Anda di halaman 1dari 208

SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Table of Contents 2

Table of Contents

Table of Contents _________________________________________________________ 1


HKN ____________________________________________________________________ 4
PERTEMUAN 9 ________________________________________________________________ 4
PERTEMUAN 10 ______________________________________________________________ 14
PERTEMUAN 11 ______________________________________________________________ 17
PERTEMUAN 12______________________________________________________________ 23
PERTEMUAN 13 ______________________________________________________________ 31
PERTEMUAN 14 ______________________________________________________________ 40
PERTEMUAN 15 ______________________________________________________________ 45
PERTEMUAN 16 ______________________________________________________________ 47
KEUANGAN PUBLIK ______________________________________________________ 56
Pertemuan ke-9 : “ASURANSI SOSIAL” ____________________________________________ 56
Pertemuan ke-10 : “SOCIAL SECURITY” ___________________________________________ 59
Pertemuan ke-11 : “REDISTRIBUSI DAN KESEJAHTERAAN” ____________________________ 64
Pertemuan ke-12 : “PERPAJAKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN” _____ 67
Pertemuan ke-13 : “TAX INCIDENCE” _____________________________________________ 71
Pertemuan ke-14 : “INEFISIENSI DAN PAJAK OPTIMAL” ______________________________ 74
Pertemuan ke-15 : “PAJAK ATAS PENAWARAN TENAGA KERJA” _______________________ 80
Manejemen ____________________________________________________________ 84
PERTEMUAN KE-9 ____________________________________________________________ 84
PERTEMUAN KE-10 ___________________________________________________________ 88
PERTEMUAN KE-11 ___________________________________________________________ 92
PERTEMUAN KE-13 ___________________________________________________________ 97
PERTEMUAN KE-14 __________________________________________________________ 100
PERTEMUAN KE-15 __________________________________________________________ 104
Pengantar Akuntansi 2 __________________________________________________ 107
Chapter 12 – Investments _____________________________________________________ 107
Chapter 13 – Statement of Cash Flows ___________________________________________ 116
Chapter 18 – Managerial Accounting Concepts and Principles (Warren 23th Edition) _____ 128
PKN __________________________________________________________________ 134
Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum __________________________________________ 134
Ajaran Dasar dan Implementasi Wawasan Nusantara_______________________________ 138
Pengertian dan Latar Belakang Good Governance __________________________________ 143
Otonomi Daerah ____________________________________________________________ 147
Indonesia dan Perdamaian Dunia _______________________________________________ 150

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Table of Contents 3

PPH __________________________________________________________________ 153


Pertemuan 1 _______________________________________________________________ 153
Penyusutan dan Amortisai ____________________________________________________ 164
PPH Pasal 24________________________________________________________________ 171
KOMPENSASI KERUGIAN ______________________________________________________ 174
PERHITUNGAN PPh TERUTANG_________________________________________________ 178
KREDIT PAJAK ______________________________________________________________ 186
PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK ________________________________________ 193
Pertemuan 9 _______________________________________________________________ 193
Pertemuan 10 ______________________________________________________________ 196
Pertemuan 11 ______________________________________________________________ 198
Pertemuan 12 ______________________________________________________________ 199
Pertemuan 13 ______________________________________________________________ 201
Pertemuan 14 ______________________________________________________________ 203
Pertemuan 15 ______________________________________________________________ 205

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 4

HKN
PERTEMUAN 9
1. Pengertian Badan Layanan Umum
Kelembagaan Sektor Publik
1. SATKER BIASA
 Non Profit (pendapatan < belanja)
 Tidak Otonom
 Pengelolaan sesuai dengan mekanisme APBN

2. SATKER DENGAN PK BLU

 Not For Profit (tidak mengutamakan keuntungan)


 Pengelolaan keuangan sesuai dengan PP 23/2005
 Kekayaan Negara yang Tidak Dipisahkan
 Semi Otonom/Otonom

3. PERUSAHAAN NEGARA/BUMN

 Profit Oriented (Pendapatan > belanja)


 Pengelolaan keuangan bisnis murni
 Kekayaan Negara yang Dipisahkan
 Otonom

Pasal 68 UU No 1 Tahun 2004

 Badan Layanan Umum (BLU) dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada


masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
 Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta
dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU yang
bersangkutan
 Pembinaan keuangan BLU pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan
pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang
pemerintahan yang bersangkutan.
 Pembinaan keuangan BLU pemerintah daerah dilakukan oleh pejabat pengelola
keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan kerja perangkat
daerah yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.

Pengertian BLU

 Pasal 1 UU No. 1/2004


Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
 Pasal 1 PP 23 Tahun 2003
Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
 Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) BLU adalah pola pengelolaan keuangan yang
memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek
bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 5

diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005, sebagai pengecualian dari
ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.
 Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) BLU adalah dokumen perencanaan bisnis dan
penganggaran yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran suatu BLU.
 Standar Pelayanan Minimum adalah spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan
minimum yang diberikan oleh BLU kepada masyarakat.
 “Praktek bisnis yang sehat”adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan
kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu
dan berkesinambungan.

2. Tujuan dan Asas BLU


Tujuan BLU
 Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
 Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas
 Penerapan praktek bisnis yang sehat.
Asas BLU
 BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga /pemerintah daerah
untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan.
 BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/ lembaga/
pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.
 Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati /walikota tertanggung jawab atas
pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya
kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.
 Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/ walikota.
 BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.
 Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan
disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta
laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah
daerah.
 BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang
sehat.

3. Persyaratan, Penetapan, Pencabutan BLU


Persyaratan
1. Persyaratan substantif BLU
fungsi dasar pelayanan publik
2. Persyaratan teknis BLU
diatur oleh Kementerian/Lembaga teknis
3. Persyaratan keuangan/ administrative
diatur oleh Menteri Keuangan

Persyaratan Substantif

 Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi utama yang berhubungan dengan:

1) menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum;

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 6

2) Mengelola wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian


masyarakat atau untuk layanan umum; dan/atau

3) Mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau


pelayanan kepada masyarakat

 Bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat operasional yang menghasilkan


semi barang/jasa publik (quasi public goods);

 Dalam melakukan kegiatannya tidak mengutamakan pencarian keuntungan.

Persyaratan Teknis

 Kinerja pelayanan layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU


sebagaimana direkomendasikan menteri/pimpinan lembaga;

 Kinerja keuangan satker yang bersangkutan sehat sebagaimana ditunjukkan dalam


dokumen usulan penetapan BLU.

Persyaratan Administratif

 pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan


manfaat bagi masyarakat;

 pola tata kelola;

 rencana strategis bisnis ;

 laporan keuangan pokok;

 standar pelayanan minimum; dan

 laporan audit terakhir (bila telah diaudit) atau membuat pernyataan bersedia diaudit
secara independen

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 7

Penetapan BLU

 Penilaian Persyaratan Administrasi oleh Tim yang dibentuk Menteri Keuangan.


 Penilaian dengan SOP yang ditetapkan Dirjen Perbendaharaan.
 Penetapan PK BLU paling lambat 3 (tiga) bulan sesudah persyaratan administrasi
diterima dengan lengkap.
 Penetapan PK BLU dengan Keputusan Menteri Keuangan

Pencabutan BLU

Lihat Pasal 6 PP 23 Tahun 2005

1) Penerapan PPK-BLU berakhir apabila:

a) dicabut oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan


kewenangannya;

b) dicabut oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota berdasarkan usul dan


menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya; atau

c) berubah statusnya menjadi badan hukum dengan kekayaan negara yang


dipisahkan.

2) Pencabutan penerapan PPK-BLU karena 1).a). dan 1).b). dilakukan apabila BLU yang
bersangkutan sudah tidak memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan/atau
administratif.

3) Pencabutan status karena 1).c). dilakukan berdasarkan penetapan ketentuan


peraturan perundang-undangan

4) MenKeu/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, membuat


penetapan pencabutan penerapan PPK-BLU atau penolakannya paling lambat 3 (tiga)
bulan sejak tggl usul pencabutan diterima (kasus pencabutan karena usulan.

5) Dalam hal jangka waktu 3 (tiga) bulan terlampaui, usul pencabutan dianggap ditolak.

6) Instansi pemerintah yang pernah dicabut dari status PPK-BLU dapat diusulkan kembali
untuk menerapkan PPK-BLU.

Dalam rangka menilai usulan penetapan dan pencabutan, Menteri Keuangan/gubernur/


bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, menunjuk suatu tim penilai.

4. Standar dan Tarif Layanan

Standar Layanan (Lihat Pasal 8 PP 23 Tahun 2005)

1. Instansi pemerintah yang menerapkan PPK-BLU menggunakan standar pelayanan


minimum yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.

2. Standar pelayanan minimum dapat diusulkan oleh instansi pemerintah yang menerapkan
PPK-BLU.

3. Standar pelayanan minimum harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan


kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.

Tarif Layanan (Lihat Pasal 9 PP 23 Tahun 2005)

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 8

1) BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan
yang diberikan.

2) Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan ditetapkan dalam bentuk tarif yang
disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana.

3) Tarif layanan diusulkan oleh BLU kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai
dengan kewenangannya.

4) Usul tarif layanan dan menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD selanjutnya ditetapkan


oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya.

5) Tarif layanan harus mempertimbangkan:

a. kontinuitas dan pengembangan layanan;

b. daya beli masyarakat;

c. asas keadilan dan kepatutan; dan

d. kompetisi yang sehat.

5. Pengelolaan Keuangan
1) Perencanaan dan Penganggaran
2) Dokumen Pelaksanaan Anggaran
3) Pendapatan dan Belanja
4) Pengelolaan Kas
5) Pengelolaan Piutang dan Utang
6) Investasi
7) Pengelolaan Barang
8) Penyelesaian Kerugian
9) Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan
10) Akuntabilitas Kinerja
11) Surplus dan Defisit

Perencanaan

1) BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana
Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) atau Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 9

2) BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada rencana strategis bisnis
sebagaimana dimaksud pada nomor (1).

3) RBA sebagaimana dimaksud pada nomor (2) disusun berdasarkan basis kinerja dan
perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya.

4) RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang


diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan APBN/APBD.

Penganggaran

1) BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana
Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) atau Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

2) BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada rencana strategis bisnis
sebagaimana dimaksud pada nomor (1).

3) RBA sebagaimana dimaksud pada nomor (2) disusun berdasarkan basis kinerja dan
perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya.

4) RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang


diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan APBN/APBD.

DIPA BLU

 RBA yang disetujui sebagai dasar untuk membuat dokumen pelaksanaan anggaran.

 Dokumen pelaksanaan anggaran disahkan oleh Menteri Keuangan/pejabat pengelolaan


keuangan daerah

 Dokumen pelaksanaan anggaran merupakan lampiran dari perjanjian kerja antara


pimpinan BLU dengan kementerian/kepala daerah

 Dokumen pelaksanaan anggaran menjadi dasar penarikan dana dari APBN/APBD

Belanja

1. Pengelolaan belanja fleksibel sesuai dengan ambang batas yang ditetapkan dalam RBA

2. Jika melampaui ambang batas harus mendapat persetujuan Menkeu/kepala daerah

3. Jika terjadi kekurangan anggaran, dapat diajukan ke Menkeu/kepala daerah

4. Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang dan jasa di


kementerian/lembaga/pemerintah daerah

Pengelolaan Kas

1. Pengelolaan kas berdasarkan praktek bisnis yang sehat

2. Penarikan dana APBN dengan SPM

3. Rekening bank BLU dibuka di bank umum oleh pimpinan BLU

4. BLU dapat melakukan investasi jangka pendek dalam rangka cash management.

Pengelolaan Piutang

1. BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa,


dan/atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan
kegiatan BLU.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 10

2. Piutang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek bisnis
yang sehat dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang,
yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.

Pengelolaan Utang

1. BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau perikatan
peminjaman dengan pihak lain.

2. Utang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.

3. Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka pendek ditujukan
hanya untuk belanja operasional.

4. Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka panjang ditujukan
hanya untuk belanja modal.

5. Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang


berdasarkan nilai pinjaman diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota,

6. Pembayaran kembali utang merupakan tanggung jawab BLU.

7. Hak tagih atas utang BLU menjadi kadaluarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang
tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang.

Investasi

 BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas persetujuan Menteri
Keuangan/gubernur/bupati /walikota sesuai dengan kewenangannya.

 Keuntungan yang diperoleh dari investasi jangka panjang merupakan pendapatan BLU.

Pengadaan Barang

 Pengadaan barang berdasarkan prinsip efisien dan ekonomis sesuai dengan praktek bisnis
yang sehat

> dapat dibebaskan seluruhnya atau sebagian dari ketentuan yang berlaku bila
terdapat alasan efektivitas dan efisiensi

 Kewenangan pengadaan barang secara berjenjang berdasarkan nilai yang diatur oleh
Menkeu/kepala daerah.

 Barang inventaris dapat dialihkan dan dihapuskan oleh BLU dan dilaporkan secara berkala
kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah.

Pengelolaan Barang

 BLU tidak dapat mengalihkan/menghapuskan Aset Tetap kecuali ijin pejabat yang
berwenang.

 Pengalihan/penghapusan aset tetap dilakukan secara berjenjang berdasarkan nilai dan


jenis barang yang sesuai dengan peraturan perundangan.

 Pengalihan/penghapusan aset tetap dilaporkan kepada menteri/pimpinan


lembaga/kepala SKPD

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 11

 Tanah dan bangunan disertifikat atas nama Pemerintah RI

Penyelesaian Kerugian

Setiap kerugian negara/daerah pada BLU yang disebabkan oleh tindakan melanggar
hukum atau kelalaian seseorang diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai penyelesaian kerugian negara/daerah.

Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan

 BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan


dan praktek bisnis yang sehat.

 BLU menyelenggarakan akuntansi sesuai dengan SAK yang diterbitkan asosiasi profesi
akuntansi Indonesia.

 Jika tidak ada standar akuntasi, dapat menerapkan standar akuntansi industri yang
spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan

 Laporan Keuangan terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CaLK disertai laporan kinerja.

 Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala


daerah secara berkala

 LK tersebut menjadi bagian dari LK kementerian/ lembaga/pemerintah daerah.

 LK sebagai LPJ BLU diaudit oleh auditor eksternal.

Akuntabilitas Kinerja

1) Pimpinan BLU bertanggungjawab terhadap kinerja operasional BLU sesuai dengan


tolok ukur yang ditetapkan dalam RBA.

2) Pimpinan BLU mengihktisarkan dan melaporkan kinerja operasional BLU secara


terintegrasi dengan laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 nomor
(1)PP Nomor 23 Tahun 2005.

Surplus dan Defisit Anggaran

Surplus

Surplus anggaran BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya kecuali atas
perintah Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai

dengan kewenangannya, disetorkan sebagian atau seluruhnya ke Kas Umum Negara/Daerah


dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLU.

Defisit

1) Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam tahun anggaran berikutnya
kepada Menteri Keuangan/PPKD melalui menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai
dengan kewenangannya.

2) Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya dapat mengajukan anggaran


untuk menutup defisit pelaksanaan anggaran BLU dalam APBN/APBD tahun anggaran
berikutnya.

6. Tata Kelola, Pembinaan dan Pengawasan Remunerasi


Kelembagaan dan Kepegawaian
 Kelembagaan tunduk pada peraturan perundangan sektoral.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 12

 Jika perlu terjadi perubahan kelembagaan, harus berpedoman pada ketentuan Menteri
PAN
 Pejabat pengelola BLU dapat terdiri dari PNS dan dan/atau tenaga profesional non
pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU
 Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU yang berasal
dari PNS disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepegawaian.
 Nomenklatur pejabat pengelola BLU disesuaikan dengan nomenklatur yang berlaku di
instansi BLU.

Pejabat pengelola BLU terdiri atas:


a) Pemimpin;
b) Pejabat keuangan; dan
c) Pejabat teknis.
Pemimpin berfungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan keuangan BLU yang
berkewajiban:
a. menyiapkan rencana strategis bisnis BLU;
b. menyiapkan RBA tahunan;
c. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan ketentuan
yang berlaku; dan
d. menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan BLU
Pejabat keuangan BLU berfungsi sebagai penanggung jawab keuangan yang berkewajiban :
a) mengkoordinasikan penyusunan RBA;
b) menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU;
c) melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
d) menyelenggarakan pengelolaan kas;
e) melakukan pengelolaan utang-piutang;
f) menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan investasi BLU;
g) menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; dan
h) menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.
Pejabat teknis BLU berfungsi sebagai penanggung jawab teknis di bidang masing-masing
yang berkewajiban:
a) menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya;
b) melaksanakan kegiatan teknis sesuai menurut RBA; dan
c) mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidangnya.

Pembinaan dan Pengawasan


 Pembinaan Teknis BLU
 menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD terkait
 Pembinaan Keuangan
Menteri Keuangan/ Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah
 Dapat dibentuk suatu Dewan Pengawas dalam melaksanakan pembinaan untuk BLU (baik
teknis maupun keuangan) yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
 Pemeriksaan intern dilakukan oleh satuan pemeriksaan intern BLU.
 Pemeriksaan ekstern BLU sesuai dengan peraturan perundangan.

Dewan Pengawas

 Dewan pengawas BLU di lingkungan pemerintah pusat dibentuk dengan keputusan


menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan.
 Dewan pengawas BLU di lingkungan pemerintah daerah dibentuk dengan keputusan
gubernur/bupati/walikota atas usulan kepala SKPD.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 13

 Persyaratan jumlah Dewas sbb:


 Nilai omset Rp 15 miliar s.d 30 miliar/thn atau aset di atas Rp 75 miliar tiga
Dewas.
 Nilai omset di atas Rp 30 miliar/thn atau aset Rp 200 miliar  tiga atau lima
Dewas.
 Unsur dewas terdiri dari unsur kementerian negara/lembaga teknis, kementerian
keuangan, dan tenaga ahli.

Remunerasi

1. Pengelola, dewan pengawas dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan
tingkat tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.

2. Remunerasi ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri


Keuangan/gubernur/bupati/walikota atas usulan menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD,
sesuai dengan kewenangannya.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 14

PERTEMUAN 10
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

A. Pengertian
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh
Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangaan Negara
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 UU 1/2004 tentang Perbendaharaan
Negara
3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. Peraturan Presiden No. 54 Thun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang diubah sebanyak 4 kali yaitu dengan Peraturan Presiden .
a. Nomor 35 Tahun 2011 mengenai pengadaan konsultan
hukum/advokat
b. Nomor 70 Tahun 2012 mengenai perubahan-perubahan pengertian
agar lebih jelas
c. Nomor 172 Tahun 2014 mengenai penyediaan benih dan pupuk
d. No. 4 Tahun 2015 mengenai Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP)

C. Pengaturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


1. Ruang Lingkup
a. Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan
Kementerian/Lembaga/Daerah/Instansi (K/L/D/I) yang pembiayaannya
baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD.

b. Pengadaan Barang/Jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia,


Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
Milik Daerah yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya
dibebankan pada
APBN/APBD.

2. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui:


a. Swakelola; dan/atau
b. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.

3. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi:


a. Barang;
b. Pekerjaan Konstruksi;
c. Jasa Konsultansi; dan
d. Jasa Lainnya.

4. Prinsip-Prinsip Pengadaan
a. efisien;
b. efektif;

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 15

c. transparan;
d. terbuka;
e. terbuka;
f. bersaing;
g. adil/tidak diskriminatif;
h. Akuntabel.

5. Etika Pengadaan
a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk
mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan
Pengadaan Barang/Jasa;
b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan
dokumen Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifatnya harus
dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam
Pengadaan Barang/Jasa;
c. tidak saling memengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;
d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak;
e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para
pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
proses Pengadaan Barang/Jasa;
f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan negara dalam Pengadaan Barang/Jasa;
g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau
kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak
lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; dan
h. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk
memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa
saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga
berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.

6. Organisasi Pengadaan
a. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Penyedia
Barang/Jasa terdiri atas:
1) PA/KPA (Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
2) PPK (Pejabat Pembuat Komitmen);
3) ULP (Unit Layanan Pengadaan) /Pejabat Pengadaan; dan
4) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
Catatan :
1) PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
2) Perangkat organisasi ULP ditetapkan sesuai kebutuhan yang
paling kurang terdiri atas:
a) kepala;
b) sekretariat;
c) staf pendukung; dan
d) kelompok kerja.
3) PA memiliki tugas dan kewenangan antara lain sebagai berikut:
a) pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan
Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 16

nilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar


rupiah); atau
b) pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan
Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai
diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
c) Pengadaan melalui Sayembara/Kontes.

b. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Swakelola


terdiri atas:
1) PA/KPA;
2) PPK; dan
3) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

Pejabat Pembuatan Komitmen (PPK)


PPK merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan
Pengadaan Barang/Jasa.Untuk ditetapkan sebagai PPK harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki integritas;
b. memiliki disiplin tinggi;
c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk
melaksanakan tugas;
d. mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki
keteladanan dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;
e. menandatangani Pakta Integritas;
f. tidak menjabat sebagai pengelola keuangan; dan
g. memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa.

Ditambah persyaratan manajerial yaitu :


a. berpendidikan paling kurang Sarjana Strata Satu (S1) dengan bidang
keahlian yang sedapat mungkin sesuai dengan tuntutan pekerjaan;
b. memiliki pengalaman paling kurang 2 (dua) tahun terlibat secara aktif
dalam kegiatan yang berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa; dan
c. memiliki kemampuan kerja secara berkelompok dalam
melaksanakan setiap tugas/pekerjaannya.

Larangan bagi PPK :


PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani Kontrak dengan
Penyedia Barang/Jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia
anggaran yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia
untuk kegiatan yang dibiayai dari APBN/APBD

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 17

PERTEMUAN 11

1. PENGADAAN B/J MELALUI PEMILIHAN PENYEDIA B/J

Garis Besar Proses Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia

PERSIAPAN

1. Perencanaan Umum
(identifikasi kebutuhan, anggaran, pemaketan, cara pengadaan, organisasi, KAK)

2. Perencanaan Pelaksanaan Pengadaan


(kaji ulang RUP, menyusun spesifikasi teknis, HPS dan rancangan kontrak)

3. Perencanaan Pemilihan
(pengkajian ulang spek dan HPS, pemilihan sistem pengadaan, penetapan metode
penilaian kualifikasi, penyusunan jadwal pelelangan, penyusunan dokumen pengadaan)

PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 18

PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

 Pelaporan dan Penyerahan Barang/Jasa


 Persiapan dan Pelaksanaan Kontrak

PENETAPAN METODE PEMILIHAN

1. Pengadaan Barang
a. Penunjukan langsung
i. Keadaan tertentu
1. Penanganan darurat
2. Pekerjaan konferensi yang mendadak dan dihadiri
Presiden/Wapres
3. Pekerjaan bersifat rahasia
4. Pertahanan negara serta keamanan dan ketertiban masyarakat
5. Pekerjaan spesifik hanya bisa dilakukan oleh satu penyedia
ii. B/J khusus
1. Pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah
2. Pekerjaan kompleks dengan teknologi khusus dan hanya satu
penyedia yang mampu
3. Distribusi obat/alkes tertentu
4. Kendaraan bermotor GSO
b. Pelelangan Umum
i. Pada prinsipnya semua pemilihan dilakukan melalui metode pelelangan
umum
c. Pelelangan Terbatas
i. Penyedia yang mampu terbatas dan untuk pekerjaan kompleks
d. Pelelangan Sederhana
i. Bernilai paling tinggi 5juta rupiah
e. Kontes
i. Tidak punya harga pasar
ii. Tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan
f. Pengadaan Langsung
i. Untuk pengadaan dengan nilai s.d 200juta rupiah
ii. Kebutuhan operasional
iii. Teknologi sederhana
iv. Resiko kecil
v. Usaha perseorangan/BU kecil dan koperasi kecil
2. Pekerjaan Kontruksi
a. Penunjukan langsung
i. Keadaan tertentu
1. Penanganan darurat
2. Pekerjaan konferensi yang mendadak dan dihadiri
Presiden/Wapres
3. Pekerjaan bersifat rahasia
4. Pertahanan negara serta keamanan dan ketertiban masyarakat
5. Pekerjaan spesifik hanya bisa dilakukan oleh satu penyedia
ii. Konstruksi khusus
1. Pekerjaan kompleks dengan teknologi khusus dan hanya satu
penyedia yang mampu
2. Pekerjaan konstruksi bangunan yang merupakan satu kesatuan
sistem konstruksi dan satu kesatuan tanggung jawab atas resiko
kegagalan bangunan
3. Sarana dan prasarana di perumahan
b. Pelelangan Umum

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 19

i. Pada prinsipnya semua pemilihan dilakukan melalui metode pelelangan


umum
c. Pelelangan Terbatas
i. Penyedia yang mampu terbatas dan untuk pekerjaan kompleks
d. Pemilihan langsung
i. Bernilai paling tinggi 5juta rupiah
e. Pengadaan Langsung
i. Untuk pengadaan dengan nilai s.d 200juta rupiah
ii. Kebutuhan operasional
iii. Teknologi sederhana
iv. Resiko kecil
v. Usaha perseorangan/BU kecil dan koperasi kecil
3. Jasa lainnya
a. Penunjukan langsung
i. Keadaan tertentu
1. Penanganan darurat
2. Pekerjaan konferensi yang mendadak dan dihadiri
Presiden/Wapres
3. Pekerjaan bersifat rahasia
4. Pertahanan negara serta keamanan dan ketertiban masyarakat
5. Pekerjaan spesifik hanya bisa dilakukan oleh satu penyedia
ii. Jasa lainnya khusus
1. Pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah
2. Pekerjaan kompleks dengan teknologi khusus dan hanya satu
penyedia yang mampu
3. Sewa penginapan/ruang rapat
4. Lanjutan sewa gedung
b. Pelelangan Umum
i. Pada prinsipnya semua pemilihan dilakukan melalui metode pelelangan
umum
c. Pelelangan sederhana
i. Bernilai paling tinggi 5juta rupiah
d. Sayembara
i. Proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas, inovasi, budaya dan metode
pelaksanaan tertentu
ii. Tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan
e. Pengadaan Langsung
i. Untuk pengadaan dengan nilai s.d 200juta rupiah
ii. Kebutuhan operasional
iii. Teknologi sederhana
iv. Resiko kecil
v. Usaha perseorangan/BU kecil dan koperasi kecil
4. Jasa Konsultasi
a. Penunjukan langsung
i. Keadaan tertentu
1. Penanganan darurat
2. Pekerjaan yang menyangkut pertahanan/ keamanan dan
ketertiban masyarakat
3. Penyedia jasa tunggal atau hanya bisa dilakukan pemegang hak
paten
4. Konsultansi di bidang hukum (konsultan hukum/advokat atau
pengadaan arbiter) yang tidak direncanakan untuk menghadapi
gugatan dan/atau tuntutan hukum kepada Pemerintah, harus
segera
b. Pelelangan Umum

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 20

i. Pada prinsipnya semua pemilihan dilakukan melalui metode pelelangan


umum
c. Seleksi sederhana
i. Bernilai paling tinggi 200juta rupiah dan bersifat sederhana
d. Sayembara
i. Proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas, inovasi, budaya dan metode
pelaksanaan tertentu
ii. Tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan
e. Pengadaan Langsung
i. Untuk pengadaan dengan nilai s.d 50juta rupiah

JENIS-JENIS PERIKATAN

1. Bukti perjanjian
a. Surat pesanan
i. Untuk PBJ melalui E-Purchasing dan pembelian secara online (Perpres 4/2015)
b. Bukti pembelian s.d 10juta
c. Kuitansi s.d 50juta
d. Surat perintah kerja (SPK)
i. Pengadaan Jasa Konsultansi s.d Rp 50 juta
ii. Pengadaan Barang/Pek. Konstruksi/Jasa Lainnya s.d Rp 200 juta
e. Surat perjanjian
i. Pengadaan Jasa Konsultansi di atas Rp 50 juta
ii. Pengadaan Barang/Pek. Konstruksi/Jasa Lainnya di atas Rp 200 juta
2. Langkah pemilihan jenis kontrak
a. Mengidentifikasikan barang/jasa yang akan diadakan
b. Mengenali masing-masing jenis kontrak
c. Memilih dan menetapkan salah satu jenis kontrak
3. Jenis kontrak
a. Cara pembayaran
i. Lump sum
ii. Harga satuan
iii. Gabungan lump sum dan harga satuan
iv. Gabungan lump sum dan harga satuan
v. Terima jadi
vi. Presentase
b. Pembebanan tahun anggaran
i. Tahun tunggal
ii. Tahun jamak
c. Jenis pekerjaan
i. Pekerjaan tunggal
ii. Pekerjaan terintegrasi
d. Sumber pendanaan
i. Kontrak pengadaan tunggal
ii. Kontrak pengadaan Bersama
iii. Kontrak payung

2. PENGADAAN DENGAN SWAKELOLA


1. Pengertian swakelola
1. Kegiatan pengadaan barang/jasa yang direncanakan, dikerjakan dan
diawasi oleh:
1. K/L/D/I sebagai penanggungjawab anggaran; atau
2. Instansi pemerintah lain; atau
3. Kelompok masyarakat pelaksana swakelola

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 21

2. Pekerjaan yang dapat dilakukan Swakelola

3. Jenis swakelola
1. Swakelola oleh K/L/D/I penanggungjawab anggaran:
a) direncanakan, dikerjakan dan diawasi oleh K/L/D/I
b) menggunakan pegawai sendiri dan pegawai K/L/D/I lain
c) bila menggunakan tenaga ahli, tidak melebihi 50% dari keseluruhan
pegawai K/L/D/I yang terlibat dalam pekerjaan
2. Swakelola oleh instansi pemerintah lain pelaksana swakelola:
a) direncanakan dan diawasi oleh K/L/D/I
b) pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh K/L/D/I lain
3. Swakelola oleh kelompok masyarakat pelaksana swakelola:
a) direncanakan, dikerjakan dan diawasi oleh kelompok masyarakat
b) sasaran ditentukan oleh K/L/D/I penanggungjawab anggaran
c) pekerjaan utama tidak boleh menggunakan subkontrak
4. Tahapan dalam swakelola
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengawasan
4. Penyerahan
5. Pelaporan dan pertanggungjawaban

1) Perencanaan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 22

2) Pelaksanaan
1. Pekerjaan dilaksanakan mengacu pada:
1. Rincian Kerangka Acuan Kerja (KAK)
2. Kontrak/MoU untuk swakelola yang dilakukan oleh
instansi pemerintah lain pelaksana swakelola dan
kelompok masyarakat.
2. Pengadaan barang, peralatan, jasa lainnya, dan/atau tenaga ahli
perseorangan dilakukan oleh:
1. ULP/Pejabat Pengadaan pada instansi Penanggungjawab
Anggaran atau intansi pemerintah lain pelaksana
swakelola
2. Tim Pengadaan untuk swakelola kelompok masyarakat
(dengan memperhatikan prinsip dan etika pengadaan)
3. Pembayaran dilakukan secara berkala
4. Pencairan dana swakelola oleh kelompok masyarakat disalurkan
langsung kepada kelompok masyarakat tersebut, dengan tahapan:

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 23

1. 40% total dana apabila kelompok masyarakat telah siap


2. 30% total dana apabila pekerjaan selesai 30%
3. 30% total dana apabila pekerjaan selesai 60%
5. Membuat laporan kemajuan pekerjaan dan dokumentasi
6. Membuat laporan realisasi pekerjaan
7. Melaksanakan penyerahan hasil pekerjaan
3) Pengawasan
1. Apabila dari hasil pengawasan ditemukan penyimpangan, PPK
harus segera mengambil tindakan
2. Dari hasil evaluasi tersebut, Tim Pengawas memberikan masukan
dan rekomendasi untuk memperbaiki dan meningkatkan
pelaksanaan pekerjaan swakelola selanjutnya

PERTEMUAN 12
1. Dasar Hukum Pengelolaan BMN
1. UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. PP Nomor 27/2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
(Pengganti PP 6/2008 jo. PP 38 Tahun 2008)
4. PMK Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tatacara Penggunaan,
Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan BMN
5. PMK No. 78/PMK.06/2009 ttg Penilaian BMN
6. PMK No. 33/PMK.06/2012 ttg Tata Cara Pelaksanaan Sewa BMN jo. PMK
174/PMK.06/2013.
7. PMK No. 50/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan
BMN
8. PMK No. 78/PMK.06/2014 ttg Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan BMN
9. PMK No. 1/PMK.06/2013 ttg Penyusutan BMN Berupa Aset Tetap pd
Entitas Pemerintah Pusat jo. PMK No. 90/PMK.06/2014 jo. PMK
247/PMK.06/2014
10. PMK No. 150/PMK.06/2014 ttg Perencanaan Kebutuhan Barang Milik
Negara (Pengganti PMK 226/PMK.06/2011)
11. PMK No. 164/PMK.06/2014 ttg Tata Cara Pemanfaatan BMN dlm Rangka
Penyediaan Infrastruktur
12. PMK no. 246/PMK.06/2014 tanggal 24 Des 2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan BMN
13. PMK No. 4 Tahun 2015 tentang Pendelegasian Kewenangan Dan Tanggung
Jawab Tertentu Dari Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang

2. Pengertian Barang Milik Negara


Barang milik Negara/Daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN/D atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah
Perolehan yang sah meliputi :
1. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;
2. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
3. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau
4. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

3. Azas dan Lingkup Pengelolaan BMN


Pengelolaan BMKN dilaksanakan berdasarkan asas:

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 24

 Azas fungsional
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah dibidang
pengelolaan BMN dilaksanakan oleh pengelola dan/atau pengguna BMN
sesuai fungsi, wewenang, dan tangung jawab masing-masing.
 Azas kepastian hukum
Pengelolaan BMN harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan
perundang-undangan, serta azas kepatutan dan keadilan.
 Azas transparansi (keterbukaan)
Penyelenggaraan pengelolaan BMN harus transparan dan membuka diri
terhadap hak dan peran serta masyarakat dalam memperoleh informasi yang
benar dan keikutsertaannya dalam mengamankan BMN.
 Efisiensi
Penggunaan BMN diarahkan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang
diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan Tupoksi pemerintahan secara
optimal.
 Akuntanbilitas publik
Setiap kegiatan pengelolaan BMN harus dapat dipertaggungjawabkan kepada
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara.
 Kepastian nilai
Pendayagunaan BMN harus didukung adanya akurasi jumlah dan nominal
BMN. Kepastian nilai merupakan salah satu dasar dalam Penyusunan Neraca
Pemerintah dan pemindahtanganan BMN.

4. Pejabat Pengelola BMN


1. Pemerintah Pusat
1. Menteri Keuangan selaku BUN adalah pengelola barang;
2. Menteri/pimpinan lembaga adalah pengguna barang.
3. Kepala kantor adalah kuasa pengguna barang
2. Pemerintah Daerah
1. Gubernur/bupati/walikota adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan barang milik daerah;
2. Sekretaris daerah adalah pengelola barang milik daerah;
3. Kepala kantor satuan kerja perangkat daerah adalah pengguna
barang milik daerah.

5. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran


1. Perencanaan kebutuhan BMN/D disusun dengan memperhatikan
kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi K/L/SKPD serta ketersediaan
barang milik negara yang ada.
2. Perencanaan kebutuhan BMN/D meliputi:
1. Perencanaan pengadaan ;
2. Perencanaan pemeliharaan barang;
3. Perencanaan pemanfaatan;
4. Perencanaan pemindah tanganan
5. Perencanaan penghapusan.
3. Perencanaan Kebutuhan merupakan salah satu dasar bagi Kementerian/
Lembaga/satuan kerja perangkat daerah dalam pengusulan penyediaan
anggaran untuk kebutuhan baru (new initiative) dan angka dasar
(baseline) serta penyusunan rencana kerja dan anggaran.
4. Perencanaan kebutuhan disusun dengan berpedoman pada:
1. Standar barang;
2. Standar kebutuhan; dan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 25

3. Standar harga.
5. Standar barang dan standar ditetapkan oleh:
1. Pengelola Barang, untuk BMN setelah berkoordinasi dengan
instansi terkait; atau
2. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk BMD setelah berkoordinasi
dengan dinas teknis terkait.

6. Pengadaan, Penggunaan, Pemanfaatan, Pengamanan dan Pemeliharaan


1. Pengadaan BMN
1. Pengadaan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing,
adil/ tidak diskriminatif dan akuntabel.
2. Pengaturan mengenai pengadaan tanah tersendiri.
3. Pedoman:
1. 54/2010 ttg PBJ Pemerintah
2. UU Nomor 2 Tahun 2012 ttg Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum
3. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi PPembangunan
Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 30
Tahun 2015
2. Penggunaan BMN
1. Status penggunaan barang ditetapkan oleh:
1. Pengelola Barang untuk barang milik negara dgn cara sbb:
1. Pengguna barang melaporkan BMN yang
diterimanya kepada pengelola barang disertai
dengan usul penggunaan
2. Pengelola barang meneliti laporan tersebut dan
menetapkan status penggunaan BMN dimaksud.
2. Gubernur/Bupati/Wali Kota untuk barang milik daerah,
dgn cara sbb:
1. Pengguna barang melaporkan BMD yang
diterimanya kepada pengelola barang disertai
dengan usul penggunaan;
2. Pengelola barang meneliti laporan tersebut dan
mengajukan usul penggunaan dimaksud kepada
gubernur/bupati/walikota untuk ditetapkan status
penggunaannya.
2. BMN/D dapat ditetapkan status penggunaannya:
1. untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
departemen/lembaga yang bersangkutan (pasal 4 UU
1/2004 dan pasal 6 ayat 2e PP 27/2014)
2. untuk dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka
menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokok dan
fungsi kementerian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah yang bersangkutan.
3. Penetapan status penggunaan tanah dan/atau bangunan
dilakukan dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunan
tersebut diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi pengguna barang dan/atau kuasa pengguna
barang yang bersangkutan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 26

3. Pemanfaatan BMN
1. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah
yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah, dalam
bentuk:
1. sewa;
2. pinjam pakai;
3. kerjasama pemanfaatan;
4. bangun serah guna/bangun guna serah;
5. Kerja sama penyediaan infrastruktur
dengan tidak mengubah status kepemilikan.
2. Pemanfaatan BMN/D dilaksanakan oleh:
1. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada dalam
penguasaannya;
2. Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur/
Bupati/Walikota, untuk BMD yang berada dalam
penguasaan Pengelola Barang;
3. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang,
untuk BMN yang berada dalam penguasaan Pengguna
Barang; atau
4. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang,
untuk BMD berupa sebagian tanah dan/atau bangunan
yang masih digunakan oleh Pengguna Barang, dan selain
tanah dan/atau bangunan.
3. Pemanfaatan BMN/D dilaksanakan berdasarkan pertimbangan
teknis dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dan
kepentingan umum.

4. Pengamanan dan pemeliharaan


1. Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna
barang wajib melakukan pengamanan barang milik negara/daerah
yang berada dalam penguasaannya.
2. Pengamanan barang milik negara/daerah meliputi pengamanan
administrasi, pengamanan fisik, pengamanan hukum
3. PB dan/atau KPB bertanggung jawab atas pemeliharaan barang
milik negara/daerah yang ada di bawah penguasaannya.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 27

4. Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan


Barang (DKPB).
5. Biaya pemeliharaan BMN/D dibebankan pada APBN/D

7. Penilaian, Penghapusan, Pemindahtangan, Penatausahaan.


1. Penilaian
1. Dilakukan dl rangka penyusunan neraca pemerintah
pusat/daerah, pemanfaatan, dan pemindahtanganan BMN/D.
2. Penetapan nilai BMN dalam rangka penyusunan neraca
pemerintah pusat dilakukan dengan berpedoman pada SAP.
3. Tanah dan/atau bangunan :
1. Penilaian dilakukan oleh Tim (ditetapkan oleh pengelola)
2. Dapat melibatkan penilai independen
3. Tujuan mendapatkan nilai wajar, dgn estimasi terendah
NJOP).
4. Hasil penilaian ditetapkan oleh Pengelola.
4. Selain tanah dan/atau bangunan.
1. Penilaian dilakukan oleh Tim (ditetapkan oleh pengguna)
2. Dapat melibatkan penilai independen.
3. Tujuan untuk mendapatkan nilai wajar
4. Hasil penilaian ditetapkan oleh Pengguna.
2. Pemindahtanganan
1. Barang Milik Negara/Daerah yang tidak diperlukan bagi
penyelenggaraan tugas pemerintahan negara/daerah dapat
dipindahtangankan.
2. Pemindah tanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik
negara/daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan
cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai
modal pemerintah.
3. BMN/D yang diperlukan dalam penyelenggaraan tugas
pemerintahan negara tidak dapat dipindahtangankan.

4.
5. Kewenangan pemindahtanganan BMN
1. Tanah dan atau bangunan, yang tidak memerlukan
persetujuan DPR
1. BMN pd Pengelola Barang, nilai >10 M dilakukan
pengelola barang stlh acc Presiden
2. BMN pada PB, nilai >10 M dilakukan PB stlh acc
presiden

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 28

3. BMN pd Pengelola Barang dgn nilai s.d. 10 M


dilakukan Pengelola Barang.
4. BMN pada PB dgn nilai s.d. 10 M dilakukan PB stlh
acc Pengelola Barang
2. Selain tanah dan/atau bangunan
1. BMN pd Pengelola Barang, nilai > 100 M dilakukan
Pengelola Barang stlh acc DPR.
2. BMN pd PB, nilai > 100 M, dilakukan PB stlh acc
DPR.
3. BMN pd Pengelola Barang, nilai 10 M < X < 100 M,
dilakukan Pengelola Barang stlh acc Presiden.
4. BMN pd Pengelola Brg, nilai s.d. 10 M dilakukan
Pengelola Barang
5. BMN pd PB, nilai s.d. 10 M, dilakukan PB stlh acc
Pengelola Barang
3. Pemindahtanganan BMN untuk (a) tanah dan/atau
bangunan; dan (b) selain tanah dan/atau bangunan yang
bernilai lebih dari Rp100 M dilakukan setelah mendapat
persetujuan DPR.
4. Pemindahtanganan BMD untuk (a) tanah dan/atau
bangunan; dan (b) selain tanah dan/atau bangunan yang
bernilai lebih dari Rp5 M dilakukan setelah mendapat
persetujuan DPRD.
3. Penghapusan
1. Penghapusan adalah tindakan menghapus catatan barang milik
negara/daerah dari:
1. Daftar Barang Pengguna oleh pengguna barang &/ KPB
2. Daftar Barang Milik Negara/Daerah oleh pengelola barang
dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang
berwenang.
2. Tujuan penghapusan
1. membebaskan kuasa pengguna dan/atau pengguna
dan/atau pengelola barang dari tanggung jawab
administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
3. Penghapusan BMN/D dari Daftar Barang Pengguna dilakukan
dalam hal BMN/D sudah tidak berada dalam penguasaan
Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang.
4. Penghapusan BMN/D dari Daftar Barang Milik Negara/Daerah
dilakukan dalam hal:
1. sudah beralih kepemilikannya
2. pemusnahan
3. sebab-sebab lain (hilang, kecurian, terbakar, susut,
mencair)
5. Penghapusan BMN/D dengan tindak lanjut pemusnahan,
dilakukan dengan ketentuan:
1. tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan,
2. tidak dapat dipindahtangankan
3. alasan lain sesuai ketentuan perundang-undangan
4. Penatausahaan
1. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 29

Negara/Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Bab XII PP


27/2014
2. Pembukuan
Merupakan kegiatan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik
Negara/Daerah ke dalam Daftar Barang menurut penggolongan
dan kodefikasi barang, meliputi:
1. Pengguna Barang : Daftar Barang Pengguna (DBP)
2. Kuasa Pengguna Barang : Daftar Barang Kuasa Pengguna
(DBKP)
3. Pengelola Barang : Daftar Barang Milik Negara (DBMN)
Pengguna/Kuasa Pengguna Barang harus menyimpan dokumen
kepemilikan BMN/D selain tanah dan/atau bangunan yang berada
dalam penguasaannya.
Pengelola Barang harus menyimpan dokumen kepemilikan tanah
dan/atau bangunan yang berada dalam pengelolaannya
3. Inventarisasi
Merupakan kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan,
dan pelaporan hasil pendataan BMN/D, meliputi:
Pengguna barang
 sekurang-kurangnya sekali dalam 5 tahun
 khusus persediaan dan KDP dilakukan setiap tahun
Pengguna barang  menyampaikan laporan hasil inventarisasi
tersebut kepada pengelola barang selambat-lambatnya 3 bulan
setelah selesainya inventarisasi
Pengelola barang  khusus berupa tanah dan bangunan yang
berada dalam penguasaannya sekurang-kurangnya sekali dalam 5
tahun
4. Pelaporan
Kuasa Pengguna Barang
Menyusun LBKPS dan LBKPT untuk disampaikan kepada Pengguna
Barang
Pengguna Barang
Menyusun LBKPS dan LBKPT untuk disampaikan kepada Pengelola
Barang
Pengelola Barang
1. Menyusun LBMN/D berupa tanah dan/atau bangunan
semesteran dan tahunan
2. Menghimpun LBKPS, LBKPT dan LBMN/D berupa tanah
dan/atau bangunan semesteran dan tahunan
3. Menyusun LBMN/D sebagai bahan untuk menyusun
neraca pemerintah pusat/daerah

8. Pengendalian dan Pengawasan


1. Menteri Keuangan melakukan pembinaan pengelolaan BMN dan
menetapkan kebijakan umum pengelolaan barang milik Negara/daerah
yang terdiri:
1. kebijakan umum
2. Kebijakan teknis
2. Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan pengelolaan BMD dan
menetapkan kebijakan teknis sesuai dengan kebijakan umum pengelolaan
BMN/D
3. Pengguna/Kuasa Pengguna Barang

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 30

1. Melakukan pemantauan dan penertiban terhadap BMN yang


dikuasainya
2. Dapat meminta aparat pengawas funsional untuk melakukan audit
tindak lanjut hasil pemantauan dan penertiban.
3. Menindaklanjuti hasil audit sesuai ketentuan.
4. Pengelola Barang
1. Berwenang melakukan pemantauan dan investigasi atas
pelaksanaan pengelolaan dalam rangka penertiban sesuai dengan
ketentuan.
2. Dapat meminta aparat pengawas fungsional untuk melakukan
audit.
3. Hasil audit dimaksud disampaikan kepada pengelola untuk
ditindaklanjuti sesuai ketentuan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 31

PERTEMUAN 13
Utang Negara
Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan
uang berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, atau berdasarkan sebab lain.
1. Tata Kelola Utang Negara
a. Bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan
bernegara yang menimbulkan hak dan kewajiban perlu dikelola dalam suatu
sistem pengelolaan keuangan negara.
b. Bahwa hak dan kewajiban diantaranya adalah piutang dan utang negara.
c. Sesuai amanat UU Nomor 17 Tahun 2003 sejalan dengan penerapan APBN I
Account diberlakukan pula pola pengelolaan anggaran pendapatan yang tidak
harus sama dengan anggaran belanja. Dalam pola ini APBN dapat berdampak
surplus anggaran atau defisit.
d. Surplus atau defisit anggaran akan berdampak pada kebijakan pembiayaan dalam
APBN.
e. Defisit anggaran akan berdampak terhadap kebijakan pembiayaan yang akan
ditempuh.
2. Dampak Kebijakan Pembiayaaan
a. Pembiayaan anggaran utamanya digunakan untuk menutup defisit anggaran
akibat pendapatan negara tidak mencukupi untuk membiayai kebutuhan belanja
negara. Dengan kata lain, komponen pembiayaan dipengaruhi langsung oleh
besaran defisit telah disepakati.
b. Kebijakan defisit ini ditempuh dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan
ekonomi pada tingkat tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang cepat atau meningkat
akan dicapai melalui percepatan / peningkatan pembangunan yang memerlukan
dana / investasi yang besar.
c. Konsekuensi keperluan dana untuk menutup defisit menimbulkan Utang Negara.
3. Ketentuan Pengelolaan Utang Negara
a. Utang negara merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara karena
peranannya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan anggaran negara, sehingga
kedudukannya sama dengan mengelola uang negara.
b. Dikelola secara benar berdasarkan peraturan per – UU – an yang berlaku, agar
tidak menimbulkan kesulitan dimasa yad.
c. Menteri Keuangan selaku pejabat berwenang mengelola utang dapat menunjuk
pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Menteri Keuangan mengadakan utang
negara baik berasal dalam negeri maupun luar negeri.
d. Perbuatan mengadakan utang harus terikat pada persyaratan dalam anggaran
negara agar perbuatan hukum tsb berada dalam katagori perbuatan hukum yang
sah.
e. Utang negara dapat secara langsung dipinjamkan kepada Pemda, BUMN, BUMD
bila dibutuhkan saat itu.
f. Bila utang tidak secara langsung digunakan, maka utang negara tersebut
dimasukkan ke rekening umum kas negara.
g. Selain terikat pada UU APBN perbuatan mengadakan utang juga terikat pada :
i. Peraturan pemerintah mengenai tata cara pengadaan utang dan / atau
penerimaan hibah baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri
ii. Peraturan penerusan utang dan / atau hibah kepada Pemda, BUMN,
BUMD.
iii. Pejabat yg mendapat mandat Menkeu harus mengetahui substansi
peraturan2 tsb diatas dan mengutamakan kejujuran dalam melaksanakan
tugasnya.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 32

h. Dalam melakukan pengelolaan utang harus diperhatikan struktur portofolio utang


berikut biaya serta risikonya. Risiko-risiko yang perlu dipertimbangkan antara lain :
i. Risiko pasar,
ii. Risiko pendanaan kembali,
iii. Risiko likuiditas,
iv. Risiko kredit,
v. Risiko penyelesaian, dan
vi. Risiko operasional.
Hal ini perlu dilakukan untuk memperoleh pinjaman yang paling efisien dan untuk
meyakini bahwa pemerintah mampu membayar bunga dan angsuran secara tepat
waktu.
i. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mempunyai kewenangan
untuk mengadakan pinjaman. Pinjaman dapat berupa pinjaman yang dilakukan
secara bilateral atau multilateral.
j. Pinjaman ini dapat diteruspinjamkan kepada pemerintah daerah/BUMN/BUMD.
k. Pinjaman dituangkan dalam suatu naskah perjanjian pinjaman.
l. Sejalan dengan azas bruto maka biaya yang terjadi karena penarikan pinjaman
dibebankan pada anggaran belanja. Disamping itu pemerintah juga dapat
menerbitkan surat utang negara.
m. Disamping ada utang yang berasal dari pinjaman, pemerintah juga bisa
mempunyai utang karena kegiatan operasional atau utang perhitungan pihak
ketiga (PFK).
n. Utang operasional antara lain timbul sehubungan dengan adanya pengadaan
barang/jasa yang telah diterima tetapi pada akhir tahun anggaran belum dibayar.
o. Utang yang berasal dari kegiatan operasional ini dapat terjadi di kementerian
negara/lembaga.
p. Utang PFK timbul karena adanya uang yang dipungut oleh pemerintah untuk
kepentingan pihak lain dan belum disampaikan kepada pihak tersebut.
q. Utang dibayar secara tepat waktu sesuai dengan ketentuan.
r. Hak tagih atas utang sebagai beban negara kedaluwarsa setelah 5 (lima) tahun
sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain dalam undang-undang.
s. Kedaluwarsa ini akan tertunda jika pihak yang berpiutang mengajukan tagihan
kepada negara sebelum berakhirnya masa kedaluwarsa.
t. Ketentuan kedaluwarsa ini tidak berlaku untuk pembayaran bunga dan pokok
utang yang timbul karena pinjaman.
4. Pengelolaan Utang Negara
a. Surat Berharga Negara (SBN) adalah surat berharga berupa surat pengakuan utang
dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga
dan pokoknya oleh NRI, sesuai masa berlakunya.
b. SBN diterbitkan untuk tujuan :
i. Membiayai defisit APBN
ii. Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara
arus kas penerimaan dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam
tahun anggaran (cash-mismatch)
iii. Upaya mengelola portpolio utang negara
5. Kebijakan Pembiayaan Utang
a. Kebijakan pembiayaan yang ditempuh dalam keadaan dana dalam negeri tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi yang besar tersebut adalah
melalui utang luar negeri.
b. Kebijakan pembiayaan yang perlu dilakukan dalam hal utang luar negeri
i. Pengendalian ratio utang terhadap PRB pada tingkat yang aman.
ii. Mengutamakan pembiayaan utang dalam negeri.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 33

iii. Mengarahkan utang untuk kegiatan produktif.


iv. Memanfaatkan utang luar negeri secara selektif.
v. Memanfaatkan pinjaman siaga dlm kondisi pasar keuangan yg tdk
mendukung penerbitan SBN
vi. Melakukan pengelolaan utang secara aktif terutama antisipasi penyediaan
anggaran akibat gejolak kurs yang akan berakibat meningkatnya cicilan
pokok dan bunga.

Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

1. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Nomor l7 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
c. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 stdd Keputusan Presiden Nomor 72
Tahun 2004 Tentang Pedoman Pelaksanaan APBN
d. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah
Luar Negeri.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
APBN
2. Konsepsi Dasar
Beberapa pengertian dalam Pinjaman dan / atau Hibah Luar Negeri :
a. Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk
devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang
dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
b. Hibah Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa
dan/atau. devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang
dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi hibah luar negeri yang tidak perlu
dibayar kembali.
c. Pemberi Pinjaman Luar Negeri, yang selanjutnya disingkat PPLN, adalah
pemerintah suatu negara asing, lembaga multilateral, lembaga keuangan dan
lembaga non keuangan asing, serta lembaga keuangan non asing, yang
berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah negara Republik
Indonesia, yang memberikan pinjaman kepada Pemerintah.
d. Pemberi Hibah Luar Negeri, yang selanjutnya disingkat PHLN, adalah
pemerintah suatu negara asing, lembaga multilateral, lembaga keuangan dan
lembaga non keuangan asing, serta lembaga keuangan non asing, yang
berdomisili, dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah negara Republik
Indonesia, yang memberikan hibah kepada Pemerintah.
e. Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri, yang selanjutnya disingkat NPPLN,
adalah naskah perjanjian atau naskah lain yang disamakan yang memuat
kesepakatan mengenai Pinjaman Luar Negeri antara Pemerintah dengan Pemberi
Pinjaman Luar Negeri.
f. Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri, yang selanjutnya disingkat NPHLN, adalah
naskah perjanjian atau naskah lain yang disamakan yang memuat kesepakatau
mengenai Hibah Luar Negeri antara Pemerintah dengan Pemberi Hibah Luar
Negeri.
g. Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, yang
selanjutnya disingkat DRPPHLN, adalah daftar rencana kegiatan pembangunan
prioritas yang layak dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 34

h. Fasilitas Kredit Ekspor, yang selanjutnya disingkat FKE, adalah pinjaman


komersial yang diberikan oleh Iembaga keuangan atau lembaga non keuangan di
negara pengekspor yang dijamin oleh lembaga penjamin kredit ekspor.
i. Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman yang selanjutnya disingkat NPPP adalah
naskah perjanjian untuk penerusan pinjaman dan/atau hibah luar negeri antara
Pemerintah dengan Penerima Penerusan Pinjaman.
j. Naskah Perjanjian Hibah, selanjutnya disingkat NPH adalah naskah perjanjian
penerushibahan pinjaman dan/atau hibah luar negeri antara Pemerintah dengan
Pemerintah Daerah.
3. Kewenangan
a. Pemerintah berwenang melakukan pinjaman luar negeri
b. Kewenangan dimaksud dilaksanakan oleh Menteri Keuangan
c. Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah dilarang melakukan perikatan
dalam bentuk apapun yang dapat menimbulkan kewajiban untuk melakukan
pinjaman luar negeri.
4. Sumber Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
Pemerintah dapat menerima pinjaman dan /atau Hibah Luar Negeri yang bersumber dari:
a. Negara asing;
b. Lembaga Multilateral;
c. Lembaga keuangan dan lembaga non keuangan asing; dan
d. Lembaga keuangan non asing
yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah negara Republik
Indonesia.
5. Jenis Pinjaman Luar Negeri
a. Berdasarkan sumber pinjaman
i. Pinjaman Bilateral adalah pinjaman luar negeri yang berasal dari pemerintah
suatu negara melalui suatu lembaga keuangan dan/atau lembaga non
keuangan yang ditunjuk oleh pemerintah negara yang bersangkutan untuk
melaksanakan pemberian pinjaman.
ii. Pinjaman Multilateral adalah pinjaman luar negeri yang berasal dari lembaga
multilateral.
b. Berdasarkan sifatnya
i. Pinjaman Lunak, adalah pinjaman yang masuk dalam kategori Official
Development Assistance (ODA) Loan atau Concessional Loan, yang berasal dari
suatu negara atau lembaga multilateral, yang ditujukan untuk pembangunan
ekonomi atau untuk peningkatan kesejahteraan sosial bagi negara penerima
dan memiliki komponen hibah (grant element) sekurang-kurangnya 35%
(tigapuluh lima per seratus).
ii. Fasilitas Kredit Ekspor, yang selanjutnya disingkat FKE, adalah pinjaman
komersial yang diberikan oleh Iembaga keuangan atau lembaga non
keuangan di negara pengekspor yang dijamin oleh lembaga penjamin kredit
ekspor.
iii. Pinjaman Komersial, adalah pinjaman luar negeri Pemerintah yang diperoleh
dengan persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa adanya penjaminan dari
lembaga penjamin kredit ekspor.
iv. Pinjaman Campuran, adalah kombinasi antara dua unsur atau lebih yang
terdiri dari hibah, pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor, dan pinjaman
komersial.
c. Berdasarkan penggunaannya
i. Pinjaman program (program loan) adalah pinjaman luar negeri dalam valuta
asing yang dirupiahkan dan digunakan untuk pembiayaan APBN.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 35

ii. Pinjaman proyek (project loan) adalah pinjaman luar negeri yang digunakan
untuk membiayai kegiatan pembangunan tertentu.
6. Persyaratan Bantuan/Pinjaman Luar Negeri
a. Bantuan luar negeri tidak boleh dikaitkan dengan ikatan-ikatan politik
b. Bahwa syarat pembayaran harus dalam batas-batas kemampuan untuk
membayar kembali
c. Penggunaan bantuan luar negeri haruslah diperuntukkan proyek-proyek yang
produktif dab bermanfaat
7. Sifat Pinjaman Luar Negeri
Berdasarkan persyaratan, bunga dan jangka waktu pengembalian, maka sifat
pinjaman dapat dikategorikan :
Pinjaman lunak (soft loan) :
i. Bunga 0 – 3,5% per tahun
ii. Masa tenggang waktu 7 – 10 tahun
iii. Jangka waktu pengembalian 25 – 30 tahun
Pinjaman keras (hard loan) :
i. Bunga di atas 7 %
ii. Masa tenggang waktu 3 – 5 tahun
iii. Jangka waktu pengembalian 7 – 9 tahun
8. Pelaksanaan dan Penatausahaan
a. Menteri melaksanakan penatausahaan atas pinjaman dan/atau hibah luar negeri;
b. Penatausahaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri mencakup kegiatan:
i. Administrasi pengelolaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri;
ii. Akuntansi pengelolaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
c. Jumlah atau bagian dari jumlah pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang dimuat
dalam NPPLN dituangkan dalam dokumen satuan anggaran, untuk selanjutnya
dituangkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran.
d. Dalam hal APBN telah ditetapkan, jumlah atau bagian dari jumlah pinjaman
dan/atau hibah luar negeri sebagaimana dimaksud pada butir (3) ditampung
dalam APBN-Perubahan.
e. Penarikan pinjaman dan/atau hibah luar negeri harus tercatat dalam realisasi
APBN.
f. Kementerian Negara/Lembaga wajib memprioritaskan penyediaan
danapendamping/porsi rupiah lainnya yang dipersyaratkan dalam NPPLN/NPHLN
dalam dokumen satuan anggaran dan dokumen pelaksanaan anggaraan dalam
tahun anggaran berkenaan.
g. Dana pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang belum selesai digunakan
ditampung dalam dokumen anggaran tahun berikutnya.
h. Ketentuan lebih lanjut mengenai penganggaran dan tata cara penarikan pinjaman
dan/atau hibah luar negeri diatur dengan Peraturan Menteri.
i. Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan BUMN pelaksana kegiatan
yang dibiayai dengan pinjaman dan/atau hibah luar negeri dapat mengajukan
usulan perubahan NPPLN/NPHLN kepada MenKeu.
j. Menteri Keuangan mengajukan usulan perubahan NPPLN/NPHLN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada PPHLN setelah melakukan koordinasi dengan
Menteri Perencanaan.
9. Penerusan Pinjaman
a. Menteri menetapkan pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang akan
diterus pinjamkan atau diterushibahkan kepada Pemerintah Daerah dan
diteruspinjamkan atau dijadikan penyertaan modal kepada BUMN.
b. Penetapan Menteri dimaksud dilaksanakan sebelum dilakukan negosiasi dengan
PPLN/PHLN.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 36

c. Dalam menentukan penerusan pinjaman kepada Daerah dalam bentuk pinjaman


atau hibah, Menteri memperhatikan kemampuan membayar kembali daerah dan
kapasitas fiskal daerah serta pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri.
d. Menteri menetapkan peta kapasitas fiskal daerah sebagaimana dimaksud pada
butir (3).
e. Menteri menetapkan persyaratan penerusan pinjaman dan/atau penerusan hibah
sebagaimana dimaksud pada butir (1).
f. Pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang diteruspinjamkan
dituangkan dalam NPPP.
g. Pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang diterushibahkan kepada
Pemerintah Daerah dituangkan dalam NPH.
h. NPPP dan NPH sekurang-kurangnya memuat :
i. Jumlah;
ii. Peruntukan; dan
iii. Persyaratan pinjaman dan/atau hibah.
i. NPPP dan NPH dimaksud ditandatangani oleh Menteri atau pejabat yang diberi
kuasa oleh Menteri dengan Kepala Daerah / Pimpinan BUMN.
j. Jumlah atau bagian dari jumlah pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang dimuat
dalam NPPP dan NPH dituangkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran
Pemerintah Daerah atau BUMN.
k. Pemerintah Daerah atau BUMN wajib melakukan pembayaran kembali atas
penerusan pinjaman sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam NPP
10. Pembayaran Pinjaman
a. Menteri melaksanakan pembayaran pokok, bunga, dan biaya lainnya pada saat
jatuh tempo sesuai dengan ketentuan dalam NPPLN.
b. Pembayaran sebagaimana dimaksud pd butir (1) dilaksanakan oleh Bank Indonesia
berdasarkan permintaan Menteri.
c. Dana yang dipergunakan untuk membayar pokok, bunga, dan biaya lainnya
disediakan dalam APBN setiap tahun sampai dengan berakhirnya kewajiban
pembayaran kepada PPLN.
d. Dalam hal pembayaran pokok, bunga, dan biaya lainnya melebihi perkiraan dana
yang disediakan dalam APBN dimaksud, Kementerian Keuangan melakukan
pembayaran dan menyampaikan realisasi pembayaran dimaksud kepada Dewan
Perwakilan Rakyat dalam pembahasan perubahan APBN tahun yang bersangkutan.
11. Pembayaran Kewajiban Utang Negara
a. Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal berwenang mengelola anggaran utang.
b. Dalam rangka pengelolaan anggaran utang Menteri Keuangan bertindak selaku PA
atas anggaran utang.
c. Menteri Keuangan selaku PA atas anggaran utang menunjuk pejabat setingkat
eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan untuk menjalankan fungsi PA.
d. Menteri Keuangan selaku PA atas anggaran utang menetapkan pejabat pada
Kementerian Keuangan yang membidangi fungsi pelaksanaan pembayaran utang
selaku KPA.
e. Penyusunan dan pengesahan DIPA atas anggaran utang dapat dilakukan dalam
tahun anggaran berjalan sesuai dengan perencanaan; dan/atau permintaan
penyediaan dana yang disampaikan oleh pejabat pada Kementerian Keuangan.
f. Untuk menjaga kredibilitas negara, pembayaran utang dapat melampaui pagu
DIPA, mendahului ditetapkannya revisi DIPA dan akan dicantumkan dalam
perubahan APBN atau dalam pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
12. Pengeluaran Pembiayaan Anggaran
a. Pelaksanaan Pengeluaran Pembiayaan melalui Utang

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 37

b. Dalam pelaksanaan belanja untuk memenuhi pembiayaan APBN melalui utang,


PPK melakukan perjanjian dengan pihak ketiga sesuai batas anggaran yang telah
ditetapkan dalam DIPA.
c. Proses pengadaan barang/jasa sebelum adanya penandatanganan perjanjian
sebagaimana dimaksud pada butir 1 dapat dilakukan sebelum tahun anggaran
dimulai.
d. Penandatanganan perjanjian sebagaimana dimaksud pada butir 1 dilakukan
setelah DIPA disahkan dan berlaku efektif.
e. Pendanaan untuk proses pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud pada
butir 2 dapat dibebankan pada tahun anggaran berjalan sepanjang dananya
dialokasikan dalam DIPA.

Investasi

1. Dasar Hukum
a. Bab VI UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
b. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
d. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
e. PP No. 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan, Kedudukan, Tugas, dan Wewenang
Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum
(Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan) kepada Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara
f. PP No. 43 Tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan
Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara
2. Definisi Investasi
a. UU No. 25 Tahun 2007 ttg Penanaman Modal
Segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh investor dalam negeri maupun
investor asing untuk melakukan usaha di wilayah NKRI.
b. PP No. 1 Tahun 2008 ttg Investasi Pemerintah
Penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk
investasi pembelian surat berharga dan investasi langsung untuk memperoleh
manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya
c. Reilly dan Brown
Komitmen untuk mengikatkan aset saat ini untuk beberapa periode waktu ke
depan guna mendapatkan penghasilan yang mampu mengkompensasikan
pengorbanan investor berupa (i) keterikatan aset pada waktu tertentu (ii) tingkat
inflasi dan (iii) ketidaktentuan penghasilan di masa mendatang
d. Id Bagus Rahmani Supancana
Suatu kegiatan baik yang dilakukan oleh orang pribadi (natural person) maupun
badan hukum (juridical person), dalam upaya untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money),
peralatan (equipment), aset tak bergerak , hak atas kekayaan intelektual, maupun
keahlian
3. Tujuan Investasi
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
b. Menciptakan lapangan kerja
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar neger

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 38

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat


4. Asas-asas Investasi
a. Kepastian Hukum
Meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar
dalam setiap kebijakan dan tindakan di bidang investasi
b. Keterbukaan
Terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur,
dan tidak diskriminatif tentang kegiatan investasi
c. Akuntabilitas
Setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan investasi harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
d. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara
Perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan peraturan perundang-
undangan, baik antara investor dalam negeri dan investor asing maupun antara
investor dari satu negara asing dan investor dari negara asing lainnya
e. Kebersamaan
Asas yang mendorong peran seluruh investor secara bersama-sama dalam
kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat
f. Efisiensi Berkeadilan
Asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan
efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil,
kondusif dan berdaya saing
g. Berkelanjutan
Secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui
penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala
aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang
h. Berwawasan Lingkungan
Penanaman modal dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan
perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup
i. Kemandirian
Penanaman modal dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangda dan
negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya
pertumbuhan ekonomi
j. Keseimbangan Kemajuan dan Kesatuan Ekonomi Nasional
Berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan
ekonomi nasional
5. Kewenangan Pengelolaan Investasi Pemerintah
(PP No. 1 Tahun 2008 ttg Investasi Pemerintah)
Menkeu yang berwenan dalam pengelolaan investasi pemerintah. Kewenangannya
meliputi:
a. Kewenangan Regulasi
i. Merumuskan kebijakan, mengatur dan menetapkan pedoman
pengelolaan investasi Pemerintah
ii. Menetapkan kriteria pemenuhan perjanjian dalam pelaksanaan investasi
Pemerintah
iii. Menetapkan tata cara pembayaran kewajiban yg timbul dari proyek
penyediaan investasi Pemerintah dalam hal terdapat penggantuan atas
hak kekayaan intelektual, pembayaran subsidi dan kegagalan pemenuhan
perjanjian investasi
b. Kewenangan Supervisi  dibentuk Komite Investasi Pemerintah

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 39

i. Melakukan kajian kelayakan dan memberikan rekomendasi atas


pelaksanaan investasi Pemerintah
ii. Memonitor pelaksanaan investasi Pemerintah yang terkait dengan
dukungan pemerintah
iii. Mengevaluasi secara berkesinambungan mengenai pembiayaan dan
keuntungan atas pelaksanaan investasi Pemerintah dalam jangka waktu
tertentu
iv. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait khususnya sehubungan
dengan investasi langsung dalam penyediaan infrastruktur dan bidang
lainnya, termasuk apabila terjadi kegagalan pemenuhan kerjasama
c. Kewenangan Operasional dibentuk Badan Investasi Pemerintah
i. Mengelola Rekening Induk Dana Investasi
ii. Meneliti dna menyetujui atau menolak usulan permintaan dana investasi
pemerintah dari Badan Usaha, BLU, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.
BLUD, dan/atau badan hukum asing
iii. Mengusulkan rencana kebutuhan dana investasi Pemerintah yg berasal
dari APBN
iv. Menempatkan dana atau barang dalam rangka investasi Pemerintah
v. Melakukan perjanjian investasi dengan Badan Usaha terkait dengan
penempatan dana investasi Pemerintah
vi. Melakukan pengendalian dan pengelolaan risiko terhadap pelaksanaan
investasi Pemerintah
vii. Mengusulkan rekomendasi atas pelaksanaan investasi Pemerintah
viii. Mewakili dan melaksanakan kewajiban serta menerima hak pemerintah yg
diatur dalam Perjanjian Investasi
ix. Menyusun dan menandatangani Perjanjian Investasi serta mengusulkan
perubahannya
x. Melakukan tindakan untuk dan atas nama pemerintah apabila terjadi
sengketa atau perselisihan dalam pelaksanaan Perjanjian Investasi
xi. Melaksanakan Investasi Pemerintah dan Divestasinya
xii. Apabila diperlukan, dapat mengangkat dan memberhentikan Penasihat
Investasi
6. Lingkup Pengelolaan Investasi Pemerintah
(PP No. 1 Tahun 2008 ttg Investasi Pemerintah)
a. Perencanaan
i. Perencanaan meliputi perencanaan investasi Pemerintah oleh Badan
Investasi Pemerintah (BIP) dan perencanaaan kebutuhan investasi
Pemerintah dari APBN
ii. Perencanaan investasi Pemerintah diusulkan oleh BIP
iii. Perencanaan kebutuhan investasi Pemerintah disusun setiap tahun
anggaran dan ditetapkan oleh Menkeu
b. Pelaksanaan Investasi
i. Pelaksanaan investasi langsung melalui penyertaan modla dan/atau
pemberian pinjaman dilakukan oleh BIP dengan Badan Usaha, BLU,
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing
ii. Pelaksanaan investasi langsung tersebut dilakukan untuk jangka waktu
lebih dari 12 bulan
c. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Investasi
i. BIP menyelenggarakan akuntansi atas pelaksanaan Perencanaan investasi
Pemerintah dengan mengacu kepada standar akuntanasi keuangan yg
diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntan Indonesia

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 40

ii. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi tersebut, BIP dapat
menerapkan standar akuntansi keuangan yg spesifik setelah mendapat
persetujuan Menkeu
iii. BIP wajib menatausahakan dan memelihara dokumen pengelolaan
Perencanaan investasi Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
iv. BIP wajib menyusun laporan keuangan dan kinerja badan
v. BIP wajib menerapkan manajemen risiko dalam pengelolaan investasi
Pemerintah
d. Pengawasan
i. Untuk menciptakan pelaksanaan prinisp tata kelola yang baik (good
corporate governance) pada pengelolaan Perencanaan investasi
Pemerintah
ii. Dibentuk Komite Investasi Pemerintah  pihak yang memberikan kajian,
penetapan kriteria dan evaluasi atas pelaksanaan investasi oleh BIP
e. Divestasi
(PMK No 183 Tahun 2008 ttg Persyaratan dan Tata Cara Divestasi
Terhadap Investasi Pemerintah)
i. Divestasi: penjualan Surat berharga (dan/ atau kepemilikan pemerintah
baik sebagian atau keseluruhan kepada pihak lain
ii. Penjualan surat berharga meliputi saham dan surat utang
iii. Penjualan kepemilikan investasi langsung meliputi penjualan kepemilikan
atas penyertaan modal dan pemberian pinjaman
iv. Penjualan saham dapat dilakukan dalam hal:
1. Harga saham naik secara signifikan dan/atau menguntungkan
untuk dilakukan divestasi
2. Terdapat investasi lain yg diproyeksikan lebih menguntungkan
3. Terjadinya penurunan harga secara signifikan
v. Penjualan surat utang dapat dilakukan dalam hal:
1. Imbal hasil diperkirakan turun
2. Terdapat investasi lain yg diproyeksikan lebih menguntungkan
3. Terdapat kemungkinan gagal bayar
vi. Penjualan kepemilikan atas penyertaan modal dapat dilakukan dalam hal:
1. Pelaksanaan investasi tersebut tidak sesuai dengan Perjanjian
Investasi
2. Kegiatan perusahaan tidak menguntungkan
3. Tidak sesuai dengan strategi investasi BIP
4. Terdapat kondisi tertentu setelah mendapat rekomendasi dari KIP
vii. Hasil divestasi atas seluruh jenis investasi merupakan hasil bersih setelah
dikurangi biaya pelaksanaan divestasi
viii. Biaya pelaksanaan divestasi wajib memperhatikan prinsip kewajaran,
transparansi dan akuntabilitas
ix. Hasil divestasi ditempatkan dalam Rekening Induk Dana Investasi

PERTEMUAN 14
1. Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah
a. Landasan Hukum
i. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara
ii. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
iii. UU No. 15/2004 ttg Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 41

iv. UU Nomor 32/2004 tentang Pemerintah Daerah


v. UU No. 33/2004 ttg Perimbangan Keuangan antara Pem. Pusat dan Pem. Daerah
vi. PP Nomor 54 Tahun 2005, tentang Pinjaman Daerah
vii. PP Nomor 55 Tahun 2005, tentang Dana Perimbangan
viii. PP Nomor 56 Tahun 2005, tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
ix. PP Nomor 57 Tahun 2005, tentang Hibah Kepada Daerah
x. PP Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
xi. PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah
xii. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
xiii. Kepmenkeu No. 141/KMK.07/2001 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
xiv. Permendagri No. 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang
diperbarui dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007.
b. Ruang Lingkup Pengelolaan Keuangan Daerah

c. Tujuan Utama Pengelolaan Keuangan Daerah


i. Mempertajam esensi sistem penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam
konteks pengelolaan keuangan daerah.
ii. Memperjelas distribusi kewenangan (distribution of authority) dan memperjelas
derajat pertanggungjawaban (clarity of responsibility) pada level penyelenggaraan
pemerintahan Daerah di bidang pengelolaan keuangan daerah.

2. Siklus Pengelolaan APBD


a. KERANGKA PENDANAAN URUSAN PEMERINTAHAN
DALAM KERANGKA KEBIJAKAN FISKAL-NASIONAL

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 42

b. PP TERKAIT DENGAN KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL dalam Konteks Keuangan Daerah

c. Struktur APBD

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 43

3. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah


a. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu
sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan
efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan
mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan
penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
b. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan
suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas
Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
4. Macam-macam Sumber Dana APBD
a. pendapatan asli daerah;
i. pajak daerah;
ii. retribusi daerah;
iii. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
iv. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD;
v. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN; dan
vi. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok
usaha masyarakat
vii. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
1. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
2. jasa giro;
3. pendapatan bunga;
4. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;
5. penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;
6. penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing;
7. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
8. pendapatan denda pajak;
9. pendapatan denda retribusi;
10. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
11. pendapatan dari pengembalian;
12. fasilitas sosial dan fasilitas umum;
13. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan
14. pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan
b. dana perimbangan; dan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 44

i. dana bagi hasil;


1. bagi hasil pajak; dan
2. bagi hasil bukan pajak.
ii. dana alokasi umum; dan
iii. dana alokasi khusus
c. lain-lain pendapatan daerah yang sah
i. hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/
organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga
luar negeri yang tidak mengikat;
ii. dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan
akibat bencana alam;
iii. dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;
iv. dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah;
dan
v. bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya
5. Pengertian Pemberian Pinjaman dan/ Hibah serta Penerusan Pinjaman
a. Pinjaman Daerah
i. Pinjaman adalah hak negara
ii. Pempus dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah ke Daerah atau sebaliknya
dengan persetujuan DPR
iii. Pemda dapat memberikan pinjaman kepada/menerima pinjaman dari daerah lain
dengan persetujuan DPRD
iv. Pinjaman dan atau hibah daerah dapat merupakan penerusan pinjaman/hibah dari
pemerintah/lembaga asing melalui Pempus
v. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari
pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar
kembali
vi. merupakan alternatif sumber pembiayaan APBD dan/atau untuk menutup
kekurangan kas.
vii. Pinjaman Daerah digunakan untuk membiayai kegiatan yang merupakan
inisiatif dan kewenangan Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan.
viii. Pemerintah Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar
negeri, kecuali untuk kasus Obligasi Daerah
b. Tujuan Pinjaman Daerah
i. membiayai pengadaan prasarana Daerah atau harta tetap lain yang berkaitan
dengan kegiatan yang bersifat meningkatkan penerimaan yang dapat digunakan
untuk mengembalikan pinjaman
ii. memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat
iii. mengatasi masalah jangka pendek yang berkaitan dengan arus kas Daerah.
c. Jenis Pinjaman Daerah
i. Pinjaman Jangka Pendek;
jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban
pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya
lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan
ii. Pinjaman Jangka Menengah;
jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran
kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus
dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah
yang bersangkutan
iii. Pinjaman Jangka Panjang.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 45

jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran
kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus
dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan
perjanjian pinjaman yang bersangkutan.
d. Sumber Pinjaman Daerah
Pinjaman daerah bersumber dari:
i. pemerintah;
ii. pemerintah daerah lain;
iii. lembaga keuangan bank;
iv. lembaga keuangan bukan bank; dan
v. masyarakat.
e. Batas Pinjaman Daerah
Batas maksimal kumulatif Pinjaman Pemerintah Daerah tidak melebihi 60% (enam
puluh persen) dari Produk Domestik Bruto tahun yang bersangkutan.

PERTEMUAN 15
1. Pengertian Umum
a. Pengertian Pemeriksaan
i. Proses : identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan,
ii. untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
b. Konsepsi Pemeriksaan
i. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat
pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan
kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan pertanggungjawaban.
ii. Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk
melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan
transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
c. Tujuan Pemeriksaan
i. Mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara.
2. Lingkup Pemeriksaan
Seluruh unsur Keuangan Negara, meliputi :
a. Hak negara : untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b. Kewajiban negara : untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara;
d. Pengeluaran Negara;
e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah;
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/
perusahaan daerah;
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugaspemerintahan dan/atau kepentingan umum;

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 46

i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
3. Jenis Pemeriksaan
a. Pemeriksaan keuangan.
Pemeriksaan keuangan adalah
i. pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) dan
pemerintah daerah (LKPD).
ii. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK
iii. dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.
b. Pemeriksaan kinerja.
i. Pemeriksaan kinerja
adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi, aspek efisiensi, aspek efektivitas
yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat
pengawasan intern pemerintah. (Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan BPK untuk melaksanakan
pemeriksaan kinerja pengelolaan keuangan negara).
ii. Tujuan pemeriksaan ini adalah
Bagi Lembaga Perwakilan (DPR) :
untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian
Bagi Pemerintah :
dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah
diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya
secara efektif.
c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
i. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan
dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan
kinerja.
ii. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas
hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.
4. Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut
a. Hasil Pemeriksaan
i. Pemeriksa menyusun laporan hasil pemeriksaan (LHP) setelah
pemeriksaan selesai dilakukan.
ii. Dalam hal diperlukan, pemeriksa dapat menyusun laporan interim
pemeriksaan.
iii. Tanggapan pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi pemeriksa, dimuat atau dilampirkan pada
laporan hasil pemeriksaan.
iv. LHP atas laporan keuangan pemerintah memuat opini.
v. LHP atas kinerja memuat temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.
vi. LHP dengan tujuan tertentu memuat kesimpulan.
vii. Opini Hasil Pemeriksaan
1. Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai
kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan yang didasarkan pada kriteria
a. Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan,
b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
d. Efektivitas sistem pengendalian intern.
2. Terdapat 4 jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni
a. opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 47

b. opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion),


c. opini tidak wajar (adversed opinion), dan
d. pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of
opinion).
viii. LHP atas LKPP : BPK  DPR & DPD.
ix. LHP atas LKPD : BPK  DPRD.
x. LHP atas LKPP :  Presiden
xi. LHP atas LKPD :  Gub/Bupati/Walikota.
xii. LHP kinerja  DPR / DPD / DPRD.
xiii. LHP dengan tujuan tertentu  DPR/DPD/DPRD.
xiv. LHP kinerja & dengan tujuan tertentu 
1. Presiden
2. Gubernur/Bupati/Walikota
b. Tindak Lanjut
i. LHP yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan, dinyatakan
terbuka untuk umum.
ii. LHP dimaksud tidak termasuk laporan yang memuat rahasia negara yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
iii. Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil
pemeriksaan.
iv. Pejabat wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK tentang
tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.
v. Jawaban atau penjelasan dimaksud disampaikan kepada BPK selambat-
lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan
diterima.
vi. BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan
vii. BPK memberitahukan hasil pemantauan tindak lanjut dimaksud kepada
lembaga perwakilan dalam hasil pemeriksaan semester.
viii. Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil
pemeriksaan dapat berupa pelaksanaan seluruh atau sebagian dari
rekomendasi.
ix. Dalam hal pejabat tidak dapat melaksanakan seluruh atau sebagian
rekomendasi tersebut, ybs wajib memberikan alasan yang sah.
x. Lembaga perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan
melakukan pembahasan sesuai dengan kewenangannya.
xi. DPR/DPRD meminta penjelasan kepada BPK dalam rangka
menindaklanjuti hasil pemeriksaan.
xii. DPR/DPRD dapat meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.
xiii. DPR/DPRD dapat meminta Pemerintah untuk melakukan tindak lanjut
hasil pemeriksaan.
5. Konsekuensi Hukum
a. Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban rekomendasi dalam laporan
hasil pemeriksaan dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
b. Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban rekomendasi dalam laporan
hasil pemeriksaan dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

PERTEMUAN 16
1. Pengertian Sanksi Administratif

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 48

a. Hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil dan atau Calon
Pegawai Negeri Sipil karena melanggar peraturan perundangan.
b. Dasar hukum:
i. UU Nomor 17 2003 Pasal 34 ayat 3
Presiden memberi sanksi administratif sesuai dengan ketentuan undang-
undang kepada pegawai negeri serta pihak-pihak lain yang tidak memenuhi
kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini.
ii. UU Nomor 1 2004 Pasal 64
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain yang telah
ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai sanksi
administratif dan/atau sanksi pidana.
iii. PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pengganti PP 30
tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

c. Larangan Pegawai Negeri Sipil


Setiap PNS dilarang:
i. menyalahgunakan wewenang;
ii. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain
dengan menggunakan kewenangan orang lain;
iii. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
iv. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing;
v. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat
berharga milik negara secara tidak sah;
vi. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara;
vii. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik
secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat
dalam jabatan;
viii. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 49

ix. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;


x. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
xi. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
xii. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dengan cara:
1. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
2. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau
atribut PNS;
3. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau
4. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
xiii. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:
1. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
2. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,
anggota keluarga, dan masyarakat;
xiv. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau
calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat
dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan
Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan; dan
xv. memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah,
dengan cara:
1. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah;
2. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan
kampanye;
3. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
4. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap
pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,
anggota keluarga, dan masyarakat.
d. PNS tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan Dijatuhi Hukuman Disiplin
Dengan tidak mngesampingkan ketentuan dlm Peraturan Perundang-undangan
pidana, PNS melanggar Disiplin dijatuhi Hukuman Disiplin
2. Ketentuan Mengenai Sanksi Administratif
a. PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan/atau
Pasal 4 dijatuhi hukuman disiplin. (Pasal 5 PP 53/2010)
b. Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin. (Pasal 6
PP 53/2010)
c. Penjatuhan hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum.
d. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari :
i. Disiplin Ringan
1. teguran lisan;
2. teguran tertulis; dan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 50

3. pernyataan tidak puas secara tertulis.


ii. Disiplin Sedang
1. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
2. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
3. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
iii. Disiplin Berat
1. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
2. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
3. pembebasan dari jabatan;
4. pemberhentian dgn hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS;
dan
5. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
e. Kriteria Pelanggaran dan Jenis Hukuman Disiplin
i. Dilihat dari jumlah ketidak hadirannya;
ii. Dilihat dari niat-nya melakukan pelanggaran ;
1. Ringan : secara tidak sengaja.
2. Sedang : secara sengaja.
iii. Dilihat dari dampak negatif yang timbul akibat pelanggaran :
1. Ringan : dampak negatif ke unit kerja ybs.
2. Sedang : dampak negatif ke instansi ybs.
3. Berat : dampak negatif ke pemerintah/negara.
iv. Pelanggaran yang dilakukan terkait dengan penyalahgunaan
wewenang/jabatan dijatuhi jenis hukuman disiplin berat.
3. Prosedur Pemeriksaan, Penjatuhan, dan Penyampaian Keputusan Hukuman

4. Pengertian Ganti Rugi dan Tuntutan Ganti Rugi


a. Kerugian negara/daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang
nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai. (Pasal 1 angka 22 UU Nomor 1 Tahun 2004)
b. Dasar hokum
i. Pasal 59 s.d. 67 UU No. 1 Tahun 2004
ii. Pasal 22 s.d. 23 UU 15 Tahun 2004

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 51

iii. Peraturan BPK RI No. 3 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti
Kerugian Negara Terhadap Bendahara
iv. Peraturan Pemerintah Mengenai pengenaan ganti kerugian negara/daerah
terhadap pegawai negeri bukan bendahara
c. Jenis Kerugian Negara
i. Kerugian Negara Bukan Kekurangan Perbendaharaan  Tuntutan Ganti
Rugi.
Kerugian negara akibat perbuatan melawan hukum seorang pejabat/PNS yang
bukan Bendahara atau tidak dalam kedudukannya sebagai Bendahara
ii. Kerugian Negara Kekurangan Perbendaharaan Tuntutan Perbendaharaan.
Kerugian negara akibat perbuatan melawan hukum seorang PNS dalam
kedudukannya sebagai Bendahara

d. Tuntutan Ganti Rugi yaitu suatu proses tuntutan yg dilakukan terhadap pegawai
negeri bukan bendahara dengan tujuan unutk mendapatkan penggantian atas suatu
kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung
dari perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai negeri tersebut
dalam rangka tugas jabatannya dan/atau melalaikan tugas kewajibannya.
e. Subjek: pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara.
5. Prosedur dan Ketentuan Ganti Rugi (UU No. 5 Tahun 1986 dan Peraturan
Pelaksanaannya).
a. Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala kantor
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga & diberitahukan kepada BPK selambat-
lambatnya 7 hari kerja setelah kerugian negara itu diketahui
b. Kepada Bendahara, Pegawai Negeri bukan Bendahara, atau pejabat lain yang nyata-
nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya segera dimintakan surat
pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuran bahwa kerugian tersebut menjadi
tanggung jawabnya & bersedia mengganti kerugian negara dimaksud
c. Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak tidak mungkin diperoleh atau tidak
dapat menjamin pengembalian kerugian negara, Menteri/Pimpinan lembaga segera
mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara
kepada yang bersangkutan
d. Surat Keputusan Pembebanan Penggantian Kerugian Sementara mempunyai
kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita jaminan (conservatoir beslaag).

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 52

e. Pejabat yang berhak mengenakan sanksi


i. Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian negara adalah menteri/pimpinan
lembaga, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara
dimaksud diterbitkan oleh Menteri Keuangan selaku BUN.
ii. Dalam hal pejabat yang melakukan kerugian negara adalah Menteri
Keuangan, surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara
dimaksud diterbitkan oleh Presiden.
iii. Pengenaan ganti kerugian negara terhadap bendahara ditetapkan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan. Apabila dalam pemeriksaan kerugian negara ditemukan
unsur pidana, Badan Pemeriksa Keuangan menindaklanjutinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu menyampaikan hasil
pemeriksaan tersebut beserta bukti-buktinya kepada instasi yang berwenang.
iv. Pengenaan ganti kerugian negara terhadap pegawai negeri bukan bendahara
ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga. Tata cara tuntutan ganti
kerugian negara diatur dengan peraturan pemerintah.
f. Tim pertimbangan penyelesaian kerugian negara
i. Ditetapkan pertama kali dengan KMK No. 421/KM.1/1999 tanggal 20 Agustus
1999, dan setiap tahun diperbaharui.
ii. Tugas: membantu Menkeu dalam menetapkan penyelesaian kerugian negara
di lingkungan Kemenkeu dengan:
1. Melakukan penelaahan kasus-kasus kerugian negara di lingk. Kemenkeu
berdasarkan hasil kajian kasus dan verifikasi dokumen/bukti
pendukung.
2. Memberikan pertimbangan kepada Menkeu dalam rangka penyelesaian
TGR/TP kepada pegawai negeri/bendahara yang bersalah/lalai.
3. Melakukan penyusunan/penyempurnaan/revisi peraturan ttg
penyelesaian kerugian negara bukan kekurangan perbendaharaan
6. Prosedur dan Ketentuan Tuntutan Ganti Rugi
a. Pengungkapan – Sumber Informasi
i. Pengawasan Melekat (Waskat)
ii. Pemeriksaan BPK RI
iii. Pengawasan APIP: BPKP dan Itjen Kemenkeu
iv. Pemantauan pengendalian internal pada masing-masing unit eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan
v. Informasi Lain:
1. Pemberitaan, baik dari koran, majalah, radio, televisi maupun media
massa lainnya;
2. Pengaduan, yang dapat berasal dari perorangan/ kelompok maupun
lembaga/badan hukum;
3. Keputusan pejabat yang berwenang yang sudah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
b. Pembuktian
i. Setelah pengungkapan, Kepala Kantor Satker segera meneliti dan
mengumpulkan bahan bukti untuk kelengkapan laporan:
1. Peristiwa terjadinya kerugian negara
2. Jumlah pasti kerugian negara
3. Siapa saja yg tersangkut (peg. negeri, pejabat / phk ke-3)
4. Unsur salah (besar/kecil kesalahan) masing2 pihak
5. Keterangan lain sbg bhn pertimbangan.
ii. Dpt dibentuk Tim Pencari Fakta
iii. Hasil penelitian dan pengumpulan bahan bukti dilaporkan ke Menkeu u.p.
Setjen.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 53

iv. Bukti-bukti/berkas-berkas yg berkaitan disimpan oleh Kepala Kantor/Satker.


(KMK 508/KMK.01/2009)
c. Penagihan
i. DASAR PENAGIHAN
1. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM);
2. Surat Keputusan Pembebanan Ganti Rugi (SKPGR).
ii. KETENTUAN:
1. Kepala Kantor/Satuan Kerja menerbitkan Surat Penagihan (SPn)
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah dokumen pengakuan
piutang diterima penanggung jawab kerugian negara.
2. Dalam hal jatuh tempo pembayaran angsuran yang diperjanjikan dalam
SKTM terlewati, Kepala Kantor/Satuan Kerja menerbitkan Surat
Penagihan kedua (SPn 2). Surat Penagihan yang dapat diterbitkan
kepada penanggung jawab kerugian negara adalah maksimal sampai
dengan Surat Penagihan ketiga (SPn 3).

7. Aspek Pidana pada Pengelolaan Keuangan Negara


Delik :
a. “penyimpangan kebijakan/kegiatan anggaran”
Unsur-unsur Delik :
b. Sengaja
c. Melawan hukum
d. Menyimpang dari sasaran kegiatan
e. Merugikan keuangan negara
8. Pengenaan Pidana berdasarkan Paket Undang-Undang Keuangan Negara
a. SANKSI PIDANA PADA UU No. 17 Tahun 2003
UU No. 17 Tahun 2003

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 54

i. Pasal 34 ayat 1 : Menteri/Pimpinan lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang


terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam
undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD diancam
dengan pidana penjara dan denda sesuai dgn ketentuan undang-undang
ii. Pasal 34 ayat 2: Pimpinan Unit Organisasi KN/L/SKPD yang terbukti melakukan
penyimpangan kegiatan anggaran yang telah ditetapkan dalam UU ttg
APBN/Perda ttg APBD diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dgn
ketentuan undang-undang.
b. SANKSI PIDANA PADA UU No. 1 Tahun 2004
UU No. 1 Tahun 2004
i. Pasal 62 ayat 2 : Apabila dalam pemeriksaan kerugian negara/daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan unsur pidana, Badan
Pemeriksa Keuangan menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
ii. Pasal 64 ayat 1: Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, dan pejabat lain
yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenai
sanksi administratif dan/atau sanksi pidana.
iii. Pasal 64 ayat 2: Putusan pidana tidak membebaskan dari tuntutan ganti rugi.
c. SANKSI PIDANA DALAM UU NO. 15 Tahun 2004

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | HKN 55

9. Pengenaan Pidana berdasarkan KUHP dan UU TIPIKOR

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 56

KEUANGAN PUBLIK

Pertemuan ke-9 : “ASURANSI SOSIAL”


9.1. Pengertian asuransi sosial
Program asuransi sosial adalah intervensi (campur tangan) pemerintah dalam penyediaan
asuransi terhadap kejadian buruk/tidak diinginkan. Contoh program asuransi sosial :
 Social security, yaitu asuransi yang menyediakan asuransi terhadap hilangnya penghasilan
dikarenakan adanya kematian atau pensiun dari pekerjaan.
 Unemployment insurance, yang menyediakan asuransi terhadap hilangnya pekerjaan/
pengangguran.
 Disability insurance, yang menyediakan asuransi terhadap terputusnya/berakhirnya karir
akibat disabilitas/ketidakmampuan/cacat.
 Worker’s compensation, yang menyediakan asuransi terhadap adanya kecelakaan kerja.
 Medicare, yang menyediakan asuransi terhadap pengeluaran pengobatan di usia tua.

Pekerja berpartisipasi dengan membeli asuransi melalui pajak yang dipotong dari gaji yang
mereka terima atau melalui kontribusi wajib yang harus dilakukan pekerja maupun si pemberi kerja.
Kontribusi ini membuat mereka berhak untuk menerima benefit/manfaat jika beberapa kejadian
yang terukur terjadi, seperti terjadi disabilitas ataupun kecelakaan kerja.
Premi asuransi adalah uang yang dibayarkan ke perusahaan asuransi sehingga individu
diasuransikan terhadap kejadian yang buruk. Kemudian perusahaan asuransi berjanji untuk
melakukan pembayaran kepada pihak yang diasuransikan dengan cara memberikan pelayanan/pay
out kepada pihak yang diasuransikan.
9.2. Consumption smoothing
Asuransi penting bagi individu karena adanya prinsip diminishing of marginal utility, bahwa
utilitas marjinal konsumsi menurun ketika tingkat/level konsumsi meningkat. Utilitas yang
diperoleh dari kenaikan konsumsi $30.000 menjadi $50.000 jauh lebih kecil dari pada hilangnya
utilitas dari turunnya konsumsi $30.000 menjadi $10.000. Dengan demikian individu ingin
menyeimbangkan/melancarkan konsumsinya. Inilah yang disebut dengan consumption smoothing,
yaitu translasi/perpindahan konsumsi dari periode ketika konsumsinya tinggi (utilitas marginal
rendah) ke periode ketika konsumsinya rendah (utilitas marginal tinggi).
Individu memilih untuk menggunakan beberapa pendapatan mereka di masa sekarang
untuk membeli asuransi dalam menghadapi keadaan yang tidak diinginkan di masa mendatang.
Dengan membeli asuransi, individu melakukan sebuah pembayaran, tidak peduli apa state of the
world/keadaan yang terjadi di masa depan, dengan harapan mendapat benefit/manfaat jika
keadaan tidak pasti yang terjadi adalah keadaan yang negatif (misalnya kecelakaan). Semakin besar
premi asuransi yang dibayarkan ke perusahaan asuransi, semakin besar benefit yang diterima jika
kejadian yang buruk terjadi. Lebih baik memiliki konsumsi yang konstan dalam berbagai state of the
world, dari pada memiliki konsumsi yang tinggi di satu keadaan dan konsumsi yang rendah di
keadaan lain.

Expected utility model/ model utilitas yang diharapkan


Expected utility model adalah jumlah utilitas tertimbang dari berbagai keadaan, dimana
bobotnya adalah probilitas/peluang dari terjadinya setiap keadaan. Utilitas yang diharapkan
ditulis dalam persamaan sebagai berikut :

EU = ((1-p) x U) + (p x U’)

Keterangan :
EU : utilitas yang diharapkan
P : peluang terjadinya keadaan buruk

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 57

U : konsumsi ketika tidak ada kejadian buruk


U’ : konsumsi ketika ada kejadian buruk

Misalnya :
Asumsikan bahwa peluang Sam mengalami kecelakaan mobil tahun mendatang adalah 1%
atau 0,01 dan apabila hal itu terjadi dia harus mengeluarkan biaya $30.000 untuk pengobatan. Sam
memiliki pilihan untuk tidak mengasuransikan dirinya, asuransi penuh atau asuransi sebagian biaya
pengobatannya. Dengan membeli asuransi adalah cara bagi Sam agar dapat secara efektif
mentranslasi/memindahkan konsumsi dari periode ketika konsumsinya tinggi dan oleh karena itu
memiliki utilitas marginal yang rendah (tidak tertabrak), ke periode ketika konsumsinya rendah dan
oleh karena itu memiliki utilitas marginal yang tinggi (tertabrak mobil).

Actuarially fair premium adalah premi asuransi yang ditetapkan sama dengan
pembayaran/payout yang diharapkan oleh perusahaan asuransi. Asumsi ini berarti bahwa
perusahaan asuransi tidak memiliki administrative cost/biaya administrasi dan tidak membuat
profit/keuntungan. Sebagai contoh, ada 1% peluang bahwa perusahaan asuransi harus
membayar/pay out $30.000, sehingga pay out yang diharapkan adalah 1% x $30.000 = $300.

Dengan kalkulasi harga premi yang adil, individu mau secara penuh mengasuransikan diri
mereka untuk menyeimbangkan komsumsi dalam berbagai keadaan yang memungkinkan. Dari
tabel : Misalnya pendapatan Sam yang dikonsumsinya secara penuh setiap tahun adalah $30.000.

Keadaan pertama : apabila Sam tidak membeli asuransi untuk membayar biaya pengobatan
apabila dia ditabrak mobil
Maka ada 99% kemungkinan bahwa Sam akan mengkonsumsi $30.000 periode berikutnya
dan ada 1% kemungkinan konsumsinya adalah nol, karena dia harus membayar biaya pengobatan
sebesar $30.000 apabila terjadi kecelakaan. Fungsi utilitas (U) = √𝐶, dengan C adalah konsumsinya.
Maka dengan tidak adanya asuransi, maka utilitas yang diharapkan adalah :
(0,99 x √$30.000) + (0,01 x √0) = 171,5.

Keadaan kedua : apabila Sam membeli asuransi penuh


Biaya/premi asuransi yang dibayar Sam adalah 1% x $30.000 = $300. Jadi Sam tidak perlu
membayar $30.000 pendapatannya dalam biaya pengobatan. Dengan asuransi penuh, utilitas yang
diharapkan menjadi :
(0,99 x √30.000 − 300) + (0,01 x √30.000 − 300) = 172,34
Utilitas Sam lebih tinggi jika dia membeli asuransi. Ini karena Sam ingin menggunakan asuransi untuk
melancarkan konsumsinya dalam berbagai keadaan yang mungkin terjadi.
Keadaan ketiga : apabila Sam membeli asuransi partial/sebagian
Jika Sam lebih memilih hanya $15.000 dari biaya pengobatannya yang ditanggung/dicover
perusahaan asuransi, maka premi yang harus Sam bayarkan hanya $150. Tetapi utilitas yang
diharapkan Sam ternyata turun menjadi $172,26, dibawah tingkat utilitas yang didapatkan apabila
Sam membeli asuransi penuh.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 58

Dengan premi yang adil secara aktuaria, outcome/hasil pasar yang efisien dalam pasar asuransi
adalah asuransi yang penuh/full insurance dan oleh karena itu dapat melancarkan konsumsi
individu.

9.3. Asymetric information (menyebabkan adverse selection dan moral hazard)


Informasi asimetris adalah perbedaan informasi yang tersedia untuk penjual dan pembeli
dalam suatu pasar. Informasi asimetris dapat terjadi di pasar asuransi ketika individu-individu lebih
tahu tentang tingkat resiko mereka dari pada yang diketahui oleh perusahaan asuransi. Sehingga
perusahaan asuransi akan menjadi enggan untuk menjual asuransi karena mereka khawatir jika
hanya orang yang memiliki masalah yang membeli asuransi. Akibatnya informasi asimetri ini dapat
menyebabkan kegagalan pasar.

Seperti yang diperlihatkan di tabel, bahwa:


1. Apabila perusahaan asuransi mengetahui secara penuh (full) tingkat resiko setiap individu,
maka harga premi yang dikenakan juga sesuai dengan jenis individunya, apakah yang memiliki resiko
tinggi (kurang berhati-hati) atau yang memiliki resiko rendah (kurang berhati-hati). Sehingga total
premi yang dibayarkan ke perusahaan asuransi akan sama dengan total benefit yang dibayarkan
perusahaan asuransi kepada individu yang diasuransikan dan total net profit pada perusahaan
asuransi sama dengan nol.
2. Apabila perusahaan asuransi tidak mengetahui secara pasti tingkat resiko setiap individu, maka
ada 2 cara yang dapat dilakukan perusahaan asuransi.
a. Pertama adalah dengan bertanya kepada setiap individu, mereka termasuk ke dalam kategori
tingkat resiko tinggi atau tingkat resiko rendah. Namun ketika individu menyadari bahwa apabila
mereka mengakui mereka termasuk ke dalam kategori resiko tinggi dan akan dikenakan premi yang
lebih tinggi, maka mereka akan mengatakan sebaliknya. Semua individu akan megakui bahwa
mereka termasuk kategori resiko rendah membayar premi lebih sedikit dari pada yang seharusnya.
Akibatnya, total premi yang dibayarkan ke perusahaan asuransi lebih kecil dari pada total benefit
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada individu yang diasuransikan. Sehingga net profit
to insurers negatif.
b. Kedua, perusahaan asuransi dapat mengenakan premi yang sama (premi rata-rata) baik kepada
individu yang beresiko tinggi maupun individu yang beresiko rendah. Namun, individu dengan
resiko rendah tidak akan mau atau enggan untuk membeli asuransi, sebab yang dia bayarkan lebih
tinggi dari pada yang seharusnya. Hanya individu yang beresiko tinggi yang tetap mau membeli
asuransi. Akibatnya total premi yang dibayarkan kepada pihak asuransi lebih kecil dari pada total
benefit yang dibayarkan perusahaan asuransi kepada individu yang diasuransikan, dan net profits
to insurersnya negatif.
Masalah pilihan yang buruk atau adverse selection maksudnya individu yang diasuransikan
mengetahui lebih banyak tentang tingkat resikonya dari pada yang diketahui oleh pihak asuransi,
hal inilah yang memungkinkan terjadinya kegagalan pasar. Asuransi sosial juga mengakibatkan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 59

moral hazard, yaitu ketika kamu mengasuransikan individu terhadap kejadian buruk, kamu bisa
mendorong terjadinya perilaku buruk juga. Misalnya, jika individu diasuransikan terhadap
kecelakaan kerja, mereka mungkin menjadi kurang berhati-hati dalam bekerja. Jika individu
diasuransikan terhadap masa pengangguran mereka yang lama, mereka mungkin tidak akan
berusaha keras untuk mencari pekerjaan yang baru. Jika individu diasuransikan untuk biaya
pengobatan mereka, mereka mungkin terlalu berlebihan dalam melakukan pengobatan mereka.

9.4. Alasan intervensi pemerintah


Alasan rasional lain yang mengakibatkan perlunya intervensi pemerintah dalam pasar
asuransi adalah karena adanya eksternalitas, biaya adminstrasi, redistribusi dan paternalisme.
9.4.1. Eksternalitas
Ketidakmampuan seseorang dalam membeli dapat menyebabkan/menularkan
eksternalitas negatif pada orang lain. Misalnya Jika A tidak memiliki asuransi mobil dan si A melukai
B dalam kecelakaan mobil, kemudian perusahaan asuransi B dan si B yang harus menanggung
cost/biaya kecelakaan B (eksternalitas negatif financial/keuangan). Pemerintah dapat campur
tangan dalam mengatasi eksternalitas dalam pasar asuransi dengan subsidi, penyediaan, atau
memberikan mandat.
9.4.2. Administrative cost
Jika perusahaan asuransi mengenakan biaya administrasi sebesar persentase tertentu dari
premi yang diterima, maka itu akan menyebabkan harga yang lebih tinggi (yang secara aktuaria tidak
adil). Akibatnya beberapa individu yang tidak risk-averse mungkin memutuskan untuk tidak
membeli asuransi. Sehingga administrasi yang tidak efisien ini dapat menyebabkan kegagalan pasar
karena tidak semua orang terasuransikan secara optimal.
9.4.3. Redistribution
Pemerintah mungkin ingin campur tangan dalam pasar asuransi, denagn cara mengenakan
pajak bagi individu yang low-risk (beresiko rendah) dan menggunakan pendapatan itu untuk
mensubsidi premium yang dibayarkan oleh individu yang beresiko tinggi, sehingga tercapai biaya
asuransi yang terdistribusi.
9.4.4. Paternalism
Pemerintah mungkin merasa bahwa individu tidak akan secara tepat mengasuransikan diri
mereka terhadap resiko apabila pemerintah tidak memaksa mereka untuk membeli asuransi. Ini
harus dilakukan apabila individu gagal dalam memaksimalkan utilitas atau kepuasan mereka sendiri.

Pertemuan ke-10 : “SOCIAL SECURITY”


10.1. Pengertian social security
Social security atau jaminan sosial adalah sebuah program yang dilakukan oleh
pemerintah pusat, dimana pajak yang dibayarkan oleh orang yang sedang berkerja digunakan
untuk membantu dalam memberikan pendapatan bagi orang tua (pensiunan).
Social Security di Amerika Serikat didanai dengan pajak FICA (Federal Insurance Contribution
Act) dari pendapatan mereka (saat ini sebesar 6.2%). Bagi pemberi kerja, pajak yang harus
dibayarkan menjadi 12.4% (dua kali lipat dari tingkat standar). Yang berhak menerima adalah
seseorang yang telah berkerja dan membayar pajak selama 10 tahun dalam seumur hidup, dan
berusia minimal 62 tahun.
Perhitungan penerimaannya adalah pemerintah memberikan bayaran yang akan
berlangsung hingga penerima jaminan sosial tersebut meninggal. Jumlah yang dibayarkan dihitung
berdasarkan rata-rata dari pendapatan tertinggi seseorang tersebut selama 35 tahun berkerja,
dimana pendapatan tersebut dikonversikan menjadi nilai dollar sekarang dengan menginflasikan
nilai mereka dengan peningkatan gaji sejak pendapatan diterima. Rata-rata ini disebut dengan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 60

Average Indexed Monthly Earnings (AIME). Yang nantinya digunakan untuk menentukan PIA
(Primary Insurance Amount), jumlah yang dibayarkan setiap bulan.
10.2. Replacement rate
Ukuran utama dalam mengukur “kebaikan” suatu jaminan sosial adalah Replacement rate
atau tingkat penggantian. Replacement Rate adalah rasio perbandingan antara keuntungan yang
diterima dengan pendapatan yang diterima sebelum entitling event (Kejadian dimana social
security menjadi sah untuk diberikan (pensiun)). Di Amerika, rata-rata tingkat penggantian adalah
sekitar 40% dari pendapatan sebelum pensiun, sedangkan bagi orang-orang dengan pendapatan
rendah, tingkat penggantian dapat mendekati 60%, sedangkan bagi orang kaya, hanya sebesar
kurang lebih 20%.

10.3. Full Benefit Age; Early Entitlement Age


Bagaimana dengan halnya usia pencairan social security/jaminan sosial?
• Full Benefit Age (FBA)

Adalah usia dimana penerima Jaminan Sosial menerima manfaat secara penuh (batas usia saat ini
adalah 65 tahun, yang perlahan dinaikkan menuju 67 tahun).
• Early Entitlement Age (EEA)

Adalah usia paling awal dimana penerima Jaminan Sosial dapat menerima manfaat, yang dipotong
dengan biaya yang ditetapkan oleh hukum. Bagi mereka yang mencairkan dana sebelum EEA, akan
mengurangi benefit yang diterima sebesar 6.67% per tahun. Bagi mereka yang mencairkan dana
setelah FBA, akan diberikan tambahan benefit sebesar 8% per tahun.
10.4. Funded, unfunded (legacy debt)
Pembiayaan sistem pension dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
 Funded: Tabungan/biaya yang dibayarkan hari ini diinvestasikan dalam bentuk asset, seperti
obligasi perusahaan, obligasi pemerintah, atau saham, dan akumulasi asset tersebut
digunakan untuk membayar manfaat di masa depan.
 Unfunded: Pajak yang dikumpulkan dari pekerja hari ini diberikan pada pensiunan saat ini
juga, bukannya disimpan untuk membayar manfaat ketika pekerja yang dipungut pajak tadi
pensiun.

Social Security merupakan system partially funded, dimana apabila jumlah pajak yang
diterima melebihi jumlah pembayaran yang diberikan, maka surplus tersebut akan dimasukkan ke
Social security trust fund.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 61

10.5. Rationales: annuities vs paternalism


Ada dua alasan utama diadakannya program Social Security oleh pemerintah:
1. Kegagalan pasar dalam pasar anuitas

Anuitas : Kontrak dimana seseorang membayarkan sejumlah uang kepada perusahaan


asuransi, yang nantinya perusahaan Asuransi akan memberikan pembayaran tetap hingga orang
tersebut meninggal. Alasan kegagalan: Information Advantage dari satu pihak yaitu kekhawatiran
penyedia kontrak Anuitas dimana orang-orang yang membeli kontrak anuitas darinya akan berumur
panjang, sehingga mengurangi keuntungan yang didapatkan dari penjualan kontrak tersebut.
2. Paternalitas
kekhawatiran dari pemerintah bahwa orang-orang tidak memiliki tabungan yang cukup
untuk menghadapi pensiun. Yang mengakibatkan orang tua akan kesusahan dalam memenuhi
kebutuhan hidup ketika mereka pensiun.
10.6. Consumption smoothing
Keberadaan dijalankannya social security oleh pemerintah salah satunya didorong oleh
gagasan bahwa orang tidak dapat secara tepat melindungi konsumsinya ketika orang tersebut
memasuki masa pensiun. Keutamaan social security dalam memberikan Consumption smoothing
masih dipertanyakan, Karena:
1. Pensiun merupakan kejadian yang dapat diperkirakan sebelumnya

2. Orang memiliki banyak waktu untuk menyisihkan sebagian penghasilan mereka untuk
ditabung guna menghadapi masa pensiun.

survei menunjukkan bahwa peningkatan dana yang dibayarkan oleh social security
menurunkan jumlah pensiunan yang hidup dalam kemiskinan.

10.7. Efek crowd-out social security terhadap tabungan


Dalam Negara dimana tidak ada Social security, orang-orang akan melakukan
investasi/tabungan secara privat. Adanya Social security “mungkin” mendorong orang-orang untuk
meng crowd-out tabungan mereka dengan mengandalkan transfer dari pemerintah untuk
memberikan pendapatan pada usia pensiun. Semakin besar crowd out ini, maka efek consumption
smoothing yang diberikan oleh social security menjadi semakin kecil.
10.8. SJSN
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh beberapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). SJSN diselenggarakan
berdasarkan 3 (tiga) asas, yakni asas kemanusiaan, asas manfaat dan asas keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 62

manusia. Asas manfaat merupakan asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan
yang efektif dan efisien. Asas keadilan merupakan asas yang bersifat ideal. Ketiga asas tersebut
dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan program dan hak peserta.
Pemikiran mendasar yang melandasi penyusunan SJSN bagi penyelenggaraan jaminan sosial untuk
seluruh warga negara adalah:
1. Penyelenggaraan SJSN berlandaskan kepada hak asasi manusia dan hak konstitusional
setiap orang;
2. Penyelenggaraan SJSN adalah wujud tanggung jawab negara dalam pembangunan
perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial;
3. Program jaminan sosial ditujukan untuk memungkinkan setiap orang mampu
mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.

SJSN bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak
bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Melalui program ini, setiap penduduk
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat
mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami
kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.
SJSN diselenggarakan berdasarkan pada 9 (sembilan) prinsip yaitu kegotong-royongan,
nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana
amanat, hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial (DJS) dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
10.9. BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan dibentuk berdasarkan UU No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial yang merupakan tindak lanjut dari UU No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional. BPJS Kesehatan memiliki tugas untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan
nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Dulunya bernama Askes (Asuransi kesehatan) yang dikelola
oleh PT. Askes. Yang akhirnya berubah menjadi BPJS Kesehatan berdasarkan UU No. 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Nasional. Sejak 1 Januari 2014.
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah bekerja di Indonesia selama
minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS. Peserta BPJS
Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran, yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu: Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan dan Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
10.10. BJPS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan adalah program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga
kerja untuk mengatasi resiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan
mekanisme asuransi sosial. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung
jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat
sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara berkembang
lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan
sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

Program-program dalam BPJS Ketenagakerjaan yaitu :


 Program Jaminan Hari Tua (JHT)

Kepesertaan bersifat wajib sesuai penahapan kepesertaan. Manfaat JHT adalah berupa
uang tunai yang besarnya merupakan nilai akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya, yang
dibayarkan secara sekaligus apabila :

 Peserta mencapai usia 56 tahun


 Meninggal dunia

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 63

 Cacat total tetap

Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat diambil sebagian jika mencapai
kepesertaan 10 tahun dengan ketentuan-ketentuan. Jika setelah mencapai usia 56 tahun peserta
masih bekerja dan memilih untuk menunda pembayaran JHT maka JHT dibayarkan saat yang
bersangkutan berhenti bekerja. Apabila peserta meninggal dunia, urutan ahli waris yang berhak atas
manfaat JHT sbb : Janda/duda; Anak; Orang tua; cucu; Saudara Kandung; Mertua; Pihak yang
ditunjuk dalam wasiat. Apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT dikembalikan ke Balai Harta
Peninggalan.

 Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Memberikan perlindungan atas risiko-risiko kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau
sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

 Program Jaminan Kematian (JKM)

Memberikan manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal
dunia bukan akibat kecelakaan kerja. Iuran JKM adalah sebagai berikut :

 Bagi peserta penerima gaji atau upah sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari gaji
atau upah sebulan.
 Bagi peserta bukan penerima upah sebesar Rp 6.800,00 (enam ribu delapan ratus Rupiah)
setiap bulan
 Program Jaminan Pensiun

Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat
kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah
peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Manfaat
pensiun adalah sejumlah uang yang dibayarkan setiap bulan kepada peserta yang memasuki usia
pensiun, mengalami cacat total tetap, atau kepada ahli waris bagi peserta yang meninggal dunia.

 Bukan Penerima Upah (BPU)

Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang melakukan kegiatan atau usaha
ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau usahanya tersebut yang
meliputi : Pemberi Kerja; Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan Pekerja yang tidak
termasuk pekerja di luar hubungan kerja yang bukan menerima Upah, contoh Tukang Ojek, Supir
Angkot, Pedagang Keliling, Dokter, Pengacara/Advokat, Artis, dan lain-lain.

 Jasa Konstruksi
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 64

Pertemuan ke-11 : “REDISTRIBUSI DAN KESEJAHTERAAN”


11.1. Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif
Kemiskinan relatif adalah Jumlah penghasilan orang miskin dibandingkan dengan
penghasilan orang kaya. Sedangkan Kemiskinan absolut yaitu Jumlah penghasilan orang miskin
dibandingkan dengan ukuran pendapatan minimal yang dapat diterima. Kemiskinan absolut
diukur dengan poverty line (garis kemiskinan).
Garis kemiskinan adalah tolak ukur yang digunakan pemerintah untuk mengukur standar
hidup minimal. Menurut Molly Orshansky, rata- rata keluarga (yang terdiri dari tiga orang atau
lebih) menggunakan sepertiga dari after tax income mereka untuk konsumsi terhadap makanan.
Namun ada tiga masalah dalam menentukan batas kemiskinan diantaranya adalah :
1. Bundle has changed.

Porsi terhadap konsumsi makanan turun seiring berjalannya waktu mengikuti porsi
kebutuhan yang lain, seperti kesehatan, rumah, pakaian,dan lain-lain.
2. Perbedaan biaya hidup.
Hal ini berkaitan dengan letak geografis, beda tempat beda harga sewa, biaya hidup.
3. Definisi pendapatan yang tidak sempurna
Untuk menentukan pendapatan, kita harus mempertimbangkan hal-hal seperti :
Memasukkan non cash transfer pada penghasilan, memasukan biaya - biaya untuk mendapatkan
penghasilan , mengakui pendapatan setelah dipotong pajak.
11.2. Categorical Welfare dan Mean Tested Welfare
Categorical welfare: Program yang dibatasi karakteristik demografi. Misalnya : Single motherhood,
disability.
Mean-tested Welfare: Program kesejahteraan yang terkait dengan tingkat pendapatan dan asset
dari penerima (lebih spesifik dibandingkan dengan categorical welfare). Misalnya : Penerima
program mean-tested welfare hanya yang mempunyai pendapatan dibawah garis kemiskinan.
11.3. Cash Welfare (benefit guarantee, benefit reduction rate), Inkind Welfare
Cash welfare adalah Program yang menyediakan bantuan atau tunjangan dalam bentuk
cash (uang). Contohnya :
a. Temporary Assistance for Needy Families (TANF)
Yaitu program yang memberikan dukungan kepada single mother berpenghasilan rendah.
b. Supplemental Security Income (SSI)
Yaitu program yang memberikan dukungan kepada lanjut usia, tuna netra, dan penyandang cacat.
Benefit guarantee: jaminan manfaat yang diberikan kepada keluarga berpenghasilan
rendah. Benefit reduction rate: Tarif yang digunakan ketika bantuan kesejahteraan turun per dolar
saat menerima pendapatan lain.
Sementara, In-Kind Programs adalah program yang menyediakan bantuan dalam bentuk
non cash. Contoh bentuk-bentuk in-kind programs :
a. Food Stamps : menyediakan voucher untuk masyarakat yang dapat mereka gunakan untk
membayar makanan pada pengecer
b. Medicaid : memberikan dukungan kesehatan kepada keluarga, lanjut usia dan penyandang cacat
yang berpenghasilan rendah.
c. Other Nutritional Programs : menyediakan biaya untuk pembeian makanan bernutrisi terutama
untuk meningkatkan perkembangan janin dan kesehatan bayi.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 65

d. Public Housing : penyediaan kawasan perumahan, penyediakan voucher untuk menyubsidi


penyewaan pribadi.
11.4. Moral Hazard, Ordeal Mechanism
Transfer menggunakan metode means-tested bisa menimbulkan moral hazard. Mengingat
versi sederhana TANF, dengan keuntungan B:

B=G–txwxh

Keterangan :
B = benefit (keuntungan)
G = Guarantee (jaminan)
W = Wages (upah)
H = Hours (banyaknya jam bekerja)

Analisa : Dengan metode means-tested dan tingkat pengurangan benefit (benefit reduction
rate) 100%, hal ini bisa menimbulkan moral hazard effect pada masyarakat. Misalnya ada 3 individu,
yaitu individu x (sebelum adanya program kesejahteraan, x bekerja selama 400 jam dengan tingkat
konsumsi sebanyak $5000), individu y (sebelum adanya program kesejahteraan, y bekerja selama
946 jam dan tingkat konsumsinya sebanyak $11.825), dan individu z (sebelum adanya program
kesejahteraan, z bekerja selama 1600 jam dengan tingkat konsumsi sebanyak $20.000).
Dengan adanya program kesejahteraan berbentuk means tested program individu dapat
dengan mudah menyamar hanya untuk berkualifikasi menjadi penerima bantuan itu. Apabila
individu diterima sebagai penerima bantuan, maka ia mendapatkan benefit sebesar $10.825 dan
apabila ia menerima penghasilan tambahan $1, maka benefit yang diterimanya akan berkurang $1.
Untuk individu x, dia akan lebih memilih untuk tidak bekerja, karena dia bisa memanfaatkan waktu
luangnya lebih banyak dan tingkat konsumsi yang lebih tinggi apabila ia menerima bantuan
kesejahteraan. Bagi individu y, dia mungkin akan memilih untuk tidak bekerja karena ia hanya
kehilangan $1000 konsumsi apabila tidak bekerja dan mendapatkan waktu luang lebih banyak dari
sebelumnya. Sedangkan bagi individu z, dia tidak menerima social welfare karena apabila ia
menerima itu, maka indiferrence curve nya lebih rendah. Jadi terlihat jelas bahwa hal ini
menimbulkan moral hazard pada masyarakat.
Kita bisa mengurangi moral hazard dengan menurunkan tarif pengurangan benefit (benefit
reduction rate).

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 66

Ordeal mechanisms: Suatu fitur dari jaminan kesejahteraan yang membuat program menjadi
kurang menarik sehingga jaminan hanya diperoleh individu yang benar- benar membutuhkan.
Paradoks dari Ordeal Mechanisms: Mungkin akan terlihat lebih buruk bagi individu yang
membutuhkan yang dikenai ordeal mechanisms, namun sebenarnya itu lebih baik bagi mereka.
11.5. Outside options (Training, Labor Market Subsidies, Child Care, Child Support)
Pendekatan outside options dapat mengurangi efek moral hazard dari kesejahteraan, jadi
individu menjadi kurang tertarik dengan program kesejahteraan. Ada 5 pendekatan yang dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan outside options bagi penerima program kesejahteraan:
1. Training (Pelatihan)

Pendekatan sederhana yang bisa digunakan adalah melalui training bagi penerima welfare.
Banyak wanita dari program ini memiliki skill yang rendah. Jika wanita bisa belajar keahlian-keahlian
di masa ekonomi sekarang ini, maka potensi upah mereka akan meningkat. Hasilnya mereka akan
menjadi kurang tertarik dengan program kesejahteraan ini.
2. Labor Market Subsidies

Pendekatan ini dilakukan dengan cara mensubsidi upah pasar dengan tujuan untuk
membuat kesan bahwa bekerja menjadi lebih menarik untuk dilakukan sehingga mereka akan
meninggalkan welfare.
3. Child Care

Subsidi untuk penitipan anak membuat peningkatan dalam penawaran tenaga kerja wanita.
4. Child Support

Child support adalah pembayaran yang harus dilakukan salah satu orang tua anak
berdasarkan putusan pengadilan. Misalnya bagi orang tua yang bercerai, salah satu orang tua
(biasanya ayah) akan memberikan tunjangan untuk biaya hidup dan pendidikan anak kepada wali
yang merawat anak/keturunannya (biasanya ibu).
5. Remove “Welfare Lock”

Remove “Welfare lock” maksudnya tidak menghubungkan cash welfare dan in-kind benefit.
Misalnya individu mungkin takut apabila ia meninggalkan cash welfare, maka ia akan kehilangan
bantuan in-kind benefit, sehingga pada akhirnya tidak berani untuk meninggalkan kedua program.
Dengan me-remove “welfare lock” mungkin menghapus kekhawatiran individu akan hilangnya
kesempatannya dalam mendapatkan in-kind benefit.
11.6. Bagaimana mengukur kesuksesan?
“Berhasil” tidaknya reformasi kesejahteraan tergantung pada empat faktor :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 67

1. Pemerataan penghasilan, bukan hanya pada rata- rata pendapatannya.

2. Pengurangan utilitas dari kurangnya waktu luang.

3. Apakah block grants bekerja dengan baik selama resesi

4. Efek jangka panjang pada anak- anak

Pertemuan ke-12 : “PERPAJAKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN”


12.1. Jenis pajak
Ada 5 jenis pajak yang paling umum yaitu :

a. Taxes on earnings (pajak atas gaji)

jenis pajak yang pertama adalah pajak gaji, yaitu pajak yang dipungut dari gaji yang diterima
pekerja. Pajak payroll/gaji sebagai sarana untuk membiayai program asuransi sosial seperti jaminan
sosial, asuransi pengangguran, asuransi pengobatan dan lain-lain.

b. Pajak atas pendapatan individu

Jenis pajak kedua adalah pajak pendapatan individu, yaitu pajak yang dibayarkan oleh
individu-individu atas pendapatan yang didapatkan sepanjang tahun. Bentuk dari pajak pendapatan
yang dari berasal dari bunga tertentu adalah pemajakan atas keuntungan dari modal/capital,
penghasilan dari penjualan aset modal seperti saham, lukisan dan rumah.

c. Pajak pendapatan korporasi/perusahaan

Beberapa negara juga menerapkan pemajakan terpisah atas penghasilan yang diterima
korporasi melalui corporate income tax.

d. Pajak kekayaan

Pajak kekayaan adalah pajak yang dibayarkan atas nilai dari aset yang dimiliki oleh
perorangan atau keluarga, seperti tanah, perhiasan, karya seni, bangunan, dan saham-saham.

e. Pajak konsumsi

Yaitu pajak yang dibayarkan atas konsumsi individu atau rumah tangga atas barang-barang
(dan beberapa jasa). Pajak konsumsi sering dipungut dalam bentuk pajak penjualan. Pajak pajak ini
dapat dalam variasi konsumsi yang luas atau ke barang-barang tertentu saja. Ketika menerapkan
hanya ke barang tertentu, seperti rokok atau bensin, pajak penjualan disebut sebagai pajak cukai.

12.2. Tax credit, witholding, refund


Wajib pajak dapat mengurangi pembayaran pajak mereka dengan kredit pajak tertentu.
Kredit pajak yaitu jumlah pengurangan yang diperbolehkan bagi wajib pajak dari pajak yang wajib
diberikan kepada pemerintah melalui pengeluaran, misalnya pada child care/perawatan anak.

Bagi kebanyakan wajib pajak, pajak dikurangi dari pendapatan gaji atau upah mereka ketika
dihasilkan, proses yang dikenal dengan witholding. Witholding adalah pemungutan pajak yang
mengurangi gaji pekerja secara langsung.

Refund adalah selisih/perbedaan antara jumlah yang dipungut dari gaji pekerja dan pajak yang
wajib disetor, dimana apabila yang dipotong lebih besar jumlahnya, maka terjadi lebih bayar, dan
oleh karena itu selisih tersebut dikembalikan kepada wajib pajak.

12.3. Marginal tax rate, average tax rate

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 68

Ada 2 konsep yang menggambarkan pengaturan tarif pajak pendapatan, yaitu marginal tax
rate atau tarif pajak marginal dan average tax rate atau tarif pajak rata-rata. Marginal tax rate
adalah persentase yang dibayarkan dalam pajak untuk setiap dollar selanjutnya yang dihasilkan.
Misalnya di Amerika Serikat berlaku ketentuan sebagai berikut : marginal tax rate untuk individu
yang pendapatannya di bawah $16.700 adalah 10%, sedangkan untuk individu yang penghasilannya
di atas $372.950, marginal tax ratenya adalah 35%.

Average tax rate adalah persentase dari total pendapatan yang dibayarkan dalam pajak,
dimana itu dihitung berdasarkan rasio antara total pembayaran pajak dengan total pendapatan.
Tarif pajak rata-rata seseorang adalah rata-rata yang dibobotkan dari tarif marginal yang dibayarkan
individu sepanjang penghasilannya memenuhi tax schedule.

12.4. Vertical equity, horizontal equity


Dua tujuan distribusi sering dipertimbangkan dalam pengukuran keadilan pajak. Vertical
equity adalah prinsip dimana kelompok yang memiliki resource/sumber daya lebih banyak
(misalnya pendapatan lebih tinggi, kekayaan lebih tinggi atau keuntungan lebih besar) harus
membayar pajak lebih tinggi dari pada kelompok yang resourcesnya lebih rendah. Sedangkan
Horizontal equity atau Kesamaan/keadilan horizontal adalah prinsip dimana individu yang serupa
namun memiliki ekonomi atau pilihan gaya hidup berbeda harus diperlakukan sama oleh sistem
pajak. Ada sebuah contoh yang menggambarkan ketidaksamaan/ketidakadilan horizontal.
Asumsikan bahwa ada 2 individu, yaitu individu A dan B. Mereka identik dalam hal kepintaran,
pendidikan dan semangat/motivasi. Si A memilih untuk meghabiskan waktu dirumah bersama
keluarganya, sedangkan si B memilih untuk menghabiskan waktu lebih banyak dalam bekerja.
Walaupun mereka sama dalam beberapa aspek, namun si B memiliki pendapatan lebih tinggi
daripada si A, sehingga B membayar pajak lebih tinggi.

12.5. Progresif, proporsional, regresif


Banyak analisis mengatakan bahwa sistem pajak keadilan vertikal harus bersifat progresif,
yaitu sistem pajak dimana tarif pajak rata-rata efektif meningkat seiring dengan pendapatan yang
meningkat. Jadi orang yang kaya membayar lebih banyak atas pendapatan mereka dari pada orang
miskin. Misalnya individu membayar pajak dengan tarif 10% untuk yang pendapatannya $10.000,
tetapi mereka membayar 30% dari pendapatannya mereka untuk pajak jika pendapatannya
$100.000.

Proporsional adalah sistem pajak dimana tarif pajak rata-rata efektif tidak berubah
berapapun pendapatan yang diterima, jadi semua wajib pajak membayar proporsi atau jumlah yang
sama atas penghasilan yang mereka terima. Misalnya individu membayar pajak dengan tarif 15%
tidak peduli apakah pendapatan mereka $10.000 atau $100.000).

Degresif adalah sistem pajak dimana tarif pajak rata-rata efektif menurun seiring dengan
meningkatnya pendapatan yang diterima. Misalnya individu membayar pajak dengan tarif 15%
untuk pendapatan mereka sampai $10.000, tetapi hanya membayar pajak dengan tarif 10% untuk
penghasilan mereka sampai $100.000.

12.6. Haig-simon comprehensive income


Definisi Pendapatan Komprehensif Haig-Simons

Patokan yang digunakan ahli ekonomi untuk mendefinisikan pendapatan adalah Haig-
simons comprehensive income definition, yang mendefinisikan sumber penghasilan yang dapat
dipajaki sebagai kemampuan individu untuk membayar pajak. Kemampuan untuk membayar ini
sama dengan potensi konsumsi tahunan seseorang, total konsumsi individu sepanjang tahun,
ditambah dengan kenaikan persediaan harta/kekayaan.

Apakah definisi Haig Simon masuk akal sebagai tujuan untuk desain dasar pajak? Ada 2
aspek untuk mengukur keadilan dalam sistem pajak. Keadilan vertikal tercapai ketika wajib pajak

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 69

yang pendapatannya tinggi membayar pajak lebih besar atas pendapatan mereka dan keadilan
horizontal tercapai ketika wajib pajak yang identik membayar jumlah yang sama dalam pajak tidak
peduli pilihan apa yang mereka buat.

Dengan demikian, mengikuti definisi Haig-simons dapat memperbaiki keadilan sistem pajak
dari dimensi keadilan vertikal dan horizontal. Bagaimanapun implementasi dari bagian ini ada 2
kesulitan yang ada dalam mengimplementasikan definisi Haig simons dalam sistem pajak di Amerika
Serikat yaitu :

1. kesulitan tentang bagaimana mendefinisikan kekuasaan seseorang untuk


mengkonsumsi/kemampuan untuk membayar
2. Bagaimana menilai pengeluaran non konsumsi?

12.7. Marginal and inframarginal impacts


Sebagai contoh asumsikan ada $1 million pemberian swasta untuk tunawisma tanpa adanya
keringanan pajak. Pemerintah kemudian memperbolehkan individu-individu untuk memotong
pemberian amal ini dari pendapatan kena pajak mereka, dengan tingkat pajak 50%, dan ini
meningkatkan pemberian kepada tunawisma sebesar $1,5 million. Pemerintah oleh karena itu telah
mendorong pemberian $500.000 dalam pemberian baru melalui keringanan pajak ini. Namun untuk
yang telah memberikan $1 million, ada juga keringan pajak $500.000 sebagai reward atas apa yang
telah mereka lakukan.
Marginal impacts adalah perubahan dalam perilaku swasta yang diharapkan pemerintah
dapat meningkatkan support/dorongan melalui pemberian insentif pajak. Dalam kasus pemberian
amal tadi, pemerintah ingin mendorong orang untuk memberikan lebih banyak amal dengan
menawarkan insentif pajak ini. Marginal impact adalah kenaikan $500.000 dalam pemberian ke
tunawisma yang didorong oleh subsidi pajak atas pemberian amal. Sedangkan inframarginal
impacts adalah keringanan pajak yang diberikan pemerintah kepada individu yang perilakunya tidak
berubah oleh kebijakan pajak yang baru.
12.8. Deductions Vs tax credit
Tax deductions atau pembebasan pajak memperbolehkan wajib pajak untuk mengurangi
taxable income mereka dalam jumlah tertentu (misalnya jumlah pemberian amal ataupun deduksi
bunga hipotek rumah). Oleh karena itu, deduksi menrendahkan harga perilaku sebesar $(1-T)
dimana T adalah marginal tax rate atau tarif pajak marjinal. Sedangkan kredit pajak
memperbolehkan wajib pajak untuk mengurangi jumlah pajak yang wajib dibayar ke pemerintah
dalam jumlah tertentu (misalnya jumlah yang mereka habiskan untuk menitipkan anak mereka). Jika
pengeluaran individu lebih kecil dari pada jumlah kredit, maka kredit pajak merendahkan harga
perilaku menjadi nol.
12.9. Pertimbangan efisiensi
Pendekatan mana yang lebih dipilih? Jawabannya tidak jelas dari segi efisiensi. Sebagai
contoh, pertimbangkan dalam mengganti deduksi pemberian amal menjadi 100% kredit pajak untuk
pemberian amal sampai dengan $1.000. Untuk individu yang memberikan lebih kecil dari $1.000
sekarang, kredit memberikan insentif yang lebih kuat untuk memberikan amal sampai level $1.000
karena bebas (pembayaran pajak menurun $1 untuk setiap dollar yang kita berikan). Ketika
seseorang memberikan lebih dari $1.000, tidak ada tambahan benefit dari kredit pajak. Deduksi
bagaimanapun, terus menerus memberikan insentif untuk memberi amal bahkan di atas batas
$1.000. Trade-off yang dialami pemerintah adalah antara sebuah sistem yang mensubsidi semua
pemberian secara parsial (deduksi) versus yang mensubsidi secara penuh dan beberapa yang tidak
sama sekali (kredit).
Kebijakan mana, deduksi atau kredit yang lebih efisien ditentukan atas 2 pertimbangan.
Pertama adalah sifat permintaan terhadapat barang-barang subsidi. Secara realita, elastisitas
permintaan mungkin berbeda-beda tergantung besaran dari perubahan harga. Untuk beberapa
barang, permintaan individu mungkin sangat elastis dalam respon atas adanya reduksi besar dalam

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 70

harga, tetapi tidak sangat elastis dalam respon atas adanya reduksi yang kecil. Di beberapa kasus,
kredit mungkin menyebabkan kenaikan lebih besar dalam pemberian amal (sebagai contoh) dari
pada deduksi, karena kredit membuat reduksi lebih besar atas harga.
Kedua, pembuat kebijakan harus menentukan seberapa penting untuk mencapai level
minimum perilaku. Dengan pemberian amal, misalnya, tidak ada alasan yang jelas mengapa $1.000
harus menjadi target, jadi lebih baik untuk secara sederhana mensubsidi individu untuk memberikan
sebanyak yang mereka inginkan. Dengan beberapa perilaku, bagaimanapun, pemerintah mungkin
ingin mensubsidi beberapa level minimal dari penyediaan tapi tidak mensubsidi. Seperti yang telah
didiskusikan di Chapter 15, asuransi kesehatan mungkin sesuai dengan kasus ini.
12.10. Pertimbangan keadilan
Dalam hal keadilan vertikal, kredit pajak lebih adil dari pada deduksi/pembebasan. Nilai
deduksi meningkat dengan tarif pajak seseorang, dan oleh karena itu pendapatan seseorang,
membuat deduksi yang regresif (jumlah deduksi lebih tinggi, sebagai bagian dari pendapatan, untuk
wajib pajak yang berpendapatan tinggi). Kredit, di sisi lain, tersedia secara sama atau merata untuk
semua pendapatan, jadi mereka bersifat progresif (jumlah kredit lebih rendah, sebagai bagian dari
pendapatan, bagi wajib pajak berpendapatan tinggi).

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 71

Pertemuan ke-13 : “TAX INCIDENCE”


13.1. Tax Incidence (statutory vs economic)
Insiden Pajak artinya menilai pihak mana ( konsumen atau produsen ) yang sebenarnya
menanggung beban murni pajak. Insiden Hukum (statutory) menjelaskan bahwa beban pajak
ditanggung oleh pihak yang mengirimkan cek/membayar pajak kepada pemerintah. Sedangkan
Insiden Ekonomi (economic incidence) menjelaskan bahwa beban pajak diukur dari adanya
perubahan dalam sumber daya yang tersedia untuk setiap agen ekonomi sebagai akibat dari
perpajakan. Insiden Ekonomi termasuk pembayaran pajak yang dibayarkan dan setiap perubahan
harga yang disebabkan oleh pajak.
Ada 3 aturan dari insiden pajak (tax incidence) :
1. Beban hukum dari pajak tidak bisa menjelaskan secara akurat siapa yang sebenarnya
dikenakan pajak
2. Pasar yang dikenakan pajak tidak relevan dengan pendistribusian beban pajak
3. Pihak dengan permintaan dan penawaran inelastis yang menanggung beban pajak.

Beban pajak Konsumen


= (harga sesudah kena pajak– harga sebelum kena pajak) + per-unit pajak konsumen

Beban pajak produsen


=(harga sebelum kena pajak– harga sesudah kena pajak ) + per-unit pajak produsen

Tax wedge (irisan pajak) adalah perbedaan antara apa yang konsumen bayar dan apa yang
produsen terima (pajak bersih) dari transaksi. Jika beban konsumen adalah $0.30 dan beban
produsennya adalah $0.20, maka irisan pajaknya adalah $0.50. Harga Bruto adalah harga yang ada
di pasar. Harga setelah Pajak adalah harga bruto dikurangi jumlah pajak (jika produsen membayar
pajak) atau ditambah jumlah pajak ( jika konsumen membayar pajak).
13.2. Tax incidence dan elastisitas (permintaan dan penawaran)
Menurut Insiden Ekonomi, beban pajak yang ditanggung ditentukan oleh elastisitas
penawaran dan permintaan, itulah mengapa, responsif kuantitas penawaran atau permintaan
adalah perubahan harga. Jika satu sisi pada pasar adalah Inelastis sempurna, maka pasar tersebut
menanggung seluruh perpindahan beban pajak yang ditujukan pada pasar tersebut. Full shifting
atau Pergeseran penuh artinya salah satu pihak pada saat transaksi menanggung seluruh beban
pajak

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 72

Permintaan Inelastis Sempurna, beban pajak seluruhnya ditanggung oleh konsumen

Permintaan Elastis Sempurna, beban pajak ditanggung seluruhnya oleh produsen

13.3. Tax incidence di pasar tenaga kerja

Analisis Insiden Pajak berasumsi bahwa harga dapat menyesuaikan dengan sendirinya.
Namun, apabila ada aturan mengenai upah minimum yang harus diterima pekerja, maka gaji tidak

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 73

boleh jatuh dibawah standar gaji minimum. Gaji Minimum yaitu jumlah minimum yang harus
dibayar kepada pekerja untuk setiap jam kerja.
Batas penyesuaian harga mengubah Insidensinya.

13.4. Tax incidence di pasar monopoli dan oligopoli


Pasar monopoli adalah kasus yang ekstrim pada pasar persaingan tidak sempurna. Pasar
Monopoli adalah pasar dimana hanya ada satu penjual pada barang. Pasar Monopoli mengambil
keputusan untuk memproduksi apabila MR = MC.

Walaupun di pasar monopoli, pajak di kedua sisi pasar mengakibatkan hasil yang sama
dalam pembagian beban pajak, Pasar Monopoli tidak dapat “mengeksploitasi kekuatan pasarnya
sendiri” untuk menghindari peraturan insidensi pajak. Sedangkan, Pasar Oligopoly adalah pasar
dimana perusahaan mempunyai beberapa kekuatan pasar dalam hal mengatur harga, tapi tidak
sebanyak atau sekuat monopoli.
13.5. Tax incidence pada keseimbangan umum
Kesimbangan parsial Insidensi pajak: Analisis yang menyadari dampak dari pajak pada
pasar yang terisolasi. Keseimbangan Umum Insidensi Pajak: Analisis yang menyadari dampak dari
hubungan pasar pada pajak yang dikenakan pada satu pasar.
Contoh Keseimbangan Umum :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 74

Keseimbangan Umum Insidensi Pajak :

Dampak dari Periode Waktu pada Insidensi pajak : Jangka pendek versus Jangka Panjang
Faktor yang secara inelastis pada permintaan dan penawaran di kedua jangka waktu baik
pendek maupun panjang menanggung pajak pada jangka panjang. Investasi tidak dapat diubah, jadi
modal penawaran adalah inelastis pada jangka pendek. Investor mempunyai banyak kesempatan,
jadi pada jangka panjang, elastisitas pada modal mungkin akan tinggi.
Dampak Lingkup Pajak pada Insidensi Pajak :
Insidensi Pajak berdasar pada bagaimana pajak diaplikasikan secara luas. Pajak yang luas
akan lebih sulit untuk menghindar daripada pajak yang sempit, jadi respon dari produsen dan
konsumen akan membuat pajak lebih kecil dan inelastis. Pajak yang terdapat pada restaurant local
memiliki perbedaan Insidensi daripada pajak dari seluruh restaurant.

Pertemuan ke-14 : “INEFISIENSI DAN PAJAK OPTIMAL”


14.1. Pajak dan efisiensi
Pada umumnya, pasar dapat memproduksi hasil yang efisien, dimana:

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 75

Harga pasar = keuntungan sosial marjinal = biaya/harga sosial marjinal


Adanya pajak “mengganggu” pasar dan menurunkan efisiensinya. Orang orang mengganti produk
yang terkena pajak dan menggunakan alternatif yang kurang efisien.

Pajak menjadi penghambat antara keuntungan sosial marjinal dan harga sosial marjinal,
mencegah perdagangan yang saling menguntungkan terjadi. Unit antara 90 dan 100 akan
menghasilkan surplus konsumen dan produsen. Surplus yang hilang karena perpajakan dinamakan
deadweight loss (DWL). Besarnya deadweight loss tergantung dari elastisitasnya.
14.2. Inefisiensi pasar dan elastisitas (permintaan dan penawaran)
Elastisitas permintaan dan penawaran menentukan ketidakefisiensian pajak.

Deadweight loss disebabkan oleh individu dan perusahaan yang membuat konsumsi dan
pilihan produksi yang tidak efisien untuk menghindari pajak. Ketidakefisiensian dari beberapa pajak
ditentukan oleh sejauh mana konsumen dan produsen mengubah perilaku mereka untuk
menghindari pajak. Semakin elastis permintaan dan penawaran, semakin besar deadweight loss.

“DWL naik dengan pengkuadratan pajak, jadi DWL marjinal naik dengan persentase pajak.
Marginal Deadweight loss adalah peningkatan deadweight loss per unit seiring dengan besarnya
persentase pajak”.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 76

Efisiensi Sistem Pajak juga dipengaruhi oleh distorsi yang sudah ada sebelumnya. Karena
marjinal dead weight loss naik dengan persentase pajak, distorsi yang sudah ada sebelumnya
mempengaruhi efisiensi dari pajak yang baru. Distorsi yang sudah ada sebelumnya maksudnya
Kegagalan pasar, seperti eksternalitas dan persaingan yang tidak sempurna yang ada sebelum
adanya intervensi pemerintah.

Eksternalitas persaingan tidak sempurna, menimbulkan pajak.

14.3.Teori pajak optimal Ramsey


Menurut aturan Ramsey, untuk meminimalkan deadweight loss dari sistem pajak sekaligus
meningkatkan jumlah tetap dari pendapatan, pajak harus ditetapkan di semua komoditas sehingga
rasio marginal deadweight loss terhadap penambahan pendapatan marjinal sama di semua
komoditas.

Perpajakan yang optimal dilakukan dengan menyeimbangkan dua aturan, yaitu :

1. Aturan elastisitas : pajak dengan tarif rendah pada barang yang permintaannya lebih elastis

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 77

2. Broad base rule : Lebih baik menerapkan pajak yang tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil
untuk berbagai macam barang dari pada menerapkan pajak yang berat untuk beberapa jenis
barang.

14.4. Pajak optimal untuk komoditas


Perpajakan untuk komoditas yang optimal : menentukan tarif pajak di semua komoditas
untuk meminimalkan deadweight loss dan memberikan pemerintah pendapatan yang
dibutuhkannya.

Deaton (1997) mempelajari permintaan barang bersubsidi di Pakistan, melihat


elastisitasnya, dan pendapatan dari orang yg mengkonsumsinya.

Barang Subsidi Elastisitas Dikonsumsi oleh

Gandum 40% −0.64 Miskin

Beras 40% −2.08 Semua

Minyak −5% −2.33 Miskin

APLIKASI: Konsekuensi Efisiensi Pajak dan Subsidi di Pakistan : Gandum (Permintaan Elastis)

APLIKASI: Konsekuensi efisiensi Pajak dan Subsidi di Pakistan : Beras (Permintaan lebih elastis)

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 78

APLIKASI: Konsekuensi efisiensi Pajak di Pakistan : Minyak dan Lemak (Permintaan elastis)

14.5. Pajak optimal untuk pajak pendapatan


Pajak penghasilan optimal: Memilih tarif pajak di seluruh kelompok pendapatan untuk
memaksimalkan subjek kesejahteraan sosial untuk persyaratan pendapatan pemerintah.
Fungsi kesejahteraan sosial memandu trade-off antara progresivitas dan efisiensi
Contoh Sederhana :
Misalnya semua orang dalam masyarakat memiliki fungsi utilitas yang sama, yaitu U1 = U2 =
… = U. Total pendapatan masyarakat tetap, tidak ditentukan oleh pilihan individu yang dapat
merespon tingkat pajak. Masyarakat memiliki fungsi kesejahteraan sosial utilitarian yang sama dan
tertimbang :
V = U1 + U2 + …
Berdasarkan asumsi berikut :
Sistem pajak penghasilan yang optimal adalah sistem yang membiarkan semua orang
dengan level yang sama melaporkan pajak penghasilannya. Orang dengan penghasilan di bawah
rata-rata akan menerima transferan untuk meningkatkan penghasilan mereka ke rata rata. Tarif
pajak marjinal di bawah sistem ini adalah 100%. Jika pendapatan mempengaruhi pajak, tarif pajak
optimal menjadi lebih rendah.
14.6. Kurva Laffer

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 79

Keseimbangan pendapatan pajak optimal:

Ekuitas vertikal: Kesejahteraan sosial dimaksimalkan ketika mereka yg tingkat konsumsinya tinggi,
utilitas marginal rendah, dikenai pajak yg lebih besar. Sedangkan mereka yg tingkat konsumsinya
rendah, utilitas marginal tinggi, dikenai pajak lebih rendah.

Respon perilaku: sebagaimana pajak yang meningkat pada suatu kelompok, individu dalam
kelompok tersebut mungkin merespon dengan mengurangi pendapatannya.

Contoh: Pendapatan pajak optimal dengan dua tipe

14.7. Keterhubungan benefit dengan pajak


Keterkaitan pajak-manfaat: Hubungan langsung antara pajak yang dibayar dan manfaat
yang diterima. Dengan mengenal keterkaitan ini akan memperkaya perubahan cerita, dengan
banyaknya pembayaran pajak akan secara langsung berkaitan dengan manfaatnya.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 80

• Kapan ada keterkaitan pajak-manfaat?

Keterkaitan pajak-manfaat paling kuat ketika pajak yang dibayar dihubungkan langsung
manfaatnya kepada pekerja.

Pertemuan ke-15 : “PAJAK ATAS PENAWARAN TENAGA KERJA”


15.1. Trade-off kerja dan leisure
Pada pertemuan sebelumnya, kita telah membahas tentang bagaimana penawaran tenaga
kerja merespon perubahan dalam perpajakan. Jika individu mengurangi usaha mereka untuk
bekerja karena adanya kenaikan pajak, maka pajak pendapatan dapat mengakibatkan Deadweight
losses pada masyarakat.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 81

Grafik di atas mengilustrasikan pilihan-pilihan yang mungkin dibuat Aldi antara waktu luang
dan konsumsinya (dalam dollar). Pada pembahasan sebelumnya, kita menghitung waktu kerja
dengan cara mengurangi total waktu possible hours dengan waktu luang. Asumsikan juga slope dari
budget constraint, tingkat upah, 12.50, adalah harga dari waktu luang karena itu adalah opportunity
cost dari mengambil waktu luang dibandingkan dengan bekerja. Sebelum pajak dikenakan, Aldi
menikmati tingkat waktu luang 900 dan tingkat konsumsi di C1 = $13,750 (titik A).
Ketika dikenakan pajak, misalnya 30% untuk setiap dollar gaji yang dihasilkan, slope dari
budget constraint Aldi sekarang adalah gaji setelah pajak, yaitu 12,50 X (1-0,3) = 8,75. Pajak
pendapatan yang flat pada tingkat 0,3 menyebabkan budget constraint poros ke dalam dari BC1 ke
BC2. Aldi sekarang juga mengkonsumsi barang yang lebih sedikit dari sebelumnya, yaitu C2 = $9,625
karena beberapa dari pendapatannya digunakan untuk membayar pajak.
15.2. Income effect pajak atas penawaran tenaga kerja
Kita tidak bisa menyimpulkan dengan pasti apa yang akan terjadi pada penawaran tenaga
kerja sebagai hasil dari adanya pajak karena ada 2 (dua) efek yang mengimbangi, yaitu efek
substitusi dan efek pendapatan. Gaji setelah pajak adalah harga efektif dari waktu luang. Karena
gaji setelah pajak lebih kecil dari gaji sebelum pajak, harga dari waktu luang telah jatuh. Penurunan
dari harga waktu luang akan menyebabkan efek subtitusi yaitu lebih banyak waktu luang dan
sedikit bekerja. Namun bagaimanapun, adanya penurunan untuk bekerja mengakibatkan
seseorang menjadi lebih miskin (buruk) pada tingkat penawaran tenaga kerja yang diberikan.
Penurunan dalam pendapatan yang diterima akan menyebabkan income effect (efek pendapatan)
yang menyebabkan seseorang hanya bisa membeli atau mengonsumsi barang yang lebih sedikit,
termasuk waktu luang; karena waktu luang lebih sedikit, berarti lebih banyak waktu untuk
bekerja. Karena efek subtitusi dan pendapatan pada penawaran tenaga kerja menyebabkan arah
yang bertentangan, kita tidak bisa memprediksikan dengan jelas, apakah penawaran tenaga kerja
naik atau jatuh dalam responnya terhadap tingkat pajak.
Contoh kasus untuk efek pendapatan pada penawaran tenaga kerja :
Misalnya alasan Donny bekerja adalah untuk membeli sebuah CD setiap minggunya. Jika
Donny menghasilkan pendapatan $5 per jam, dan harga sebuah CD adalah $20, maka Donny akan
bekerja selama 4 jam per minggu. Jika pemerintah mengenakan pajak 20% untuk pendapatan
tenaga kerja, maka gaji setelah pajak Donny akan jatuh menjadi $4 per jam dia bekerja. Untuk
membeli CD yang sama, Donny sekarang harus bekerja selama 5 jam per minggu. Dengan demikian,
Donny bekerja lebih keras meskipun gaji setelah pajaknya turun, karena dia punya target
pendapatan yang harus dia hasilkan. Artinya dalam kasus ini, income effect lebih mendominasi dan
kuantitas tenaga kerja yang ditawarkan meningkat.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 82

Pada grafik B, income effect dari pendapatan setelah pajak lebih besar dari pada substitution
effect dari perpajakan. Pada kasus ini, waktu luang jatuh dari 900 jam menjadi 600 jam, yang
mengakibatkan penawaran tenaga kerja lebih tinggi.
15.3.Substitution effect pajak atas penawaran tenaga kerja

Pada grafik a, efek substitusi perpajakan (mengurangi harga waktu luang, mengakibatkan
seseorang menjadi ingin lebih banyak waktu luang) lebih besar dari pada income effect dari
pendapatan yang lebih rendah setelah adanya pajak (yang mengakibatkan waktu luang lebih sedikit).
Pada kasus ini, waktu luang seseorang naik dari 900 jam menjadi 1200 jam yang menurunkan
penawaran tenaga kerja.

Dua kemungkinan tadi (grafik a dan b) mengartikan bahwa ada dua kondisi untuk kurva
penawaran dalam pasar tenaga kerja. Jika efek substitusi lebih mendominasi, seperti dalam kasus
a, maka kurva penawaran tenaga kerja adalah upward-sloping atau naik. Jika income effect lebih
mendominasi, maka kurva penawaran tenaga kerja adalah downward-sloping karena efek
pendapatan pada penawaran tenaga kerja proporsional dengan waktu bekerja sebelum gaji
berubah. Jika individu belum pernah bekerja sama sekali, maka ada efek subtitusi pada keputusan
penawaran tenaga kerja, tapi tidak ada income effect : mereka tidak merasa lebih miskin/buruk
karena mereka belum memiliki pendapatan apapun sebelum pajak. Dengan demikian, untuk tingkat
penawaran tenaga kerja yang rendah, terlihat tidak mungkin bahwa efek pendapatan lebih besar
dari pada efek substitusi. Sedangkan untuk tingkat penawaran tenaga kerja yang lebih tinggi, dimana

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | KEUANGAN PUBLIK 83

ada hilangnya pendapatan yang lebih tinggi karena pajak gaji, efek pendapatan dapat menjadi lebih
mendominasi dari pada efek substitusi.

Pertemuan ke-16 : “REVIEW”


Silahkan direview kembali ya teman-teman materi pertemuan sebelumnya 

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 84

Manejemen
PERTEMUAN KE-9
DESAIN ORGANISASI

 Pengorganisasian adalah penyusunan dan strukturisasi pekerjaan untuk mencapai sasaran


organisasi.
 Strukturisasi organisasi adalah susunan tugas-tugas formal di dalam suatu organisasi, biasanya
dapat ditemukan dalam bagan struktur organisasi itu sendiri.
 Desain organisasi adalah proses yang melibatkan keputusan-keputusan yang mencakup 6
elemen, yakni:
1. Spesialisasi kerja
2. Departementalisasi
3. Rantai komando
4. Rentang kendali
5. Sentralisasi dan desentralisasi
6. Formalisasi

 SPESIALISASI KERJA
Yaitu membagi kegiatan pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang terpisah. Akan tetapi, spesialisasi
kerja yang terlampau ekstrem dapat membawa dampak negatif, seperti:
- Kebosanan
- Kelelahan
- Stress
- Meningkatnya perputaran pekerja
- Kualitas buruk
- Absen yang bertambah
- Kinerja yang menurun

 DEPARTEMENTALISASI
Yaitu mengelompokkan kegiatan pekerjaan yang terpisah. Bentuk umum departementalisasi
antara lain:

Bentuk Departementalisasi Kelebihan Kekurangan


Fungsional = berdasarkan - Efisiensi dari - Minimnya komunikasi
fungsi pengumpulan spesialisasi antara berbagai bidang
yang serupa dan orang fungsional
dengan kemampuan, - Terbatasnya sudut
pengetahuan, dan pandang sasaran
orientasi yang sama organisasi
- Koordinasi di dalam
bidang fungsional
tersebut
- Spesialisasi yang makin
terasah

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 85

Geografis = berdasarkan - Lebih efektif dan efisien - Duplikasi fungsi


wilayah geografis dalam menangani - Bisa merasa terisolasi
permasalahan yang dari bidang organisasi
muncul di wilayah lainnya
tertentu
- Memenuhi kebutuhan
pasar di wilayah
geografis tersebut secara
lebih baik
Produk = berdasarkan lini - Memungkinkan - Duplikasi fungsi
produk spesialisasi dalam - Terbatasnya sudut
produk dan layanan pandang sasaran
tertentu organisasi
- Manajer bisa menjadi
pakar dalam industri
yang digeluti
- Lebih dekat dengan
pelanggan
Proses = berdasarkan basis - Aliran aktivitas kerja - Hanya bisa diterapkan
produk atau aliran konsumen lebih efisien pada jenis produk
tertentu saja
Konsumen = berdasarkan - Kebutuhan dan masalah - Duplikasi fungsi
hakikat spesifik dan unik pelanggan bisa ditangani - Terbatasnya sudut
konsumen yang memiliki oleh para spesialis pandang sasaran
kebutuhan yang sama organisasi

 RANTAI KOMANDO
Yaitu hierarki wewenang dari tingkat organisasi yang tinggi hingga ke yang rendah, yang
menegaskan siapa melapor ke siapa.
Tiga konsep dalam rantai komando, yaitu:
1. Wewenang, yakni hak mutlak dari posisi seorang manajer untuk memerintahkan apa yang
harus dilakukan staf dan mengharapkan mereka melakukannya.
2. Tanggung jawab, yakni kewajiban atau ekspektasi untuk melakukan tugas-tugas yang
diberikan.
3. Kesatuan komando, yakni prinsip manajemen yang menegaskan bahwa satu orang
seharusnya hanya melapor pada satu orang manajer saja.

 RENTANG PENGENDALIAN
Yaitu jumlah pekerja yang bisa dikelola seorang manajer secara efektif dan efisien.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi manajer dalam mengatur jumlah
pekerjanya, antara lain:
1. Kemampuan dan kepandaian manajer dan pekerja
2. Karakteristik tugas-tugas yang mereka kerjakan
3. Kesamaan dan kompleksitas tugas-tugas yang diemban pekerja
4. Kedekatan fisik terhadap bawahan
5. Taraf dimana prosedur terstandarisasi ditetapkan
6. Kecanggihan sistem informasi organisasi
7. Kekuatan budaya organisasi
8. Gaya kepemimpinan yang dianut manajer

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 86

Rentang yang lebih luas lebih efisien dari sisi biaya, namun dalam hal tertentu, rentang yang
lebih luas akan mengurangi efektivitas apabila kinerja pekerja memburuk karena manajer tidak
memiliki waktu untuk mengarahkan.

 SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI


Sentralisasi: kadar dimana pengambilan keputusan terkonsentrasi pada tingkat level yang lebih
tinggi.
Desentralisasi: kadar dimana pekerja level bawah bisa memberikan input atau bahkan membuat
keputusan.

Perbandingan karakteristik antara organisasi yang menerapkan sistem sentralisasi dengan


desentralisasi, antara lain:
Lebih tersentralisasi Lebih terdesentralisasi
 Lingkungan kerja yang lebih stabil  Lingkungan kerja lebih kompleks, tidak
 Manajer level bawah kurang mampu pasti
atau berpengalaman dalam membuat  Manajer level bawah mampu dan
keputusan dibandingkan dengan berpengalaman dalam membuat
manajer level atas keputusan
 Manajer level bawah tidak mau  Manajer level bawah ingin bersuara
memberikan suara dalam pembuatan dalam pembuatan keputusan
keputusan  Keputusan signifikan
 Keputusan biasanya relatif minor  Kultur perusahaan terbuka untuk
 Organisasi cenderung menghadapi krisis memungkinkan para manajer bersuara
atau berisiko atas kegagalan perusahaan tentang apa yang sedang terjadi
 Organisasinya besar  Perusahaan tersebar secara geografis
 Implementasi efektif dari segi strategi  Implementasi efektif dari segi strategi
perusahaan bergantung pada manajer perusahaan bergantung pada manajer
yang bersikukuh tentang apa yang yang terlibat dan fleksibel dalam
sedang terjadi membuat keputusan

 FORMALISASI
Yaitu sestandar apa pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam perusahaan dan taraf dimana
perilakuk pekerja dipandu oleh beragam aturan dan prosedur.
 Formalisasi tinggi: pekerja hanya memiliki sedikit keleluasaan atas apa yang dikerjakannya,
kapan diselesaikan dan bagaimana pekerjaannya.
 Formalisasi rendah: pekerja memiliki keleluasaan yang lebih atas pekerjaan mereka.

DUA MODEL DESAIN ORGANISASI

Organisasi Mekanik Organisasi Organik


Merupakan struktur yang kaku dan terkontrol Merupakan suatu struktur yang sangat adaptif
ketat, bercirikan: dan fleksibel, bercirikan:
- Spesialisasi yang tinggi - Tim lintas-fungsional
- Departementalisasi yang kaku - Tim lintas-hierarki
- Rentang pengendalian yang sempit - Informasi mengalir bebas
- Formalisasi yang tinggi - Rentang kendali yang luas
- Jaringan informasi yang terbatas - Desentralisasi
(biasanya komunikasi arah bawah) - Formalisasi rendah
- Sedikitnya partisipasi dalam
pengambilan keputusan oleh para
pekerja level bawah (sentralisasi)

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 87

Faktor kontijensi merupakan faktor-faktor yang menentukan kapan struktur mekanistik maupun
organik cocok diterapkan. Empat variabelnya yaitu:

1. Strategi dan struktur


2. Ukuran dan struktur
3. Teknologi dan struktur
4. Ketidakpastian lingkungan dan struktur

DESAIN ORGANISASI YANG UMUM

Desain Organisasi Tradisional Desain Organisasi Kontemporer


1. Simple structure, yakni desain organisasi 1. Struktur tim, merupakan bentuk dari
dengan: keseluruhan organisasi yang terdiri dari
- Departementalisasi yang rendah tim-tim kerja yang melakukan tugas-tugas
- Rentang pengendalian yang luas organisasi.
- Wewenang yang tersentralisasi pada Kekuatan: pekerja merasa lebih terlibat
satu orang dan diberdayakan; mengurangi hambatan
- Sedikitnya formalisasi di antara bidang-bidang fungsional
Kekuatan: cepat; fleksibel; Kelemahan: tidak ada rantai komando yang
pemeliharaannya hemat; akuntabilitasnya jelas; tekanan diberikan kepada masing-
jelas masing tim dalam berkinerja
Kelemahan: kurang layak diterapkan ketika
organisasinya berkembang; bertumpu pada 2. Struktur matriks dan proyek
satu orang saja terlalu berisiko Matriks: struktur organisasi yang
menugaskan para spesialis dari berbagai
2. Fungsional structure, yakni desain departemen fungsional untuk bekerja
organisasi yang mengelompokkan keahlian bersama dalam satu atau banyak proyek
pekerjaan yang serupa atau terkait. Proyek: struktur organisasi di mana
Kekuatan: keunggulan penghematan biaya pekerja secara kontinu berkontribusi
dari spesialisasi; para pekerja dalam proyek.
dikelompokkan ke dalam pembagian tugas Kekuatan: desain luwes dan fleksibel yang
kerja yang sejenis dapat merespon perubahan lingkungan;
Kelemahan: mengejar sasaran fungsional pengambilan keputusan lebih cepat
bisa mengakibatkan manajer kehilangan Kelemahan: rumitnya menugaskan orang-
arah tentang apa yang terbaik bagi orang ke dalam proyek; rawannya terjadi
organisasi secara keseluruhan; spesialisasi konflik pekerja dan kepribadian
structural menjadi terisolasi dan hanya
memiliki sedikit pemahaman tentang apa 3. Struktur tanpa-batas, merupakan
yang dikerjakan unit organisasi lainnya. organisasi di mana desainnya tidak
didefinisikan atau terbatas pada batasan
3. Divisional structure, merupakan struktur horizontal, vertical, dan eksternal yang
organisasi yang terdiri dari unit-unit atau diterapkan oleh struktur yang telah dibuat
divisi bisnis yang terpisah. sebelumnya. Untuk meminimalkan
- Perusahaan induk biasanya bertindak batasan, manajer bisa menggunakan
sebagai pengawas eksternal dan sering desain virtual structure dan network
kali memberikan layanan pendukung structure.
seperti bantuan hukum dan finansial Kekuatan: sangat fleksibel dan responsif;
Kekuatan: berfokus pada hasil—manajer mendayagunakan bakat-bakat yang ada
divisi bertanggung jawab atas apa yang Kelemahan: kurangnya kendali; sulitnya
terjadi pada produk dan layanannya komunikasi
Kelemahan: duplikasi aktivitas dan sumber
daya akan menambah biaya dan
mengurangi efisiensi

Tiga tantangan organisasi yang kini dihadapi para manajer adalah:

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 88

1. Mengupayakan agar para pekerja tetap terhubung


2. Membangun organisasi pembelajar
3. Menangani permasalahan struktur global

PERTEMUAN KE-10
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (MSDM)

 Alasan pentingnya MSDM:


1. MSDM bisa menjadi sumber yang signifikan bagi keunggulan kompetitif.
2. MSDM menjadi bagian penting dari strategi organisasi.
3. Bagaimana organisasi memperlakukan orang-orangnya ternyata juga sangat mempengaruhi
kinerja organisasi.

 Proses MSDM

 Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses MSDM:


1. Serikat pekerja
Merupakan suatu organisasi yang mewakili pekerja dan berupaya melindungi kepentingan
mereka melalui perundingan bersama (collective bargaining), yang biasanya meliputi hal-
hal yang terkait dengan sumber rekruitmen: kriteria penerimaan karyawan, promosi dan
pemecatan; kelayakan pelatihan; serta praktik kedisiplinan.
2. Peraturan pemerintah
Praktik MSDM suatu organisasi dipengaruhi oleh kebijakan hukum negara yang
bersangkutan. Kebijakan hukum ini telah membantu mengurangi diskriminasi pekerja dan
praktik pekerjaan yang tidak adil. Akan tetapi, di sisi lain, kebijakan hukum ini juga
mengurangi keleluasaan manajer atas keputusan MSDM.
3. Tren demografis

MENGIDENTIFIKASI DAN MENYELEKSI KARYAWAN YANG KOMPETEN


 Perencanaan SDM
Merupakan proses di mana manajer memastikan bahwa mereka memiliki jumlah dan jenis
orang-orang yang tepat di tempat serta waktu yang juga tepat. Melalui perencanaan, organisasi
bisa menghindarkan diri dari kekurangan dan kelebihan personel yang mendadak.
Dua langkah dalam perencanaan SDM, yaitu:

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 89

1. Menilai sumber daya manusia yang sekarang, dengan mengamati inventaris karyawan yang
biasanya mencakup informasi tentang karyawan seperti nama, pendidikan, pelatihan,
pekerjaan sebelumnya, bahasa, kemampuan khusus, dan keahlian professional.
2. Memenuhi kebutuhan SDM di masa mendatang, yang bergantung terhadap misi, tujuan dan
strategi organisasi.

 Rekrutmen dan Dekrutmen


Rekrutmen yaitu mengalokasikan, mengidentifikasi, dan menarik para pelamar kerja yang
kompeten. Di sisi lain, apabila perencanaan SDM menunjukkan kelebihan karyawan, manajer
dapat mengurangi angkatan kerja organisasi melalui dekrutmen.
Sumber-sumber rekrutmen, contohnya melalui internet, rujukan karyawan, website
perusahaan, rekrutmen melalui kampus, atau organisasi rekrutmen profesional.
Sedangkan opsi-opsi dekrutmen itu sendiri contohnya pemecatan, PHK, atrisi, transfer,
pengurangan jam kerja, pensiun dini, atau berbagi tugas.

 Seleksi
Yakni menyaring para pelamar kerja untuk menentukan siapa yang paling memenuhi kualifikasi
atas pekerjaan tersebut. Jenis-jenis alat seleksi:
- Formulir aplikasi
- Tes tertulis
- Tes simulasi kerja
- Wawancara
- Investigasi latar belakang
- Pemeriksaan fisik

MEMBERIKAN KARYAWAN KEMAMPUAN DAN PENGETAHUAN YANG DIBUTUHKAN

 Orientasi unit kerja, yaitu memperkenalkan karyawan dengan sasaran-sasaran dari unit
kerja, menjelaskan bagaimana pekerjaannya berkontribusi pada pencapaian sasaran unit
kerja, dan meliputi pengenalan karyawan baru tersebut dengan rekan kerjanya.
 Orientasi organisasi, yaitu menginformasikan karyawan baru tentang sasaran perusahaan ,
riwayatnya, filosofinya, prosedurnya, dan peraturannya.

Orientasi yang sukses akan menghasilkan transisi dari pihak luar menjadi pihak dalam yang
membuat karyawan baru tersebut merasa nyaman dan mudah beradaptasi, menurunkan
kecenderungan kinerja pekerjaan yang buruk dan mengurangi kemungkinan pengunduran diri
yang mendadak dalam kurun waktu satu atau dua minggu.

 Jenis-jenis pelatihan:
a. Pelatihan umum
Yang meliputi keterampilan komunikasi, program dan aplikasi sistem komputer, layanan
pelanggan, pengembangan eksekutif, pengembangan dan keterampilan manajerial,
pengembangan diri, penjualan, keterampilan supervisi, dan pengetahuan dan keterampilan
teknologi.
b. Pelatihan khusus
Yang meliputi keterampilan pekerjaan/hidup dasar, kreativitas, pendidikan, konsumen,
kesadaran budaya/keanekaragaman, perbaikan penulisan, perubahan tata kelola,
kepemimpinan, wawasan produk, kemampuan presentasi/ berbicara di depan publik,
keamanan, etika, pelecehan seksual, kemampuan membangun tim, kesehatan, dan
sebagainya.

 Metode pelatihan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 90

Tradisional
On-the-job Karyawan belajar untuk melakukan tugas-tugas dengan
mempraktikkannya, biasanya setelah pengenalan terlebih dahulu
terhadap tugas yang bersangkutan
Rotasi kerja Karyawan bekerja di berbagai bidang pekerjaan, sehingga mengenali
beragam tugas
Mentoring and Karyawan bekerja dengan karyawan yang berpengalaman yang
coaching memberikan informasi, dukungan dan dorongan
Latihan Karyawan berpartisipasi dalam permainan peran, simulasi atau jenis
pengalaman pelatihan yang melibatkan tatap muka langsung
Manual/buku Karyawan merujuk pada buku pelatihan dan manual untuk mendapatkan
kerja informasi
Kelas pelatihan Karyawan menghadiri suatu kelas yang dirancang untuk penyampaian
informasi yang spesifik
Berbasis Teknologi
CD-ROM/DVD/ Karyawan mendengarkan atau menonton media tertentu yang berisikan
rekaman informasi atau mempertunjukkan teknik-teknik tertentu.
video/audio/
podcast
Videoconference/ Karyawan mendengarkan atau berpartisipasi ketika informasi tersebut
Teleconference/ disampaikan atau suatu teknik yang diperlihatkan
TV satelit
E-learning Pembelajaran berbasis internet di mana karyawan berpartisipasi dalam
simulasi multimedia atau modul interaktif lainnya.

MEMPERTAHANKAN KARYAWAN YANG KOMPETEN DAN BERKINERJA BAIK


a. Mengelola kinerja karyawan
b. Mengembangkan program kompensasi serta manfaat yang layak
Faktor-faktor yang menentukan tingkat kompensasi dan manfaat, antara lain:
Jabatan dan kinerja karyawan Seberapa lama karyawan tersebut bekerja dalam
perusahaan dan bagaimana kinerjanya?
Jenis pekerjaan yang Apakah pekerjaan ini menuntut keterampilan tinggi?
dilakukan
Jenis bisnisnya Pekerjaan ini berada dalam industri apa?
Serikat pekerja Apakah perusahaan ini memiliki serikat pekerja?
Padat modal atau padat Apakah perusahaan cenderung padat modal atau padat
karya karya?
Filosofi manajemen Filosofi apa yang digunakan manajemen dalam memberikan
gaji?
Lokasi geografis Dimanakah organisasi tersebut berlokasi?
Profitabilitas perusahaan Seberapa besar keuntungan perusahaan
Ukuran perusahaan Seberapa besar perusahaan tersebut?
Beberapa organisasi juga menggunakan pendekatan alternatif untuk menentukan kompensasi,
yang meliputi:
- Gaji berbasis kemampuan, memberikan imbalan kepada karyawan atas kemampuan kerja
dan kompetensi yang mereka tunjukkan. Dalam jenis sistem penggajian ini, jabatan
karyawan tidak mencerminkan ketegori gajinya, tetapi kemampuannya.
- Gaji variabel, di mana kompensasi individu bergantung pada kinerjanya.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 91

ISU-ISU KONTEMPORER DALAM MENGELOLA SDM

 Mengelola perampingan perusahaan, guna mempertahankan atau meningkatkan


keuntungan/laba, dengan cara mengurangi kelebihan karyawan.
 Mengelola keanekaragaman angkatan kerja, melalui tahapan rekrutmen, seleksi, orientasi
dan pelatihan.
 Mengelola pelecehan seksual
 Mengelola keseimbangan pekerjaan-kehidupan
 Mengendalikan biaya SDM, seperti biaya perawatan kesehatan karyawan dan biaya rencana
pension karyawan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 92

PERTEMUAN KE-11
PERILAKU ORGANISASI

 Perilaku organisasi adalah studi yang mempelajari mengenai tindakan manusia di tempat kerja.
Salah satu tantangan dalam memahami perilaku organisasi adalah bahwa perilaku organisasi
menangani masalah yang kurang begitu terlihat, seperti :
- Sikap
- Persepsi
- Norma kelompok
- Interaksi sosial
- Konflik interpersonal dan antarkelompok

 Perilaku organisasi berfokus pada tiga bidang utama:


1. Perilaku organisasi mengamati perilaku individu, seperti sikap, kepribadian, persepsi,
pembelajaran dan motivasi.
2. Perilaku organisasi berkaitan erat dengan perilaku kelompok, yang meliputi norma,
peran, pembinaan tim, kepemimpinan, dan konflik.
3. Perilaku organisasi mengamati aspek-aspek organisasi, meliputi struktur, kultur dan
kebijakan serta praktik sumber daya manusia.

 Tujuan dari perilaku organisasi


Adalah untuk menjelaskan, memprediksi, dan mempengaruhi perilaku.
 Manajer harus mampu menjelaskan mengapa karyawan melakukan perilaku
tertentu, memprediksi bagaimana karyawan akan menanggapi berbagai tindakan
dan keputusan dan bagaimana mempengaruhi perilaku karyawan.
Perilaku karyawan yang dimaksud yaitu meliputi:
1. Produktivitas karyawan, merupakan ukuran kinerja atas efisiensi dan efektivitas.
2. Ketidakhadiran
3. Perputaran karyawan, merupakan pengunduran diri permanen dari suatu organisasi secara
sukarela maupun tidak sukarela.
4. Organizational Citizenship Behavior (OCB), merupakan tindakan atas kehendak sendiri yang
bukan menjadi bagian dari persyaratan kerja formal seorang karyawan tetapi hal ini
mendorong efektivitas dalam fungsi organisasi.
Contoh: menolong rekan lain dalam satu tim kerja, bersedia untuk memperpanjang jam
kerja, menghindari konflik yang tidak perlu.
5. Kepuasan kerja, karena karyawan yang puas cenderung lebih sering hadir di kantor, memiliki
kinerja kerja yang tinggi, dan loyal terhadap organisasi.
6. Perilaku buruk di tempat kerja

 Suatu sikap terdiri dari tiga komponen:


1. Komponen kognitif, suatu sikap yang merujuk pada keyakinan, opini, wawasan, atau
informasi yang dimiliki seseorang, misalnya keyakinan bahwa “diskriminasi itu salah”.
2. Komponen afektif, suatu sikap merupakan bagian emosi atau perasaan dari sikap yang
muncul. Dari contoh sebelumnya, komponen ini bisa dicerminkan melalui pernyataan “Saya
tidak menyukai Pat karena ia suka mendiskriminasi kaum minoritas”.
3. Komponen perilaku, suatu sikap merujuk pada itikad berperilaku dalam cara tertentu
terhadap seseorang atau sesuatu. Sebagai lanjutan dari contoh sebelumnya, “Saya memilih
untuk menghindar dari Pat karena perasaan saya terhadapnya”.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 93

 Manajer tidak tertarik dengan setiap sikap yang dimiliki karyawan, tetapi hanya terbatas
terhadap sikap-sikap yang berkaitan dengan pekerjaan. Sikap-sikap tersebut antara lain:
 Kepuasan kerja
Hubungan kepuasan kerja dengan perilaku karyawan

Kepuasan dan Organisasi dengan pekerja yang memiliki tingkat kepuasan


produktivitas yang tinggi cenderung berdampak terhadap produktivitas
yang tinggi juga.

Kepuasan dan Meskipun korelas antara kepuasan dan ketidakhadiran


ketidakhadiran tidaklah kuat, namun masuk akal juga bahwa karyawan
yang kurang puas akan cenderung untuk membolos.

Kepuasan dan perputaran Karyawan yang puas memiliki tingkat perputaran karyawan
karyawan yang lebih rendah, karena organisasinya biasanya
mempertahankan mereka yang kinerjanya bagus dengan
beragam cara.

Kepuasan kerja dan Karyawan dengan tingkat kepuasan yang tinggi biasanya
kepuasan konsumen melayani konsumen dengan ramah, energik dan responsif,
sehingga akan membangun kenyamanan dan loyalitas
konsumen.

Kepuasan kerja dan OCB Karyawan yang lebih puas akan mengutarakan hal positif
tentang perusahaan, membantu rekan lain, dan melampaui
ekspektasi kerja normal.

Kepuasan kerja dan Ketika karyawan kurang puas dengan pekerjaan, mereka
perilaku buruk di tempat bereaksi dengan beragam cara, mungkin dengan cara
kerja mengundurkan diri, atau menghabiskan waktu kerjanya
untuk bermain-main di depan komputer, ataupun
perbuatan tidak pantas lainnya.

 Keterlibatan kerja dan komitmen organisasi


 Keterlibatan kerja merupakan derajat dimana seorang karyawan mengidentifikasi
pekerjaannya, secara aktif berpartisipasi di dalamnya, dan menganggap performa
kerjanya sebagai hal penting dalam menghargai dirinya.
 Komitmen organisasi merupakan derajat dimana seorang karyawan
mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi tertentu beserta tujuannya dan
berkeinginan untuk mempertahankan keanggotaannya di dalam organisasi tersebut.

 Teori Disonansi Kognitif: menjelaskan tentang hubungan antara sikap dan perilaku.
Disonansi kognitif adalah ketidaksesuaian atau inkonsistensi dalam sikap atau antara perilaku
dan sikap. Teori ini menyatakan bahwa inkonsistensi itu tidaklah nyaman dan seseorang
berupaya untuk mengurangi ketidaknyamanan, dan demikian itulah disonansinya.

Teori ini mengemukakan bahwa sekeras apapun upaya kita untuk mengurangi disonansi, ada
tiga faktor yang menentukan:
1) Nilai penting dari faktor-faktor yang menciptakan disonansi
2) Tingkat pengaruh yang diyakini seseorang terhadap faktor-faktor tersebut

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 94

3) Imbalan yang terdapat dalam disonansi

KEPRIBADIAN

 Kepribadian seseorang merupakan kombinasi unik dari pola emosional, pikiran, dan perilaku
yang mempengaruhi bagaimana seseorang bereaksi terhadap suatu situasi dan berinteraksi
dengan orang lain.
 Sifat-sifat untuk menggambarkan kepribadian itu sendiri diidentifikasi dengan menggunakan
dua pendekatan, yaitu:
1. Myers-Briggs Type Indicator (MBTI®)
2. Model Big Five

 MBTI®
Penilaian kepribadian ini meliputi lebih dari 100 pertanyaan yang mengungkap tentang
bagaimana orang-orang biasanya bertindak atau apa yang mereka rasakan ketika
menghadapi beragam situasi. Jawaban mereka kemudian menempatkan orang tersebut ke
dalam salah satu dari empat dimensi yaitu:
1. Interaksi sosial: ekstrover atau introvert (E atau I)
2. Pilihan dalam menghimpun data: sensing atau intuitif (S atau N)
3. Pilihan dalam mengambil keputusan: feeling atau thinking (F atau T)
4. Gaya dalam mengambil keputusan: perceptive atau judgmental (P atau J)

 Model Big Five


Lima sifat kepribadian dalam Model Big Five antara lain:
1. Extraversion: kadar dimana seseorang itu ramah, senang berbicara dan tegas.
2. Agreeableness: kadar dimana seseorang itu baik, kooperatif dan dapat dipercaya.
3. Conscientiousness: kadar dimana seseorang itu bertanggung jawab, bisa diandalkan,
gigih dan berorientasi prestasi.
4. Emotional stability: kadar dimana seseorang itu tenang, antusias dan aman (positif)
atau tegang, cemas, depresif dan tidak aman (negatif).
5. Openness to experience: kadar dimana seseorang itu imajinatif, peka secara artistic dan
berilmu.

 Lima sifat kepribadian lainnya yang juga menjadi ukuran yang ampuh untuk menelaah
perilaku dalam organisasi:
1. Lokus kendali (locus of control)
- Lokus kendali yang bersifat internal: orang-orang ini percaya bahwa mereka bisa
mengendalikan nasib sendiri, sehingga setiap kesalahan yang terjadi mereka yakini
disebabkan oleh diri mereka sendiri.
- Lokus kendali yang bersifat eksternal: mereka percaya bahwa kehidupan mereka
diatur oleh kekuatan dari luar diri, dampaknya bahwa kesalahan yang mungkin
terjadi diyakini oleh mereka timbul karena orang lain, atau faktor di luar diri mereka.

2. Machiavellianisme
Seseorang yang Machiavellianismenya tinggi cenderung pragmatis, menjaga jarak
emosi, dan percaya bahwa hasil akhir bisa membenarkan cara yang dilakukan.

3. Harga diri

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 95

Kadar dimana seseorang menyukai dirinya atau tidak.

4. Pemantauan diri
Mengacu pada kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya terhadap
faktor-faktor situasional eksternal. Orang-orang dengan tingkat pemantauan diri yang
tinggi menunjukkan adaptabilitas yang besar ketika menyesuaikan perilaku mereka, dan
mampu menunjukkan kontradiksi antara penampilan diri di depan publik dan diri
pribadi mereka.

5. Mengambil risiko
Contohnya, dalam suatu studi dimana manajer sedang melakukan simulasi yang
menuntut pembuatan keputusan, manajer yang lebih berani mengambil risiko hanya
membutuhkan sedikit waktu untuk mengambil keputusan dan menggunakan informasi
yang lebih sedikit dalam menjatuhkan pilihan mereka ketimbang manajer yang kurang
berani mengambil risiko. Yang menarik, akurasi keputusannya ternyata relatif sama bagi
kedua kelompok ini.

PERSEPSI
 Persepsi merupakan proses dimana kita mengartikan lingkungan sekitar dengan menyusun dan
menginterpretasikan impresi sensoris. Penelitian tentang persepsi secara konsisten
menunjukkan bahwa setiap orang bisa melihat hal yang sama tetapi berbeda
mempersepsikannya.
 Teori Atribusi
Suatu teori yang menjelaskan mengapa kita menilai orang lain berbeda-beda bergantung pada
nilai apa yang kita atribusikan terhadap perilaku tertentu.

Mengacu pada apakah seseorang


memperlihatkan perilaku yang
berbeda dalam situasi tertentu

Apabila setiap orang yang


menghadapi satu situasi
berespons dengan cara yang sama

Apakah orang tersebut sering


berperilaku seperti ini secara
konsisten

 Kesalahan atau bias dalam atribusi:


1. Kesalahan atribusi fundamental
Kecenderungan untuk mengabaikan pengaruh faktor eksternal dan melebih-lebihkan
pengaruh faktor internal ketika membuat penilaian terhadap perilaku orang lain.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 96

Contoh: seorang manajer penjualan mengatribusikan buruknya kinerja tenaga


penjualannya akibat kemalasan alih-alih akibat adanya lini produk inovatif yang diluncurkan
pesaing.
2. Bias egoism (self-serving bias)
Kecenderungan individu untuk mengatribusikan kesuksesan mereka berkat faktor internal
sedangkan menyalahkan faktor eksternal ketika mengalami kegagalan.

 Jalan pintas yang digunakan dalam menilai orang lain:


 Anggapan kesamaan: asumsi bahwa orang lain mirip dengan kita.
Contoh: apabila anda menginginkan tantangan dan tanggung jawab dalam pekerjaan, anda
akan menganggap orang lain menginginkan hal yang sama.
 Stereotip: menilai orang lain berdasarkan persepsi seseorang dari kelompok yang diikutinya.
Contoh: persepsi bahwa “individu yang telah menikah biasanya menjadi karyawan yang
stabil daripada yang masih lajang”.
 Efek halo: kesan umum seseorang yang dipengaruhi oleh karakteristik tunggal.

PEMBELAJARAN

 Pembelajaran yaitu perubahan permanen dalam perilaku yang terjadi akibat pengalaman.
 Dua teori tentang pembelajaran yang membantu kita dalam memahami bagaimana dan
mengapa perilaku individu terjadi:
1. Operant conditioning
Merupakan teori pembelajaran yang menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi dari
konsekuensinya.
2. Pembelajaran sosial
Pandangan yang menyatakan bahwa kita bisa mempelajari sesuatu baik dari observasi dan
pengalaman langsung.
Pengaruh orang lain menjadi inti dalam sudut pandang pembelajaran sosial. Jumlah
pengaruh yang dimiliki model terhadap seseorang ditentukan oleh empat proses:
a. Proses atensi: orang yang belajar dari seorang model ketika mereka mengenali dan
memperhatikan keistimewaannya. Orang-orang sangat dipengaruhi oleh model yang
atraktif, selalu hadir, dianggap penting, atau dianggap serupa dengan kita.
b. Proses retensi: pengaruh seorang model tergantung ingatan seseorang terhadap
aksinya, bahkan ketika model itu tidak lagi ada.
c. Proses reproduksi motorik: setelah seseorang melihat perilaku baru dengan mengamati
seorang model, hal yang dilihat itu akan diterapkan. Proses ini menunjukkan bahwa
seseorang sebenarnya dapat melakukan apa yang dilakukan oleh model.
d. Proses penguatan: seseorang akan termotivasi mengikuti perilaku sang model jika
diberikan insentif positif atau penghargaan. Perilaku yang dikuatkan akan diberi
perhatian lebih, dipelajari dengan lebih baik, dan sering dilakukan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 97

PERTEMUAN KE-13
KOMUNIKASI DAN TIM

1. Pengertian Komunikasi
 Komunikasi adalah perpindahan dan pemahaman makna (=berarti bahwa jika informasi
atau ide-ide belum disampaikan, komunikasi belum dilakukan).
 Contoh: sebuah surat yang ditulis dalam bahasa Spanyol yang ditujukan kepada seseorang
yang tidak bisa membaca bahasa Spanyol tidak dapat dianggap sebagai sebuah komunikasi
sampai surat tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa dimana orang tersebut bisa
membaca dan memahaminya.
 Jenis-jenis komunikasi:
- Komunikasi antarpribadi, yakni komunikasi antara dua orang atau lebih.
- Komunikasi organisasi, yakni semua pola, jaringan, dan sistem komunikasi dalam
sebuah organisasi.
 Fungsi utama komunikasi, antara lain: pengendalian, motivasi, mengungkapkan ekspresi
secara emosional, dan memberikan informasi.

2. Proses Komunikasi Antarpribadi

 Pesan: suatu tujuan untuk disampaikan


 Encoding: mengubah pesan menjadi simbol-simbol
 Saluran: media yang digunakan dalam menyampaikan pesan, misalnya tatap muka, memo,
telepon, surat pos, publikasi, papan reklame, dan lainnya.
 Decoding: menerjemahkan kembali pesan yang diterima dari pengirim
 Gangguan: setiap gangguan dalam pengiriman, penerimaan, atau umpan balik dari sebuah
pesan, contohnya seperti cetakan yang tidak terbaca, sambungan telepon statis, kurangnya
perhatian dari penerima, dan latar suara mesin atau rekan kerja.

Hal yang perlu diingat dalam proses komunikasi ini adalah bahwa ada unsur komunikasi
nonverbal yang juga dapat mempengaruhi dampak dari suatu komunikasi. Komunikasi
nonverbal ini meliputi bahasa tubuh dan intonasi verbal.

3. Hambatan-hambatan Komunikasi
 Penyaringan (filtering), adalah manipulasi informasi yang disengaja untuk membuatnya
terlihat lebih baik pada penerima. Contoh: kemungkinan informasi itu telah disaring, ketika
seseorang mengatakan hal/sesuatu jika ia menyesuaikannya dengan apa yang ingin
didengar oleh manajernya.
 Emosi, emosi yang ekstrem kemungkinan menghambat komunikasi yang efektif.
 Informasi yang berlebih, adalah suatu kondisi ketika informasi melebihi kapasitas
pengolahan seseorang. Dampaknya, mereka cenderung mengabaikan, melewati,

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 98

melupakan, atau selektif memilih informasi, atau mungkin mereka berhenti berkomunikasi.
Akhirnya informasi tersebut menjadi hilang dan komunikasi menjadi tidak efektif.
 Defensif, ketika seseorang merasa terancam, ia cenderung bereaksi dengan cara yang
menghambat komunikasi yang efektif dan mengurangi upaya untuk mencapai saling
pengertian. Perilaku defensif dalam hal ini adalah seperti mnenyerang orang lain secara
verbal, membuat komentar sarkastik, menjadi terlalu menghakimi, atau mempertanyakan
motif orang lain.
 Bahasa, faktor seperti umur, pendidikan, dan
latar belakang budaya merupakan tiga variabel
yang paling jelas mempengaruhi bahasa yang
digunakan seseorang dan definisi yang ia berikan
pada kata-kata itu. Sehingga perbedaan ini bisa
jadi menghambat timbulnya komunikasi yang
efektif.
 Budaya nasional, perbedaan komunikasi dapat
timbul dari budaya nasional seperti bahasa yang
berbeda, ataupun tren berkomunikasi yang
dianut suatu negara. Contoh: Inggris yang
menghargai individualisme, lebih mengandalkan
komunikasi formal (laporan, memo, dan bentuk
lainnya). Sedangkan Jepang lebih menekankan
pada kolektivitas dan komunikasi tatap muka.

4. Jenis Komunikasi
 Komunikasi formal, mengacu pada komunikasi yang berlangsung dalam aturan-aturan kerja
organisasi yang ditetapkan. Contoh: ketika seorang manajer meminta karyawannya untuk
menyelesaikan sebuah tugas atau saat seorang karyawan mengkomunikasikan suatu
masalah kepada manajernya.
 Komunikasi informal, adalah komunikasi organisasi yang tidak didefinisikan dalam hierarki
struktur organisasi. Contoh: ketika para karyawan saling berbincang di ruang makan siang,
saat bertemu di lorong, atau saat mereka sedang berolahraga menggunakan fasilitas
kesehatan perusahaan.

Arah aliran komunikasi:

 Komunikasi ke bawah, yaitu setiap komunikasi yang mengalir dari seorang manajer kepada
para karyawan. Komunikasi ini digunakan untuk memberikan informasi, arahan, koordinasi,
dan mengevaluasi para karyawan.
 Komunikasi ke atas, yaitu komunikasi yang mengalir dari para karyawan kepada para
manajer. Contohnya laporan-laporan yang diberikan kepada para manajer untuk
menginformasikan kemajuan terhadap tujuan atau untuk melaporkan masalah.
 Komunikasi ke samping, yaitu komunikasi yang terjadi di antara para karyawan pada
tingkatan organisasi yang sama. Dalam jenis komunikasi ini, mungkin dapat menyebabkan
konflik, apabila para karyawan tidak memberitahu para manajernya tentang keputusan
yang telah mereka buat atau tindakan yang telah mereka ambil.
 Komunikasi diagonal, adalah komunikasi yang melintasi wilayah kerja dan tingkatan
organisasi.

5. Membentuk Tim yang Efektif


Karakteristik dari tim yang efektif antara lain:

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 99

 Tujuan yang jelas: memahami apa yang mereka harapkan untuk dikerjakan dan memahami
bagaimana mereka akan bekerja sama untuk meraih tujuan ini.
 Keahlian yang relevan: tim yang efektif terdiri atas individu-individu kompeten yang
memiliki kemampuan teknis dan interpersonal.
 Rasa saling percaya: para anggota percaya akan kemampuan, karakter, dan integritas
anggota lain.
 Komitmen bersama: ditunjukkan dengan loyalitas dan dedikasi terhadap tim serta bersedia
untuk melakukan apa pun yang bisa membantu keberhasilan tim.
 Komunikasi yang baik: anggota tim yang berkinerja baik karena komunikasi yang tetap
terjaga mampu berbagi gagasan dan perasaan secara cepat serta efisien.
 Kemampuan bernegosiasi: karena permasalahan dan hubungan selalu berubah-ubah di
dalam tim, para anggota harus mampu menghadapi dan merekonsiliasi perbedaan.
 Kepemimpinan yang sesuai: pemimpin yang efektif bisa memotivasi suatu tim untuk
mengikutinya dalam situasi tersulit sekalipun.
 Dukungan internal dan eksternal: secara internal, tim harus memiliki infrastruktur yang
mapan, yang berarti pelatihan yang baik, sistem yang jelas dan masuk akal yang bisa
digunakan anggota tim untuk mengevaluasai kinerjanya secara keseluruhan, sebuah
program insentif yang mengakui dan memberikan imbalan atas aktivitas tim, serta sistem
sumber daya manusia yang suportif. Secara eksternal,, manajer harus menyediakan tim
sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

6. Jenis Konflik
Konflik merupakan perbedaan yang tidak bisa diterima yang menghasilkan sejenis gangguan
atau penolakan.
 Ada tiga pandangan yang berkembang terkait dengan konflik, yaitu:
1. Konflik dari sudut pandang tradisional menyatakan bahwa konflik apa pun harus
dihindari—yang mengindikasikan adanya masalah di dalam kelompok.
2. Konflik dari sudut pandang hubungan manusia menyatakan bahwa konflik itu
merupakan hal yang alami dan tak terhindarkan dalam kelompok apa pun serta tidak
harus dipandang secara negatif, tetapi bisa berpotensi menjadi pendorong positif bagi
kinerja kelompok.
3. Konflik dari sudut pandang interaksionis manganggap bahwa konflik tidak hanya
menjadi dorongan positif bagi kelompok, tetapi juga sebagian konflik justru harus
terjadi dalam suatu kelompok agar bisa berkinerja efektif.

 Kategori konflik:
 Konflik fungsional, konflik yang konstruktif/membangun dan mendukung tujuan
kelompok kerja serta meningkatkan kinerjanya.
 Konflik disfungsional, konflik yang merusak dan menghambat kelompok dalam
mencapai tujuannya.

 Tipe konflik:
o Konflik tugas berkaitan dengan muatan dan tujuan pekerjaan.
o Konflik hubungan berfokus pada hubungan interpersonal.
o konflik proses merujuk pada bagaimana pekerjaan dilakukan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 100

7. Mengatasi Konflik
 Penghindaran (avoiding)

 Pengakomodasian (accommodating)

 Pemaksaan (forcing)

 Kompromi (compromising)

 Kolaborasi (collaborating)

PERTEMUAN KE-14
KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI

1. Pemimpin dan Kepemimpinan


 Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain dan memiliki otoritas
manajerial.
 Kepemimpinan adalah proses memimpin sebuah kelompok dan mempengaruhi kelompok
itu dalam mencapai tujuannya.

2. Pendekatan-pendekatan studi dan


sifat kepemimpinan
TEORI SIFAT (TRAIT THEORIES)
Fokus riset kepemimpinan pada
tahun 1920-an dan 1930-an terletak
pada memahami sifat pemimpin,
yaitu karakteristik—yang dapat
membedakan pemimpin dan
nonpemimpin. Tujuh sifat yang
berkaitan dengan kepemimpinan
yang efektif, yaitu:
 Penggerak
Pemimpin menunjukkan
tingkat usaha yang tinggi.
Mereka memiliki keinginan
yang relatif tinggi terhadap
keberhasilan, ambisius,
memiliki banyak energi, tidak
kenal lelah dalam aktivitasnya, dan menunjukkan inisiatif.
 Hasrat untuk memimpin
Pemimpin memiliki hasrat yang kuat untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain.
Mereka menunjukkan kemauan untuk menerima tanggung jawab.
 Kejujuran dan integritas
Pemimpin membangun hubungan terpercaya dengan pengikutnya dengan cara jujur
dan tidak berkhianat, dan dengan menjaga konsistensi antara kata-kata dan
perbuatannya.
 Kepercayaan diri
Pengikut mencari pemimpin yang tidak ragu-ragu. Dengan demikian, para pemimpin
harus dapat menunjukkan kepercayaan diri agar dapat meyakinkan pengikutnya
terhadap keputusan dan tujuan yang harus dicapai.
 Kecerdasan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 101

Pemimpin harus cukup cerdas agar dapat mengumpulkan, menyatukan, dan


menafsirkan banyak informasi, dan mereka harus dapat menciptakan visi, memecahkan
persoalan, dan mengambil keputusan yang tepat.
 Pengetahuan yang relevan mengenai pekerjaan
Pemimpin yang efektif memiliki pengetahuan tingkat tinggi mengenai perusahaan,
industri dan permasalahan teknis. Dengan pengetahuan yang mendalam, pemimpin
dapat membuat keputusan terbaik dan memahami implikasi keputusan tersebut.
 Extraversion
Pemimpin adalah orang yang enerjik dan penuh semangat. Suka bergaul, tegas, dan
jarang sekali berdiam atau menarik diri.

3. Perilaku kepemimpinan
TEORI PERILAKU (BEHAVIORAL THEORIES)
Berikut empat kajian utama mengenai perilaku pemimpin:
Penelitian Dimensi Perilaku Kesimpulan
Universitas Lowa Gaya Demokratis: Gaya demokratis adalah
melibatkan karyawan, gaya kepemimpinan yang
mendelegasikan paling efektif, walaupun
kewenangan, dan studi lain menunjukkan
mendorong patisipasi. bermacam-macam hasil.
Gaya Autrokasi: mendikte
metode bekerja, membuat
keputusan sepihak, dan
membatasi partisipasi.
Gaya Laissez-Faire:
memberikan kebebasan
kepada kelompok untuk
membuat keputusan dan
menyelesaikan tugas.

Negara Bagian Ohio Konsiderasi: High-high leader (memiliki


memperhatikan ide dan konsiderasi dan inisiasi
perasaan anggota grup. struktur yang tinggi) dapat
Inisiasi struktur: membuat mencapai kinerja dan
struktur kerja dan kepuasan karyawan yang
hubungan kerja demi tinggi, namun tidak dalam
mencapai tujuan. semua situasi.

Universitas Michigan Orientasi pada karyawan: Pemimpin yang


menekankan pada berorientasi pada karyawan
hubungan interpersonal dan diasosiasikan dengan
memenuhi kebutuhan produktivitas kelompok dan
karyawan. kepuasan kerja yang tinggi.
Orientasi pada produksi:
menekankan pada aspek
tugas dan teknis kerja.

Grid Manajerial Perhatian terhadap orang: Pemimpin menghasilkan


mengukur perhatian prestasi kerja terbaik
pemimpin pada dengan gaya 9,9 (perhatian
bawahannya dengan skala 1 tinggi terhadap produksi
sampai 9 (rendah ke tinggi). dan orang).

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 102

Perhatian terhadap
produksi: mengukur
perhatian pemimpin
terhadap penyelesaian
pekerjaan (rendah ke
tinggi).

4. Motivasi
Motivasi mengacu pada proses di mana seseorang diberi energi, diarahkan, dan berkelanjutan
menuju tercapainya suatu tujuan. Definisi ini memiliki tiga elemen kunci: energi, arah, dan
ketekunan.

 Teori-teori awal tentang motivasi:


a. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow adalah seorang psikolog yang menyatakan bahwa dalam setiap orang
terdapat sebuah hierarki dalam lima kebutuhan:
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs),
kebutuhan seseorang akan makanan, minuman,
tempat berteduh dan kebutuhan fisik lainnya.
2. Kebutuhan keamanan (safety needs), kebutuhan
seseorang akan keamanan dan perlindungan dari
kejahatan fisik dan emosional, serta jaminan bahwa
kebutuhan fisik akan terus dipenuhi.
3. Kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan
seseorang akan kasih saying, rasa memiliki,
penerimaan dan persahabatan.
4. Kebutuhan penghargaan (esteem needs), kebutuhan seseorang akan faktor-faktor
penghargaan internal, seperti harga diri, otonomi, dan prestasi, serta faktor-faktor
penghargaan eksternal, seperti status, pengakuan, dan perhatian.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs), kebutuhan seseorang akan
pertumbuhan, pencapaian seseorang, dan pemenuhan diri; dorongan untuk
mampu menjadi apa yang diinginkan.

b. Teori X dan Teori Y McGregor


o Teori X adalah pandangan negatif orang-
orang yang mengasumsikan bahwa para
pekerja memiliki sedikit ambisi, tidak
menyukai pekerjaan, ingin menghindari
tanggung jawab, dan perlu dikendalikan
agar dapat bekerja secara efektif.
o Teori Y adalah pandangan positif yang
mengasumsikan bahwa karyawan
menikmati pekerjaan, mencari dan
menerima tanggung jawab, dan berlatih
mengarahkan diri.

c. Teori Dua Faktor Herzberg


Disebut juga sebagai teori higienis, mengusulkan bahwa faktor-faktor intrinsik terkait
dengan kepuasan kerja, sedangkan faktor-faktor enkstrinsik berhubungan dengan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 103

ketidakpuasan kerja. Ia menyebut faktor-faktor intrinsik ini dengan nama motivator,


dan faktor-faktor ekstrinsik ini dengan istilah faktor-faktor higienis.

d. Teori Tiga Kebutuhan McClelland


Mengatakan bahwa terdapat tiga kebutuhan yang diperoleh (bukan bawaan) yang
merupakan motivator utama dalam pekerjaan. Ketiga kebutuhan itu adalah:
1. Kebutuhan akan prestasi (nAch), yang merupakan pendorong untuk sukses dam
unggul dalam kaitannya dengan serangkaian standar.
2. Kebutuhan akan kekuasaan (nPow), yang merupakan kebutuhan untuk membuat
orang lain berperilaku dengan cara di mana mereka tidak akan bersikap sebaliknya.
3. Kebutuhan akan afiliasi (nAff), yang merupakan keinginan atas hubungan
antarpribadi yang akrab dan dekat.

 Teori-teori kontemporer tentang motivasi


a. Teori penetapan tujuan, dalil bahwa tujuan spesifik meningkatkan kinerja, dan ketika
menerima tujuan yang sulit, menghasilkan kinerja yang lebih tinggi daripada tujuan
yang mudah.
b. Teori penguatan, menyebutkan bahwa perilaku adalah fungsi dari konsekuensi-
konsekuensinya. Konsekuensi yang segera mengikuti perilaku dan meningkatkan
probabilitas di mana perilaku akan diulang disebut daya penguat (reinforces).
c. Teori desain pekerjaan, cara dimana tugas-tugas digabungkan untuk membentuk suatu
pekerjaan yang lengkap.
d. Teori keadilan, menyatakan bahwa para karyawan mengaitkan apa yang mereka
dapatkan dari suatu pekerjaan (hasil) dengan apa yang mereka masukkan ke dalamnya
(input), kemudian membandingkan rasio input: hasil mereka dengan rasio input: hasil
orang lain yang relevan.
e. Teori harapan/ekspektasi, menyatakan bahwa seorang individu cenderung bertindak
dengan cara tertentu dengan harapan tindakan itu akan diikuti oleh suatu hasil tertentu
dan pada daya tarik hasil tersebut bagi individu.

Teori ini mencakup tiga variabel:


1. Ekspektasi, atau tautan usaha-kinerja, adalah probabilitas yang dirasakan oleh
individu bahwa mengerahkan sejumlah usaha akan menghasilkan tingkatan kinerja
tertentu.
2. Instrumentalitas, atau tautan kinerja-imbalan, adalah tingkat di mana individu
percaya bahwa memberikan kinerja pada tingkat tertentu adalah alat yang
dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
3. Valensi, atau daya tarik imbalan, adalah pentingnya individu menempatkan hasil
atau imbalan potensial yang dapat dicapai dari suatu pekerjaan. Valensi
mempertimbangkan baik tujuan maupun kebutuhan individu.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 104

PERTEMUAN KE-15
PENGAWASAN

1. Pengertian proses pengawasan


Pengendalian (controlling) adalah proses mengawasi (monitoring), membandingkan
(comparing), dan mengoreksi (correcting) kinerja.

2. Tipe proses pengawasan


1. Feedforward, jenis pengendalian yang dilakukan sebelum aktivitas kerja dilakukan.
Contoh: jadwal program perawatan preventif pesawat terbang yang dilakukan oleh
maskapai besar. Program ini didesain untuk mendeteksi dan berharap dapat mencegah
kerusakan struktural yang menyebabkan kecelakaan.
2. Concurrent, jenis pengendalian yang dilakukan selama aktivitas pekerjaan berlangsung.
3. Feedback, jenis pengendalian yang dilakukan setelah aktivitas dilakukan.

3. Tahap dalam proses pengawasan


Tahap 1: Pengukuran
Empat pendekatan yang digunakan manajer dalam mengukur dan melaporkan kinerja aktual
adalah:

Keuntungan Kerugian
Observasi pribadi  Memperoleh  Sasaran bias pribadi
pengetahuan pertama  Menghabiskan waktu
kali  Terlalu mencolok
 Informasi tidak tersaring
 Ulasan yang intensif
terhadap aktivitas kerja
Laporan statistik  Mudah dibayangkan  Memberikan informasi
 Efektif untuk yang terbatas
menunjukkan hubungan  Mengabaikan faktor-
faktor subjektif
Laporan lisan  Cara tercepat mendapat  Informasi tersaring
informasi  Informasi tidak dapat
 Memungkinkan umpan didokumentasikan
balik verbal dan
nonverbal
Laporan tertulis  Komprehensif  Membutuhkan waktu
 Formal untuk menyiapkannya
 Mudah untuk disimpan
dan dilihat kembali

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 105

Tahap 2: Perbandingan
Langkah perbandingan menentukan variasi antara kinerja aktual dan standar. Meskipun variasi
kinerja sudah dapat diduga dalam semua aktivitas, perlu ditentukan batasan variasi (range of
variation) yang dapat diterima.
Penyimpangan di luar batasan ini perlu diperhatikan.

Tahap 3: Mengambil Tindakan Manajerial


Manajer dapat mengambil tiga dari kemungkinan tindakan:
a. Tidak melakukan apa-apa
b. Memperbaiki kinerja aktual
c. Merevisi standar

4. Pentingnya proses pengawasan


Mengapa pengendalian sangat penting? Perencanaan dapat dilakukan, struktur organisasi
dapat dibuat untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang efisien, dan karyawan dapat
dimotivasi melalui kepemimpinan yang efektif. Tetapi, tidak ada jaminan bahwa kegiatan yang
berjalan telah sesuai dengan rencana dan tujuan yang ingin diraih oleh karyawan dan manajer
telah benar-benar tercapai.
1. Pengendalian itu penting, karena pengendalian membantu manajer mengetahui apakah
tujuan perusahaan telah tercapai, atau jika belum, apa alasannya.
2. Pengendalian sebagai sarana pemberdayaan karyawan.
Banyak manajer enggan untuk memberdayakan karyawan karena takut jika terjadi sesuatu
yang salah, manajer yang harus bertanggung jawab. Tetapi, sistem pengendalian yang
efektif dapat member informasi dan umpan balik atas kinerja karyawan sehingga
meminimalkan timbulnya masalah.
3. Pengendalian ditujukan untuk melindungi perusahaan dan asetnya.
Lingkungan saat ini mempertinggi ancaman bencana alam, skandal keuangan, kekerasan di
tempat kerja, gangguan pada rantai pasokan, pelanggaran keamanan, bahkan kemungkinan
serangan teroris. Manajer harus melindungi aset perusahaan jika hal-hal tersebut terjadi.
Pengendalian menyeluruh dan rencana cadangan dapat meminimalkan gangguan kerja.

5. Perancangan proses pengawasan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Manejemen 106

6. Alat bantu proses pengawasan manajerial


 Manajemen Pengecualian (Management by Exception), adalah teknik pengawasan yang
memungkinkan hanya penyimpangan kecil antara yang direncanakan dan kinerja aktual.
Fokus pada bidang pengawasan yang paling kritis dan strategis, dan menyerahkan urusan-
urusan rutin dan tidak strategis pada karyawan atau manajer yang lebih rendah.

 Management Information System (MIS), yaitu suatu metode informal pengadaan dan
penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu
untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi
perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi yang dilaksanakan secara efektif.
MIS dirancang melalui empat tahapan, yaitu:
1. Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah
2. Tahap desain konseptual
3. Tahap desain terperinci
4. Tahap implementasi akhir

7. Karakteristik proses pengawasan yang efektif


- Akurat
- Tepat waktu
- Ekonomis
- Fleksibel
- Objektif dan bisa dipahami
- Kriteria yang masuk akal
- Penempatan yang strategis
- Disesuaikan dengan rencana dan struktur organisasi
- Disesuaikan dengan manajer
- Tindakan perbaikan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 107

Pengantar Akuntansi 2
Chapter 12 – Investments
Bonds Investments
1. Alasan Perusahaan Melakukan Investasi
Perusahaan umumnya berinvestasi dalam hutang atau surat berharga saham untuk satu dari tiga
alasan berikut:

 Perusahaan memiliki kelebihan kas.


 Untuk mendapatkan pendapatan dari laba investasi.
 Untuk alasan strategis.

2. Pencatatan (jurnal) :

a. Perolehan Bonds Investments

Harga pokok mencakup seluruh pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan investasi, seperti
harga yang dibayarkan ditambah fee broker (komisi), jika ada. Sebagai contoh :

Michaela Corporation membeli 50 obligasi Dea Inc. 8%, 10-year, €1,000 pada 1 Januari 2017,
seharga €50,000. Jurnal untuk mencatat investasi adalah :

Jan 1 Debt Investments 50,000

Cash 50,000

b. Accrued interest akhir periode

Penghitungan dan pencatatan pendapatan bunga didasarkan pada nilai buku obligasi dikali tingkat
bunga dikali periode obligasi yang sudah berjalan. Sebagai contoh :

Michaela Corporation membeli 50 obligasi Dea Inc. 8%, 10-year, €1,000 pada 1 Januari 2017,
seharga €50,000. Pembayaran bunga dilakukan secara tahunan pada 1 Januari dan tahun pajak
Michaela berakir pada 31 Desember. Siapkan jurnal untuk mengakui pendapatan bunga.

Dec 31 Interest Receivable 4,000

Interest Revenue(€50,000 x 8% = €4,000) 4,000

Pada saat pembayaran

Jan 31 Cash 4,000

Interest Receivable 4,000

c. Penjualan Bonds Investment

Kredit akun investasi pada harga perolehan investasi dan mencatat keuntungan atau kerugian
perbedaan antara pendapatan bersih dari penjualan (harga jual dikurangi fee broker dan harga
perolehan obligasi. Sebagai contoh :

Asumsikan bahwa Michaela Corp. mendapat pendapatan bersih dari penjualan obligasi kepada Dea
Inc. sebesar €55,000. Pada 1 Januari 2018 setelah menerima bunga,buatlah jurnal penjualan obligasi

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 108

Jan 1 Cash 55,000

Debt Investments 50,000

Gain on Sale of Debt Investments 5,000

3. Kategori Debt Investments untuk tujuan valuing dan reporting

a. trading – sec

 Perusahaan memiliki surat berharga dengan tujuan untuk dijual dalam periode jangka
pendek (< sebulan).
 Sering dibeli dan dijual.
 Perusahaan melaporkan surat berharga pada nilai wajar, dan melaporkan perubahan dari
harga perolehan sebagai bagian dari laba bersih.
 Perubahan dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugia yang belum direalisasi.
 Termasuk dalam Current Assets.

b. held – for – collection sec

Dimana investasi terhadap utang/obligasi akan ditahan sampai tanggal jatuh tempo dan disesuaikan
terhadap biaya amortisasi. Tidak digunakan untuk transaksi jual beli namun held to maturity atau
dibiarkan sampai tanggal jatuh tempo

4. Penilaian Debt investment

Sebagai contoh: Investasi dari Pace SA diklasifikasikan sebagai trading securitites pada 31 Desember
2017.

Maka jurnal penyesuaian untuk Pace SA sbb :

Dec. 31 Fair Value Adjustment—Trading 7,000

Unrealized Gain—Income 7,000

Di kondisi lain menunjukkan Cost yang lebih besar dibandingkan fair value :

Maka jurnal penyesuaian yang tepat :

Dec. 31 Unrealized Loss—Income 12,000

Fair Value Adjustment—Trading 12,000

5. Penyajian Debt Investments pada Statement of Financial Position

Investasi Jangka Pendek

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 109

Surat berharga yang dimiliki perusahaan yang :

 Siap dipasarkan dan


 Akan dikonversi menjadi kas dalam tahun depan atau siklus operasi, mana yang lebih lama.

Investasi yang tidak memenuhi dua kriteria di atas diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang.

6. Penyajian realized dan unrealized gain or loss

Item Non-operasional berhubungan dengan investasi :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 110

Pada posisi Ekuitas,perusahaan melaporkan sebagai berikut :

Share Investments

7. Defenisi dan klasifikasi investment in stock

Investor’s Ownership Interest in Investee’s Ordinary Shares

0 ------------------------------------20% ---------------------------- 50% ------------------------------ 100%

Biasanya tidak Biasanya


Biasanya ada muncul
ada pengaruh pengaruh
signifikan pengendalian
signifikan

Investasi dinilai Investasi dinilai pada buku


dengan Cost induk dengan metode
Method biaya atau ekuitas
Investasi dinilai dengan (investment eliminated in
Equity Method Consolidation)

8. Pengakuan dan pengukuran investment in stock,pencatatan,dividen,penjualan untuk setiap


klasifikasi

Holding of Less than 20%(Cost Method)

Perusahaan mencatat

 Investasi pada harga perolehan, dan


 Mengakui pendapatan hanya saat kas deviden diterima.

Harga perolehan (biaya) mencakup semua pengeluaran yang dibutuhkan untuk memperoleh
investasi, seperti harga yang dibayarkan ditambah fee broker (komisi). Sebagai contoh :

Pada 1 Juli 2017, TMS Corporation membeli 1,000 saham biasa (10% kepemilikan) Saint Corporation.
TMS membayar €40 per saham ditambah fee broker sebesar €500. Jurnal pembelian adalah:

July 1 Share Investments 40,500

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 111

Cash 40,500

Selama TMS memiliki saham, mereka membuat jurnal untuk setiap penerimaan dividen. Jika
Sanchez menerima dividen sebesar €2 per saham pada 31 December, jurnalnya adalah:

Dec. 31 Cash 2,000

Dividend Revenue 2,000

Asumsi TMS Corporation menerima pendapatan bersih sebesar €39,500 atas penjualan saham Saint
pada 10 Februari 2018. Jurnal untuk penjualan tersebut :

Feb. 10 Cash 39,500

Loss on Sale of Share Inv. 1,000

Share Investments 40,500

Holding Between 20% and 50%(Equity Method)

Mencatat investasi pada harga perolehan dan selanjutnya menyesuaiakan nilai setiap periode untuk

 Pembagian proposional investor atas laba (rugi) dan


 Penerimaan deviden oleh investor.

Jika bagian investor atas kerugian investasi melebihi nilai buku investasi, investor umumnya harus
menghentikan menggunakan metode ekutitas. Sebagai contoh :

Martha Corporation membeli 30% saham biasa Sua Company sebesar €120,000 pada 1 Januari 2017.
Pada 31 Desember 2017, Beck melaporkan laba bersih sebesar €100,000 dan membayar deviden
sebesar €40,000. Jurnal untuk transaksi ini adalah:

Jan 1 Share Investments 120,000

Cash 120,000

Dec. 31 Cash ($40,000 x 30%) 12,000

Share Investments 12,000

Share Investments($100,000 x 30%) 30,000

Revenue from Share Investments 30,000

Di dalam T account dapat dilihat seperti ini :

Holdings of More than 50%

Pengendalian Kepentingan – Saat sebuah perusahaan memiliki kepentingan lebih dari 50% pada
perusahaan lain.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 112

 Investor disebut induk (parent) perusahaan .


 Investee disebut anak (subsidiary) perusahaan.
 Investasi di perusahaan anak dilaporkan di buku induk sebagai investasi jangka panjang.
 Induk umumnya menyiapkan Laporan Keuangan Konsolidasi (consolidated financial
statements)

Laporan konsolidasi mengindikasikan ukuran besar dan cakupan opersi perusahaan dibawah
pengendalian umum.

9. Penyajian dan pengungkapan investment in stock serta klasifikasi untuk tujuan valuing dan
reporting

Diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu:

 Trading securities
 Non – trading securities

Trading securities sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bonds Investments.

Non – trading securities

 Dapat diklasifikasikan sebagai Current Assets atau Non Current Assets, bergantung pada
intensitas dari manajemen perusahaan tsb.
 Prosedur dalam menentukan fair value dan unrealized gain or loss untuk kategori ini sama
seperti trading securities.
 Perusahaan melaporkan saham ini pada fair value, dan melaporkan perubahaan dari biaya
dalam komponen ekuitas.

Contohnya : Asumsikan bahwa Ingrao AG mempunyai 2 jenis sekuritas yang diklasifikasikan sbg non
– trading.

Maka Jurnal penyesuaiaan yang tepat :

Dec. 31 Unrealized Gain or Loss—Equity 9,537

Fair Value Adjustment—Non-Trading 9,537

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 113

Jurnal penutup pada 31 Desember 2017 untuk menjadikan Unrealized Gain or Loss—Equity ke
Accumulated Other Comprehensive Income sbb :
Accumulated Other Comprehensive Income 9,537

Unrealized Gain or Loss—Equity 9,537

Di tahun kedua operasi mereka yaitu 31 Desember 2018 non – trading securities mereka sbb :

Terdapat keseimbangan di kredit sebesar €9,537 pada tahun sebelumnya,oleh karena itu
perusahaan mendebit sebesar €11,174 (€9,537 + €1,637) untuk mendapatkan keseimbangan di
debit sebesar €1,637.
Dec. 31 Fair Value Adjustment—Non-Trading 11,174

(2018) Unrealized Gain or Loss—Equity 11,174

Jurnal penutup pada saat 31 Desember 2018, untuk mengubah Unrealized Gain or Loss – Equity
menjadi Accumulated Other Comprehensive Income.
Unrealized Gain or Loss—Equity 11,174
Accumulated Other Comprehensive Income 11,174

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 114

10. Laporan Keuangan Konsolidasi


 Perusahaan membuat laporan keuangan konsolidasi dari atau berdasarkan laporan
keuangan masing – masing perusahaan tempat ia menanamkan modal atau anak
perusahaannya.
 Transaksi tersebut dikenal dengan intercompany transactions dan akan dieliminasi pada
saat konsolidasi.

Dicontohkan sebagai berikut : Anggaplah bahwa pada 1 Januari 2017 , Power plc membayar
£150,000 secara tunai untuk kepemilikan saham 100% di Serto plc’s. Power mencatat investasi
tersebut pada cost. Total kombinasi dari laporan keuangan tersebut tidak menampilkan laporan
keuangan yang dikonsolidasi, karena ada perhitungan ganda antara ekuitas dan aset di jumlah
£150,000.

Sekarang,dengan menggunakan data yang sama seperti di atas,namun Powers plc membayar
£165,000 secara tunai untuk 100% saham Serto. Maka excess of cost over book value sebesar
£15,000(£165,000 - £150,000). (Worksheet terlampir di halaman berikutnya)

Neraca lajur(worksheet) menunjukkan excess of cost over book value sebesar £15,000. Di laporan
keuangan konsolidasi, pertama tama power mengalokasikan jumlah tersebut ke aset yang spesifik,
seperti inventory,plant assets dan equipment, jika fair market valuenya melebihi book value.
Beberapa sisa akan dialokasikan dengan memutuskannya sebagai goodwill. Untuk perusahaan
Serto,asumsikan bahwa harga pasar dari property dan equipment mereka sebesar £155,000. Oleh
karena itu, Power mengalokasikan £10,000 dari excess of cost over book value ke property dan
equipment dan sisanya £5,000 ke goodwill.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 115

Worksheet

Consolidated SOFP

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 116

Chapter 13 – Statement of Cash Flows


1. Kegunaan Laporan Arus Kas
Menyediakan informasi untuk membantu menilai:
1) Kemampuan entitas untuk memperoleh arus kas di masa datang.
2) Kemampuan entitas untuk membayar deviden dan kewajiban.
3) Alasan guna membedakan laba bersih (net income) dan kas bersih yang disediakan
(digunakan) oleh aktivitas operasional.
4) Transaksi pendanaan dan investasi kas selama periode berjalan.

Klasifikasi Arus Kas

a. Operating Activities – Income statement items


Cash inflows:
 Dari penjualan barang atau jasa.
 Dari penerimaan bunga dan penerimaan dividen.
Cash outflows:
 Kepada pemasok untuk persediaan barang.
 Kepada pekerja untuk upah.
 Kepada pemerintah untuk pajak.
 Kepada pemberi pinjaman untuk bunga.
 Kepada orang lain untuk beban/biaya lainnya.

b. Investing Activities – Changes in investments and non current assets


Cash inflows:
 Dari penjualan properti,tanah atau bangunan,dan peralatan.
 Dari penjualan investasi baik dalam bentuk utang maupun saham atau entitas lainnya.
 Dari kumpulan pokok – pokok pinjaman kepada entitas lain.
Cash outflows:
 Untuk membeli properti,tanah atau bangunan,dan peralatan.
 Untuk membeli investasi baik berupa utang atau saham.
 Untuk meminjam kepada pihak lain.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 117

c. Financing Activities – Changes in non current liabilities and equity


Cash inflows:
 Dari penjualan saham ordinari.
 Dari penerbitan utang jangka panjang(bonds atau notes)
Cash outflows;
 Kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.
 Untuk menebus utang jangka panjang atau mengakuisisi kembali saham ordinari(saham
treasuri)
IFRS mensyaratkan bahwa jumlah berikut harus diungkapkan:
 Kas yang dibayarkan untuk pajak.
 Kas yang diterima dan dibayarkan dari bunga dan deviden.

Aktifitas Non-Kas yang signifikan


1) Penerbitan langsung saham biasa untuk membeli aset.
2) Konversi obligasi menjadi saham biasa
3) Penerbitan langsung utang untuk membeli aset
4) Pertukaran aset tetap.
Perusahaan melaporkan aktivitas-aktivitas ini baik pada catatan yang terpisah atau skedul
pelengkap Laporan Keuangan.
2. Format dan Metode Pelaporan Arus Kas

Format Laporan Arus Kas

Order of Presentation: Direct Method

1.Operating activities.

2.Investing activities. Indirect Method

3. Financing activities.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 118

3. Penyiapan Data dan Tahapan Penyusunan Laporan Arus Kas


Tiga sumber informasi:
1) Laporan posisi keuangan komperatif (Comparative statement of financial position)
2) Laporan Laba Rugi periode berjalan (Current income statement)
3) Informasi tambahan
Ada tiga tahap utama:

Tahap 1: Menentukan kas bersih yang disediakan/digunakan melalui aktivitas operasi dengan
mengkonversi laba bersih dari basis akrual menjadi basis kas.

Langkah ini melibatkan analisa tidak hanya pada Laporan Laba Rugi tahun berjalan tetapi juga
laporan posisi keuangan komperatif dan data tambahan tertentu.

Tahap 2: Menganalisa perubahan di aset non kas dan akun kewajiban dan mencatanya sebagai
aktivitas investasi dan pendanaan, atau diungkapkan sebagai transaksi non kas.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 119

Tahap 3: Membandingkan perubahan bersih di kas pada Laporan arus kas dengan perubahan akun
kas yang dilaporakan pada Laporan posisi keuangan untuk memastikan jumlah yang disetujui.
Metode Langsung dan Tidak Langsung
Perusahaan mendapatkan keuntungan dari metoda tidak langsung untuk dua alasan berikut:
1) Lebih mudah dan dengan biaya lebih sedikit untuk menyiapkan, dan
2) Fokus pada perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari aktivitas operasi.
Statement of Cash Flows – Indirect Method

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 120

Informasi tambahan untuk tahun 2017:


1) Depreciation Expense terdiri dari €6,000 untu bangunan dan €3,000 untuk peralatan.
2) Perusahaan menjual peralatan dengan nilai buku €7,000(biaya(cost) sebesar
€8,000,dikurangi accumulated depreciation €1,000) seharga €4,000.
3) Menerbitkan €110,000 utang/obligasi jangka panjang dengan pertukaran tanah.
4) Bangunan seharga €120,000 dan peralatan seharga €25,000 dibeli secara tunai.
5) Menerbitkan saham ordinari sebesar €20,000 secara tunai.
6) Perusahaan mendeklarasikan dan membayar €29,000 dividen kas.

4. Penyusunan Laporan Arus Kas – Metode Tidak Langsung


Tahap 1 : Operating Activities
Menentukan kas bersih yang disediakan/digunakan oleh aktivitas operasi dengan mengkonversi
laba bersih darai basis akrual menjadi basis kas. Penyesuaian umum ke Laba (rugi) bersih:
Tambahkan kembali biaya non kas (biaya depresiasi dan amortisasi)
 Mengurangi keuntungan dan menambah kerugian yang dihasilkan dari aktivitas investasi
dan pendanaan
 Analisa perubahan aset dan kewajiban lancar non kas.
Depreciation Expense : Walaupun biaya depresiasi mengurangi laba bersih, namun tidak
mengurangi kas.

Cash flows from operating activities:


Net income € 145,000
Adjustments to reconcile net income to net cash
provided by operating activities:
Depreciation expense 9,000
Net cash provided by operating activities € 154,000

Loss on Disposal of Plant Assets : Karena perusahaan melaporkan sebagai sumber kas dalam
kegiatan investasi bagian jumlah aktual kas yang diterima dari penjualan:
 Setiap kerugian pada penjualan ditambahkan pada laba bersih di bagian operasi.
 Setiap keuntungan pada penjualan dikurangkan dari laba bersih pada bagian operasi.
Cash flows from operating activities:
Net income € 145,000
Adjustments to reconcile net income to net cash
provided by operating activities:
Depreciation expense 9,000
Loss on disposal of plant assets 3,000
Net cash provided by operating activities € 157,000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 121

Changes to Non – Cash Current Assets Accounts


Saat saldo Account Receivable menurun, penerimaan kas lebih tinggi dari pada pendapatan yang
diperoleh berdasarkan basis akrual.

Karena itu, perusahaan menambahkan ke laba bersih jumlah menurunan di piutang usaha.
Cash flows from operating activities:
Net income € 145,000
Adjustments to reconcile net income to net cash
provided by operating activities:
Depreciation expense 9,000
Loss on disposal of plant assets 3,000
Decrease in accounts receivable 10,000
Net cash provided by operating activities € 167,000

Saat saldo Inventory meningkat, harga pokok barang yang dibeli melebihi harga pokok barang yang
terjual.

Sebagai hasilnya, harga pokok penjualan tidak merefleksikan pembayaran per kas yang dibuat untuk
barang dagangan. Perusahaan mengurangi dari laba bersih peningkatan persediaan ini.
Cash flows from operating activities:
Net income € 145,000
Adjustments to reconcile net income to net cash
provided by operating activities:
Depreciation expense 9,000
Loss on disposal of plant assets 3,000
Decrease in accounts receivable 10,000
Increase in inventory (5,000)
Net cash provided by operating activities € 162,000

Saat saldo Prepaid Expenses meningkat: Kas yang dibayarkan untuk biaya lebih tinggi dari pada
biaya yang dilaporkan berdasarkan basis akrual. Perusahaan mengurangkan peningkatan ini dari
laba bersih perusahaan untuk mendapatkan kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi.
Jika Prepaid Expenses menurun, biaya yang dilaporkan lebih tinggi dari pada biaya yang dibayarkan.
Cash flows from operating activities:
Net income € 145,000
Adjustments to reconcile net income to net cash
provided by operating activities:
Depreciation expense 9,000
Loss on disposal of plant assets 3,000
Decrease in accounts receivable 10,000
Increase in inventory (5,000)
Increase in prepaid expenses (4,000)
Net cash provided by operating activities € 158,000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 122

Changes to Non – Cash Current Liability Accounts


Saat Account Payable meningkat : Perusahaan menerima lebih banyak barang dagangan dari pada
yang dibayarkan untuk barang tersebut. Peningkatan ditambahkan ke laba bersih.
Saat Income Taxes Payable menurun : Biaya pajak pendapatan lebih rendah dari pada jumlah pajak
yang dibayarkan pada perioda berjalan. Penurunan dikurangkan dari laba bersih.
Cash flows from operating activities:
Net income € 145,000
Adjustments to reconcile net income to net cash
provided by operating activities:
Depreciation expense 9,000
Loss on disposal of plant assets 3,000
Decrease in accounts receivable 10,000
Increase in inventory (5,000)
Increase in prepaid expenses (4,000)
Increase in accounts payable 16,000
Decrease in income taxes payable (2,000)
Net cash provided by operating activities € 172,000

Secara ringkas digambarkan sebagai berikut :

Tahap 2 : Investing and Financing Activities


Dari informasi tambahan, perusahaan membeli tanah of €110,000 dengan menerbitkan obligasi
jangka panjang. Ini merupakan aktivitas investasi dan pendanaan non kas yang signifikan yang patut
diungkapkan dalam skedul yang terpisah.

Dari informasi tambahan, perusahaan membeli bangunan kantor sebesar €120,000 tunai. Ini
merupakan arus kas keluar yang dilaporkan di bagian investasi.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 123

Net cash provided by operating activities 172,000


Cash flows from investing activities:
Purchase of building (120,000)
Purchase of equipment (25,000)
Disposal of plant assets 4,000
Net cash used by investing activities (141,000)
Cash flows from financing activities:
Issuance of ordinary shares 20,000
Payment of cash dividends (29,000)
Net cash used by financing activities (9,000)
Net increase in cash 22,000
Cash at beginning of period 33,000
Cash at end of period € 55,000

Disclosure: Issuance of bonds to purchase land € 110,000

Net cash provided by operating activities 172,000


Cash flows from investing activities:
Purchase of building (120,000)
Purchase of equipment (25,000)
Disposal of plant assets 4,000
Net cash used by investing activities (141,000)
Cash flows from financing activities:
Informasi tambahanIssuance
menjelaskan bahwa
of ordinary peningkatan peralatan dihasilkan20,000
shares dari dua transaksi: (1)
Payment of cash dividends (29,000)
pembelian peralatan sebesar €25,000, dan (2) penjualan peralatan sebesar €4,000 dengan harga
Net cash used by financing activities (9,000)
pokok €8,000. Net increase in cash 22,000
Cash at beginning of period 33,000
Cash at end of period € 55,000

Disclosure: Issuance of bonds to purchase land € 110,000

Cash 4,000
Accumulated Depreciation 1,000
Loss on Disposal of Plant Assets 3,000
Equipment 8,000
Cash flows from operating activities:
Net income € 145,000
Adjustments to reconcile net income to net cash
provided by operating activities:
Depreciation expense 9,000
Loss on disposal of plant assets 3,000
Decrease in accounts receivable 10,000
Increase in inventory (5,000)
Increase in prepaid expenses (4,000)
Increase in accounts payable 16,000
Decrease in income taxes payable (2,000)
Net cash provided by operating activities 172,000
Cash flows from investing activities:
Purchase of building (120,000)
Purchase of equipment (25,000)
Disposal of plant assets 4,000
Net cash used by investing activities (141,000)
Cash flows from financing activities:
Issuance of ordinary shares 20,000
Informasi tambahan mencatat bahwa peningkatan di modal saham-saham
Payment of cash dividends biasa merupakan hasil
(29,000)
dari penerbitan saham baru.
Net cash used by financing activities
Net increase in cash
(9,000)
22,000
Cash at beginning of period 33,000
Net at
Cash cash
endprovided
of period by operating activities 172,000
€ 55,000
Cash flows from investing activities:
Purchase of building (120,000)
Purchase of equipment (25,000)
Disposal of plant assets 4,000
Net cash used by investing activities (141,000)
Cash flows from financing activities:
Issuance of ordinary shares 20,000
Payment of cash dividends (29,000)
Net cash used by financing activities (9,000)
Net increase in cash 22,000
Cash at beginning of period 33,000
Cash at end of period € 55,000

Disclosure: Issuance of bonds to purchase land € 110,000


DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]
SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 124

Cash flows from operating activities:


Laba ditahan meningkat € 145,000 ini dapat dijelaskan
sebesar €116,000 selama tahun berjalan. Peningkatan
Net income
Adjustments to reconcile net income to net cash
dengan dua faktor: (1) laba bersih sebesar €145,000 meningkatkan laba ditahan. (2) Deviden sebesar
provided by operating activities:
€29,000 menurunkan laba ditahan.
Depreciation expense 9,000
Loss on disposal of plant assets 3,000
Decrease in accounts receivable 10,000
Increase in inventory (5,000)
Increase in prepaid expenses (4,000)
Increase in accounts payable 16,000
Decrease in income taxes payable (2,000)
Net cash provided by operating activities 172,000
Cash
Cashflows
flowsfrom
frominvesting
operatingactivities:
activities:
Purchase
Net incomeof building €(120,000)
145,000
Purchase of
Adjustments to equipment
reconcile net income to net cash (25,000)
Disposal
provided by of plant assets
operating activities: 4,000
Net cash used
Depreciation by investing activities
expense (141,000)
9,000
Cash flows
Loss onfrom financing
disposal activities:
of plant assets 3,000
Issuance
Decreaseofinordinary
accounts shares
receivable 20,000
10,000
Payment
Increaseof in cash dividends
inventory (29,000)
(5,000)
Net cashinused
Increase by financing
prepaid expensesactivities (9,000)
(4,000)
Net increase
Increase in accounts
cash payable 22,000
16,000
Tahap 3 : Net Changes
Cash inatCash
beginning
Decrease of period
in income taxes payable 33,000
(2,000)
Cash at Netend of period
cash provided by operating activities €172,000
55,000
Cash flows from investing activities:
Purchase of building (120,000)
Purchase of equipment (25,000)
Disposal of plant assets 4,000
Net cash used by investing activities (141,000)
Cash flows from financing activities:
Issuance of ordinary shares 20,000
Payment of cash dividends (29,000)
Net cash used by financing activities (9,000)
Net increase in cash 22,000
Cash at beginning of period 33,000
Cash at end of period € 55,000

Cash flows from operating activities:


Net income € 145,000
Adjustments to reconcile net income to net cash
provided by operating activities:
Depreciation expense 9,000
Loss on disposal of plant assets 3,000
Decrease in accounts receivable 10,000
Increase in inventory (5,000)
Increase in prepaid expenses (4,000)
Increase in accounts payable 16,000
Decrease in income taxes payable (2,000)
Net cash provided by operating activities 172,000
Cash flows from investing activities:
Purchase of building (120,000)
Purchase of equipment (25,000)
Disposal of plant assets 4,000
Net cash used by investing activities (141,000)
Cash flows from financing activities:
Issuance of ordinary shares 20,000
Payment of cash dividends (29,000)
Net cash used by financing activities (9,000)
Net increase in cash 22,000
Cash at beginning of period 33,000
Cash at end of period € 55,000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 125

Free cash flow (arus kas bebas) menggambarkan kas yang masih tersisa/tersedia dari operasi setelah
penyesuian untuk pengeluaran modal dan dividen.

5. Penyusunan Laporan Arus Kas – Metode Langsung


1. Dengan metode langsung, perusahaan menghitung kas bersih yang diperoleh dari aktivitas
operasi dengan menyesuaikan setiap item dalam laporan laba rugi dari basis akrual ke basis kas.
2. Untuk mempermudah dan memadatkan bagian aktivitas operasi, perusahaan hanya melaporkan
kelompok utama penerimaan kas dan pembayaran kas operasi.
3. Untuk pengelompokan utama ini, perbedaan antara penerimaan kas dan pembayaran kas
merupakan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi.
Tahap 1 : Operating Activities (Soal yang sama dengan Indirect Method)

Cash Receipt from Customers : untuk Computer Services, Account Receivable berkurang sebesar
€10,000.

Cash Payment to Suppliers : di tahun 2017, inventori Computer Services naik €5,000 dan cash
payments kepada suppliers sebesar €139,000.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 126

Cash Payments for Operating Expenses : pembayaran untuk biaya – biaya operasi sebesar €115,000.

Cash Payments for Interest : di tahun 2017, bunga yang dimiliki Computer Services sebesar €42,000.

Cash Payments for Income Taxes : pajak penghasilan yang dimiliki sebesar €49,000.

Tahap 2 : Investing dan Financing Activities sama seperti indirect method. Tidak memiliki
perubahan yang signifikan.
Tahap 3 : Net Change in Cash sama seperti indirect method.
Secara keseluruhan perbedaan terdapat pada bagian operating activities. Penggunaan yang sesuai
dengan IFRS atau disarankan adalah dengan Indirect Method,hanya saja penggunaan Direct Method
lebih sering di masyarakat karena dapat dengan mudah diterima logika namun sulit dalam hal
mendapatkan data – datanya.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 127

Prepare a Worksheet
 Masukkan saldo awal dan akhir dari akun posisi keuangan Enter pada bagian laporan posisi
keuangan.
 Masukkan pada kolom rekonsiliasi kertas kerja data yang menjelaskan perubahan pada
akun laporan posisi keuangan selain kas dan pengaruh mereka terhadap laporan arus kas.
 Masukkan baris kas dan pada bagian bawah kertas kerja peningkatan dan penurunan kas.
Jurnal ini harus memungkinkan total kolom rekonsiliasi yang akan disetujui.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 128

Chapter 18 – Managerial Accounting Concepts and Principles (Warren 23th Edition)


1. Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajerial

 Informasi akuntansi keuangan dilaporkan pada interval tetap dalam laporan keuangan
umum. Laporan keuangan ini disusun sesuai dengan PSAK.
 Laporan akuntansi manajerial tidak selalu harus (1) disiapkan sesuai PSAK, (2) disiapkan
pada interval tetap, dan (3) disiapkan untuk bisnis secara keseluruhan
 Informasi akuntansi manajerial dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik manajemen
perusahaan dan mencakup data historis, yang memberikan ukuran operasi masa lalu yang
obyektif, dan perkiraan data, yang memberikan perkiraan subjektif tentang keputusan masa
depan.
Langkah – langkah manajerial yang diambil dalam perusahaan:
Planning : Manajemen menggunakan perencanaan dalam mengembangkan tujuan perusahaan
(tujuan) dan menerjemahkan tujuan ini ke dalam kursus tindakan.
Klasifikasi planning :
 Strategic Planning adalah mengembangkan tindakan jangka panjang untuk mencapai tujuan
perusahaan. Kursus tindakan jangka panjang, yang disebut strategi, sering kali melibatkan
periode lima sampai sepuluh tahun.
 Operational Planning mengembangkan tindakan jangka pendek untuk mengelola operasi
sehari-hari perusahaan.
Directing : Proses pengarahan yang dilakukan oleh seorang manajer demi mencapai tujuan. Contoh:

 Upaya pengawas produksi untuk menjaga lini produksi tetap bergerak tanpa gangguan
 Pengembangan panduan pengembangan manajer kredit untuk menilai kemampuan
pelanggan potensial untuk membayar tagihan mereka
Controlling : Memonitor hasil operasi dan membandingkan hasil aktual dengan hasil yang
diharapkan
 Umpan balik ini memungkinkan manajemen untuk mengisolasi area untuk penyelidikan
lebih lanjut dan kemungkinan tindakan perbaikan.
 Filosofi pengendalian dengan membandingkan hasil aktual dan yang diharapkan disebut
manajemen dengan pengecualian.
Improving : Perbaikan proses terus menerus adalah filosofi terus meningkatkan karyawan, proses
bisnis, dan produk. Tujuan perbaikan proses terus menerus adalah menghilangkan sumber masalah
dalam sebuah proses.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 129

Decision Making : Inheren dalam setiap proses manajemen sebelumnya adalah pengambilan
keputusan. Manajemen harus terus-menerus memutuskan di antara tindakan alternatif.
2. Kegiatan Operasi Perusahaan Manufaktur

Product Cost (Manufacturing Cost): Biaya yang diperlukan untuk membuat suatu produk tertentu.
Terdiri dari :
 Direct Material : Untuk diklasifikasikan sebagai biaya bahan langsung, biayanya
harus terdiri dari dua hal berikut:
 Bagian integral dari produk jadi
 Sebagian besar dari total biaya produk
 Direct Labor : Biaya upah karyawan yang merupakan bagian integral dari produk
jadi diklasifikasikan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja langsung harus
terdiri dari dua hal berikut:
 Bagian integral dari produk jadi
 Sebagian besar dari total biaya produk
 Factory Overhead : Biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung yang terjadi dalam proses pembuatan digabungkan dan diklasifikasikan sebagai
biaya overhead pabrik (kadang-kadang disebut biaya overhead pabrik atau beban pabrik).
Contohnya :
 Heating and lighting the factory
 Repairing and maintaining factory equipment
 Property taxes
 Insurance
 Depreciation of factory plant and equipment
Biaya yang tidak masuk langsung ke produk jadi, seperti minyak yang digunakan untuk melumasi
mesin dan kebersihan dan upah pengawas, dianggap sebagai overhead pabrik.
Beberapa biaya yang merupakan bagian dari produk, namun dianggap tidak signifikan, diperlakukan
sebagai overhead pabrik, seperti lem dan benang.
Period Cost : Biaya yang dibebankan pada satu periode tertentu
 General and Administrative Expenses
 Selling Expenses
Job Order Cost System : Menyediakan catatan biaya untuk setiap unit barang yang diproduksi
Process Cost System :Menyediakan catatan biaya untuk setiap departemen atau tahapan proses
produksi
Akuntansi Perusahaan Manufaktur :
 Pembelian Bahan Baku
 Penggunaan Bah1an Baku
 Terjadinya Upah Langsung

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 130

 Alokasi Upah Langsung terhadap produk


 Terjadinya Factory Overhead
 Pembebanan FOH terhadap produk
 Barang selesai diproduksi
 Penjualan Barang
Jumlah factory overhead baru dapat diketahui pada akhir tahun, sedangkan produksi barang selesai
setiap saat.
Dasar pembebanan : Jam upah langsung, total upah langsung, jumlah jam mesin, jumlah bahan baku
Tarif FOH

3. Jurnal Transaksi Perusahaan Manufaktur


1. Pembelian Bahan Baku
Dr Materials
Cr Accounts Payable / Cas
2. Penggunaan Bahan Baku
Dr Work in Process
Cr Materials
3. Terjadinya Upah Langsung
Dr Wages Expense
Cr Wages payable / Cash
4. Alokasi Upah langsung terhadap produk
Dr Work in Process
Cr Wages Expenses

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 131

5. Terjadinya FOH
Dr Factory Overhead
Cr Accumulated Depreciation
6. Pembebanan FOH
Dr Work in Process
Cr Factory Overhead
7. Barang Selesai diproduksi
Dr Finished Goods
Cr Work in Process
8. Penjualan Barang
Dr Accounts Receivable / Cash
Cr Sales
Dr Cost of Goods Sold
Cr Finished Goods

4. Harga Pokok Produksi


Tahap 1 : Menentukan cost of direct materials used

Tahap 2 : Menentukan total manufacturing cost incurred

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 132

Tahap 3 : Menentukan cost of goods manufactured

5. Harga Pokok Penjualan

6. Penyusunan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur


Balance Sheet for a Manufacturing Business
Sebuah bisnis manufaktur melaporkan tiga jenis persediaan di neraca sebagai
Berikut:
1. Bahan inventarisasi (terkadang disebut persediaan bahan baku). Inventaris ini terdiri dari biaya
bahan langsung dan tidak langsung yang belum masuk proses manufaktur.
Contoh untuk Legend Guitars: Kayu, senar gitar, lem, amplas
2. Bekerja dalam proses inventarisasi. Persediaan ini terdiri dari bahan langsung, langsung tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik untuk produk yang telah masuk proses manufaktur, namun belum
selesai (dalam proses).
Contoh untuk Legend Guitars: Unfinished (sebagian dirakit) gitar
3. Persediaan barang jadi. Persediaan ini terdiri dari produk selesai yang belum terjual.
Contoh untuk Legend Guitars: Gitar yang belum terjual

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | Pengantar Akuntansi 2 133

Income Statement for a Manufacturing Company


Laporan laba rugi untuk bisnis merchandising dan manufaktur terutama berbeda dalam melaporkan
biaya barang dagangan (barang) yang tersedia untuk dijual dan dijual selama periode. Perbedaan ini
ditunjukkan di bawah ini.

Bisnis merchandising membeli barang dagangan yang siap dijual kembali kepada pelanggan. Total
biaya barang dagangan yang tersedia untuk dijual selama periode tersebut ditentukan dengan
menambahkan persediaan barang dagangan awal ke pembelian bersih. Biaya barang dagangan yang
dijual ditentukan dengan mengurangi persediaan barang dagangan dari biaya barang dagangan yang
tersedia untuk dijual.
Pabrikan membuat produk yang dijualnya, menggunakan bahan langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik. Total biaya pembuatan produk yang tersedia untuk dijual selama periode
tersebut disebut biaya barang yang diproduksi. Biaya barang jadi yang tersedia untuk dijual
ditentukan dengan menambahkan persediaan barang jadi awal ke harga pokok produksi selama
periode tersebut. Harga pokok penjualan ditentukan dengan mengurangkan persediaan barang jadi
yang telah diakhiri dari harga perolehan barang jadi yang tersedia untuk dijual. Harga pokok
produksi diperlukan untuk menentukan harga pokok penjualan, dan dengan demikian menyiapkan
laporan laba rugi Biaya barang yang diproduksi sering ditentukan dengan menyiapkan pernyataan
harga pokok produksi. Pernyataan ini merangkum biaya barang yang diproduksi selama periode
tersebut seperti yang ditunjukkan di bawah ini.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 134

PKN
Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
A. Konsepsi HAM
- Pengakuan HAM mempunyai dua landasan :
1) Landasan langsung : kodrat manusia yang sama derajat dan martabat
2) Landasan lebih dalam : manusia adalah ciptaan Tuhan, manusia dihadapan Tuhan
yang membedakan hanya amalan
- HAM : hak untuk hidup, hak kemerdekaan, dan hak milik.
- Teori negara perseorangan : negara adalah masyarakat hukum yang disusun atas kontrak
sosial. Kontrak : negara diberi wewenang oleh individu. Wewenang yang tidak diserahkan
kepada penguasa disebut HAM.
- Deklarasi Universal tentang HAM (Majelis Umum PBB no. 217 A(III) ) 10 November 1948:
1.) Semua orang dilahirkan merdeka serta mempunyai marabat dan hak yang sama,
2.) setiap orang berhak atas semua hak dan kebabasan yang tercantum dalam
pernyataan ini tanpa pengecualian
3.) hak atas penghidupan, kemerdekaan, dan keselamatan
4.) tidak seorang pun boleh diperbudak/diperhamba
5.) tidak seorang pun boleh dianiaya / diperlakukan secara kejam
6.) tiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi di hadapan UU dimana
pun ia berada
7.) tiap orang adalah sama di hadapan undang-udang dan berhak atas perlindungan
yang sama tanpa perbedaan
8.) tiap orang berhak atas pengadilan yang efektif oleh hakim-hakim nasional yang
beerkualitas dan profesional
9.) tidak seorang pun boleh ditangkap ditahan, atau dibuang sewenang-wenang
10.) tiap orang berhak memperoleh perlakuan yang sama dan suaranya didengar di
muka umum secara adil oleh pengadilan.

B. Perkembangan HAM
- Proses sejarah HAM
1) Magna Charta (1215, Inggris) : kekuasaan raja dibatasi oleh hukum. Polisi/jaksa tidak
dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang sah.
2) Habeas Corpus Act (1679, Inggris) : Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam
waktu 2 hari setelah penahanan. Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti
yang sah menurut hukum.
3) Bill of rights (1689, Inggris) :
a.) Kebebasan dalam anggota perlemen
b.) Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
c.) Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen.
d.) Hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-
masing
e.) Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
4) Declaration of Independence (1776, AS)
5) Deklarasi HAM dan Warga Negara (1789, Prancis) : Revolusi Prancis (Liberty, Egality,
Fraternity). Ini menetapkan sekumpulan hak individu dan hak-hak kolektif manusia.
6) Atlantic Charter (1941, Inggris-Amerika) : F.D Roosevelt menyebutkan The Four
Freedom : kebebasan beragama, kebebasan berbicara dan berpendapat, kebebasan
dari rasa takut, dan kebebasan kemelaratan.
7) Universal Declaration of Human Rights (10 Desember 1948, PBB) : pernyataan HAM
sedinuia. Diperinci menjadi hak-hak kemerdekaan dan hak politik.
8) Hasil Sidang Umum PBB Tahun 1966 :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 135

- Tiga generasi HAM :


1) Generasi I : Hak sipil dan politik yang bermula dari Eropa Barat, contohnya hak untuk
hidup, kebebasan dan keamanan, dan hak beragama
2) Generasi II : Hak ekonomi, sosial, dan budaya yang diperjuangkan negara sosialis
Eropa Timur, contohnya hak atas pekerjaan, penghasilan yang layak, dan kesehatan.
3) Generasi III : Hak perdamaian dan pembangunan yang diperjuangkan negara
berkembang Asia-Afrika, contohnya hak setiap bangsa untuk merdeka, hak mendapat
kedamaian, dan hak bebas dari ancaman musuh.

- HAM meliputi bidang-bidang sebagai berikut :


1) Hak asasi pribadi : hak kemerdekaan, hak memeluk agama, dan menyatakan
pendapat
2) Hak asasi politik : hak untuk diakui sebagai warga negara, contohnya hak memilih dan
dipilih, hak berserikat dan berkumpul.
3) Hak asasi ekonomi : hak memiliki sesuatu, hak bekerja, hak mengadakan perjanjian.
4) Hak asasi sosial budaya : hak pensiun, hak mendapat pendidikan, dan hak
berekspresi.
5) Hak untuk mendapat perlakuan sama dalam hukum dan pemerintahan (Rights of
Legal Equality)
6) Hak untuk mendapat perlakuan sama dalam tata cara peradilan dan perlindungan
(Procedural Rights)

C. HAM di Indonesia
1. Pandangan bangsa Indonesia terhadap HAM
 TAP MPR No. XVII/MPR/1998
1) Manusia sebagai mahkluk Tuhan YME dianugerahi hak asasi tanpa perbedaan.
2) Bangsa Indonesia menjunjung tinggi dan menerapkan HAM sesuai Pancasila.
3) Hak tidak terlepas dari kewajiban.
4) Bangsa Indonesia menghormati Deklarasi HAM PBB 1948.
5) HAM adalah hak anugerah Tuhan YME, yang melekat pada diri manusia, bersifat
kodrat, universal, dan abadi berkaitan dengan harkat dan martabat manusia.
 Pengakuan bangsa Indonesia dalam UUD 1945 :
1) Pembukaan UUD 1945 Alinea I : hak untuk merdeka
2) Pembukaan UUD 1945 Alinea IV : kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Pasal 27 – 34 UUD 1945
4) Pasal 28A-28J mencantumkan rumusan HAM

2. Pengertian HAM
Menurut UU No. 39 tahun 1999
 HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan mansia
sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi oleh negara, hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi
kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.
 HAM meliputi
hak untuk hidup, berkeluarga, mengembangkan diri, memperoleh keadilan,
kebebasan pribadi, rasa aman, kesejahteraan, turut serta dalam pemerintahan, hak
wanita, dan hak anak.

3. HAM dalam UUD 1945


1) Ps 28 A : mempertahankan hidup dan kehidupan
2) Ps 28 B : membentuk keluarga, keturunan, dan perlindungan anak dari kekerasan dan
diskriminasi
3) Ps 28 C : mengembangkan dan memajukan diri, mendapat pendidikan dan manfaat
ipttek
4) Ps 28 D : pengakuan yang sama di hadapan hukum, hak untuk bekerja, dan
kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 136

5) Ps 28 E : kebebasan beragama, meyakini kepercayaan, memilih kewarganegaraan,


memilih tempat tinggal, kebebasan berserikat, berkumpul, dan berpendapat.
6) Ps 28 F : berkomunikasi dan memperoleh informasi.
7) Ps 28 G : perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda,
bebas dari penyiksaan.
8) Ps 28 H : hidup sejahtera lahir dan batin, memperoleh pelayanan kesehatan.
9) Ps 28 I : tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut dan bebas dari perlakuan
diskiriminatif.
10) Ps 28 J : berkewajiban menghargai hak orang dan pihak lain serta tunduk pada
pembatasan UU

4. Penegakan HAM
Kelembagaan penegakan HAM
1) Komnas HAM
Dibentuk dengan Keppres No. 5 tahun 1993 dikukuhkan UU No. 39/1999. Tujuan :
- mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM sesuai Pancasila dan
UUD 1945, Piagam PBB, serta Deklarasi Universal HAM
- Meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna perkembangan pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai
bidang kehidupan.

2) Pengadilan HAM
Dibentuk dengan UU No. 26/2000. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus di
lingkungan pengadilan umum dan berkedudukan di kabupaten/kota. Pengadilan
HAM bertugas memeriksa dan memutus pelanggaran HAM berat oleh WNI, baik di
dalam teritorial Indonesia maupun diluar.
- Pelanggaran HAM berat :
a) Kejahatan Genosida : perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghncurkan/memusnahkan seluruh/sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, dan
kelompok agama dengan cara :
(1) membunuh anggota kelompok
(2) mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat
(3) menciptakan kondisi kehidupan yang mengakibatkan kemusnahan secara fisik
(4) memaksakan tidakan yang mencegah kelahiran dalam kelompok
(5) memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain
b) Kejahatan terhadap kemanusiaan : perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas/sistematik yang ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil, berupa :
(1) pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, penyiksaan, pengusiran, atau
pemindahan penduduk secara paksa.
(2) perampasan keerdekaan / perampasan fisik lain secara sewenang-wenang.
(3) penghilangan orang secara paksa.
(4) kejahatan apartheit.
(5) penganiayaan karena SARA.

3) Pengadilan HAM Ad Hoc


Dibentuk atas usul DPR untuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
berat sebelum diundangkannya UU No. 26/2000.

4) Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi


Komisi yang ditugasi untuk menemukan dan mengungkapkan pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan pada masa lampau oleh suatu pemerintahan.

5) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


LSM dijalankan oleh masyarakat sendiri sebagai bentuk partisipasinya. Contohnya
ialah KONTRAS, JLBHI, dan HRW.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 137

D. Pengertian Negara Hukum


- Negara hukum / Rechtsstaat / Rule of Law : negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan aats hukum. Tindakan pemerintah/lembaga dilandasi
hukumm dan dipertanggungjawabkan secara hukum. Ada supremasi hukum (kedaulatan
hukum) untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.
- Supremasi hukum : keadilan, kemanfaatan, dan kepastian.
- NKRI negara hukum (Pasal 1 ayat (3)) : negara berdasar atas hukum, tidak atas kekuasaan
belaka, dan berdasarkan konstitusi, bukan absolutisme.
- Tiga prinsip dasar wajib dijunjung warga negara : supremasi hukum, kesetaraan di
hadapan hukum, dan penegakan hukum dengan cara yang tidak bertentanga dengan
hukum.
- Negara hukum formal : negara baru bertindak apabila hak-hak warganegara dilanggar
atau ketertiban umum terancam.
- Negara hukum material : negara aktif mengatur kehidupan ekonomi dan sosial yang
selanjutnya disebut sebagai Welfare state.

E. Ciri-ciri negara hukum


a. Menurut Frederich Julius Stahl :
1) HAM
2) Trias politica (pembagian kekuasaan)
3) Pemerintahan berdasarkan peraturan
4) Peradilan administrasi dalam perselisihan
b. Menurut AV Dicey :
1) Supremasi hkum
2) Kedudukan yang sama di depan hukum
3) Terjaminnya HAM dalam UU/keputusan pengadilan.
c. Menurut International Commision of Jurits :
1) Perlindungan konstitusional : konstitusi menjamin hak dan menentukan
prosedural untuk memperoleh perlindungan hak.
2) badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
3) kebebasan menyatakan pendapat.
4) pemilu yang bebas.
5) kebebasan berorganisasi dan beroposisi.
6) pendidikan kewarganegaraan.

F. Negara Hukum di Indonesia


1) Landasan Yuridis
- pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menyatakan Indonesia adalah berdasar hukum dan sistem
konstitusional (tidak bersifat absolutisme).
- Konsepsi negara hukum Indonesia termasuk negar hukum materiil terlihat pada
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV.
2) Perwujudan Negara Hukum Indonesia
- Dituangkan dalam UUD 1945 sebagai hukum dasar negara
- Hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia (UU No. 10/2004)
(1) UUD 1945
(2) UU dn Perpu
(3) Peraturan Pemerintah (PP)
(4) Perpres
(5) Perda
2) Prinsip-prinsip Negara Hukum Indonesia
- Norma hukum bersumber pada Pancasila sebagai dasar dan adanya hierarki jenjang
norma hukum
- Sistem konstitusional, UUD 1945 dan peraturan dibawahnya membentuk kesatuan
sistem hukum
- Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat 1)
- Adanya organ pembentuk UU (DPR bersama Presiden)

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 138

- Sistem pemerintahan presidensiil


- Kekuasaan kehakimanyang bebas dari kekuasaan lain
- Hukum bertujuan untuk mencapai tujuan Indonesia dalam Pembukaan UUD alinea IV
- Adanya jaminan HAM dan kewajiban dasar manusia

Ajaran Dasar dan Implementasi Wawasan Nusantara


A. Pengertian Wawasan Nusantara (Wasantara)
1. Pengertian Wawasan Nusantara menurut Tap No. II/MPR/1998 tentang GBHN :
Wawasan nusantara yang merupapakan wawasan nasional yang bersumber pada
Pancasila dan UUD 1945, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dala menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
2. Pengertian Wawasann Nusantara menurut Prof. Dr. Wan Usman
Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah
airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehiudpan yang beragam.
Wawasan nusantara merupakan Geopolitik Indonesia.
Sekarang, Wawasan Nusantara sudah tidak dirumuskan karena GBHN yang sekarang
ditiadakan. Namun, wilayah Indonesia yang bercirikan Nusantara tetap dipertahankan.

B. Landasan Wawasan Nusantara


1. Landasan Idiil : Pancasila
Pancasila ialah ideologi dan dasar negara yang diejawantahkan untuk bisa
mempertahankan identitas serta kelangsungan hidup untuk mewujudkan cita-cita
nasoinal. Keadaan lingkungan yang terus berubah membuat kita memerlukan cara
pandang yang utuh yakni wawasan nusantara.
2. Landasan Konstitusional : UUD 1945
UUD 1945 ialah pedoman berbangsa dan bernegara seperti yang tertuang dalam pasal
1 ayat (1) dan (2).

C. Unsur Dasar dan Konsepsi Wawasan Nusantara


1. Wadah (Contour) : seluruh wilayah Indonesia beserta kekayaan alam, penduduk, dan
aneka budayanya, serta organisasi kenegaraan sebagai wadah kegiatan kenegaraan
dalam wujud suprastruktur politik dan wadah kehidupan bermasyarakat dalam wujud
infrastruktur politik.
2. Isi (content) : aspirasi, cita-cita, dan tujuan nasional yang meliputi dua hal, yakni realisasi
aspirasi bangsa sebagai pencapaian cita-cita nasional serta persatuan dan kesatuan
dalam kebhinekaan.
3. Tatalaku (conduct) : hasil interaksi wadah dan isi, meliputi tatalaku baitiniah dan
lahiriah.
- tatalaku batiniah : mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas.
- tatalaku lahiriah : mencerminkan tindakan, perbuatan, dan perilaku bangsa.
Tatalaku didasari semangat kekeluargaan sehingga menimbulkan nasionalisme.

D. Hakikat, Asas, dan Arah Pandang Bangsa Indonesia


1. Hakikat Wawasan Nusantara : keutuhan Nusantara dalam pengertian cara pandang
yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan nasional tanpa
menghilangkan kepentingan lain.
2. Asas Wawasan Nusantara

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 139

- Kepentingan yang sama : kepentingan zaman dulu yakni menghadapi penjajah


dengan fisik. Kepentingan sekarang ialah menghadapi penjajahan HAM, demokrasi,
dan lingkungan hidup.
- Tujuan yang sama tercapainya kesejahteraan dan keamanan yang lebih baik.
- Keadilan : kesesuaian pembagian hasil dengan jerih payah dan usaha.
- Kejujuran : keberanian berpikir, berkata, dan bertindak sesuai realita dan ketentuan
- Solidaritas : rasa setia kawan tanpa meninggalkan ciri budaya.
- Kerja sama : koordinasi dan saling pengertian.
- Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama : setia dan memegang teguh kesepakatan
3. Arah pandang wawasan nusantara
- ke dalam (memandang diri Indonesia) : menjamin perwujudan kesatuan.
- ke luar (memandang dunia) : menjamin kepentingan nasional dalam dunia yang
dinamis, melaksanakan ketertiban dunia, dan kerja sama.

E. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan Nusantara


1. Kedudukan Wawasan Nusantara
- Merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya untuk menghindari penyimpangan
cita-cita dan tujuan nasional
- dalam paradigma nasional, dapat dilihat kedudukannya :
a.) Pancasila sebagai landasan idiil
b.) UUD 1945 sebagai landasan konstitusional
c.) Wawasan Nusantara sebagai visi nasional
d.) Ketahanan Nasional sebagai landasan konsepsional
e.) GBHN/RPJM sebagai landasan operasional
2. Fungsi Wawasan Nusantara : pedoman dan motivasi dalam menentukan kebijakan bagi
penyelenggara negara
3. Tujuan Wawasan Nusantara : mewujudkan nasionalisme dengan mengutamakan
kepentingan nasional tanpa menghilangkan kepentingan individu/kelompok/daerah.

F. Implementasi Wawasan Nusantara


1. Sasaran Implementasi Wasantara: dilaksanakan secara menyeluruh (pola pikir dan
sikap)
a. dalam GBHN :
1) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik :
- Kesatuan wilayah, wadah, ruanglingkup, dan kesatuan bangsa menjadi modal
milik bersama bangsa.
- Kepulauan Nusantara adalah Satu kesatuan bangsa
- Pancasila merupakan falsafah serta ideologi bangsa dan negara
- Kesatuan politik diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
- Kepullauan Nusantara sebagai satu kesatuan hukum, artinya ada satu hukum
nasional.
2) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebgai satu kesatuan sosial budaya :
- Kekayaan nasional adalah modal milik bersama bangsa
- Tingkat perkembangan ekonomi di seluruh daerah harus seimbang
- Kesatuan ekonomi dilakukan sebagai usaha bersama dengan asas kekeluargaan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebgai satu kesatuan pertahanan keamanan :
- Ancaman terhadap satu daerah adalah ancaman terhadap seluruh bangsa
- Tiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam bela negara
b. Dalam masa reformasi :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 140

1) Implementasi Wasantara dalam bidang politik : menciptakan iklim penyelenggaraan


negara yang dinamis dan sehat.
2) Implementasi Wasantara dalam bidang ekonomi : menciptakan tata ekonomi yang
menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan secara adil.
3) Implementasi Wasantara dalam bidang sosial budaya : menciptakan sikap yang
mengakui kebinekaan.
4) Implementasi Wasantara dalam bidang Hankam : menumbhkan kesadaran cinta
tanah air sehingga timbul sikap bela negara.
2. Pemasyarakatan Wawasan Nusantara
1) Keteladanan : memberi contoh sikap yang lebih mengutamakan kepentingan
nasional
2) Edukasi : melalui pendidikan formmal dan informal (keluarga dan lingkungan).
3) Komunikasi : menciptakan komunikasi yang saling menghargai dan tenggang rasa
sehingga timbul kesatuan bahasa.
4) Integrasi : mewujudkan kesatuan dan persatuan sehingga membatasi sumber
konflik
3. Tantangan Implementasi Wasantara
1) Pemberdayaan masyarakat : negara harus memberi peranan besar ke masyarakat
(Global Paradox). Untuk menyusun kebijakan di negara maju dilakukan secara
bottom up planning dan di negara berkembang dengan top down planning.
Indonesia menggunakan RPJM yang menggabungkan dua metode tersebut.
Pembangunan juga harus dilakukan secara merata.
2) Dunia tanpa batas : perkembngan iptek memacu dunia bersaing di era global.
Konichi mengutarakan bahwa kehidupan negara masih tetap tetapi peranan pemda
lebih diutamakan.
3) Era baru kapitalisme : ialah sistem ekonomi berdasarkan hak milik swasta dan
kebebasan individu, didasarkan kepentingan diri sendiri. Untuk mengatasinya ialah
menerapkan Pancasila yang mengamanatkan kehidupan selaras.
4) Kesadaran warga negara : warga negara mempunyai hak dan kewajiban bela negara
karena rasa senasib dan seperjuangan. Perjuangan masa kini lebih cenderung ke
perjuangan non-fisik yang menyebabkan kesadaran bela negara berkurang.
4. Prospek Implementasi Wasantara
Dipengaruhi oleh beberapa hal :
1) Global paradox : pemerintah harus memberikan peranan besar kepada rakyat
2) Borderless World and the End of Nation State : impelementasi wasantara harus
memperhatikan pengaruh global yang menimbulkan tembusnya batas kekuatan
ekonomi dan budaya.
3) Implementasi wasantara dipengaruhi kapitalisme yang masuk ke Indonesia. Strategi
baru kapitalisme adalah mengusahakan keseimbangan antara kepentingan negara
maju dengan negara berkembang.
4) Untuk menyukseskan impelementasi wasantara diperlukann perubahan ekonomi,
memanfaatkan tenologi bersih lingkungan, dan pemerintahan yang demokratis.
5) Perlu diberikan peranan konsumen dan teknologi baru untuk menciptakan
masyarakat baru.
- Prospek implementasi wasantara dipengaruhi dua faktor : faktor kebinekaan
(peranan rakyat dan daerah) dan faktor dominan (keteladanan pemimpin nasional,
pendidikan, moral kebangsaan, media massa yang positif, keadilan penegakan
hukum, dan pemerintah yang bersih)

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 141

- Keberhasilan implementasi wasantara diperlukan kesadaran warga negara dalam


hal pemahaman hak dan kewajiban sebagai warga negara serta pemahman tentang
bangsa yang menegara.

G. Otonomi Daerah
1) Landasan hukum
- Pasal 1(1) UUD 1945 sebagai dasar NKRI Indonesia memilih penyelenggaraan
pemerintah secara desentralisasi. Landasan hukum pelaksanan otonomi daerah
ialah Ps 18 UUD 1945.
- Daerah otonom : kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah
tertentu yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI. Otonomi daerah
diatur dalam UU No. 32 tahun 2004.
2) Dasar pemikiran
- Untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
- Untuk meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemeratan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan, serta potensi dan
keanekaragaman daerah.
- Untuk menjamin keserasian hubungan antar daerah
3) Pemerintahan daerah
- Ialah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga pemerintah daerah, yakni pemda dan dprd
a. Pemerintah daerah
1) Kepala daerah : Kepala pemerintah daerah yang dipilih secara demokratis oleh
rakyat secara langsung. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu wakil kepala
daerah dan perangkat daerah.
2) Pembagian urusan pemerintahan
a) urusan pemerintah pusat : politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
moneter danfiskal nasional, yustisi, serta agama.
b) urusan pemerintah daerah : urusan wajib dan urusan pilihan
(1) urusan wajib : pendidikan, kesejahteraan, kesehatan, dan lain-lain.
(2) urusan pilihan : berkaitan dengan potensi keunggulan dan kekhasan
daerah.
3) Keuangan daerah : Daerah diberikan kepastian tersedianya pendanaan
pemerintah. Pemda diberikan kewenangan memungut dan mendayagunakan
pajak dan retribusi daerah, hak mendapatkan bagi hasil dari sumber daya
nasional yang berada di daerah, hak untuk mengelola kekayaan daerah, dan
mendapatkan sumber pembiayaan.
Pemerintah daerah menerapkan prinsip uang mengikuti fungsi.
4) Pembinaan dan pengawasan
Upaya dilakukan oleh pemerintah dan/atau gubernur selaku wakil pemerintah
daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi
daerah. Pembinaan dilakukan oleh pemerintah, menteri, dan pmimpinan
lembaga pemerintah non departemen yang kemudian dikoordinasi oleh
menteri dalam negeri. Pengawasan atas penyelenggaraan pemda adalah proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemda berjalan sesuai rencana
dan ketentuan yang berlaku
5) Pemilihan Kepala daerah dan wakil kepala daerah
(1) Kepala daerah dan wakilnya dipilih dalam satu pasangan calon dalam
pemilu yang luberjurdil, diajukan oleh satu atau gabungan parpol

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 142

(2) pemilu diselenggarakan KPUD yang bertanggung jwab kepada DPRD


(3) Paslon memperoleh suara lebih dari 50%
(4) Apabila syarat 3 tidak dipenhi maka paslon yang memperoleh suara lebih
dari 25% , paslon yang perolehan suara lebih dari 25% dinyatakan terpilih
(5) Apabila tidak ada yang mencapai 25%, dilakukan pemilu putaran kedua
diikuti pemenang pertama dan kedua
(6) Paslon kepala daerah dan wakilnya yang memperoleh suara terbanyak pada
putaran kedua dinyatakan terpilih.
6) DPRD
a. Kedudukan dan fungsi : merupakan lembaga perakilan rakyat daerah dan
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. DPRD
mepunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
b. Tugas dan wewenang :
(1) membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk
mendapat persteujuan bersama
(2) Membahas dan menyetujui rancangan perda dan peraturan lainnya
(3) Mengadakan pengawasan terhadap pelasanaan perda dan peraturan
lainnya
(4) Meminta laporan pertanggungjawaban kepala daerah dan
penyelenggaraan pemda
c. Hak DPRD
(1) Hak interpelasi, angket, dan mengajukan pendapat.
(2) Mengajukan rancangan perda, memilih dan dipilih, imunisasi dan
protokoler.
7) Asas-asas otonomi
a. Asas desentralisasi : penyerahan wewenang oleh pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalam sistem NKRI.
b. Asas dekonsentrasi : pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepala
instansi vertikal di wilayah tertentu
c. Tugas pembantuan : penugasan dari pemerintah kepala daerah dan/atau
desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melakukan tugas tertentu.

H. Pembinaan Daerah Frontier :


Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas wilayah geografisnya. Daerah terluar
sering kali luput dari perhatian pemerintah sehingga pembangunan sarana sangat minim.
Masyarakat di batas terluar Indonesia lebih sering berinteraksi dengan wilayah luar
sehingga sekaan-akan terjadi pergeseran batas negara imajiner berupa batas pengaruh
asing (frontier). Daerah terluar ini berpotensi menjadi daerah pencurian ilegal, TKI ilegal,
tindak kriminal lintas negara, dan rawan kemiskinan. Untuk itu diperlukan pembinaan
daerah frontier dengan :
- mengimplementasikan manajemen perbatasan dan aktualisasi pelayanan
perbatasan antarnegara dalam skala internasional,
- mewujudkan kinerja aparatur pemda melalui perumusan program kerja bagi
perbatasan antar negara,
- membedayakan masyarakat, pemetaan wilayah, dan pengembangan kawasan
perbatasan untuk menangkal tindak kriminal antar negara, dan
- mewujudkan tertib administrasi penyelenggaraan tugas pemerintahan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 143

Pengertian dan Latar Belakang Good Governance


A. Latar Belakang dan Pengertian Good Governance
- Latar belakang good governance :
a. Tuntutan eksternal : pengaruh globalisasi memaksa kita menerapkan prinsip good
governance dalam rangka menghormati prinsip-prinsip ekonomi pasar dan demokrasi
sebagai prasyarat dalam pergaulan internasional.
b. Tuntutan internal : penyelenggaraan pemerintah yang tanpa proses check and
balance menyeret bangsa pada ancaman KKN dan disintegrasi bangsa. Hal ini membuat
masyarakat menggagas reformasi birokrasi pemerintahan.
- Berdasarkan PP No. 101 tahun 2000
Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan
prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi,
efisiensi, efektivitas, supremasi hokum, dan dapat diterima seluruh masyarakat.
- Menurut United Nation Development Program (UNDP)
Good governance adalah suatu hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara swasta
dan masyarakat.

B. Prinsip Good Governance


a) Prinsip Good Governance (menurut UNDP)
1) Akuntabilitas
Setiap keputusan yang diambil dalam organisasi sector public, swasta dan
masyarakat memiliki pertanggungjawaban kepada publik, sebagaimana kepada
stakeholders.
2) Transparansi
Tiap pengeluaran dipertanggungjawabkan dan dilaporkan untuk semua pihak dalam
rangka kebebasan aliran informasi.
3) Responsif
Pemerintah harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan yang
merupakan perwujudan etika bisnis agar kontribusi pemerintah dapat menjangkau
cakupan yang lebih luas.
4) Aturan Hukum
Kegiatan dilakukan berdasarkan hukum yang berlaku. Hukum ditegakkan penuh
dengan bericirikan supremasi hukum, kepastian hkum, hukum yang responsive,
konsisten dan non-diskriminatif, dan independensi peradilan.
5) Partisipasi masyarakat
Masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung
maupun melalui perwakilan. Partisipasi bermaksud menjamin agar tiap kebijakan
mencerminkan aspirasi masyarakat.
6) Berorientasi pada consensus
Keputusan dilakukan melalui proses musyarwarah melalui consensus agar keputusan
memuaskan semua pihak. Selain itu, keputusan juga akan bersifat mengikat dan
mempunyai kekuatan memaksa.
7) Kesetaraan (equity)
Kesamaan dalam pelayanan dan perlakuan. Prinsip ini menciptakan kepercayaan dan
timbal balik antara masyarakat dan pemerintah.
8) Efektivitas dan efisiensi
Kebijakan yang efektif dan efisien diukur dengan parameter produk yang dapat
mencakup sebesar-besarnya kepentingan masyarakat. Pejabat pemerintahan harus
mampu menyusun perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan dan rasional.
9) Visi strategis

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 144

Pemerintah harus mampu melihat ke depan dengan perspektif yang luas untuk bisa
menghadapi perkembangan yang ada.

b) Konsepsi Good Governance

- Good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan Negara yang solid dan


bertanggungjawab, efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang
konstruktif diantara domain-domain Negara, sector swasta, dan masyarakat.
- Kepemerintahan yang mengemban akan dan menerapkan prinsip profesionalitas,
akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas,
supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
- Unsur good governance terdiri dari :
a. pemerintah : tidak hanya melibatkan kegiatan kenegaraan tetapi juga sector
swasta dan masyarakat yang madani
b. Sektor swasta : mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi pasar.
c. Masyarakat madani : mencakup perseorangan/kelompok yang berinteraksi secara
sosial, politik, dan ekonomi.

C. Karakteristik Dasar Good Governance


1. Diakuinya semangat pluralism
Pluralitas dianggap sebagai hal yang kodrati. Pluralitas bertujuan mencerdaskan
umat melalui perbedaan yang membangun dan dinamis sebagai sumber kreativitas.
Pluralisme membuat manusia memiliki sikap inklusif dan mampu menyesuaikan
diri.
2. Sikap saling toleransi
Toleransi dalam beragama dapat diartikan dengan sikap menghargai pendapat dan
pendirian orang lain. Tujuan beragama juga mencakup pengakuan terhadap
eksistensi agama lain dengan memberi hak hidup, berdampingan, dan saling
menghormati.
3. Prinsip demokrasi
Demokrasi merupakan kebebasan dan persaingan yang diwujudkan untuk
membangun masyarakat yang sejahtera.

D. Penerapan Prinsip Good Governance pada Sektor Publik


Penerapan prinsip dalam kebijakan pemerintah disesuaikan dengan :
a) Stabilitas moneter terutama kurs dolar AS dan stabilitas harga kebutuhan pokok.
b) Penanganan dampak krisis moneter, khususnya pengembangan pengangguran dan
pemenuhan kebutuhan pangan.
c) Rekapitalisasi perusahaan kecil dan menengah yang sehat dan produktif.
d) Operasional langkah reformasi : kebijaksanaan moneter, system perbankan,
kebijakan fiscal, dan anggaran, penyelesaian utang swasta, dan restrukturisasi
sector riil.
e) Melanjutkan langkah menghadapi globalisasi untuk meningkatkan ketahanan dan
daya saing ekonomi.

Keberhasilan pembangunan aparatur Negara dalam rangka mewujudkan


kepemerintahan yang baik dilihat dari pencapaian tujuan reformasi TAP MPR No.
VIII/MPR/1998 :

a) Mengatasi krisis ekonomi untuk menghasilkan stabilitas moneter yang tanggap


terhadap pengaruh global dan pemulihan aktivitas usaha nasional.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 145

b) Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam setiap sendi kehidupan melalui perluasan


dan peningkatan partisipasi politik rakyat.
c) Menegakkan hukum berdasarkan nilai keadilan, HAM demi terciptanya ketertiban
umum, dan perbaikan sikap mental.
d) Meletakkan dasar-dasar kerangka dan agenda reformasi pembangunan, agama,
dan sosial budaya dalam mewujudkan masyarakat madani.

Penerapan good governance pada sector public tidak dapat terlepas dari visi masa
depan Indonesia dalam UUD 1945 yang berkaitan dengan Visi Indonesia 2020 :
terwujudnya masyarakat Indonesia yang religious, manusiawi, bersatu, dmeokratis,
adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan Negara.

Yang dimaksud dengan baik dan bersih ialah terwujudnya penyelengaraan Negara yang
professional, transaparan, akuntabel, kredibel dan bebas KKN serta tanggap terhadap
kepentingan dan aspirasi rakyat.

Menurut UU No. 28 tahun 2009, good governance dilakukan dengan penerapan asas-
asas umum penyelenggaraan Negara, yakni :

(1) Asas kepastian hukum : mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan.


(2) Asas tertib penyelenggaraan Negara : landasan keselarasan dalam pengabdian
penyelenggaraan Negara.
(3) Asas kepentingan umum : mendahulukan kesejahteraan umum.
(4) Asas keterbukaan : asas membuka diri terhadap hak masyarakat untuk mendapat
informasi yang benar dan tidak diskriminatif.
(5) Asas proporsionalitas : mengutamakan keseimbangan hak dan kewajiban.
(6) Asas profesionalitas : mengutamakan keahlian berdasarkan kode etik dan
peraturan.
(7) Asas akuntabilitas : tiap kegiatan harus mampu dipertanggungjawabkan.

E. Penerapan Good Governance dalam Organisasi Kepemerintahan akan Membantu


Penerapan Good Corporate Governance (GCV) di Sektor Swasta
- Corporate governance menurut Menteri BUMN : suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dlam jangka panjang dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya.
- Prinsip-prinsip GCV :
(1) Transparansi : keterbukaan dalam proses pengambilam keputusan dan informasi
mengenai perusahaan.
(2) Kemandirian : perusahaan dikelola secara professional tanpa kepentingan pihak
yang tidak sesuai peraturan dan prinsip korporasi yang sehat.
(3) Akuntabilitas : kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organisasi.
(4) Pertanggungjawaban : kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan dengan
peraturan.
(5) Kewajaran : keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak stakeholders sesuai
perjanjian dan peraturan yang berlaku.
- Pemerintah memainkan peran dalam membentuk frame work legal institusional dan
regulator dimana governance systems dikembangkan. Pemerintah menjadi role model
dalam menciptakan clean and good governance. Pelayanan public yang baik
mencerminkan layanan pemerintah yang mencakup seluruh bangsa. Oleh karena itu,

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 146

apabila pemerinatahan mampu menerapkan good governance dengan baik, maka hal
tersebut akan mempermudah penerapan CGV di sector swasta.

F. Good Governance dalam Kerangka Otonomi Daerah


Desentralisasi adalah prasayarat terciptanya good governance. Dasar asumsinya ialah
bahwa good governance menyangkut pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dalam
pengambilan keputusan. Pemerintah lokal sebagai bentuk desentralisasi memberikan
kontribusi bagi local self-government yang akan memelihara berbagai penerimaan
masyarakat terhadap demokrasi. Dalam rangka membangun local good governance,
manajemen pemda harus berorientasi pada kepentingan eksternal disertai peningkatan
pelayanan ke masyarakat. Penerapan prinsip good governance secara menyeluruh akan
menghasikan ruang yang lebih kondusif bagi terciptanya good governance.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 147

Otonomi Daerah
A. Pengertian dan Latar Belakang Otonomi Daerah
- Otonomi Daerah mulai ada sejak UU No. 1 tahun 1945 tetapi pelaksanaannya lebih
cenderung ke desentralisasi. Otonomi daerah mulai dilaksanakan secara penuh setelah
keluarnya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.
- Pengertian otonomi daerah
 Secara etimologi : berasal dari bahasa Yunani. Auto berarti sendiri dan nomous
berarti hukum. Jadi, otonomi daerah adalah aturan daerah yang mengatur
daerahnya sendiri.
 Menurut UU No. 32 tahun 2004. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
- Dasar Hukum Otonomi Daerah
a. Pasal 1(1) UUD 1945 : NKRI Indonesia memilih penyelenggaraan pemerintah secara
desentralisasi.
b. Pasal 18 UUD 1945 : landasan hukum pelaksanan otonomi daerah
c. UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah
- Dasar pemikiran
 Untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
 Untuk meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemeratan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan, serta potensi dan
keanekaragaman daerah.
 Untuk menjamin keserasian hubungan antar daerah

B. Tujuan dan prinsip otonomi daerah


Menurut UU No. 32 tahun 2004 pasal 2 ayat 3 menyebutkan bahwa tujuan otonomi daerah
ialah menjalankan otonomi yang seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
memang menjadi urusan pemerintah, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan pelayanan umum : lembaga daerah dianggap lebih mengerti
masyarakatnya sehingga mampu melayani dengan lebih maksimal dan hasilnya
langsung dirasakan masyarakat.
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat : tingkat kesejahteraan menunjukkan
bagaimana daerah otonom menggunakan hak dan kewenangannya secara tepat.
3) Meningkatkan daya saing daerah : daya saing daerah diharapkan dapat meningkat
dengan memperhatikan bentuk keanekaragaman serta keistimewaan daerah
tertentu dengan tetap mengacu pada semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Prinsip-prinsip otonomi daerah :


1) Otonomi seluas-luasnya : daerah berwenang mengatur semua urusan
pemerintahan di luar urusan pemerintahan yang ditetapkan UU
2) Otonomi nyata : untuk menangani urusan pemerintahan, berdasar tugas,
wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada serta berpotensi untuk
hidup dan berkembang sesuai potensi serta kekhasan daerah.
3) Otonomi bertanggung jawab : otonomi yang penyelenggaraannya benar-benar
sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi.

C. Perkembangan UU Otonomi Daerah di Indonesia

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 148

- UU No. 1 tahun 1945


Menitikberatkan pada dekonsentrasi. Kepala daerah hanya merupakan kepanjangan
tangan pemerintah pusat. Daerah dibagi dalam tiga tingkatan, yakni provinsi,
kabupaten/kota besar, dan desa/kota kecil. Undang-undang ini hanya mengatur hal
yang bersifat darurat.
- UU No. 22 tahun 1948
Mulai menitikberatkan pada desentralisasi. Namun, masih ada dualism peran kepala
daerah, di satu sisi ia masih merupakan kepanjangan tangan pemerintah pusat tetapi di
sisi lain ia punya peran besar untuk daerah.
- UU No. 1 tahun 1957
Masih bersifat dualism dimana kepala daerah bertanggung jawab penuh pada DPRD
tetapi juga masih memegang peran alat pemerintah pusat. Istilah daerah otonom
diganti dengan daerah swantara. Wilayah RI dibagi menjadi daerah besar dan kecil
dalam tiga tingkat, yaitu daerah swantara tingkat 1 (termasuk kotapraja Jakarta Raya),
daerah swantara tingkat II, dan daerah swantara tingkat I dengan menitikberatkan pada
pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya sesuai Pasal 31 UUDS 1950.
- Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959
Lebih menekankan dekonsentrasi dimana kepala daerah diangkat oleh pemerintah
pusat terutama dari kalangan pamong praja. Menitikberatkan pada kestabilan dan
efisiensi pemda. Penyebutan daerah dikenal dengan daerah tingkat I, tingkat II, dan
tingkat III.
- UU No. 18 tahun 1965
menitikberatkan pada desentralisasi dengan memberi otonomi seluas-luasnya pada
daerah sedangkan dekonsentrasi hanya sebagai pelengkap. Wilayah Negara dibagi
dalam tiga tingkatan, yakni provinsi (tingkat I), kabupaten (tingkat II), dan kecamatan
(tingkat III). Kepala daerah
- UU No. 5 tahun 1974
Daerah berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan asas
desentralisasi. Dalam UU dikenal dua tingkatan daerah, yakni daerah tingkat I dan
daerah tingkat II. Titik berat otonomi terletak pada daerah tingkat II karena lebih
berhubungan langsung dengan masyarakat. Prinsip otonomi dalam UU ini adalah
otonomi nyata dan bertanggungjawab.
- UU No. 22 tahun 1999
Perubahan ini menjadikan pemda sebagai titik sentral dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yang mengedepankan otonomi luas, nyata, dan
bertanggungjawab.
1) Sistem ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip pembagian
kewenangan berdasarkan asas desentralisasi dalam kerangka NKRI.
2) Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi
adalah daerah provinsi sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi adalah daerah kabupaten/kota.
3) Daerah diluar provinsi dibagi dalam daerah otonomi.
4) Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten.
- UU No. 32 tahun 2004
UU ini memperjelas hierarki antara kabupaten dan provinsi serta provinsi dan
pemerintah pusat. Pemerintah pusat berhak melakukan supervisi dan evaluasi terhadap
pemerintahan di bawahnya. Demikiran juga provinsi terhadap kabupaten/kota. Di
samping itu, hubungan kemitraan dan sejajar antara kepala daerah dan DPRD semakin
dipertegas.

D. Urusan Pemerintah

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 149

- Urusan pemerintah absolut : urusan pemerintah yang sepenuhnya kewenangan pusat.


Cakupannya meliputi masalah bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiscal nasional, serta agama.
- Urusan pemerintah daerah :
(3) urusan wajib : pendidikan, kesejahteraan, kesehatan, perumahan, pertanian,
pedagangan, dll
(4) urusan pilihan : berkaitan dengan potensi keunggulan dan kekhasan daerah

E. Implementasi Otonomi Daerah


Pemerintah daerah : ialah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga pemerintah daerah, yakni pemda dan dprd
8) Kepala daerah
Kepala pemerintah daerah yang dipilih secara demokratis oleh rakyat secara langsung.
Dalam melaksanakan tugasnya dibantu wakil kepala daerah dan perangkat daerah.
9) Keuangan daerah
Daerah diberikan kepastian tersedianya pendanaan pemerintah. Pemda diberikan
kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah, hak
mendapatkan bagi hasil dari sumber daya nasional yang berada di daerah, hak untuk
mengelola kekayaan daerah, dan mendapatkan sumber pembiayaan.
Pemerintah daerah menerapkan prinsip uang mengikuti fungsi.
10) Pembinaan dan pengawasan
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau gubernur selaku wakil pemerintah
daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah.
Pembinaan dilakukan oleh pemerintah, menteri, dan pmimpinan lembaga pemerintah
non departemen yang kemudian dikoordinasi oleh menteri dalam egeri.
Pengawasan atas penyelenggaraan pemda adalah proses kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin agar pemda berjalan sesuai rencana dan ketentuan yang berlaku
11) Pemilihan Kepala daerah dan wakil kepala daerah
(7) Kepala daerah dan wakilnya dipilih dalam satu pasangan calon dalam pemilu
yang luberjurdil, diajukan oleh satu atau gabungan parpol
(8) pemilu diselenggarakan KPUD yang bertanggung jwab kepada DPRD
(9) Paslon memperoleh suara lebih dari 50%
(10) Apabila syarat 3 tidak dipenhi maka paslon yang memperoleh suara lebih
dari 25% , paslon yang perolehan suara lebih dari 25% dinyatakan terpilih
(11) Apabila tidak ada yang mencapai 25%, dilakukan pemilu putaran kedua
diikuti pemenang pertama dan kedua
(12) Paslon kepala daerah dan wakilnya yang memperoleh suara terbanyak pada
putaran kedua dinyatakan terpilih.
12) DPRD
d. Kedudukan dan fungsi
merupakan lembaga perakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintah daerah. DPRD mepunyai fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan.
e. Tugas dan wewenang :
(5) membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat
persteujuan bersama
(6) Membahas dan menyetujui rancangan perda dan peraturan lainnya
(7) Mengadakan pengawasan terhadap pelasanaan perda dan peraturan lainnya
(8) Meminta laporan pertanggungjawaban kepala daerah dan penyelenggaraan
pemda

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 150

f. Hak DPRD
(3) Hak interpelasi, angket, dan mengajukan pendapat.
(4) Mengajukan rancangan perda, memilih dan dipilih, imunisasi dan
protokoler.
13) Asas-asas otonomi
d. Asas desentralisasi : penyerahan wewenang oleh pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
NKRI.
e. Asas dekonsentrasi : pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepala instansi vertikal di
wilayah tertentu
f. Tugas pembantuan : penugasan dari pemerintah kepala daerah dan/atau desa
dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melakukan tugas tertentu.

Indonesia dan Perdamaian Dunia


A. Latar Belakang
- Terwujudnya perdamaian dunia merupakan salah satu kepentingan nasional
Indonesia. Apalagi, di zaman sekarang ini kita tak dapat lepas dari pengaruh global
serta pengembangan kehidupan internasional.
- Globalisasi adalah proses sosial yang muncul sebagai akibat dari kemajuan dan
inovasi teknologi serta perkembangan komunikasi dan informasi.
- Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu ke
seluruh dunia sehingga menjadi budaya dunia. Selain itu, globalisasi menyangkut
seluruh aspek.
- Karakteristik globalisasi ialah :
 Terkait dengan kemajuan teknologi, arus informasi, dan komunikasi yang lintas
batas Negara.
 Tidak dapat dilepaskan dari adanya akumulasi capital, tingginya arus investasi,
keuangan, dan perdagangan global.
 Berkaitan dengan semakin tingginya intensitas perpindahan manusia, barang, jasa,
dan budaya yang lintas batas Negara.
 Ditandai dengan semakin meningkatnya keterkaitan dan ketergantungan antar
bangsa dan antar masyarakat.
- Bagi Indonesia, globalisasi harus dihadapi dengan arif bijaksana. Sebagaimana
disikapi dengan penguatan moral dan jati diri bangsa seperti yang tertuang dalam
RPJMN 2004-2009

B. Konsepsi Perdamaian Dunia


- Konsep perdamaian :
1) Ketiadaan perang : pemeliharaan perdamaian antar negara adalah tugas negara
yang dapat dilakukan secara sukarela dengan memilih jalan damai atau secara
pemaksaan.
2) Ketiadaan kekerasan dan ditegakkannya keadilan : selain ketiadaan kekerasan,
keadilan juga ditegakkan. Menurut Martin L.K, grup yang ditekan grup lainnya juga
bentuk ketiadaan perdamaian.
3) Perdamaian Jamak : damai tidak melulu sesuatu yang dicpaia suatu hari nanti,
tetapi dapat diciptakan dari hal-hal yang kecil dan berubah terus menerus.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 151

4) Damai dan tenang : damai menunjuk pada keadaan tenang dan ketiadaan
gangguan.
5) Damai dalam diri : damai dalam pikiran, badan, dan jiwa.
- Aturan dasar perdamaian menurut Immanuel Kant :
1) Perjanjian perdamaian adalah sesuatu yang sacral, oleh karenanya tidak boleh ada
maksud tersembunyi untuk mengkhianatinya.
2) Tidak boleh ada pengambilalihan negara oleh negara lain, apapun alasannya.
3) Militer harus dihapuskan karena hanya menyebabkan ketegangan.
4) Dilarang campur tangan asing dalam masalah internal negara.
5) Negara dilarang bersikap permusuhan yang dapat menutup kemungkinan
perdamaian.
- Aturan mutlak mewujudkan perdamaian lestari :
1) Konstitusi sipil negara seharusnya berbentuk republic.
2) Negara merdeka harus membuat hukum bangsa-bangsa yang dikeluarkan dari
federasi negara-negara merdeka.
3) Hukum bangsa harus sejalan dengan hukum kewarganegaraan dunia.

C. Sikap bangsa Indonesia


Sikap bangsa Indonesia adalah saling menghormati terhadap kedaulatan tiap
bangsa/negara dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain sebagaimana
tampak dalam :
1) Pembukaan UUD 1945 alinea I : Indonesia sangat mendukung perdamaian dunia.
2) Pembukaan UUD 1945 alinea IV : cita-cita Indonesia adalah tercapainya perdamaian
dunia dan ikut berpartisipasi dalam menjaganya.
3) Garis politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif : tidak memihak pada kekuasaan
tertentu dan aktif dalam perwujudan pedamaian dunia.
4) Paham Indonesia tentang perang dan damai : bangsa Indonesia cinta damai tetapi
lebih cinta kemerdekaan. Penyelesaian pertikaian diusahakan melalui jalan damai,
perang adalah jalan paling akhir.
5) UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI pasal 7 ayat (2) : tugas TNI adalah melaksanakan
perdamaian dunia sesuai dengan pelaksanaan kebijaksanaan politik luar negeri NKRI.

D. Peranan Indonesia dalam Perdamaian Dunia


1. Indonesia sebagai Anggota PBB
- Kontingen Garuda I – XXVII. Kontingen Garuda I diterjunkan ke Mesir 8 Januari
1957.
- Indonesia telah memperoleh bantuan PBB dalam :
 Membantu Indonesia menyelesaikan pertikaian dengan Belanda melalui KTN
 Membantu melaksanakan Perpera di Papua melalui UNETA
 Membantu di bidang pendidikan, kebudayaan, dan pengetahuan melalui
UNESCO
- Keanggotaan tidak tetap Dewan Keamanan (wujud upaya diplomasi sesuai
Pembukaan UUD 1945) :
 Periode 1973-1974
 Periode 1995-1996
 Periode 2007-2008
2. Ikut mendirikan Gerakan Non Blok (GNB)
- Untuk mencari alternative lain penyelesaian perang dingin Amerika – Uni Soviet
- Diprakarsai oleh :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PKN 152

 Gamal Abdul Nasir (Mesir)


 Josip Broz Tito (Yugoslavia)
 Jawaharhal Nehru (India)
 Kwame Nkrumah (Ghana)
 Soekarno (Indonesia)
- Menghasilkan Dasasila Bandung
- Prinsip GNB :
1) Tidak bersekutu dalam konteks kepentingan timur-barat
2) Bersekutu dalam perjuangan anti colonial
3) Tidak terikat dalam persekutuan militer multilateral
4) Tidak terlibat dalam persekutuan militer bilateral dengan negara adidaya
5) Tidak memberi tempat pada pangkalan militer negara adidaya.
3. Organisasi Konferensi Islam (OKI)
- Indonesia bergabung dalam rangka mencarikan jalan keluar dari permasalahan
umat Islam dan memperkenalkan Islam yang moderat kepada dunia.
- Partisipasi Indonesia dalam OKI :
 Konflik Timur Tengah 1993
 Mendukung Palestina merdeka dari pendudukan Zionisme Israel.
 Menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Ulama Sedunia yang
menyerukan penghentian kekerasan di Irak, Libanon, dan Palestina.
 Memberi contoh Islam yang moderat

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 153

PPH
Pertemuan 1
Tambahan kemampuan ekonomis pada hakekatnya merupakan penghasilan neto, yaitu
penghasilan bruto dikurangi dengan biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan tersebut. Tidak semua biaya yang boleh dikurangkan untuk menghitung laba komersial,
boleh dikurangkan untuk tujuan pajak. Biaya-biaya yang boleh dikurangkan untuk tujuan Pajak
Penghasilan disebut juga biaya fiskal.
1. Biaya / Pengeluaran Yang Boleh Dikurangkan.
Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto diatur pada pasal 6 ayat 1. Beban‐beban yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :
 Biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun, perlakuannya merupakan
beban pada tahun yang bersangkutan. Misalnya gaji pegawai, biaya alat tulis kantor, dan
biaya listrik
 Biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, pembebanannya dilakukan
melalui penyusutan atau melalui amortisasi.
Berikut biaya-biaya yang dapat dikurangkan yang diatur dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang
Pajak Penghasilan :
a) biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, biaya-
biaya tersebut antara lain :
 biaya pembelian bahan.
 biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,honorarium, bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
 bunga, sewa, dan royalti;
 biaya perjalanan;
 biaya pengolahan limbah;
 premi asuransi;
 biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
 biaya administrasi.
Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus
mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak tidak final. Dalam akuntansi keuangan hal ini dikenal dengan prinsip matching
costs againts revenues, yaitu biaya-biaya yang terkait diakui dalam periode yang sama
dengan pengakuan penghasilannya.
Namun, biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan objek pajak final dan bukan objek pajak tidak boleh dikurangkan.
Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus
dilakukan dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik.
Apabila terdapat pengeluaran yang melampaui batas kewajaran tersebut dipengaruhi oleh
hubungan istimewa, jumlah yang melampaui batas kewajaran tersebut tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Pajak-pajak, selain Pajak Penghasilan, yang menjadi beban perusahaan dalam rangka
usahanya boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Sebagai contoh, Pajak Bumi dan
Bangunan, Bea Meterai, Pajak Hotel, dan Pajak Restoran. Pajak Pertambahan Nilai berupa
pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8)
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
sepanjang dapat dibuktikan Pajak Masukan tersebut:
a. benar-benar telah dibayar; dan
b. berkenaan dengan pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak
tidak final.
Sebagai contoh, pembelian alat tulis kantor dari supermarket yang menerbitkan faktur
pajak tidak lengkap. Pajak masukan tersebut tidak dapat dikreditkan. Namun, karena

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 154

berhubungan dengan kegiatan mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, pajak


masukan tersebut boleh dkurangkan dari penghasilan bruto. Jika berhubungan dengan
perolehan aset yang manfaatnya lebih dari satu tahun, pajak masukan yang tidak dapat
dikreditkan tersebut merupakan unsur harga perolehan dan pembebanannya melalui
penyusutan atau amortisasi. Sebagai contoh, pajak masukan atas pembelian mobil sedan
yang digunakan untuk mobil dinas direksi. Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu
dibedakan antara biaya yang benarbenar dikeluarkan untuk promosi dan biaya yang pada
hakikatnya merupakan sumbangan. Biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
b) Penyusutan dan amortisasi
Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang digunakan dalam usaha dan masa
manfaatnya lebih dari satu tahun, misalnya mesin pabrik, pembebannya melalui
penyusutan. Sedangkan pengeluaran untuk memperoleh hak yang masa manfaat lebih dari
satu tahun, misalnya hak pengusahaan hutan, pembebanannya melalui amortisasi.
Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan pembayaran biaya
dimuka,pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.
Sebagai contoh, PT Abang Jaya pada tanggal 2 Januari 2013 membayar sewa gedung
untuk tiga tahun sebesar Rp 600.000.000. Besarnya beban sewa gedung untuk tahun 2013
adalah sebesar Rp 200.000.000 atau Rp 600.000.000 dibagi tiga tahun.
c) Iuran Pensiun
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun
yang pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuangan tidak boleh
dibebankan sebagai biaya, baik iuran tersebut dibayar oleh pemberi kerja maupun dibayar
oleh karyawan.
Bagi wajib pajak yang mengikuti program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan, program tersebut ada tiga jenis:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja;
b. Jaminan Kematian; dan
c. Jaminan Hari Tua
Program-program pada huruf a dan b pada dasarnya merupakan program asuransi,
sehingga perlakuannya sama dengan premi asuransi. Sedangkan program huruf c pada
dasarnya adalah program pensiun iuran pasti, sehingga perlakuannya sama dengan iuran
pensiun. Dengan demikian BPJS Ketenagakerjaan sebenarnya menyelenggarakan dua jenis
kegiatan usaha, yakni asuransi dan dana pensiun.
Sebagai contoh, PT Abang Jaya mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan bagi
karyawannya. Pada tahun 2013 PT Abang Jaya membayar iuran Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua untuk karyawannya masing-masing sebesar Rp 50
juta, Rp 75 juta, dan Rp 60 juta. Bagi PT Abang Jaya ketiga jenis iuran tersebut boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto, karena merupakan pembayaran tunjangan premi
asuransi dan iuran pensiun bagi karyawannya. Bagi karyawan iuran Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian sebesar Rp 50 juta dan Rp 75 juta merupakan tunjangan premi
asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja sehingga merupakan objek pajak, sedangkan iuran
Jaminan Hari Tua sebesar Rp 60 juta merupakan iuran pension yang dibayar oleh pemberi
kerja sehingga bukan objek pajak.
d) Kerugian penjualan/pengalihan harta
Kerugian karena penjualan atau pengalihan aset tetap yang dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto. Kerugian tersebut dihitung dengan cara harga jual dikurangi dengan nilai buku.
Sebagai contoh, PT Abang Jaya merupakan perusahaan persewaan mobil. Pada bulan April
2013 menjual 10 unit mobil bekas pakai seharga Rp 300 juta. Jika mobil tersebut memiliki
nilai sisa buku sebesar Rp 350 juta, maka kerugian atas penjualan mobil sebesar Rp 50 juta
atau Rp 300 juta dikurangi Rp 350 juta
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta tidak digunakan dalam perusahaan
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Sebagai contoh, PT Abang Jaya memiliki
televisi 60 inci yang tidak digunakan dalam usaha. Televisi tersebut dibeli tahun 2010

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 155

seharga Rp 45 juta, dan pada tahun 2013 dijual seharga Rp 5 juta. Maka kerugian sebesar
Rp 40 juta atas penjualan televise tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
e) Kerugian dari selisih kurs mata uang asing;
Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia.
f) Biaya penelitian dan pengembangan
Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia dalam
jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi atau sistem baru bagi pengembangan
perusahaan boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.
g) Bea siswa, magang dan pelatihan
Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang dan pelatihan dalam
rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan, dengan memperhatikan kewajaran, termasuk beasiswa yang dapat
dibebankan sebagai biaya adalah beasiswa yang diberikan kepada pelajar, mahasiswa, dan
pihak lain.
h) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat :
a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak ;
c. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus ;atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu ;
d. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang
tak tertagih debitur kecil.
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang
Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial dan telah
melakukan upaya-upaya penagihan yang maksimal atau terakhir sebagaimana dinyatakan
dalam persyaratan di atas. Yang dimaksud dengan penerbitan tidak hanya berarti
penerbitan berskala nasional, namun dapat juga penerbitan internal asosiasi dan sejenisnya.
i) sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
j) sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
k) biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
l) sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah; dan
m) sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2010 mengatur bahwa
sumbangan penanggulangan bencana nasional, sumbangan penelitian dan pengembangan,
sumbangan fasilitas pendidikan, sumbangan pembinaan olahraga, dan biaya pembangunan
infrastruktur sosial yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat :
1) Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;
2) pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak
sumbangan diberikan;
3) didukung oleh bukti yang sah; dan
4) lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak, kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur
dalam Undang Undang tentang Pajak Penghasilan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 156

5) besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan infrastruktur social yang


dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk satu tahun dibatasi tidak melebihi
5% (lima persen) dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak sebelumnya.
6) Sumbangan dan/atau biaya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi
pihak pemberi apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
2. Biaya / Pengeluaran Yang Tidak Boleh Dikurangkan.
Tidak semua biaya yang boleh dikurangkan untuk menghitung laba komersial, boleh
dikurangkan untuk tujuan pajak. Pada prinsipnya biaya yang boleh dikurangkan adalah biaya
yang mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak yang
pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari
pengeluaran tersebut.
Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur tentang biaya yang tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto sebagai berikut :
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota, Sebagai contoh, perbaikan rumah pribadi, biaya
perjalanan, biaya premi asuransi yang dibayar oleh perusahaan untuk kepentingan
pribadi para pemegang saham atau keluarganya.
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, Pembentukan atau pemupukan
dana cadangan umumnya tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, kecuali
untuk usaha-usaha tertentu berikut :
 cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit,sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen,dan perusahaan anjak piutang
 cadangan untuk usaha asuransi, termasuk cadangan bantuan social yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ;
 cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan ;
 cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
 cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan ;
 cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industry
Hal ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan.
d. Premi untuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak orang
pribadi. Premi untuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayar sendiri oleh wajib pajak
orang pribadi tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Sedangkan, pada saat
orang pribadi dimaksud menerima penggantian atau santunan asuransi,
penerimaan tersebut bukan merupakan Objek Pajak. Apabila premi asuransi
tersebut dibayar atau ditanggung oleh pemberi kerja, maka bagi pemberi kerja
pembayaran tersebut boleh dibebankan sebagai biaya, tetapi bagi pegawai yang
bersangkutan merupakan penghasilan yang merupakan objek pajak.
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan Penggantian atau imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan bukan
merupakan objek pajak bagi penerimanya. Sedangkan, bagi pemberi kerja
penggantian atau imbalan tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
Namun, undang-undang memberi wewenang kepada Menteri Keuangan untuk
mengatur imbalan tertentu dalam bentuk natura atau kenikmatan yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto dan tetap bukan objek pajak bagi penerimanya.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009 mengatur bahwa imbalan
sehubungan dengan pekerjaan dalam bentuk natura atau kenikmatan dibawah ini

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 157

boleh dikurangkan dari penghasilan bruto bagi pemberi kerja dan bukan objek pajak
bagi penerimanya:
1. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh
pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. Pemberian
makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja di
tempat kerja, atau pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi
pegawai yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan
pemberian tersebut, meliputi pegawai bagian pemasaran, bagian
transportasi, dan dinas luar lainnya.
2. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang
diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu
dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong
pembangunan di daerah tersebut. Penggantian atau imbalan adalah
sarana dan fasilitas di lokasi kerja untuk :
a. tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan
keluarganya;
b. pelayanan kesehatan;
c. pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;
d. peribadatan;
e. pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;
f. olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power
boating pacuan kuda, danterbang layangsepanjang sarana dan
fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus
menyediakannya sendiri.
Daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai
potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi
pada umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi
umum, baik melalui darat, laut maupun udara. Daerah tertentu
tersebut ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kanwil. Pengeluaran
untuk pembangunan sarana dan fasilitas yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun dibebankan melalui penyusutan.
3. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam
pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena
sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya.
Pemberian natura dan kenikmatan meliputi pakaian dan peralatan untuk
keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam), sarana
antar jemput Pegawai, serta penginapan untuk awak kapal, dan yang
sejenisnya.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
Pada dasarnya pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah pengeluaran
yang jumlahnya wajar sesuai dengan kelaziman usaha. Pengeluaran yang jumlahnya
melebihi kewajaran tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Seorang tenaga ahli yang
juga pemegang saham perusahaan memberikan jasa profesional kepada
perusahaan. Atas pemberian jasa tersebut diberikan imbalan sebesar Rp 50 juta.
Imbalan yang wajar atas jasa tersebut jika diberikan oleh tenaga ahli lain adalah Rp
40 juta. Imbalan sebesar Rp 10 juta di atas jumlah wajar tersebut pada hakekatnya
merupakan dividen, sehingga tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b undang-Undang Pajak
Penghasilan, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf i sampai dengan m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 158

Jadi sumbangan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 huruf i sampai dengan m, dan
sumbangan wajib keagamaan yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
h. Pajak Penghasilan;
Pajak Penghasilan yang terutang oleh wajib pajak, baik yang bersifat final maupun
tidak final tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya;
Biaya untuk keperluan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya,
pada hakekatnya merupakan penggunaan penghasilan (konsumsi). Oleh karena itu,
biaya tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan.
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham; Dalam pendekatan non-
transparent seperti yang dianut dalam Undangundang Pajak Penghasilan, anggota
firma, persekutuan, dan perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham diperlakukan sebagai satu kesatuan, sehingga tidak ada imbalan berupa gaji.
Dengan demikian, gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto badan tersebut.
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan. Sanksi terkait dengan perpajakan yang tidak bisa dikurangkan, bukan
hanya yang terkait dengan pajak pusat, tetapi juga yang terkait dengan pajak
daerah. Sebagai contoh, sanksi administrasi berupa denda karena wajib pajak
terlambat membayar pajak kendaraan bermotor. Walaupun terkait dengan pajak
daerah, sanksi tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
3. Biaya Dengan Perlakuan Khusus
3.1 Biaya Bunga Pinjaman, Jika Terdapat Penghasilan Bunga Tabungan atau Deposito Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-46/PJ.4/1995 memberikan petunjuk teknis
tentang perlakuan atas biaya bunga dalam hal wajib pajak juga menerima atau memperoleh
penghasilan bunga deposito atau tabungan.
a. Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya dengan atau lebih kecildari
jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan
lainnya, maka bunga yang dibayar atau terutang atas pinjaman tersebut seluruhnya
tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
b. Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-rata dana yang
ditempatkan dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya, maka bunga atas
pinjaman yang boleh dibebankan sebagai biaya adalah bunga yang dibayar atau
terutang atas rata-rata pinjaman yang melebihi jumlah rata-rata dana yang
ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya.
Contoh
PT AA mendapatkan pinjaman bank dengan batas maksimal Rp 200 juta dengan
tingkat bunga 20%. Pada tahun 2013 pinjaman yang didapatkan adalah sebagai
berikut:
 2 Februari diterima Rp 125 juta
 1 Juni diterima Rp 25 juta
 1 Agustus diterima Rp 50 juta
Disamping itu PT AA pada tahun 2013 memiliki deposito dengan saldo sebagai
berikut:
 1 Februari = Rp 25 juta
 1 April = Rp 46 juta
 1 September = Rp 50 juta

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 159

Besarnya biaya bunga yang boleh dikurangkan dihitung sebagai berikut Beban
bunga yang boleh dikurangkan = (150 juta – 40 juta) x 20% = Rp 22 juta

Menyimpang dari ketentuan tersebut diatas, bunga yang terutang atas pinjaman
Wajib Pajak dari pihak ketiga dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya, dalam hal
a. Dana pinjaman tersebut disimpan/ditempatkan dalam bentuk rekening giro
yang atas jasanya dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
b. Adanya ketentuan bagi Wajib Pajak untuk menempatkan dana dalam jumlah
tertentu pada suatu bank dalam bentuk deposito berdasarkan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, sepanjang jumlah deposito dan tabungan
tersebut semata-mata untuk memenuhi keharusan tersebut. Misalnya
cadangan biaya reklamasi yang harus ditempatkan dalam bentuk deposito atau
tabungan di Bank Pemerintah.
c. Dapat dibuktikan bahwa penempatan deposito atau tabungan tersebut
dananya berasal dari tambahan modal dan sisa laba setelah kena pajak.
3.2 Biaya Telepon Seluler dan Kendaraan Dinas
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 220/PJ/2002 mengatur tentang biaya terkait
dengan telepon seluler dan kendaraan dinas
a. Biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler yang
dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawainya karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%.
b. Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin minibus atau sejenisnya, yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai, dapat dibebankan
seluruhnya.
c. Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan atau sejenisnya, yang
dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%.
d. Apabila atas penghasilan Wajib Pajak dikenakan PPh yang bersifat final atau
berdasarkan norma penghitungan khusus, maka pembebanan biaya-biaya tersebut
telah termasuk dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang bersifat final atau
berdasarkan norma penghitungan khusus.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 160

Pertemuan 2
Harga perolehan dan pengalihan harta mempengaruhi besarnya penghasilan yang diperoleh wajib
pajak. Sebagai contoh, wajib pajak menjual sebuah mesin pabrik yang bekas pakai. Harga jual
tersebut menentukan besarnya keuntungan atas penjualan mesin. Demikian juga bagi pembeli
mesin. Jika mesin yang dibeli tersebut digunakan dalam produksi, harga perolehan akan
menentukan besarnya beban penyusutan yang akan dikurangkan dari penghasilan bruto. Oleh
karena itu, penentuan harga perolehan dan pengalihan harta, serta nilai pemakaian persediaan
diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Ada beberapa cara dalam perolehan dan
pengalihan harta :
 Jual beli
 Tukar-menukar
 likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha
 bantuan, sumbangan, hibah
 warisan
 penyertaan modal
1. Harga Perolehan Dan Pengalihan Harta
1.1. Jual Beli
Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur sebagai berikut
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah
jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila terdapat
hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal pengalihan berupa jual beli dibedakan
menjadi dua
a. Tidak dipengaruhi hubungan istimewa
Jika antara pihak penjual dan pihak pembeli tidak ada hubungan istimewa, harga
penjualan adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, karena
jumlah tersebut sudah mencerminkan harga wajar.
b. Dipengaruhi hubungan istimewa
Jika antara pihak penjual dan pembeli ada hubungan istimewa, biasanya harga
penjualan tidak mencerminkan harga wajar. Oleh karena itu, harga penjualan
ditetapkan oleh undang-undang adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau
diterima. Jumlah yang seharusnya biasanya adalah harga pasar yang wajar.
Contoh : PT A menjual truk kepada PT B dengan harga Rp 80 juta, tetapi harga pasar
wajar dari truk tersebut adalah Rp 100 juta. Nilai buku harta tersebut bagi PT A
adalah Rp 60 juta
Jika antara PT A dan PT B ada hubungan istimewa, harga penjualan adalah harga
pasar wajar sebesar Rp 100 juta, sehingga keuntungan yang diperoleh oleh PT A
sebesar Rp 40 juta. Berdasarkan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Pajak
Penghasilan, hubungan istimewa dianggap ada apabila
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau hubungan
antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua
Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; atau
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung;
atau
c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
Selanjutnya Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 161

Ketentuan ini merupakan anti-avoidance rule (ketentuan untuk mencegah


penghindaran pajak) melalui manipulasi harga transfer.
1.2. Tukar-Menukar
Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur sebagai berikut
Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar‐menukar harta adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
Berdasarkan Pasal 10 ayat (2) di atas, harga perolehan dan harga pengalihan dalam hal
tukar-menukar harta adalah harga pasar.
Contoh:
PTA A PT B
(Harta X) (Harta Y)
Nilai Sisa Buku Rp 25.000.000 Rp 8.000.000
Harga Pasar Rp 30.000.000 Rp 30.000.000
Keuntungan Rp 5.000.000 Rp 22.000.000
PT A menukarkan barang X dengan barang Y milik PT B. Dari transaksi tersebut, PT A
memperoleh keuntungan sebesar Rp 5 juta dan PT B memperoleh keuntungan sebesar
Rp 22 juta. Harga perolehan barang X dan barang Y dari pertukaran tersebut adalah
sebesar harga pasarnya, yaitu Rp 30 juta.
1.3. Likuidasi, Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, Pemecahan, atau Pengambilalihan
Usaha
Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur sebagai berikut : Nilai
perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha
adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar,
kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan
Jadi secara umum harga perolehan dan pengalihan harta dengan cara likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha
menggunakan harga pasar. Sebagai contoh, Firma ABC menggabungkan usaha dengan
CV Berkah. Pada saat penggabungan, mesin pabrik yang dimiliki Firma ABC memiliki nilai
buku Rp 15 juta, sedangkan harga pasarnya adalah Rp 45 juta. Maka Firma ABC
memperoleh keuntungan sebesar Rp 30 juta. Namun, Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 43/PMK.03/2008 mengatur bahwa pengalihan harta melalui penggabungan,
peleburan, dan pemekaran usaha yang memenuhi syarat tertentu dapat menggunakan
nilai buku, sehingga tidak ada keuntungan maupun kerugian yang diakui.
1.4. Bantuan, Sumbangan, dan Hibah
Pasal 10 ayat (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur sebagai berikut:
Apabila terjadi pengalihan harta:
a. yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan
huruf b, maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai
sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak;
b. yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf
a, maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar
dari harta tersebut.
Pengalihan harta berupa bantuan, sumbangan, dan hibah dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a. yang bukan merupakan objek pajak bagi penerimanya, dan
b. yang merupakan objek pajak bagi penerimanya.
1.4.1. Bantuan, Sumbangan, dan Hibah yang Bukan merupakan objek pajak bagi penerimanya
Harta yang diberikan melalui bantuan, sumbangan, dan hibah dimana bagi penerimanya
bukan merupakan objek pajak, maka harga perolehan dan harga pengalihan adalah nilai
buku pihak yang mengalihkan atau nilai yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak. Sebagai
contoh PT ABC menghibahkan mobil kepada yayasan yatim piatu. Nilai buku mobil
tersebut bagi PT ABC adalah Rp 40 juta dan harga pasarnya Rp 70 juta. Harga pengalihan
mobil tersebut adalah sebesar nilai bukunya Rp 40 juta, sehingga tidak ada keuntungan
yang diakui oleh PT ABC. Demikian juga bagi yayasan, harga perolehan mobil adalah

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 162

sebesar Rp 40 juta. Bagaimana jika pihak yang mengalihkan tidak menyelenggarakan


pembukuan sehingga tidak diketahui nilai bukunya? Dalam hal ini digunakan nilai yang
ditetap oleh Dirjen Pajak. Hal ini diatur pada Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
11/PJ./1995 tentang Penetapan Dasar Penilaian Bagi yang Menerima Pengalihan Harta
yang Diperoleh dari Bantuan,Sumbangan, Hibahan dan Warisan yang Memenuhi Syarat
Sebagai Bukan Objek Pajak Penghasilan dari Wajib Pajak Yang Tidak Menyelenggarakan
Pembukuan.
a. Apabila nilai atau harga perolehan harta bagi yang mengalihkan harta tersebut
diketahui, maka nilai perolehan bagi yang menerima penghasilan tersebut adalah
sama dengan nilai atau harga perolehan harta tersebut bagi yang mengalihkan;
b. Apabila nilai atau harga perolehan bagi yang mengalihkan harta berupa tanah
dan/atau bangunan tidak diketahui namun tahun perolehannya diketahui, maka
nilai perolehan bagi yang menerima pengalihan harta tersebut adalah:
1) sama besarnya dengan NJOP yang tercantum dalam SPPT PBB tahun 1986
apabila tanah dan/atau bangunan tersebut diperoleh oleh yang mengalihkan
dalam tahun 1986 atau sebelumnya,
2) sama besarnya dengan NJOP yang tercantum dalam SPPT PBB Tahun Pajak
diperolehnya harta tersebut bagi yang mengalihkan, apabila tanah dan/atau
bangunan tersebut diperoleh oleh yang mengalihkan sesudah tahun 1986, atau
3) berdasarkan surat keterangan dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama jika
SPPT PBB tidak ada.
c. Apabila nilai atau harga perolehan dan tahun perolehan bagi yang mengalihkan
harta berupa tanah dan/atau bangunan tidak diketahui, maka nilai perolehan bagi
yang menerima harta tersebut adalah sama besarnya dengan NJOP yang tercantum
dalam SPPT PBB Tahun Pajak yang paling awal yang tersedia atas nama yang
mengalihkan harta tersebut, atau jika SPPT PBB tidak ada, berdasarkan surat
keterangan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
d. Untuk harta selain tanah dan/atau bangunan, apabila nilai atau harga perolehan
bagi yang mengalihkan harta tersebut tidak diketahui maka nilai perolehan bagi
yang menerima pengalihan harta tersebut adalah sama dengan 60% dari harga
pasar wajar harta tersebut pada saat terjadinya pengalihan
1.4.2. Bantuan, Sumbangan, dan Hibah yang Merupakan objek pajak bagi Penerimanya
Sedangkan jika sumbangan, bantuan, atau hibah tersebut merupakan objek pajak bagi
penerimanya, harga perolehan atau harga pengalihan adalah harga pasar. Sebagai
contoh PT ABC menghibahkan mobil kepada Tuan Yanto, salah satu distributornya. Nilai
buku mobil tersebut bagi PT ABC adalah Rp 40 juta dan harga pasarnya Rp 70 juta. Mobil
tersebut bagi Tuan Yanto merupakan objek pajak, karena antara PT ABC dan Tuan Yanto
terdapat hubungan usaha. Harga pengalihan mobil tersebut adalah sebesar harga
pasarnya Rp 70 juta, sehingga keuntungan yang diakui oleh PT ABC sebesar Rp 30 juta.
Bagi Tuan Yanto, harga perolehan mobil adalah sebesar Rp 70 juta.
1.5. Warisan
Berdasarkan Pasal 10 ayat (4) huruf a diatas, harga perolehan untuk harta
yangcdiperoleh melalui warisan adalah sebesar nilai buku bagi pihak yang mengalihkan
atau nilai yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
1.6. Penyertaan Modal
Pasal 10 ayat (5) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur sebagai berikut
Apabila terjadi pengalihan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf
c, maka dasar penilaian harta bagi badan yang menerima pengalihan sama dengan nilai
pasar dari harta tersebut.
Berdasarkan Pasal 10 ayat (5) di atas, harga perolehan dan harga pengalihan harta yang
diserahkan sebagai pengganti penyertaan modal adalah harga pasar. Sebagai contoh
Tuan Dodi menyerahkan sebuah mobil truk sebagai penyertaan modal pada Firma ABC.
Truk tersebut sebelumnya digunakan untuk usaha supermarket milik Tuan Dodi. Harga
pasar truk adalah Rp 120 juta, sedangkan nilai bukunya adalah Rp 70 juta. Dari transaksi
tersebut keuntungan atas pengalihan truk bagi Tuan Dodi sebesar Rp 50 juta dan harga
perolehan truk bagi Firma sebesar Rp 120 juta.
2. Nilai Persediaan Dan Pemakaian Persediaan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 163

Pasal 10 ayat (6) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur sebagai berikut


Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai berdasarkan
harga perolehan yang dilakukan secara rata‐rata atau dengan cara mendahulukan persediaan
yang diperoleh pertama.
Berdasarkan pasal 10 ayat 6 diatas, penilaian persediaan dan pemakaian persediaan yang
diperbolehkan adalah berdasarkan harga perolehan. Untuk menghitung harga perolehan
tersebut ada dua metode yang diperbolehkan, yaitu metode rata-rata dan metode FIFO (First
In, First Out). Nilai pemakaian persediaan bahan baku akan mempengaruhi besarnya biaya
produksi, dan selanjutnya mempengaruhi harga pokok penjualan.

1. Berikut contoh penghitungan pemakaian persediaan bulan Maret 2013 berdasarkan harga
perolehan dengan metode rata-rata :

Tabel Penghitungan harga pokok persediaan dengan metode rata-rata


Dari contoh di atas nilai pemakaian persediaan selama bulan Maret 2013 berdasarkan
metode rata-rata adalah Rp 1.975
2. Berikut contoh penghitungan pemakaian persediaan selama bulan Maret 2013 berdasarkan
harga perolehan dengan metode FIFO :

Tabel Penghitungan harga pokok persediaan dengan metode FIFO


Dari contoh di atas nilai pemakaian persediaan selama bulan Maret 2013 berdasarkan metode
FIFO adalah Rp 1.900

Kedua metode tersebut biasanya menghasilkan nilai pemakaian persediaan yang


tidak sama.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 164

Penyusutan dan Amortisai


Pasal 6 ayat (1) huruf b mengatur bahwa pengeluaran untuk memperoleh hartaberwujud
dan hak-hak lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dibebankan melalui
penyusutan dan amortisasi. Penyusutan pada dasarnya merupakan alokasi secara sistematis atas
biaya perolehan harta berwujud untuk dibebankan selama masa manfaat harta berwujud.
Sedangkan amortisasi merupakan alokasi atas biaya perolehan harta tidak berwujud.
1. Penyusutan Fiskal
Penyusutan pada dasarnya merupakan alokasi secara sistematis atas biaya perolehan harta
berwujud untuk dibebankan selama masa manfaat harta berwujud. Dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan, penyusutan diatur pada.
Pasal 11.
Penyusutan untuk tujuan pajak agak berbeda dengan penyusutan untuk tujuan komersial
yang dilaporkan di laporan laba rugi. Perbedaan tersebut biasanya mengenai metode penyusutan,
masa manfaat harta, dan saat mulai dilakukan penyusutan. Selain itu, penyusutan untuk tujuan
fiskal tidak mengenal nilai sisa.
1.1. Metode Penyusutan
Untuk menentukan metode penyusutan fiskal, harta berwujud dibedakan menjadi dua,
yaitu bangunan dan bukan bangunan. Harta berupa bangunan disusutkan dengan metode garis
lurus, sedangkan harta bukan bangunan disediakan dua alternatif metode penyusutan, yaitu
metode garis lurus atau metode saldo menurun ganda.

1.2. Masa Manfaat


Untuk memberikan kepastian, Pasal 11 ayat (6) Undang-Undang Pajak Penghasilan
mengatur tentang masa manfaat harta berwujud untuk tujuan penyusutan fiskal. Masa manfaat
harta berwujud dikelompokkan sebagai berikut :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 165

Bangunan tidak permanen didefinisikan sebagai bangunan yang bersifat sementara dan
terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan, yang
masa manfaatnya tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Misalnya, barak atau asrama yang dibuat dari
kayu untuk karyawan. Berkaitan dengan harta bukan bangunan, Menteri Keuangan telah
menetapkan jenis-jenis harta dalam setiap kelompok masa manfaat yang diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009. Sebagai contoh, mobil untuk angkutan umum,
dimasukkan dalam kelompok 1, dengan masa manfaat 4 tahun. Sedangkan mobil yang digunakan
untuk operasional perusahaan, dimasukkan dalam kelompok 2, dengan masa manfaat 8 tahun.
Bagaimana jika suatu jenis harta bukan bangunan tidak tercantum pada Peraturan Menteri
Keuangan tersebut? Berdasarkan peraturan tersebut, harta tersebut dimasukkan dalam kelompok
3, atau wajib pajak bisa mengajukan permohonan penetapan masa manfaat ke DJP. Untuk
memperoleh penetapan masa manfaat yang sesungguhnya, Wajib Pajak harus mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan menunjukkan masa manfaat yang
sesungguhnya jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan. Dalam hal permohonan tersebut ditolak,
Wajib Pajak menggunakan masa manfaat jenisjenis harta berwujud bukan bangunan Kelompok 3
1.3. Saat Mulai Dilakukan Penyusutan
Pasal 10 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur sebagai berikut :
3. Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih
dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta
tersebut.
4. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan
penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.
Penyusutan untuk tujuan perpajakan secara umum dimulai pada bulan dilakukan pengeluaran,
kecuali harta yang masih dalam pengerjaan maka penyusutannya dimulai pada bulan selesainya

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 166

pengerjaan tersebut. Dengan persetujuan Dirjen Pajak, wajib pajak dapat mulai melakukan
penyusutan pada bulan harta tersebut digunakan. Berdasarkan penjelasan pasal 10 ayat 4, yang
dimaksud dengan “pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan” adalah bulan dimana
harta tersebut digunakan dalam proses produksi.
1.4. Nilai Sisa
Dalam penyusutan fiskal tidak dikenal adanya nilai sisa. Dengan kata lain, nilai sisa harta berwujud
yang disusutkan adalah nol.
Contoh :
PT ABC mulai membangun sebuah gedung pada bulan Oktober 2010 dengan biaya Rp 2 milyar.
Gedung tersebut selesai dibangun pada tanggal 17 April 2011. Gedung tersebut mulai digunakan
pada tanggal 20 Juli 2011. Maka gedung tersebut mulai disusutkan pada bulan April 2011, bulan
dimana selesai proses pengerjaan. Besarnya beban penyusutan fiskal tahun pajak 2011 adalah
Rp 2.000.000.000 x 5% x 9/12 = Rp 75.000.000
Dengan persetujuan Dirjen Pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan digunakan, yaitu bulan Juli
2011. Sehingga besarnya beban penyusutan fiscal tahun pajak 2011 menjadi
Rp 2.000.000.000 x 5% x 6/12 = Rp 50.000.000
PT ABC pada tanggal 8 Juli 2013 membeli 10 unit komputer dengan harga Rp 40 juta. Komputer
tersebut mulai digunakan pada tanggal 16 Oktober 2013. Komputer disusutkan dengan metode
saldo menurun ganda, dan masa manfaatnya termasuk kelompok I.
Besarnya beban penyusutan fiskal adalah sebagai berikut.

Pada akhir tahun jika terdapat nilai sisa, jumlah tersebut dibebankan sekaligus. Sehingga
beban penyusutan tahun 2017 adalah Rp 3.750.000 Dengan persetujuan Dirjen Pajak, komputer
tersebut dapat mulai disusutkan pada bulan Oktober 2013 pada bulan komputer tersebut digunakan
sehingga besarnya beban penyusutan fiskal menjadi sebagai berikut :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 167

2. Amortisasi Fiskal
Pasal 11A ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa amortisasi dilakukan
atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya. Yang dimaksud
dengan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak
pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun yang
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
Sedangkan pengeluaran untuk memperoleh hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai
yang pertama kali tidak boleh disusutkan. Dalam ketentuan perpajakan tidak dikenal deplesi. Alokasi
biaya perolehan hakhakpenambangan dan hak-hak sejenisnya dilakukan dengan amortisasi.
2.1. Metode Amortisasi
Ada tiga jenis metode amortisasi yang dipergunakan untuk tujuan perpajakan :
a. Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan, hak pengusahaan hutan, dan hak
pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun, diamortisasi dengan metode satuan produksi batasan setinggi-tingginya
20% setahun, kecuali bidang penambangan minyak dan gas bumi tanpa ada batasan
b. Pengeluaran selain di atas terdapat dua opsi metode amortisasi, yaitu metode garis lurus
dan metode saldo menurun ganda.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 168

2.2. Masa Manfaat


Berdasarkan Pasal 11A ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan, masa manfaat harta tak
berwujud yang diamortisasi dengan metode garis lurus dan saldo menurun dikelompokkan sebagai
berikut :

Jika suatu harta tak berwujud memiliki masa manfaat yang tidak sama dengan kelompok di
atas, maka dimasukkan dalam kelompok terdekat. Sebagai contoh, PT ABC memperoleh hak
pengelolaan jalan tol selama 15 belas tahun. Kelompok yang paling mendekati adalah kelompok 3
sehingga hak pengelolaan jalan tol tersebut diamortisasi selama 16 tahun.

2.3. Saat Mulai Dilakukan Amortisasi


Pasal 11A ayat (1a) menyatakan bahwa amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran,
kecuali bidang-bidang usaha tertentu yang diatur oleh Menteri Keuangan.

3. Pengalihan Harta Berwujud dan Harta Tidak Berwujud


Pasal 11 ayat (8) Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa apabila terjadi
pengalihan atau penarikan harta berwujud atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah
nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian
asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya
penarikan harta tersebut. Sebagai contoh, sebuah gedung yang dimiliki oleh PT A pada tahun 2013
terbakar. Nilai sisa buku gedung tersebut pada saat terbakar sebesar Rp 600 juta. Maka sebesar nilai
buku gedung diakui sebagai kerugian. Jika PT A menerima penggantian dari perusahaan asuransi
kebakaran, penggantian tersebut diakui sebagai penghasilan. Namun, apabila hasil penggantian
asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti tahun pajak. berikutnya,
maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak kerugian tersebut dibukukan sebagai beban tahun
pajak berikutnya.
Selanjutnya, Pasal 11 ayat (9) Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa apabila
terjadi pengalihan harta dalam bentuk bantuan, sumbangan, dan hibah yang berupa harta berwujud
sesuai Pasal 4 (3) huruf a dan huruf b, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh
dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan. Misalnya PT ABC menghibahkan sebuah

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 169

mobil bekas kepada yayasan panti asuhan. Mobil tersebut memiliki nilai buku Rp 15 juta. Sebesar
nilai buku Rp 15 juta tersebut tidak boleh diakui sebagai kerugian
oleh PT ABC.
Pasal 11A ayat (7) Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa apabila terjadi
pengalihan harta tak berwujud atau hak‐hak, maka nilai sisa buku harta atau hak‐hak tersebut
dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian merupakan
penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan tersebut. Misalnya PT ABC menjual hak
penambangan migas kepada CV Santoso dengan harga Rp 900 juta. Nilai buku hak penambangan
tersebut adalah Rp 600 juta. Dari pengalihan hak tersebut PT ABC memperoleh
keuntungan sebesar Rp 300 juta.
Pasal 11A ayat 8 Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa apabila terjadi
pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan
huruf b, yang berupa harta tak berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh
dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.

4. Ketentuan Khusus yang Berkaitan dengan Penyusutan dan Amortisasi Fiskal


4.1. Tanah
Berdasarkan penjelasan Pasal 11 ayat (1) dan (2) Undang-undang Pajak Penghasilan,
pengeluaran untuk memperoleh tanah hak milik, termasuk tanah berstatus hak guna bangunan, hak
guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali tidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut
dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat nilai
tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untuk memperoleh penghasilan. Misalnya tanah
dipergunakan untuk perusahaan genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batu bata. Yang
dimaksud dengan pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna
bangunan, hak guna usaha dan hak pakai yang pertama kali adalah biaya perolehan tanah berstatus
hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai dari pihak ketiga dan pengurusan hak-hak
tersebut dari instansi yang berwenang untuk pertama kalinya. Sedangkan biaya perpanjangan hak
guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai diamortisasikan selama jangka waktu hak-hak
tersebut.
4.2. Biaya perolehan Perangkat Lunak (software) Komputer
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 316/PJ./2002 diatur hal-hal sebagai berikut :
a. Program aplikasi umum, yaitu program yang dapat dipergunakan oleh pengguna (users)
umum untuk memproses berbagai pekerjaan dengan komputer.
b. Program aplikasi khusus, yaitu program yang dirancang khusus untuk keperluan otomatisasi
sistem administrasi, pekerjaan atau kegiatan usaha tertentu, seperti di bidang perbankan,
pasar modal, perhotelan, rumah sakit atau penerbangan
c. Perlakuan untuk program aplikasi umum

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 170

Atas pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak computer berupa program
aplikasi umum pembebanannya dilakukan sekaligus dalam bulan pengeluaran, kecuali
program aplikasi umum tersebut diperoleh sebagai bagian dari harga pembelian perangkat
keras komputer, maka pembebanannya termasuk dalam penyusutan perangkat keras
computer tersebut (Kelompok 1).
d. Perlakuan untuk program aplikasi khusus
 Atas pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak komputer berupa
program aplikasi khusus, pembebanannya dilakukan melalui amortisasi harta tak
berwujud (Kelompok 1).
 Dalam hal pengeluaran/biaya upgrade program aplikasi khusus pengeluaran/biaya
tersebut terlebih dahulu ditambahkan pada nilai sisa buku fiskal yang masih ada dan
amortisasinya dilakukan dengan manfaat baru/penuh terhitung mulai bulan
dilakukan upgrade.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 171

PPH Pasal 24
Bagi Wajib Pajak Dalam negeri, penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah
seluruh penghasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun luar
negeri (world wide income). Atas penghasilan yang diperoleh dari luar negeri, biasanya juga
dikenakan pjaka oleh negara tempat penghasilan tersebut diperoleh. Hal ini akan menimbulkan
pajak berganda internasional.
Untuk mengurangi dampak pajak berganda tersebut, Pasal 24 Undang-undang Pajak
Penghasilan mengatur bahwa pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan yang
diperoleh atau diterima dari luar negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang pada akhir
tahun. Namun, besarnya kredit pajak tersebut tidak boleh melebihi penghitungan pajak terutang
menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan yang dihitung untuk setiap negara. Hal ini dikenal
dengan metode kredit terbatas (ordinary credit per country basis) Pajak atas penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di
Indonesia hanyalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima
di luar negeri.
Sebagai contoh, PT KLM memiliki 40% saham pada XYZ, Ltd yang didirikan dan bertempat
kedudukan di negara ABC. Dalam tahun 2013, XYZ, Ltd memperoleh laba usaha sebelum pajak
sebesar $1,000,000, dan seluruh laba bersih dibagikan sebagai dividen. Tarif pajak perseroan
(corporate tax) di negara ABCadalah 30% dan tarif pajak atas dividen adalah 20%.
Laba usaha sebelum pajak $1,000,000
Pajak perseroan (30%) $ 300,000
Laba bersih $ 700,000
Dividen yang diperoleh PT KLM $ 280,000
Pajak atas dividen (20%) $ 56,000
Pajak yang terutang atau dibayar yang dapat diperhitungkan untuk dikreditkan adalah pajak yang
langsung dikenakan atas dividen yang diperoleh oleh PT KLM, yaitu $56,000.
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan ditentukan
sebagai berikut:
a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan
sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas
tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;
b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa
tersebut bertempat kedudukan atau berada;
c. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara
tempat harta tersebut terletak;

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 172

d. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat
kedudukan atau berada;
e. penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
f. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta
dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara
tempat lokasi penambangan berada;
g. keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada; dan
h. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap
adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada. Ketentuan lebih lanjut tentang kredit
pajak luar negeri diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002,
sebagai berikut:
a. Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan dalam tahnn pajak digabungkannya
penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan dalam negeri.
b. Jumlah kredit pajak paling tinggi sama dengan jumlah pajak yang dibayar atau erutang
di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi batas maksimal
c. Batas maksimal kredit pajak luar negeri dihitung sebagai berikut :
Penghasilan Neto LN
--------------------------------- X PPh Terutang
Penghasilan Kena Pajak
d. Jika penghasilan kena pajak lebih kecil dari penghasilan luar negeri, batas maksimal
kredit pajak luar negeri sama dengan PPh terutang atas penghasilan kena pajak
e. Apabila penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara, maka penghitungan
kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara. Kapan penghasilan yang diperoleh
dari luar negeri tersebut digabungkan dengan penghasilan dari dalam negeri?
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002, penghasilan
yang berasal dari luar negeri digabungkan dengan penghasilan dalam negeri diatur
sebagai berikut:
 Penghasilan dari usaha, digabung dalam tahun pajak diperolehnya
penghasilan tersebut
 Penghasilan berupa dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2)
Undang-Undang Pajak Penghasilan, saat penggabungan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2008.
 Jenis penghasilan lainnya, digabung dalam tahun pajak diterimanya
penghasilan tersebut.
 Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dengan
penghasilan dari dalam negeri

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 173

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.03/2008 mengatur tentang saat kapan dividen
dari Controlled Foreign Corporation (CFC) dianggap diterima. CFC adalah sebuah perusahaan di luar
negeri yang dikendalikan oleh wajib pajak dalam negeri sehingga bisa menunda pembayaran dividen
dan pengenaan pajaknya di dalam. Berdasarkan Pasal 18 ayat (2) Undang-undang Pajak, kriteria CFC
adalah badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek, dengan
ketentuan
a. besarnya penyertaan modal wajib pajak dalam negeri tersebut paling rendah 50% dari
jumlah modal disetor, atau
b. secara bersama-sama dengan wajib pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan modal
paling rendah 50% dari jumlah saham yang disetor
Agar penghasilan dari CFC tersebut tidak tertunda pengenaan pajaknya peraturan Menteri
Keuangan tersebut mengatur bahwa jika CFC belum membayarkan dividen yang menjadi hak wajib
pajak dalam negeri, saat diperolehnya dividen oleh wajib pajak dalam negeri dari CFC adalah
a. pada bulan keempat setelah berakhirnya batas waktu kewajibpan penyampaian surat
pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan di luar negeri, atau
b. pada bulan ketujuh setelah tahun pajak berakhir apabila CFC tersebut tidak memiliki
kewajiban untuk menyampaikan surat pembertitahuan tahunan Pajak Penghasilan atau
tidak ada ketentuan batas waktu penyampaian surat pembertahuan tahunan Pajak
Penghasilan. Ketentuan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan termasuk
dalam anti-avoidance rule.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 174

KOMPENSASI KERUGIAN
Dasar pengenaan pajak untuk penghasilan yang merupakan objek pajak tidak final
adalah penghasilan kena pajak. Pajak Penghasilan terutang dalam satu tahun pajak dihitung
dengan mengalikan penghasilan kena pajak dan tarif umum pasal 17.
Penghasilan kena pajak dapat dihitung dengan tahapan sebagai berikut

1. Menghitung penghasilan neto


Penghasilan neto fiskal dihitung dengan cara penghasilan bruto objek pajak
tidak final dikurangi dengan biaya-biaya yang boleh dikurangkan.
2. Menghitung penghasilan kena pajak
 Jika terdapat sisa kerugian yang boleh dikompensasikan, sisa kerugian
tersebut dikurangkan dari penghasilan neto
 Untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri diberikan pengurang berupa
penghasilan tidak kena pajak (PTKP)
 Pembayaran zakat atau sumbangan wajib keagamaan kepada lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah juga boleh
dikurangkan
Setelah penghasilan kena pajak diketahui, Pajak Penghasilan terutang dihitung dengan
mengalikan penghasilan kena pajak dan tarif umum Pasal 17 Undangundang Pajak
Penghasilan.
1. Kompensasi Kerugian
Terdapat dua jenis kompensasi kerugian fiskal, yaitu kompensasi horizontal
dan
kompensasi vertikal.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 175

a. Kompensasi Kerugian Secara Horizontal


Berdasarkan penjelasan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan,
karena Undang-Undang ini menganut penghasilan dalam arti luas maka semua
jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak
digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian,
apabila dalam satu tahun pajak suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian,
kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan lainnya (kompensasi
horizontal), kecuali
 usaha yang menderita kerugian tersebut dikenai pajak dengan tarif
yangbersifat final atau dikecualikan dari objek pajakKerugian cabang di
luar negeri tidak boleh dikompensasikan dengan penghasilan dalam
negeri, atau
 kerugian yang diderita di luar negeri, karena kerugian tersebut akan
dikompensasikan secara vertikal di luar negeri
Contoh :
Tuan Qihida memiliki dua toko. Toko pertama menjalankan usaha menjual bahan
bangunan, dan toko kedua menjual barang-barang sembako. Dalam tahun 2013
usaha penjualan bahan bangunan menderita kerugian fiskal sebesar Rp400.000.000,
sedangkan usaha penjualan barang sembako mendapatkan laba fiskal sebesar Rp
700.000.000.
Penghasilan neto fiskal Tuan Qihida tahun pajak 2013 adalah
Toko bahan bangunan Rp (400.000.000)
Toko bahan sembako 700.000.000
Penghasilan neto fiskal Rp 300.000.000

b. Kompensasi Kerugian Secara Vertikal


Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa apabila
penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6
ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut‐turut sampai dengan lima
tahun. Hal ini dikenal dengan kompensasi kerugian secara vertikal
Contoh :
PT Jamah dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar Rp 1.200.000.000.
Dalam lima tahun berikutnya laba rugi fiskal PT Jamah sebagai berikut :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 176

2010 : laba fiskal Rp 200.000.000,00


2011 : rugi fiskal (Rp 300.000.000,00)
2012 : laba fiskal Rp N I H I L
2013 : laba fiskal Rp 100.000.000,00
2014 : laba fiskal Rp 800.000.000,00
Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :
Rugi fiskal tahun 2009 (Rp 1.200.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2010 Rp 200.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 1.000.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2011 (Rp 300.000.000,00) kerugian tidak bias
ditambahkan
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2012 Rp N I H I L (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2013 Rp 100.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 900.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2014 Rp 800.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 100.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp 100.000.000 yang masih tersisa pada akhir
tahun 2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2015,
sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000 hanya boleh
dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka
waktu lima tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.

1. PT ABC memiliki kantor pusat di Surabaya, Semarang, dan Singapore. Pada tahun
pajak 2013 kantor pusat Surabaya memperoleh laba Rp 800 juta, sedangkan cabang

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 177

Semarang dan cabang Singapore mengalami kerugian masing-masing Rp 100 juta


dan Rp 150 juta. Bagaimana perlakuan atas kerugian di cabang Semarang
a. Dilakukan kompensasi vertical
b. Dilakukan kompensasi horizontal
c. Tidak boleh dilakukan kompensasi vertical
d. Tidak boleh dilakukan kompensasi horizontal
2. Dari soal di atas, bagaimana perlakuan terhadap kerugian cabang Singapore
a. Dilakukan kompensasi vertical
b. Dilakukan kompensasi horizontal
c. Dilakukan kompensasi horizontal pada tahun pajak berikutnya
d. Tidak boleh dilakukan kompensasi horizontal
3. Dari soal di atas, besarnya penghasilan kena pajak PT ABC tahun pajak 2013 adalah
sebesar
a. Rp 800 juta
b. Rp 700 juta
c. Rp 650 juta
d. Rp 550 juta

Kunci : 1. B
2. D
3. B

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 178

PERHITUNGAN PPh TERUTANG


1. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang dengan Tarif Umum
Untuk menghitung Pajak Penghasilan terutang dengan tarif umum, dapat
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :
a. Menghitung penghasilan neto
b. Menghitung penghasilan kena pajak
c. Menghitung Pajak Penghasilan terutang
a. Menghitung Penghasilan Neto
Penghasilan neto dihitung dengan mengurangkan biaya-biaya yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto yang merupakan objek pajak tidak final.
Contoh :
Firma Anak Langit memiliki usaha perdagangan. Tahun 2013 memiliki transaksi
sebagai berikut :
 Penjualan sebesar Rp 60 milyar
 Harga pokok penjualan sebesar Rp 36 milyar
 Beban gaji sebesar Rp 8 milyar, dimana Rp 500 juta untuk gaji partner firma,
beras yang diberikan kepada pegawai Rp 300 juta
 Beban piutang ragu-ragu sebesar Rp 500 juta
 Beban perawatan mobil pemegang saham sebesar Rp 200 juta
 Beban pemeliharaan truk Rp 800 juta dan mobil dinas direktur Rp 600 juta
 Beban administrasi sebesar Rp 4 milyar
 Beban pemasaran sebesar Rp 1 milyar
 Penyediaan makan dan minum karyawan sebesar Rp 900 juta
 Sanksi bunga atas keterlambatan pembayaran pajak kendaraan bermotor
sebesar Rp 65 juta
 Menerima dividen Rp 200 juta dari PT Angkasa (kepemilikan 35%), dipotong PPh
Pasal 23 sebesar Rp 30 juta
 Menerima pendapatan bunga deposito sebesar Rp 100 juta, dipotong PPh Pasal
4 ayat (2) sebesar Rp 20 juta
Penghasilan neto fiskal tahun pajak 2013 dapat dihitung sebagai berikut :
Penghasilan bruto yang merupakan objek pajak tidak final
Penjualan 60,000,000,000
Dividen 200,000,000
Jumlah penghasilan bruto 60,200,000,000
Biaya-biaya yang boleh dikurangkan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 179

Harga pokok penjualan 36,000,000,000


Beban gaji 7,200,000,000
Beban pemeliharaan truk 800,000,000
Beban pemeliharaan mobil dinas direktur 300,000,000
Beban administrasi 4,000,000,000
Beban pemasaran 1,000,000,000
Penyediaan makan dan minum karyawan 900,000,000
Jumlah biaya yang boleh dikurangkan 50,200,000,000
Penghasilan neto fiskal 10,000,000,000
Cara penghitungan seperti di atas dapat dilakukan kalau jumlah transaksi
wajib pajak sedikit. Dalam praktiknya, karena jumlah transaksi wajib pajak sangat
banyak, untuk menghitung penghasilan neto fiskal, wajib pajak menggunakan salah
satu dari dua cara berikut :
a. Rekonsiliasi fiskal,
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak yang menyelenggarakan
pembukuan. Berdasarkan Undang-Undang KUP pasal 28 ayat (1), wajib pajak
orang pribadi yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas dan semua wajib
pajak badan wajib menyelenggarakan pembukuan, kecuali wajib pajak orang
pribadi tersebut diperbolehkan menghitung penghasilan neto menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN). Berdasarkan Pasal 14 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari
2009, wajib pajak orang pribadi yang boleh menggunakan NPPN adalah yang
omzetnya tidak melebihi Rp 4,8 milyar setahun.
Wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan pada akhir tahun akan
menyusun laporan keuangan. Rekonsiliasi fiskal bertitik tolak dari laporan laba
rugi komersial yang disusun oleh wajib pajak. Laba (rugi) komersial tersebut
dilakukan penyesuaian fiskal atau koreksi fiskal sehingga menghasilkan laba
(rugi) fiskal atau sering disebut penghasilan neto fiskal. Hal-hal yang
menyebabkan perbedaan besarnya laba (rugi) komersial dan laba (rugi) fiskal,
antara lain :
(1) Penghasilan yang bukan objek pajak
(2) Penghasilan yang sudah dikenakan pajak bersifat final
(3) Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan untuk tujuan perpajakan
Penyesuaian atau koreksi fiskal dapat dibedakan menjadi dua

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 180

(1) Penyesuaian / koreksi fiskal positif, yaitu koreksi fiskal yang menambah
besarnya penghasilan neto fiskal. Misalnya, perusahaan memberikan
imbalan kepada karyawan dalam bentuk uang dan beras. Dalam laporan laba
rugi, kedua jenis imbalan tersebut boleh dibebankan. Tetapi, untuk tujuan
Pajak Penghasilan, imbalan dalam bentuk beras tidak boleh dibebankan,
sehingga jumlah beban tersebut dikoreksi menjadi lebih kecil dan akibatnya
penghasilan neto fiskal menjadi lebih besar.
(2) Penyesuaian / koreksi fiskal negatif, yaitu koreksi fiskal yang mengurangi
besarnya penghasilan neto fiskal. Misalnya, dalam laporan laba rugi wajib
pajak terdapat penghasilan berupa sewa bangunan. Karena sudah dikenakan
Pajak Penghasilan bersifat final, penghasilan sewa tersebut tidak perlu
dimasukkan dalam menghitung penghasilan neto fiskal yang dikenakan pajak
dengan tarif umum. Akibatnya, penghasilan neto fiskal menjadi lebih kecil.
Norma penghitungan penghasilan neto.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 181

Hal-hal yang sering dilakukan koreksi fiscal.


Penyesuaian
No. Uraian Komersial Fiskal
Positif Negatif
A. Penjualan Neto X - - X
B. Harga Pokok Penjualan X - - X
B.1 Persediaan Awal X - - X
B.2 Pembelian Neto X - - X
B.3 Tersedia Untuk Dijual X - - X
B.4 Persediaan Akhir (X) - - (X)
Jumlah B X - - X
C Laba Bruto (A-B) X - - X
D. Bebas Usaha
D.1 Gaji/Upah X - - X
D.2 Tunjangan PPh 21 X - - X
D.3 PPh 21 Ditanggung Perusahaan X X - -
D.4 Tunjangan dalam bentuk Uang X - - X
D.5 Tunjangan premi asuransi X - - X
D.6 Iuran Pensiun ke dana pension X - - X
D.7 Tunjangan hari raya X - - X
D.8 Uang Lembur X - - X
D.9 Pengobatan X - - X
a. Cuma – Cuma X X - -
b. Penggantian X - - X
c. Tunjangan X - - X
D.10 Imbalan dalam bentuk natura X X - -
D.11 Perjalanan dinas pegawai X - X
D.12 Biaya Seminar, diklat X - - X
D.13 Uang Saku Pegawai Diklat X - - X
D.14 Kendaraan Dinas X 50%X - 50%X
D.15 Uang Pesangon X - - X
D.16 Beban Bunga X - - X
D.17 Sanksi Perpajakan X X - -
D.18 Beban Promosi X - - X
a. Daftar nominatif, untuk usaha X - - X

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 182

b. Daftar nominatif, bukan usaha X X - -


c. Tidak ada daftar nominative X X - -
D.19 Beban alat tulis kantor X - - X
D.20 Beban listrik, telpon X - - X
D.21 PBB, Pajak Daerah X - - X
D.22 Sumbangan X X - -
E Laba Usaha (C-D) X X X
F Penghasilan diluar usaha
F.1 Keuntungan penjualan mobil X - - X
F.2 Bunga Deposito X - X -
F.3 Sewa Bangunan X - X -
Penghasilan neto dalam negeri X - X X
G Penghasilan Luar Negeri X - - X
Jumlah Penghasilan Neto X - X X

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 183

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 184

Rekonsiliasi fiskal untuk menghitung penghasilan neto adalah sebagai berikut :

Beban gaji dilakukan penyesuaian fiskal positif sebesar Rp 800 juta, yang terdiri dari
beban gaji kepada partner firma sebesar Rp 500 juta dan imbalan sehubungan dengan
pekerjaan dalam bentuk natura (beras) sebesar Rp 300 juta. Kedua jenis beban gaji tersebut
untuk tujuan komersial boleh dikurangkan, sedangkan untuk tujuan fiskal tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban piutang ragu-ragu dilakukan penyesuaian fiskal
positif. Pembentukan atau pemupukan cadangan piutang ragu-ragu bagi wajib pajak jenis
usaha dagang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, kecuali jika piutang usaha
tersebut tidak dapat ditagih dan memenuhi ketentuan perpajakan untuk dihapuskan. Beban
perawatan mobil pemegang saham juga harus dilakukan penyesuaian fiskal positif. Beban
tersebut pada dasarnya merupakan pembagian dividen terselubung. Pembagian laba tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban pemeliharaan kendaraan dilakukan
penyesuaian fiskal positif, karena hanya 50% dari beban pemeliharaan kendaraan dinas
yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Sehingga dari total beban pemeliharaan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 185

mobil dinas direktur sebesar Rp 600 juta, hanya Rp 300 juta yang boleh dikurangkan. Beban
sanksi perpajakan untuk tujuan komersial boleh dibebankan, tetapi untuk tujuan fiskal tidak
boleh dikurangkan. Sehingga dilakukan penyesuaian fiscal positif. Selanjutnya, pendapatan
bunga dilakukan penyesuaian fiskal negatif. Penghasilan berupa bunga deposito sudah
dikenakan pajak bersifat final, sehingga tidak perlu digabung dengan penghasilan lainnya
yang dikenakan pajak dengan tarif umum.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 186

KREDIT PAJAK
1. PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam
negeri. Pemotong PPh Pasal 21 adalah
a. pemberi kerja yang terdiri dari:
1. orang pribadi dan badan;
2. cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau
seluruhadministrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan,
atau unit tersebut.
b. bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah
Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaganegara lainnya,
dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan
badanbadan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua;
d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas sertabadan
yang membayar:
1. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak
dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya;
2. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak
luar negeri;
3. honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan
pelatihan, serta pegawai magang;
e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 187

yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau


penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan
dengan suatu kegiatan.
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
adalah orang pribadi yang merupakan:
a. pegawai, baik pegawai tetap maupun pegawai tidak tetap;
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pemberian jasa, meliputi:
1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya;
3. olahragawan;
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan social serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7. agen iklan;
8. pengawas atau pengelola proyek;149
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara;
10. petugas penjaja barang dagangan;
11. petugas dinas luar asuransi;
12. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya;
d. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
e. mantan pegawai;
f. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 188

1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
4. peserta pendidikan dan pelatihan;
5. peserta kegiatan lainnya.
2. PPh Pasal 22
Pemungut PPh Pasal 22 adalah
a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
b. bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut
pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga
Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang;
c. bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang
yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP);
d. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga
yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran Langsung (LS);
e. Badan Usaha Milik Negara yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:
1. PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya
(Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero); dan
2. Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan
usahanya;
f. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industry kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil
produksinya kepada distributor di dalam negeri;

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 189

g. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di
dalam negeri;
h. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas
penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
i. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari
pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya;
j. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat
mewah.
3. PPh Pasal 23
Berdasarkan Pasal 23 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan 1984,
tarif PPh Pasal 23 ada dua, yaitu 15% dan 2%. Penghasilan yang merupakan objek
pemotongan PPh Pasal 23 dengan tarif 15% dari jumlah bruto adalah
a. Dividen
b. Bunga
c. Royalti 151
d. Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21
Selain itu, ada juga penghasilan yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal
23 dengan tarif sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto adalah
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat(2); dan
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PajakPenghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
Penghasilan dari jenis jasa lain yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 244/PMK.03/2008, yaitu
 Jasa penilai (appraisal)
 Jasa aktuaris
 Jasa akuntansi, pembukuan dan atestasi laporan keuangan
 Jasa perancang (design)
 Jasa pengeboran (drilling) di bidang pertambangan migas kecuali yang dilakukan
oleh BUT

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 190

 Jasa penunjang di bidang penambangan migas


 Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas
 Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandara
 Jasa penebangan hutan
 Jasa pengolahan limbah
 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
 Jasa perantara dan/atau keagenan
 Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh
Bursa Efek, KSEI dan KPEI
 Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI
4. PPh Pasal 24
Sudah dibahas di BAB sebelumnya.
5. Penghitungan PPh Pasal 25 dalam Hal-hal Tertentu
Selanjutnya, pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Pajak Penghasilan memberikan
wewenang kepada Direktur Jenderal Pajak untuk menetapkan besarnya angsuran
PPh Pasal 25 dalam hal-hal berikut :
a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian
b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan
setelah lewat batas waktu yang ditentukan
d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
e. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran
bulanan sebelum pembetulan; dan
f. terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
Hal diatas diatur lebih lanjut dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP -
537/PJ./2000. Apabila pada akhir tahun pajak wajib pajak masih memiliki sisa
kerugian fiscal yang bisa dikompensasikan, maka sisa kerugian tersebut
diperhitungkan dalam penghitungan angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak berikutnya.
Contoh
Penghasilan neto PT A tahun 2011 Rp 120.000.000
Sisa kompensasi kerugian tahun sebelumnya (150.000.000)
Penghasilan Kena Pajak tahun 2011 Rp 0

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 191

Sisa kompensasi kerugian tahun 2011 Rp 30.000.000


Penghitungan PPh Pasal 25 tahun 2012 adalah
Penghasilan neto PT A Rp 120.000.000
Sisa kompensasi kerugian tahun sebelumnya (30.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp 90.000.000
Pajak Penghasilan terutang Rp 90.000.000 x 25% Rp 22.500.000
Jika dalam tahun pajak 2011 tidak ada PPh yang dipotong atau dipungut oleh pihak
lain, besarnya angsuran PPh Pasal 25 PTA tahun 2012 adalah
Rp 22.500.000 : 12 bulan = Rp 1.875.000
Apabila terdapat penghasilan tidak teratur dalam tahun pajak yang bersangkutan,
angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak berikutnya dihitung berdasarkan penghasilan
neto seluruhnya dikurangi dengan penghasilan tidak teratur tersebut. Penghasilan
teratur adalah penghasilan yang lazimnya diterima atau diperoleh secara berkala
sekurang-kurangya sekali dalam setiap tahun, yang bersumber dari kegiatan usaha,
pekerjaan bebas, pekerjaan, harta dan/atau modal, kecuali penghasilan yang telah
dikenakan Pajak Penghasilan bersifat final. Termasuk dalam penghasilan tidak
teratur adalah keuntungan selisih kurs mata uang asing, keuntungan pengalihan
harta (capital gain), serta pengahsilan lainnya yang bersifat insidentil.
Contoh
Dalam SPT Tahunan PPh Firma Subur tahun pajak 2011 menunjukkan :
 Penghasilan neto seluruhnya Rp 516.800.000
 Jumlah PPh pasal 22, 23, dan 24 Rp 52.450.000
 Penghasilan neto tidak teratur (berupa sewa mobil) Rp 60.000.000
 PPh Pasal 23 yang sudah dipotong atas
 penghasilan sewa mobil Rp 1.200.000
Penghitungan angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak 2012 :
Penghasilan neto seluruhnya Rp 516.800.000
Penghasilan neto tidak teratur (60.000.000)
Penghasilan neto teratur Rp 456.800.000
PPh terutang atas penghasilan neto teratur Rp 456.800.000 x 25% Rp
114.200.000
Kredit Pajak (tidak termasuk PPh Pasal 23 Rp 1.200.000)
(51.250.000)
Rp
62.950.000

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PPH 192

Angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak 2012 Rp 62.950.000 X 1/12 = Rp 5.245.833


Dalam hal wajib pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian
SPT Tahunan PPh,besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan mulai batas waktu
penyampaian SPT sampai dengan bulan sebelum disampaikan SPT adalah sama
dengan besarnya PPh Pasal 25 yang dihitung berdasarkan SPT sementara yang
diajukan untuk permohonan ijin perpanjangan. Setelah menyampaikan SPT
Tahunan PPh, besarnya angsuran PPh Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan SPT
tersebut. Apabila besarnya angsuran PPh Pasal 25 yang dihitung kembali lebih besar
daripada PPh Pasal 25 yang dihitung berdasarkan SPT sementara, atas kekurangan
setoran PPh Pasal 25 terutang bunga 2% per bulan.
Dalam hal wajib pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh tahun pajak
yang lalu, besarnya PPh Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan SPT Pembetulan.
Apabila besarnya angsuran PPh Pasal 25 yang dihitung kembali lebih besar, atas
kekurangan setoran PPh Pasal 25 terutang bunga 2% per bulan. Apabila sesudah tiga
bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, wajib pajak dapat menunjukkan
bahwa PPh yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari PPh
terutang tahun pajak sebelumnya, wajib pajak dapat mengajukan permohonan
pengurangan besarnya PPh Pasal 25 secara tertulis kepada Kepala KPP. Apabila
dalam tahun berjalan wajib pajak mengalami peningkatan usaha dan diperkirakan
PPh yang akan terutang lebih dari 150% dari PPh terutang dasar penghitungan PPh
Pasal 25, besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan berikutnya dihitung kembali oleh
wajib pajak sendiri atau Kepala KPP berdasarkan perkiraan PPh yang akan terutang.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 193

PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK

Pertemuan 9

A. Pengertian Penagihan Seketika dan Sekaligus


Berdasarkan Pasal 1 angka (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
24/PMK.03/2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
85/PMK.03/2010 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Penagihan Seketika dan
Sekaligus adalah tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada
Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh
utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan tahun Pajak.

