Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSAL

A. KONSEP DASAR ISOLASI SOSIAL


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari
interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi sosial adalah upaya pasien untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain
(Keliat,2011).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Deden dan Rusdi,2013,Hal.34 ).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan
saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negative atau
mengancam (Nanda-1,2012).
Jadi berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan, isolasi sosial adalah gangguan
yang terjadi pada pasien yang mengancam dirinya sehingga pasien berupaya untuk
mengehindari berinteraksi dengan orang lain.
2. Etiologi
Proses terjadinya Isolasi sosial pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi ( Stuart, 2001 ) yang meliputi stressor dari faktor predisposisi
dan presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit
atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
2) Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan
pengalaman negatif pasien terhadap gambaran diri, ketidakjelasan atau
berlebihnya peran yang dimiliki, kegagalan dalam mencapai harapan
atau cita-cita, krisis identitas dan kurangnya penghargaan baik dari diri
sendiri maupun lingkungan, yang dapat menyebabkan gangguan dalam
berinteraksi dengan orang lain, yang akhirnya menjadi masalah isolasi
sosial.
3) Faktor Sosial Budaya
Pasien dengan isolasi sosialumumnya berasal dari tingkat sosial
ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada usia
perkembangan anak, tingkat pendidikan rendah dan kegagalan dalam
hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri).
4) Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi penting
dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap
bermusuhan/hostilitas, sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-
jelekkan anak, selalu mengkritik, menyalahkan, dan anak tidak diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, kurang kehangatan,
kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaraan anak, hubungan
yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi
kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan
secara terbuka dengan musyawarah, ekspresi emosi yang tinggi,
double bind, dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan
yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat.

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan isolasi sosial adalahriwayat
penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, kekerasan dalam
keluarga, kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau
tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien,
konflik antar masyarakat.
3. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung dengan data
hasil observasi ( Arpenito L, 2001 ).
a. Data Subjektif
Sukar didapati jika pasien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah
menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
b. Data Objektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2) Menghindari orang lain (menyendiri), pasien tampak memisahkan diri dari
orang lain, misalnya pada saat makan.
3) Komunikasi kurang/tidak ada. pasien tidak mampu bercakap-cakap dengan
pasien lain/perawat.
4) Tidak ada kontak mata, pasien lebih sering menunduk.
5) Berdiam diri di kamar/tempat terpisah. Pasien kurang mobilitasnya.
6) Menolak berhubungan dengan orang lain. Pasien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
7) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8) Rendah diri
4. Rentang Respon Sosial

Respon adaptif Respon maladaptif

Solitut Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narkisme

Saling ketergantungan

Gambar.1.1 Rentang respon sosial, (Stuart and Sundeen, 2001).

a. Rentang Respon yang adaptif


1) Menyendiri (solitude) adalah: respon yang di butuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah di lakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya, solitude umumnya di
lakukan setelah melakukan kegiatan.
2) Otonomi merupakan: kemampuan individu utuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran perasaan dalam hubungan sosialnya.
3) Bekerjasama merupakan: suatu kondisi dalam hubungan sosial interpersonal
dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4) Saling tergantung merupakan: kondisi saling tergantung antara individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
b. Rentang respon yang Maladaptif
1) Menarik diri merupakan: suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orag lain.
2) Ketergantungan merupakan: sifat di mana seseorang cenderung lebihbergantung
kepada orang lain.
3) Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu
menganggap orang lain sebagai objek, individu tersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
4) Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang
lain.
5) Independen merupakan: sifat dimana seseorang cenderung mengerjakan sendiri
tanpa bergantung dengan orang lain.
5. Mekanisme / Patofisiologi
Menurut Stuart and Sundeen (1998). Salah satu gangguan berhubungan sosial
diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan
tidak berharga, yang bias dialami pasien dengan latar belakang yang penuh dengan
permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangan
hubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur,
mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan
dan kebersihan diri.
Pasien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta
tingkah laku primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang
tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi(Ernawati
Dalami dkk,,2009,Hal.10).
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan
maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah ( Dalami, E. 2009 ):

1) Psikofarmakologi
Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat. Obat yang
digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka = psikoterapika
= phrenotropika. Terapi gangguan jiwa dengan menggunakan obat-obatan
disebut dengan psikofarmakoterapi = medikasi psikoterapi yaitu obat yang
mempunyai efek terapeeutik langsung pada proses mental penderita karena
kerjanya pada otak/ system saraf pusat. Obat yang bekerjanya secara efektif
pada SSP dan mempunyai efek utama terhadap aktifitas mental, serta
mempunyai efek utama terhadp aktivitas mental dan perilaku, digunakan
untuk terapi gangguan psikiatri.Psikofarmakakologi yang lazim digunakan
pada gejala isolasi sosial adalah obat-obatan antipsikosis seperti:
a) Chlorpromazine
b) Haloperidol
c) Triflourperazine
2) Therapy
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode
yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus
tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik
dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan
terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.

b. Psikoterapi

Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian


penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien
untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah,
sopan dan jujur kepada klien.

c. Terapi Okupasi

Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam


melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud
untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
(Keliat, 2011 : hal.1). Terapi TAK membantu anggotanya berhubungan
dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif.
(Keliat, 2011: hal.3). Biasanya terapi TAK yang digunakan untuk pasien
dengan isolasi sosial adalah TAK Sosialisasi dimana pasien dibantu untuk
melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar pasien. Sosialisasi
dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa.
(Keliat, 2011 : hal.14).
2) Pendidikan kesehatan
a) Jelaskan kepada pasien cara mengungkapkan perasaan pasien selain
kata-kata seperti menulis, menangis, menggambar, berolahraga atau
bermain musik.
b) Bicarakan dengan pasien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
c) Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan
dengan pasien.
d) Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan pasien dalam kegiatan
di masyarakat.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor , sumberkoping yang dimiliki pasien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi:

a. Identitas pasien. Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status


perkawinan, agama, tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian , No Rumah
Klien dan alamat pasien
b. Keluhan utama/ Alasan MRS
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orag lain), komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang
lain, tidak melakukan kegiatan sehari - hari, dependen
b. Faktor predisposisi. Meliputi Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua
,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan
dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba
misalnya harus dioperasi , kecelakaan, dicerai suami , putus sekolah ,PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , dituduh kkn,
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai pasien/
perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
c. Aspek Fisik / Biologis
Meliputi hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien
d. Aspek Psikososial meliputi :
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2. Konsep diri:
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi.Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang
tubuh.Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.

b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya: mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat ,
mencederai diri, dan kurang percaya diri. Pasien mempunyai gangguan
/ hambatan dalam melakukan hubunga social dengan orang lain
terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
f) Status Mental
Kontak mata pasien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , pasien suka menyendiri dan
kurang mampu berhubungan dengan perawat.
g) Mekanisme Koping
Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan
nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik
diri).
h) Aspek Medik
Terapi yang diterima pasien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okupasional, TAK , dan rehabilitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial
b. Harga diri rendah
c. Defisit perawatan diri

Pohon Masalah
Deficit perawatan diri
(Effect )

Isolasi sosial
(Core problem )

Harga Diri Rendah


(causa)

3. Intervensi Keperawatan
Terlampir
Masalah keperawatan Tindakan keperawatan untuk pasien

Isolasi sosial Pasien

SP I

1. Membina hubungan saling percaya


2. Membantu pasien mengenal penyebab Isolasi Sosial
3. Membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan
SP II

1. Memvalidasi jadwal dan latihan sebelumnya


2. Mengajarkan pasien brinteraksi secara bertahap
3. Membimbung dalam memasukkan jadwal kegiatan
SP III

1. Memvalidasi jadwal dan latihan sebelumnya


2. Mengajarkan pasien brinteraksi secara bertahap
3. Membimbung dalam memasukkan jadwal kegiatan

4. Implementasi

Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana


keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat
dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif.
Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini
terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang biasa adalah rencana tidak
tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat
membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi
aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka
tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan
keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua
tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien (Keliat, 2011).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang
dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil yang
dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan perilakunya
dengan kepribadian yang sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Anna Budi Keliat, SKp. (2011). Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Anonim. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Isolasi Sosial. Diakses pada tanggal 24 Juli
2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-Pasien-
dengan-isolasi-sosial/
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta:
Salemba Medika.
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.
Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta : fajar
Interpratama.

Anda mungkin juga menyukai