Tugas Narasi Film 7 Hati
Tugas Narasi Film 7 Hati
TUGAS LAPORAN
VIDEO SESION
BLOK BIOETIK
Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2019
REFLEKSI FILM “7 HATI 7 CINTA 7
WANITA”
7 Hati 7 Cinta 7 Wanita adalah film Indonesia dengan Produser Intan Kieflie
melalui rumah produksi Anak Negeri Films indonesia yang dirilis
pada 2010 dengan disutradarai oleh Robby Ertanto yang dibintangi oleh Jajang C.
Noer dan Marcella Zalianti
Film ini menceritakan kehidupan 7 orang wanita dengan berbagai latar belakang,
masalah kehidupan dan percintaannya. Mulai dari hamil di luar nikah, korban
selingkuh, ditipu pasangan, pekerjaan sebagai pelacur hingga menderita kelainan
seksual.
Kartini adalah dokter kandungan berusia 45 tahun. Masa lalunya yang kelam
membuat ia terjebak di tengah-tengah masalah kehidupan dan percintaan 6 orang
pasien wanitanya yang juga kelam dan tidak bahagia. Namun kebahagiaan hidup
harus diperjuangkan. Walau tidak semua wanita mampu memperjuangkannya dan
kembali menjadi korban.
“7 Hati, 7 Cinta, 7 Wanita” menampilkan kisah para wanita yang menjadi
korban dan ingin melawan. Tema klasik yang tak pernah habis dikupas.
Belum lama ini, seorang dosen ilmu komunikasi di Lampung merilis hasil
penelitiannya mengenai gambaran wanita dalam film Indonesia. Bisa disimpulkan,
penelitiannya menyebutkan adanya kecenderungan film menempatkan perempuan
sebagai obyek seks dan membatasi ruang gerak mereka dalam dunia rumah tangga
semata.
Dalam konteks ini, “7 Hati, 7 Cinta, 7 Wanita” seolah mengajak perempuan
melawan stigma tersebut. Diproduseri Intan Kiefli, film ini menyajikan kisah tujuh
wanita yang terkait satu sama lain di sebuah tempat—rumah sakit. Film ini dibuka
dengan adegan di depan ruang praktik seorang dokter kandungan, Dr. Kartini
(Jajang C. Noer). Sejumlah wanita mengantre. Ada wanita penjaja seks, siswi SMP,
dan wanita berbadan besar yang datang bersama suaminya.
Kisah bergulir dari narasi yang merupakan suara hati Dr. Kartini. Ia bukan dokter
kandungan biasa. Selain memeriksa dan mengobati pasien, ia juga sangat peduli
pada kehidupan personal mereka.
Lewat kepedulian sang dokter, penonton berkenalan dengan para wanita yang
menjadi pasiennya. Ada wanita yang hamil di luar nikah, mengalami kekerasan di
rumah, korban perselingkuhan, perawan tua, penderita kanker, dan seterusnya.
Problem mereka bermacam-macam, tapi ada benang merah yang menyatukannya:
wanita terjebak, terpojok, dan menjadi korban yang cuma bisa pasrah.
Seperti yang dialami Yanti (Happy Salma), wanita yang mengaku ”terpaksa”
menjadi PSK karena setiap kali bekerja ”normal” selalu saja dipaksa tidur oleh bos
atau rekan kerjanya. ”Ini gara-gara body gua,” katanya. Tidak cukup sampai di situ,
ia juga harus terjangkit kanker rahim. Dari mana PSK mendapatkan uang untuk
mengobati kanker rahim? Lingkaran setan pun terbentuk: ia harus bekerja lebih
keras sebagai PSK.
Karakter lainnya, Lyli, adalah korban kekerasan dalam rumah tangga yang terus
saja pasrah walau telah berulang kali dianjurkan Dr. Kartini untuk melapor ke
polisi. Sementara siswi SMP bernama Rara (Tamara Tyasmara), yang digambarkan
masih senang mengisap permen, harus menanggung sendiri beban kehamilan
karena pacarnya tidak mau bertanggung jawab. Dalam hujan, ia hanya bisa
menangis.
Dr. Kartini pun tidak bebas masalah. Hidupnya terus dihantui problem cinta yang
dilematis di masa lalu yang suram dan lembaga pernikahan yang meragukan.
Sedikit banyak film ini mengingatkan kita pada ”Perempuan Punya Cerita” yang
juga menjadikan wanita sebagai tema utama—ada penderita AIDS, pelajar hamil,
penyanyi dangdut, dan bidan. Bedanya, film ini berisi empat cerita pendek yang
terpisah dan disutradarai empat sutradara perempuan.