Laporan Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu proses dari tahapan
penyelesaian pekerjaan Pembangunan Sistem Pendistribusian Air Minum (SPAM) Kec.
Kelumpang Utara, yang disusun berdasarkan kerjasama antara Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kotabaru dan Konsultan Perencana yaitu CV. Jasa Sentra Mandiri.
Secara umum laporan Akhir ini berisi lingkup dan rencana kerja dalam penyusunan,
yaitu meliputi tentang :
• Pendahuluan
• Gambaran Wilayah Studi
• Pendekatan dan Metodelogi
• Analisa Kebutuhan Air
• Rencana Pengembangan
Atas semua saran, koreksi dan kritik membangun yang telah diberikan dalam proses
penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih. Semoga buku laporan ini dapat berguna
bagi pengelolaan pembangunan di Kabupaten Kotabaru pada umumnya dan pengembangan
prasarana air bersih di Kecamatan Kelumpang Utara pada khususnya.
i
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG ......................................................................................................... I-1
1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN .............................................................................. I-2
1.2.1. Maksud Dan Tujuan .......................................................................................... I-2
1.2.2. Sasaran.............................................................................................................. I-3
1.3. LINGKUP PEKERJAAN, LINGKUP KEGIATAN, LOKASI KEGIATAN, DATA DAN
FASILITAS PENUNJANG ................................................................................................ I-3
1.3.1. Lingkup Pekerjaan ............................................................................................ I-3
1.3.2. Lingkup Kegiatan.............................................................................................. I-3
1.4. LOKASI KEGIATAN......................................................................................................... I-4
1.5. DATA & FASILITAS PENUNJANG .................................................................................. I-4
1.6. KELUARAN..................................................................................................................... I-4
1.6.1. Sistematika Laporan Secara Umum ................................................................ I-4
1.6.2. Sistematika Laporan Pendahuluan.................................................................. I-5
1.7. JADWAL PELAKSANAAN .............................................................................................. I-5
ii
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
iii
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
iv
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
Tabel 2.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2011 ................................................ II-2
Tabel 2.2. Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2011 .......................................................... II-5
Tabel 2.3. Kecepatan Angin Dan Penyinaran Matahari Tahun 2011 ................................ II-5
Tabel 2.4. Temperatur Udara Tahun 2011 ......................................................................... II-6
Tabel 2.5. Luas Wilayah, Banyaknya Desa/Kelurahan Jumlah Rumah Tangga dan
Penduduk Setiap Kecamatan Tahun 2011........................................................ II-7
Tabel 2.6. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio
Tahun 2011......................................................................................................... II-7
Tabel 2.7. Banyaknya Tempat Peribadatan Menurut Jenisnya di Setiap Kecamatan
Tahun 2011......................................................................................................... II-9
Tabel 2.8. Banyaknya Sarana Kesehatan Setiap Kecamatan Tahun 2011 ....................... II-10
Tabel 2.9. Banyaknya Sekolah Menurut Kecamatan Tahun 2011 .................................... II-11
Tabel 2.10. Luas Wilayah Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2011 ................................ II-12
Tabel 2.11. Jumlah Penduduk Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2011........................ II-12
Tabel 2.12. Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Kotabaru Tahun 2011 ...................... II-15
Tabel 2.13. Banyaknya Sekolah Negeri,Kelas,Murid dan Guru Tahun 2011 ...................... II-15
Tabel 2.14. Banyaknya Fasilitas Peribadatan Kecamatan Kelumpang Utara
Tahun 2011......................................................................................................... II-16
Tabel 2.15. Banyaknya Sarana Kesehatan Kecamatan Kelumpang Utara
Tahun 2011......................................................................................................... II-16
Tabel 2.16. Luas Tanam, Rusak, Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi
Tahun 2011......................................................................................................... II-17
v
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
vi
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
vii
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
Salah satu target pengembangan air minum yang ingin dicapai adalah penduduk yang
tidak memiliki akses pada air minum yang aman dan fasilitas sanitasi yang layak. Peningkatan
akses air minum tersebut akan berdampak positif kepada sendi-sendi kehidupan yang lainnya.
Sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kehidupan pada suatu daerah tertentu.
Berdasarkan dokumen National Action Plan bidang Air Bersih, akses penduduk
terhadap air minum sehat di tahun 2003 mencapai 77,6% yang terdiri dari 17% pengguna air
ledeng/perpipaan dan 60,6% pengguna air non perpipaan yang terlindungi. Masih terdapat
22,3% dari rumah tangga Indonesia yang tidak memiliki akses tersebut.
Kecukupan dan berkelanjutan air minum yang berkualitas telah menjadi perhatian
serius Pemerintah Indonesia terutama dalam hal mendorong penyediaan air minum secara
kawasan daerah kota/kabupaten. Pemerintah telah mengeluarkan suatu landasan norma yaitu
PP no 16/2005 yang mengatur tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum sehingga
program-program pengadaan dan pelayanan air minum mudah terjangkau dan lebih terarah.
Secara mendasar, Ketersediaan air minum di Kecamatan Kelumpang Utara Kabupaten
Kotabaru sangat terbatas dan belum menjangkau seluruh kawasan permukiman penduduk.
Kemampuan PDAM Kabupaten Kotabaru saat ini belum sepenuhnya melayani kabutuhan
masyarakat di Kabupaten Kotabaru. Hal ini sangat perlu ditingkatkan lagi kemampuan
pelayanannya agar kebutuhan dasar masyarakat akan air minum dapat tercapai. Selain itu
kendala utama dalam pelayanan air minum di Kecamatan Kelumpang Utara Kabupaten
Kotabaru adalah keterbatasan unit pengolahan air minum dalam memproduksi air secara
sehat, sehingga membutuhkan unit-unit pengolahan air untuk mengolah air baku.
Untuk mencapai keberhasilan pencapaian target masyarakat yang sehat dan sejahtera,
PENDAHULUAN I-1
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
salah satunya ditentukan oleh tersedianya air minum yang layak dan higienis. Oleh sebab itu
diperlukan suatu program-program yang berorientasi pada ketersediaan air minum untuk
mendukung kondisi sanitasi lingkungan yang layak dan sehat. Menghadapi berbagai kendala
terutama perluasan jangkauan pelayanan air minum, maka dengan adanya jasa konsultasi
perencanaan pengadaan & pemasangan pipa distribusi Kecamatan Kelumpang Utara
Kabupaten Kotabaru diperlukan kesiapan manajemen untuk pengembangan penyediaan air
minum melalui pengelolaan kelembagaan, pengelolaan keuangan, pengelolaan teknis produksi
dan pendistribusian serta pengawasan operasional perusahaan secara baik.
Dalam Pembangunan Sistem Pendistribusian Air Minum (SPAM) Kec. Kelumpang Utara
Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru ini perlu menegaskan tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai berdasarkan fakta dan data kondisi Sistem Air Minum di wilayah kerja
Kecamatan Kelumpang Utara, Kabupaten Kotabaru. Perlu dibandingkan antara kebutuhan
(demand) dan penyediaan (supply) prasarana dan sarana air minum untuk mengetahui berapa
besarnya perbedaan yang ada serta peninjauan aspek pengembangan melalui kemampuan
anggaran biaya yang tersedia.
Pertimbangan-pertimbangan prioritas hasil evaluasi kondisi Sistem Air Minum
Kecamatan Kelumpang Utara Kabupaten Kotabaru, klasifikasi tanggung jawab dan faktor
pendukung akan dijadikan sebagai dasar dalam Pembangunan Sistem Pendistribusian Air
Minum (SPAM) Kec. Kelumpang Utara dengan segala keterbatasan pembiayaan dan kapasitas
sumber daya.
Maksud dan tujuan dari kegiatan Pembangunan Sistem Pendistribusian Air Minum
(SPAM) Kec. Kelumpang Utara adalah adalah sebagai berikut :
PENDAHULUAN I-2
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
Hasil Pembangunan Sistem Pendistribusian Air Minum (SPAM) Kec. Kelumpang Utara
ini akan digunakan sebagi acuan bagi pelaksanaan pembangunan konstruksi nantinya.
1.2.2. SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini adalah :
a. Sasaran Fungsional adalah tersedianya atau tercapainya proses DED SPAM Kecamatan
Kelumpang Utara Kabupaten Kotabaru.
b. Sasaran Operasional adalah terlaksananya kegiatan sesuai dengan pekerjaan yang tertuang
dalam Daftar Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (APBD-P) Dinas Cipta
Karya, Permukiman dan Perumahan Kabupaten Kotabaru Tahun Anggaran 2013.
c. Sasaran Lokasi adalah Kecamatan Kelumpang Utara di Kabupaten Kotabaru.
PENDAHULUAN I-3
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
B. Mengadakan pembahasan dan koordinasi dengan pemberi tugas, serta menyusun laporan
kegiatan.
1.4. LOKASI KEGIATAN
2. Data Sekunder
Merupakan data yang tidak diperoleh langsung dari obyeknya, melainkan diperoleh dari
sumber lain berupa data, keterangan, catatan, hasil penelitian dan hasil laporan, buku dan
data-data yang terkait dengan obyek, termasuk data yang diperoleh dari dinas atau instansi
terkait. Data sekunder meliputi data teknis, data lingkungan, dan data lahan yang dijadikan
perencanaan, data penelitian kualitas sumber air baku, peta yang diperlukan (wilayah,
topografi, dan hidrologi), peraturan-peraturan pendukung dalam pengukuran kinerja DED
Jaringan Air bersih serta data kependudukan (kepadatan, penyebaran, dan pertumbuhan
penduduk).
1.6. KELUARAN
Dalam pelaksanaan kegiatan ini akan dihasilkan keluaran, yang terdiri dari:
1.6.1. Sistematika Laporan Secara Umum
1) Laporan Pendahuluan
Memuat rancana kerja, penajaman metodologi pelaksanaan pekerjaan, serta analisa
awal tentang kondisi wilayah studi dan sistem perencanaan air minum yang ada untuk
dikembangkan dalam pekerjaan ini.
PENDAHULUAN I-4
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
PENDAHULUAN I-5
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
PENDAHULUAN I-6
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
Contents
1.1. LATAR BELAKANG .................................................................................................................1
1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN .......................................................................................2
1.2.1. MAKSUD DAN TUJUAN .....................................................................................................2
1.2.2. SASARAN ........................................................................................................................3
1.3. LINGKUP PEKERJAAN, LINGKUP KEGIATAN, LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS
PENUNJANG .......................................................................................................................................3
1.3.1. LINGKUP PEKERJAAN ........................................................................................................3
1.3.2. LINGKUP KEGIATAN.......................................................................................................3
1.4. LOKASI KEGIATAN .............................................................................................................4
1.5. DATA & FASILITAS PENUNJANG .......................................................................................4
1.6. KELUARAN..........................................................................................................................4
1.6.1. Sistematika Laporan Secara Umum .................................................................................4
1.6.2. Sistematika Laporan Pendahuluan...............................................................................5
1.7. JADWAL PELAKSANAAN ...................................................................................................6
PENDAHULUAN I-7
LAPORAN AKHIR
PEMBANGUNAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN
AIR MINUM (SPAM) KEC. KELUMPANG UTARA
Kondisi alam di kabupaten Kotabaru sangat bervariasi, terdiri dari perpaduan tanah
pegunungan dan daerah pantai (genangan) serta daerah daratan dengan daerah perairan yang
dipenuhi pulau-pulau kecil. Kabupaten Kotabaru yang memiliki wilayah seluas 9.422,46 km2
merupakan kabupaten terluas di propinsi Kalimantan Selatan dengan luas lebih dari
seperempat (25,11%) dari luas wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten ini terbagi
menjadi 20 kecamatan dengan 197 desa dan 4 kelurahan.
Kecamatan Hampang merupakan kecamatan yang terluas dengan luas wilayah 17,88%
dari luas kabupaten Kotabaru, sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah
kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya hanya 0,05% dari luas wilayah Kotabaru. Untuk lebih
jelanya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
Kabupaten Kotabaru memiliki ibukota kabupaten yang terletak di kecamatan Pulau Laut
Utara. Kabupaten ini terdiri dari 20 kecamatan dengan 197 desa dan 4 kelurahan. Kelurahan
tersebut meliputi kelurahan Kotabaru Tengah, Kotabaru Hulu, Kotabaru Hilir, dan Baharu
Selatan yang keseluruhannya juga terdapat di kecamatan Pulau Laut Utara. Di tahun 2008,
kabupaten Kotabaru hanya terdiri dari 191 desa dan 4 kelurahan. Jumlah desa terbanyak
berada di kecamatan Pulau Laut Utara dan Pulau Laut Barat (masing-masing 21 desa),
sedangkan kecamatan Pulau Sembilan terbagi atas 5 desa yang merupakan kecamatan dengan
jumlah desa terkecil.
2.1.1. IKLIM
Tinggi rendahnya suatu tempat dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai
mempengaruhi suhu udara di suatu tempat. Dari hasil pengamatan Stasiun Meteorologi
Stagen, suhu rata-rata di Kotabaru dan sekitarnya berkisar antara 25,70C sampai dengan
29,40C. Suhu udara tertinggi terjadi pada Mei yaitu 33,8ºC. Sedangkan suhu udara terendah
terjadi pada Januari yaitu 18,80C. Kelembaban udara dan kecepatan di Kabupaten Kotabaru
selama tahun 2010 sebesar 77% sampai dengan 99%. Curah hujan di suatu daerah dipengaruhi
oleh iklim, topografi, dan perputaran arus udara. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Kotabaru
selama 2011 tercatat berkisar dari 1,3-18,1 mm. Jumla hari hujan terlama terjadi pada Maret
yaitu selama 28 hari, sedangkan jumlah hari hujan terpendek terjadi pada bulan Agustus yaitu
selama 8 hari.
Tabel 2.2. Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2011
Curah Hujan (mm)
No Bulan Hari Hujan
Maksimum Minimum Rata-Rata
1 Januari 101,1 0 18,1 23
2 Februari 37,3 0 6,2 23
3 Maret 31,5 0 8,2 28
4 April 66,4 0 10,8 27
5 Mei 17,3 0 3,9 24
6 Juni 18,1 0 3,8 14
7 Juli 103,2 0 14,5 13
8 Agustus 4,9 0 1,3 8
9 September 71,4 0 10,1 18
10 Oktober 52,5 0 9,1 24
11 Nopember 24,4 0 5,1 21
12 Desember 29,0 0 8,4 23
Sumber: Kabupaten Kotabaru Dalam Angka 2012
2.1.2. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk kabupaten Kotabaru hasil Proyeksi Penduduk 2011 adalah 296.987
jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 78.792 rumahtangga yang tersebar di 201
desa/kelurahan dengan rata-rata banyaknya anggota rumah tangga 4 orang. Jumlah penduduk
terbesar masih berada di kecamatan Pulau Laut Utara dengan 81.517 jiwa. Jumlah penduduk
terkecil berada di kecamatan Kelumpang Utara yang hanya tercatat sebesar 5.424 jiwa. Jumlah
penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan
penyebaran penduduk. Selama ini sebagian besar penduduk kabupaten Kotabaru masih
terpusat di kecamatan Pulau Laut Utara. Sekitar 27,45 persen penduduk tinggal di kecamatan
tersebut. Ironisnya, kecamatan Hampang yang memiliki luas sekitar 17,88 persen dari luas total
kabupaten Kotabaru hanya dihuni sekitar 3,5 persen penduduk.
Besarnya jumlah penduduk di kecamatan Pulau Laut Utara menyebabkan kepadatan
penduduk kecamatan tersebut menjadi sangat tinggi yaitu 512 penduduk per km2. Disisi lain,
kepadatan penduduk kecamatan Hampang sebagai kecamatan dengan wilayah terluas hanya
sebesar 6 penduduk per km2. Rasio jenis kelamin penduduk Kotabaru sudah diatas 100. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di kabupaten Kotabaru lebih banyak dari pada
jumlah penduduk perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.5 dan Tabel 2.6
berikut ini.
Tabel 2.5. Luas Wilayah, Banyaknya Desa/Kelurahan Jumlah Rumah Tangga dan
Penduduk Setiap Kecamatan Tahun 2011
Banyaknya
2
No Kecamatan Luas (km ) Rumah
Desa/Kel Penduduk
Tangga
1 P. Sembilan 4,76 5 1.297 5.782
2 P. Laut Barat 398,82 21 4.665 19.108
3 P. Laut Selatan 378,07 7 1.993 8.999
4 P. Laut Kepulauan 107,12 9 2.404 11.056
5 P. Laut Timur 642,81 14 3.741 13.098
6 P. Sebuku 225,5 8 2.056 7.382
7 P. Laut Utara 159,3 21 20.597 81.517
8 P. Laut Tengah 337,64 7 2.450 9.606
Kelumpang
9 279,66 9 2.753 9.404
Selatan
10 Kelumpang Hilir 281,2 9 5.825 20.563
11 Kelumpang Hulu 553,44 10 4.099 14.754
12 Kelumpang Barat 589,15 9 2.750 10.398
13 Hampang 1.684,64 7 3.073 10.645
14 Sungai Durian 1.042,38 13 3.660 12.790
Kelumpang
15 349,29 6 1.573 5.469
Tengah
16 Kelumpang Utara 279,45 7 1.489 5.424
17 Pamukan Selatan 391,87 11 3.554 13.185
18 Sampanahan 488,89 10 2.663 10.117
19 Pamukan Utara 638,63 13 5.545 18.498
20 Pamukan Barat 589,84 15 2.605 9.192
Kotabaru
Tahun 2011 201 78.792 296.987
Tahun 2010 9.422,46 201 77.167 290.143
Sumber : Kabupaten Kotabaru Dalam Angka 2012
Tabel 2.6. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2011
Jenis Kelamin Rasio Jenis
No Kecamatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah Kelamin
1 P. Sembilan 2.924 2.858 5.782 102,31
2 P. Laut Barat 9.715 9.393 19.108 103,43
3 P. Laut Selatan 4.604 4.395 8.999 104,76
Tabel 2.7. Banyaknya Tempat Peribadatan Menurut Jenisnya di Setiap Kecamatan Tahun
2011
Langgar/ Gereja Gereja
No Kecamatan Masjid
Mushola Katolik Protestan
1 P. Sembilan 7 14 - -
2 P. Laut Barat 28 26 - -
3 P. Laut Selatan 10 18 - -
4 P. Laut Kepulauan 8 5 - -
5 P. Laut Timur 26 9 - -
6 P. Sebuku 12 13 - -
7 P. Laut Utara 26 85 1 3
8 P. Laut Tengah 11 11 - -
9 Kelumpang Selatan 12 63 - -
10 Kelumpang Hilir 12 15 - -
11 Kelumpang Hulu 8 5 - 3
12 Kelumpang Barat 4 4 - -
13 Hampang 8 4 1 3
14 Sungai Durian 12 8 10 7
15 Kelumpang Tengah 15 29 - -
16 Kelumpang Utara 10 9 - -
17 Pamukan Selatan 21 10 1 -
18 Sampanahan 11 15 - -
19 Pamukan Utara 25 4 1 1
20 Pamukan Barat 12 3 - 4
Jumlah 278 350 14 24
Sumber : Kabupaten Kotabaru Dalam Angka 2012
Kotabaru antara lain 19 Raudatul Athfal/Bustanul Athfal, 7 MI, 13 MTs dan 2 MA. Distribusi
fasilitas pendidikan di Kabupaten Kotabaru dapat dilihat pada Tabel 2.9 berikut ini.
1 P. Sembilan 5 1 1 - - - -
2 P. Laut Barat 18 4 1 1 - 3 -
3 P. Laut Selatan 9 2 1 - 1 1 -
4 P. Laut Kepulauan 9 2 1 - - 2 -
5 P. Laut Timur 17 3 1 - - - -
6 P. Sebuku 7 2 2 - - - -
7 P. Laut Utara 39 5 5 2 6 3 2
8 P. Laut Tengah 11 8 1 - - - -
9 Kelumpang Selatan 10 3 1 - - - -
10 Kelumpang Hilir 16 3 2 1 - 1 -
11 Kelumpang Hulu 15 3 2 - - 1 -
12 Hampang 12 2 11 - - - -
13 Sungai Durian 8 3 - 1 - - -
14 Kelumpang Tengah 14 4 1 - - - -
15 Kelumpang Barat 6 1 1 - - - -
16 Kelumpang Utara 7 2 1 - - - -
17 Pamukan Selatan 15 3 1 - - - -
18 Sampanahan 9 2 2 - - 2 -
19 Pamukan Utara 18 3 2 - - - -
20 Pamukan Barat 5 1 1 - - - -
Jumlah 249 59 28 5 7 13 2
Sumber : Kabupaten Kotabaru Dalam Angka 2012
Kecamatan Kelumpang Utara merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terletak di
Kabupaten Kotabaru. Letak Geografis Kecamatan Kelumpang Utara adalah pada koordinat
2°42’16” - 3°06’08” Lintang Selatan dan 115°50’11” - 116°06’76” Bujur Timur. Sedangkan batas-
batas wilayah administrasi dari Kecamatan Kelumpang Utara adalah sebagai berikut :
Utara : Kecamatan Pamukan Selatan
Timur : Selat Makasar
Selatan : Kecamatan Pamukan Tengah
Barat : Kecamatan Kelumpang Utara
Luas wilayah Kecamatan Kelumpang Utara adalah 375 km2 dengan ibukota Pudi dan
memiliki 7 desa. Jumlah penduduk Kecamatan Kelumpang Utara tahun 2011 dapat dilihat pada
Tabel dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,445%, sedangkan tingkat pertumbuhan di
Kabupaten Kotabaru adalah 0,94%. Jumlah penduduk Kecamatan Kelumpang Utara pada
Tahun 2011 adalah 5.299 jiwa dengan luas wilayah kecamatan adalah 375 km2
perbukitan landai, dimana daerah ini merupakan zona antara daerah bertopografi
perbukitan dan bertopografi daratan yang berincikan bentuk daerah dengan kelandaian
berkisar antara 5° kearah barat - barat laut.
2) Geologi, Jenis dan Tekstur Tanah
• Geologi
Jenis batuan yang terdapat di Kecamatan Kelumpang Utara meliputi kuarter (89.013
Ha) misozoikum, neopleosin, meosin, batuan baku dalam dalam dan peleogen. Selain
itu kabupaten Kotabaru juga memiliki beberapa jenis tanah yaitu podsolik, alluvial
orgonosol, latosol. Jenis-jenis tanah tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda,
misalnya tanah alluvial dan orgonosal geeitumus merupakan jenis tanah dengan
tingkat kesuburan yang tinggi dan sangat potensial untuk pertanian dan sisanya
memiliki tingkat kesuburan.
• Jenis Tanah
Kecamatan Kelumpang Utara terdapat dua jenis tanah yang dominan, yaitu Aluvial
sebesar 59,46 % dan pada wilayah ini hampir sebagian besar telah dimanfaatkan untuk
budidaya. Selebihnya sekitar 40,54 % merupakan jenis Organosol Glei Humus yang
sebagian merupakan daerah yang tergenang terus menerus.
• Karakteristik Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan dikabupaten Kotabaru dibedakan menjadi lahan untuk kampung/
pemukiman, pertambangan, lahan sawah, tanah kering/tegalan, kebun campuran,
perkebunan, hutan serta padang/semak/belukar/alang-alang. Di Kabupaten Kotabaru
penggunaan lahan diatas seluruhnya mencapai 943.746 Ha pada tahun 2002. Lahan
yang digunakan sebagai lahan hutan tercatat paling luas yaitu sekitar 645.767 Ha.
Urutan paling luas berikutnya digunakan untuk padang/ semak/ belukar/ alang-alang
yang mencapai 103.204 Ha. Penggunaan lahan paling kecil adalah sekitar 1.314 Ha yang
digunakan sebagai daerah pertambangan.
• Tekstur Tanah
Tekstur tanah, keadaan kasar dan halusnya tanah yang ditentukan berdasarkan fraksi
pasir, debu dan tanah liat yang terbentuk oleh pelapukan secara organis, mekanis dan
kimiawi. Tekstur halus, di Kabupaten Kotabaru untuk tekstur halus seluas 2678,983
km2 atau 89 %. Untuk jenis tekstur ini pada umumnya mempunyai kandungan unsur
hara yang cukup tinggi. Tekstur sedang, di Kabupaten Kotabaru untuk tekstur sedang
seluas 331,384 km2 atau 10,39 %. Tekstur kasar, di Kabupaten Kotabaru untuk tekstur
tersebut seluas 6,593 km2 atau 0,22 %. Tekstur tanah yang baik bagi kehidupan
tanaman adalah tekstur sedang karena pada tekstur ini tanaman dengan mudah
memenuhi kebutuhan air dan udara. Sedangkan tekstur halus pada umumnya
mempunyai kandungan hara yang cukup tinggi karena mudah mengikat unsur hara.
Tekstur tanah di Kecamatan Kelumpang Utara sebanyak 89,39 % bertekstur halus dan
hampir menyebar di seluruh kelurahan/desa.
3) Hidrologi
Di Kabupaten Kotabaru ini terdapat 10 (sepuluh) buah sungai yang mengalir sepanjang
tahun. Adapun besar atau kecilnya debit air sungai sangat variatif . dari sungai sungai
yang ada sebagianya telah di gunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari - hari.
Meskipun demikian, di lihat dari segi hidrologinya terdapat beberapa daerah yang sulit
mendapatan air, baik yang berasal dari air permukaan (sungai), maupun mata air. Karena
pada umumnya daerah ini berada di dataran tinggi dan landai.
