Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


KONSULTASI PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
PUSKESMAS LECES

OLEH:
dr. Dannia Riski Ariani

PENDAMPING:
dr. Hariawan Dwi Tamtomo, M.Mkes.

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


PUSKESMAS LECES
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN (F.2)
KONSULTASI PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
PUSKESMAS LECES

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Internsip Unit Kegiatan Masyarakat Selama di
Puskesmas Leces Kabupaten Probolinggo

Probolinggo, Juni 2016

Penyusun :
dr. Dannia Riski Ariani

Telah Disahkan Oleh,

Dokter Pendamping dan Kepala Puskesmas Leces

dr. Hariawan Dwi Tamtomo, M.Mkes.


NIP : 19710422 200212 1 002
BAB I
2
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan merupakan kondisi patologis yang mengakibatkan
terjadinya kelainan baik secara morfologi maupun fisiologi yang diakibatkan karena interaksi
antar manusia maupun interaksi dengan hal - hal yang berada di lingkungan sekitar yang
berpotensi menimbulkan penyakit. Berdasarkan survei kejadian diare oleh Depkes
menunjukkan adanya peningkatan insidens diare. Pada tahun 2000 IR penyakit diare
301/1000 penduduk, sedangkan pada tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian diare
ini berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi.
Penyakit berbasis lingkungan saat ini masih menjadi masalah di Puskesmas Leces.
Berdasarkan data tahun 2015 didapatkan influenza, penyakit kulit infeksi dan diare masih
menjadi 10 penyakit terbanyak pada rawat jalan Balai Pengobatan Puskesmas Leces.

NAMA PENYAKIT JUMLAH KASUS


Demam Yang Tidak Diketahui Sebabnya 2072
Penyakit Darah Tinggi Primer 1287
Influensa 1258
Common Cold 1238
Sindrom Nyeri Kepala Yang Lain 1127
Peny.Pulpa & Jar.Periapikal 873
ANC/ Antenatal screening 823
Penyakit Kulit Infeksi 787
Diare Dan Gastroenteritis Yg Kurang Jelas Batasannya 757
Pelayanan KB / Pengelolaan kontrasepsi /Contraceptive 591
management
Penyakit Kulit Alergi 527
Badan Capek Dan Pegal-pegal 426
Gastritis Dan Duodenitis 248

B. PERMASALAHAN
1. Berdasarkan penilaian kinerja puskesmas tahun 2015, ada beberapa indikator yang belum
memenuhi target:
a. Pembinaan sanitasi perumahan dan Sanitasi Dasar dimana target sasaran 83% namun
pencapaian hanya 45%

3
b. Jumlah Rumah yg memenuhi syarat kesehatan dimana target sasaran 79% namun
pencapaian hanya 5%
2. Klinik Sanitasi belum berjalan dimana target sasaran 2% namun pencapaian hanya 1%
3. Inspeksi sanitasi sarana air bersih 83%
4. Jumlah KK yg memiliki Akses terhadap SAB 90%
5. Jumlah KK yang memiliki akses terhadap jamban 95%
6. Jumlah Desa/Kelurahan yang sudah ODF (Open Defecation Free) 50%
7. Jumlah jamban sehat 78%

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya tentang lingkungan rumah dan
sanitasi yang sehat.
- Memperbaiki perilaku masyarakat tentang kebiasaan yang tidak sehat
- Mengurangi resiko terjadinya penyakit yang di sebabkan lingkungan yang kotor
2. Tujuan Khusus
Memenuhi tugas laporan program dokter internsip di Puskesmas Leces

C. MANFAAT
1. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran khususnya menjaga lingkungan dan sanitasi
yang sehat, sehingga dapat lebih bijak dalam menjaga kesehatan.
2. Bagi Tenaga Medis
Menjadi fasilitator informasi kesehatan dan motivator kesadaran masyarakat senantiasa
berperilaku bijak, terutama dalam menjaga kesehatan lingkungan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


Upaya kesehatan lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan
puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan. Tujuan upaya kesehatan lingkungan
adalah mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem
kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi dasar, pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, pengendalian dampak
risiko pencemaran lingkungan dan pengembangan wilayah sehat.

