Seminar
197 Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang
Baidhowi
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017, 197-218
Pendahuluan
Apa yang pertama kali kita pikirkan tentang solusi memberantas dan
mencegah terorisme? Solusi yang semestinya memberikan jawaban bagi
*Surel: baidhowi.3579@gmail.com
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
199 Baidhowi
dunia dan Akhirat. Secara literal, Islam berarti pasrah kepada Tuhan
dan kedamaian. Kedamaian dalam Islam mengacu pada kondisi batin
yang ada pada individu orang yang mengamalkan Islam disebut
Muslim, yakni seseorang yang berusaha memahami dan menjalankan
kehendak Tuhan Allah. Namun perjalanan hidup seseorang tidak lepas
dengan permasalahan yang dihadapi. Hal ini berpengaruh terhadap
pemahaman dan pengamalan agama. Yang terkadang menarik dan
mendorong pada ujung ekstrimisme karena menyangkut keyakinan dan
nilai-nilai yang ada di dalamnya.
Kenyataan inilah yang memunculkan pertanyaan besar.
Benarkan agama Islam mendorong orang untuk melakukan terorisme?
Padahal jelas Islam mengajak para pemeluknya memiliki keyakinan
yang luhur yakni pengakuan adanya Allah sebagai tuhan yang wajib
disembah karena keagunganNya. Atau apa yang sesungguhnya menjadi
penyebab orang / kelompok melakukan terorisme? Sebuah tindakan
tidak mungkin lahir secara tunggal. Pasti ada serangkaian peristiwa
yang menyebabkan terjadi. Sangat memungkinkan terorisme terjadi
karena pelampiasan rasa kecewa terhadap ketidak adilan. Namun kita
menyakini bahwa tindakan kekerasan (terorisme) yang berujung
ketidak baikan tetap harus dilarang. Oleh sebab itu penting untuk
mengungkap bagaimana menanggulangi dan mencegah terorisme
tersebut?. Keyakinan yang perlu dibangun adalah bahwa setiap
permasalahan pasti ada solusinya, dengan tetap berpegang tidak boleh
melakukan secara anarkhis.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 200
1
A.S.Hornby, oxford Advenced, Dictionary of current English (UK: Oxford university
press, 2000), 691
2
https://kbbi.web.id/radikal
3
https://kbbi.web.id/radikalisme
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
201 Baidhowi
4
Sartono Kartodirdjo, Ratu Adil (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), 38
5
Nuhrison M. Nuh, Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Faham/ Gerakan Islam
Radikal di Indonesia (HARMONI Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol VIII Juli-
September 2009), 36
6
A.Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama Masa depan Moderatisme Islam di
Indonesia (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2007), 33
7
Ismail Hasani dan Bonar Tigor Naipospos, Radikalisme Agama di Jabodetabek &
Jawa Barat: Implikasinya terhadap Jaminan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan
(Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara, 2010), 19
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 202
8
Yusuf Al-Qardhawi, Al-Shahwah al-Islamiyah bayn al-Juhud wa alTattarruf (Cairo:
Bank alTaqwa, 1406 H), 59
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
203 Baidhowi
9
Azyumardi Azra, Akar Radikalisme Keagamaan Peran Aparat Negara, Pemimpin
Agama dan Guru untuk Kerukunan Umat Beragama (Makalah dalam Workshop
“Memperkuat Toleransi Melaluai Institusi Sekolah”, yang diselenggarakan oleh The
Habibie Center, 14 Mei 2011, di Hotel Aston Bogor), dan dikutip oleh Abdul Munip,
Menangkal Rdikalisme di Sekolah (Jurnal Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga
Program Pasca Sarjana No 2 Vol 1, Desember 2012), 162
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 204
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
205 Baidhowi
10
Zada Khammami, Islam Radikal, Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di
Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2002), 7
11
Endang Turmudzi dkk, Islam dan Radikalisme di Indonesia (Jakarta: LIPI Press,
2004), 5
12
Azyumardi Azra, Memahami gejala Fundamentalisme (Jurnal `Ulumul Qura>n, No
3 Vol IV, 1993), 5
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 206
13
Muladi, Hakikat Terorisme dan Beberapa Prinsip Pengaturan dalam Kriminalisasi,
Jurnal Kriminologi Indonesia FISIP UI, vol 2 no III (Desember 2002): 172
14
Lukman Hakim. 2004. Terorisme di Indonesia. Surakarta : Forum Studi Islam
Surakarta (FSIS) hal 9
15
Adjie S. 2005. Terorisme. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan hal. 11
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
207 Baidhowi
16
Undang-undang No 15 tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tinak Pidana
Terorisme pasal 6
17
Ibid., pasl 7
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 208
18
Walter Laqueur, Origins of Terorism, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
hlm. 8
19
Behm, A.I. Q,991). 'Terrorism: Violence Against the Public and the Media: The
Australian Approach.' Political Contmunication and Persuasion. Vol 8. hal. 239-241
20
Schmid, Alex P. dan Janny de Graaf. (1982) . Volence as Communication:
Insurgent Terrorism and the Western News Media. Beverly Hills: Sage Publications.
Hal 14
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
209 Baidhowi
Bentuk-Bentuk Terorisme
Menurut Behm ada perkembangan model pelaku dan aktivitas
21
terorism, yang semula ada lima menjadi tujuh. Ketujuh itu adalah
21
Behm, A.I. Q,991). 'Terrorism: Violence Against the Public and the Media: The
Australian Approach.' Political Contmunication and Persuasion. Vol 8. hal. 235-236
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 210
22
Istilah World terrorism sebagai wajah keenam menjadikan kekaburan tentang
pelaku dan aktivitas terorism
23
Keberadaan kelompok teroris ini lebih dimunculkan oleh kecurigaan pihak lain
dan bukan atas klaim sebagai kelompok teroris yang bertanggung jiwab atas
aktivitas terorisme yang mereka lakukan. Akses media terhadap kelompok jenis ini
relatif lebih terbatas dibandingkan dengan akses yang sama yang diburikut oleh
kelompok teroris yang menyatakan diri mereka secara terang-terangan yang dalam
versi Amerika Serikat dikaitkan antara lain dengan jaringan al Qaeda dan Jamaah
Islamiyah . Louw, P. Eric. (2003). 'The War Against Terrorism.' Gazette: The
International lournal for Communication Studies. Vol 65 No. 3. hal. 217-230
24
Giessmann, Hans I. (2002). 'Media and the Public Sphere: Catalyst and Multiplier
of Terrorism?' Media Asia Communication Quarterly. Vol 20 No. 3. hal. 134-136.
25
Peter L. Berger, Langit Suci Agama Sebagai Realitas Sosial, terj. Hartono. (Jakarta:
LP3ES, 1991), hlm 40.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
211 Baidhowi
26
Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di
akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.” (QS. al-Baqarah : 201)
27
Wahai seluruh manusia, telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Rabb
kalian dan Kami telah menurunkan kepada kalian sebuah cahaya (al-Qur‟an yang
terang. QS an-Nisa 172
28
Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. [QS. Al-Anbiya' : 107
29
Rasulullah saw. bersabda, “Hai „Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih
Sayang dan senang kepada kasih sayang, dan Dia memberi (kebaikan) pada kasih
sayang itu apa-apa yang Dia tidak berikan kepada kekerasan, dan tidak pula Dia
berikan kepada apapun selainnya”. [HR. Muslim].
30
Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam. Dan
orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaknya. [HR. Ahmad].
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 212
Pembahasan
Radikalisme dan Terorisme dengan menggunakan kekerasan,
kekejaman serta kebengisan dan cara-cara lain untuk menimbulkan rasa
takut dan ngeri pada manusia untuk mencapai tujuan jelas
bertentangan dengan ajaran Islam. Jikalau beralasan bahwa terorisme
menggunakan alasan jihad, maka perlu mendapatkan pemahaman yang
komprehensip. Secara harfiah, kata jihad berasal dari bahasa Arab
jahada – yajhadu - juhdan – jihad yang berarti berjuang, bersungguh-
sungguh, memberikan yang terbaik, mengerahkan tenaga untuk
mencapai tujuan. Secara istilah jihad berarti melakukan yang terbaik
untuk menegakkan hukum Allah, membangun, dan menyebarkannya. 31
Jihad dalam Islam disebut jihad fi sabilillah (jihad di jalan Allah).
Konsep jihad identik dengan perang atau peperangan. jihad
tidak hanya dalam bentuk perang secara fisik, tetapi juga non-fisik.
Segala usaha untuk menegakkan kalimat Allah (ajaran Islam) secara
umum disebut jihad. Hukum melakukan jihad adalah Fardlu „Ain atau
Fardlu Kifayah. 32
31
M. Haniff Hassan, 2007)
32
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas (QS. Al-Baqarah: 190), “Telah diizinkan
(berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
213 Baidhowi
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu
(QS. Al-Hajj: 39)
33
Kamus Ilmiyah Populer karya Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry (penerbit
Arkola Surabaya, cet. th. 1994)
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 214
34
Behm, 1991 op.cit., h 242-245.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
215 Baidhowi
35
Teori yang dikembangkan Bandura sebagaimana dikutip oleh Crenshaw, bahwa
sumber prinsipil dari tindakan destruktif karena adanya dorongan yang tak
terkendali sehingga proses pada diri seseorang dapat di diengage dalam
mekanisme regulasi internal untuk mengendalikan kekerasan. Crenshaw, Martha,
“The Psychology of Terrorism: An Agenda for the 21st Century” Political
Psychology, Vol 21 No 2 (Jun, 200), hal 409-410 . diakses tanggal 21 Januari 2018
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 216
Kesimpulan
Agama Islam bukanlah penyebab munculnya radiklisme
terorisme, namun pemahaman yang kurang lengkaplah menjadikan
seseorang melakukan tindakan radikalisme terorisme dan ini berlaku
kepada siapapun dan dimanapun. Diantara munculnya radikalisme
terorisme, adalah semangat keberagamaan, separatis kedaerahan,
patriotisme dan memungkinkan adanya stigmatisasi, terutama jika
terjadi ketidakdilan satu kelompok terhadap kelompok lain. Oleh sebab
itu, untuk pencegahan harus disesuaikan dengan faktor yang
mempengaruhi dan kecenderungannya. Utamanya jangan melakukan
tindakan yang dapat mengarahkan kepada perilaku mereka melakukan
terorisme. Tidak semua semua akar penyebab terorisme dapat 'dihapus'
atau tidak akan berakhir sebelum akar permasalahan mereka terjadi
ditangani dan keluhan dan hak mendasar disediakan.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
217 Baidhowi
Daftar Pustaka
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 218
Giessmann, Hans I. (2002). 'Media and the Public Sphere: Catalyst and
Multiplier of Terrorism?' Media Asia Communication Quarterly. Vol
20 No. 3
https://kbbi.web.id/radikal
https://kbbi.web.id/radikalisme
Ismail Hasani dan Bonar Tigor Naipospos, 2010, Radikalisme Agama di
Jabodetabek & Jawa Barat: Implikasinya terhadap Jaminan
Kebebasan Beragama/Berkeyakinan (Jakarta: Pustaka Masyarakat
Setara
Kamus Ilmiyah Populer karya Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-
Barry (penerbit Arkola Surabaya, cet. th. 1994)
Louw, P. Eric. (2003). 'The War Against Terrorism.' Gazette: The
International lournal for Communication Studies. Vol 65 No. 3. hal.
217-230
Lukman Hakim. 2004. Terorisme di Indonesia. Surakarta : Forum Studi
Islam Surakarta (FSIS)
Muladi, 2002, Hakikat Terorisme dan Beberapa Prinsip Pengaturan dalam
Kriminalisasi, Jurnal Kriminologi Indonesia FISIP UI, vol 2 no III
(Desember 2002)
Nuhrison M. Nuh, Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Faham/ Gerakan
Islam Radikal di Indonesia (HARMONI Jurnal Multikultural &
Multireligius, Vol VIII Juli-September 2009
Peter L. Berger, Langit Suci Agama Sebagai Realitas Sosial, terj. Hartono.
(Jakarta: LP3ES, 1991),
Sartono Kartodirdjo, 1985, Ratu Adil (Jakarta: Sinar Harapan
Schmid, Alex P. dan Janny de Graaf. (1982) . Volence as
Communication: Insurgent Terrorism and the Western News
Media. Beverly Hills: Sage Publications
Undang-undang No 15 tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tinak Pidana
Terorisme pasal 6
Walter Laqueur, Origins of Terorism, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003)
Yusuf Al-Qardhawi, 1406, Al-Shahwah al-Islamiyah bayn al-Juhud wa
alTattarruf (Cairo: Bank al-Taqwa)
Zada Khammami, 2002, Islam Radikal, Pergulatan Ormas-Ormas Islam
Garis Keras di Indonesia, (Jakarta: Teraju)
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2017. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang