OLEH:
dr. Dannia Riski Ariani
PENDAMPING:
dr. Hariawan Dwi Tamtomo, M.Mkes.
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Internsip Unit Kegiatan Masyarakat Selama di
Puskesmas Leces Kabupaten Probolinggo
Penyusun :
dr. Dannia Riski Ariani
A. LATAR BELAKANG
Penyakit berbasis lingkungan merupakan kondisi patologis yang mengakibatkan
terjadinya kelainan baik secara morfologi maupun fisiologi yang diakibatkan karena interaksi
antar manusia maupun interaksi dengan hal - hal yang berada di lingkungan sekitar yang
berpotensi menimbulkan penyakit. Berdasarkan survei kejadian diare oleh Depkes
menunjukkan adanya peningkatan insidens diare. Pada tahun 2000 IR penyakit diare
301/1000 penduduk, sedangkan pada tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian diare
ini berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi.
Penyakit berbasis lingkungan saat ini masih menjadi masalah di Puskesmas Leces.
Berdasarkan data tahun 2015 didapatkan influenza, penyakit kulit infeksi dan diare masih
menjadi 10 penyakit terbanyak pada rawat jalan Balai Pengobatan Puskesmas Leces.
B. PERMASALAHAN
1. Berdasarkan penilaian kinerja puskesmas tahun 2015, ada beberapa indikator yang belum
memenuhi target:
a. Pembinaan sanitasi perumahan dan Sanitasi Dasar dimana target sasaran 83% namun
pencapaian hanya 45%
3
b. Jumlah Rumah yg memenuhi syarat kesehatan dimana target sasaran 79% namun
pencapaian hanya 5%
2. Klinik Sanitasi belum berjalan dimana target sasaran 2% namun pencapaian hanya 1%
3. Inspeksi sanitasi sarana air bersih 83%
4. Jumlah KK yg memiliki Akses terhadap SAB 90%
5. Jumlah KK yang memiliki akses terhadap jamban 95%
6. Jumlah Desa/Kelurahan yang sudah ODF (Open Defecation Free) 50%
7. Jumlah jamban sehat 78%
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya tentang lingkungan rumah dan
sanitasi yang sehat.
- Memperbaiki perilaku masyarakat tentang kebiasaan yang tidak sehat
- Mengurangi resiko terjadinya penyakit yang di sebabkan lingkungan yang kotor
2. Tujuan Khusus
Memenuhi tugas laporan program dokter internsip di Puskesmas Leces
C. MANFAAT
1. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran khususnya menjaga lingkungan dan sanitasi
yang sehat, sehingga dapat lebih bijak dalam menjaga kesehatan.
2. Bagi Tenaga Medis
Menjadi fasilitator informasi kesehatan dan motivator kesadaran masyarakat senantiasa
berperilaku bijak, terutama dalam menjaga kesehatan lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
B. MEDIA PROMOSI KESEHATAN
1. Definisi Media/ Alat Peraga
Notoatmodjo (2005) Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan
sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa
atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi. Biasanya
alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan
photo dan sebagainya.
2. Jenis Media/ Alat Peraga
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar:
- Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun mati. Termasuk
dalam macam alat peraga ini antara lain:
(i) Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
(ii) Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing
dalam botol pengawet, dll
(iii) Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit,
dll
- Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena
menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu
besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan
seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.
- Gambar, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan yang masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan.
- Gambar alat optik, seperti photo, slide, film, dll
D. METODE PENYULUHAN
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah
(Notoatmodjo, 2002):
1. Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan
secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang
kesehatan.
2. Metode Diskusi Kelompok
5
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik
pembicaraan diantara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah
ditunjuk.
3. Metode Curah Pendapat
Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua
kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan
evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.
4. Metode Panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta
tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.
5. Metode Bermain peran
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan
latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh
kelompok.
6. Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu
hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara
melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini
digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
7. Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang
berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8. Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu
masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.
6
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energy surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan yang terdiri dari komponen
abiotik dan biotik.
c. Abiotik Dan Biotik
Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air,
iklim, kelembaban, cahaya, bunyi.Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu
yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan
bakteri).
7
memiliki akses mendapatkan air bersih dari penyalur air, usaha air secara komunitas
serta sumur air dalam. Dari data Bappenas disebutkan bahwa pada tahun 2009
proporsi penduduk dengan akses air minum yang aman adalah 47,63%. Sumber air
minum yang disebut layak meliputi air ledeng, kran umum, sumur bor atau pompa,
sumur terlindung , mata air terlindung dan air hujan. Dampak kesehatan dari tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya nampak
pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan. WHO memperkirakan pada tahun
2005, sebanyak 1,6 juta balita (rata-rata 4500 setiap tahun) meninggal akibat air yang
tidak aman dan kurangnya higienitas.
d. Vektor penyaki
Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan vektor penyakit
telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan
bertahan hidup mereka pun semakin tinggi. Hal ini didukung faktor lain yang
membuat perkembangbiakan vektor semakin pesat antara lain : perubahan lingkungan
fisik seperti pertambangan, industri dan pembangunan perumahan; sistem penyediaan
air bersih dengan perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk sehingga
8
masih diperlukan container untuk penyediaan air; sistem drainase permukiman dan
perkotaan yang tidak memenuhi syarat; sistem pengelolaan sampah yang belum
memenuhi syarat, penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian
vektor; pemanasan global yang meningkatkan kelembaban udara lebih dari 60% dan
merupakan keadaan dan tempat hidup yang ideal untuk perkembang-biakan vektor
penyakit.
e. Perilaku masyarakat
Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak diterapkan masyarakat,
menurut studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku
masyarakat dalam mencuci tangan adalah (1) setelah buang air besar 12%, (2) setelah
membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (3) sebelum makan 14%, (4) sebelum
memberi makan bayi 7%, dan (5) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Studi BHS
lainnya terhadapperilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20 %
merebus air untuk mendapatkan air minum, namun 47,50 % dari air tersebut masih
mengandung Eschericia coli.Menurut studi Indonesia Sanitation Sector Development
Program (ISSDP) tahun 2006 terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air
besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
c. Simpul 3: Penduduk
Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain:
- Perilaku
- Status gizi
- Pengetahuan
- dll
4. MACAM-MACAM PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
a. Diare
b. ISPA
c. Tuberculosis
d. Demam Berdarah Dengue
e. Kecacingan
f. Penyakit Kulit
g. Keracunana Makanan
h. Penyakit Malaria
BAB III
KEGIATAN
A. INTERVENSI
1. Bentuk kegiatan: melakukan pemeriksaan fisik dan diagnostik serta edukasi dan tanya
jawab
2. Sasaran: semua pasien di poli BP dan poli KIA
3. Materi:
- Edukasi tentang penyakit
- Edukasi tentang cara penularan, pencegahan dan pengobatan
- Edukasi tentang perilaku hidup sehat
- Edukasi tentang memelihara lingkungan temapt tinggal yang sehat
4. Pelaksanaan
- Hari/ Tanggal: Senin-Sabtu, Maret 2016 – Juni 2016
- Tempat: Puskesmas Leces
- Waktu: 08.00 – 12.00 WIB
B. MONITORING
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas
objektif program. Dalam hal ini dilakukan penilaian terhadap tercapainya tujuan kegiatan.
11
Monitoring dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan tenaga kesehatan maupun layanan
kesehatan terkait.
Monitoring kuantitatif dapat dilakukan melalui dialog tenaga kesehatan dengan pasien
mengenai kebiasan pengobatan. Sedangkan secara kualitatif, monitoring dapat dilakukan
dengan pertanyaan acak maupun diskusi yang terarah mengenai peningkatan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat terhadap edukasi yang telah disampaikan. Monitoring juga dapat
dilakukan dengan memperhatikan perubahan perilaku masyarakat.
C. EVALUASI
Evaluasi adalah secara sistematis menginvestigasi efektifitas program dengan cara menilai
kontribusi program terhadap perubahan. Dalam hal ini dapat digali lebih lanjut masalah-
masalah yang belum teratasi melalui pertanyaan acak maupun diskusi kelompok serta
dilakukan analisis penyelesaian masalah sehingga tujuan kegiatan tercapai dengan sempurna.
Secara umum kegiatan berlangsung lancar, sasaran dapat menerima dengan baik edukasi
yang disampaikan. Adapun tanya jawab sangat membantu dalam memberikan pemahaman
yang lebih baik bagi sasaran. Dalam hal ini antusiasme sasaran sangat baik, sasaran aktif
mendengarkan edukasi yang diberikan. Adapun evaluasi dalam hal ini adalah waktu yang
sempit sehingga mengurangi kesempatan untuk bertanya.
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Kinerja puskesmas di bidang kesling beberapa belum memenuhi target. Tenaga sanitarian
di puskesmas leces harus merangkap sebagai pemegang program lain. Perlu
dipertimbangkan untuk menambah tenaga pelaksana sanitarian untuk memfokuskan
sanitarian hanya pada program kesling saja.
2. Setiap pasien dengan penyakit berbasis lingkungan perlu diarahkan pada klinik sanitasi
dengan tujuan mencegah penularan atau kejadian sakit berulang.
3. Agar dapat dievaluasi lebih lanjut sebaiknya dilakukan kunjungan ke rumah untuk
memantau perkembangan hasil konseling.
4. Klinik sanitasi di puskesmas masih belum berjalan sepenuhnya. Hal ini karena kurangnya
koordinasi antara petugas BP dan petugas sanitarian. Petugas sanitarian juga terkendala
waktu karena merangkap dengan beberapa program lain sehingga pelayanan menjadi
tidak maksimal.
B. SARAN
Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan kepada pihak – pihak terkait :
1. Pemerintah perlu mensosialisakan mengenai perilaku hidup sehat yang harus
dijalankan oleh masyarakat, terkait dengan munculnya berbagai penyakit berbasis
lingkungan.
2. Para cendikiawan, seyogyanya perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh lingkungan terhadap munculnya berbagai penyakit baru.
3. Tim Kesehatan Masyarakat perlu melakukan berbagai upaya tindakan preventif
terhadap perkembangan penyakit berbasis lingkungan yang dapat diikuti oleh seluruh
masyarakat.
4. Dan khususnya bagi masyarakat untuk berperilaku hidup bersih san sehat agar tidak
terkena penyakit berbasis lingkungan yang sudah dibahas sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Umar. Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan. FKM Ujung Pandang. Jakarta : Widya ; 2003.
13
2. Notoatmojo, S. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Eds. revisi. Jakarta : PT. Rineka cipta ;
2007.
3. Taib, S. Gambaran Sanitasi Lingkungan Masyarakat Desa Pesisir Pantai Kecamtan Bone
Kabupaten Bone Bolango [Skripsi]. Makassar : Universitas Hasanuddin ; 2012.
4. Rusdi. Kondisi Sanitasi Lingkungan dan Pola Penyakit Pada Masyarakat Sekitar Daerah Aliran
Sungai Citra Mas Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep [Skripsi]. Makassar : Universitas
Hasanuddin ; 2003.
5. Isma. Gambaran sanitasi Lingkungan dan Penyakit Berbasis lingkungan pada masyarakat
Kelurahan Lette Kecamatan Mariso Kota Makassar [Skripsi]. Makassar : Universitas
Hasanuddin ; 2011.
6. Lahiri, S & Chantaphone, S. Water, sanitation and hygiene: a satuation analysis paper for Lao
PDR. International Journal of Environmental Health Research. 2003. Vol 13.p.14 – 107.
7. Carr, R, Ed. 2001. Excrete-related infections and the role of sanitation in the control of
transmission. In: Bartram Lfaj. Water Quality: Guidelines, Standards and Helath. London: IWA
Publishing. p. 90-107.
8. Indonesian Public Health Portal. 2011. Pengertian dan Tujuan Klinik Sanitasi Beserta
Penyakit Berbasis Lingkungan. [Available at : http://www.indonesian-
publichealth.com/2013/07/klinik-sanitasi.html cited on 4th Juny, 2016].
9. Ike, Pipit. 2014. Penyakit Berbasis Lingkungan. [Available at: http://pipitike.blogspot.com /
2013/11/penyakit-berbasis-lingkungan.html cited on 10th Juny 2016].
LAMPIRAN
14