Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I

INFEKSI SALURAN KEMIH

1. Definisi

Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada

mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh

penyebaran infeksi dari bakteri (M. Clevo Rendy, Margareth TH,

2012).Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel – sel urotelium

melapisi saluran kemih (Sibuea, W. Heidin, 2005).Infeksi Saluran Kemih

(ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya

infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001).

2. Klasifikasi

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012), jenis infeksi

kandung kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :

a. Kandung kemih (sistitis)

b. Uretra (uretritis)

c. Prostat (prostatitis)

d. Ginjal (pielonefritis)

Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :


2

a. Infeksi saluran kemih Uncomplicated ( simple )

Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan

saluran kencing baik, anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran

kemih ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan

infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.

b. Infeksi saluran kemih Complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab

sulit diberantas , kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa

macam antibiotika , sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock.

Infeksi saluran kemih ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai

berikut :

a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral

obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih

menetap dan prostatitis.

b. Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.

c. Gangguan daya tahan tubuh.

d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang

memproduksi urease.
3

3. Anatomi fisiologi

Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra.

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua

sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal

kiri karena tertekan ke bawah oleh hati katup terletak di kosta ke-12,

sedangkan ginjal kiri terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125 gram.

Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika

urinaria, panjang ureter 10 – 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke

vesika urinaria. Kandung kemih adalah suatu organ yang berongga yang

terletak di sebelah anterior tepat di belakang os pubis, yang tersusun dari otot

polos, yang berkontraksi dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine

sementara dan menyalurkan urine ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil

yang dapat mengembang dan berjalan dari kandung kemih keluar tubuh.

Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada pria 8 inci.

Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah :

1. Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta

membuang cairan yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.

2. Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit

3. Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa

dengan mensekresi ion H dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.


4

4. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan

sekresi urine.

5. Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh

kalsium fosfat ginjal.

6. Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan

merangsang sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.

7. Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang

terdapat pada filtrasi glomerulus.

Pembentukan Urine

Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal

pembentuk urine. Ginjal ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah

glomerulus dan sebuah tubulus. Dinding kapiler glomerulus tersusun oleh sel-

sel endotel dan membran basalis, Glomerulus membentang dan membentuk

tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu :

c. Tubulus proximal

Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan

disaring ke dalam nefron dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari

filtrat yaitu : air, elektrolit dan molekul kecil lainnya masuk ke dalam

tubulus proximal di proses hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap

kembali ke dalam darah, kecuali glukosa 100 % di serap yang disebut

dengan “Reabsorbsi Obligat” (mutlak).


5

d. Ansa Henle

Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke

ansa henle desenden, ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan

kepekatan meningkat, ketika naik lewat ansa henle asenden ada transportasi

aktif H2O (dikeluarkan)

e. Tubulus Distal

Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :

1) Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon

Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic

hormon sehingga penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi

sedikit. Begitu sebaliknya bila air berlebih jumlah anti diuretik hormon

sedikit dan filtrat dapat lolos yang akhirnya jadi urine banyak.

2) Bekerjanya anti diuretik hormon

Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal

untuk melakukan transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan

menarik natrium.

Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.

a. Ductus Kolligentes

Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih

terjadi proses reabsorbsi air oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah

melewati ductus kolligentes maka disebut dengan “urine” yang

dilanjutkan ke kalix minor menuju kalix mayor dan melewati pelvis


6

ginjal mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika urinaria dengan

gerakan peristaltik yang membuka sfingter ureter, kemudian urine masuk

ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat penampungan sementara.

b. Vesika Urinaria

Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi

sedikit demi sedikit urine, mulai dari volume 0 – 100 cc, tekanan

kandung kemih sedikit bertambah. Dari volume 100 – 400 cc tekanan

kandung kemih tidak berubah, karena Musculus Detrusor mengembang

mengikuti jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas tekanan meningkat dan

meregangkan Musculus Detrusor.

Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan

sacral dengan susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent

ke Musculus Detrusor (mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra

internal untuk membuka sehingga timbul keinginan untuk BAK, dengan

mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.

Komposisi Urine

Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning

muda, tidak terdapat glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein.

Bau sedikit pesing, berat jenis 1010 – 1030.

Urine terdiri dari :

a. Air

b. Elektrolit
7

c. Zat asam sisa metabolisme

4. Etiologi

Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :

a. Bakteri gram negatif : E. Coli, Entherobacter, Pseudomonas, Serrativa.

b. Bakteri gram positif ; Staphylococcus Saprophyt, streptococcus.

c. Virus : jarang ditemukan

d. Jamur : jarang ditemukan

Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu :

1. Intake minum yang kurang setiap harinya

2. Hygiene yang kurang

3. arang mengganti pakaian dalam

4. Pakaian dalam pada wanita yang terbuat dari bahan sintetis, bukan dari

katun

5. Penggunaan jeans yang terlalu ketat.

6. Personal hygiene yang salah

Membersihkan perineum saat selesai berkemih dan defekasi dengan gerakan

belakang ke depan dan di bolak-balik.

Hubungan sex yang berlebihan

1. Urine Reflux

2. Trauma Urethra
8

3. Penggunaan instrumen yang tidak steril : pemasangan kateter.

4. Sabun dengan pH yang tidak seimbang dan cenderung ke peningkatan

pH

5. Spray hygiene wanita yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi

6. Usia di atas 65 tahun

7. Penyakit Diabetes Melitus

8. Batu ginjal, yang dapat menyebabkan obstruksi urine.

5. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh

mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang

mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,

enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal

mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi

infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi

sehingga timbul demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi

jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang dekat sehingga

memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara asenden.

Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang

terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana

jarak antara vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa

kuman ke vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina


9

menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada

vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih

maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.

Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan

sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena

saat membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk

bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama

dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada

vesika urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang

kurang, menyebabkan urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine

normal untuk membawa sisa metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum

yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak dapat

di bawa keluar.

Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine

mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan

Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih

mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih

mudah berkembang.

Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran

mikroorganisme ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine

yang menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih,

ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini


10

memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan

urine ke pelvis ginjal.

Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung

kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus

dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga

sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan

vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan

mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika

urinaria dan urine, dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki

kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra).

Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan

berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga

bila saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang

keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme

kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi

hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy,

Margareth TH, 2012 hal 218).

6. Tanda dan Gejala

Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh

bakteri yang mungkin dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita


11

tidak menyadari adanya infeksi. Pada keadaan yang menimbulkan tanda dan

gejala biasanya :

a. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).

b. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.

c. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung

kemih yang tidak tuntas.

d. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat

terjadi low back pain.

e. Spasme kandung kemih.

f. Warna urine yang keruh.

g. Hematuri pada keadaan lanjut.

h. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan

diagnosa atau pengobatan antara lain adalah :

a. Laboratorium

1. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan

pH meningkat.

2. Urine kultur

3. Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran

kemih misalnya : streptococcus, E. Coli, dll


12

4. Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan

b. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.

1. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )

2. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri

abdominal, panggul.

3. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.

4. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada

kandung kemi

8. Penatalaksanaan medis

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221),

pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala

dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan

mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan

serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :

a. Perawatan

1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra

indikasi

2) Perubahan pola hidup diantaranya :

(a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang

(b) Pakaian dalam dari bahan katun

(c) Menghindari kopi, alkohol


13

3) Obat-obatan

(a) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.

(b) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu

(c) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di

ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu

(d) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari

sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan

pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.

(e) Analgetik dan Anti spasmodik

(f) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.

9. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah

karena adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara

asendens, yaitu menyebabkan :

a. Pyelonefritis

Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan

jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.

b. Gagal Ginjal

Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak

diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara

akut dan kronik.


14

10. Pencegahan

a. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari

b. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi

kandung kemih

c. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :

1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas

2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk

membersihkan perineum dari depan ke belakang

3) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat

4) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat

5) Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah

itu biasakan mengosongkan kandung kemih.

A. Konsep Dasar Keperawatan

I. Pengkajian 11 Pola Gordon

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

b) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih, trauma

kandung kemih, infeksi saluran kemih berulang

c) Personal hygiene yang salah

d) Kebiasaan menahan BAK

e) Riwayat penyakit diabetes mellitus


15

2. Pola Nutrisi Metabolik

a) Intake minum yang kurang

b) Mual, Muntah

c) Anoreksia

d) Demam, peningkatan suhu

3. Pola Eliminasi

a) Sering berkemih

b) Warna urine keruh

c) Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih

d) Hematuri (urine bercampur darah)

e) Diare

4. Pola Aktivitas dan Latihan

a) Bekerja di ruang ber AC

b) Banyak duduk

c) Kurang beraktivitas

d) Malaise

5. Pola Tidur dan Istirahat

Tidur terganggu karena nocturia

6. Pola Persepsi dan Kognitif

a) Nyeri Supra pubik

b) Dysuria

c) Rasa terbakar saat berkemih


16

d) Spasme kandung kemih

e) Low back pain

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

a) Merasa rendah diri

b) Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama.

c) Perasaan terasing

8. Gangguan interaksi sosial

9. Pola Reproduksi dan Seksualitas

Menopause

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress.

Stress tergantung individu

11. Pola Sistem Kepercayaan.

Keyakinan yang dianut oleh pasien

II. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau

masalah kesehatan actual dan potensial. Tujuannya adalah

mengidentifikasi : pertama adanya masalah actual berdasarkan respon

Pasien terhadap masalah atau penyakit. Kedua factor-faktor yang

berkontribusi atau penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan Pasien

untuk mencegah atau menghilangkan masalah.


17

Menurut Doengoes ( 1999), diagnosa keperawatan yang sering muncul

pada pasien infeksi saluran kemih adalah :

1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan

oleh adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.

2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran

perkemihan yang dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat

berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra pubik, low back pain dan spasme

kandung kemih.

3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran

kemih yang dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan

hematuri.

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, dan anoreksia.

5. Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang penyebab, pencegahan kekambuhan dan perawatan.

III. Rencana Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan

oleh adanya peningkatan suhu, tachicardia, menggigil dan

malaise.Tujuan : menurunkan suhu tubuh.

Kriteria Hasil :Suhu tubuh dalam batas normal : 36 – 37 oC,

perabaan tidak hangat , tidak menggigil,


18

Rencana Tindakan :

a) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam terutama suhu dan

nadi.Rasional : Untuk menentukan rencana tindakan yang akan

dilakukan.

b) Kaji keadekuatan hidrasi baik mukosa mulut dan kulit

Rasional : Demam dapat meningkatkan pengeluaran cairan

terutama keringat.

c) Beri kompres hangat, biasa atau dingin pada dahi, axila dan lipatan

paha.

Rasional : Kompres yang diberikan pada kulit dapat mengurangi

atau menurunkan suhu secara evaporasi.

d) Anjurkan Pasien untuk banyak minum 2 – 2,5 liter per hari

Rasional : Menurunkan suhu melalui pengeluaran urine yang

banyak.

e) Monitor intake dan out put cairan

Rasional : Memastikan hidrasi tetap adekuat dan memonitor fungsi

renal.

f) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik

Rasional :Antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh.

2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran

perkemihan yang dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat


19

berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra pubik, low back pain dan spasme

kandung kemih.

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria Hasil :Dapat mengontrol rasa nyeri, nyeri berkurang

bahkan hilang, ekspresi wajah rileks

Rencana Tindakan :

a) Kaji adanya rasa nyeri baik lokasi, intensitas, frekuensi dan lamanya

nyeri

Rasional : Perubahan lokasi atau intensitas nyeri merupakan indikasi

proses infeksi dan memberikan intervensi berdasarkan

tingkat nyeri yang dirasakan.

b) Beri posisi yang nyaman menurut Pasien

Rasional : Posisi pilihan Pasien dapat meningkatkan kenyamanan dan

mengurangi rasa nyeri.

c) Palpasi kandung kemih setiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi

Rasional : Distensi yang terlalu lama pada kandung kemih

mengakibatkan nyeri kandung kemih.

d)Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

Rasional : Nafas dalam dapat menurunkan rasa nyeri

e)Beri kompres hangat pada daerah yang nyeri

Rasional : Rasa hangat dapat memvasodilatasi pembuluh darah sekitar

sehingga nyeri dapat berkurang


20

f)Anjurkan Pasien minum 8 – 10 gelas per hari sesuai indikasi

Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa urethra

g) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti spasmodik dan

penozopyridine (untuk meredakan iritasi saluran kemih)

Rasional : Golongan obat di atas dapat mengurangi nyeri dan iritasi

saluran kemih.

3. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran

kemih yang dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan

hematuri.

Tujuan : Perubahan pola eliminasi teratasi

Kriteria Hasil : Pola urine kembali normal 6 – 7 kali setiap hari,

produksi urine < 30 cc / menit, urine normal ;

warna jernih, tidak ada darah, tidak ada tekanan

saat mengeluarkan urine

Rencana Tindakan :

a) Observasi perubahan urine : warna, jumlah, bau

Rasional : Untuk mendeteksi adanya infeksi lebih awal

b) Kaji keluhan tidak bisa berkemih, berkemih berdarah, tidak bisa

menahan urine tiba-tiba, berkemih pada malam hari

Rasional : Untuk mengetahui adanya peradangan pada kandung kemih

c) Beri intake minum 2 – 2,5 liter per hari


21

Rasional : Untuk membantu pengeluaran kuman dari kandung kemih

melalui berkemih atau menurunkan konsentrasi bakteri

d) Anjurkan Pasien berkemih tiap 3 – 4 jam

Rasional : Mencegah urine statis dan mencegah bertambahnya kuman

pada kandung kemih akibat urine yang terlalu lama

tertahan.

e) Bantu Pasien mendapatkan posisi yang nyaman saat berkemih

Rasional : Mengurangi rasa nyeri saat berkemih dan proses berkemih

terasa lampias.

f) Ajarkan Pasien untuk perawatan perineal yang benar dari depan ke

belakang setiap kali selesai berkemih dan defekasi

Rasional : Mencegah masuknya kuman pada urethra.

g) Kolaborasi dalam pemberian obat anti bakteri dengan tim medik

Rasional : Mengurangi pertumbuhan bakteri.

h) Pantau atau periksa urine kultur dan sensitifitasnya

Rasional : Menentukan penyebab infeksi saluran kemih dan

mengevaluasi efektifitas pengobatan.

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, dan anorexia.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi


22

Kriteria Hasil : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh,

keluhan mual tidak ada, muntah tidak ada, porsi

yang disediakan habis.

Rencana Tindakan :

a) Kaji pola makan Pasien sebelum sakit dan sesudah sakit

Rasional : Mengetahui kebiasaan dan jenis makanan serta masukan

makanan Pasien

b) Kaji adanya keluhan mual, muntah dan anorexia

Rasional : Untuk merencanakan tindakan selanjutnya

c) Pertahankan kebersihan mulut sebelum makan

Rasional : Mukosa mulut yang bersih meningkatkan selera makan

d) Beri makan dalam porsi kecil dan sering

Rasional : Meningkatkan asupan makanan

e) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan sajikan makanan dalam keadaan

hangat

Rasional : Mengurangi rasa mual

f) Anjurkan untuk makan biskuit atau roti atau makanan kesukaan sesuai

indikasi

Rasional : Menurunkan sekresi asam lambung dan mencegah rasa mual

serta meningkatkan asupan makanan

g) Kolaborasi dalam pemberian Antasida


23

Rasional : Antasida dapat menurunkan asam lambung dan mencegah

rasa mual.

6. Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang penyebab, pencegahan kekambuhan dan perawatan.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil :Pasien mengetahui penyebab, pencegahan dan perawatan

yang benar tentang infeksi saluran kemih.

Rencana Tindakan :

a) Anjurkan Pasien untuk banyak minum air putih 2 – 2,5 liter air dan

hindari konsumsi kopi dan alkohol

Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa kandung kemih

b) Jelaskan untuk tidak menahan keinginan berkemih, kosongkan kandung

kemih secara sempurna setiap kali berkemih

Rasional : Mencegah distensi kandung kemih

c) Ajarkan perawatan perineal yang benar terutama setelah berkemih dan

defekasi, bersihkan dari depan ke belakang

Rasional : Mencegah perpindahan mikroorganisme yang ada di anus

d) Jaga kebersihan perineal agar tetap kering dan bersih keringkan depan

sampai ke belakang

Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme

e) Gunakan celana dalam dari bahan katun

Rasional : Menyerap cairan dan keringat


24

f) Gunakan celana yang longgar dan jangan terlalu ketat

Rasional : Memperlancar aliran darah

g) Anjurkan untuk segera berkemih setelah melakukan hubungan sexual

Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme di dalam kandung

kemih dan melalui berkemih dapat mengeluarkan kuman

h) Jelaskan pentingnya mengkonsumsi antibiotik sesuai dengan resep atau

sampai habis

Rasional : Antibiotik mengatasi infeksi dan mencegah resistensi.

IV. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian

kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang

optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah

menjelaskan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam

pelaksanaan, perawatan melakukan fungsinya sebagai independent,

interdependent dan dependent. Pada fungsi independent perawat melakukan

tindakan atas dasar inisiatif sendiri. Contohnya memberikan latihan pernapasan

perut dalam posisi duduk dan berbaring. Pada fungsi interdependent, perawat

melakukan fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Dan fungsi

independent perawat melakukan fungsi tambahan untuk menjalankan program

dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.


25

Di samping itu perawat harus memperhatikan keadaan umum dan respon

pasien selama pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya

dalam tahap pelaksanaan ini adalah sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan dan

dokumentasi. Pada fase persiapan, perawat dituntut memiliki pengetahuan dan

keterampilan. Selain itu perawat juga harus mampu menganalisa situasi dan

kondiri pasien baik fisik maupun mentalnya sehingga dalam merencanakan,

memvalidasi rencana serta dalam pelaksanaannya perawat akan terhindar dari

kesalahan.

V. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat digunakan

sebagai alat pengukur keberhasilan suatu rencana keperawatan yamg telah

dibuat. Meskipun evaluasi dianggap sebagai tahap akhir dari proses keperawatan

proses ini tidak berhenti, yang telah terpecahkan dan masalah yang perlu dikaji

ulang, direncanakan kembali, dilaksanakan dan dievaluasikan kembali.


