Moga Manfangat
Moga Manfangat
47
#SoriCurhatMogaManfangat
*
Aku masih ingat betul, tiap pagi selalu ada satu guru
berjaga di tangga. Bukan menjaga murid-muridnya supaya tak
jatuh, melainkan memastikan muridnya naik dengan kaki
kanan dan turun dengan kaki kiri. Itulah SD Muhammadiyah
Sapen, dulu, entah sekarang aku tak pernah datang. Semoga
semakin baik mendidik dan bisa memisahkan bisnis dan
pendidikan.
*
Pikiran mempengaruhi badan. Tampaknya sedikit
banyak itu terjadi padaku.
Pinggangku kumat-kumatan. Kadang sehat, kadang
kesakitan. Rasa sakitnya sulit kubikin deskripsinya. Pokoknya
kalau sedang kumat, kaki terasa lemas. Rasanya malas jalani
hari.
Pijat, dibanyak tukang pijat sudah kujabani. Akupuntur
& akupresur sudah juga kucoba. Bekam juga sudah. Sampai-
sampai, MRI pun sudah kujabani. Kata Dokter spesialis syaraf,
aku tidak sakit, begitu tafsirannya setelah lihat hasil scan MRI.
Rasa sakit ini memang pergi dan datang sesuka hati.
Jika angkat beban agak berat, misalnya Dul, kumatnya datang
lagi. Kalau duduk, aku tak betahan, bisa sampai tertidur cuma
gara-gara duduk. Semakin sakit, semakin kepikiran. Kata
istriku sih kemungkinan besar psikosomatis, pikiranku yang
mengarahkan rasa sakit itu untuk terjadi.
Kalau tak ada sakit, tak ada sembuh kan?
Kalau tak ada ujian, tak ada jawabannya kan?
Terimakasih Allah atas ujian ini
*
Aku pernah berangkat Jumatan bersama seorang supir
yang kebetulan bertanya padaku “Masjidnya dimana, Mas?”.
Aku ajak bareng saja pak supir itu. Di perjalanan itu,
teleponnya berdering. Katanya, bosnya sudah selesai
urusannya. Dia disuruh segera kembali karena bosnya mau
pulang. Padahal kami baru mau sampai masjid dan Jumatan
baru mau dimulai. Dia pun geleng-geleng kepala. “Masa' saya
disuruh jumatannya nanti saja”, katanya.
Ngga semua orang paham Islam. Bahkan gasemua
muslim pun paham Islam. Kalau ada yang ga paham,
dipahamkan. Jangan dikafirkan, dipukuli, dikebiri. Kita punya
sabar sebagai senjata kita, jangan lupa.
Damai ja ya :)
*
Aku besar di lingkungan Muhammadiyah, walau bukan
yang Muhammadiyah banget. Di dunia perkuliahan aku mulai
tau teman-temanku yang NU. Setelah menikah, aku kenal
salafi.
Salafi bagai menamparku keras. Ternyata Islam yang
selama ini kujalani tak sepenuhnya benar. Aku jadi seneng
banget nonton Yufid TV, muslim.or.id, rumaysho.com, dsb.
Jenggotku mulai panjang, musik kutinggalkan, celana
kucingrangkan, shaf kurapatkan, masjid kurutinkan, pengajian
kujadwalkan, duniawi sebisa mungkin kutinggalkan.
Hati tenang. Rasanya tak pernah kutemukan ketenangan
seperti itu. Sampai aku ikut pengajian mengenai Syiah disuatu
Subuh di Masjid Jogokaryan. Hari itu sekitar seminggu setelah
kejadian penyerangan atas nama Syiah di Masjidnya Arifin
Ilham.
Sebelum aku ikut pengajian itu, bahkan, Quraish Shihab
ku anggap menyimpang karena membela Syiah. Syiah itu
salah. Tapi setelah pulang dari pengajian itu, pikiranku
menyala-nyala. (Tolong jangan dulu bilang ini gangguan
syetan, plis).
Aku mulai mencoba menempatkan diriku jadi orang
yang bukan salafi lagi. Pasalnya, sejak aku kecil sampai
menikah, isu Sunni-Syiah benar-benar tak pernah ku tahu. Aku
tahunya kalau Islam itu ya Islam terlepas dengan organisasi
yang diikuti.
Semakin hari, semakin mundur aku dari kajian-kajian
salafi. Aku kini main musik lagi, hampir sama seperti dulu lagi.
Dulu yang mana?
Tapi, gara-gara buku Mas Saptuari yang diawal kusebut
tadi, aku jadi bernostalgia. Buku itu utamanya membahas
tentang riba. Beberapa artikel dan tautan yang ada di dalamnya
berasal dari kajian Salafi (ini setauku lho).
Pada akhirnya, semua corak Islam memberi warna. Dan
aku ogah merasa diriku paling benar sendiri. Ini bukan berarti
aku mendiskreditkan Salafi atau Islam yang manapun. Semua
muaranya hanya ketidakmampuanku untuk menjadi mirip plek
seperti Nabi Muhammad. Meskipun di dalam hatiku yang
terdalam aku masih menginginkan hal itu.
*
Sumpah, aku sudah sangat ngantuk. Pukul 01.23
sekarang. Sekian ya. Maaf karena panjang. Maaf kalau banyak
salah. Alhamdulillah kalau manfangat. Kita donga-dinunga ya,
saling mendoakan. Tulisan ini benar-benar tidak ku sunting.
Saran penyuntingan sangat kuharapkan.
Oya, Mas Saptuari, terimakasih atas tulisan-tulisannya.
Membuatku juga termotivasi menulis malam ini.
Maaf dan terimakasih ya Allah.
Sekian,
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh