PENDAHULUAN
Gaharu merupakan produk hasil hutan bukan kayu yang memiliki nilai
ekonomis tinggi karena dapat digunakan untuk berbagai industri, diantaranya:
industri parfum, kosmetik, farmasi serta digunakan untuk produksi dupa, sabun,
shampoo dan teh gaharu (Turjaman, 2012). Gaharu terbentuk sebagai respon
pertahanan diri terhadap serangan patogen atau kerusakan fisik pada jaringan
tumbuhan penghasil gaharu. Tanaman yang banyak menghasilkan gaharu adalah
beberapa genus dari family Thymealeaceae, yaitu: genus Aquilaria dan Gyrinops
(Gusmailina et al., 2010).
a. Inokulan Padat
Inolukan padat dapat dibuat dan dikembangkan di dalam media padat berupa
serbuk gergaji atau tepung yang berasal dari pohon gaharu atau jenis lain seperti
kayu sengon. Media ini harus dalam kondisi steril. Adapun tahapan pembuatan
inokulan padat tersebut sebagai berikut(Sumarna,2007) :
1. Kumpulkan media dari kayu-kayu gaharu yang dianggap limbah.
2. Masukkan media kayu berbentuk serbuk atau tepung tersebut di dalam botol
yang sudah disterilkan dengan volume sekitar 1 ons atau 100 gram.
3. Tempatkan botol tersebut di dalam ruang biakan yang sudah dilengkapi
dengan laminair air flow dan lampu ultraviolet.
4. Ambil spora atau miselium dari biakan murni dengan menggunakan pinset.
5. Masukkan spora atau miselium tersebut ke dalam botol secara steril di atas
lampu spirit us. Ini dilakukan agar terhindar dari kontaminasi mikroba lain.
Pemasukan spora ini pun dilakukan dengan pinset.
6. Tutup botol tersebut dengan kapas steril, lalu tutup lagi dengan aluminium
foil pada ujung botol.
7. Simpan botol biakan pengembangan spora inokulan dalam ruang simpan
bersuhu kamar.
8. Amati dan uji kenampakan pertumbuhan spora dan miselium yang
terbentuk.
9. Simpan botol dalam inkubator atau freezerbila miselium sudah memenuhi
tepian botol (sekitar 1-2 bulan kemudian) agar spora diistirahatkan
(didormankan). Setelah itu, inokulan sudah siap diinokulasikan ke tanaman
gaharu.
b. Inokulan Cair
Selain padat, inokulan pun dapat diproduksi dalam bentuk cairan. Seperti
halnya inokulan padat, inokulan cair pun dimasukkan dalam botol dengan volume
tertentu. Botol infus bekas di rumah sakit dapat digunakan sebagai wadah inokulan
cair, tetapi harus melalui tindakan sterilisasi. Adapun tahapan produksi inokulan
cair ini sebagai berikut (Sumarna, 2007) :
1. Larutkan media cair yang berisi energi berupa mineral, karbohidrat, dan
vitamin dengan aquadest (air murni).
2. Sterilkan media tersebut dalam autoclave.
3. Masukkan media cair tersebut ke dalam botol infus bekas.
4. Beri lubang pada bagian atas botol infus untuk memudahkan pemasukan
spora inokulan ke dalam botol.
5. Tempatkan botol infus dalam ruang pembiakan inokulan yang dilengkapi
dengan lampu ultraviolet.
6. Ambil biakan murni inokulan, lalu masukkan ke dalam botol infus bekas.
Pemasukan inokulan ini dilakukan di atas nyala spiritus agar steril.
7. Tutup lubang pada botol yang digunakan untuk pemasukan spora dengan
selotip.
8. Simpan botol tersebut pada rak inkubasi dalam suhu kamar.
9. Biarkan spora berkembang dalam waktu sekitar sebulan.
10. Amati pertumbuhan spora di bawah mikroskop. Bila dijumpai koloni spora
inokulan minimal 50 spora/cm bidang pengamatan maka botol infus dapat
diistirahatkan di dalam inkubator atau freezer. Setelah itu, inokulan sudah
bisa diinokulasikan ke tanaman gaharu.
c. Biakan Murni
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah dalam praktikum ini :
1. Alkohol 70%
2. Aquades 500 ml
3. Daun Gaharu
4. Dextros 10 gr
5. Kentang 100 gr
6. PDA (Potatos Dectrose Agar) 3.9 gr
7. Spiritus
2. Media Cair
- Kupas kentang
- Tambahkan aquades ke dalam gelas ukur yang berisi ekstrak kentang hingga
mencapai ukuran 500 ml
- dipindahkan ke erlenmayer
3. Pembuatan inokulan
4.1 Hasil
(Terlampir)
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, telah dilakukan proses pembuatan media padat,
media cair, inoculum, dan isolasi endofik fungi dari alam. Media padat yang
digunakan adalah PDA (Potatos Dectrose Agar), Media cairnya adalah ekstrak
dari kentang, dan untuk isolasi endofik fungi menggunakan potongan daun
gaharu. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan
Program Studi Kehutanan Universitas Mataram. Semua kegiatan dilakukan
secara streril dengan memakai peralatan yang dianjurkan seperti sarung tangan
latex, masker, dan jas lab.
Pertama adalah pembuatan media padat yang dilakukan menggunakan
PDA 3,9 gram yang dicampur dengan 100 ml aquades kemudian dihomogenkan
diatas hotplate magnetik stirrer. Kemudian ditutup agar tidak ada bakteri yang
masuk sembari menunggu sedikit dingin. Setelah dingin dimasukkan ke dalam
petridish sesuai ukuran. Kemudia posisi petridish dibalik untuk mengeluarkan
uapnya dan ditutup menggunakan plastic wrap. Kemudian didiamkan hingga
terbentuk patogen.
Kedua adalah pembuatan media cair menggunakan ekstrak kentang
seberat 100 gram yang telah direbus. Setelah direbus, pisahkan ekstrak hasil
rebusan dengan kentangnya. Kemudian hasil rebusan ditambahkan aquades
hingga mencapai jumlahnya 500 ml dan ditambah dextrose. Yang terakhir
adalah dengan mensterilisasi hasil campuran tersebut menggunakan autoclave
dengan 1 atm selama kurang lebih 15 menit.
Setelah kedua media tersebut selesai dibuat, dilakukan lah pembuatan
inoculum menggunakan kedua media tersebut, yang dimana media padat
tersebut sudah dianggap terdapat pathogen dan media cair sebagi tempat untuk
mengembangkannya. Diawali dengan memotong media padat menjadi 4 juring,
yang masing-masing juring seharusnya diletakkan pada media cair yang
berbeda yang masing-masing media cair berisi 500 ml. kemudian diinkubasi
menggunakan dishaker selama 2-4 minggu hingga siap digunakan.
Untuk isolasi endofik fungi dari alam secara sederhana dipraktikkan
menggunakan daun gaharu, yang dimana menggunakan media padat. Dengan
memasukkan potongan daun gaharu yang sudah disterilisasi dengan alkohol 70
% selama kurang lebih 2 menit ke dalam media padat dan diinkubasi pada suhu
ruangan.
Pembuatan inokulan yang baik dan cocok dengan pohon yang akan
diinokulasi sangatlah diperlukan agar bisa menghasilkan gaharu yang
berkualitas baik dan terhindar dari kegagalan akibat ketidakcocokan petogen
dengan pohon yang diinokulasi. Selain itu menghindari pembusukan pada
pohon penghasil gaharu.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan