Anda di halaman 1dari 12

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gaharu merupakan produk hasil hutan bukan kayu yang memiliki nilai
ekonomis tinggi karena dapat digunakan untuk berbagai industri, diantaranya:
industri parfum, kosmetik, farmasi serta digunakan untuk produksi dupa, sabun,
shampoo dan teh gaharu (Turjaman, 2012). Gaharu terbentuk sebagai respon
pertahanan diri terhadap serangan patogen atau kerusakan fisik pada jaringan
tumbuhan penghasil gaharu. Tanaman yang banyak menghasilkan gaharu adalah
beberapa genus dari family Thymealeaceae, yaitu: genus Aquilaria dan Gyrinops
(Gusmailina et al., 2010).

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil gaharu yang cukup


diperhitungkan. Setidaknya terdapat 24 jenis tumbuhan penghasil gaharu yang
pernah dilaporkan ada di kawasan Indonesia, 12 diantaranya sudah dibudidayakan
dan dapat ditemukan pada beberapa kebun raya di Indonesia (Isnaini et al., 2010).
Salah satu provinsi di Indonesia yang potensial menghasilkan gaharu adalah Nusa
Tenggara Barat dan kebanyakan tanaman inang penghasil gaharu yang ada di sana
adalah spesies Gyrinops versteegii (Gilg) Domke (Mulyaningsih dan Yamada,
2007). Dengan nilai ekonomis yang tinggi dan komoditi ekspor yang menjanjikan,
maka eksploitasi komoditi gaharu merupakan hal yang menjanjikan bagi
pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang
angka kesejahteraan penduduknya tergolong cukup rendah (Siddik, 2010).

Terancamnya Gyrinops versteegii (Gilg) Domke menyebabkan mulai


dikembangkannya budidaya terhadap spesies ini terutama yang bertujuan untuk
mendapatkan gaharu dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Gaharu untuk
budidaya, rata-rata dapat dipanen 3 kali lebih cepat dibandingkan gaharu alam
(Santoso dan Turjaman, 2012). Keberhasilan budidaya gaharu menghasilkan
produk gubal gaharu berkualitas tinggi sangat ditentukan oleh fungi inokulan yang
diinokulasikan pada pohon gaharu. Salah satu fungi yang cocok dan banyak
digunakan untuk inokulasi gaharu budidaya di Indonesia adalah Fusarium sp.
(Santoso et al., 2011).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara pembuatan cairan inokulan pada gaharu.


2. Untuk mengetahui berbagai jenis cairan inokulan pada gaharu.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam – macam Inokulan

a. Inokulan Padat
Inolukan padat dapat dibuat dan dikembangkan di dalam media padat berupa
serbuk gergaji atau tepung yang berasal dari pohon gaharu atau jenis lain seperti
kayu sengon. Media ini harus dalam kondisi steril. Adapun tahapan pembuatan
inokulan padat tersebut sebagai berikut(Sumarna,2007) :
1. Kumpulkan media dari kayu-kayu gaharu yang dianggap limbah.
2. Masukkan media kayu berbentuk serbuk atau tepung tersebut di dalam botol
yang sudah disterilkan dengan volume sekitar 1 ons atau 100 gram.
3. Tempatkan botol tersebut di dalam ruang biakan yang sudah dilengkapi
dengan laminair air flow dan lampu ultraviolet.
4. Ambil spora atau miselium dari biakan murni dengan menggunakan pinset.
5. Masukkan spora atau miselium tersebut ke dalam botol secara steril di atas
lampu spirit us. Ini dilakukan agar terhindar dari kontaminasi mikroba lain.
Pemasukan spora ini pun dilakukan dengan pinset.
6. Tutup botol tersebut dengan kapas steril, lalu tutup lagi dengan aluminium
foil pada ujung botol.
7. Simpan botol biakan pengembangan spora inokulan dalam ruang simpan
bersuhu kamar.
8. Amati dan uji kenampakan pertumbuhan spora dan miselium yang
terbentuk.
9. Simpan botol dalam inkubator atau freezerbila miselium sudah memenuhi
tepian botol (sekitar 1-2 bulan kemudian) agar spora diistirahatkan
(didormankan). Setelah itu, inokulan sudah siap diinokulasikan ke tanaman
gaharu.

b. Inokulan Cair
Selain padat, inokulan pun dapat diproduksi dalam bentuk cairan. Seperti
halnya inokulan padat, inokulan cair pun dimasukkan dalam botol dengan volume
tertentu. Botol infus bekas di rumah sakit dapat digunakan sebagai wadah inokulan
cair, tetapi harus melalui tindakan sterilisasi. Adapun tahapan produksi inokulan
cair ini sebagai berikut (Sumarna, 2007) :

1. Larutkan media cair yang berisi energi berupa mineral, karbohidrat, dan
vitamin dengan aquadest (air murni).
2. Sterilkan media tersebut dalam autoclave.
3. Masukkan media cair tersebut ke dalam botol infus bekas.
4. Beri lubang pada bagian atas botol infus untuk memudahkan pemasukan
spora inokulan ke dalam botol.
5. Tempatkan botol infus dalam ruang pembiakan inokulan yang dilengkapi
dengan lampu ultraviolet.
6. Ambil biakan murni inokulan, lalu masukkan ke dalam botol infus bekas.
Pemasukan inokulan ini dilakukan di atas nyala spiritus agar steril.
7. Tutup lubang pada botol yang digunakan untuk pemasukan spora dengan
selotip.
8. Simpan botol tersebut pada rak inkubasi dalam suhu kamar.
9. Biarkan spora berkembang dalam waktu sekitar sebulan.
10. Amati pertumbuhan spora di bawah mikroskop. Bila dijumpai koloni spora
inokulan minimal 50 spora/cm bidang pengamatan maka botol infus dapat
diistirahatkan di dalam inkubator atau freezer. Setelah itu, inokulan sudah
bisa diinokulasikan ke tanaman gaharu.
c. Biakan Murni

Biakan murni mikroba penyakit pembentuk gaharu perlu tetap tersedia di


dalam laboratorium pengembangan. Bahkan biakan murni tersebut harus selalu
diperbaharui secara berkala setiap dua bulan sekali. Hal ini sangat diperlukan bila
sewaktu-waktu inokulan tersebut diperlukan (Sumarna, 2007).

2.2 Syarat pohon yang dapat di inokulasi

Terbentuknya gubal pada gaharu dapat dipercepat dengan adanya


perlakuan inokulasi pada batang gaharu. Keberhasilan proses inokulasi pada
pohon selain dipengaruhi teknologinya juga sangat dipengaruhi oleh kondisi
pohon dan cuaca. Syarat pohon dapat berupa (1) Kondisi pohon harus sehat, (2)
Diameter pohon minimal 15 cm, (3) Umur pohon minimal 6-7 tahun. Untuk
cuaca, inokulasi sebaiknya dilakukan dalam keadaan cerah (Sumarna, 2007).
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknik Budidaya dan Pengolahan Gaharu ini di laksanakan
pada tanggal 28 April 2019 di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program
Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Alat Tulis
2. Alumunium Foil
3. Better Glass
4. Bunsen
5. Cutter
6. Erlenmayer
7. Gelas Ukur
8. Korek
9. Magnetik Stirer
10. Masker
11. Patridish
12. Plasti wrap
13. Sarung Tangan
14. Sprayer
15. Timbangan analitik

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah dalam praktikum ini :
1. Alkohol 70%
2. Aquades 500 ml
3. Daun Gaharu
4. Dextros 10 gr
5. Kentang 100 gr
6. PDA (Potatos Dectrose Agar) 3.9 gr
7. Spiritus

3.3 Cara Kerja

Cara kerja dalam praktikum ini adalah :


1. Media padat

- Timbang PDA sebanyak 3,9 gr

- Ditambahkan aquades 100 ml

- Dilarutkan medium yang telah dicampur menggunakan hotplate Magnetik


Stirer hingga homogeny warnanya

- Setelah homogen lubang erlenmayer ditutup dengan alumuniun foil dan


plastic wrap

- Ditunggu hingga sedikit dingin

- Nyalakan Bunsen yang berisi Spiritus

- Semprotan alkohol ke petridish

- Dituang cairan medium ke Petridish sembari didekatkan dengan api

- Diletakkan hingga menggumpal kemudian posisinya dibalik untuk


mengeluarkan Uap

- bungkus dengan plastik wrap

2. Media Cair

- Kupas kentang

- Timbang Kentang seberat 100 gr

- Potong dadu kentang

- Campurkan Aquades dengan Dextros kemudian masukkan potongan kentang


- Rebus kentang hingga mendidih

- Pisahkan kentang dengan ekstrak rebusan kentang

- Masukkan esktrak kentang ke gelas ukur

- Tambahkan aquades ke dalam gelas ukur yang berisi ekstrak kentang hingga
mencapai ukuran 500 ml