Selain itu pengaruh utama terhadap hidrologi di kabupaten ini adalah pengalihan
aliran air sungai yang cukup luas ke daerah irigasi yang berdekatan. Kebanyakan sungai-
sungai yang penting memiliki pintu pengalihan untuk irigasi. Hal ini sudah biasa terjadi
bahkan dimusim hujan sekalipun. Sehingga didalam perencanaan tata ruang yang perlu
dipertimbangkan adalah pelestarian dan peningkatan kapasitas sumber-sumber air serta
pengaturan tata guna air baik bagi kepentingan irigasi, penggelontoran, maupun suplay
bahan baku air bersih. Untuk wilayah perkotaan dan sekitarnya yang kondisi topografinya
relatif datar dan dilalui oleh sungai dapat memanfaatkan air sungai sebagai air baku air
bersihnya guna memenuhi kebutuhan air masyarakatnya.
4) Iklim
Tinggi rendahnya suatu tempat dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai
mempengaruhi suhu udara di suatu tempat. Dari hasil pengamatan Stasiun Meteorologi
Stagen, suhu rata-rata di Kotabaru dan sekitarnya berkisar antara 25,40C sampai dengan
29,40C. Suhu udara tertinggi terjadi pada Mei yaitu 33,80C. Sedangkan suhu udara
terendah terjadi pada Januari yaitu 18,80C. Curah hujan di suatu daerah dipengaruhi oleh
iklim, topografi, dan perputaran arus udara. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Kotabaru
selama 2011 tercatat berkisar dari 1,3-18,1 mm. Jumlah hari hujan terlama terjadi pada Maret
yaitu selama 28 hari, kotabaru mengalami jumlah hari hujan terpendek yaitu selama 8 hari
pada bulan Agustus.
Tabel 2.12. Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Kotabaru Tahun 2011
Curah Hujan Hari Hujan
Bulan
(mm) (hari)
Januari 417,2 23
Februari 142,6 23
Maret 228,8 28
April 292,0 27
Mei 93,5 24
Juni 52,6 14
Juli 189,1 13
Agustus 10,3 8
September 181,8 18
Oktober 218,9 24
Nopember 106,2 21
Desember 176,2 23
Sumber: Kabupaten Kotabaru Dalam Angka Tahun 2012
2) Fasilitas Peribadatan
Ketersediaan fasilitas peribadatan sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk pemeluk
suatu agama. Masyarakat di Kecamatan Kelumpang Utara mayoritas memeluk agama
Islam, maka fasilitas peribadatan yang ada didominasi oleh Masjid dan Langgar. Dari data
Kecamatan Kelumpang Utara dalam angka diketahui jumlah masjid yang ada sebanyak 10
unit dan langgar sebanyak 9 unit.
Tabel 2.14. Banyaknya Fasilitas Peribadatan Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2011
No Tempat Ibadah Jumlah
1 Masjid 10
2 Langgar 9
3 Mushola 0
4 Klenteng 0
5 Gereja Katolik 0
6 Gereja Protestan 0
7 Pura 0
8 Vihara 0
Jumlah 19
Sumber: Kecamatan Kelumpang Utara Dalam Angka Tahun 2012
3) Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang tersedia di wilayah ini berupa puskesmas dan puskesmas
pembantu. Untuk lebih lengkapnya mengenai jumlah fasilitas kesehatan di Kecamatan
Kelumpang Utara dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.15. Banyaknya Sarana Kesehatan Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2011
1 Puskesmas 1
2 Puskesmas Pembantu 1
3 Balai Pengobatan Swasta
4 BKIA
Sumber: Kecamatan Kelumpang Utara Dalam Angka2012
4) Fasilitas Pertanian
Luas Tanam pada sektor pertanian di Kecamatan Kelumpang Utara sebaian besar adalah
padi dan padi sawah sebesar 1450 ha dan 1849 ha. Untuk rata – rata produksi yang
dominan adalah ubi kayu 145,75 kw/ha, ubi jalar 105,85 kw/ha dan jagung 55,27 kw/ha.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.16. Luas Tanam, Rusak, Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Tahun 2011
Jenis Tanaman Tanam (Ha) Rusak Panen Produksi (Ton) Rata-rata Produksi
(Ha) (Ha) (kw/ha)
Padi 1450 0 1447 6627 45,80
Padi Gogo 399 0 398 1128 28,34
Padi 1849 0 1845 7755 55,27
Jagung 85 0 85 470 55,27
Ubi Kayu 32 0 31 425 145,75
Ubi Jalar 15 0 15 159 105,85
Kacang Tanah 50 0 24 25 10,23
Kedelai 24 0 24 25 10,23
Kacang Hijau 55 0 55 56 10,14
Sumber : Kecamatan Kelumpang Utara Dalam Angka 2012
5) Peternakan
Kecamatan Kelumpang Utara mempunyai bebrapa hasil peternakan, diantaranya sapi,
kerbau, kambing, dan beberapa ternak jenis unggas. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
tabel berikut ini.
Kuda 0
Sapi 195
Kerbau 418
Kambing 1.125
Domba 0
Babi 0
Ayam Ras 0
Ayam Buras 94.663
Itik 19.102
Sumber : Kecamatan Kelumpang Utara Dalam Angka 2012
6) Perikanan
Jenis Perikanan wilayah Kecamatan Kelumpang Utara adalah perikanan laut dan
perikanan darat, dengan jumlah 2.528,29 ton untuk perikanan laut dan 1.085,96 untuk
perikanan darat.
Tabel 2.18. Banyaknya Produksi Perikanan dan Nilai Produksi Tahun 2011
Jenis Perikanan Jumlah Nilai Produksi
(Ton) (000,0 Rp)
Perikanan Darat 1.085,96 8.692.344
Perikanan Laut 2.528,29 16.433.882
Sumber : Kecamatan Kelumpang Utara Dalam Angka 2012
Contents
2.1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KOTABARU ................................................................... 1
Tabel 2.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2011............................................................. 2
Peta 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru ...................................................................... 3
Peta 2.2. Peta Administrasi Kecamatan Kelumpang Utara ........................................................ 4
2.1.1. IKLIM...................................................................................................................................... 5
Tabel 2.2. Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2011 ................................................................... 5
Tabel 2.3. Kecepatan Angin Dan Penyinaran Matahari Tahun 2011 ......................................... 5
Tabel 2.4. Temperatur Udara Tahun 2011 ................................................................................. 6
2.1.2. KEPENDUDUKAN .............................................................................................................. 6
Tabel 2.5. Luas Wilayah, Banyaknya Desa/Kelurahan Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk
Setiap Kecamatan Tahun 2011 .......................................................................................................... 7
Tabel 2.6. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2011 ............. 7
2.1.3. KONDISI FASILITAS UMUM.............................................................................................. 8
2.1.3.1. Jumlah Fasilitas Peribadatan ........................................................................................... 8
Tabel 2.7. Banyaknya Tempat Peribadatan Menurut Jenisnya di Setiap Kecamatan Tahun
2011 9
2.1.3.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan .............................................................................................. 9
Tabel 2.8. Banyaknya Sarana Kesehatan Setiap Kecamatan Tahun 2011 .............................. 10
2.1.3.3. Jumlah Fasilitas Pendidikan ........................................................................................... 10
Tabel 2.9. anyaknya Sekolah Menurut Kecamatan Tahun 2011 ............................................. 11
2.2. GAMBARAN UMUM KECAMATAN KELUMPANG UTARA ................................................ 11
2.2.1. ADMINISTRASI, LETAK GEOGRAFIS DAN KEPENDUDUKAN........................................ 11
Tabel 2.10. Luas Wilayah Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2011 ...................................... 12
Tabel 2.11. Jumlah Penduduk Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2011.............................. 12
2.2.2. KEADAAN FISIK DASAR .................................................................................................. 12
Tabel 2.12. Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Kotabaru Tahun 2011 ............................ 15
2.2.3. KAREAKTIRISTIK FISIK BINAAN ..................................................................................... 15
Tabel 2.13. Banyaknya Sekolah Negeri,Kelas,Murid dan Guru Tahun 2011 ............................ 15
Tabel 2.14. Banyaknya Fasilitas Peribadatan Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2011 ...... 16
Tabel 2.15. Banyaknya Sarana Kesehatan Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2011 .......... 16
Tabel 2.16. Luas Tanam, Rusak, Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Tahun 2011 ......... 17
Tabel 2.17. Banyaknya Ternak Pada Tahun 2011 ...................................................................... 17
Tabel 2.18. Banyaknya Produksi Perikanan dan Nilai Produksi Tahun 2011 ........................... 18
Besarnya kapasitas sistem penyediaan air bersih yang diperlukan dihitung berdasarkan
data jumlah penduduk daerah pelayanan. Data jumlah penduduk dapat diperoleh dari instansi
terkait seperti BPS, Kecamatan, atau dari Monografi desa. Data yang diperlukan minimal 5
(lima) tahun terakhir dengan rata-rata perkembangan penduduk pertahun sesuai dengan yang
tercantum pada Kabupaten Dalam Angka dari Data Statistik.
Selain data penduduk daerah perencanaan, juga berdasarkan data rata-rata konsumsi
air bersih per orang per hari. Data ini diperoleh dari Laporan Teknis Bulanan PDAM atau lebih
akurat lagi dari Data Sambungan Meter air Langganan (DSML).
Dari kedua data tersebut selanjutnya dapat dihitung besarnya kebutuhan air bersih
untuk masyarakat daerah studi dan besarnya kapasitas sistem penyediaan air bersih yang
diperlukan sampai tahun proyeksi (dalam TOR ditentukan tahun proyeksi sampai 10 tahun
mendatang).
Raw Water Intake (Bangunan Pengambilan Air Baku) merupakan bangunan penyadap
air baku dari sumber air sungai. Bangunan ini di design sedemikian rupa sehingga dapat
menyadap air baku dengan debit sesuai kebutuhan air harian maksimum (Q maxday). Bentuk
atau tIpe dari bangunan penyadap ini disesuaikan dengan kondisi dan bentuk sungai.
Pada prinsipnya bangunan intake harus dapat menyadap air dengan debit sesuai
kebutuhan pada saat tinggi muka air sungai minimum. Dengan demikian dasar dari bangunan
intake ditentukan berdasarkan data fluktuasi tinggi muka air sungai terutama tinggi muka air
pada musim kemarau. Bila tinggi muka air pada saat minimum sulit disadap karena sangat kecil
maka bangunan penyadap perlu dilengkapi dengan bendung dan pengarah aliran.
Bangunan sadap juga perlu dilengkapi fasilitas-fasilitas seperti saringan (Screen) untuk
mencegah sampah atau benda terapung dari sungai masuk ke instalasi dan mengganggu
proses pengolahan. Pengaliran air dari bangunan penyadap menuju ke instalasi pengolahan air
(IPA) dapat dilakukan secara gravitasi atau dengan pemompaan tergantung kondisi topografi
lokasi bangunan penyadap dengan lokasi IPA.
Untuk kondisi topografi datar seperti umumnya daerah pantai, maka pengaliran
dilakukan dengan pompa. Dengan demikian bangunan intake dilengkapi dengan bak
pengumpul untuk kerja pompa (Sump pump), pompa dan rumah panel kontrol. Pada kondisi
seperti ini, perlu pertimbangan pemilihan pompa mengingat air yang akan dialirkan adalah air
baku yang mengandung tingkat kekeruhan dan lumpur relatif tinggi. Umumnya digunakan
pompa rendam (Submersible pump).
Untuk memastikan kondisi topografi antara lokasi bangunan sadap dengan lokasi IPA,
maka perlu dilakukan pengukuran topografi mulai dari lokasi intake rencana sampai menuju ke
lokasi IPA rencana. Konstruksi bangunan penyadap dan juga bak pengumpul (Sump Pump)
adalah konstruksi beton yang perlu perhitungan daya dukung tanah. Oleh karena itu pada
lokasi bangunan penyadap diperlukan pengujian tanah (Soil Investigation) berupa sondir.
Pipa transmisi air baku adalah pipa yang didesign sedemikian rupa sehingga dapat
mengalirkan air baku dari bangunan intake menuju ke instalasi pengolahan air (IPA) dengan
debit sesuai kebutuhan.
Pengaliran air dapat terjadi secara gravitasi atau pemompaan tergantung dari kondisi
topografi antara lokasi bangunan penyadap dengan lokasi IPA. Oleh karena itu sepanjang jalur
pipa transmisi perlu dilakukan pengukuran topografi (elevasi dan jarak) untuk mengetahui
panjang dan elevasinya. Pipa transmisi air baku diperhitungkan berrdasarkan debit kebutuhan
harian maksimum (Q maxday).
Instalasi Pengolahan Air merupakan suatu perangkat pengolah air baku dari sumber air
sebelum didistribusikan ke konsumen. Perangkat IPA ini terdiri dari unit-unit dengan proses
fisik, kimia dan bakterioloogis. Untuk sumber air baku dari air permukaan seperti sungai
dimana secara kualitas airnya menyimpang dari standar kualitas air bersih baik fisik, kimia
maupun bakteriologis umumnya diperlukan pengolahan air yang lengkap yang meliputi :
a. Unit Koagulasi
Koagulasi adalah proses pengadukkan koagulan dalam air untuk membantu
mengendapkan partikel kecil penyebab kekeruhan yang tidak bisa mengendap dengan
sendirinya.
Pengadukan koagulan dalam air dapat dilakukan secara mekanis maupun hidrolis.
Pengadukan harus memberikan hasil adukan yang merata (homogen) sehingga pembentukan
partikel flok pada proses flokulasi tercapai secara optimal. Untuk memperoleh pengadukan
yang merata tersebut diperlukan percepatan pengadukan sampai nilai gradien kecepatan (G)
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sesuai dengan hasil pengujian laboratorium (Uji Jar
test).
Jenis Koagulan yang digunakan disesuaikan dengan kondisi kualitas air, dan dapat
diketahui dari hasil percobaan Jartest. Namun umumnya koagulan yang digunakan adalah
koagulan alum sulfat. Koagulan ini selain mudah didapat juga murah harganya.
Secara teoritis, penambahan koagulan alum sulfat ke dalam air akan menurunkan pH
air menjadi asam akibat terbentuknya H2SO4 sedangkan flok yang terbentuk dalam bentuk
CaCO3 hanya bisa mengendap pada pH basa (pH>7), oleh karena itu penambahan alum sulfat
pada bak koagulasi selalu diikuti dengan penambahan kapur sebagai netralisator.
b. Unit Flokulasi
Flokulasi adalah proses pembentukan flok sebagai proses lanjutan dari koagulasi.
Pembentukan flok pada unit ini terjadi melalui proses pengadukan lambat. Flok yang terbentuk
pada proses ini selanjutnya akan diendapkan pada bak pengendap.
Keberhasilan pembentukan flok dapat dilihat dari prosentase pengendapan pada bak
pengendap. Untuk mencapai pembentukan flok yang oftimum maka bak flokulasi harus
didesign sedemikian rupa sehingga memberikan gradien kecepatan sesuai dengan standar
kriteria yang ditetapkan sesuai hasil percobaan jartest di laboratorium.
c. Unit Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel diskrit dan partikel flok yang sudah
terbentuk pada proses flokulasi. Bila hasil pengujian laboratorium, angka kekeruhan air baku
tinggi dan berdasarkan uji Imhoff kekeruhan tersebut disebabkan oleh tingginya kandungan
partikel diskrit maka pada instalasi pengolahan perlu dilengkapi dengan Bbak Pengendap
Pendahuluan (Pra Sedimentasi). Biasanya pada musim hujan kekeruhan air baku sangat tinggi
akibat kandunggan lumpur dan partikel diskrit. Dan bila kondisi tersebut dibiarkan maka akan
mengganggu proses koagulasi dan mengakibatkan hasil proses flokulasi tidak optimal. Oleh
karena itu instalasi pengolahan air bersih yang menggunakan sumber air baku sungai,
penggunaan Pra Sedimentasi perlu dipertimbangkan. Design bak sedimentasi perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Volume lumpur hasil uji Imhoff
Waktu detensi (td) pengendapan
Kualitas air dan fluktuasinya.
Biasanya untuk memperoleh hasil pengendapan yang optimal, bak pengendap
dilengkapi dengan plate settler untuk memperkecil beban permukaan.
Plate Settler
Inlet
Outlet
Zona Pengendapan
Zona Lumpur
Penguras
Inlet
Media
Media Penyangga
Outlet
Underdrain
Gambar 3.2. Sketsa Bak Filter Cepat
e. Unit Pengolahan Kimia (Disinfeksi)
Desinfeksi adalah proses pembubuhan desinfektan ke dalam air yang sudah diolah
secara fisik dan kimia untuk mengurangi kandungan mikroorganisma pathogenis dalam air .
Desinfektan yang digunakan umumnya kaporit, selain murah juga mudah didapat. Desinfektan
dibubuhkan ke dalam reservoar air bersih sebelum didistribusikan ke konsumen. Dosis
pembubuhan disesuaikan dengan hasil percobaan di laboratorium. Dosis desinfektan harus
memberikan sisa Chlor sampai ke titik terjauh pelayanan.
Air yang sudah diolah selanjutnya ditampung dalam reservoar air bersih (Treated Water
Reservoar) untuk selanjutnya disitribusikan ke konsumen. Reservoar ini diperlukan selain untuk
menampung air pada saat pemakaian minimum dan membantu suplai air pada saat pemakaian
puncak, juga pada reservoar ini dilakukan desinfeksi. Kapasitas reservoar dihitung berdasarkan
debit kebutuhan harian maksimum dan fluktuasi pemakaian harian.
Ven Ven
Inlet Inlet
Lumpur
Pengur
Netralisator Ca (OH)2
ompa
Jaringan Pipa
Distribusi
Filter Cepat
Bak Pengumpul Koagulasi Flokulasi
Bak Pengendap
Sungai Reservoar
Gambar 3.4. Diagram Pengolahan Air Minum Lengkap, Sumber Air Permukaan (Sungai)
Pelayanan air bersih ke konsumen dapat dilakukan secara individu atau kelompok.
Secara individu artinya settiap rumah mendapat pelayanan air langsung dengan sambungan
rumah yang dilengkapi dengan meter air. Jenis pelayanan seperti ini diterapkan untuk kota
dengan tingkat kepadatan bangunan relatif tinggi, sedangkan untuk daerah pelayanan dengan
tingkat kepadatan bangunan relatif rendah dimana daerah kosong (Blank Areas) banyak maka
pelayanan yang dipakai berupa pelayanan secara kelompok yaitu dengan Hidran Umum (HU)
atau Kran Umum (KU).
Penempatan HU atauKU didasarkan hasil survey lapangan dan survey sosek, sehingga
penempatan HU/KU optimal sesuai kebutuhan dan dapat menjangkau konsumen.
Pelayanan dengan HU/KU dapat dilengkapi dengan gerobak air yang siap
mengantarkan air ke konsumen-konsumen, sehingga masyarakat tidak perlu repot-repot
ngantri di HU/KU. Sistem pelayanan seperti ini sudah dilaksanakan pada sistem penyediaan air
bersih Kawasan Pantura di Karawang, Bekasi dan Indramayu, dimana sistem ini melibatkan
masyarakat dalam bentuk UKM sebagai pengelola pelayanan air bersih ke konsumen.
Kebijakan dari Bappeda seperti Rencana Tata Ruang yang sudah diperdakan
merupakan kebijakan yang akan dipertimbangkan dalam perencanaan sistem air bersih
Kecamatan Tabunganen berkaitan dengan perhitungan proyeksi penduduk daerah
pelayanan, penempatan Lokasi Intake, IPA, Reservoar, Jaringan pipa distribusi dan
penempatan HU.
JASA TIRTA
Yang berkaitan dengan Jasa Tirta meliputi kondisi sumber air dan tatagunanya
sehingga menentukan kapasitas sadap yang diizinkan dan lokasi intake yang disarankan.
Dalam pekerjaan pembangunan sistem penyediaan air bersih dimana sumber air yang
dipergunakan terkait dengan kepentingan umum maka diperlukan Surat Ijin
Pengambilan Air (SIPA) dari Jasa Tirta.
JASA MARGA/BINA MARGA
Kebijakan dari Bina Marga/Jasa Marga menyangkut masalah penanaman pipa yang
mengganggu jalan seperti pipa yang melintas jalan (Crossing jalan), jembatan pipa pada
jembatan jalan dsb.
PDAM
Kebijakan PDAM sebagai pengelola air bersih meliputi standar konsumsi air per
orang per hari, Standar-standar IPA, pipa dan peralatan ME, standar HU, Tarif air dan
kriteria pengelolaan pelayanan air bersih.
Penentuan kebutuhan air minum yang diperlukan untuk suatu daerah pelayanan
ditentukan berdasarkan 2 (dua) parameter, yaitu :
- Jumlah penduduk
- Tingkat Konsumsi air
3. Hitung pertambahan jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan, misal 5 tahun,
dengan menggunakan salah satu metode proyeksi, diantaranya metode geometrik seperti
persamaan di bawah ini :
P = Po (1 + r)n
dimana :
P : Jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan (jiwa)
Po : Jumlah penduduk pada awal tahun perencanaan (jiwa)
r : Tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (%)
n : Umur perencanaan (tahun)
Kebutuhan air total di hitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah di proyeksikan
untuk 5-10 tahun mendatang dan kebutuhan rata-rata setiap pemakai setelah ditambahkan 20%
sebagai faktor kehilangan air (kebocoran). Kebutuhan total ini dipakai untuk mengetahui
apakah sumber air yang dipilih dapat digunakan. Kebutuhan air ditentukan dengan
perhitungan sebagai berikut :
1. Hitung kebutuhan air dengan persamaan berikut :
Q=P x q
Qmd = Q x fmd
dimana :
Q md : Kebutuhan air (liter/hari)
q : Konsumsi air per orang per hari (liter/orang/hari)
p : Jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai tahun perencanaan (jiwa)
f : faktor maksimum (1,05-1,15)
2. Hitung kebutuhan air total dengan persamaan :
Qt = Qmd x 100/80
dimana :
Qt : Kebutuhan air total dengan faktor kehilangan air 20% (liter/hari)
3. Bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat mencukupi
kebutuhan ini. Jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air baku lain.
Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi :
1. Mata air / sungai
2. Air tanah
3. Air permukaan
4. Air hujan
Adapun sumber air baku yang digunakan penduduk sehari-hari di Kecamatan Lokpaikat
adalah sungai Kapuas. Mereka sangat bergantung pada air sungai Kapuas untuk keperluan
sehari-hari. Ini disebabkan karena tidak adanya sumber air baku yang lain
Pemeriksaan kualitas air baku dilakukan terhadap kualitas fisik, kimiawi, dan
mirobiologis. Hasil yang akurat dari kualitas air baku dapat diperoleh melalui pemeriksaan
sampel air baku di laboratorium yang telah ditunjuk sebagai laboratorium rujukan. Standar
kualitas air di perairan umum yang digunakan sebagai sumber air baku sesuai Peraturan
Pemerintah No. 20 Tahun 1990, sedangkan untuk persyaratan kualitas air minum sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 yang secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran 1
Untuk pemeriksaan di lapangan, kualitas air tersebut dapat ditinjau dari parameter-
parameter berikut :
- Bau
- Rasa
- Kekeruhan
- Warna
Jenis infrastruktur yang termasuk bidang Infrastruktur Air Minum sederhana meliputi :
Dalam mempersiapkan usulan kegiatan, perlu dilihat apakah sudah ada pengembangan
SPAM atau belum. Bila belum ada SPAM, maka dilanjutkan proses pemilihan infrastruktur
untuk pembangunan baru. Bila ternyata sudah ada SPAM, maka dilakukan pengkajian system
yang sudah ada (eksisting).
• Peningkatan Sistem Eksisting
Peningkatan SPAM Eksisting dilakukan melalui rehabilitasi maupun optimalisasi,
tergantung pada jenis kebutuhan SPAM yang ada tersebut.
• Pembangunan SPAM baru
Jenis infrastruktur yang tepat untuk suatu wilayah rencana pelayanan ditentukan dengan
mempertimbangkan parameter- parameter sebagai berikut :
- Jenis sumber air baku, termasuk kualitas dan kuantitasnya
- Kondisi topografi
Proses seleksi kepemilihan infrastruktur untuk suatu wilayah dilakukan sesuai diagram
alir pada Gambar 4.1.
Ya
Tidak Kuantitas
Ketersediaan
cukup?
sistem
Ya
Kualitas
Tidak Pengolahan air
baik? minum
Ya
Tidak
Sistem
Gravitasi
pompa
Ya
Distribusi
Jenis sumber air yang digunakan akan menentukan komponen yang diperlukan oleh
masing-masing infrastruktur. Ditinjau dari kelengkapan pembentuk sistemnya, komponen-
komponen infrastruktur tersebut adalah sebagai berikut :
1) Perlindungan Mata Air (PMA)
- Bangunan penangkap mata air (broncaptering)
- Perpipaan
- Pompa (sentrifugal/submersible), untuk PMA system pemompaan
- HU
- Sumber Daya Listrik
2) Sumur Air Tanah Sedang / Dalam (SAT/D)
- Perpipaan
- Pompa (sentrifugal/submersible)
- HU
- Sumber Daya Listrik
- Sumur dalam
3) Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS)
- Perpipaan
- Pompa (sentrifugal/submersible), untuk IPAS system pemompaan
- HU
- Sumber Daya Listrik
- Bangunan pengambilan air baku
- Unit pengolahan fisik/kimia
4) Penampung Air Hujan (PAH)
- Bangunan penangkap
- Bak penampung
- Hidrant umum (HU)
- Unit pembubuh bahan kimia
5) Solusi teknis lain
Komponen solusi teknis disesuaikan dengan teknologi yang digunakan, diantaranya :
a. Sumur Gali (SG)
- Sumur gali
b. Sumur Pompa Tangan (SPT)
- Sumur pompa tangan
Untuk mendistribusikan air minum pada dasarnya dapat dipakai salah satu sistem
diantara tiga sistem yang ada, yaitu :
1) Sistem pengaliran secara gravitasi
Sistem ini digunakan bila tinggi elevasi sumber air baku atau pengolahan berada jauh di
atas tinggi elevasi area pelayanan dan sistem ini dapat memberikan energi potensial yang
cukup tinggi hingga pada area pelayanan terjauh. Sistem ini merupakan sistem yang paling
memuaskan dan menguntungkan karena pengoperasian dan pemeliharaan relatif lebih
mudah.
2) Sistem pengaliran dengan pemompaan
Sistem ini digunakan bila beda tinggi elevasi antara sumber air atau instalasi dengan daerah
pelayanan tidak dapat memberikan tekanan air yang cukup, karena adanya perbedaan
ketinggian atau head sehingga debit dan tekanan air yang diinginkan harus dipompakan
langsung ke jaringan pipa distribusi.
3) Sistem pengolahan kombinasi
Sistem ini merupakan sistem pengaliran dimana air bersih dari sumber air atau instalasi
pengolahan akan dialirkan ke jaringan pipa distribusi dengan menggunakan pompa dan
reservoir distribusi yang dioperasikan bergantian atau bersamaan (Hudson,1964).
Unit distribusi adalah suatu unit penyediaan air minum yang meliputi reservoir serta
sistem distribusi atau perpipaan yang dioperasikan sedemikian rupa sehingga terdapat
tekanan yang cukup setiap saat pada seluruh bagian sistem perpipaan dan dapat digunakan
setiap saat
Menurut Permen PU No. 18 Tahun 2007, Unit Distribusi adalah sarana untuk
mengalirkan air minum dari pipa transmisi air minum sampai unit pelayanan. Mengacu Permen
PU No. 18 Tahun 2007 tersebut, unit distribusi terdiri dari perpipaan transmisi air minum dan
distribusi, reservoir, pompa distribusi dan pipa distribusi yang terbagi atas perlengkapan
jaringan pipa distribusi, bahan pipa dan alokasi kebutuhan air pada node.
Air bersih yang akan disediakan melalui pipa induk ada dua sistem distribusi airnya:
1) Sistem continuosis
Pada sistem ini air minum yang ada akan disediakan dan didistribusikan kepada konsumen
secara terus menerus selama 24 jam.
2) Sistem Intermitten
Pada sistem ini, air minum yang akan disediakan dan didistribusikan kepada konsumen
hanya selama beberapa jam dalam satu harinya, biasanya 2 sampai 4 jam pada pagi hari
dan 2 sampai 4 jam pada sore hari. Sistem distribusi ini dipilih terutama bila kuantitas dan
tekanan air yang cukup tidak tersedia dalam sistem.
Pipa distribusi adalah pipa untuk mendistribusikan air minum ke daerah pelayanan,
pipa didistribusikan meliputi : distribusi primer, distribusi sekunder dan distribusi tersier.
1. Denah (lay-out) Jaringan Pipa Distribusi
Perencanaan daerah (lay-out) jaringan pipa distribusi ditentukan berdasarkan
pertimbangan :
a. Situasi jaringan jalan di wilayah pelayanan; jalan-jalan yang tidak saling menyambung
dapat menggunakan sistem cabang. Jalan-jalan yang saling berhubungan
membentuk jalur jalan melingkar atau tertutup, cocok untuk sistem tertutup, kecuali
bila konsumen jarang
b. Kepadatan konsumen; makin jarang konsumen lebih baik dipilih denah (lay-out) pipa
berbentuk cabang
Penentuan dimensi perpipaan transmisi air minum dan distribusi dapat menggunakan
formula :
Q=VxA
A = 0,785 x D2
Dengan pengertian:
Q : Debit (m3/detik)
V : Kecepatan pengaliran (m/detik)
A : Luas penampang pipa (m2)
D : Diameter pipa (m)
Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan tinggi
dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) Medium atau pipa PVC kelas AW, 8 – 10 kg/cm2 atau
pipa berdasarkan SNI, Seri (10 – 12,5) atau jenis pipa lain yang telah memiliki SNI atau standar
internasional setara
Jaringan pipa didesain pada jalur yang ditentukan dan digambar sesuai dengan zona
pelayan yang ditentukan dari jumlah konsumen yang akan dilayani, penggambaran dilakukan
skala maksimal 1 : 5.000
Analisis jaringan pipa distribusi antara lain memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Jika jaringan pipa tidak lebih dari empat loop, perhitungan dengan metoda hardy-cross
masih diizinkan secara manual. Jika lebih dari empat loop harus dianalisis dengan bantuan
komputer.
2. Perhitungan kehilangan tekanan dalam pipa dapat dihitung dengan rumus Hazen Williams :
Hf = 10,66-1,85 . D-4,87 . L
Dimana :
- Harus dilengkapi dengan stop valve yang dipasang diantara air valve dan pipa
4. Katup Penguras (Wash Out/Blow Off)
a. Berfungsi untuk mengeluarkan lumpur/endapan yg terperangkap dalam pipa, yaitu
bagian yang mengendap di dasar pipa
b. Dipasang pada :
- Tempat-tempat yang relatif rendah sepanjang jalur transmisi yaitu tempat-tempat
dimana lumpur/kotoran terakumulasi dan memungkinkan pengurasan dilakukan
secara gravitasi
- Ujung jalur pipa yang mendatar/menurun
- Titik awal jembatan pipa
Diameternya adalah (1/4 – ½) diameter pipa transmisi
Dilengkapi dengan valve
5. Hidran Kebakaran
a. Berfungsi sebagai tempat mengambil air oleh pompa mobil pemadam kebakaran
b. Ditempatkan pada :
- Daerah berpenduduk padat dengan penempatan pada setiap jarak tertentu
- Persimpangan jalan
- Di depan gedung perkantoran/komersil
c. Hidran kebakaran dipasang pipa distribusi minimum diameter 150 mm
6. Meter Air Induk
a. Berfungsi untuk mengetahui banyaknya air yang didistribusikan dari reservoir
distribusi
b. Dipasang pada pipa keluar (outlet) reservoir distribusi
Pemilihan bahan pipa harus memenuhi persyaratan teknis sesuai standar baik nasional
maupun internasional yang berlaku. Semua bahan, peralatan, cara pelaksanaan dan
pemasangan pekerjaan sesuai dengan standar/peraturan yang berlaku sebagai berikut :
1. Pipa PVC
a. Standar Tata Cara Penanganan Pemasangan dan Pengujian Pipa PVC untuk
Penyediaan Air Minum.
Sesuai dengan RSNI T-17-2004 tentang Standar Tata Cara Penanganan, Pemasangan
dan Pengujian Pipa PVC untuk Penyediaan Air Minum.
b. Spesifikasi pipa PVC mengikuti standar SNI 03-6419-2000 tentang Spesifikasi Pipa PVC
bertekanan berdiameter 110-315 mm untuk Air Bersih dan SK SNI S-20-1990-2003
tentang Spesifikasi Pipa PVC untuk Air Minum.
c. Fitting sambungan untuk pipa PVC harus sesuai dengan standar SNI-0084-1987 dan
bila tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) maka sistem
sambungan menggunakan sistem rubber ring joint.
d. Seluruh katup udara (air valve) sesuai dengan standar flange JIS-B2213
e. Badan katup dan flange terbuat dari cast iron dan mengikuti Specification for Grey
Iron Casting for Valves, Flanges and Pipe Fittings kelas B (ASTM Designation A 126)
atau ductile iron (ASTM 536). Flange harus mengikuti standard JIS-B 2213.
f. Gate valve perunggu harus didesain dan dibuat sesuai dengan JIS B 2011 atau
ketentuan lain yang disetujui.
2. Pipa Baja
a. Pipa baja kelas medium sesuai dengan standar BS 1387-67.
b. Fabrikasi pipa baja harus sesuai dengan AWWA C 200 atau SNI-07-0822-1989 atau SII
2527-90 atau JIS G 3452 dan JIS G 3457.
c. Desain pipa dan instalasi sesuai dengan AWWA Manual M11 (Steel Pipe Design and
Installation).
d. Dimensi fiting pipa baja sesuai dengan AWWA C 208 (Dimensions for Steel Water Pipe
Fittings).
e. Penyambungan pipa baja sesuai SNI 07-3360-1994 tentang penyambung pipa baja dan
baja paduan dengan las tumpu.
3. Pipa Polietilena (PE)
a. Pipa Poly Ethylene (PE) sesuai dengan SNI 06-4829-2005 tentang Pipa Polietilena
Untuk Air Minum dan semua flange sesuai dengan JIS standar (Pipa PE termasuk High
Density Poly Ethylene/HDPE)
b. Spesifikasi pipa PE sesuai ISO 4427:1996 (Polyethylene pipes for water supply
spesifications).
Unit pelayanan menurut Permen PU No. 18 Tahun 2007 adalah sarana untuk
mengambil air minum langsung oleh masyarakat yang terdiri dari sambungan rumah,
hidran/kran umum dan hidran kebakaran.
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk
mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau pengurasan
pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya dipasang pada setiap interval
jarak 300 m atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan kepadatan
bangunannya.
Hidran kebakaran sebaiknya diletakkan pada :
1. Tepi jalan denga syarat tidak mengganggu lalu lintas
2. Setiap jarak tidak lebih dari 300 m
3. Hidran kebakaran dipasang pada diameter pipa sekunder minimum 150 mm
Bangunan penunjang adalah suatu bangunan yang mendukung unit distribusi yang
terdiri dari bak pelepas tekan, jembatan pipa, syphon, manhole/box, thrust block.
1. Bak Pelepas Tekan (BPT)
Bak pelepas tekan (BPT) merupakan salah satu bangunan penunjang pada jaringan
transmisi atau pipa distribusi. BPT Berfungsi untuk menghilangkan tekanan lebih yang
terdapat pada aliran pipa, yang dapat mengakibatkan pipa pecah
a. BPT ditempatkan pada titik tertentu pada pipa transmisi, yang mempunyai beda tinggi
antara 60 meter sampai 100 meter, terhadap titik awal transmisi
b. Beda tinggi yang dimaksud sangat tergantung pada jenis pipa.
c. Waktu detensi (td) adalah (1 – 5) menit
2. Jembatan Pipa
a. Merupakan bagian daripada distribusi yag menyeberang sungai/saluran atau sejenis,
diatas permukaan tanah/sungai
b. Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa baja atau
pipa Ductile Cast Iron Pipe (DCIP)
c. Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi dengan gate valve dan wash out
d. Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak ¼ bentang dari titik masuk
jembatan pipa
3. Syphon
a. Merupakan bagian dari pipa distribusi yang menyeberang di bawah dasar
sungai/saluran
b. Pipa yang digunakan untuk syphon disarankan menggunakan pipa baja atau pipa
Ductile cast Cast Iron (DCIP)
c. Bagian pipa masuk dan keluar pada syphon dibuat miring terhadap pipa transmisi
membentuk sudut derajat 45 derajat dan diberi blok beton penahan sebagai pondasi
d. Bagian pipa menyeberang/berada di bawah dasar sungai/saluran harus diberi
pelindung
4. Manhole/Box
a. Manhole/Box diperlukan untuk inspeksi dan perbaikan terhadap perlengkapan-
perlengkapan tertentu pada jaringan distribusi
b. Ditempatkan pada tempat-tempat pemasangan water meter pemasangan valve/katup
dan sebagainya
5. Thrust Block
a. Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti bend, tee,
katup/valve yang berdiameter > 40 mm
b. Dipasang pada tempat-tempat dimana perlengkapan pipa dipasang yaitu pada :
1. Belokan pipa
2. Persimpangan/percabangan pipa
3. Sebelum dan sesudah jembatan syphon
4. Perletakan valve/katup
c. Dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang
CONTENTS
3.1. PENDEKATAN TEKNIS........................................................................................................... 1
3.1.1. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN KAPASITAS SISTEM ............................... 1
3.1.2. KAJIAN SUMBER AIR BAKU ............................................................................................. 2
3.1.3. UNIT PRODUKSI ................................................................................................................ 2
3.1.3.1. Raw Water Intake ............................................................................................................. 3
3.1.3.2. Pipa Transmisi Air Baku..................................................................................................... 3
3.1.3.3. Water Treatment Plant (WTP/IPA)................................................................................... 4
Gambar 3.1. Sketsa Bak Sedimentasi dengan Plate Settler.................................................. 5
Gambar 3.2. Sketsa Bak Filter Cepat ..................................................................................... 6
3.1.3.4. Treated Water Reservoar .................................................................................................. 6
Gambar 3.3. Sketsa Reservoar Air Bersih ............................................................................. 6
Gambar 3.4. Diagram Pengolahan Air Minum Lengkap, Sumber Air Permukaan (Sungai) 7
3.1.4. UNIT DISTRIBUSI ............................................................................................................... 8
3.1.5. PELAYANAN AIR BERSIH KE KONSUMEN ....................................................................... 8
3.2. PENDEKATAN NON TEKNIS.................................................................................................. 9
3.3. PENENTUAN KEBUTUHAN AIR BAKU................................................................................ 10
3.3.1. PERHITUNGAN JUMLAH PENDUDUK ............................................................................ 10
3.3.2. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR................................................................................... 11
3.4. SUMBER AIR BAKU ............................................................................................................. 12
3.5. PEMERIKSAAAN KUALITAS AIR BAKU .............................................................................. 12
3.6. PEMILIHAN INFRASTRUKTUR ............................................................................................ 12
3.6.1. JENIS INFRASTRUKTUR AIR MINUM ............................................................................. 12
3.6.2. PROSES SELEKSI KEGIATAN DAN PEMILIHAN INFRASTRUKTUR ............................... 13
3.6.3. KOMPONEN INFRATRUKTUR......................................................................................... 15
3.7. SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM ....................................................................................... 16
3.7.1. SISTEM PENGALIRAN AIR MINUM ................................................................................ 16
3.7.2. SISTEM PENYEDIAAN/DISTRIBUSI AIR MINUM............................................................ 16
3.8. SISTEM PERPIPAAN DISTRIBUSI ....................................................................................... 17
3.8.1. PIPA DISTRIBUSI ............................................................................................................. 17
3.8.2. PENENTUAN DIMENSI PERPIPAAN ............................................................................... 19
3.8.3. PERLENGKAPAN JARINGAN PIPA DISTRIBUSI ............................................................. 20
Catchment
No Nama Sungai Panjang (Km) Klasifikasi Peruntukan
Area (Km2)
9 Bandilan Besar 35 342 1 Air minum
10 Bengkalan 65 638 1 Air minum
11 Selatu 14 85 1 Air minum
12 Bungkukan 19 76 1 Air minum
13 Pengapitan 16 127 1 Air minum
14 Samong 23 87 1 Air minum
15 Sampanahan 138,4 1.755 1 Air minum
16 Manunggal 45,5 465 1 Air minum
17 Cengal 58,3 1.153,9 1 Air minum
18 Senakin Kecil 12,5 16,9 1 Air minum
19 Senakin Besar 4,5 8,7 1 Air minum
20 Senipah 10,8 35,7 1 Air minum
21 Sigam 4,7 8,3 1 Air minum
22 Taih 6,8 13,8 1 Air minum
23 Paring Kanan 13,5 23,1 1 Air minum
24 Juni Kiri 20 102 1 Air minum
25 Paring 14 24 1 Air minum
26 Sebelimbingan 23 35 1 Air minum
27 Sembuluan 12 26 1 Air minum
28 Sungup 43 28,8 1 Air minum
29 Selara 23 34 1 Air minum
30 Pinang 5 7 1 Air minum
31 Kawau 11,5 25,5 1 Air minum
32 Kulambah 19 12 1 Air minum
33 Pasir 33 20 1 Air minum
34 Limau 7 16 1 Air minum
35 Sekoyang 57 95 1 Air minum
36 Semaras 33 36 1 Air minum
37 Sekerambu 24 136,5 1 Air minum
38 Sebanti 21 58 1 Air minum
39 Tapian 10,4 10 1 Air minum
40 Labuan Jawa 5,7 11,9 1 Air minum
41 Oka-Oka 16 36 1 Air minum
42 Salinjana 19,3 42,5 1 Air minum
43 Bulan 5,3 5,3 1 Air minum
44 Teluk Gubang 14,5 30,6 1 Air minum
45 Bulisan 11,4 21,3 1 Air minum
46 Lalun 5,4 8,8 1 Air minum
47 Simbungan Kecil 4,9 9,4 1 Air minum
48 Tembungembungan 45 110 1 Air minum
49 Buah 14 18 1 Air minum
50 Api-Api 10 32 1 Air minum
51 Kapis 8 12 1 Air minum
Catchment
No Nama Sungai Panjang (Km) Klasifikasi Peruntukan
Area (Km2)
52 Sejaka 64 68,5 1 Air minum
53 Bungur 23 99,4 1 Air minum
54 Berangas 6 11 1 Air minum
55 Seratak 9 10 1 Air minum
56 Benyamuk 7,1 6,3 1 Air minum
57 Bungur 17,3 56,9 1 Air minum
58 Bali 9 12,6 1 Air minum
Sumber: PerGub Kal-Sel No.5 Tahun 2007
Air baku yang dapat dikembangkan di Kecamatan Kelumpang Utara adalah air
permukaan yang berasal dari sungai, hal ini karena tidak adanya mata air atau air tanah yang
dapat dikelola secara komunal untuk pelayanan secara kawasan. Air baku yang melimpah
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum melalui proses pengolahan lebih
lanjut agar dapat digunakan sebagai air bersih yang layak konsumsi dengan memperhatikan
standar-standar kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Kondisi air permukaan di sekitar
Kecamatan Kelumpang Utara sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitarnya. Untuk
memenuhi kebutuhan air bersih di Kecamatan Kelumpang Utara, masyarakat melakukan
proses pengolahan air secara mandiri melalui proses pengendapan dengan pembubuhan
bahan kimia (tawas) yang mudah diperoleh selama satu malam serta penyaringan air hasil
pengendapan, sehingga diperoleh air bersih yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan air
minum.
Penentuan sumber air baku hal yang perlu dipertimbangkan adalah Kualitas air.
Kualitas air didifinisikan sebagai kadar parameter air yang dianalisis secara teliti sehingga
menunjukkan mutu dan karakteristik air. Mutu dan karakteristik air ditentukan oleh jenis dan
sifat bahan yang terkandung didalamnya. Bahan-bahan tersebut baik padat, cair maupun gas,
yang terlarut maupun tak terlarut secara alamiah sudah terdapat di dalam air dan muncul
selama air mengalami siklus hidrologi.
Analisa kualitas air dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kandungan bahan-bahan
kimia atau bahan padat terlarut dalam air, sehingga dapat ditentukan sistem pengolahan yang
akan direncanakan. Contoh air yang akan dianalisa diambil dari sumber air baku yang
dimanfaatkan sebagai bahan baku air bersih dan dianalisa pada laboratorium. Dari hasil
pengamatan dan survei lokasi di Kecamatan Kelumpang Utara, air baku yang dapat
dikembangkan sebagai bahan baku air bersih adalah air Sungai yang ada di sekitar Kecamatan
kelumpang Utara, hal ini didasarkan dari kondisi air permukaan yang masih alami serta lokasi
pengolahan air yang direncanakan dekat dengan Sungai.
Penduduk merupakan aspek yang penting dalam suatu perencanaan kawasan, sebab
pada dasarnya penduduk merupakan subyek dan obyek dari perencanaan pembangunan.
Artinya, selain didasarkan pada tingkat kepentingan dan kebutuhan yang harus dipenuhi,
penyusunan rencana pengembangan juga didasarkan pada kemampuan dan potensi penduduk
tersebut, baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang.
Untuk menganalisa kebutuhan air bersih sebagai pedoman untuk pengembangan
pelayanan air bersih di Kecamatan Kelumpang Utara Kabupaten Kotabaru dimasa mendatang
diperlukan proyeksi pertumbuhan penduduk Kecamatan Kelumpang Utara dengan mengacu
pada pertumbuhan penduduk lima tahun terakhir sesuai dengan data yang diperoleh.
Proyeksi penduduk pada Sistem Penyediaan Air Minum Kecamatan Kelumpang Utarat
Kabupaten Kotabaru dimaksudkan agar sistem ini dapat digunakan untuk kurun waktu yang
akan datang. Rencana proyeksi yang akan dilakukan adalah untuk 10 tahun mendatang,
sedangkan jumlah penduduk Kecamatan Kotabaru pada tahun 2011 adalah 5.405.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proyeksi jumlah penduduk antara lain:
1. Jumlah populasi pada suatu daerah
2. Kecepatan pertambahan penduduk
3. Kurun waktu populasi
Dalam analisa ini, langkah yang penting adalah melakukan proyeksi jumlah penduduk di masa
yang akan datang. Analisis yang digunakan adalah analisis geometrik, analisa ini menganggap
bahwa perkembangan atau jumlah penduduk secara otomatis akan berganda dengan
sendirinya. Metode ini tidak memperhatikan kemungkinan suatu saat akan terjadi
perkembangan menurun dan kemudian mantap disebabkan kepadatan penduduk yang
mendekati maksimal. Metode geometrik tersebut adalah sebagai berikut :
Pn = P0 × (1 + r )
n
dimana :
Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po : Jumlah penduduk pada awal tahun perhitungan
r : Rata-rata persentase pertambahan penduduk
n : Waktu proyeksi penduduk dalam tahun
Dari analisa dan proyeksi penduduk pada wilayah studi dengan metode geometrik
dapat diketahui tingkat pertumbuhan penduduk Kecamatan Lokpaikat lima tahun mendatang
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2.
Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2012 – 2023
TAHUN
NO DESA/KELURAHAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
1 Sungai Hanyar 403 411 419 428 436 445 454 463 472 482 491 501 511
2 Pudi 1323 1349 1,376 1,404 1,432 1,461 1,490 1,520 1,550 1,581 1,613 1,645 1,678
3 Sungai Seluang 781 797 813 829 846 863 880 897 915 934 952 971 991
4 Mangga 774 790 805 822 838 855 872 889 907 925 944 963 982
5 Pudi Seberang 1197 1221 1,246 1,271 1,296 1,322 1,349 1,376 1,403 1,431 1,460 1,489 1,519
6 Sulangkit 196 200 204 208 212 216 221 225 229 234 239 244 248
7 Wilas 730 745 760 775 791 806 822 839 856 873 890 908 926
JUMLAH 5405 5513 5,623 5,736 5,851 5,968 6,087 6,209 6,333 6,459 6,589 6,720 6,855
Sumber : Analisa Konsultan 2013
Kebutuhan air (water requirement) merupakan jumlah air yang diperlukan bagi
kebutuhan dasar/unit konsumsi air (water demand) dan kehilangan air serta pertimbangan bagi
kebutuhan air pemadam kebakaran.
Kebutuhan dasar dan kehilangan air tersebut berfluktuasi dari waktu ke waktu dengan
skala jam, hari, minggu dan bulan selama kurun waktu 1 tahun. Khusus untuk pemadam
kebakaran, kebutuhan airnya tidak berfluktuasi yang disebabkan karena penggunaannya yang
insidentil untuk kebutuhan yang tidak terduga. Dengan demikian, tolok ukur penyediaan air
bersih bila pemadam kebakaran diperhitungkan, maka kebutuhan bagi penyediaan air bersih
bertumpu pada jumlah kebutuhan air pada kondisi maksimum ditambah kebutuhan air untuk
pemadam kebakaran.
1. Kebutuhan Domestik
Besarnya kebutuhan domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen domestik, yang
dapat diketahui dari data penduduk yang ada. Kebiasaan dan pola hidup serta tingkat
c. Kehilangan air insidentil, Kehilangan air insidentil adalah kehilangan air yang diluar
kemampuan manusia, misalnya yang disebabkan oleh bencana alam. Dalam
perhitungan perencanaan penyediaan air bersih dipakai istilah kehilangan air rencana
dengan anggapan bahwa kehilangan air percuma dan insidentil telah termasuk
didalamnya. Besarnya kehilangan air rencana ini diperkirakan sebanyak 15% sampai 25%
dari total kebutuhan air domestik dan non domestik (Sarwoko,1985).
4. Fluktuasi Kebutuhan Air
Pada umumnya masyarakat Indonesia melakukan aktifitas penggunaan air pada pagi dan
sore hari dengan konsumsi lebih banyak daripada waktu-waktu lainnya. Dari keseleruhan
aktifitas dan konsumsi sehari-hari dapat diketahui pemakaian rata-rata air. Dengan
memasukkan besarnya faktor kehilangan air dalam kebutuhan air dasar, maka selanjutnya
disebut fluktuasi kebutuhan air. Di dalam sistem distribusi air minum tolok ukur yang
dipakai dalam perencanaan maupun evaluasinya adalah kebutuhan air harian maksimum
dan kebutuhan air jam maksimum dengan mengacu pada pemakaian/penggunaan rata-
ratanya (Al-Layla,1977).
5. Kebutuhan Air
a. Kebutuhan Air Rata-Rata Harian
Perhitungan kebutuhan air merupakan dasar dari perencanaan suatu sistem distribusi
air bersih karena jumlahnya sangat mempengaruhi diameter pipa yang digunakan.
Berkaitan dengan besaran atau satuan atau unit konsumsi air untuk konsumsi domestik
dengan vaiasi jenis pelayanan, secara tipikal, ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3. Macam Sambungan Rumah
Jenis Pelayanan Tipikal(lt/org/hr) Variasi(lt/org/hr)
Sambungan langsung
- 1 kran 50 30 – 60
- banyak kran 150 70 –250
Sambungan halaman 40 20 – 80
Sambungan umum 30 20 – 50
Sumber: P.U. Cipta Karya
Besarnya unit konsumsi berdasarkan kategori dan jumlah penduduk dapat ditampilkan
pada Tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4. Besar Unit Konsumsi Berdasarkan Jumlah Penduduk
Kategori Daerah Populasi Kebutuhan Air
I Metropolitan >1.000.000 190 lt/org/hari
Kebutuhan air rata-rata harian yaitu banyaknya air yang dibutuhkan selama satu tahun
dibagi banyak hari dalam waktu sama sebesar 365 hari.
n = 365
Qth = ∑ Qt = 365
i =1
dimana,
Qth = Kebutuhan air rata-rata harian (lt/hari)
Qt = Total kebutuhan air selama 1 tahun (lt/tahun)
Kebutuhan air rata-rata harian ini mencakup kebutuhan air domestik dan non domestik
serta kebocoran. Total kebutuhan non domestik diperkirakan 20% dari kebutuhan
domestik. Kebocoran diperkirakan 30% dari kebutuhan domestik dan non domestik.
b. Kebutuhan Air Harian Maksimum
Qhm = f hm × Qhm
dimana,
Qhm = Kebutuhan air harian maksimum (lt/hari)
Qrh = Kebutuhan air rata-rata harian (lt/hari)
fhm = Faktor harian maksimum (1,15< fhm <1,2) (Sarwoko, 1985).
c. Kebutuhan Air Jam Maksimum
Q jm = f jm × Qhm
dimana,
Qjm = Kebutuhan air jam maksimum (lt/hari)
fjm = Faktor jam maksimum (1,75< fjm <2) (Sarwoko, 1985).
Kebutuhan air bersih ini dihitung berdasarkan tingkat pelayanan 100 % (seluruh
masyarakat bisa mendapatkan air bersih yang layak untuk kebutuhan sehari – hari). Hal – hal
yang diperhatikan dalam penentuan kebutuhan air ini meliputi :
• Kebutuhan domestik, Dihitung berdasarkan kebutuhan air per kapita.
• Kebutuhan non domestik, Meliputi kebutuhan untuk fasilitas perekonomian, hiburan, dan
kebutuhan sosial (seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dll).
• Kehilangan air, Kehilangan air ini meliputi kehilangan air yang terjadi pada sistem
pengolahan air bersih, jaringan distribusi, kebutuhan untuk pemadam kebakaran, dan
kebocoran administrasi.
Dari perhitungan proyeksi kebutuhan air dapat diketahui kebutuhan air di Kecamatan
Kelumpang Utara pada akhir tahun perencanaan 2023, dengan tingkat pelayanan 80 % secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.6.
Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2012 s/d 2023
TAHUN
URAIAN SATUAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Populasi
Jumlah Penduduk Jiwa 5,405 5,513 5,623 5,736 5,851 5,968 6,087 6,209 6,333 6,459 6,589 6,720 6,855
Prosentase Cakupan Pelayanan % 5 8 11 15 18 21 24 27 30 34 37 40 43
Jumlah Penduduk dalam daerah pelayanan Jiwa 270 451 639 834 1,037 1,248 1,466 1,693 1,929 2,173 2,426 2,688 2,960
Sambungan Rumah
Prosentase Cakupan Pelayanan % 70 70 71 71 72 72 73 73 73 74 74 75 75
Jumlah penduduk terlayani dengan sambungan
Jiwa 189 318 453 595 744 901 1,065 1,237 1,417 1,606 1,804 2,010 2,226
langsung
Konsumsi air l/jiwa/hari 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
Jumlah jiwa/sambungan rumah Jiwa/SR 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Jumlah sambungan Unit 38 64 91 119 149 180 213 247 283 321 361 402 445
Penambahan jumlah sambungan 26 27 28 30 31 33 34 36 38 40 41 43
Jumlah kebutuhan air dengan sambungan rumah l/det 0.285 0.478 0.681 0.895 1.119 1.355 1.602 1.861 2.132 2.416 2.714 3.025 3.350
Sambungan KU/HU
Tingkat Pelayanan % 30 30 29 29 28 28 27 27 27 26 26 25 24.783
Jumlah penduduk terlayani dengan sambungan HU/KU Jiwa 81 133 186 239 293 347 402 456 512 567 622 678 734
Konsumsi air l/jiwa/hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Jumlah jiwa/sambungan KU/HU Jiwa/HU 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Jumlah KU/HU Unit 1 1 2 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
Jumlah Kebutuhan Air l/det 0.028 0.046 0.065 0.083 0.102 0.121 0.139 0.158 0.178 0.197 0.216 0.235 0.255
TAHUN
URAIAN SATUAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Jumlah Kebutuhan Domestik l/det 0.313 0.524 0.746 0.978 1.221 1.476 1.741 2.019 2.310 2.613 2.930 3.260 3.605
Jumlah Kebutuhan Non Domestik ( 25% domestik) l/det 0.078 0.131 0.187 0.245 0.305 0.369 0.435 0.505 0.577 0.653 0.732 0.815 0.901
Total Kebutuhan l/det 0.391 0.655 0.933 1.223 1.527 1.844 2.177 2.524 2.887 3.266 3.662 4.075 4.506
Kehilangan Air % 13.4 13 13 13 12 12 12 11 11 11 11 10 10
l/det 0.052 0.086 0.120 0.153 0.187 0.221 0.255 0.288 0.321 0.354 0.387 0.419 0.451
Kebutuhan Antisipasi Kebakaran ( 5 % X kebutuhan) l/det 0.020 0.033 0.047 0.061 0.076 0.092 0.109 0.126 0.144 0.163 0.183 0.204 0.225
Kebutuhan Rata-rata l/det 0.463 0.774 1.099 1.437 1.790 2.158 2.540 2.939 3.353 3.784 4.232 4.698 5.182
Kebutuhan Maksimum, f = 1,1 l/det 0.509 0.852 1.209 1.581 1.969 2.373 2.794 3.233 3.688 4.163 4.655 5.168 5.700
Kebutuhan Puncak, f = 1,75 l/det 0.810 1.355 1.923 2.515 3.133 3.776 4.446 5.143 5.868 6.622 7.406 8.221 9.068
Kebutuhan minimum, f = 0,4 l/det 0.185 0.310 0.440 0.575 0.716 0.863 1.016 1.175 1.341 1.514 1.693 1.879 2.073
Volume Reservoar m3 8.799 14.715 20.887 27.322 34.028 41.013 48.288 55.859 63.736 71.929 80.446 89.299 98.495
IPA Yang Dibutuhkan l/det 0.509 0.852 1.209 1.581 1.969 2.373 2.794 3.233 3.688 4.163 4.655 5.168 5.700
TAHUN
URAIAN SATUAN
2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
Sambungan Rumah
Prosentase Cakupan Pelayanan % 76 76 77 77 77 78 78 79 79 80
Jumlah penduduk terlayani dengan sambungan
Jiwa 2,452 2,689 2,935 3,192 3,461 3,741 4,033 4,338 4,656 5,014
langsung
Konsumsi air l/jiwa/hari 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
Jumlah jiwa/sambungan rumah Jiwa/SR 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Jumlah sambungan Unit 490 538 587 638 692 748 807 868 931 1003
Penambahan jumlah sambungan 45 47 49 51 54 56 58 61 63 72
Jumlah kebutuhan air dengan sambungan rumah l/det 3.690 4.045 4.416 4.803 5.208 5.629 6.069 6.527 7.005 7.544
Sambungan KU/HU
Tingkat Pelayanan % 24 24 23 23 23 22 22 21 21 20
Jumlah penduduk terlayani dengan sambungan HU/KU Jiwa 789 845 901 956 1011 1066 1120 1174 1228 1253
Konsumsi air l/jiwa/hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Jumlah jiwa/sambungan KU/HU Jiwa/HU 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Jumlah KU/HU Unit 8 8 9 10 10 11 11 12 12 13
Jumlah Kebutuhan Air l/det 0.274 0.293 0.313 0.332 0.351 0.370 0.389 0.408 0.426 0.435
Jumlah Kebutuhan Domestik l/det 3.964 4.339 4.729 5.135 5.559 5.999 6.458 6.935 7.431 7.979
Jumlah Kebutuhan Non Domestik ( 25% domestik) l/det 0.991 1.085 1.182 1.284 1.390 1.500 1.614 1.734 1.858 1.995
Total Kebutuhan l/det 4.955 5.423 5.911 6.419 6.948 7.499 8.072 8.669 9.289 9.974
Kehilangan Air % 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
l/det 0.496 0.542 0.591 0.642 0.695 0.750 0.807 0.867 0.929 0.997
TAHUN
URAIAN SATUAN
2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
Kebutuhan Antisipasi Kebakaran ( 5 % X kebutuhan) l/det 0.248 0.271 0.296 0.321 0.347 0.375 0.404 0.433 0.464 0.499
Kebutuhan Rata-rata l/det 5.698 6.237 6.798 7.382 7.991 8.624 9.283 9.969 10.682 11.470
Kebutuhan Maksimum, f = 1,1 l/det 6.268 6.860 7.478 8.120 8.790 9.486 10.212 10.966 11.751 12.616
Kebutuhan Puncak, f = 1,75 l/det 9.972 10.914 11.896 12.919 13.984 15.092 16.246 17.446 18.694 20.072
Kebutuhan minimum, f = 0,4 l/det 2.279 2.495 2.719 2.953 3.196 3.450 3.713 3.988 4.273 4.588
Volume Reservoar m3 108.314 118.548 129.211 140.319 151.886 163.927 176.457 189.494 203.053 218.013
IPA Yang Dibutuhkan l/det 6.268 6.860 7.478 8.120 8.790 9.486 10.212 10.966 11.751 12.616
Sumber : Analisa Konsultan 2013
Contents
4.1. ANALISA SUMBER AIR BAKU KABUPATEN KOTABARU ............................................................................................................................................................. 1
Tabel 4.1. Peruntukan Air Sungai di Kabupaten Kotabaru ............................................................................................................................................................ 1
4.2. ANALISA KUALITAS AIR ................................................................................................................................................................................................................. 3
4.3. ANALISA PERENCANAAN .............................................................................................................................................................................................................. 4
4.3.1. ANALISA JUMLAH PENDUDUK DAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK................................................................................................................................... 4
Tabel 4.2. ........................................................................................................................................................................................................................................... 5
Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2012 – 2023 ....................................................................................................................................... 5
4.3.2. ANALISA KEBUTUHAN AIR ........................................................................................................................................................................................................ 5
Tabel 4.3. Macam Sambungan Rumah ....................................................................................................................................................................................... 7
Tabel 4.4. Besar Unit Konsumsi Berdasarkan Jumlah Penduduk ............................................................................................................................................ 7
Tabel 4.5. Tipikal Untuk Konsumsi Non Domestik ..................................................................................................................................................................... 8
Tabel 4.6. ......................................................................................................................................................................................................................................... 10
Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Kelumpang Utara Tahun 2012 s/d 2023........................................................................................................................................ 10
Lanjutan Tabel 4.6 .................................................................................................................................................................................................................................... 11
Mengingat belum adanya sumber air bersih untuk pelayanan secara kawasan serta
belum adanya jaringan air bersih dilokasi perencanaan maka diperlukan sistem jaringan air
bersih yang mampu menjangkau kawasan permukiman secara jaringan pipa distribusi.
merupakan pemborosan biaya, karena diameter pipa yang digunakan besar. Sedangkan
kecepatan yang terlalu besar dapat mengakibatkan pipa cepat aus dan mempunyai
headloss yang tinggi, sehingga pembuatan elevated reservoir diperlukan.
Sistem Distribusi Air
Air yang disuplai melalui pipa akan didistribusikan melalui dua alternatif sistem, yaitu :
Sistem Sesaat (Intermitten sistem)
Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplai dan didistribusikan kepada konsumen
hanya selama beberapa jam dalam satu harinya tidak penuh selama 24 jam. Sistem ini
biasanya diterapkan bila kuantitas dan tekanan air yang cukup tidak tersedia dalam sistem.
Keuntungan :
- Pemakaian air cenderung lebih hemat
- Bila ada kebocoran maka air yang terbuang relatif kecil
Kerugian :
- Bila terjadi kebakaran pada saat tidak beroperasi maka air untuk pemadam kebakaran
tidak tersedia
- Setiap rumah perlu menyediakan tempat penyimpanan air yang cukup agar kebutuhan
air dalam sehari dapat disimpan
- Dimensi pipa yang dipakai akan lebih besar karena kebutuhan air yang akan disuplai
dan didistribusikan dalam sehari hanya ditempuh dalam jangka waktu pendek
Sistem Berkelanjutan (Continous sistem)
Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplai dan didistribusikan kepada konsumen
secara terus-menerus selama 24 jam. Sistem ini umumnya diterapkan pada setiap waktu
kuantitas air baku dapat mensuplai seluruh kebutuhan konsumen di daerah tersebut.
Keuntungan :
- Konsumen akan mendapatkan air minum setiap saat
- Air minum yang diambil dari titik pengambilan di dalam jaringan pipa distribusi selalu
didapatkan dalam keadaan segar.
Kerugian :
- Pemakaian air akan cenderung lebih boros
- Bila ada sedikit kebocoran saja, jumlah air yang terbuang besar.
Sistem Jaringan Distribusi Induk
Sistem jaringan induk distribusi yang dipakai dalam pendistribusian air bersih ada dua
macam, yaitu :
Sistem Cabang
Pada sistem ini air hanya mengalir dari satu arah dan pada setiap ujung pipa akhir daerah
pelayanan terdapat titik akhir (dead end), serta pipa distribusi tidak saling berhubungan.
Area konsumen disuplai air melalui satu jalur pipa utama. Sistem ini biasanya digunakan
pada daerah dengan sifat-sifat sebagai berikut :
1. Perkembangan kota kearah memanjang
2. Sarana jaringan tidak saling berhubungan
3. Keadaan topografidengan kemiringan medan yang menuju satu arah
Keuntungan :
- Jaringan distribusi relatif lebih sederhana
- Pemasangan pipa lebih murah
- Penggunaan pipa lebih sedikit karena pipa distribusi hanya dipasang pada daerah yang
paling padat penduduknya
Kerugian :
- Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan diujung pipa tidak
dapat dihindari, sehingga harus dilakukan pembersihan yang intensif
- Bila terjadi kerusakan dan kebakaran pada salah satu bagian sistem, supplay air akan
terganggu
- Keseimbangan sistem pengaliran kurang terjamin terutama terjadinya tekanan kritis
pada bagian pipa yang terjauh
Sistem Melingkar
Pada sistem ini jaringan pipa induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang lain
membentuk lingkaran-lingkaran, sehingga pada pipa induk tidak ada titik mati (dead end)
dan air akan mengalir ke suatu titik yang dapat melalui beberapa arah. Sistem ini
diterapkan pada :
1. Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan
2. Daerah dengan perkembangan kota cenderung ke segala arah
3. Keadaan topografi yang relatif datar
Keuntungan :
- Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan kotoran dan
pengendapan lumpur dapat dihindari (air dapat disirkulasi dengan bebas)
- Bila terjadi kerusakan, perbaikan atau pengambilan air untuk pemadam kebakaran
pada bagian tertentu, maka suplai air pada bagian sistem lainnnya tidak terganggu
Kerugian :
- Sistem perpipaan rumit
- Perlengkapan pipa yang dipergunakan sangat banyak
Kehilangan Tekanan
Kehilangan tekanan air dalam pipa (Hr) terjadi akibat adanya friction antara fluida dengan
fluida dan antara fluida dengan permukaan dalam pipa yang dilaluinya. Kehilangan tekanan
maksimal 10 m/km panjang pipa.
Kehilangan ada dua tingkat, yaitu :
Mayor Losses
Yaitu kehilangan tekanan sepanjang pipa lurus, dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan Hazen-William
1, 85
Q
Hf =
2 , 63
×L
0,2785 × C × D
dimana :
Hf = mayor losses sepanjang pipa lurus (m)
L = panjang pipa (m)
Q = debit aliran (m³ / det)
D = diameter pipa (m)
C = koefisien Hazen-William (tergantung jenis pipa)
Minor Losses
Yaitu kehilangan tekanan yang terjadi pada tempat-tempat yang memungkinkan adanya
perubahan karakteristik aliran, misalnya pada belokan, valve, dan aksesoris lainnya.
Persamaan yang digunakan :
Hfm = (k.V²)/2 g
dimana :
Hfm = minor loses (m)
K = konstanta kontraksi (sudah tertentu) untuk setiap jeis peralatan pipa
berdasarkan diameternya
V = kecepatan aliran (m / det)
Bahan pipa yang akan dipakai dan dipasang tergantung pada faktor-faktor tekanan air
dalam sistem, korosifitas terhadap air tanah, kondisi lapangan (beban lalu lintas, letak
saluran air kotor, dan kepadatan daerah pemukiman)
Kedalaman dan peletakan pipa
Tergantung oleh karakteristik pipa itu sendiri sesuai dengan spesifikasi dari pabrikan pipa.
• Setiap titik persilangan atau cabang pipa (2 buah valve untuk tee dan tiga buah valve
untuk cross)
• Pipa tekanan setelah pompa dan check valve (untuk melindungi pompa terhadap back
flow)
• pipa outlet pompa,
• pipa penguras atau wash out (sebagai blow off valve)
Tipe katup yang dapat dipakai pada jaringan pipa distribusi adalah Gate Valve clan Bufferly
Valve.
Wash Out/Blow Off Valve (Katup Pembuang Lumpur)
Blow off valve ini sebenarnya merupakan gate valve yang dipasang pada tempat-iempat
yang relatif rendah sepanjang jalur pipa, ujung jalur pipa yang mendatar dan menurun dan
titik awal jembatan serta pada setiap titik mati atau titik terendah dari suatu jalur pipa.
Berfungsi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang mengendap dalam pipa serta untuk
mengeluarkan air bila ada perbaikan.
Katup Udara (Air Valve)
Berfungsi untuk melepaskan udara yang selalu ada dalam aliran. Air release valve ini
dipasang pada titik tertinggi di sepanjang pipa distribusi, di jembatan pipa dengan
perletakan % panjang bentang pipa dari arah aliran, pada jalur lurus setiap jarak tertentu
dan mempunyai tekanan lebih dari 1 atm, karena udara cenderung akan terakumulasi.
Check Valve (Non return Valve)
Dipasang bila pengaliran air di dalam pipa diinginkan dalam satu arah. Biasanya check vale
dipasang pada pipa tekan diantara pompa dan gate valve, dengan tujuan menghindari
pukulan akibat arus balik yang dapat merusak pompa saat pompa mati.
Fire Hidrant (Hidrant Kebakaran)
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk
mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau pengurasan
pipa. Unit pillar hydrant pada umumnya dipasang pada setiap interval jarak 300 m, atau
tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan kepadatan bangunannya.
Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu :
- Tabung basah, mempunyai katup operasi diujung air yang keluar dari kran kebakaran.
Dalam keadaaan tidak terpakai hidran jenis ini selalu terisi air.
- Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran. Dengan menutup katup ini
maka pada saat tidak dipergunakan hidran ini tidak berisi air.
Pada umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu :
- bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran
- badan hidran
- kepala hidran
- katup hidran
Alat ini ditempatkan pada area yang berkecenderungan mempunyai frekwensi kebakaran
yang tinggi yang tergantung pada :
- Kepadatan penduduk dan aktivitasnya
- Luas daerah
- Kemudahan dilakukannya pemadaman kebakaran, misal di persimpangan jalan
Ada dua tipe fire hidrant :
Post Hidrant, Diletakkan sekitar satu meter di atas permukaan tanah.
Flush Hidrant, Diletakkan di dalam bak dengan level yang sama dengan level permukaan
jalan.
Trush Block (Angker Blok Beton)
Trush blok ini diperlukan pada pipa yang mengalami beban hidrolik yang tidak seimbang,
misalnya pada pergantian diameter, akhir pipa, belokan. Gaya yang terjadi harus ditahan
oleh trush blok untuk menjaga agar fitting tidak bergerak. Umumnya lebih praktis
memasang trush blok setelah saluran ditimbun dengan tanah dan dipadatkan, sehingga
menjamin mampu menahan getaran atau gaya hidrolik atau beban lainnya. Trush blok
hendaknya dipasang pada sisi parit, maka dari itu diperlukan peralatan sisi parit atau
menggali sebuah lobang masuk kedalam dinding parit untuk menahan gaya gesek.
Bangunan Pelintasan Pipa
Bangunan ini diperlukan bila jalur pipa memotong sungai, rel kereta api, dan jalan untuk
memberi keamanan pada pipa.
Manhole
Berfungsi sebagai tempat pemeriksaan atau perbaikkan bila terjadi gangguan pada valve.
Manhole biasanya ditempatkan pada tempat aksesoris yang penting dan pada jalur pipa
pada setiap jarak 300 sampai 600 meter, terutama pada diameter besar.
Meter Tekanan
Dipasang pada pompa agar dapat diketahui besarnya tekanan pompa. Kontrol dilakukan
untuk menjaga keamanan distribusi dari tekanan kerja pipa dan menjaga kontinuitas air.
Meter Air
Berfungsi untuk mengetahui besarnya jumlah pemakaian air dan dapat dipakai sebagai alat
pendeteksi ada atau tidaknya kebocoran. Meter air ini dapat dipasang pada setiap
sambungan yang dipakai secara kontinyu.
Clamp Saddle (Saddle Tapping)
Alat ini berfungsi untuk tapping air, sehingga penguuran debit dapat dilakukan oleh pipa
distribusi. Clamp saddle ini tidak boleh langsung dipasang pada pipa primer, untuk menjaga
pemerataan pemakaian air dan tekanan air yang tersedia.
Sambungan
Sambungan dan perlengkapan pipa yang sering digunakan dalam pekerjaan
penyambungan pada sistem distribusi air antara lain :
- Bell dan Spigot, Spigot dari suatu pipa dimasukkan ke dalam bell (socket) pipa lainnya.
Untuk menghindari kebocoran dan menahan pipa serta memungkinkan terjadinya
defleksi (berubahnya sudut sambungan), maka sambungan biasanya dilengkapi
dengan gasket.
- Flange Joint, Biasanya dipakai pada pipa bertekanan tinggi, untuk sambungan yang
lekat dengan instalasi pompa. Sebelum kedua flange disatukan oleh mur dan baut,
maka diantara flange disisipkan packing untuk mencegah kebocoran.
- Bend, Merupakan belokan pipa, dengan sudut belokan 90°, 45°, 22.5°, 11.5°.
- Increaser dan Reducer, Increser digunakan untuk menyambung pipa diameter besar
(arah aliran baru diameter kecil ke diamter besar), sedangkan reducer digunakan untuk
menyambung pipa berdiameter besar ke diameter kecil.
- Tee, Untuk menyambung pipa pada percabangan.
Tekanan Kerja Pipa
Pada keadaan di lapangan, pipa yang ditanam di bawah tanah mengalami dua tekanan
yang berasal dari :
Dalam pipa, Diakibatkan oleh tekanan statik fluida dalam pipa
Dinding luar pipa, Berat beban diatas tanah (beban hidup maupun mati)
Reservoir
Reservoir diperlukan dalam sistem distribusi air minum karena konsumsi air yang
berfluktuasi oleh konsumen. Pada saat pemakaian air dibawah konsumsi air rata-rata
maka suplai air yang berlebih akan ditampung dalam reservoir, yaitu untuk
mengimbangi pemakaian air yang besar pada waktu puncak dari pemakaian rata-rata
(kebutuhan konsumen). Berdasarkan letaknya reservoir dibagi menjadi :
Elevated Reservoir
Yang dapat dimanfaatkan dari reservoir ini adalah ketinggian, karena elevasinya yang
tetap akan memberikan sisa tekanan air konstan (minimal 10 m kolom air), tanpa
dipengaruhi fluktuasi permukaan air akibat pemakaian air yang terjadi.
Ground Reservoir
Ground reservoir amat tergantung pada pompa dalam memperoleh sisa tekan yang
diinginkan. Karena letaknya dibawah permukaan tanah maka reservoir ini dipengaruhi
oleh fluktuasi permukaan air.
Dimensi dan Panjang Pipa Distribusi
a. Diameter Pipa
Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak
dengan sisa tekan minimum di jalur distribusi, pada saat terjadi kebakaran jaringan
pipa mampu mengalirkan air untuk kebutuhan maksimum harian dan tiga buah
hidran kebakaran masing-masing berkapasitas 250 gpm dengan jarak antara hidran
maksimum 300 m. Faktor jam puncak terhadap debit rata-rata terhitung pada
jumlah penduduk wilayah terlayani.
b. Panjang Pipa Primer
Panjang pipa primer maksimum antar node pelayanan dalam 1 (satu) PC, tidak
melebihi 1.500 m.
c. Panjang Pipa Sekunder
Panjang pipa sekunder dibatasi oleh luas area pelayanan di dalam satu zona
elementer.
d. Panjang Pipa Tersier
Panjang pipa tarsier dibatasi oleh kehilangan tekanan maksimum yang terjadi
sepanjang pipa saat terjadi pemakaian secara bersama, yaitu sebesar 3,5 m dengan
perhitungan kehilangan, yang terjadi sebesar :
• pada pipa tersier atau feeder 100 mm 1 m.
• pada pipa tersier atau feeder 75 mm 1 m
Contents
5.1. RENCANA PENGEMBANGAN.................................................................................................1
5.2. SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI.............................................................................................2
5.3. RENCANA DISTRIBUSI AIR BERSIH KECAMATAN KELUMPANG UTARA ........................ 12