4
B. MEDIA PROMOSI KESEHATAN
1. Definisi Media/ Alat Peraga
Notoatmodjo (2005) Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan
sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa
atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi. Biasanya
alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan
photo dan sebagainya.
2. Jenis Media/ Alat Peraga
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar:
- Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun mati. Termasuk
dalam macam alat peraga ini antara lain:
(i) Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
(ii) Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing
dalam botol pengawet, dll
(iii) Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit,
dll
- Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena
menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu
besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan
seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.
- Gambar, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan yang masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan.
- Gambar alat optik, seperti photo, slide, film, dll

C. PENYERAPAN MATERI DALAM PROMOSI KESEHATAN


Seseorang belajar melalui panca inderanya. Setiap indera ternyata berbeda
pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang. Oleh karena itu seseorang dapat mempelajari
sesuatu dengan baik apabila ia menggunakan lebih dari satu indera

D. METODE PENYULUHAN
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah
(Notoatmodjo, 2002):
1. Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan
secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang
kesehatan.
2. Metode Diskusi Kelompok

5
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik
pembicaraan diantara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah
ditunjuk.
3. Metode Curah Pendapat
Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua
kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan
evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.
4. Metode Panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta
tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.
5. Metode Bermain peran
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan
latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh
kelompok.
6. Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu
hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara
melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini
digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
7. Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang
berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8. Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu
masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.

E. PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN


1. DEFINISI
a. Penyakit
Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau
morfologi suatu organ dan/atau jar tubuh.
Penyakit merupakan suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang
dipengaruhinya. Penyakit merupakan respon tubuh akibat menurunnya energi dalam
tubuh karena berkurangnya kemampuan tubuh untuk mengeliminasi dan membuang
racun.
b. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati,
nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-
elemen di alam tersebut. (Sumirat’96)

6
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energy surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan yang terdiri dari komponen
abiotik dan biotik.
c. Abiotik Dan Biotik
Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air,
iklim, kelembaban, cahaya, bunyi.Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu
yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan
bakteri).

d. Agent Dan Vektor Penyakit


Agent penyakit adalah zat, kekuatan, kehidupn mikro atau komponen
lingkungan lain di alam yang fana ini, baik terukur maupun tidak terukur yng
menjadi penyebab timbulnya gangguan fungsi atau kelainan morfologi pada spesies
manusia atau binatang.
Vektor merupakan binatang pembawa penyakit yang disebabkan oleh bakteri,
ricketsia, virus, protozoa dan cacing, serta menjadi perantara penularan penyakit
tersebut.
e. Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan
fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia
dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit

2. FAKTOR MUNCULNYA PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN


Para ahli kesehatan masyarakat pada umumnyasepakat bahwa kualitas kesehatan
lingkungan adalah salah satu dari empat faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia
menurut H.L Blum yang merupakan faktor yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap pencapaian derajat kesehatan. Memang tidak selalu lingkungan menjadi faktor
penyebab, melainkan juga sebagai penunjang, media transmisi maupun memperberat
penyakit yang telah ada.Faktor yang menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan
antara lain :
a. Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana
ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, jauh di atas
ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun.Namun
demikian, Indonesia masih saja mengalami persoalan air bersih. Sekitar 119 juta
rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih, sebagian besar yang

7
memiliki akses mendapatkan air bersih dari penyalur air, usaha air secara komunitas
serta sumur air dalam. Dari data Bappenas disebutkan bahwa pada tahun 2009
proporsi penduduk dengan akses air minum yang aman adalah 47,63%. Sumber air
minum yang disebut layak meliputi air ledeng, kran umum, sumur bor atau pompa,
sumur terlindung , mata air terlindung dan air hujan. Dampak kesehatan dari tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya nampak
pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan. WHO memperkirakan pada tahun
2005, sebanyak 1,6 juta balita (rata-rata 4500 setiap tahun) meninggal akibat air yang
tidak aman dan kurangnya higienitas.

b. Akses sanitasi dasar yang layak


Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan
salah satu isu penting dalam menentukan kualitas sanitasi.Namun pada kenyataannya
dari data Susenas 2009, menunjukkan hampir 49% rakyat Indonesia belum memiliki
akses jamban.Ini berarti ada lebih dari 100 juta rakyat Indonesia yang BAB
sembarangan dan menggunakan jamban yang tak berkualitas.Angka ini jelas menjadi
faktor besar yang mengakibatkan masih tingginya kejadian diare utamanya pada bayi
dan balita di Indonesia.

c. Penanganan sampah dan limbah


Tahun 2010 diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000 ton per hari
yang berarti 73 juta ton per tahun. Pengelolaan sampah yang belum tertata akan
menimbulkan banyak gangguan baik dari segi estetika berupa onggokan dan serakan
sampah, pencemaran lingkungan udara, tanah dan air, potensi pelepasan gas metan
(CH4) yang memberikan kontribusi terhadap pemanasan global, pendangkalan sungai
yang berujung pada terjadinya banjir serta gangguan kesehatan seperti diare, kolera,
tifus penyakit kulit, kecacingan, atau keracunan akibat mengkonsumsi makanan
(daging/ikan/tumbuhan) yang tercemar zat beracun dari sampah.

d. Vektor penyaki
Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan vektor penyakit
telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan
bertahan hidup mereka pun semakin tinggi. Hal ini didukung faktor lain yang
membuat perkembangbiakan vektor semakin pesat antara lain : perubahan lingkungan
fisik seperti pertambangan, industri dan pembangunan perumahan; sistem penyediaan
air bersih dengan perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk sehingga
8
masih diperlukan container untuk penyediaan air; sistem drainase permukiman dan
perkotaan yang tidak memenuhi syarat; sistem pengelolaan sampah yang belum
memenuhi syarat, penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian
vektor; pemanasan global yang meningkatkan kelembaban udara lebih dari 60% dan
merupakan keadaan dan tempat hidup yang ideal untuk perkembang-biakan vektor
penyakit.
e. Perilaku masyarakat
Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak diterapkan masyarakat,
menurut studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku
masyarakat dalam mencuci tangan adalah (1) setelah buang air besar 12%, (2) setelah
membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (3) sebelum makan 14%, (4) sebelum
memberi makan bayi 7%, dan (5) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Studi BHS
lainnya terhadapperilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20 %
merebus air untuk mendapatkan air minum, namun 47,50 % dari air tersebut masih
mengandung Eschericia coli.Menurut studi Indonesia Sanitation Sector Development
Program (ISSDP) tahun 2006 terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air
besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.

3. PARADIGMA KESEHATAN LINGKUNGAN


Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu
diketahui perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat
melakukan intervensi secara cepat dan tepat.
Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan
menjadi 4 (empat) simpul, yakni :
a. Simpul 1: Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent
penyakit.Agent penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat
menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung maupun
melalui perantara. Beberapa contoh agent penyakit:
− Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll
− Agent Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2,
Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll
− Agent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll
b. Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi,
Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karna dapat
memindahkan agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikena sebagai
media transmisi adalah:
- Udara
9
- Air
- Makanan
- Binatang
- Manusia / secara langsung

c. Simpul 3: Penduduk
Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain:
- Perilaku
- Status gizi
- Pengetahuan
- dll
4. MACAM-MACAM PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
a. Diare
b. ISPA
c. Tuberculosis
d. Demam Berdarah Dengue
e. Kecacingan
f. Penyakit Kulit
g. Keracunana Makanan
h. Penyakit Malaria

5. UPAYA MEMINIMALISIR PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN


Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
penyakit berbasis lingkungan, diantaranya :
a. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans
kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, dan
Pembinaan kelompok pemakai air.
b. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban
keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan
sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan tempat
penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah,
sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.
c. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain,
sarana pendidikan, dan perkantoran.
d. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan
minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini
serta penyakit bawaan makanan.
e. Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader
juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan
10
pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk
dan tumbuhnya jentik.

6. UPAYA PENANGGULANGAN WABAH


Upaya penanggulangan wabah meliputi:
a. penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengenal sifat-
sifat penyebabnya serta faktor yang dapat menimbulkan wabah
b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina
c. pencegahan dan pengebalan yaitu tindakan yang dilakukan untuk memberikan
perlindungan kepada mereka yang belum sakit tetapi mempunyai risiko terkena
penyakit.
d. pemusnahan penyebab penyakit, yaitu bibit penyakit yang dapat berupa bakteri,
virus dan lain-lain.
e. penanganan jenazah akibat wabah.
f. penyuluhan kepada masyarakat

BAB III
KEGIATAN

A. INTERVENSI
1. Bentuk kegiatan: melakukan pemeriksaan fisik dan diagnostik serta edukasi dan tanya
jawab
2. Sasaran: semua pasien di poli BP dan poli KIA
3. Materi:
- Edukasi tentang penyakit
- Edukasi tentang cara penularan, pencegahan dan pengobatan
- Edukasi tentang perilaku hidup sehat
- Edukasi tentang memelihara lingkungan temapt tinggal yang sehat
4. Pelaksanaan
- Hari/ Tanggal: Senin-Sabtu, Maret 2016 – Juni 2016
- Tempat: Puskesmas Leces
- Waktu: 08.00 – 12.00 WIB

B. MONITORING
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas
objektif program. Dalam hal ini dilakukan penilaian terhadap tercapainya tujuan kegiatan.
11
Monitoring dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan tenaga kesehatan maupun layanan
kesehatan terkait.
Monitoring kuantitatif dapat dilakukan melalui dialog tenaga kesehatan dengan pasien
mengenai kebiasan pengobatan. Sedangkan secara kualitatif, monitoring dapat dilakukan
dengan pertanyaan acak maupun diskusi yang terarah mengenai peningkatan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat terhadap edukasi yang telah disampaikan. Monitoring juga dapat
dilakukan dengan memperhatikan perubahan perilaku masyarakat.

C. EVALUASI
Evaluasi adalah secara sistematis menginvestigasi efektifitas program dengan cara menilai
kontribusi program terhadap perubahan. Dalam hal ini dapat digali lebih lanjut masalah-
masalah yang belum teratasi melalui pertanyaan acak maupun diskusi kelompok serta
dilakukan analisis penyelesaian masalah sehingga tujuan kegiatan tercapai dengan sempurna.
Secara umum kegiatan berlangsung lancar, sasaran dapat menerima dengan baik edukasi
yang disampaikan. Adapun tanya jawab sangat membantu dalam memberikan pemahaman
yang lebih baik bagi sasaran. Dalam hal ini antusiasme sasaran sangat baik, sasaran aktif
mendengarkan edukasi yang diberikan. Adapun evaluasi dalam hal ini adalah waktu yang
sempit sehingga mengurangi kesempatan untuk bertanya.

12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Kinerja puskesmas di bidang kesling beberapa belum memenuhi target. Tenaga sanitarian
di puskesmas leces harus merangkap sebagai pemegang program lain. Perlu
dipertimbangkan untuk menambah tenaga pelaksana sanitarian untuk memfokuskan
sanitarian hanya pada program kesling saja.
2. Setiap pasien dengan penyakit berbasis lingkungan perlu diarahkan pada klinik sanitasi
dengan tujuan mencegah penularan atau kejadian sakit berulang.
3. Agar dapat dievaluasi lebih lanjut sebaiknya dilakukan kunjungan ke rumah untuk
memantau perkembangan hasil konseling.
4. Klinik sanitasi di puskesmas masih belum berjalan sepenuhnya. Hal ini karena kurangnya
koordinasi antara petugas BP dan petugas sanitarian. Petugas sanitarian juga terkendala
waktu karena merangkap dengan beberapa program lain sehingga pelayanan menjadi
tidak maksimal.

B. SARAN
Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan kepada pihak – pihak terkait :
1. Pemerintah perlu mensosialisakan mengenai perilaku hidup sehat yang harus
dijalankan oleh masyarakat, terkait dengan munculnya berbagai penyakit berbasis
lingkungan.
2. Para cendikiawan, seyogyanya perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh lingkungan terhadap munculnya berbagai penyakit baru.
3. Tim Kesehatan Masyarakat perlu melakukan berbagai upaya tindakan preventif
terhadap perkembangan penyakit berbasis lingkungan yang dapat diikuti oleh seluruh
masyarakat.
4. Dan khususnya bagi masyarakat untuk berperilaku hidup bersih san sehat agar tidak
terkena penyakit berbasis lingkungan yang sudah dibahas sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Umar. Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan. FKM Ujung Pandang. Jakarta : Widya ; 2003.

13
2. Notoatmojo, S. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Eds. revisi. Jakarta : PT. Rineka cipta ;
2007.
3. Taib, S. Gambaran Sanitasi Lingkungan Masyarakat Desa Pesisir Pantai Kecamtan Bone
Kabupaten Bone Bolango [Skripsi]. Makassar : Universitas Hasanuddin ; 2012.
4. Rusdi. Kondisi Sanitasi Lingkungan dan Pola Penyakit Pada Masyarakat Sekitar Daerah Aliran
Sungai Citra Mas Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep [Skripsi]. Makassar : Universitas
Hasanuddin ; 2003.
5. Isma. Gambaran sanitasi Lingkungan dan Penyakit Berbasis lingkungan pada masyarakat
Kelurahan Lette Kecamatan Mariso Kota Makassar [Skripsi]. Makassar : Universitas
Hasanuddin ; 2011.
6. Lahiri, S & Chantaphone, S. Water, sanitation and hygiene: a satuation analysis paper for Lao
PDR. International Journal of Environmental Health Research. 2003. Vol 13.p.14 – 107.
7. Carr, R, Ed. 2001. Excrete-related infections and the role of sanitation in the control of
transmission. In: Bartram Lfaj. Water Quality: Guidelines, Standards and Helath. London: IWA
Publishing. p. 90-107.
8. Indonesian Public Health Portal. 2011. Pengertian dan Tujuan Klinik Sanitasi Beserta
Penyakit Berbasis Lingkungan. [Available at : http://www.indonesian-
publichealth.com/2013/07/klinik-sanitasi.html cited on 4th Juny, 2016].
9. Ike, Pipit. 2014. Penyakit Berbasis Lingkungan. [Available at: http://pipitike.blogspot.com /
2013/11/penyakit-berbasis-lingkungan.html cited on 10th Juny 2016].

LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai