Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sembahkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Hyang Widi
Wasa)karena atas rahmat-Nya, makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tulisan
ini disusun dalam rangka menempuh mata kuliah Gizi Lansia yang diampu oleh ibu Ns. Ni
L.P Dian Yunita S., S.Kep. Pada Semester Genap Tahun Akademi 2017/2018.

Berkat kerja keras dan adanya bantuan dari beberapa pihak, akhirnya karya tulis ini
dapat diselesaikan. Kami mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya semoga bantuan
yang diberikan memperoleh pahala yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih sederhana, jauh dari yang sempurna.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan. Semoga karya ini
bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Mangupura, Juni 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Pengertian Lansia........................................................................................................3

2.2 Pengertian Penyakit Jantung Koroner.........................................................................4

2.3 Faktor Resiko Yang Menjadi Penyebab Timbulnya Penyakit Jantung Koroner

2.3.1 Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable Risk Factors).............7

2.3.2 Faktor Resiko yang Dapat Diubah (Changeable Risk Factors)...........................8

2.4 Pengaturan Diet Pada Penderita Jantung Koroner.....................................................10

2.5 Makanan Yang Boleh Dan Tidak Boleh Diberikan Bagi Penderita Penyakit Jantung
Koroner.................................................................................................................................11

2.6 Berbagai Jenis Menu Untuk Penyakit Jantung Koroner............................................14

BAB III PENUTUP..................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan................................................................................................................16

3.2 Saran..........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia adalah suatu proses perkembangan yang akan dialami setiap manusia
menjadi menua. Pada dasarnya lanjut usia adalah proses alami yang dialami setiap orang
yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Lansia akan mengalami beberapa penyakit
degeneratif misalnya penyakit jantung koroner.Jantung merupakan mesin pompa darah
yang berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan kanan, dan berbentuk seperti kerucut.
Jantung terbagi menjadi empat ruangan yaitu dua ruangan atas yang disebut atrium
(serambi) dan dua ruang bawah yang disebut ventrikel (bilik), (Irawan, 1998). Menurut
WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan jantung, akut maupun
kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan
dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner dan menurut American Heart
Organitation (AHA), PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah
arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai adanya
plak yang akan mengganggu aliran darah ke otot jantung. Kemudian terjadi kerusakan
otot jantung yang akibatnya dapat menggangu fungsi jantung, (Fahmi, 2004). Penderita
penyakit jantung mempunyai resiko mengalami kematian mendadak, sehingga penyakit
ini tergolong berbahaya. Upaya menurunkan resiko terjadinya panyakit jantung,
terjadinya kematian akibat penyakit jantung, serta upaya penyembuhan penyakit jantung
secara bertahap dapat dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya yaitu dengan cara
mengatur diet pasien. Untuk pengaturan diet diperlukan pengetahuan tentang berbagai
menu yang cocok diberikan pada penderita penyakit jantung koroner. Sehingga penulis
pada makalah ini akan membahas berbagai menu tentang penyakit jantung koroner

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian lansia?

1
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner?
1.2.3 Faktor resiko apa saja yang menjadi penyebab timbulnya Penyakit Jantung Koroner?
1.2.4 Bagaimanakah pengaturan diet pada penderita jantung Koroner?
1.2.5 Makanan apa sajakah yang boleh dan tidak boleh diberikan bagi penderita Penyakit
Jantung Koroner?
1.2.6 Apa sajakah jenis menu untuk penyakit jantung koroner?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui apa pengertian lansia
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner
1.3.3 Untuk mengetahui faktor resiko apa saja yang menjadi penyebab timbulnya penyakit
jantung koroner
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimanakah pengaturan diet pada penderita jantung koroner
1.3.5 Untuk mengetahui makanan apa sajakah yang boleh dan tidak boleh diberikan bagi
penderita penyakit jantung koroner
1.3.6 Untuk mengetahui apa sajakah jenis menu untuk penyakit jantung koroner

