Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu obat yang digunakan luas di masyarakat adalah obat sakit kepala seperti
campuran paracetamol dan kafein. Saat ini banyak obat sakit kepala beredar dimasyarakat
luas, Campuran paracetamol dan kafein banyak ditemukan dalam produk anti influenza
dengan berbagai merk dagang. Paracetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek
analgetik ringan sampai sedang dan antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen
sedangkan kafein adalah basa lemah yang merupakan turunan zantin, memiliki gugus metil
yang berefek stimulasi susunan saraf pusat serta dapat memperkuat efek analgetik
paracetamol. (Gandjar,2012)

Dalam ilmu farmasi pemeriksaan mutu obat diperlukan agar obat dapat sampai pada
targetnya dengan kadar yang tepat. Pada penetapan kadar paracetamol dalam tablet
kombinasi paracetamol dan kafein dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya
metode spektrofotometri Uv.

Metode Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari


pemilikan visual di mana studi yang lebih rinci mengenai pengabsorbsian energi cahaya oleh
spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar daalam pencirian dan
pengukuran kuantitatif. Dan Metode spektrofotometri ultraviolet digunakan untuk
menganalisis senyawa tunggal, dengan adanya modifikasi metode spektrofotometri
ultraviolet ini maka dapat digunakan untuk analisis multikomponen dalam rangka
pengawasan mutu dengan memodifikasi tersebut maka penetapan kadar campuran
paracetamol dan kafein dapat ditetapkan secara bersama-sama tanpa harus dipisahkan dan
dengan waktu yang singkat dengan alat danbiaya yang relatif lebih murah. (Harmita,2008)

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kadar secara multikomponen
campuran paracetamol dan kafein dalam sediaan tablet Bodrex menggunakan
spektrofotometri UV.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor foto tube. Dalam analisis secara spektrofotometri, terdapat tiga daerah panjang
gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm), daerah
visible (380 – 700 nm), dan daerah inframerah (700 – 3000 nm). (Khopkar,1990)

Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitan atau


absorbansi suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap sederetan
sampel pada suatu panjang gelombang tunggal. Spektrofotometer sesuai dengan namanya
adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar
dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang
(Ernawaty, 2011).

B. Penetapan Kadar Multi Komponen Secara Spektrofotometri


Kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri
tanpa harus dipisahkan lebih dahulu. Kedua zat harus memiliki panjang gelombang
maksimum yang tidak berimpit. Absorpsi larutan sampel atau campurannya pada panjang
gelombang pengukuran merupakan jumlah absorpsi dari masing-masing zat tunggalnya.
(Widjaja dan Laksmiani, 2010).

Bila diinginkan dua buah senyawa secara bersama-sama secara spektrofotometri,


maka dapat dilakukan pada dua panjang gelombang yang mana masing- masing komponen
tidak saling mengganggu komponen lain yang paling kecil. Dua buah kromofor yang
berbeda akan mempunyai kekuatan absorbsi cahaya yang berbeda pula pada satu daerah
panjang gelombang. Pengukuran dilakukan pada masing-masing larutan pada dua panjang
gelombang sehingga diperoleh dua persamaan hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi pada dua panjang gelombang, akibatnya konsentrasi masing-masing komponen
dapat dihitung.

2
Absorban jumlah suatu campuran beberapa senyawa yang mengabsorpsi pada masing-
masing panjang gelombang merupakan jumlah absorban masing-masingnya. Pada campuran
dua komponen akan terlihat absorban yang diukur pada λ1 serta λ2 merupakan jumlah dari
absorban komponen tunggal pada panjang gelombang tersebut. Hal ini memungkinkan untuk
pemeriksaan kemurnian senyawa obat secara spektrofotometri serta penentuan campuran
beberapa komponen (Rot dan Blaschke, 1985).

C. Uraian Bahan

1. Parasetamol

Struktur Parasetamol
Paracetamol berbentuk hablur atau serbuk hablur, berwarna putih, rasa pahit
dan tidak berbau. Paracetamol dapat larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol (95%),
13 bagian aseton, 40 bagian gliserol, dan 9 bagian propilenglikol, larut dalam alkali
hidroksida. (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979)
Acetaminophen (Parasetamol) adalah salah satu obat penting yang digunakan
dalam pengobatan nyeri ringan sampai sedang jika tidak diperlukan efek anti inflamasi.
Fenasetin, suatu produg yang dimetabolisme menjadi asetaminofen. Lebih toksik
daripada metabolit aktifnya dan tidak memiliki indikasi rasional (Katzung, 2014:732)
Acetaminophen diberikan secara oral. Penyerapan berkaitan dengan laju
penggolongan lambung, dan konsentrasi darah puncak biasanya tercapai dalam 30-60
menit. Asetaminophen sedikit terikat ke protein plasma dan mengalami metabolisme
persial oleh enzim-enzim mikrosom hati dan diubah menjadi asetamoniphen sulfat dan
glukoronida, yang secara farmakologis inaktif. Kurang dari 5% diekskresikan tanpa
berubah. Suatu metabolit minor, tetapi sangat reaktif (N-asetil-p-benzokuinon)
berperan penting dalam dosis besar karena bersifat toksik bagi hati dan ginjal dan
relatif tidak berpengaruh oleh fungsi ginjal. Pada dosis toksi atau penyakit hati, waktu
paruh mungkin meningkat dua kali atau lebih (Katzung, 2014,732).

3
2. Coffein

Struktur Coffein

Coffein berbentuk serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya


menggumpal, berwarna putih, rasa pahit dan tidak berbau. Coffein agak sukar larut
dalam air dan etanol (95%), mudah larut dalam kloroform, dan sukar larut dalam eter.
(Farmakope Indonesia Edisi III, 1979)
Kafein adalah stimulun SSP yang meningkatkan denyut jantung dan turut
berperan terhadap terjadinya takikardia supraventricular serta kondisi kurang tidur.
Kafein menyuplai kalori tidak bergizi sehingga menekan selera makan. Gejala putus
zat dapat meliputi nyeri kepala, gelisah dan iritabilitas.kafein menembus plasenta dan
takikardia janin terlihat setelah ibu mengonsumsinya dalam dosis besar. Waktu paruh
kafein meningkat 2-3 kali lipat selama masa hamil. Kafein telah terbukti
meningkatkan frekuensi gerakan pernapasan janin, walaupun bukan insiden.
(Constance,2009:65)
Kafein diserap dilambung dan usus, dalam beberapa menit mencapai aliran
darah serta beredar keseluruh tubuh. Seseorang akan merasa lebih waspada karena
alam perasaannya yang berubah. Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan
masalah. Kafein dapat merangsang hormon stress dan denyut jantung serta
meningkatkan tekanan darah. (Syamsun,2008:109)
Efek samping dari kafein adalah mirip dengan obat-obat yang menimbulkan
anoreksia, gugup, gelisah, tremor, kedutan, palpitasi, dan insomnia. Efek samping
lainnya adalah diuresis (bertambahnya buang air kecil), iritasi gastrointestinal (mual,
diare) dan kadang-kadang tinitus (berdenging pada telinga), kafein dalam jumlah yang
lebih dari 500 mg akan mempengaruhi SSP dan jantung. Kafein dosis tinggi dalam
kopi, coklat dan obat pelega gejala-gejala flu dapat menimbulkan ketergantungan
psikologis. Waktu paruh dari kafein adalah 3,5 jam, tetapi metabolismenya
diperlambat dan waktu paruhnya diperpanjang pada penyakit hati dan pada kehamilan.

4
Kafein merupakan kontraindikasi selama kehamilan karena efeknya pada janin
diketahui. (Joyce,1996:200)

5
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. ALAT
1. Spektrofotometer UV
2. Labu ukur 100 ml
3. Labu ukur 10 ml
4. Labu ukur 20 ml
5. Beaker Glass
6. Mikropipet
B. BAHAN
1. Baku paracetamol
2. Baku kafein
3. Bodrex tablet (20 tablet)
4. Aquadest
C. CARA KERJA
a. Pembuatan Baku Paracetamol
1. Menimbang baku paracetamol sebanyak 100 mg, masukkan kedalam labu ukur
100ml, menambahkan aquadest sampai setengah labu ukur kemudian diultrasonik.
Setelah itu tambahkan aquadest hingga tanda batas.
2. Memipet sebanyak 0,05 ml untuk konsentrasi 5 ppm larutan baku paracetamol
dengan mikropipet, masukkan kedalam labu ukur 10ml, kemudian tambahkan
aquadest hingga tanda batas. Baca spektrum.
3. Memipet sebanyak 0,1 ml untuk konsentrasi 10 ppm larutan baku paracetamol
dengan mikropipet, masukkan kedalam labu ukur 10 ml, kemudian tambahkan
aquadest hingga tanda batas. Baca spektrum.
4. Memipet sebanyak 0,3 ml untuk konsentrasi 15 ppm larutan baku paracetamol
dengan mikropipet, masukkan kedalam labu ukur 10 ml, kemudian tambahkan
aquadest hingga tanda batas. Baca spektrum.
b. Pembuatan Baku Coffein
1. Menimbang baku coffein sebanyak 100 mg, masukkan kedalam labu ukur 100 ml,
menambahkan aquadest sampai setengah labu ukur kemudian diultrasonik. Setelah
itu tambahkan aquadest hingga tanda batas.

6
2. Memipet sebanyak 0,05ml untuk konsentrasi 5 ppm larutan baku paracetamol
dengan mikropipet, masukkan kedalam labu ukur 10ml, kemudian tambahkan
aquadest hingga tanda batas. Baca spektrum.
3. Memipet sebanyak 0,1ml untuk konsentrasi 10 ppm larutan baku paracetamol
dengan mikropipet, masukkan kedalam labu ukur 10ml, kemudian tambahkan
aquadest hingga tanda batas. Baca spektrum.
4. Memipet sebanyak 0,3ml untuk konsentrasi 15 ppm larutan baku paracetamol
dengan mikropipet, masukkan kedalam labu ukur 10ml, kemudian tambahkan
aquadest hingga tanda batas. Baca spektrum.
c. Pembuatan Larutan Baku Sekunder Tablet Bodrex
1. Menimbang 20 tablet bodrex, kemudian catat hasilnya.
2. Menggerus tablet yang telah ditimbang.
3. Menimbang hasil gerusan tablet bodrex sebanyak 100mg (melakukan 3x
penimbangan). Memasukkan kedalam labu ukur 100 ml, tambahkan aquadest hingga
setengah labu ukur sebelum tanda batas, ultrasonik, cukupkan volumenya ad tanda
batas dengan aquadest, saring larutan.
4. Memipet sebanyak 0,1ml kemudian masukkan kedaalam labu ukur 10ml, adkan
dengan menggunakan aquadest, kemudian baca spektrumnya.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Perhitungan kesetaraan 100 mg paracetamol.
~ 𝑚𝑔
Berat serbuk tablet = x berat 20 tablet utuh
20 𝑡𝑎𝑏 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑏
~ 100 𝑚𝑔
Berat serbuk tablet = 20 𝑡𝑎𝑏 𝑥 600 𝑚𝑔 x 16,5305 g

Berat serbuk tablet = 0,1377g (137,7 mg)


2. Perhitungan kesetaraan coffein dari berat serbuk yang ditimbang
𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑓𝑓𝑒𝑖𝑛
Berat serbuk = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 20 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑢𝑡𝑢ℎ x 20 tablet x jumlah coffein per tablet
𝑥
137,7 mg = 16,5305 x 20 x 50 mg
16,5305 𝑥 137,7 𝑚𝑔
X= 20 𝑥 50 𝑚𝑔

X = 2,2762 mg

3. Spektrum Baku Paracetamol dan Coffein 3 konsentrasi

konsentrasi/c abs paracetamol abs coffein


no
"ppm" λ1 λ2 λ1 λ2
1 5 0,4303 0,0996 0,1234 0,4374
2 10 0,7253 0,1669 0,1995 0,7184
3 15 0,7271 0,1650 0,2245 0,7826

A=a.b.c

"a"
konsentrasi/c
no paracetamol "a" coffein
"ppm"
λ1 λ2 λ1 λ2
1 5 0,0860 0,0199 0,0246 0,0874
2 10 0,0725 0,0166 0,0199 0,0718
3 15 0,0484 0,011 0,0149 0,0521
rata - rata 0,0689 0,0158 0,0198 0,0704
a pct a pct a cof a cof
notasi λ1 λ2 λ1 λ2

8
Data Absorban Sediaan

absorban sampel
no. sediaan
λ1 λ2
1 0,7751 0,2233
2 - -
3 - -

Persamaan Untuk Kadar Paracetamol


A pct = a pct λ1 . 1 . C pct + a Cof λ1 . 1 . C Cof x a Cof λ2
A pct = a pct λ2 . 1 . C pct + a Cof λ2 . 1 . C Cof x a Cof λ1

Penetapan Kadar Pct Data 1


0,7751 = 0,0689 . 1 . C pct + 0,0198 . 1 . C Cof x
0,2233 = 0,0158 . 1 . C pct + 0,0704 . 1 . C Cof x
0,0545 = 0,0048 . C pct + 0,0013 . C Cof
0,00442 = 0,00031. C pct + 0,0013 . C Cof
0,05008 = 0,00449 . C Pct
0,5008
C Pct = 0,00449 = 11,1536 µg/ml

Mg pct dalam sediaan = c pct x faktor pengenceran

10 𝑚𝑙
= 11,1536 µg/ml x 100 ml x 0,1 𝑚𝑙

= 111,536 mg
111,536 mg
%kadar pct = x 100%
100 𝑚𝑔

= 111,536 %

Persamaan Untuk Kadar Coffein


A Cof = a Pct λ2 . 1 . C Pct + a Cof λ2 . 1 . C Cof
Persamaan Untuk Kadar Coffein Data 1
0,7751 = 0,0689 (11,1536) + 0,0198 . 1 . C Cof
C Cof = 0,3383 µg/ml
10 𝑚𝑙
Mg Cof dalam sediaan = 0,3383 x 100 ml x 0,1 𝑚𝑙

9
= 3383 µg ~ 3,383 mg
3,383 𝑚𝑔
%kadar cof = 2,2762 𝑚𝑔 x 100%

= 3,383 %

B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan penetapan kadar parasetamol dan coffein
dalam sampel tablet “Bodrex” secara Spektrofotometri Ultraviolet. Kadar larutan campuran
dua zat dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri tanpa harus dipisahkan lebih
dahulu. Kedua zat harus memiliki panjang gelombang maksimum yang tidak berimpit.
Absorpsi larutan sampel atau campurannya pada panjang gelombang pengukuran
merupakan jumlah absorpsi dari masing-masing zat tunggalnya.
Dilihat dari strukturnya, parasetamol dan kofein memiliki gugus kromofor dan
ausokrom sehingga dapat menyerap radiasi dan dapat dilakukan deteksi kandungan dengan
metode spektrofotometri (Levent M, 2002; Wulandari dkk, 2006).
Dari praktikum yang kami lakukan diperoleh persen kandungan rata – rata
parasetamol adalah 111,536% yang berarti melebihi syarat persen kadar pada FI yaitu tidak
kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%. Sedangkan persen kandungan rata – rata
coffein yang didapat sebesar 3,383% yang juga tidak sesuai dengan persyaratan kadar pada
FI yaitu tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%. Kandungan parasetamol pada
tablet Bodrex adalah 650 mg dan kandungan coffein 50 mg. Penyebab perbedaan nilai
kandungan yang dideteksi jauh dengan nilai kandungan sebenarnya, mungkin dapat
disebabkan karena beberapa kesalahan diantaranya ketidak telitian praktikan dalam
menimbang sampel, salah dan tidak teliti dalam pemipetan, atau kesalahan dalam
perhitungan.

10
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, maka dapat kami simpulkan sebagai
berikut:
1. Sampel yang digunakan ialah tablet Bodrex,yang memiliki komposisi 600 mg paracetamol
dan 50 mg coffein
2. Paracetamol memiliki spektrum ultraviolet pada 243 nm dan coffein pada 273 nm
3. %kadar Paracetamol 111,536% dan %kadar Kafein 3,383%
4. Hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori, syarat persen kadar pada Farmakope Indonesia
yaitu tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%
5. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam
melakukan penimbangan sampel, pengenceran dan pemipetan
6. Kadar PCT dalam sampel lebih besar daripada kadar Coffein sesuai dengan komposisi tablet
bodrex.

11

Anda mungkin juga menyukai