26

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISK

A. Kasus keperawatan

Pasien datang ke IGD RSUD Kepahiang tanggal 03 Januari 2019 pukul 06.30

WIB dengan keluhan demam 6 hari lalu, sakit kepala, mual, nyeri suprapubik,

meringis,skala nyeri 6-7, perut terasa panas dan terbakar. Tidak lampias saat

BAK. Pasien mengatakan BAK terasa nyeri dan panas.pasien tampak meringis.

Tekanan darah 120/90 Mmhg, Nadi 82 x/menit, pernafasan 24 x/menit dan

temperatur 38,5 ⁰C. Turgor kurang elastis, pengisian kapiler < 2 detik.

B. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

A. Identitas

1) Identitas Pasien

Nama : Ny. E

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Tanggal pengkajian : 03 Januari 2019


27

No Rekam medik : 08.15.30

Pekerjaan :Ibu Rumah tangga

Alamat : Desa kelilik-kepahiang

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. L

Umur : 45 Tahun

Hub. Dengan Pasien : Suami/orang tua kandung

Alamat : Desa kelilik- Kepahiang

C. Riwayat penyakit Pasien

Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam 6 hari lalu, sakit

kepala, mual, nyeri suprapubik, meringis,skala nyeri 6-7, perut terasa

panas dan terbakar. Tidak lampias saat BAK.Pasien mengatakan BAK

terasa nyeridan panas.pasien tampak meringis. Tekanan darah 120/90

Mmhg, Nadi 82 x/menit, pernafasan 24 x/menit dan temperatur 38,5⁰C.

Turgor kurang elastis, pengisian kapiler < 2 detik.

D. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit serupa dengan Pasien,

kekuarga tidak memiliki penyakit saluran pencernaan akut maupun

kronis.
28

D. Pengkajian keperawatan

1. Bernapas normal

Frekuensi pernafasan 22 x/menit, irama vesikuler, pola nafas normal dan

tidak ditemukan kelainan saat inspirasi dan ekspirasi.

2. Kebutuhan makan dan minum

1) Kebiasaan

(a)Pola makan

Pasien makan tidak teratur, menu terdiri dari nasi, sayuran dan

kadang-kadang lauk ( ikan/ayam).

(b) Frekuensi

Frekuensi makan 1-2 kali sehari namun tidak teratur jamnya.

(c) Nafsu makan

Nafsu makan sebelum sakit baik, tidak ada masalah dalam makan.

(d) Makanan kesukaan

Pasien suka makan nasi padang ( santan dan sambal)

(e) Makanan pantang

Tidak ada makanan pantang atau dilarang yang dianggap kurang

baik bagi kesehatan.

b. frekuensi minum/hari

Pasien kurang minum air putih, banyaknya 3-4 gelas sehari.


29

3. Eliminasi

a. BAK

1) Kebiasaan

(a) Frekuensi

Frekuensi BAK sebelum sakit 5-6 kali sehari.

(b) Warna

Sebelum sakit warna urin kuning jernih.

(c) Bau

Bau amoniak

(d) Jumlah/hari

Jumlah urin sehari 700-800 cc/24 jam sebelum sakit.

2) Perubahan setelah sakit

BAK setelah sakit tidak terjadi perubahan, sesudah sakit warna

kuning agak kemerah-merahan, saaat berkemih pasien mengeluh

tidak lampias. Jumlah urin yang keluar sedikit dengan frekuensi

2-3 kali/hari.

b. BAB

1) Kebiasaan

(a) Frekuensi

BAB biasanya rutin pada pagi hari, tidak ada masalah

dalam proses ini.


30

(b) Konsistensi

Konsistensi feses lunak

(c) Warna

Warna kuning

2) Perubahan setelah sakit

BAB sedikit cair tidak ada lendir, tidak ada darah, frekuensi

1-2 kali sehari.

4. Bergerak dan olah raga untuk menjaga postur tubuh

a) Pasien sering olahraga yaitu jalan-jalan sore.

Pasien tidak pernah jalan-jalan sore. Pasien sibuk mengurus

pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak-anaknya.

b) Pasien berolahraga secara teratur.

Pasien tidak berolahraga secara teratur, aktivitas Pasien hanya

membersihkan rumah dan merawat anak-anaknya.

5. Tidur dan istirahat

a) Tidur malam

Tidur malam 8-9 jam sehari, Pasien biasanya tidur setelah

nonton TV sekitar pukul 21.00 WIB. Namun setelah sakit sulit

tidur, ia sering terjaga dan sulit untuk tidur kembali.

b) Tidur siang jam

Pasien tidak pernah tidur siang. Saat sakit Ny. E hanya tidur

siangsekitar ½ -1 jam saja.


31

6. Kebutuhan dalam berpakaian

Sebelum sakit Ny. Eberpakaian mandiri.

7. Menjaga Suhu Tubuh

Dalam menjaga suhu tubuh sebelum sakit Ny. E memiliki kebiasaan

setelah mandi diberikan minyak kayu putih agar tubuh menjadi hangat,

sementara saat sakit Ny. E memakai pakaian tebal (jaket). Sejak sakit

pasien menggunakan pakaian yang menyerap keringat.

8. Menjaga Tubuh tetap bersih dan terawat dengan baik dan melindungi

integumen

a. Mandi

Ny. E biasanya mandi sendiri dan menggunakan sabun mandi..

Biasanya mandi 2 kali sehari ( pagi dan sore), kulit bersih.

b. Sikat gigi

Ny. E sikat gigi menggunakan pasta gigi, kebiasaan ini dilakukan

saat mandi.

c. keramas

Ny. E saat mandi jarang menggunakan shampo, saat sakit anak

tidak berkeramas.
32

9. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan tempat tinggal Ny. E sebagai tempat tumbuh dan

berkembang merupakan lingkungan yang cukup tenang dan aman.

Namun kebiasaan membuang sampah warga disekitar tempat tinggal

Pasien menyebabkan lingkungan disekitar tampak kotor dan tidak

terawat dengan baik. Jauh dari kebisingan dan polusi.

10. Berkomunikasi

Ny. E senantiasa berkomunikasi dengan kedua anaknya. Hubungan

antar anggota keluarga harmonis.

11. Ibadah

Ny. E aktif di pengajian di masjid yang tidak jauh dari rumahnya.

12. Pekerjaan sehari-hari

Ny. E adalah seorang ibu pra lansia berusia 38 tahunyang bekerja

sebagai ibu rumah tangga.

13. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Kebutuhan akan rekreasi Ny. E hanya dilakukan pada saat lebaran, yaitu

berkunjung ke rumah saudaranya di bengkulu. Biasanya Ny. E dan

keluarga berkunjung ke pantai panjang

14. Kebutuhan belajar dan menggunakan fasilitas keseahatan

Ny. E jika sakit ia dan keluarga berobat ke dokter praktek yang ada di

dekat rumahnya.
33

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Sedang

2. Kesadaran : Compos Metis

3. Tinggi Badan : 162 cm

4. BB sebelum sakit : 65-67 Kg

5. BB saat sakit : 65 Kg

6. Vital Sign TD : 120/90 MMhg

Nadi : 82 x/menit

RR : 24 x/menit

Suhu : 38,5 ºC

7. Kulit

Turgor : kurang elastis

Edema : Tidak ada

Luka Bekas operasi : Tidak ada

Kebersihan : Kurang

8. Kepala

Bentuk : Simetris

Rambut : Hitam, distribusi merata, kondisi bersih

9. Mata

Konjungtiva : An Anemis

Sklera : An Ikterik
34

10. Hidung

Bentuk : Simetris

Kelainan : Tidak ada polip, Dalam batas normal

11. Mulut

Lidah : Dalam Batas Normal

Keluhan : tidak nafsu makan

Kebersihan Gigi : Bersih

Jumlah gigi : Lengkap

Karies : Tidak ada

12. Leher

Pembesaran V.Juguralis : Tidak ada

Benjolan Tiroid : Tidak Ada

Pembesaran kelenjar limfa : Tidak Ada

13. Thorax

Bentuk : Simetris

Frekuensi nafas : 24 x/memit

Bunyi Jantung : Lup Dup

HR : 82 x/menit

Nyeri dada : ada

Suara nafas : Vesikuler


35

14. Abdomen

Bentuk : Simetris

Turgor : Elastis

Bising usus : Dalam Batas Normal, 6-10 x/m

Keluhan : Mual (+), nyeri abdomen (+), Skala 5-6

15. Ekstrimitas

Atas : Pergerakan aktif, Tidak ada Oedema, Tidak ada Nyeri tekan

dan nyeri lepas, Tonus Otos Normal.

Bawah : Pergerakan aktif, Tidak ada Oedema, Tidak ada Nyeri tekan

dan nyeri lepas, Tonus Otos Normal.

A. TERAPI MEDIS
TANGGAL
TERAPI OBAT DAN WAKTU/JADWAL
CAIRAN
Ceftriaxon 1A/IV/ 12 jam 10.30 22.30
Antrain 1A/IV/ 12 jam 10.31 22.30
Paracetamol 3 x 500 mg 10.32 18.30 03.30
36

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
JENIS PEMERIKSAAN HASIL
Darah Rutin
Hb 11,2 gr%
Leukosit 13.000
Eritrosit 4
Trombosit 276.000
Hematokrit 34
Urin Rutin
37

ANALISA DATA

Nama : Ny. E Diagnosa Medis : ISK


Umur : 38 tahun Ruang/No RM : 08.15.XX
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS :1. Pasien mengatakan Proses Implamasi Gangguan rasa
nyeri pada penyakit Nyaman Nyeri
suprapubik
2. Pasien mengatakan
tidak lampias saat
berkemih
DO : KU : lemah
Kesadaran : CM
Anoreksia (+), mual(+), ,
skala nyeri 6-7, meringis
(+), meringkuk (+), BAK
terasa panas dan perih
TD : 120/90 MMhg
Nadi : 82 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,5 ºC

2 DS : Pasien mengatakan demam Infeksi Bakteri/ Hipertermi


sejak 6 hari lalu Bakterimia
DO : K/U lemah
Kesadaran : CM
Demam (+), bibir kering
(+), sakit kepala (+), skala,
urin berwarna kuning agak
38

kemerah-merahan, nyeri
tekan suprapubik (+)
TD : 120/90 MMhg
Nadi : 82 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,5 ºC

3 DS : pasien mengatakan BAK Infeksi saluran Perubahan pola


terasa perih dan panas kemih eliminasi urin
DO : KU : lemah
Kesadaran : CM
Demam (+), skala, urin
berwarna kuning agak
kemerah-merahan, nyeri
tekan suprapubik (+), skala
nyeri 5-6. Angka leukosit
13.000 ul/dl
TD : 110/70 MMhg
Nadi : 86 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,5 ºC
39

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny. E Diagnosa Medis :ISK
Umur : 53 Th Ruang/No RM : 08.15.xx
NO DIAGNOSA TANGGAL
DP KEPERAWATAN DITEMUKAN DIATASI
1 Gangguan rasa nyaman nyeri 03-01-2019 03-01-2019
berhubungan dengan proses
inflamasi penyakit ditandai
dengan :
DS :1. Pasien mengatakan
nyeri pada suprapubik
2. Pasien mengatakan
tidak lampias saat
berkemih
DO : KU : lemah
Kesadaran : CM
Anoreksia (+), mual(+), ,
skala nyeri 6-7, meringis
(+), meringkuk (+), BAK
terasa panas dan perih
TD : 110/70 MMhg
Nadi : 86 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,5 ºC

2 Hipertermi berhhubungan 04-01-2019 04-01-2019


dengan infeksi bakteri/
bakterimia ditandai dengan :
40

DS : Pasien mengatakan
demam sejak 6 hari lalu
DO : K/U lemah
Kesadaran : CM
Demam (+), bibir kering
(+), sakit kepala (+), skala,
urin berwarna kuning agak
kemerah-merahan, nyeri
tekan suprapubik (+), skala
nyeri 5-6
TD : 110/70 MMhg
Nadi : 86 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,5 ºC

3 Perubahan pola eliminasi urin 04-01-2019 04-01-2019


berhubungan dengan infeksi
saluran kemih ditandai dengan
DS : pasien mengatakan BAK
terasa perih dan panas
DO : KU : lemah
Kesadaran : CM
Demam (+), skala, urin
berwarna kuning agak
kemerah-merahan, nyeri
tekan suprapubik (+),
Angka leukosit 13.000
ul/dl
41

TD : 110/70 MMhg
Nadi : 86 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,5 ºC
42

RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny. E Diagnosa Medis : ISK
Umur : 53 Th Ruang/No RM : 08.15.xx
N TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONALISASI
O KRITERIA
HASIL
1 Setelah 1. Kaji adanya rasa 1. Rasional : Perubahan
dilakukan nyeri baik lokasi, lokasi atau intensitas
perawatan intensitas, frekuensi nyeri merupakan indikasi
selama 2 x 24 dan lamanya nyeri proses infeksi dan
jam, masalah memberikan intervensi
Nyeri pasien berdasarkan tingkat nyeri
teratasi dengan yang dirasakan.
kriteria hasil : 2. Beri posisi yang 2. Rasional : Posisi pilihan
a. Nyeri ↓ nyaman menurut Pasien dapat
a. Skala 1-2 Pasien meningkatkan
kenyamanan dan
mengurangi rasa nyeri.
3. Palpasi kandung 3. Rasional : Distensi yang
kemih setiap 4 jam terlalu lama pada kandung
untuk mengetahui kemih mengakibatkan
adanya distensi nyeri kandung kemih.
4.Ajarkan teknik 4. Rasional : Nafas dalam
relaksasi nafas dalam dapat menurunkan rasa
nyeri
5. Beri kompres hangat 5. Rasional : Rasa hangat
pada daerah yang dapat memvasodilatasi
nyeri pembuluh darah sekitar
43

sehingga nyeri dapat


berkurang
6. Anjurkan Pasien 6. Rasional : Mengurangi
minum 8 – 10 gelas iritasi pada mukosa
per hari sesuai urethra
indikasi
7. Kolaborasi dalam 7. Rasional : Golongan obat
pemberian analgetik, di atas dapat mengurangi
(untuk meredakan nyeri dan iritasi saluran
iritasi saluran kemih.
kemih)

2 Setelah 1. Monitor tanda vital 1. Untuk merencanakan


dilakukan tiap 6 jam tindakan yang akan
perawatan dilakukan
selama 3 x 24 2. Kaji tanda-tanda 2. Demam dapat
jam, masalah dehidrasi meningkatkan
hipertermi pengeluaran keringat
pasien teratasi 3. Rasional : Kompres yang
dengan kriteria 3. Beri kompres diberikan pada kulit dapat
hasil : hangat, biasa atau mengurangi atau
a. Tidak ada dingin pada dahi, menurunkan suhu secara
demam axila dan lipatan evaporasi.
b. Suhu 36- paha.
37⁰C 4. Anjurkan Pasien 4. Rasional : Menurunkan
untuk banyak suhu melalui pengeluaran
minum 2 – 2,5 liter urine yang banyak.
per hari
44

5. Monitor intake dan 5. Rasional : Memastikan


out put cairan hidrasi tetap adekuat
dan memonitor fungsi
renal.
6. Kolaborasi dalam 6. Rasional : Antipiretik
pemberian antibiotik dapat menurunkan suhu
dan antipiretik tubuh.

3 Setelah 1. Observasi perubahan 1. Rasional : Untuk


dilakukan urine : warna, mendeteksi adanya
perawatan jumlah,bau infeksi lebih awal
selama 3 x 24 2. Kaji keluhan tidak 2. Rasional : Untuk
jam, masalah bisa berkemih, mengetahui adanya
perubahan pola berkemih berdarah, peradangan pada
eliminasi urin tidak bisa menahan kandung kemih
teratasi dengan urine tiba-tiba,
kriteria hasil : berkemih pada malam
a. Turgor hari
elastis 3. Beri intake minum 2 3. Rasional : Untuk
– 2,5 liter per hari membantu pengeluaran
b. haus (-)
kuman dari kandung
c. pengisian kemih melalui
kapiler cepat berkemih atau
menurunkan
< 2 detik
konsentrasi bakteri

4. Rasional : Mencegah
4. Anjurkan Pasien
urine statis dan
berkemih tiap 3 – 4
mencegah
45

jam bertambahnya kuman


pada kandung kemih
akibat urine yang
terlalu lama tertahan.

5. Bantu Pasien 5. Rasional : Mengurangi


mendapatkan posisi rasa nyeri saat
yang nyaman saat berkemih dan proses
berkemih berkemih terasa
lampias.
6. Ajarkan Pasien untuk 6. Rasional : Mencegah
perawatan perineal masuknya kuman pada
yang benar dari depan urethra.
ke belakang setiap
kali selesai berkemih
dan defekasi
7. Kolaborasi dalam 7. Rasional : Mengurangi
pemberian obat anti pertumbuhan bakteri.
bakteri dengan tim
medik
8. Pantau atau periksa 8. Rasional : Menentukan
urine kultur dan penyebab infeksi
sensitifitasnya saluran kemih dan
mengevaluasi
efektifitas pengobatan
46

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. E Diagnosa Medis : ISK
Umur : 53 Th Ruang/No RM : 08.15.XX
HARI/ JAM NO IMPLEMENTASI PARAF
TGL (WIB) DM
03-01- 1 1. Mengkaji adanya rasa nyeri baik lokasi,
2019 hari intensitas, frekuensi dan lamanya nyeri
1 R/: Nyeri skala 5, lokasi di area simfisis Eva
pubis, frekuensi terus menerus
2. Memberi posisi yang nyaman menurut
Pasien
R/: Pasien nyaman dengan posisi tidur
dengan menggunakan bantal
3. Melakukan Palpasi kandung kemih setiap 4
jam untuk mengetahui adanya distensi
R/:Tidak ditemukan adanya distensi
abdomen
4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
R/: Pasien mampu melakukan tehnik
rilekssi dengan tehnik nafas dalam
5. Memberikan kompres hangat pada daerah
yang nyeri
R/: Daerah simfisis di kompres dengan
menggunakan botol hangat
6. menganjurkan Pasien minum 8 – 10 gelas
per hari sesuai indikasi
R/: Pasien minum air putih 8-10 gelas /hari
7. Melakukan kolaborasi dalam pemberian
47

analgetik, (untuk meredakan iritasi saluran


kemih)
R/: Diberikan antrain 1A/IV/12 jam

04-01- 1. Mengkaji adanya rasa nyeri


1. baik
h lokasi,
2019 intensitas, frekuensi dan lamanyarnyeri
R/: Nyeri skala 2
2. Memberi posisi yang nyaman
2 menurut Eva
Pasien
R/: pasien nyaman tidur dengan bantal dan
dapat tidur dengan nyenyak
3. Melakukan Palpasi kandung kemih setiap 4
jam untuk mengetahui adanya distensi
R/: Tidak ada distensi abdomen
4. Memberikan kompres hangat pada daerah
yang nyeri
R/: Pasien tidak melakukan kompres lagi,
karena nyeri sudah berkurang
5. Menganjurkan Pasien minum 8 – 10 gelas
per hari sesuai indikasi
R/: Pasien masih minum6-8 gelas air
putih/hari

04-04- 2 hr 1. Memonitor tanda vital tiap 6 jam


2019 1 R/: TD : 130/80 MMhg
Nadi : 84 x/menit
RR : 24 x/menit Eva
Suhu : 37,8⁰C
48

2. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi


R/: Mukosa bibir kering, urine pekat, turgor
kurang elastis
3. Memberi kompres hangat, biasa atau dingin
pada dahi, axila dan lipatan paha.
R/: pasien melakukan kompres hangat pada
dahi, dan daerah simpisis pubis
4. menganjurkan Pasien untuk banyak minum
2 – 2,5 liter per hari
R/: pasien minum air putih 8-10 gelas/hari
5. Memonitor intake dan out put cairan
R/:
Intake cairan Output Cairan

Urine 700 cc

Makan dan minum : 350 cc Feses 100 cc

Infus : 0 cc Muntah 0

Terapi injeksi : 0 cc Cairan drainase luka : 0

Air metabolisme : 975 cc NGT : 0

( 15 c/KgBB/hari) IWL : 900 cc

Total : 1325 cc Total : 1800 cc

6. Melakukan Kolaborasi dalam pemberian


antibiotik dan antipiretik
R/: Therapi : Ceftroaxone 1 gram/IV/12 jam
Antrain 1 A/IV/ 12 jam
49

04-01- 1. Memonitor tanda vital tiap 6 2jamh


2019 R/: TD : 120/80 MMhg r
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit 2
Suhu : 37,1⁰C Eva
2. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi
R/: Mukosa bibir tidak kering, urine
berwarna kuning, turgor kurang elastis
3. menganjurkan Pasien untuk banyak minum
2 – 2,5 liter per hari
R/: pasien minum air putih 8-10 gelas/hari
4. Memonitor intake dan out put cairan
R/:
Intake cairan Output Cairan

Urine 700 cc

Makan dan minum : 350 cc Feses 100 cc

Infus : 1000 cc Muntah 0

Terapi injeksi : 80 cc Cairan drainase luka : 0

Air metabolisme : 975 cc NGT : 0

( 15 c/KgBB/hari) IWL : 1200 cc

Total : 1325 cc Total : 1800 cc

5. Melakukan Kolaborasi dalam pemberian


antibiotik dan antipiretik
R/: Therapi : Ceftroaxone 1 gram/IV/12 jam
Antrain 1 A/IV/ 12 jam
50

05-05- 08.00 2 hr 1. Memonitor tanda vital tiap 6 jam


2019 3 R/: TD : 120/80 MMhg
08.10 Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
08.20 Suhu : 37,1⁰C
2. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi
R/: Mukosa bibir tidak kering, urine
berwarna kuning, turgor kurang elastis
3. menganjurkan Pasien untuk banyak minum
08.35 2 – 2,5 liter per hari
R/: pasien minum air putih 8-10 gelas/hari
09.05 4. Memonitor intake dan out put cairan
Intake cairan Output Cairan

Urine 900 cc

Makan dan minum : 520 cc Feses 100 cc

Infus : 1000 cc Muntah 0

Terapi injeksi : 80 cc Cairan drainase luka : 0

Air metabolisme : 975 cc NGT : 0

( 15 c/KgBB/hari) IWL : 750 cc


09.20

Total : 1675 cc Total : 1850 cc

5. Melakukan Kolaborasi dalam pemberian


antibiotik dan antipiretik
R/: Therapi : Ceftroaxone 1 gram/IV/12 jam
Antrain 1 A/IV/ 12 jam
51

03-01- 3 hr 1. Mengobservasi perubahan urine : warna,


2019 1 jumlah,bau
R/: warna urine kuning pekat, jumlah 400
cc, bau amoniak Eva
2. Mengkaji keluhan tidak bisa berkemih,
berkemih berdarah, tidak bisa menahan
urine tiba-tiba, berkemih pada malam hari
R/: Pasien mengatakan nyeri dan terasa
panas saat berkemih
3. Memberi intake minum 2 – 2,5 liter per
hari
R/: pasien minum air putih 300-400 cc/hari
4. mengannjurkan Pasien berkemih tiap 3 – 4
jam
R/: pasien BAK 2-3 kali sehari
5. Membantu Pasien mendapatkan posisi yang
nyaman saat berkemih
R/: pasien belum merasa nyaman saat
berkemih masih terasa panas dan
perih saat berkemih
6. mengajarkan Pasien untuk perawatan
perineal yang benar dari depan ke belakang
setiap kali selesai berkemih dan defekasi
R/: Pasien mengatakan akan melakukan
instruksi perawat
7. Melakukan Kolaborasi dalam pemberian
obat anti bakteri dengan tim medik
R/: diberikan terapi ceftriaxone 1
52

gram/IV/12 jam
8. Melakukan Pantauan atau periksa urine
kultur dan sensitifitasnya
R/: Tidak dilakukan karena tidak ada jenis
pemeriksaan kultur di RSUD kepahiang
04-01- 3 Hr 1. Mengobservasi perubahan urine : warna,
2019 ke2 jumlah,bau
R/: warna urine kuning jernih, jumlah
±1200 cc, bau amoniak Eva
6. Mengkaji keluhan tidak bisa berkemih,
berkemih berdarah, tidak bisa menahan
urine tiba-tiba, berkemih pada malam hari
R/: Pasien mengatakan nyeri dan terasa
panas saat berkemih
7. Memberi intake minum 2 – 2,5 liter per
hari
R/: pasien minum air putih 1000-200 cc/hari
8. mengannjurkan Pasien berkemih tiap 3 – 4
jam
R/: pasien BAK 6-8 kali sehari
9. Membantu Pasien mendapatkan posisi yang
nyaman saat berkemih
R/: pasien merasa nyaman saat berkemih
tidak ada rasa panas dan perih saat
berkemih
10. mengajarkan Pasien untuk perawatan
perineal yang benar dari depan ke belakang
setiap kali selesai berkemih dan defekasi
53

R/: Pasien melakukan perawatan perineal


05-01- 1. Mengobservasi perubahan urine
1. h : warna,
2019 jumlah,bau r
R/: warna urine kuning jernih, jumlah
±1200 cc, bau amoniak 3
11. Mengkaji keluhan tidak bisa berkemih, Eva
berkemih berdarah, tidak bisa menahan
urine tiba-tiba, berkemih pada malam hari
R/: Pasien mengatakan nyeri dan terasa
panas saat berkemih
12. Memberi intake minum 2 – 2,5 liter per
hari
R/: pasien minum air putih 1000-200 cc/hari
13. mengannjurkan Pasien berkemih tiap 3 – 4
jam
R/: pasien BAK 6-8 kali sehari
14. Membantu Pasien mendapatkan posisi yang
nyaman saat berkemih
R/: pasien merasa nyaman saat berkemih
tidak ada rasa panas dan perih saat
berkemih
15. mengajarkan Pasien untuk perawatan
perineal yang benar dari depan ke belakang
setiap kali selesai berkemih dan defekasi
R/: Pasien melakukan perawatan perineal
54

EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. E Diagnosa Medis : ISK
Umur : 53 Th Ruang/No RM : 03.69.xx
HARI/ JAM NO EVALUASI KEPERAWATAN PARAF
TGL (WIB) DM
03-01- 13.45 1 hr S:
2019 1 1. Pasien mengatakan masih nyeri
pada area suprapubik
2. Pasien mengatakan tidak
lampias saat berkemih Eva
O : KU Sedang
Kesadaran : Compos metis
Anoreksia (-), mual (+), skala
nyeri 5, meringis (+),
meringkuk (+), BAK terasa
panas dan perih
TD : 130/80 MMhg
Nadi : 86 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,8 ºC

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan pada poin..........

04-01- 13.45 1 hr S:
2019 2 1. Pasien mengatakan tidak nyeri
55

pada area suprapubik


2. Pasien mengatakan tidak
lampias saat berkemih Eva
O : KU Sedang
Kesadaran : Compos metis
Anoreksia (-), mual (-), skala
nyeri 2, meringis (-),
meringkuk (-), BAK terasa
panas dan perih tidak ada
TD : 130/80 MMhg
Nadi : 84 x/m
RR : 20 x/menit
Suhu : 37,1 ºC

A : Masalah nyeri teratasi

P :Tindakan keperawatan
dihentikan

03-01- 13.45 2 hr S : Pasien mengatakan demam


2019 1 sejak 6 hari lalu
O : K/U lemah
Kesadaran : CM
Demam (+), bibir kering (+), Eva
sakit kepala (+), skala, urin
berwarna kuning pekat agak
kemerah-merahan, nyeri
tekan suprapubik (+)
56

TD : 110/70 MMhg
Nadi : 86 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,8 ºC
A : Masalah hipertermi belum
teratasi
P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan pada................

04-01- 13.45 2 hr S : Pasien mengatakan demam


2019 2 sejak 6 hari lalu
O : K/U lemah
Kesadaran : CM
Demam (+), bibir kering (+),
sakit kepala (+), skala, urin
berwarna kuning pekat agak
kemerah-merahan, nyeri
tekan suprapubik (+)
TD : 110/70 MMhg
Nadi : 86 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,8 ºC
A : Masalah hipertermi belum
teratasi
P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan pada................
57

05-01- 13.45 2 hr Perubahan pola eliminasi urin


2019 3 S : pasien mengatakan BAK terasa
perih dan panas
O : KU : lemah
Kesadaran : CM
Demam (+), skala, urin
berwarna kuning agak
kemerah-merahan, nyeri
tekan suprapubik (+), Angka
leukosit 13.000 ul/dl
TD : 110/70 MMhg
Nadi : 86 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,5 ºC
A : Masalah infeksi belum
teratasi
P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan pada................
04-01- 13.45 3 hr Perubahan pola eliminasi urin
2019 1 S : pasien mengatakan BAK terasa
perih dan panas
O : KU : lemah
Kesadaran : CM
Demam (+), skala, urin
berwarna kuning agak
kemerah-merahan, nyeri
tekan suprapubik (+), Angka
leukosit 13.000 ul/dl
58

TD : 110/70 MMhg
Nadi : 86 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,5 ºC
A : Masalah infeksi belum
teratasi
P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan pada................
04-01- 13.45 3 hr Perubahan pola eliminasi urin
2019 2 S : pasien mengatakan BAK terasa
perih dan panas
O : KU : lemah
Kesadaran : CM
Demam (+), skala, urin
berwarna kuning agak
kemerah-merahan, nyeri
tekan suprapubik (+), Angka
leukosit 13.000 ul/dl
TD : 110/70 MMhg
Nadi : 86 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,5 ºC
A : Masalah infeksi belum
teratasi
P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan pada................
05-01- Perubahan pola eliminasi urin
2019 S : pasien mengatakan BAK terasa
59

perih dan panas


O : KU : lemah
Kesadaran : CM
Demam (+), skala, urin
berwarna kuning agak
kemerah-merahan, nyeri
tekan suprapubik (+), Angka
leukosit 13.000 ul/dl
TD : 110/70 MMhg
Nadi : 86 x/m
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,5 ºC
A : Masalah infeksi belum
teratasi
P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan pada................

Anda mungkin juga menyukai