Anda di halaman 1dari 10

PROYEK

KESETIMBANGAN KIMIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Konsep Larutan dan Bio-Organik

DISUSUN OLEH:

Jurusan Pendidikan Matematika


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di alam sekitar kita banyak terjadi reaksi-reaksi kimia, seperti

fotosintesis.Fotosintesis adalah proses kimia yang mengubah karbon dioksida dan air menjadi

karbohidrat dan oksigen, di mana reaksi ini berkataliskan klorofil dan menggunakan sinar

matahari sebagai energi untuk reaksi.

6 CO2(g) + 6 H2O(l) --> C6H12O6(s) + 6 O2(g)

glukosa

Reaksi pembakaran bahan bakar bensin menghasilkan energi untuk menjalankan

kendaraan. Reaksi perkaratan logam (misal besi) terjadi karena reaksi antara logam dengan

oksigen di udara. Amoniak merupakan hasil industri kimia yang sangat penting. Reaksi

kesetimbangan nitrogen dan hidrogen pada kondisi standar (STP) menghasilkan amoniak

dengan kualitas yang kurang baik. Produk amoniak dikembangkan dengan menggunakan suhu

dan tekanan tinggi.

Dari reaksi-reaksi tersebut, apakah zat hasil reaksi dapat kembali lagi menjadi zat

semula? Apakah glukosa dapat kembali menjadi klorofil? Apakah energi yang dihasilkan

untuk menggerakkan kendaraan dapat kembali lagi menjadi bensin? Apakah besi berkarat

dapat kembali menjadi besi yang bersih seperti semula? Reaksi-reaksi tersebut

merupakan reaksi kimia satu arah (ireversibel), yaitu reaksi kimia di mana zat-zat hasil

reaksi tidak dapat kembali lagi menjadi zat-zat semula. Kondisi kesetimbangan dalam reaksi

ini akan kalian pelajari dalam bab ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan dibahas

dalam makalah ini, yaitu :

1. Apa itu kesetimbangan kimia?

2. Bagaimanakah cara menyatakannya?


C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :

1. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Kimia.

2. Menambah wawasan tentang larutan.

3. Mengetahui lebih mendalam tentang larutan yang kita temukan dalam kehidupan.

D. Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :

1. Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat suatu karya ilmiah.

2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.

3. Sebagai bahan bacaan.

.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Suatu reaksi kimia dapat berlangsung secara sempurna jika terjadi suatu kesetimbangan dari reaksi
tersebut. Kesetimbangan dibagi menjadi dua macam, yaitu keseimbangan homogen dan
keseimbangan heterogen. Homogen bila terdapat hanya satu fase, sedangkan heterogen bila terdapat
lebih dari satu fase. Pada saat setimbang, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi
kekiri. Kesetimbangan merupakan kesetimbangan dinamis, bukan statis. Kesetimbangan dapat
dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi, tekanan, volum dan temperatur. Dalam hal ini kondisi reaksi
menentukan hasil reaksi kesetimbangan dalam industri (Keenan, 1989).
Kecepatan reaksi kimia pada suhu konstan sebanding dengan hasil kali konsentrasi zat yang bereaksi.
Reaksi kimia bergerak menuju kesetimbangan yang dinamis, di mana terdapat reaktan dan produk,
tetapi keduanya tidak lagi mempunyai kecenderungan untuk berubah. Kadang-kadang konsentrasi
produk jauh lebih besar daripada konsentrasi reaktan yang belum bereaksi di dalam campuran
kesetimbangan, sehingga reaksi dikatakan reaksi yang “sempurna”. GN Lewis memperkenalkan
besaran termodinamika baru yaitu keaktifan yang bisa dipakai sebagai ganti konsentrasi. Sangat
memudahkan jika keaktifan dianggap sebagai perkalian antara konsentrasi zat yang dimaksud dengan
suatu koefisien keaktifan. Dengan persamaan sebagai berikut:
K =
a = keaktifan f = koefisien keaktifan
(Syukri, 1999).
Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan apabila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua
pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur konstan antara kedua pelarut itu, dan
angka banding distribusi ini tak bergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Dalam
kesetimbangan kimia, jika tekanan diperbesar sama dengan volume diperkecil, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah jumlah koefisien-koefisien gas yang lebih kecil, dan jika tekanan diperkecil
sama dengan volume diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien-
koefisien gas yang lebih besar (Atkins, 1997).
Dalam suatu kesetimbangan suatu larutan, maka apabila jumlah koefisien di sebelah kiri sama dengan
jumlah koefisien di sebelah kanan, faktor tekanan dan volume tidak mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan dan jika suhu dinaikkan maka kesetimbangan bergeser ke arah yang endotermis dan
jika diturunkan maka kesetimbangan bergeser ke arah reaksi yang eksotermis (dalil Van’t Hoff). Air
dan karbon tetraklorida (CCl4) memiliki perbedaan kepolaran dalam suatu kelarutan, dalam hal ini air
merupakan pelarut polar sedangkan karbon tetraklorida merupakan pelarut non polar (Syukri, 1999).
Apabila kedua pelarut yang berbeda kepolaran dalam kelarutan tersebut dicampurkan maka mereka
tidak akan bisa bercampur. Diperlukannya suatu zat perantara untuk dapat membuat kedua pelarut
yang berbeda kepolaran tersebut dapat bercampur. Dalam hal ini zat antara merupakan suatu zat yang
dapat bercampur dalam keadaan polar apabila dilarutkan dalam suatu pelarut polar dan juga dapat
bercampur apabila dilarutkan dalam pelarut non polar (Keenan, 1989).
BAB III
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan adalah
1. 3 labu erlenmeyer 500 ml
2. gelas piala
3. pipet volume 5 ml,10 ml; 25 ml, buret 50 ml
4. statif
5. propipet
6. corong pisah
7. gelas ukur
8. erlenmeyer
9. pipet tetes.
Bahan-bahan yang digunakan adalah
1. larutan I2 0,08 M dalam CCl4,
2. larutan I2 0,06 M dalam CCl4,
3. larutan I2 0,04 M dalam CCl4,
4. larutan I2 0,02 M dalam CCl4,
5. larutan I2 0,01 M dalam CCl4,
6. larutan KI 0,1 M, larutan Na2S2O3 0,1 M,
7. larutan Na2S2O3 0,01 M,
8. indikator amilum dan akuades.
BAB IV
METODE

1. Membuat larutan I2 dalam CCl4 dengan konsentrasi 0,08 M; Menyentimbangkan 0,1


M KI 20 ml dengan 0,08 M larutan I2 dalam CCl4 20 ml dan menempatkan dalam
termostat sehingga tercapai kesetimbangan.
2. Mengambil lapisan air dari corong pisah dan memasukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Menambahkan sebanyak 1 tetes indikator kanji dan kemudian mentitrasi dengan
menggunakan 0,1 M larutan Na2S2O3.
4. Mencatat volume yang dibutuhkan untuk titrasi yakni sampai penghilangan warna
ungu kebiruan menjadi jernih.
5. Melakukan hal yang sama untuk larutan I2 dalam CCl4 dengan konsentrasi 0,08 M;
0,06 M; 0,04 M; 0,02 M dan 0,01 M.

BAB III
HASIL
Dari hasil proyek yang telah dilakukan menggunakan MS Exel untuk menggambarkan proses
perubahan dari kedaan mula-mula sampai terjadi kesetimbangan. Di bawah ini merupakan hasil dari
proyek yang dilakukan menggunakan MS Exel:

V I2 dalam V KI V pengenceran V Na2S2O3 Perubahan


No [I2] (M)
CCl4 (ml) (0,1 M) (mL) (mL) warna
1 0,08 M 24,8 25 34 5,6 Ungu kebiruan bening
2 0,06 M 23,8 25 24 4,3 Ungu kebiruan bening
3 0,04 M 24,8 25 16 2,9 Ungu kebiruan bening
4 0,02 M 24 25 8 1,7 Ungu kebiruan bening
5 0,01 M 23,12 25 4 0,8 Ungu kebiruan bening
PERHITUNGAN
Untuk konsentrasi 0,08 M, contoh perhitungan
Dik : V I2 dalam CCl4 = 24,8 mL
M KI = 0,1 M
M Na2S2O3 untuk yang larut dalam air = 0,1 M
M I2 untuk yang larut dalam CCl4 = 0,08 M
V titrasi Na2S2O3 0,1 M = 5,6 ml
Kd = (1/85) ; sumber : Oxtoby, 2001 ; hal.340.
Ditanyakan : Kc……?
Jawab :
1. Konsentrasi I2 dalam CCl4
(V.M) I2 dalam CCl4 = (V1.M) Na2S2O3
M I2 dalam CCl4 =
1. Konsentrasi I2 dalam Air
1. Konsentrasi Iodium Total
1. Konsentrasi
1. Konsentrasi
6. Menghitung Kc

I2 dalam
[I2] Campuran CCL4 I2 dalam air T I3 I
NO Kc
(M) larutan
(M) (M) (M) (M) (M)
1 0,08 0,1 0,023 2,70x10^-4 1,806 x 10-2 1,77 x 10-2 0,0823 795,14
2 0,06 0,1 0,018 2,11 x 10-4 1,804 x 10-2 1,06 x 10-2 0,0894 562,03
3 0,04 0,1 0,012 1,41 x 10-4 4,677 x 10-3 4,53 x 10-3 0,0954 336,8
4 0,02 0,1 0,007 8,23 x 10-5 1,417 x 10-3 1,33 x 10-3 0,0986 163,91
5 0,01 0,1 0,003 3,52 x 10-5 3,46 x 10-4 3,11 x 10-4 0,0996 88,5
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dikaji tentang penerapan hukum distribusi, dimana iodium yang
digunakan dilarutkan dalam dua pelarut berbeda yang tak campur, yaitu pelarut organik CCl 4 dan air.
Untuk menentukan konsentrasi-konsentrasi spesi yang berada dalam kesetimbangan dilakukan
melalui kesetimbangan heterogen iodium dalam dua pelarut tak campur, air dan CCl 4. Penentuan
konsentrasi I2 dan I3– dalam larutan air dilakukan dengan menyetimbangan larutan KI dengan larutan
I2 dalam CCl4. Setelah tercapai kesetimbangan, kedua larutan dipisahkan dan masing-masing dititrasi
dengan natrium tiosulfat untuk menentukan kadar I2.
Campuran larutan I2 dalam CCl4 dengan larutan KI memberikan warna ungu pada larutan.
Setelah didiamkan beberapa saat, ternyata larutan tersebut terpisah. Pada bagian atas berwarna kuning
kemerahan sedangkan bawah berwarna ungu tua. Bagian yang berwarna kuning tersebut adalah
iodium dalam air. Berdasarkan pengamatan yakni terpisahnya larutan tersebut, kemungkinan
kesetimbangan iodium yang terdistribusi ke larutan CCl4 telah tercapai.
Untuk menentukan konstanta kesetimbangan, langkah pertama yang dilakukan adalah
menghitung konsentrasi iodium total, kemudian iodium dalam CCl4, iodium dalam air, dan kadar I3–
dan I–. Setelah semua konsentrasi spesi yang ada pada keadaan setimbang telah diketahui maka nilai
konstanta kesetimbangan dapat ditentukan. Kesetimbangan yang terjadi jika iodium dilarutkan dalam
air sebagai kalium iodida memiliki reaksi sebagai berikut :
I2 + I– I3–
Setelah itu, larutan tersebut didiamkan sampai terlihat jelas perbedaan kedua lapisan
tersebut. Lalu kemudian ditambahkan indikator amilum. Penambahan indikator ini bertujuan untuk
mengetahui titik akhir titrasi dengan perubahan warna yang menunjukkan titik akhir titrasi. Indikator
ini akan mengikat I2 yang lepas dari ikatannya dengan air ataupun dengan CCl4. Masuknya I2 ke
dalam amilum akan menghasilkan warna biru gelap pada larutan yang dititrasi.
Setelah itu kemudian kedua lapisan larutan tersebut dititrasi dengan larutan natrium
thiosulfat untuk konsentrasi yang berbeda untuk setiap lapisan tersebut untuk menentukan konsentrasi
I2. Untuk lapisan atas yang berupa lapisan CCl4 dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 M. Lapisan CCl4 berada
dibagian atas karena lapisan ini lebih besar massa jenisnya daripada lapisan air. Titrasi ini dilakukan
sampai terjadi perubahan warna pada larutan tersebut dari warna ungu kebiruan menjadi jernih.
Waktu kesetimbangan adalah sangat penting, karena itu perlu dilakukan titrasi secepat mungkin
setelah larutan tersebut diberi indikator amilum.
Titrasi dengan natrium tiosulfat dimaksudkan untuk menentukan besarnya konsentrasi total
(T) sebagai I2 dan I3–. Hal ini terjadi karena reaksi antara I2 dengan Na2S2O3 yang menyebabkan
berubahnya konsentrasi I2 dalam reaksi segera disetimbangkan dari pembebasan iod baru dari iod
trioksida, karena berdasarkan asas Le Chatelier, kesetimbangan kimia akan bergeser ke arah di mana
konsentrasinya berkurang. Setelah dititrasi dengan larutan Na2S2O3 pada saat tercapai kesetimbangan
warna larutan berubah menjadi bening, sesuai dengan reaksi
Iod-amilum + Na2S2O3 2NaI + Na2S2O6
tak berwarna
Dari data yang diperoleh dapat dihitung nilai dari tetapan kesetimbangannya (K). Dari hasil
perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai tetapan kesetimbangan akan semakin besar dengan
meningkatnya konsentrasi dari I2 dalam CCl4 hal ini berarti kesetimbangan cenderung bergerak ke
arah produk, atau ke kanan, terlihat bahwa reaksi cenderung bergeser pada pembentukan I3– karena
nilai K lebih dari 1.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi larutan I2 dalam
CCl4 dan Larutan KI maka semakin besar pula konsentrasi I– atau KI bebasnya, sebaliknya tetapan
kesetimbangan akan semakin kecil. Konsentasi molekul I2, dan ion I3– yang paling besar ditemukan
pada campuran I2 dalam CCl4 0,08M & KI 0,1M dengan nilai secara berturut-turut 0,023 M dan 1,77
x 10-2 M. Lain halnya dengan nilai konsentrasi ion I–, nilai yang terbesar justru ditemukan pada
campuran CCl4 0,02M & KI 0,1M dengan nilai 0,0986 M.

900
800
700
600
500
400
300
200
100 I
0
Kc
(M) 1,77 x 10-2 1,06 x 10-2 4,53 x 10-3 1,33 x 10-3 3,11 x 10-4
(M) 1,806 x 10-2 1,804 x 10-2 4,677 x 10-3 1,417 x 10-3 3,46 x 10-4
(M) 2,70x10^-4 2,11 x 10-4 1,41 x 10-4 8,23 x 10-5 3,52 x 10-5
(M) 0,023 0,018 0,012 0,007 0,003
0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
0,08 0,06 0,04 0,02 0,01
BAB VI
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Kesetimbangan kimia adalah
suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Jika
suatu kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi
konstan sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam sistem. Konsep konstanta kesetimbangan
sangat penting dalam ilmu kimia. Konsep ini digunakan sebagai kunci untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan stoikiometri yang melibatkan sistem kesetimbangan. Dan untuk menyatakannya ada
langkah tertentu untuk menyelesaikannya.

Anda mungkin juga menyukai