B. Alasan Dilakukan Penagihan Seketika dan Sekaligus


Dalam kondisi norma;, Penagihan dilaksanakan setelah jatuh tempo pembayaran,
didahului dengan penerbitan Surat Teguran, dilanjutkan tindakan penagihan lainnya, namun
dalam hal terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
berniat untuk itu
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai
dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau
pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia
c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usaha,
atau menggabungkan usaha, atau memekarkan usaha, atau memindahtangankan
perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk
lainnya.
d. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara
e. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihka ketiga atau terdapat
tanda-tanda kepailitan, maka pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Penagihan
Seketika dan Sekaligus

C. Isi Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus


Berdasarkan Pasal 13 ayat (2) PMK nomor 85/PMK.03/2010 ditegaskan bahwa Surat
Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus sekurang-kurangnya memuat :
 Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
 Besarnya utang pajak
 Perintah untuk membayar
 Saat pelunasan pajak

D. Dasar Hukum Hak Mendahulu dan Kepailitan


Untuk Tahun Pajak 2008 dst dasar hukum yang digunakan adalah Pasal 21 UU No.
6/1983 diubah terakhir dengan UU No. 16/2009 sedangkan menyangkut Tahun Pajak 2007
dan sebelumya berlaku ketentuan Pasal 21 ayat (4) dan (5) UU No. 6/1983 diubah terakhir
dengan UU No. 16/2009. Dasar hukum yang digunakan terkait Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang diatur dalam UU No. 37/2004

E. Pengertian Hak Mendahulu dan Kepailitan


Pasal 21 ayat (1) UU KUP menyatakan bahwa negara mempunyai hak
mendahulu untuk utang pajak atas barang-barag milik Penanggung Pajak. Artinya
kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinayatakn mempunyai hak mendahulu
atas barang milik Penanggung Pajak yang akan dilelang di muka umum. Hak mendahulu
utang pajak meliptu pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan dan
biaya penagihan pajak. Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu
lainnya, kecuali terhadap :
 Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang
suatu barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 194

 Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang yang dimaksud


dan/atau
 Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan
Pengertian kepailitan berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No. 37/2004 adalah sita
umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas.

F. Saat Hilangnya Hak Mendahulu


Berdasarkan Pasal 21 ayat (4) UU KUP No. 16/2009 hak mendahului hilang setelah
melampaui waktu 5 tahun sejak tanggal diterbitkan :
a. Surat Tagihan Pajak
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
d. Surat Keputusan Pembetulan
e. Surat Keputusan Keberatan
f. Putusan Banding
g. Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih
harus dibayar bertambah,
kecuali apabila dalam jangka waktu 5 tahun tersebut :
 Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka jangka waktu 5
tahun dihitungg sejak pemberitahuan Surat Paksa
 Diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran pembayaran
maka jangka waktu 5 tahun dihitung sejak batas akhir penundaan diberikan
atau sejak tanggal jatuh tempo angsuran terakhir

G. Hak Mendahulu Dalam Kaitannya dengan Hak Tanggungan dan Fiducia


Pasal 1 angka 1 UU No. 4/1996 tentang Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5/1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakn kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. Objek
dari Hak Tanggungan adalah hak atas tanah beserta turutannya yang dijadikan jaminan
untuk pelunasan utang, terdiri dari Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak
Pakai atas tanah negara, dan Hak Pakai atas tanah hak milik.
Pasal 1 angka 1 UU No. 4/1999 tentang Jaminan Fidusia diatur bahwa fidusia adalah
pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa
benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud dan benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam UU No. 4/1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada
dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagi agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima Fidusia terhadap kreditur
lainnya. Dalam Pasal 3 UU Jaminan Fidusia diatur bahwa Jaminan Fiduisa tidak berlaku
terhadap :
 Hak Tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang
peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas
benda-benda tersebut wajib terdaftar
 Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isis kotor berukuran 20m3 atau lebih
 Hipotek atas pesawa terbang
 Gadai
Dengan demikian, bangunan di atas tanah milik orang lain yang tidak dapat dibebani
Hak Tanggungan dapat dijadikan objek Jaminan Fidusia. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa hak mendahulu utang pajak melebihi hak mendahulu kreditur
pemegang Hak Tanggungan maupun Fidusia sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 21 UU KUP
dan angka 4 Penjelasan Umum UU Hak Tanggungan.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 195

H. Hak Mendahulu Dalam Kaitannya dengan Penagihan Pajak dan Kepailitan


Pasal 21 UU Kepailitan mengatur bahwa sejak tanggal putusan pernyataan pailit
maka Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya
yang termasuk dalam harta pailit. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban Debitor terhadap
pihak lain dilakukan oleh Kurator atau Balai Harta Peninggalan dan diawasi oleh seorang
Hakim Pengawas. Tugas Kurator dalam UU Kepailitan adalah melakukan pengurusan
dan/atau pemberesan harta pailit sehingga dalam melaksanakan tugasnya, Kurator :
 Tidak diharuskan memperolah persetujuan dari atau menyampaikan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada Debitor atau salah satu organ Debitor,
meskipun dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan
demikian dipersyaratkan
 Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, hanya dalam rangka
meningkatkan nilai harga pailit
Berdasarkan Pasal 21 ayat (3a) UU KUP terhadapa Wajib Pajak yang dinyatakan
pailit, kurator dilarang membagikan harta Wajib Pajak dalam pailit mengingat
Negara mempunyai hak mendahulu dibandingkan kreditur lainnya.

I. Istilah dalam Kepailitan


1) Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas
2) Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang
yang dapat ditagih di muka pengadilan
3) Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang
yang pelunsannya dapat ditagih di muka pengadilan
4) Debitor pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan
5) Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh
Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta Debitor Pailit di bawah
pengawasan Hakim Pengawas
6) Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang
baik dalam mata uang Indonesia maupun mata usang asing, baik secara langsung
maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena
perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak
dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta
kekayaan Debitor.
7) Pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum
8) Hakim Pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh Pengadilan dalam putusan pailit atau
putusan penundaan kewajiban pembayaran utang

J. Pencocokan Piutang, Perdamaian, dan Pemberesan Harta Pailit


UU Kepailitan Pasal 13 mengatur bahwa paling lambat 14 hari setelah putusan
pernyataan pailit diucapkan, Hakim Pengawas harus menetapkan batas akhir pengajuan
tagihan dan batas akhir verifikasi pajak untuk menentukan besarnya kewajiban pajak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, serta hari, tanggal, waktu,
dan tempat rapat Kreditor untuk mengadakan pencocokan piutang. Pada saat ini Jurusita
Pajak harus memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melaksanakan hak mendahulu
utang pajak.

K. Hak Mendahulu Dalam Kaitannya dengan Penyitaan yang Dilakukan Oleh Pengadilan Negeri
atau Instansi Lain yang Berwenang
Dalam Pasal 19 ayat (1) UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa diatur bahwa
penyitaan tidak dapat dilaksanakn terhadap barang yang telah disita oleh Pengadilan Negeri
atau instansi lain yang berwenang. Adapun yang dimaksud dengan instansi lain yang
berwenang adalah instansi lain yang juga berwenang melakukan penyitaan misalnya Panitia
Urusan Piutang Negara. Terhadap barang yang telah disita tersebut, Jurusita Pajak harus
menyampaikan Surat Paksa kepada Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang
dengan tujuan untuk menentukan bahwa bahwa penyitaan barang dimaksud juga berlaku

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 196

sebagai jaminan untuk pelunasan utang pajak yang tercantum dalam Surat Paksa.
Pengadilan Negeri setelah menerima salinan Surat Paksa selanjutnya dalam sidang
berikutnya menetapkan bahwa yang telah disita dimaksud juga sebagai jaminan pelunasan
utang pajak. Dengan demikian, berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri pihak lain yang
berkepentingan diharapkan dapat mengetahuinya secara resmi. Pengadilan Negeri atau
instansi lain yang berwenang menentukan pembagian hasilpenjualan barang berdasarkan
ketentuan hak mendahulu Negara untuk tagihan pajak. Selanjutnya, putusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap segera disampaikan oleh Pengadilan Negeri kepada
kantor Lelang untuk dipergunakan sebagai dasar pembagian hasil lelang.

Pertemuan 10
A. Dasar Hukum Daluwarsa Penagihan dan Penghapusan Piutang Pajak
Pasal 22 ayat (1) UU KUP mengatur bahwa hak Direktorat Jenderal Pajak untuk
melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak
adalah dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB, serta SKPKBT,
dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali.
Selanjutnya Pasal 24 UU KUP mengatur taat cara penghapusan piutang pajakdan
penetapan besarnya penghapusan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan. Aturan pelaksanaannya diatur dalam KMK No.. 539/KMK.03/2002 tentang Tata
Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan.

B. Saat Daluwarsa Piutang Pajak


Berdasarkan rumusan Pasal 22 ayat (1) diatur bahwa Direktorat Jenderal Pajak
mempunyai hak untuk melakukan penagihan pajak dalam jangka waktu 5 tahun terhitung
sejak penerbitan. Adapun yang menjadi tujuan dari pengaturan hak Direktorat Jenderal
Pajak dalam jangka waktu 5 tahun adalah untuk memberikan kepastian hukum kapan utang
pajak tidak dapat ditagih lagi, sehingga UU KUP telah memasuki tanggal daluwarsa
penagihan, hak negara untuk melakukan penagihan utang pajak termasuk bunga, denda,
kenaikan, dan biaya penagihan pajak tidak lagi dapat dilakukan.

C. Tertangguhnya Daluwarsa Penagihan Pajak


Pasal 22 ayat (2) UU KUP mengatur mengenai tertangguhnya daluwarsa penagihan
pajak apabila :
 Direktur Jenderal Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa kepada
Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai dengan
tanggal jatuh tempo pemabyaran. Daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal
pemberitahuan Surat Paksa
 Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara mengajukan
permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak sebelum tanggal
jatuh tempo pembayaran. Daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal surat
permohonan angsuran atau penundaan diterima oleh Dirjen Pajak
 Terdapat SKPKB atau SKPKBT yang diterbitkan terhadap Wajib Pajak karena Wajib
Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana lain yang
dapat merugikan pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak
tanggal penerbitan surat ketetapan pajak tersebut
 Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan,
daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Perintah
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan

D. Pengertian Penghapusan Piutang Pajak


Pasal 1 KMK No. 539/KMK.03/2002 mengatur mengenai piutang pajak yang dapat
dihapuskan adalah :
1. Piutang pajak yang tercantum dalam :
a. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 197

b. SKP, SKPT, STP, SKPKB, SKPKBT


c. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar
(SKBKB)
d. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar
Tambahan (SKBKBT)
e. Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (STB)
f. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding
yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah
2. Piutang pajak yang menurut data administrasi tidak dapat atau tidak mungkin ditagih
lagi, disebabkan karena :
Wajib Pajak meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan
tidakmempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan
Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi
Hak untuk melakukan penagihan sudah daluwarsa
Sebab lain sesuai hasil penelitian
3. Piutang pajak Wajib Pajak Badan yang menurut data administrasi Kantor Pelayanan Pajak
atau Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan tidak dapat atau tidak mungkin ditagih
lagi, disebabkan karena :
 Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan pengurus, direksi, komisaris,
pemegang saham, pemilik modal, atau pihak lain yang dibebani untuk
melakukan pemberesan atau likuidator, atau kurator tidak dapat ditemukan
 Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak memiliki harta kekayaan lagi
 Penagihan pajak secara aktif telah dilaksanakan dengan penyampaian Salinan
Surat Paksa kepada pengurus, direksi, likuidator, kurator, pengadilan negeri,
pengadilan niaga, atau Pemerintah Daerah setempat, baik secara langsung
maupun dengan menempelkan pada papan pengumuman atau media massa
 Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa
 Sebab lain sesuai hasil penelitian

E. Syarat-syarat Penghapusan Piutang


Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dalam hal hak menagih Ditjen Pajak
telah melampaui jangka waktu dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan.
Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak
mungkin ditagih lahi, Ditjen pajak wajib melakukan penelitian setempat atau penelitian
administrasi dan hasilya dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian yang menggambarkan
keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk
menentukan besarnya piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi sehingga diusulkan untuk
dihapus.
Piutang pajak hanya dapat diusulkan untuk dihapus setelah adanya Laporan Hasil
Penelitian dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak setiap akhir tahun takwim menyusun Daftar
Usulan Penghapusan Piutang Pajak berdasarkan Laporan Hasil Penelitian. Usulan tersebut
setiap awal tahun berikutnya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pajak
atasannya lalu diteruskan kepada Dirjen Pajak.

F. Penelitian Setempat dan Penelitian Administrasi


Dalam Pasal 2 Keputusan Dirjen Pajak No. 625/PJ./2001 dijelaskan yang dimaksud
dengan penelitian administrasi dan penelitian setempat. Penelitian setempat dilakukan oleh
Jurusita Pajak terhadap piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi
karena :
 Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan
dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan, yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan kematian dan surat keterangan yang
menyatakan bahwa Wajib Pajak yang meninggal dunia tersebut tidak
meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris dari pejabat yang
berwenang

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 198

 Wajib Pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan
surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang emnyatakan bahwa Wajib
Pajak memang benar-benar sudah tidak mempunyai harta kekayaan lagi
 Berdasarkan surat perintah penelitian setempat yang diterbitkan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak
Selanjutntya, pnelitian administrasi adalah penelitian terhadap piutang pajak yang
tidak dapat ditagih lagi karena Wajib Pajak yang hak penagihannya telah daluwarsa
berdasarkan Pasal 22 UU KUP dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian
Administrasi.

Pertemuan 11
A. Dasar Hukum Gugatan dan Sanggahan
Dasar hukum gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak mengajukan banding ke
badan peradilan pajak diatur dalam Pasal 23 ayat (2) UU KUP. Sementara sanggahan pihak
ketiga atas kepemilikan barang yang disita hanya dapat diajukan ke Pengadilan Negeri sesuai
Pasal 38 ayat (1) UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

B. Pengertian Gugatan dan Sanggahan


Dalam Pasal 1 angka 22 UU Pengaihan Pajak dengan Surat Paksa menjelaskan
pengertian Gugatan atau Sanggahan adalah upaya hukum terhadap pelaksanaan penagihan
pajak atau kepemilikan barang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan.
Berdasarkan Pasal 2 UU No. 14/2002 tentang Pengadilan Pajak mengatur bahwa
Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi
Wjaib Pajak atau Penanggung Pajak yang mencari keadilan terhadap Sengketa Pajak.
Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wjaib Pajak
atau Penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan atas pelaksanaan
penagihan berdasarkan UU PPSP.

C. Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak atas Pelaksanaan Penagihan Pajak
Berdasarkan Pasal 23 ayat (2) UU KUP, gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
adalah :
a. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang
b. Keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak
c. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain
yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26
d. Penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
hanya daat diajukan kepada badan peradilan pajak.
Dalam Pasal 34 ayat (3) UU PPSP diatur bahwa Penanggung Pajak yang disandera
dapat mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan penyanderaan hanya kepada Pengadilan
Negeri.

D. Syarat-syarat Gugatan dan Sanggahan


1. Gugatan
Pasal 40 UU Pengadilan Pajak mengatur mengenai persyaratan pengajuan gugatan
Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sebagai berikut :
 Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan
Pajak
 Jangka waktu untuk mengajukan Guagtan terhadap pelaksanaan Penagihan
Pajak adalah 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 199

 Jangka waktu 14 hari tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan penggugat.
 Perpanjangan jangka waktu tersebut adaah 14 hari terhitung sejak berakhirnya
keadaan di luar kekuasaan penggugat
 Terhadap 1 pelaksanaan penagihan diajukan 1 Surat Gugatan
2. Sanggahan
Selanjutnya persyaratan pengajuan sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan
barang yang disita adalah sebagai berikut :
 Sanggahan hanya dapat diajukan kepada Pengadilan Negeri
 Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita tidak dapat
diajukan setelah lelang dilaksanakan

E. Ganti Rugi Dalam Proses Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
Dalam hal gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terkait pelaksanaan
penagihan ppajak diakbulkan oleh pengadilan Pajak, Penanggung Pajak dapat memohon
pemulihan nama baik dan ganti rugi kepada Pejabat. Hal ini diatur dalam Pasal 37 ayat (2)
UU PPSP. Besarnya ganti rugi tersebut ditentukan paling banyak
Rp 5.000.000. namun melalui Keputusan Menteri besarnya ganti rugi tersebut dapat
ditetapkan perubahan.

Pertemuan 12

A. Pengertian Tindak Pidana


Tindak pidana atau delik merupakan perbuatan yang melanggar hukum yang
diancam pidana dan dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab. Dalam
hal penagihan pajak maka orang yang sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan
yang dilakukan menurut UU PPSP, atau degan sengaja mnecegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan tindakan jurusita pajak dalam melaksanakan pidana diancam
dengan sanksi pidana.

B. Sanksi Pidana Terhadap Larangan Dimaksud Dalam Pasal 23 ayat (1) UU PPSP
Dalam Pasal 23 ayat (1) UU PPSP diatur bahwa Penanggung Pajak dilarang untuk :
 Memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan,
menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita
 Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan
untuk pelunasan utang tertentu
 Membebani barang bergerak yang telah disita dengan fidusia atau diagunkan
untuk pelunasan utang tertentu, dan atau
 Merusak, mencabut, atau menghilangkan segel sita atau salinan BAPS yang
telah ditempel pada barang sitaan.
Dengan beralihnya barang yang disita dari Penanggung Paajk kepada Pejabat maka
terhadap pelanggaran pidana tersebut akan dikenakan sanksi pidana sebagaimana
dimuat dalam Pasal 41A ayat (1) UU PPSP. Sanksi pidana yang dikenakan terhadap
Penanggung Paajk adalah berupa pidana penjara paling lama 4 tahun dan denda paling
banyak Rp 12.000.000
Jurusita yang mengetahui adanya pelanggaran terhadap larangan Pasal 23 ayat (1)
UU PPSP tersebut harus segera memberitahukan hal ini kepada Pejabat untuk kemudian
melaporkan telah terjadinya pelanggaran tersebut kepada penyidik POLRI untuk segera
ditindaklanjuti.

C. Sanksi Pidana Terhadap Pihak-Pihak yang Tidak Melaksanakan Kewajiban Sebagaimana


Dimaksud Dalam Pasal 25 ayat (3) huruf B, C, D, E dan F UU PPSP
Dalam pasal 25 ayat (2) UU PPSP diatur bahwa barang yang disita berupa uang tunai,
deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat
berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dikecualikan
dari penjualan secara lelang. Selanjutnya dalam Pasal 25 ayat (3) UU PPSP ditegaskan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 200

bahwa barang yang telah disita tersebut akan digunakan untuk membayar biaya
penagihan pajak dan utang pajak dengan cara :
a. Uang tunai disetor ke Kas Negara atau Kas Daerah
b. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu,dipindahbukukan ke Kas Negara atau Kas Daerah
atas permintaan Pejabat kepada Bank yang bersangkutan
c. Obligasi, saham,atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa efek
dijual di bursa efek atas permintaan pejabat
d. Obligasi, saham,atau surat berharga lainnya yang tidak diperdagangkan di bursa
efek segera dijual oleh pejabat
e. Piutang dibuatkan berita acara persetujuan tentang pengalihan hakmenagih
dari Penanggung Pajak kpada Pejabat
f. Penyertaan modal pada persuahaan lain dibuatkan akta persetujuan pengalihan
hak menjual dari Penanggung Pajak kepada Pejabat
Namun apabila pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) huruf
b,c,d,e,dan f UU PPSP tidak mau melaksanakan kewajibannya tersebut maka dapat
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 bulan 2 minggu dan denda paling banyak
Rp 10.000.000 sesuai dengan Pasal 41 ayat (2) UU PPSP. Pihak-pihak yang dimaksud
adalah :
 Huruf b, bank termasuk lembaga keuangan lainnya
 Huruf c, bursa efek
 Huruf d, Pejabat (dalam hal ini Kepala KPP)
 Huruf e, Notaris dan debitur
 Huruf f, Notaris
Jurusita yang mengetahui adanya pelanggaran terhadap larangan Pasal 23 ayat (1)
UU PPSP tersebut harus segera memberitahukan hal ini kepada Pejabat untuk
kemudian melaporkan telah terjadinya pelanggaran tersebut kepada penyidik POLRI
untuk segera ditindaklanjuti.

D. Sanksi Terhadap Orang yang Sengaja Tidak Menuruti Perintah atau Permintaan yang
Dilakukan Menurut Undang-Undang, atau dengan Sengaja Mencegah, Menghalangi-
Halangi atau Menggagalkan Tindakan Dalam Melaksanakan Undang-Undang yang
Dilakukan oleh Jurusita.
Dalam Pasal 41A ayat (3) UU PPSP diatur bahwa sanksi terhadap orang yang sengaja
tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut UU, atau dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan dalam
melaksanakan UU yang dilakukan oleh Jurusita pajak dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 bulan 2 minggu dan denda paling banyak Rp 10.000.000
Jurusita yang mengetahui adanya pelanggaran terhadap larangan Pasal 23 ayat (1)
UU PPSP tersebut harus segera memberitahukan hal ini kepada Pejabat untuk kemudian
melaporkan telah terjadinya pelanggaran tersebut kepada penyidik POLRI untuk segera
ditindaklanjuti.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 201

Pertemuan 13

E. Dasar Hukum Sengketa Pajak


Sengketa pajak diatur dalam UU No. 14/2002 dan ketentuan tentang anding dan gugatan
dalam sengketa pajak diatur lebih lengkap dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga Atas UU No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
selanjutnya kami sebut sebagai UU KUP.

F. Pengertian Sengketa Pajak


Menurut Pasal 1 angka 5 UU No. 14/2002 tentang Pengadilan Pajak, sengketa pajak adahal
sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara WP atau penanggung Pajak dengan
pejabat yang berwenang sbg akibat dikeluarkannya keputusan yg dapat diajukan Banding atau
Gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan”

G. Kedudukan Pengadilan Pajak dalam Sistem Peradilan di Indonesia


Salah satu perangkat hukum yang memberi jaminan perlindungan hukum atas hak-hak wajib
pajak adalah Badan Peradilan Pajak. Badan Peradilan Pajak mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut :
1. Merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh negara dalam arti sistem dengan
wadah atau tempat yang bernama pengadilan;[3]
2. Adanya suatu aturan hukum yang abstrak yang mengikat umum, seperti undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, dan sebagainya khususnya di bidang
hukum pajak;
3. Adanya suatu perselisihan hukum pajak yang nyata, seperti keberatan terhadap Surat
Ketetapan Kurang Bayar, pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan atas pelaksanaan undang-
undang penagihan berdasarkan Undang-Undang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa;
4. Ada sekurang-kurangnya dua pihak yang bersengketa, seperti wajib pajak melawan
Direktur Jenderal Pajak mengenai pajak-pajak pusat atau wajib pajak melawan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengenai pajak-pajak daerah.
5. Adanya suatu aparatur peradilan yang berwenang memutuskan perselisihan, yaitu
badan peradilan pajak yang mempunyai wewenang memutus perselisihan-perselisihan
di bidang perpajakan.
Selama ini badan peradilan pajak telah mengalami 3 (tiga) kali perubahan bentuk dan
kewenangan dalam menyelesaikan sengketa pajak, yaitu :
a. Majelis Pertimbangan Pajak (1915 s/d 1997), yang mempunyai kewenangan dalam hal
banding pajak;
b. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (1997 s/d 2001), yang mempunyai kewenangan
banding pajak dan gugatan pelaksanaan penagihan pajak;
c. Pengadilan Pajak (2002), yang mempunyai kewenangan banding pajak, gugatan
pelaksanaan penagihan pajak, dan gugatan pelaksanaan keputusan perpajakan.
Peradilan pajak di Indonesia merupakan peradilan administrasi yang bersifat khusus di bidang
perpajakan. Suatu peradilan dikatakan sebagai peradilan administrasi jika memenuhi unsur-
unsur, yaitu salah satu pihak yang berselisih harus administrator (pejabat administrasi), yang
menjadi terikat karena perbuatan salah seorang pejabat dalam batas wewenangnya, dan
terhadap persoalan yang diajukan diberlakukan hukum publik atau hukum
administrasi. Peradilan administrasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu peradilan administrasi
murni dan peradilan administrasi tidak murni.
Dalam Pasal 2 UU No. 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak disebutkan bahwa,
“Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi Wajib
pajak atau penanggung pajak yang mencari keadilan terhadap sengketa pajak.” Kekuasaan
kehakiman dalam ketentuan diatas menegaskan bahwa Pengadilan Pajak sebagai badan
peradilan melaksanakan fungsi dan wewenangnya guna menegakkan hukum dan keadilan
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 24 Ayat (1) UUD 1945 (Perubahan Ketiga), dan juga untuk
menegaskan bahwa Pengadilan Pajak merupakan badan peradilan administrasi murni dimana
lembaga ini independen, bukan merupakan bagian dari salah satu pihak yang bersengketa.
Dengan demikian Pengadilan Pajak menurut Pasal 2 UU No. 14 Tahun 2002 diatas berkedudukan
sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman khususnya dibidang perpajakan.
Secara normatif, Pengadilan Pajak sebagai pelaku kekuasaan kehakiman berada dalam salah
satu lingkungan peradilan yang telah ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Ayat (2) UUD
1945 (Perubahan Ketiga) Jo. Pasal 10 UU No. 4 Tahun 2004. Apabila ditinjau dari karakteristik
dan substansi sengketa yang diselesaikan oleh Pengadilan Pajak yang mengandung unsur publik,

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 202

maka lebih tepat jika Pengadilan Pajak ditempatkan sebagai bagian khusus dalam lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara.
Dalam UU No. 14 Tahun 2002, baik dalam pasal-pasal maupun penjelasannya, tidak
ditemukan ketentuan yang mewajibkan atau menyatakan secara jelas keberadaan Pengadilan
Pajak dalam lingkungan peradilan, sedangkan Pasal 5 UU No. 14 Tahun 2002 hanya menyebutkan
tentang pembinaan teknis peradilan dalam Pengadilan Pajak dilakukan oleh Mahkamah Agung,
sedangkan pembinaan organisasi, administrasi, dan finansialnya dilakukan oleh Departemen
Keuangan.
Kecenderungan Pengadilan Pajak berada dalam lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara,
adalah karena sifat perselisihan (sengketa) dan sifat para pihaknya. Dilihat dari subyek sengketa,
keduanya (Pengadilan Pajak dan Peradilan Tata Usaha Negara) mempertemukan unsur
pemerintah dan unsur rakyat sebagai perorangan, dimana posisi pemerintah sebagai
tergugat/terbanding yang keputusannya dipersoalkan. Dan dilihat dari obyek sengketa,
keduanya mempermasalahkan tentang keputusan konkrit (ketetapan/beschikking) dari lembaga
pemerintah yang ditujukan kepada individu, dimana ketetapan tersebut dianggap merugikan
rakyat sebagai perorangan.
Kedudukan Pengadilan Pajak sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman tidak dibarengi
dengan keberadaan atau eksistensi Pengadilan Pajak itu sendiri. Hal ini karena keberlakuan
Pengadilan Pajak tidak murni berdasar kepada UU No. 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sebagaimana telah diubah dengan UU No. 4 Tahun 2004
Tentang Kekuasaan kehakiman, akan tetapi masih mengacu pada UU No. 16 Tahun 2000 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara perpajakan[7] sebagaimana telah diubah dengan UU No. 28
Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
Dengan demikian berdasarkan penjelasan diatas maka dilihat dari kedudukannya,
Pengadilan Pajak merupakan badan peradilan khusus di lingkungan peradilan Tata Usaha
Negara, namun demikian tidak murni sebagai badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman, karena terdapat tugas-tugas eksekutif yang dilaksanakan oleh Pengadilan Pajak

H. Kewenangan Pengadilan Pajak dan Susunan Pengadilan Pajak


Kewenangan Pengadilan Pajak diatur dalam Pasal 31 dan Pasal 32 UU No. 14 Tahun 2002
Tentang Pengadilan Pajak, yaitu :
 Dalam hal banding Pengadilan Pajak hanya berwenang memeriksa dan memutus
sengketa atas keputusan keberatan yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu,
Pengadilan Pajak dapat pula memeriksa dan memutus permohonan banding atas
keputusan/ketetapan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang sepanjang
peraturan perundang-undangan yang terkait mengatur demikian, sebagaimana
dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 31 Ayat (2) UU No. 14 Tahun 2002;
 Dalam hal gugatan, Pengadilan Pajak berwenang memeriksa dan memutus sengketa
atas pelaksanaan penagihan pajak, atau keputusan pembetulan, atau keputusan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (2) UU No. 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 Tentang perubahan Ketiga Atas UU No. 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; dan
 Pengadilan Pajak berwenang mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan
hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang-sidang Pengadilan Pajak.
Berdasarkan ketentuan Pasal 31 dan Pasal 32 UU No. 14 Tahun 2002 di atas dapat disimpulkan
bahwa, kewenangan Pengadilan Pajak meliputi kewenangan dalam penyelesaian sengketa pajak
(yaitu berwenang untuk memeriksa dan memutus sengketa pajak dalam hal banding dan
gugatan) dan kewenangan dalam mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum
kepada pihak-pihak yang bersengketa pada Pengadilan Pajak.
Selanjutnya dalam hal gugatan, menurut Pasal 31 Ayat (3) UU No. 14 Tahun 2002,
Pengadilan Pajak berwenang untuk memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan
penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau keputusan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 Ayat (2) UU No. 16 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 28
Tahun 2007 dan keputusan lainnya menurut peraturan perpajakan yang berlaku.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 203

Pertemuan 14
A. Pengertian Gugatan
Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No.14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak
definisi gugatan adalah sebagai berikut : “Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan
oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap
keputusan yang dapat diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku”

B. Objek Gugatan
Sebagai dasar hukum pengajuan gugatan adalah Pasal 23 ayat (2) UU No. 28 Tahun 2007
Tentang KUP yang berbunyi sebagai berikut :
“Pasal 23 ayat (2) Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap:
a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman
Lelang;
b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang
ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26; atau
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan hanya dapat diajukan kepada
badan peradilan pajak.”
Dari ketentuan pasal 23 ayat (2) tersebut langsung dapat kita ketahui bahwa lingkup masalah
perpajakan yang dapat diajukan gugatan adalah lebih luas/banyak bila dibandingkan dengan
pengajuan banding. Banding hanya mengakomodir permasalahan dari Surat Keputusan
Keberatan, sedangkan gugatan dapat meliputi gugatan terhadap berbagai keputusan dibidang
penagihan pajak, berbagai keputusan dibidang keberatan pajak, pengurangan pajak,
pembatalan pajak serta keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan.

C. Syarat Pengajuan Gugatan


Angka 6 huruf a dan huruf b dari Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor : S-
4042/PJ.07/2007 tanggal 18 September 2007 Tentang Tertib Administrasi Yang Berkaitan
Dengan Penanganan Sidang Banding Dan Gugatan Di Pengadilan Pajak menyatakan pemenuhan
ketentuan formal surat permohonan banding Wajib Pajak yaitu mengenai hal-hal sebagai
berikut :
1. Surat gugatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
2. Terhadap pelaksanaan penagihan pajak, gugatan diajukan dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan. Penentuan jangka waktu
tersebut agar benar-benar diperhatikan;
3. Terhadap keputusan selain gugatan terhadap pelaksanaan penagihan pajak adalah 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal diterima keputusan yang digugat. Penentuan jangka
waktu tersebut agar benar-benar diperhatikan;
4. Surat gugatan harus ditandatangani dan apabila surat gugatan ditandatangani bukan
oleh Wajib Pajak harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana diatur dalam
Pasal 32 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000.
5. Bahwa yang diajukan gugatan adalah merupakan objek gugatan yang dapat diajukan
gugatan sesuai Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000.

D. Pengertian Banding
Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding,
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

E. Objek Banding (Pasal 31)


 Objek Banding adalah sengketa atas keputusan keberatan kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 204

 Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak
terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.

F. Syarat Pengajuan Banding


Apabila WP tidak atau belum puas dengan keputusan yang diberikan atas keberatan, WP
dapat mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak, dengan syarat:
 Tertulis dalam bahasa Indonesia,
 Dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan atas keberatan diterima.
 Alasan yang jelas.
 Dilampiri salinan Surat Keputusan atas keberatan.
 Terhadap satu keputusan diajukan satu surat banding,
 Jumlah pajak yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50%.
 Terhadap 1 keputusan harus diajukan 1 Surat Banding
Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan
penagihan pajak. Putusan Pengadilan Pajak bukan merupakan keputusan Tata Usaha Negara.

G. Pengertian Peninjauan Kembali


Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung merupakan upaya hukum luar biasa yang dapat
diajukan oleh piha-pihak yang bersengketa atas putusan pengadilan yang sudah berkekuatan
hukum tetap dan diajukan berdasarkan alasan-alasan yang sudah ditentukan oleh undang-
undang. Prinsip umum Peninjauan Kembali menurut Yahya Harahao ada 7 sebagai berikut :
1. PK diajukan atas putusan yang telah Berkekuatan Hukum Tetap
2. Putusan yang dapat diminta PK adalah perkara kontentiosa
3. Permohonan PK hanya dapat diajukan satu kali
4. Permohonan PK tidak menangguhkan atau menghentikan eksekusi
5. Adanya hak mencabut permohonan PK sebelum diputus
6. Perkara PK yurisdiksi absolut MA

H. Syarat Peninjauan Kembali


Upaya hukum berupa permohoan PK merupakan upaya hukum luar biasa, dimana untuk
dapat mengajukan PK telah dibatasi apa yang menjadi alasannya. UU No. 14/2002 tentang
Pengadilan Pajak mengatur bahwa permohonan PK hanya dapat diajukan berdasarkan alasan-
alasan sebagai berikut :
a. Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu
muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada
bukti-bukti yang kemudian oleh ahkim pidana dinyatakan palsu
b. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan,, yang
apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan menghasilkan
putusan yang berbeda
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang
dituntut, kecuali yang diputus berdasarkan Pasal 80 ayat (1) huruf b dan c
d. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan
sebab-sebabnya, atau
e. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan syarat-syarat untuk pengajuan PK bagi para pihak sebagai berikut :
1. Diajukan kepada MA melalui Ketua Pengadilan Pajak
Permohonan PK yang langsung disampaikan kepada MA dianggap salah alamat karena
undang-undang dengan tegas menyatakan harus melalui Ketua Pengadilan Tingkat
Pertama
2. Diajukan secara tertulis oleh Pemohon, ahli waris, atau kuasa hukum yang ditunjuk
secara khusus untuk itu dengan menyebutkan alasan-alasan dan dilampiri bukti-bukti
berdasarkan pasal 3 PERMA
3. Membayar panjar biaya perkara yang ditentukan dalam Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM) telah dibayar lunas berdasarkan pasal 4 (1) PERMA. Besarnya biaya perkara
yang harus dibayar oleh pihak yang mengajukan PK saat ini adalah sebesar Rp.
2.500.000 dan dibayarkan kepada Bank yang telah ditunjuk untuk menerima
pembayaran biaya perkara tersebut (BNI)
4. Diajukan jangka waktu yang ditentukan sebagai berikut :
a. Pengajuan permohonan PK berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 91 huruf a UU PP dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 205

terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan
hakim pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap
b. Pengajuan permohonan PK berdasarkan alasan sebgaimana dimaksud dalam Pasal
91 huruf b UU PP dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan terhitung
sejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal ditemukannya harus
dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang
c. Pengajuan permohonan PK berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 91 huruf c, huruf d, dan huruf e UU PP dilakukan dalam jangka waktu paling
lambat 3 bulan sejak putusan dikirim

Pertemuan 15

A. Kuasa Hukum
Kuasa hukum adalah seorang yang diberi kuasa penuh untuk mewakili atau mendampingi
para pihak yang bersengketa dengan kuasa hukum tertulis untuk mengurus dan memberikan
informasi serta bukti-bukti yang diperlukan dalam persidangan pengadilan pajak. Pada saat
mengikuti persidangan sengketa pajak baik banding atau gugatan, para pihak yang bersengketa
masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum dengan surat
kuasa khusus.
Seorang kuasa hukum mendampingi atau mewakili pemohon banding/penggugat dalam
persidangan di pengadilan pajak dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Kuasa hukum keluarga sedarah/semenda
2. Kuasa hukum yang pengacara
3. Kuasa hukum yang bukan pengacara

Syarat-syarat menjadi kuasa hukum adalah sebagai berikut :


a. Warga Negara Indonesia
b. Mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang-
undangan perpajakan
c. Persyaratan lain yang ditentukan oleh mentri keuangan
Khusus syarat pada butir ke -3 tersebut diatas telah diatur dengan keputusan mentri
keuangan No. 576/KMK.04/2000 tentang persyaratan seorang kuasa untuk menjalankan hak
dan kewajiban menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan, dan dijelaskan lebih lanjut
dengan keputusan Dirjen pajak No KEP-188/PJ/2001 tentang kuasa untuk menjalankan hak dan
kewajiban menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan. Mengacu pada peraturan
tersebut pada intinya, wajib pajak dapat menunjuk seorang kuasa yang bukan pegawainya
dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya
termasuk banding dan lainnya menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Persyaratan sebagaimana dimaksud diatas tidak diperlukan, Dalam hal kuasa hukum yang
mendampingi atau mewakili pemohon banding atau penggugat :
1. Keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat kedua
2. Pegawai
3. Pengampu

B. Persiapan Persidangan
Persiapan persidangan dalam hukum acara di Pengadilan Pajak terdiri dari tahapan-tahapan
secara berurutan sebagai berikut :
1. Permintaan Surat Uraian Banding (SUB) atau Surat Tanggapan (ST)
Pengadilan Pajak meminta SUB atau ST atas surat banding atau surat gugatan kepada
terbanding atau tergugat dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal diterima surat
banding atau surat gugatan. Dalam hal pemohon banding mengirimkan surat atau
dokumen susulan kepada Pengadilan Pajak maka jangka waktu 14 hari dihitung sejak
tanggal diterima surat atau dokumen susulan tersebut.
2. Penyampaian SUB atau ST oleh terbanding/tergugat
Terbanding atau tergugat menyerahkan SUB atau ST dalam jangka waktu :
 3 bulan sejak tanggal dikirm permintaan SUB atau
 1 bulan sejak tanggaldikirim permintaan ST
3. Pengiriman salinan SUB atau ST kepada pemohon banding/penggugat
salinan SUB atau ST oleh Pengadilan Pajak dikirim kepada pemohon banding atau
penggugat dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal diterima.
4. Penyampaian Surat Bantahan oleh pemohon banding/penggugat

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 206

Pemohon banding atau penggugat dapat menyerahkan Surat Bantahan kepada


Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal diterima salinan SUB atau
ST.
5. Pengiriman salinan Surat Bantahan kepda terbanding/tergugat
Salinan Surat Bantahan oleh Pengadilan Pajak dikirimkan kepada terbanding atau
tergugat dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal diterima Surat Bantahan.

C. Pemeriksaan Acara Biasa


Pemeriksaan Acara Biasa dilakukan oleh Majelis Hakim yang terdiri dari Hakim Ketua, Hakim
Anggota, Panitera, Terbanding dan Pemohon Banding (bila diperlukan). Pemeriksaan ini hanya
dilakukan bila surat permohonan telah memenuhi persyaratan formal. Putusan :
Untuk Banding : diambil dalam jangka waktu 12 bulan sejak Surat Banding diterima
Untuk Gugatan : diambil dalam jangka waktu 6 bulan sejak Surat Gugatan diterima
Dalam hal-hal khusus, jangka waktu dapat diperpanjang paling lama 3 bulan.

D. Pemeriksaan Acara Cepat


Pemeriksaan Acara Cepat dilakukan terhadap :
 Sengketa Pajak tertentu (ada indikasi formal tdk terpenuhi);
 Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu 6 bulan sejak gugatan diterima
 Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan mengenai bentuk Putusan Pengadilan (Pasal
84 ayat (1) UU PP) atau putusan yang keliru (kesalahan tulis/hitung);
 Sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang
Pengadilan Pajak.
Putusan :
a. Diambil dalam jangka waktu 30 hari sejak batas waktu pengajuan banding atau gugatan
diterima (Pasal 82 UU PP)
b. Dalam hal Gugatan yang diajukan selain atas keputusan pelaksanaan penagihan Pajak,
tidak diputus dalam jangka waku 6 bulan, Pengadilan Pajak wajib mengambil putusan
melalui pemeriksaan dengan acara cepat dalam jangka waktu 1 bulan sejak jangka
waktu 6 bulan dimaksud dilampaui Pasal (81 ayat (5) UU PP)

E. Pembuktian
Pembuktian menurut KBBI mempunyai 2 arti yaitu :
 Proses, cara atau perbuatan untuk membuktikan; atau
 Usaha menunjukkan benar atau salahnya si terdakwa di sidang pengadilan
Menurut Sudikno Mertokusumo (2006, 134) kata”membuktikan” mempunyai beberapa
pengertian dilihat dari beberapa pendekatan sebagai berikut :
a. Pendekatan Logis atau Ilmiah
Membuktikan berarti memberi kepastian yang bersifat mutlak karena berlaku bagi
setiap orang dan tidak memungkinkan adanya bukti lawan. Berdasarkan suatu aksioma
yaitu asas-asas umum yang dikenal dalam ilmu pengetahuan, dimungkinkan adanya
pembuktian yang bersifat mutlak yang tidak memungkinakan adanya bukti lawan
b. Pendekatan Konvensional
Membuktikan berarti memberikan kepastian yang bersifat relatif atau nisbi sifatnya
yang mempunyai tingkatan-tingkatan sebagai berikut :
- Conviction intime, yaitu kepastian yang didasarkan atas perasaan belaka.
- Conviction raisonnee, yaitu kepastian yang didasarkan atas pertimbangan
akal
Dalam pendekatan ini, membuktikan berarti suatu proses untuk meyakinkan pihak lain
dengan menggunakan perasaan dan/atu pertimbangan akal.
c. Pendekatan Yuridis
Di dalam ilmu hukum, tidak memungkinkan adanya pembuktian yang logis dan mutlak
yang berlaku bagi setiap orang serta menutup segala kemungkinan akan bukti lawan,
akan tetapi merupakan pembuktian yang konvensional yang bersifat khusus.
Membuktikan secara yuridis berarti memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim
yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberikan kepastian tentang
kebenaran peristiwa yang diajukan.
Alat-alat bukti dalam Hukum Acara Pengadilan Pajak sama dengan alat-alat bukti dalam
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara tetapi berbeda dengan alat-alat bukti dalam Hukum
Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana. Persamaan alat-alat bukti dengan Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara karena hukum pajak bagian dari hukum administrasi tata usaha
negara. Alat bukti yang bisa dipakai dalam sengketa pajak di Pengadilan Pajak sebagai berikut :

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 207

 Surat atau tulisan


 Keterangan ahli
 Keterangan para saksi
 Pengakuan para pihak, dan/atau
 Pengetahuan hakim

F. Putusan
Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang dikeluarkan oleh hakim baik dalam bentuk
Majelis atau Hakim Tunggal sebagi pejabat negara yang diberikan wewenang oleh undang-
undang yang diucapkan dipersidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan
suatu perkara atau sengketa para pihak. Fungsi putusan pada umumnya ada tiga yaitu :
1) Kekuatan mengikat
Untuk dapat merealisasikan suatu hak secara paksa maka diperlukan suatu putusan
pengadilan sebagai akta otentik yang menetapkan suatu hak. Putusan pengadilan
dimaksudkan untuk menyelesaikan suatu persoalan atau sengketa dan menetaapkan
hak dan kewajiban kepada masing-masing pihak yang besengketa. Putusan pengadilan
mempunyai kekuatan mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan hak dan
kewajiban sebagaimana yang telah ditetapkan dalam amar putusan.
2) Kekuatan pembuktian
Arti putusan dalam hukum pembuktian adalah bahwa dengan putusan itu diperoleh
suatu kepastian tentang sesuatu. Putusan merupakan akta otentik yang dapat
digunakan sebagai alat bukti para pihak yang diperlukan untuk mengjaukan upaya
hukum peninjauan kembali atau pelaksanaannya. Setiap putusan tidak mempunyai
kekuatan mengikat terhadap pihak ketiga, namun mempunyai kekuatan pembuktian
terhadap pihak ketiga.
3) Kekuatan eksekutorial
Suatu putusan dimaksudkan untuk meneyelesaikan suatu persoalan atau sengketa dan
menetapkan hak atau hukumnya dan realisasi atau pelaksanaannya secara paksa.
Kekuatan eksekutorial berarti kekuatan untuk dilaksanakannya apa yang ditetapkan
dalam putusan itu secara paksa oleh alat-alat negara.

G. Pelaksanaan Putusan
Putusan Pengadilan Pajak yang sudah dikeluarkan oleh Pengadilan Pajak akan disampaikan
kepada para pihak untuk dapat dilaksanakan. Dalam Putusan Pengadilan Pajak, ada 4 tanggal
yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan putusan yaitu :
1. Tanggal diputus
Tanggal diputus adalah tanggal diputusnya suatu sengketa di Pengadilan Pajak oleh
Majelis Hakim berdasarkan musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang ditunjuk
dengan Penetapan Ketua Pengadilan Pajak. Tanggal diputus suatu perkara dimuat pada
halaman terakhir salinan Putusan Pengadialn Pajak pada bagian “Mengadili”. Tanggal
diputusnya suatu permohonan banding maupun gugatan tidak boleh melebihi jangka
waktu sebagimana diatur dalam Pasal 81 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 14/2002 tentang
Pengadilan Pajak, kecuali terdapat hal-hal khusus sebagaimana diatur dalam Pasal 81
ayat (3) dan ayat (4) UU No. 14/2002 tentang Pengadilan Pajak.
2. Tanggal diucapkan
Tanggal diucapkan adalah tanggal diucapkannya Putusan Pengadilan Pajak atas
suatu perkara banding atau gugatan yang dilakukan dalam sidang terbuka. Tidak ada
aturan dalam UU No. 14/2002 tentang Pengadilan Pajak yang mengatur jangka waktu
dibacakannya suatu sengketa banding atau gugatan yang telah diputus oleh Majelis
Hakim Pengadilan Pajak. Tanggal diucapkan suatu Putusan Pengadilan Pajak disebut
juga tanggal putusan, tanggal ini dimuat pada halaman terakhir salinan Putusan
Pengadilan Pajak pada bagian “Mengadili”. Tanggal diterima merupakan tanggal yang
berlaku untuk sahnya putusan karena pada tanggal tersebut putusan diucapkan secara
terbuka untuk umum dan mengikat pihak-pihak yang bersangketa dan telah diketahui
umum. Seluruh administrasi perpajakan akan mencatat tanggal diucapkan putusan
sebagai tanggal putusan.
3. Tanggal dikirim
Tanggal dikirim adalah tanggal dikirimnya salinan Putusan Pengadilan Pajak yang
dilengkapi dengan Surat Pengiriman Putusan Pengadilan Pajak dari Sekretarian
Pengadilan Pajak. Jangka waktu pengiriman salinan Putusan Pengadilan Pajak kepada
pihak-pihak yang bersengketa diatur dalam Pasal 88 ayat (1) UU No. 14/2002, yang
menyatakan “Salinan putusan atau salinan penetapan Pengadilan Pajak dikirim

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]


SIMULTAX PERSIAPAN UAS GENAP DIII PAJAK TK 1 | PENAGIHAN DAN SENGKETA PAJAK 208

kepada para pihak dengan surat oleh Sekretariat dalam jangka waktu 30 hari sejak
tanggal putusan Pengadilan Pajak diucapkan, atau dalam jangka waktu 7 hari sejak
tanggal putusan sela diucapkan.”
Tanggal dikirimnya salinan Putusan Pengadilan Pajak merupakan dasar
perhitungan tenggang waktu apabila diajukan permohonan Peninjauan Kembali
dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 huruf c, huruf d, dan huruf e UU
No. 14/2002 yaitu dalam jangka wkatu paling lambat 3 bulan sejak putusan dikirm.
Tanggal dikirim salinan Putusan Pengadilan Pajak dimuat pada halaman pertama pojok
kiri bawah di atas tanda tangan Panitera atau sama dengan Surat Pengiriman Putusan
Pengadilan Pajak dari Sekretariat Pengadilan Pajak.
4. Tanggal diterima
Tanggal diterima adalah tanggal diterimanya Putusan Pengadilan Pajak oleh DJP.
Putusan Pengadilan Pajak dikirimkan kepada DJP kepada 2 tempat tujuan yaitu :
 KPP tempat Pemohon Bandig terdaftar sebagai dasar pelaksanaan putusan
 Direktorat Keberatan dan Banding, KP DJP sebagai dasar pengajuan
Peninjauan Kembali oleh MA
Pasal 88 ayat (2) UU PP menyatakan bahwa Putusan Pengadilan Pajak harus
dilaksanakan oleh Pejabat yang berwenang dalam jangka wkatu 30 hari terhitung sejak
tanggal diterima putusan. Oleh karena itu, biasanya tanggal diterima putusan oleh KPP
biasanya lebih dahulu daripada diterima KP DJP. Karena KPP membutuhkan segera
utnuk pelaksanaan putusan. Sedangkan untuk pengajuan PK ke MA dihitung 3 bulan
sejak putusan dikirim. Pelaksanaan Putusan Pengadilan Pajak di KPP dilakukan sebagai
berikut :
a. Atas Putusan Banding
b. Atas Putusan Gugatan

DIVISI PENDIDIKAN KM PAJAK | UDIN [081231732715]

Anda mungkin juga menyukai