Anda di halaman 1dari 13

Laporan Kasus

AFAKIA POST EKSTRAKSI LENSA OD

Oleh:
Elsa Tubella
NIM 1808436217

Pembimbing :
dr. Bagus Sidharto, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2019

0
BAB I
PENDAHULUAN

Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa


sehingga mata tersebut menjadi hipermetropia tinggi.1 Keadaan ini disebabkan
jika lensa menjadi cukup keruh untuk mengganggu penglihatan, sehingga lensa
harus diangkat dengan prosedur operasi katarak. Mata dalam kondisi ini sangat
rabun jauh dan kemampuan akomodasi sangat berkurang.2

Penelitian di Swedia pada tahun 1997-2001 menyebutkan bahwa satu dari


dua ratus operasi katarak adalah afakia. Alasan paling sering terjadinya afakia
yang tidak direncanakan adalah adanya masalah kapsul ketika operasi dan
prolaps vitreous.3 Penyebab paling sering afakia adalah operasi pengangkatan
lensa.4 Afakia juga dapat terjadi akibat trauma, subluksasi atau dislokasi lensa,
dan tindakan bedah katarak.5

Afakia dapat dikoreksi menggunakan lensa kontak, kacamata, atau


operasi. Kaca mata afakia hanya dapat digunakan jika kondisinya afakia
bilateral, jika hanya satu mata maka akan terjadi perbedaan ukuran bayangan
pada kedua mata (aniseikonia). Jika pasien tidak dapat memakai lensa kontak
atau kaca mata, maka dipertimbangkan penanaman lensa intraokuler
(pseudofakia), dan diperlukan tatalaksana untuk komplikasi.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI LENSA

Sumber: Gerhard, Lang. Ophtalmology A Short. New York: Thieme Stutgart, 2000.

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna,


dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan
diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris;
zonula menghubungkannya dengan corpus cilliare. Di sebelah anterior
lensa terdapat aqueous humor; di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul
lensa adalah suatu membrane semipermeabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk.6

Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus


lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya
usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi sehingga lensa
perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan
korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis
persambungan (suture line) yang terbentuk dari penyambungan tepi-tepi
serat lamelar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y ini
tampak tegak di anterior dan terbaik di posterior.6

2
Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng.
Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di
dekat ekuator dan berbatasan dengan lapisan epitel subskapular.6

Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang


dikenal sebagai zonula (zonula zinnii), yang tersusun atas banyak fibril;
fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus ciliare dan menyisip ke
dalam ekuator lensa.6

Sumber: Gerhard, Lang. Ophtalmology A Short. New York: Thieme Stutgart, 2000.

Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35% nya
protein (kandungan proteinnya tertinggi diantara jaringan-jaringan
tubuh). Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada
di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat
nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.6

2.2. FISIOLOGI LENSA

Lensa kristalina adalah sebuah struktur menakjubkan yang pada


kondisi normalnya berfungsi memfokuskan gambar pada retina.
Posisinya tepat di sebelah posterior iris dan disangga oleh serat-serat

3
zonula yang berasal dari corpus cilliare. Serat-serat ini menyisip pada
bagian ekuator kapsul lensa. Kapsul lensa adalah suatu membrane
basalis yang mengelilingi substansi lensa. Sel-sel epitel dekat ekuator
lensa membelah sepanjang hidup dan terus berdiferensiasi membentuk
serat-serat lensa baru sehingga serat-serat lensa yang lebih tua
dipampatkan ke nucleus sentral; serat-serat muda, yang kurang padat,
disekeliling nucleus menyusun korteks lensa. Karena lensa bersifat
avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa didapat dari
aqueous humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat
rendahnya kadar oksigen terlarut di dalam aqueous.6

Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke jarak


dekat karena kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, suatu
fenomena yang dikenal sebagai akomodasi. Elastisitasnya yang alami
memungkinkan lensa untuk menjadi lebih atau kurang bulat (sferis),
tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula pada kapsul lensa.
Tegangan zonula dikendalikan oleh aktivitas musculus ciliaris, yang bila
berkontraksi akan mengendurkan tegangan zonula. Dengan demikian,
lensa menjadi lebih bulat dan dihasilkan daya dioptri yang lebih kuat
untuk memfokuskan objek-objek yang lebih dekat. Relaksasi musculus
ciliaris akan menghasilkan kebalikan rentetan peristiwa-peristiwa
tersebut, membuat lensa mendatar dan memungkinkan objek-objek jauh
terfokus. Dengan bertambahnya usia, daya akomodasi lensa akan
berkurang secara perlahan-lahan seiring dengan penurunan
elastisitasnya.6

2.3. AFAKIA

2.3.1. Definisi

Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak


mempunyai lensa sehingga mata tersebut menjadi hipermetropia
tinggi. Karena pasien memerlukan pemakaian lensa yang tebal,
maka akan memberikan keluhan pada mata tersebut sebagai
berikut:1

4
a. Benda yang dilihat menjadi lebih besar 25% dibanding normal
b. Terdapat efek prisma lensa tebal, sehingga benda terlihat
seperti melengkung
c. Pada penglihatan terdapat keluhan seperti badut di dalam
kotak atau fenomena jack in the box, dimana bagian yang
jelas terlihat hanya pada bagian sentral, sedang penglihatan
tepi kabur.

Dengan adanya keluhan di atas maka pada pasien


hipermetropia dengan afakia diberikan kacamata sebagai berikut:1

a. Pusat lensa yang dipakai letaknya tepat pada tempatnya


b. Jarak lensa dengan mata cocok untuk pemakaian lensa afakia
c. Bagian tepi lensa tidak mengganggu lapang pandangan
d. Kacamata tidak terlalu berat.

2.3.2. Epidemiologi

Penelitian di Swedia pada tahun 1997-2001 menyebutkan


bahwa satu dari dua ratus operasi katarak adalah afakia. Alasan
paling sering terjadinya afakia yang tidak direncanakan adalah
adanya masalah kapsul ketika operasi dan prolaps vitreous.3

2.3.3. Etiologi Afakia

1. Absen lensa kongenital. Keadaan ini jarang.

2. Afakia setelah operasi pengangkatan lensa. Ini adalah


penyebab paling umum afakia.

3. Afakia karena absorbsi bahan lensa yang jarang dilaporkan


setelah trauma pada anak.

4. Trauma ekstrusi pada lensa. Ini juga jarang menyebabkan


afakia

5. Dislokasi posterior lensa di badan vitreous menyebabkan


afakia optikal.4

2.3.4. Gejala

5
1. Mata menjadi sangat hipermetropi

2. Kekuatan total berkurang hingga kira-kira +44 D hingga +60


D

3. Titik poin anterior menjadi 23,2 mm di depan kornea.

4. Titik poin posterior kira-kira 31 mm di belakang kornea

5. Terjadi gangguan total akomodasi.4

2.3.5. Tanda

1. Visus 1/60 atau lebih rendah jika afakia tidak ada komplikasi
2. Limbal scar yang dapat ditemukan pada afakia akibat
pembedahan
3. Pasien mengalami penurunan tajam penglihatan(biasanya
hiperopia yang sangat tinggi) yang dapat dikoreksi dengan
lensa positif.
4. Bilik mata depan dalam
5. Iris tremulans
6. Jet black pupil

6
7. Test bayangan purkinje hanya memperlihatkan 2 bayangan
(normalnya 4 bayangan)
8. Pemeriksaan fundus memperlihatkan diskus kecil
hipermetropi
9. Retinoskopi memperlihatkan hipermetropi tinggi
10. Biasanya terlihat bekas operasi
11. Jika sudah mengalami komplikasi dapat ditemukan edema
kornea, peningkatan TIO, iritis, kerusakan iris, CME (cystoid
macular edema)7

2.3.6. Tatalaksana

Afakia dapat dikoreksi menggunakan kacamata, lensa


kontak, lensa intraocular dan operasi refraktif kornea. Kacamata
afakia hanya dapat digunakan jika kondisinya afakia bilateral, jika
hanya satu mata maka akan terjadi perbedaan ukuran bayangan
pada kedua mata (aniseikonia). Jika pasien tidak dapat memakai
lensa kontak atau kaca mata, maka dipertimbangkan penanaman
lensa intraokuler (pseudofakia). Dan diperlukan tatalaksana untuk
komplikasi.4

Pada afakia bilateral, koreksi dapat dikoreksi dengan


kacamata. Sedangkan pada afakia unilateral, koreksi
menggunakan kacamata tidak dapat ditoleransi karena
anisometrop. Lensa kontak dapat mengurangi aniseikonia.
Namun, pasien biasanya tidak nyaman menggunakan lensa kontak
karena kesusahan memasang lensa, tidak nyaman, dapat terjadi
komplikasi seperti konjungtivitis giant papil.4

RAHASIA

STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

7
PEKANBARU

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. FU Pekerjaan :-


Umur : 20 tahun Pendidikan : SMP
Jenis kelamin : Perempuan MR : 01024746
Alamat : Tenayan Raya Tanggal pemeriksaan :02/10/2019

Keluhan Utama :
Kontrol ulang post operasi katarak

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang untuk kontrol setelah operasi katarak 8 hari yang lalu.
Pandangan mata kanan kabur. nyeri pada bekas operasi disangkal.
Pandangan mata kiri tiba-tiba menjadi gelap setelah melahirkan anak
keduanya, 5 bulan yang lalu. Mata menjadi berwarna kuning. mata merah (-),
mata nyeri (-), pandangan silau/berkabut/berawan (-), demam (-), riwayat trauma
(+), pasien pernah mengalami kecelakaan pada saat usia 12 tahun, tapi tidak
merasakan adanya gangguan pada penglihatan saat itu.
Awalnya pasien berobat ke Puskesmas, dan diberikan obat tetes. Pasien
kemudian berobat ke RS PMC untuk berobat karena ingin menghilangkan
kuning di matanya I bulan yang lalu, karena terasa mengganggu. Pasien
kemudian dirujuk ke RSUD AA untuk operasi. Pasien dioperasi untuk
pengangkatan lensa.

Riwayat penyakit dahulu :


Riwayat trauma (+), kecelakaan pada saat usia 12 tahun.
Hipertensi (-)

8
Riwayat pengobatan :
Post operasi katarak 8 hari yang lalu.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tanda – tanda vital : TD : 115/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,80C

STATUS OPTHALMOLOGI
OD OS
Nol Visus tanpa 20/20
koreksi
Sulit dinilai Visus dengan -
koreksi
Normal Posisi bola mata Normal
Gerakan bola
mata

Baik, kesegala arah Baik, kesegala arah


12 (tonometri non kontak) Tekanan bola 16 (tonometri non kontak)
mata
Normal Palpebra Normal

Perdarahan subkonjungtiva Konjungtiva Tenang


Sikatrik arah jam 6 Kornea Jernih
Merah Sklera Tenang
Dalam COA Dalam
Iris berwarna coklat, pupil Iris/pupil Iris berwarna coklat, pupil
tidak bulat, refleks cahaya bulat, sentral, Ø 2 mm,
(-/+) refleks cahaya +/-

(-) Lensa Jernih


Funduskopi
Menurun Refleks fundus (+)
Tidak dapat dinilai Vitreus Jernih
Tidak dapat dinilai Papil Papil bulat, batas tegas,
C/D rasio 0,3, A/V 2/3.
Tidak dapat dinilai Retina Normal

9
Tidak dapat dinilai Makula Reflek makula (+)

Gambar

RESUME :
Ny. FU datang untuk kontrol setelah operasi pengangkatan lensa 8 hari
yang lalu. Operasi dilakukan untuk menghilangkan kuning di mata pasien, atas
indikasi kosmetik. Tidak ada keluhan pada mata kiri dan kanan.
Pemeriksaan anjuran : -
Diagnosis Kerja:
Afakia post ekstraksi lensa OD + Visus 0
Penatalaksanaan
- C Xitrol 6 x OD
Prognosis
Quo ad vitam : Malam
Quo ad functionam : Malam
Quo ad kosmetikum : Dubia

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2007. p. 82.
2. Chylack LT. The crystalline lens and cataract. In: Pavan-Langston D,
editor. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy second edition.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 1985. p. 117-38.
3. Lundström M, Brege KG, Florén I, Lundh B, Stenevi U, Thorburn W.
Postoperative aphakia in modern cataract surgery: part 2: detailed
analysis of the cause of aphakia and the visual outcome.J Cataract Refract
Surg. 2004 Oct;30(10):2111-5.
4. A.K. khurana. Opthalmology. New Delhi: New Age International. 2003.
p. 31-32.
5. Gossman MV. Aphakic Pupillary Block [internet]. Medscape. 2019 [cited
12 October 2019]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1220164-overview.

11
6. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Widya Medika: Jakarta.
2000. p. 175-83.

12

Anda mungkin juga menyukai