- kemudian dipindahkan ke better glas

- ditambahkan 10 gr dextros ke dalam gelas berisi ekstrak dan aquades

- direbus hasil campuran tersebut

- dipindahkan ke erlenmayer

- Sterilisasi dengan autoclave 1 atm dalam waktu kurang lebih 15 menit

3. Pembuatan inokulan

- Siapkan Medium Padat yang telah ditumbuhi Jamur

- Potong menjadi 4 juring

- Masukkan tiap juring ke Medium cair

- Inkubasi Selama 2-4 minggu dnegan dishaker

4. Isolasi endofitik fungi dari alam

- Potong daun Gaharu sekitar 1 cm persegi

- Sterilisasi potongan daun ke dalam alkohol selama 2 menit

- Pindahkan potongan daun ke dalam medium padat

- tutup dengan plastic wrap

- inkubasi pada suhu ruangan


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

(Terlampir)

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, telah dilakukan proses pembuatan media padat,
media cair, inoculum, dan isolasi endofik fungi dari alam. Media padat yang
digunakan adalah PDA (Potatos Dectrose Agar), Media cairnya adalah ekstrak
dari kentang, dan untuk isolasi endofik fungi menggunakan potongan daun
gaharu. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan
Program Studi Kehutanan Universitas Mataram. Semua kegiatan dilakukan
secara streril dengan memakai peralatan yang dianjurkan seperti sarung tangan
latex, masker, dan jas lab.
Pertama adalah pembuatan media padat yang dilakukan menggunakan
PDA 3,9 gram yang dicampur dengan 100 ml aquades kemudian dihomogenkan
diatas hotplate magnetik stirrer. Kemudian ditutup agar tidak ada bakteri yang
masuk sembari menunggu sedikit dingin. Setelah dingin dimasukkan ke dalam
petridish sesuai ukuran. Kemudia posisi petridish dibalik untuk mengeluarkan
uapnya dan ditutup menggunakan plastic wrap. Kemudian didiamkan hingga
terbentuk patogen.
Kedua adalah pembuatan media cair menggunakan ekstrak kentang
seberat 100 gram yang telah direbus. Setelah direbus, pisahkan ekstrak hasil
rebusan dengan kentangnya. Kemudian hasil rebusan ditambahkan aquades
hingga mencapai jumlahnya 500 ml dan ditambah dextrose. Yang terakhir
adalah dengan mensterilisasi hasil campuran tersebut menggunakan autoclave
dengan 1 atm selama kurang lebih 15 menit.
Setelah kedua media tersebut selesai dibuat, dilakukan lah pembuatan
inoculum menggunakan kedua media tersebut, yang dimana media padat
tersebut sudah dianggap terdapat pathogen dan media cair sebagi tempat untuk
mengembangkannya. Diawali dengan memotong media padat menjadi 4 juring,
yang masing-masing juring seharusnya diletakkan pada media cair yang
berbeda yang masing-masing media cair berisi 500 ml. kemudian diinkubasi
menggunakan dishaker selama 2-4 minggu hingga siap digunakan.
Untuk isolasi endofik fungi dari alam secara sederhana dipraktikkan
menggunakan daun gaharu, yang dimana menggunakan media padat. Dengan
memasukkan potongan daun gaharu yang sudah disterilisasi dengan alkohol 70
% selama kurang lebih 2 menit ke dalam media padat dan diinkubasi pada suhu
ruangan.
Pembuatan inokulan yang baik dan cocok dengan pohon yang akan
diinokulasi sangatlah diperlukan agar bisa menghasilkan gaharu yang
berkualitas baik dan terhindar dari kegagalan akibat ketidakcocokan petogen
dengan pohon yang diinokulasi. Selain itu menghindari pembusukan pada
pohon penghasil gaharu.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun Kesimpulan dari praktikum ini adalah :


1. Pembuatan medianya yang berupa media cair dan juga padat. Dengan
melakukan perebusan terhadap ekstrak kentang dan menggunakan cairan
agar Potatos Dectrose Agar untuk dijadikan cairan inokulan. Kedua media
tersebut dicampurkan untuk membentuk cairan inokulan
2. Cairan yang dapat digunakan pada inokulasi adalah cairan ekstrak kentang
dan Potatos Dectrose Agar.
5.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum ini adalah :


1. Sekiranya dapat dipandu dalam prosesnya
2. Sekiranya diberikan keluangan waktu
DAFTAR PUSTAKA

Sumarna, Y. 2007.Budidaya Jati, Jakarta: PT Niaga Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai