Liberty, Yogyakarta, hlm. 142.
19
Bahder J. Nasution, Op.cit., hlm. 63.
192 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

2) Dokter telah memberikan pelayanan kesalahan dokter yang melanggar hukum


kesehatan yang tidak patut yang me- dan membuktikan bahwa dari kesalahan
nyalahi tujuan perjanjian terapeutik. tersebut timbul kerugian yang nyata-nyata
3) Pasien menderita kerugian akibat
dideritanya. Jika penggugat menggunakan
tindakan dokter yang bersangkutan.
dasar gugatan Pasal 1365 KUHPerdata ini,
Seorang dokter tidak dapat dinyatakan sebenarnya hakim tidak perlu mengalami
melanggar kewajiban kontraktualnya jika kesulitan dalam membagi beban dan bobot
terdapat contribury negligence yang dilaku- pembuktiannya pada para pihak karena
kan oleh pasien. Contribury negligence unsur-unsur yang harus dibuktikan oleh
artinya kesalahan/kelalaian medis yang penggugat sudah dirumuskan secara jelas.
menyebabkan kerugian itu diakibatkan Meskipun unsur-unsur yang harus
oleh kesalahan/kelalaian pasien sendiri dibuktikan oleh penggugat telah ditentu-
dalam melakukan kewajiban yang dipe- kan secara jelas, peneliti tidak menilai
rintahkan oleh dokter, misalnya, taat meng- bahwa Pasal 1365 KUHPerdata ini bersifat
konsumsi obat yang sesuai dengan resep limitatif (tertutup), karena pengertian dari
dokter, menghindari aktivitas maupun perbuatan melanggar hukum bisa diartikan
makanan-makanan yang bisa memperparah secara luas, yaitu baik hukum tertulis mau-
kesehatannya, dan sebagainya. Hukum pun tidak tertulis, dimana hukum tidak
perjanjian sebenarnya memilki suatu asas tertulis bisa juga terpengaruh oleh asas
yang cukup mirip dengan prinsip contribury kesusilaan, kepatutan dan rasa keadilan serta
negligence ini meski tidak bisa dibilang sama ketertiban yang tumbuh dalam masyarakat.
persis, yaitu asas “exceptio non adimpleti Selain itu terdapat yurisprudensi yang
contractus”, artinya secara garis besar, mendefinisikan perbuatan melawan hukum
bagaimana mungkin pihak yang satu dapat secara luas, yaitu Arrest Hoge Raad 31
memenuhi kewajibannya jika pihak lain Januari 1919 yang mendefinisikan per-
sendiri tidak melaksanakan kewajibannya buatan melawan hukum sebagai “berbuat
menurut perjanjian yang telah dibuat padahal atau tidak berbuat yang melanggar hak orang
sifat perjanjian tersebut adalah reciprocal lain dan bertentangan dengan kewajiban
atau timbal balik dimana jika salah satu pihak hukum sendiri atau kesusilaan atau kepatutan
tidak memenuhi kewajibannya, maka pihak dalam masyarakat, baik terhadap diri atau
lain pun tidak mampu atau tidak mungkin benda orang lain”.
untuk memenuhi kewajibannya. Berdasarkan teori hukum kedokteran
2) Beban Pembuktian terhadap Dasar saat ini, maka ada suatu standar yang di-
Gugatan Menurut Pasal 1365 KUH- tetapkan untuk membuktikan unsur-unsur
Perdata yang terdapat dalam Pasal 1365 KUHPer-
Berkaitan dengan Pasal 1365 KUH- data, yaitu: adanya duty (kewajiban) yang
Perdata misalnya, setiap orang yang men- harus dilaksanakan; adanya dereliction/
dalilkan adanya PMH harus membuktikan breach of that duty (penyimpangan ke-
telah terjadi PMH itu. Dalam hal ini, wajiban); terjadinya damage (kerugian);
maka pasien harus membuktikan adanya terbuktinya direct causal relationship
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 193

(hubungan kausal langsung) antara dan sebagainya, dan sebuah rumah sakit
pelanggaran kewajiban dengan kerugian.20 dapat bertanggung jawab atas kelalaian/
3) Beban Pembuktian terhadap Dasar kesalahan para staf medis yang berstatus
Gugatan Menurut Pasal 1366 KUH- karyawan tetap. Meskipun begitu, syarat
Perdata utamanya adalah, bahwa mereka yang
Jika dalam kasus malpraktik perdata disebut tadi melakukan kelalaian/kesalahan
seorang dituntut berdasarkan pasal 1366 tersebut dalam rangka menjalankan perin-
KUHPerdata, maka beban pembuktian tah/kewajiban/menerima pendelegasian we-
terletak pada penggugat (pasien) untuk wenang yang diberikan oleh atasannya/oleh
membuktikan bahwa tergugat (dokter) telah rumah sakit.
melakukan kelalaian yang menimbulkan Doktrin yang dapat digunakan sebagai
kerugian yang nyata-nyata diderita oleh- justifikasi adalah respondeat superior, yaitu
nya. Kelalaian atau kekuranghati-hatian teori hubungan majikan dengan karyawan,
terjadi apabila suatu perilaku tidak sesuai dimana majikan bertanggungjawab atas
dengan standar kelakukan yang ditetapkan kerugian yang ditimbulkan oleh bawahan
oleh undang-undang. Kelalaian dapat di- jika bawahan ini menimbulkan kerugian
jadikan dasar gugatan manakala telah tersebut dalam rangka menjalankan ke-
memenuhi syarat-syarat berikut: suatu wajibannya/tugas yang diberikan oleh
tingkah laku yang menimbulkan kerugian, atasannya/majikannya.
tidak sesuai dengan sikap hati-hati yang Oleh karena itu, rumah sakit dapat
normal; yang harus dibuktikan adalah bahwa bertanggung jawab atas segala tindakan
tergugat lalai dalam kewajiban berhati- dokter/tenaga medis lainnya selama dokter
hatinya terhadap penggugat; kelakukan tersebut menjalankan tugasnya sebagai
itu merupakan penyebab yang nyata atau karyawan tetap di rumah sakit tersebut
proximate cause dari kerugian yang timbul. dan menggunakan segala alat maupun obat-
4) Beban Pembuktian terhadap Dasar obatan yang disediakan oleh rumah sakit.
Gugatan Menurut Pasal 1367 Kuh- Sehingga jika seseorang ingin meminta
perdata pertanggung jawaban rumah sakit atas
Ayat pertama dalam Pasal 1367 tindakan dokter/tenaga medis yang bekerja
KUHPerdata ini menentukan suatu bentuk di rumah sakit tersebut, harus dipenuhi
tanggung gugat secara renteng (vicarious ketentuan berikut ini : beban pembuktian
liability), sedangkan ayat tiganya menentu- diwajibkan pada penggugat (pasien);
kan suatu bentuk tanggung gugat korpo- penggugat harus membuktikan adanya
rasi (corporate liability). Sehingga, dengan hubungan kerja antara atasan dengan
menggunakan ketentuan ini, seorang dokter bawahan; tindakan yang dilakukan bawahan
harus bertanggung jawab atas kelalaian/ harus dalam ruang lingkup pekerjaan
kesalahan yang dilakukan oleh bawahan- yang ditugaskan kepadanya dalam suatu
nya, yaitu para perawat, bidan, dokter asisten wujud perintah yang diberikan oleh atasan;

20
Safitri Hariyani, Op.cit., hlm. 64.
194 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

hubungan kerja dianggap ada, apabila perdata yang berlaku sekarang ini menganut
atasan mempunyai hak secara langsung ajaran positief wettelijk bewijsleer theorie
untuk mengawasi dan mengendalikan sehingga pembuktiannya semata-mata hanya
aktivitas bawahan dalam melakukan tugas- didasarkan pada alat-alat bukti yang sah
tugasnya, mengawasi peralatan, teknologi, dan diakui oleh undang-undang saja, tanpa
maupun obat-obatan yang berada di bawah memerlukan keyakinan hakim. Memang
penguasaannya dan pengawasannya. berdasarkan perkembangan sistem hukum
5) Beban Pembuktian terhadap Dasar saat ini, dikenal tiga ukuran beban standar
Gugatan Menurut Doktrin Res Ipsa pembuktian, yaitu by preponderance of
Loquitur evidence; by clear and convincing evidence;
Jika kesalahan yang dilakukan sudah dan beyond reasonable doubt. Pada dasarnya
demikian jelasnya sehingga tidak diperlukan hukum acara perdata yang berlaku di
saksi ahli lagi, maka beban pembuktian Indonesia secara garis besar masih menganut
dapat dibebankan pada dokternya. Namun beban standar pembuktian yang berupa
menurut Joseph King dalam bukunya The preponderance of evidence karena jika salah
Law of Malpractice in Nutshell, ada syarat- satu pihak (penggugat maupun tergugat)
syarat agar res ipsa loquitur dapat digunakan mengajukan bukti-bukti yang menurut
sebagai dasar pembuktian, yaitu:21 undang-undang sah dan memiliki kekuatan
1. Resulted form an occurrence which pembuktian, maka hakim dapat mengadili
does not ordinarily occur in the dengan memberi putusan berdasarkan bukti-
absence of negligence, yang artinya bukti yang diajukan itu.
sebagai akibat dari keadaan yang da-
Berdasarkan KUHPerdata dan HIR,
lam keadaan normal tidak mungkin
tejadi jika tidak ada kelalaian; maka dalam hukum acara perdata dikenal
2. Been caused by an instrumentality alat bukti yang berupa bukti tulisan, bukti
or agency under the exclusive ma- dengan saksi, persangkaan, pengakuan
nagement or control of the defendant, dan sumpah. Di luar kelima alat bukti
yang artinya disebabkan oleh alat-alat tersebut, HIR masih mengakui keberada-
yang digunakan atau di bawah penga-
an pemeriksaan setempat dan keterangan
wasan dokter;
3. Occurred under circumstances indi- ahli (expertise) sebagai alat bukti.
cating the injury was not due to any Dalam penelitian ini peneliti bermaksud
voluntary act or negligence on the part menganalisis apakah alat-alat bukti
of the plaintiff, yang artinya terjadinya yang telah disediakan menurut undang-
tidak disebabkan adanya kelalaian undang masih mampu mengakomodir
atau kontribusi dari pasien sendiri.
pembuktian yang dilakukan berdasarkan
b. Penerapan dan Penilaian Alat-Alat dokumen dan tindakan medis. Untuk itu,
Bukti kesesuaian tersebut akan dinilai dengan
Telah diuraikan dalam tinjauan pustaka cara menguraikan satu persatu alat-alat
bahwa sistem pembuktian hukum acara bukti yang pada asasnya diakui keberada-

Safitri Hariyani, Op.cit., hlm. 75.


21
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 195

annya oleh peraturan-perundang-undang- (termasuk hasil diagnosis, pemeriksaan


an, yaitu: fisik, pengobatan, pemeriksaan laborato-
1) Bukti Tulisan rium rontgen, dll), serta data non-medis
Berdasarkan penelitian yang telah (sifatnya lebih informatif sosiologis) yang
dilakukan, maka pada dasarnya terdapat berupa identitas pasien, data sosial-ekonomi,
dokumen-dokumen medis yang dapat di- alamat pasien, dan sebagainya. Meski
pertimbangkan sebagai alat bukti tertulis. terdapat data-data yang bersifat non-medis,
Dokumen-dokumen tersebut misalnya rekam medis pada dasarnya adalah dokumen
rekam medis, informed-consent, laporan rahasia, yang kerahasiaannya wajib untuk
hasil pemeriksaan penunjang, serta catatan dijaga oleh dokter/tenaga kesehatan/rumah
observasi dan pengobatan harian. Adapun sakit kecuali untuk kepentingan pasien atau
menurut hukum positif, maka dokumen keluarganya, penelitian dan audit medis serta
yang berbentuk foto hanya dapat berfungsi kepentingan pengadilan.24
sebagai material pendukung yang sifatnya Rekam medis merupakan dokumen
memberi keterangan tambahan (demon- yang sangat penting dalam pelayanan
strative evidence),22 seperti foto radiologi, kesehatan. Rekam medis memiliki banyak
gambar pencitraan (imaging) dan rekaman fungsi, yaitu sebagai dasar pemeliharaan
elektro diagnostik dan bukan alat bukti kesehatan dan pengobatan pasien, bahan
tertulis. untuk kepentingan penelitian, dasar untuk
Adapun pembahasan mengenai bukti pembayaran biaya pelayanan kesehatan, ba-
tulisan difokuskan pada Rekam Medis han untuk menyediakan statistik kesehatan,
(Medical Record) dan Informed Consent, serta akhirnya yang tak kalah penting,
karena dua dokumen tersebut merupakan sebagai bahan pembuktian dalam perkara
dokumen medis yang vital dan pada hukum. Fokus penelitian ini tentu saja pada
praktiknya sering dijadikan alat bukti rekam medis sebagai bahan pembuktian di
tertulis di pengadilan. Untuk lebih jelasnya pengadilan. Untuk kepentingan pengadilan,
akan dianalisis satu per satu. Rekam medis rekam medis merupakan dokumen yang
adalah berkas yang berisi catatan dan dapat dikategorikan sebagai alat bukti tertulis.
dokumen mengenai identitas pasien, hasil Adapun secara khusus bisa dikategorikan
pemeriksaan, pengobatan dan tindakan sebagai surat yang bukan akta. Jika dilihat
pelayanan lainnya yang telah diberikan secara teori, memang syarat pokok untuk
kepada pasien.23 Jika dilihat secara umum, dikategorikan sebagai surat yang berbentuk
maka isi rekam medis terdiri dari dua akta telah terpenuhi, yaitu karena rekam
bagian, yaitu data medis/klinis yang medis disusun secara tertulis, ditandatangani
menyediakan segala data tentang riwayat berdasarkan tanggal pembuatannya
penyakit dan keadaan kesehatan seseorang dan dibuat oleh yang berhak membuat-

22
Sudikno Mertokusumo, Op.cit., hlm. 149.
23
Lihat Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
24
Lihat Pasal 10 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
196 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

nya dalam rangka memberi pelayanan ditandatangani oleh dokter. Jika suatu
kesehatan.25 Meskipun begitu, rekam medis saat ada perubahan isi rekam medis, maka
tidak termasuk ke dalam kategori akta karena pasien tidak mengetahuinya. Seperti telah
tujuan utama penyusunan rekam medis diuraikan sebelumnya, sesungguhnya fungsi
bukanlah sebagai alat bukti di pengadilan utama dari rekam medis bukan sebagai alat
dan bukan sebagai dasar perikatan antara bukti jika muncul gugatan, tapi justru rekam
dokter dengan pasien, melainkan merupakan medis lebih berfungsi dalam hal pemberian
laporan tentang keadaan medis pasien data-data dan informasi medis. Dengan kata
sehingga sifatnya lebih ke informatif dan lain, rekam medis akan sangat bermanfaat
administratif. bagi pasien jika pasien memiliki salinan
Sebagai alat bukti tertulis yang bukan lengkap dari berkas rekam medisnya.
akta, maka kekuatan pembuktiannya tidak Sebagai contoh, pasien mempunyai hak atas
mengikat, dengan kata lain, hakim bebas second opinion dari dokter, sehingga jika
menilai kekuatan pembuktiannya.26 Dalam pasien adalah seseorang yang mobilitasnya
praktiknya, sering kali rekam medis ini tinggi, dia memiliki riwayat kesehatan yang
merupakan hal yang sangat menguntungkan lengkap yang dibawanya ke mana pun ia
bagi dokter/tenaga kesehatan/rumah sakit. pergi sehingga tidak perlu memulai dari nol
Meski isi rekam medis adalah milik pasien,27 lagi ketika ditangani oleh dokter yang baru.
namun berkas rekam medis yang lengkap Sementara itu, informed consent
adalah milik sarana pelayanan kesehatan. (selanjutnya disebut IC) sering dianggap
Isi rekam medis yang dapat diberikan pada sebagai syarat mutlak terbentuknya perjanjian
pasien hanya berupa ringkasannya saja,28 antara dokter dan pasien. Ini merupakan
sehingga tidak menjelaskan keseluruhan akibat dari semakin meningkatnya kesadaran
tindakan medik yang dilakukan terhadap masyarakat akan hak-hak kesehatannya.
pasien. Memang berdasarkan teorinya, persetujuan
Oleh sebab itu, seringkali para advokat seseorang atas tindakan medik yang akan
dari pihak pasien mengeluhkan kondisi dilakukan terhadapnya dapat dilakukan
ini. Mereka berpendapat bahwa dengan dalam bentuk persetujuan secara expressed
dikuasainya berkas lengkap rekam medis (secara eksplisit/tegas) dan implied (secara
oleh pihak rumah sakit, maka jika terdapat diam-diam). Bagi sebagian masyarakat,
itikad buruk, berkas tersebut memungkinkan persetujuan atas tindakan medis dapat terjadi
untuk disesuaikan atau bahkan diubah melalui expressed consent (persetujuan
demi kepentingan dokter/tenaga kesehatan/ secara tegas) yang disampaikan baik secara
rumah sakit ketika muncul gugatan ganti tertulis maupun lisan, implied consent
kerugian. Selain itu, rekam medis hanya (persetujuan secara diam-diam/tersirat tanpa

25
Lihat Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
26
Lihat Pasal 1881 ayat (2) KUHPerdata.
27
Lihat Pasal 52 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431).
28
Lihat Pasal 12 ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 197

pernyataan tegas), dan presumed consent medik, risiko yang mungkin terjadi (risk
(persetujuan yang dianggap akan diberikan of treatment atau disebut juga medical
oleh pasien dalam keadaan sadar). Misalnya risk), alternatif tindakan yang dapat
seseorang yang yang dalam keadaan tidak dilakukan beserta risikonya, serta prognosis
sadar dianggap menyetujui apa yang pada (ramalan mengenai keadaan penyakit)
umumnya disetujui oleh para pasien jika sebagai akibat dari tindakan medik yang
berada dalam suatu situasi dan kondisi dilakukan.31 Hal yang juga sangat esensial
yang sama. Adanya kewajiban mengadakan untuk dikomunikasikan pada pasien adalah
informed consent memang telah diatur dalam perkiraan biaya yang dikeluarkan untuk
peraturan perundang-undangan, seperti melakukan tindakan medik oleh dokter.
dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Bentuk-bentuk IC dalam praktiknya
tentang Praktik Kedokteran29 dan dalam dapat berwujud Surat Pernyataan Persetuju-
Peraturan Menteri Kesehatan No. 585 Tahun an Pemeriksaan Pengobatan, Surat Pernyata-
1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik. an Persetujuan Operasi atau Anastesi, Surat
Informed consent diartikan secara Persetujuan Dirawat di Unit Khusus, Surat
umum sebagai syarat tanda persetujuan Permohonan Sterilisasi, Surat Pernyataan
tindakan medis yang akan dilakukan Pengambilan Keputusan Tindakan Medik
terhadap pasien. Kata “syarat” menandakan pada Pasien Tidak Sadar Tanpa Pengantar
secara harfiah bahwa tanpa IC, maka Keluarga Terdekat, dan sebagainya. Jika
tidak mungkin dilakukan tindakan medik pasien menolak untuk dilakukan tindakan
terhadap pasien. Hal tersebut juga telah medik terhadapnya, maka pasien atau ke-
diatur secara normatif.30 Pada dasarnya, luarganya diwajibkan untuk mengisi Surat
IC merupakan hak pasien dimana dokter Pernyataan Penolakan.32
berkewajiban untuk menjelaskan segala Namun, persoalan yang dibahas saat
sesuatu mengenai penyakit pasien untuk ini berkaitan dengan IC sebagai alat bukti
kemudian memperoleh persetujuan atas di pengadilan. Dari segi normatif, maka
tindakan medik yang akan dilakukan. IC dapat dikategorikan sebagai bentuk
Sehingga, persetujuan baru diberikan oleh perjanjian karena merupakan persetujuan
pasien setelah memperoleh penjelasan dari dari pasien atas tindakan medik yang di-
dokter. Penjelasan yang dikomunikasikan lakukan oleh dokter, meski dengan per-
pada pasien sekurang-kurangnya harus syaratan tertentu, yaitu bahwa dokter telah
meliputi diagnosis penyakit dan prosedur memberikan penjelasan/informasi yang jelas
yang akan dilakukan, tujuan tindakan kepada pasien, termasuk yang terpenting

29
Lihat Pasal 45 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431).
30
Lihat Pasal 13 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585 Tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik
berkaitan dengan sanksi administratif berupa pencabutan izin praktik jika dokter melakukan tindakan medik
tanpa persetujuan pasien atau keluarganya.
31
Lihat Pasal 45 angka 3 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431).
32
Safitri Haryani, Op.cit., hlm. 27.
198 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

adalah risiko medis yang dapat terjadi. Pada undang dinyatakan cukup untuk itu.35
asasnya, hal tersebut sesuai dengan makna Berkaitan dengan kecakapan bertindak
perjanjian yang diatur di dalam Pasal 1313 juga terjadi masalah. Seseorang dikatakan
KUHPerdata33, sehingga pembentukan IC cakap hukum menurut KUHPerdata jika ia
seharusnya tunduk pada ketentuan tentang telah berusia 21 tahun, atau belum berusia
syarat-syarat sahnya perjanjian yang diatur 21 tahun tetapi sudah menikah. Peraturan
dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Menteri Kesehatan juga telah menentukan
Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, bahwa persetujuan atas tindakan medik
maka IC sebagai bentuk khusus dari per- hanya dapat diberikan oleh pasien dewasa
janjian34 harus memenuhi unsur-unsur ter- yang berada dalam keadaan sadar dan
tentu untuk memperoleh keabsahan, yaitu sehat mental, yang telah mencapai usia 21
adanya kesepakatan, adanya kecakapan ber- tahun atau telah menikah. Dalam praktik,
tindak, ada hal/obyek tertentu dan ada sebab/ hal ini sulit untuk diterapkan oleh dokter,
kausa yang halal. Beberapa praktisi menilai karena berbagai hal, bisa saja seorang anak
bahwa IC lebih merupakan kehendak se- yang belum dewasa sendirian mendatangi
pihak, yaitu dari pihak pasien. Beberapa dokter di tempat praktiknya untuk diberikan
faktor yang mengindikasikan hal tersebut pengobatan. Maka dokter tidak mungkin
adalah, seringkali ketika pasien disodori IC menolak memberikan pengobatan yang
dalam bentuk surat pernyataan untuk di- dibutuhkan.
tandatangani, maka ada dokter yang tidak Sebagai alat bukti tertulis, maka IC
serta merta menandatanganinya. Asumsi- dapat dikategorikan sebagai akta di bawah
nya, karena IC lebih merupakan pernyataan tangan. Sifatnya sebagai akta karena IC
persetujuan dari pasien atas tindakan me- merupakan wujud dari persetujuan yang
dik yang dilakukan kepadanya, maka tidak menimbulkan perikatan antara dokter dan
ada relevansinya jika dokter menegaskan pasien, sehingga tujuan utama IC dibuat
kehendak pasien tersebut. Selain itu, pasien adalah untuk pembuktian di pengadilan jika
dapat setiap saat membatalkan pernyataan muncul sengketa/gugatan. Sementara itu,
setujunya setiap saat sebelum tindakan sebagai akta, maka IC dikategorikan sebagai
medik dilakukan, begitu juga dengan dokter, akta di bawah di bawah tangan karena tidak
jika ia merasa kemudian tidak mampu untuk dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh
menangani penyakitnya dan merujuknya undang-undang serta tidak dibuat oleh atau
kepada dokter lain yang lebih berkompeten. di hadapan pejabat umum yang berwenang
Padahal suatu perjanjian hanya dapat di- untuk itu maupun pejabat lain yang
batalkan atas kesepakatan kedua belah pihak, ditentukan oleh undang-undang.36 Satu-
atau karena alasan-alasan yang oleh undang- satunya pejabat umum yang diakui menurut

33
Pasal 1313 KUHPerdata mengatur bahwa, “suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
34
Lihat Pasal 1319 KUHPerdata.
35
Lihat Pasal 1338 ayat (2) KUHPerdata.
36
Lihat Pasal 1868 KUHPerdata.
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 199

undang-undang adalah notaris.37 Sementara dimana dokter dengan pengetahuan dan ke-
dokter/tenaga kesehatan/rumah sakit tidak terampilan khusus tersebut kedudukannya
dapat dikategorikan sebagai pejabat umum, lebih tinggi dari pasien yang berasal dari
maupun pejabat lain yang telah ditentukan masyarakat awam. Hal ini menyebabkan ke-
oleh undang-undang misalnya panitera, wajiban yang berkaitan dengan IC ini sering
juru sita, pegawai pencatat sipil, dan kali tidak dilakukan sebagaimana mestinya.
sebagainya. Dokter adalah penyedia jasa di Misalnya di salah satu rumah sakit swasta di
bidang kesehatan, yang dapat meliputi dua Yogyakarta, formulir IC mengenai pernyata-
fungsi sekaligus yaitu sebagai ilmuwan dan an persetujuan dilakukannya operasi terha-
profesional. Oleh karena itu, sifat kekuatan dap pasien sering kali harus ditandatangani
pembuktian dari IC pada dasarnya adalah oleh pasien meskipun data-data yang se-
sempurna dan mengikat bagi para pihak kurang-kurangnya harus tertuang dalam IC
selama tanda tangan yang tertera di dalam tidak dipenuhi, misalnya informasi tertulis
IC tidak dipungkiri oleh para pihak sehingga tentang penyakit, prosedur yang akan di-
kekuatan pembuktiannya bukan terletak lakukan serta risiko medis. Biasanya alasan
pada kekuatan lahir, namun kekuatan formal yang diberikan adalah bahwa dokter telah
dan material.38 memberi penjelasan secara lisan. Alasan lain
Namun, eksistensi IC ternyata menjadi yang lebih mendiskreditkan adalah bahwa
persoalan di antara para praktisi hukum. pasien tidak akan memahami bahasa-bahasa
Mereka berpendapat bahwa meski fungsi IC kedokteran dan penjelasan yang diberikan
adalah sebagai dasar yuridis bagi hubungan baik secara lisan maupun tertulis dari dokter.
hukum yang terjadi antara dokter dan pasien, Selain itu menurut kebiasaan, maka hanya
namun sebagian besar masyarakat yang untuk perawatan maupun pengobatan yang
awam akan ilmu kedokteran beranggapan risiko medisnya besar yang perlu dituangkan
bahwa IC tersebut merupakan jaminan dalam bentuk tertulis.
bahwa pasien pasti akan memperoleh ke- Persepsi-persepsi seperti ini tentu saja
sembuhan. Persepsi tersebut muncul karena tidak mencerminkan asas itikad baik dan
dasar hubungan antara pasien dan dokter tidak berorientasi pada kepentingan pasien
pada saat ini lebih bersifat fiduciary/trust karena pasien tidak dianggap sebagai subyek
(kepercayaan). Sementara di sisi lain, sebagi- hukum yang berhak atas segala informasi
an dokter beranggapan bahwa pasien datang mengenai kesehatan dirinya dan mengenai
kepadanya untuk meminta pertolongan segala tindakan medik yang dilakukan ter-
medis, sehingga kedudukan antara pasien hadapnya.39 Padahal setiap manusia adalah
dan dokter mau tidak mau tidak seimbang, otonom, artinya berhak atas kehidupannya

37
Lihat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432) jo. Peraturan Jabatan
Notaris (Staatsblad 1860, Nomor 3).
38
Sudikno Mertokusumo, Op.cit., hlm. 163-164.
39
Ruud Velberne menyatakan bahwa informasi yang diberikan dokter kepada pasien tidak hanya sungguh-sungguh
penting untuk memperoleh persetujuan/izin yang disahkan oleh hukum, tetapi juga sesuatu yang bagaimanapun
menjadi hak setiap pasien, antara lain karena menurut itikad baik yang bagaimanapun menguasai setiap situasi
perjanjian/kontrak. Lihat dalam Safitri Hariyani, Op.cit., hlm. 30.
200 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

sendiri dan kepadanya melekat self- pasien yang menggugat dokter bermaksud
determination right, yang artinya manusia mengajukan saksi, maka yang paling
berhak untuk menetukan nasibnya sendiri. mungkin mengetahui perkembangan kasus
Selain itu, segala perjanjian yang dibuat dari awal adalah keluarganya, entah istri/
secara tertulis justru akan memberi kekuatan suami, orang tua, anak, maupun cucu. Padahal
pembuktian yang lebih besar di pengadilan mereka termasuk dalam klasifikasi saksi
dibandingkan perjanjian yang dibuat secara yang dilarang memberi kesaksian menurut
lisan. undang-undang. Maka dari lingkungan
2) Bukti dengan saksi keluarga, yang paling memungkinkan
Dalam kasus malpraktik perdata, adalah kesaksian dari kakak/adik, atau
pembuktian dengan saksi tetap tunduk saudara sepupunya/iparnya yang tidak
pada aturan positif. Pada dasarnya setiap menggunakan hak mengundurkan dirinya.
orang dapat memberikan kesaksian, kecuali Dari segi keilmuan, tentunya menerapkan
mereka yang dilarang oleh undang-undang. ketentuan Pasal 1910 paragraf pertama dari
Orang-orang yang dilarang untuk didengar KUHPerdata secara letterlijk dan kaku akan
sebagai saksi diatur dalam Pasal 145 menghambat proses pencarian keadilan.
HIR/172 RBg serta Pasal 1910 dan 1912 Paradigma pencarian keadilan saat ini mulai
KUHPerdata, yang terdiri dari keluarga mengarah pada penerapan hukum yang
sedarah/semenda dari salah pihak menurut progresif, sehingga berdasarkan argumentasi
garis lurus, suami/istri salah stau pihak hukum, seharusnya paragraf kedua Pasal
meskipun sudah bercerai, anak-anak yang 1910 KUHPerdata dapat diterapkan juga
belum berusia 15 tahun serta orang-orang untuk mengadili kasus malpraktik, dimana
yang sakit ingatan atau di bawah pengampu- ketentuan tersebut mengatur bahwa anggota
an karena dungu. Sedangkan orang-orang keluarga sedarah dan semenda adalah cakap
yang berhak untuk mengundurkan diri/ untuk menjadi saksi dalam perkara yang
dibebaskan dari kewajiban memberikan menyangkut kedudukan keperdataan salah
kesaksian (verschoningrecht) diatur dalam satu pihak, dalam perkara yang menyangkut
Pasal 146 HIR serta Pasal 1909 KUHPerdata, nafkah, termasuk pembiayaan pemeliharaan
yang terdiri dari saudara dan ipar laki-laki/ dan pendidikan anak yang belum dewasa,
perempuan dari salah satu pihak, keluarga dalam suatu pemeriksaan mengenai alasan-
sedarah dalam garis lurus dan saudara alasan yang berkaitan dengan pembebasan
perempuan/laki-laki dari suami/istri salah atau pemecatan dari kekuasaan orang tua
satu pihak, serta semua orang yang karena atau perwalian, serta dalam perkara-perkara
martabat, pekerjaan atau jabatan yang mengenai suatu perjanjian perburuhan.
sah, diwajibkan menyimpan rahasia yang Sementara dari segi dokter sendiri,
berhubungan dengan martabat, pekerjaan jika bermaksud mengajukan para perawat/
atau jabatan itu. petugas kesehatan/dokter lainnya sebagai
Dalam kasus malpraktik, maka saksi, maka perlu hati-hati menyikapinya.
kebebasan para pihak untuk mengajukan Di satu sisi, memang tidak ada larangan
saksi cukup terbatas. Sebagai contoh, jika untuk memberi kesaksian oleh mereka
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 201

yang terZZlibat hubungan kerja atau Dengan kata lain, untuk menerapkan alat
atasan dan bawahan, namun di sisi lain, bukti persangkaan, maka harus ada lebih
akan menimbulkan persoalan apakah saksi dari satu persangkaan.
yang terlibat hubungan pekerjaan tersebut Menurut para hakim, tidak ada ke-
dapat bersikap objektif dan mandiri. khususan dalam penerapan bukti persang-
Tekanan psikologis bisa saja dialami oleh kaan menurut hakim untuk kasus malpraktik.
para saksi tersebut, sehingga tidak bebas Bahkan hakim benar-benar bebas untuk
memberikan kesaksian atas apa yang menarik persangkaan berdasarkan fakta-
benar-benar diketahuinya, dilihatnya, dan fakta di persidangan (presumption of facts),
didengarnya. Oleh karena itu, dengan dengan syarat fakta atau data yang dijadikan
mendasarkan pada Pasal 172 HIR, hakim sumber menarik alat bukti persangkaaan itu
harus mempertimbangkan kedudukan saksi sudah terbukti dalam persidangan.
sehingga dapat diperoleh kesaksian yang 4) Pengakuan
dapat dipercaya (reliable). Dalam penelitian ini tidak diperoleh
Berkaitan dengan dilarangnya saksi data mengenai seorang dokter/tenaga kese-
memberi keterangan tentang segala hal hatan/rumah sakit yang pernah memberikan
yang berhubungan dengan martabat, pengakuan murni di persidangan maupun
jabatan dan pekerjaan mereka, maka dokter di luar persidangan bahwa benar dia telah
mau-pun tenaga kesehatan lainnya pun melakukan kelalaian/kesalahan yang me-
dibebani kewajiban untuk merahasiakan nimbulkan kerugian bagi pasien yang
segala sesuatu yang diketahuinya tentang menggugatnya. Sementara pernah terjadi
pasien bahkan setelah pasien itu meninggal kasus seorang spesialis bedah di Lugano,
dunia. Hal ini diatur dalam undang-undang Swiss, yang melaporkan dirinya sendiri
tentang praktik kedokteran. Dalam kasus kepada polisi karena telah mengamputasi
malpraktik, tetap berlaku asas unus testis kaki yang salah dari seorang pasien pada
nullus testis, sehingga satu saksi tidak cukup suatu prosedur emergensi.40
sebagai alat bukti, sehingga membutuhkan Hal lain yang sempat menjadi perhatian
alat bukti lain. Hakim pun bebas menilai peneliti mengenai pengakuan dalam kasus
kekuatan pembuktian dari saksi (vrij malpraktik adalah apabila ada seorang dokter
bewijskracht). yang mengakui telah lalai atau salah dalam
3) Persangkaan melakukan tindakan medik, namun dengan
Persangkaan dalam bahasa Belanda- klausul bahwa dia telah melakukannya
nya disebut vermodens. Sifat majemuk berdasarkan kewajibannya pada rumah sakit
dalam istilah vermodens menunjuk pada tempat dia bekerja, apakah dengan sendirinya
persyaratan yang sama yang perlu dipenuhi tanggung jawab rumah sakit dapat dilibatkan
dalam menerapkan alat bukti saksi, yaitu berdasarkan prinsip vicarious liability yang
“satu persangkaan bukan persangkaan”. terkandung di Pasal 1367 KUHPerdata?

40
J. Guwandi, “Pembuktian Terbalik”, Kompas, 9 April 2001.
202 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

Sebagian besar para advokat dan Telah diuraikan sebelumnya bahwa


hakim menegaskan bahwa kemungkinan hukum acara perdata positif mengenal dua
menarik rumah sakit dalam tanggung alat bukti lain, yang menurut pendapat
gugat hanyalah jika penggugat sendiri peneliti sifatnya additional/tambahan,
menghendaki demikian, artinya penggugat yang dapat diajukan oleh para pihak
harus menjadikan pihak rumah sakit sebagai maupun oleh hakim sendiri jika dari hasil
tergugat II. Jika tidak demikian, maka pemeriksaan di persiidangan terdapat
tidak mungkin dengan sendirinya rumah hal-hal yang masih belum jelas dan perlu
sakit akan masuk dalam tanggung renteng. cara lain untuk memeprjelasnya, yaitu
Selain itu, pengakuan yang diberikan oleh dengan melakukan pemeriksaan setempat
tergugat pertama, tidak serta merta memberi (descente) dan mendengar keterangan ahli
kesimpulan bahwa tergugat II juga telah (expertise).
mengakui kesalahan/kelalaiannya. Sehingga Dalam kasus malpraktik, memang
hakim berpendapat tetap harus dilakukan pemeriksaan setempat sangat mungkin
pembuktian pada tergugat II meski ada dilakukan. Sebagai contoh, seorang pasien
pengakuan murni dari tergugat pertama. (sebagai pihak materiil) yang mengalami
5) Sumpah infeksi di bagian organ tubuhnya akibat
Tidak ada data yang diperoleh menge- kesalahan dokter dalam melakukan operasi
nai penerapan alat bukti sumpah dalam sehingga tidak mampu hadir di persidangan
kasus malpraktik perdata yang terjadi di dan harus tinggal di rumah sakit/di rumahnya
Yogyakarta, atau Indonesia pada umumnya. sendiri. Maka untuk memperoleh kejelasan
Meski demikian, menurut para praktisi atas luka infeksi yang dialami penggugat
hukum, penerapan alat bukti sumpah tetap tersebut, hakim dapat memerintahkan
tunduk pada aturan yang telah ditentukan anggota majelis, bahkan terkadang ketua
dalam HIR dan KUHPerdata. Meski demi- majelis sidang sendiri yang turun ke lapangan,
kian, perlu diakui bahwa keberadaan alat dengan didampingi panitera yang diwajibkan
bukti sumpah ini semakin menjadi hal yang membuat berita acara pemeriksaan untuk
dilematis bagi para akademisi dan praktisi melakukan pemeriksaan di rumah sakit/di
hukum. Sungguh sulit untuk memperoleh rumah pasien (pihak materiil) tersebut. Hal
pertanggungjawaban hukum dan ilmiah ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 153
jika sumpah dijadikan sebagai alat untuk HIR. Mengenai kekuatan pembuktiannya,
membenarkan suatu peristiwa, karena secara pada dasarnya segala sesuatu yang dapat
hukum sifat alat bukti ini sesungguhnya memberikan informasi secara langsung
adalah untuk memutus dan menyelesaikan sesuai dengan faktanya maka harus diterima
perkara dan bukannya memberikan kepasti- sebagai suatu kebenaran. Oleh karena
an akan suatu hak atau peristiwa. Itulah itu, meskipun kekuatan pembuktiannya
sebabnya dalam Rancangan KUHPerdata diserahkan pada pertimbangan hakim,
yang baru, sumpah tidak lagi dipertimbang- pada praktiknya hakim akan terikat dengan
kan dan diakui sebagai alat bukti yang di- kebenaran dari hasil pemeriksaan setempat
akui oleh perundang-undangan. tersebut.
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 203

Akhirnya fokus penelitian tertuju pada umum saja, pembalaan korps dan profesi
keterangan ahli (expertise) sebagai alat sudah sangat luar biasa maraknya, apalagi
bukti. Meki peneliti berpendapat bahwa jika dibentuk peradilan profesi khusus.
pemeriksaan setempat dan keterangan ahli Dalam kasus malpraktik perdata, peran ahli
merupakan alat bukti tambahan, namun terutama adalah untuk mengkonstruksikan
kenyataannya dalam kasus malpraktik suatu standar pelayanan kesehatan mau-
perdata, keterangan ahli ini merupakan pun tindakan medik yang dapat diterapkan
hal yang sangat determinan bagi hakim dalam kasus yang sedang diperiksa saat
dalam memutus dan mengadili. Memang itu. Jika memang ada perbedaan antara
ada kasus yang karena sedemikian jelasnya standar yang telah dikonstruksikannya itu,
maka tidak perlu lagi dibuktikan secara dengan tindak-an yang telah dilakukan
medis. Namun ada pula kasus yang pem- oleh dokter (dalam hal ini tergugat), maka
buktiannya akan sangat sulit jika tidak ahli akan diminta untuk mengevaluasi
dilakukan pembuktian secara medis ber- apakah tindakan tersebut merupakan suatu
dasarkan ilmu kedokteran. penyimpangan (deviation) yang merupakan
Fungsi determinan dari expertise penyebab langsung dari kerugian yang
ini menimbulkan banyak kegelisahan di diderita oleh pasien. Satu hal yang pasti
kalangan masyarakat yang semakin kritis dalam ilmu kedokteran adalah adanya sifat
akan hak-hak kesehatannya. Persoalan yang kasuistis dari setiap kondisi pasien, sehingga
muncul adalah mengenai obyektivitas dan ahli haruslah mampu menyampaikan segala
kenetralan dari para dokter yang karena alternatif tindakan medik yang mungkin
pengetahuan, pengalaman dan keahliannya untuk diterapkan pada pasien dengan kondisi
diminta memberikan pendapatnya sebagai spesifiknya tersebut.
ahli di pengadilan. Di satu sisi, dokter Lalu bagaimana dengan putusan Maje-
sebagai profesional, tentunya mengetahui lis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK)
kewajibannya untuk menjalankan profesi- dan Majelis Kehormatan Disiplin Etik
nya dengan sebaik-baiknya dan melakukan Kedokteran Indonesia yang eksis sebagai
profesinya sesuai dengan standar yang lembaga penegak disiplin dan etika para
dikualifikasikan secara umum (lege artis), dokter di Indonesia? Secara teori, putusan
namun di sisi lain tidak dapat dipungkiri lembaga penegak disiplin dan etika tersebut
bahwa setiap dokter adalah bagian dari tidak mengikat pada hakim, sehingga tidak
sebuah komunitas profesional, sehingga memberi pengaruh apa-apa. Namun dalam
kecenderungan untuk membela korps dan praktik, seringkali putusan MKEK maupun
sesamanya dalam profesi sangat tinggi. Itu- MKDKI dianggap sebagai rekomendasi
lah mengapa berdasarkan hasil penelitian, yang dijadikan bahan pertimbangan oleh
ide untuk membentuk peradilan khusus hakim dalam memberi putusannya. Ada
yang menangani kasus-kasus berkaitan juga yang menjadikan rekomendasi itu
dengan praktik kedokteran dan pelayanan sebagai alat bukti tertulis di persidangan
kesehatan ini masih memuat pro-kontra. jika putusan itu dituangkan dalam suatu akta
Pada saat ini dengan adanya peradilan putusan.
204 MIMBAR HUKUM Edisi Khusus, November 2011, Halaman 1 - 237

E. Kesimpulan untuk dilakukan, dan dalam hal ini,


Setelah berkutat dengan berbagai maka hakim akan sangat tergantung pada
macam definisi malpraktik yang dikenal obyektivitas dan kejelasan keterangan yang
secara universal maupun teoritis, maka diberikan oleh ahli (expertise). Kedudukan
ditarik secara garis besar (broad outline) dokumen-dokumen medis seperti rekam
bahwa definisi malpraktik medis dari segi medis, informed-consent (IC), laporan
hukum perdata adalah kesalahan atau ke- hasil pemeriksaan penunjang, serta catatan
lalaian yang dilakukan oleh dokter/tenaga observasi dan pengobatan harian ternyata
medis/rumah sakit dalam menjalankan dapat dijadikan alat bukti di pengadilan.
kewajiban profesinya. Untuk menggugat Bahkan fungsi rekam medis dan IC secara
secara perdata, maka terdapat dasar-dasar tegas memang diarahkan sebagai alat bukti
gugatan yang telah diatur secara normatif jika di kemudian hari terjadi hal-hal yang
dalam peraturan perundang-undangan, tidak diinginkan, meskipun demikian,
dalam hal ini KUHPerdata, Undang-Undang masing-masing dokumen tersebut memiliki
No. 23 Tahun 1992 jo. Undang-Undang No. kekuatan pembuktian yang bervariasi.
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang- Sistem pembuktian yang diterapkan
Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik dalam kasus malpraktik perdata memang
Kedokteran, dan peraturan-peraturan lain masih taat pada aturan hukum acara
yang berkaitan dengan masalah pelayanan yang berlaku positif di Indonesia. Selain
kesehatan. Selain dari segi normatif, untuk memang belum ada peradilan khusus yang
menghindari adanya kevakuman hukum, menangani kasus malpraktik dan pelayanan
maka ada teori/doktrin yang secara konsisten kesehatan lainnya, alat-alat bukti dan sistem
telah dijadikan pedoman bahkan dasar dalam pembuktian yang berlaku saat ini dinilai
melakukan gugatan perdata, yaitu doktrin masih layak dan dapat mengakomodir
res ipsa loquitur. dalam hal pemeriksaan dan pemutusan
Jika dalam suatu kasus malpraktik, perkara malpraktik perdata. Oleh sebab itu,
doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan, harmonisasi antara pembuktian secara medis
maka pada dasarnya hakim tidak akan ke dalam sistem pembuktian perdata positif
mengalami kesulitan untuk memutus dan dilakukan dengan tetap menggunakan
mengadili perkara karena kebenaran di- ketentuan-ketentuan dan asas hukum acara
capai tanpa suatu pembuktian yang rumit. yang berlaku positif, dengan secara kasuistis
Namun jika doktrin tersebut tidak dapat melakukan penerapan hukum yang lebih
diterapkan, maka pembuktian secara medis progresif, terbuka dan adil bagi para pencari
adalah adalah hal yang sangat fundamental keadilan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Harahap, M. Yahya, 2007, Hukum Acara


Ameln, Fred, 1991, Kapita Selekta Hukum Perdata tentang Gugatan, Persidang-
Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta. an, Penyitaaan, Pembuktian dan
Aristya, Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta 205

Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, C. Peraturan Perundang-undangan


Jakarta. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Hariyani, Safitri, 2005, Sengketa Medik: Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
Alternatif Penyelesaian Perselisihan tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Antara Dokter Dengan Pasien, Diadit Negara Republik Indonesia Tahun
Media, Jakarta. 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Mertokusumo, Sudikno, 2006, Hukum Acara Negara Republik Indonesia Nomor
Perdata Indonesia, Edisi Ketujuh, 4431).
Liberty, Yogyakarta. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 ten-
Nasution, Bahder J., 2005, Hukum Kese- tang Jabatan Notaris (Lembaran Negara
hatan: Pertanggungjawaban Dokter, Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
Rineka Cipta, Jakarta. 117, Tambahan Lembaran Negara
Solichin, Sudjari, 2006, Malpraktik Republik Indonesia Nomor 4432).
Medik, Bagian Ilmu Kedokteran Putusan Mahkamah Agung Nomor 547/K/
Forensik dan Medikolegal Fakultas Sip/1971 tanggal 15 Maret 1972.
Kedokteran Universitas Airlangga, Peraturan Jabatan Notaris (Staatsblad 1860,
Surabaya. No.3).
Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, cetakan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585
ke-XVI, PT Intermasa, Jakarta. Tahun 1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medik.
B. Artikel Koran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/
Guwandi, J., “Pembuktian Terbalik”, Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Kompas, 9 April 2001. Medis.

Anda mungkin juga menyukai