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian Lansia
Menurut kami lanjut usia adalah suatu proses perkembangan yang akan dialami
setiap manusia menjadi menua. Pada dasarnya lanjut usia adalah proses alami yang
dialami setiap orang yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi manusia
tidak secara instan atau tiba-tiba menjadi menua, namun manusia akan mengalami masa
tumbuh kembang mulai dari bayi, anak-anak dewasa dan pada akhirnya semua akan
mengalami masa lanjut usia dimana tahap lanjut usia tersebut menjadi tahap akhir dari
pertumbuhan dan perkembangan. Dalam proses lansia atau lanjut usia ini akan mengalami
banyak perubahan mulai dari muncul beberapa penyakit, tenaga yang kemungkinan pada
masa muda sangat kuat menjadi lemah, perubahan struktur kulit dan rambut, membuat
para lansia merasa tidak percaya diri, dan perubahan lainnya seperti perubahan mental,
dan social.
Pengertian lansia menurut undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1 menyebutkan bahwa lanjut usia adalah
seseorang mencapai usia 60 tahun keatas ( Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011 ). Sedangkan
menurut setiawan usia lanjut dibedakan menjadi 2 yaitu usia kronologis dan usia biologis.
Yang dimana pengertian dari usia kronologis yaitu usia yang dihitung dengan kalender,
barang kali dapat dipandang sebagai batas seseorang atau individu memasuki usia lanjut.
Sedangakan usia biologis merupakan dimana biasanya diterapkan kondisi pematangan
jaringan sebagai indeks usia biologis. (S.Tamher & Noorkasiani, 2011).
Seseorang dikatakan lansia dapat diketahui dengan menggunakan patokan umur.
Umur dijadikan patokan sebagai lanjut usia dengan definisi yang berbeda-beda, umumnya
seseorang dikatakan lansia berkisar antara 60-65 tahun. Berikut dikemukakan beberapa
pendapat para ahli mengenai batasan umur:
1. Menurut buku yang ditulis (Wahyudi Nugroho,2006) dibuat batasan lansia yang
dikemukakan oleh organisasi kesehatan dunia, WHO, ada empat tahap yakni :
a. Usia pertengahan (middle age) dari usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (eldery) dari usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) dari usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun
2. Menurut buku yang ditulis (Wahyudi Nugroho,2006) dibuat batasan lansia yang
dikemukakan oleh Depkes yaitu :
a. Kelompok lansia dini dari usia 55-64 tahun, yakni kelompok yang baru
memasuki lansia
b. Kelompok lansia usia 65 tahun ke atas
c. Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70 tahun
3. Menurut Burnside (1979), ada 4 tahap lanjut usia, yakni:
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
3
c. Old – old (usia 80-89 tahun)
d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

2.2 Pengertian Penyakit Jantung Koroner


Penyakit Jantung Koroner Jantung merupakan mesin pompa darah yang berukuran
kira-kira sebesar kepalan tangan kanan, dan berbentuk seperti kerucut. Jantung terbagi
menjadi empat ruangan yaitu dua ruangan atas yang disebut atrium (serambi) dan dua
ruang bawah yang disebut ventrikel (bilik), (Irawan, 1998).
Menurut WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan jantung, akut
maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium
sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner dan menurut American
Heart Organitation (AHA), PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah
arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai adanya
plak yang akan mengganggu aliran darah ke otot jantung. Kemudian terjadi kerusakan
otot jantung yang akibatnya dapat menggangu fungsi jantung, (Fahmi, 2004).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang diakibatkan oleh penyempitan
pembuluh darah arteri koroner yang memeberi pasokan zat makanan dan O2 ke otot-otot
jantung terutama bilik kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh, (Sani, 2001).
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-beda.
Untuk menentukan manifestasi klinisnya, perlu dilakukan pemeriksaan yang seksama.
Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik,
elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, dan pemeriksaan enzim jantung dapat
membedakan subset klinis PJK, (Joewono, 2003).
Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pectoris, infark miokardium (akut
miokard infark ), payah jantung ( iskemic heart diseases ) dan mati mendadak ( sudden
death). Pada umumnya gangguan suplai darah arteri koronaria dianggap berbahaya bila
terjadi penyempitan sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau cabang utama arteri
koronaria. Penyempitan yang kurang dari 50% kemungkinan belum menampakkan
gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada beratnya arterisklerosis dan
luasnya gangguan dan apakah serangan itu lama atau masih baru, (Bustan, 2000).

1) Angina Pectoris
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang
khas, yaitu seperti ditekan atau rasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan
kiri. Hal ini sering timbul saat pasien melakukan aktifitas dan segera hilang saat
aktifitas dihentikan.
Angina pectoris biasanya berkaitan dengan PJK aterosklerotik tetapi dalam
beberapa kasus dapat merupakan kelanjutan dari aterosklerosis aorta berat, insufiensi
4
atau hipertropi kardiomiopati tanpa disertai obstruksi, aortitis sifilitika, peningkatan
kebutuhan metabolik (seperti hipertiroidisme atau pasca pengobatan tiroid), anemia
yang jelas takikardia proksimal dengan frekuensi ventrikuler cepat, emboli atau
spasme koroner), (Mansjoer, 2001).
Nyeri dada yang khas dari angina pectoris ialah rasa tertekan, seperti merasa
terpilin, sperti terbakar (panas yang berpusat di daerah retrostenal (dibalik
tulangsternum yang berada ditengah-tengah dada) yang bisa menjalar kelengan kiri,
leher, bahu dan punggung. Dalam hal ini angina pectoris bisa digolongkan menjadi 3
(tiga) macam, yaitu :
a. Angina pectoris stabil , yaitu gejala yang timbul frekuensinya tetap, baik lamanya
maupun kadar pencetusnya.
b. Angina pectoris tidak stabil , yaitu pola gejala yang timbul berubah-ubah, baik
frekuensinya, lamanya, maupun kenyerian yang dirasakan.
c. Angina prinzmental, yang biasanya timbul sewaktu sedang beristirahat. Biasanya
disebabkan oleh spasme pembuluh darah koroner.
Secara elektrokardiografi (EKG), timbulnya angina pectoris sering pula dibarengi
dengan depresi segmen ST dan inversi gelombang T. Kelainan segmen ST (depresi
segmen ST) sangat nyata pada pemeriksaan uji beban masuk (Irawan, 1998).

2) Infark Miokard Akut/ Acute Myocardial Infraction (serangan jantung)


Acute myocard infraction atau serangan jantung akut umumnya disebabkan
oleh penyumbatan pembuluh arteri koroner secara tiba-tiba, karena pecahnya plak
lemak ateroskeloris pada arteri koroner. Plak lemak tersebut menjadi titik-titik lemah
dari arteri itu dan cenderung untuk pecah. Pada waktu pecah, gumpalan cepat
terbentuk dan mengakibtkan penghambatan (okulasi) arteri yang menyeluruh, serta
memutuskan aliran darah ke otot jantung. Ini mengakibatkan rasa sakit dada yang
hebat pada pusat dada dan menyebar sampai lengan atau leher (Joewono, 2003).

3) Ischemic Heart Disease (payah jantung)


Ischemic Heart Disease adalah suatu keadaan dimana terjadi pengurangan
oksigen secara temporer pada jantung yang disebabkan oleh penyempitan
pembuluhdarah atau karena penyakit tertentu. Ischemic ini ada yang disebut sebagai
silent ischemic dimana penderitanya tidak merasakan gejala yang timbul (Andari,
2001).
Payah jantung terjadi karena denyut jantung sudah sedemikian lemahnya
sehingga jantung tidak lagi dapat memompa darah dengan baik. Rasa sakit akibat
payah jantung bertahan berjam-jam. Gejala yang timbul ialah gelisah, pusing,
5
keringat dingin, gangguan gastro intestinal (muntah, diare, mual) dan shock yang
menyebabkan tensi turun serta nadi cepat, (Bustan, 2000).

4) Kematian Mendadak ( sudden death)


Kematian mendadak ( sudden death) terjadi pada 50% penderita yang tanpa
keluhan sebelumnya. Sedangkan selebihnya disertai keluhan yang mati mendadak 6
jam setelah keluhan. Proses mati mendadak ini dimulai dengan trombosis pembuluh
darah koroner yang disusul dengan nekrosis yang disertai aritmia ventrikel (Bustan,
2000).
Salah satu unsur dalam makanan adalah lemak. Lemak tidak dapat larut dalam
darah kecuali terikat oleh protein tertentu. Lemak akan mengalami pemecahan asam
lemak bebas, trigliserida dan kolesterol. Selama dalam peredaran darah ada
kecenderungan kolesterol menempel pada dinding pembuluh darah sehingga
mempersempit pembuluh darah, menjadi tidak lancar dan lemak terlarut dalam darah
sehingga tidak mencukupi proses metabolisme dan mengganggu keseimbangan
kebutuhan oksigen dan penyediaan oksigen. Penyempitan ini dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah. Bila penyumbatan ini terjadi di pembuluh koronaria
dinamakan penyakit jantung koroner.

2.3 Faktor Resiko Yang Menjadi Penyebab Timbulnya Penyakit Jantung Koroner
Faktor resiko adalah semua faktor penyebab (etiologi) ditambah dengan faktor
epidemiologi yang berhubungan dengan terjadinya suatu penyakit. Secara garis besar
faktor resiko dapat dibagi 2 (dua) yaitu, faktor resiko yang tidak dapat diubah dan faktor
resiko yang dapat diubah.

2.3.1 Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable Risk Factors)
1) Keturunan
Keturunan mengambil peranan penting dalam menentukan resiko alamiah dari
PJK. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai anggota keluarga
menderita PJK di bawah umur 55 tahun menunjukkan bahwa ada anggota lain dari
keluarga tersebut yang mempunyai penyakit jantung yang bersifat premature.
Beberapa kelompok keluarga yang mempunyai predisposisi PJK adalah ayah
(37%), ibu (9,98%), saudara sekandung (27,6%), saudara kembar laki-laki ( 43%)
dan saudara kembar perempuan 21%, (Bustan, 2000).
2) Jenis Kelamin
Pria lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan wanita, setelah
manopause frekuensinya sama antara pria dan wanita. Pria beresiko terkena PJK
setelah berusia 40 tahun, sedangkan wanita setelah berusia 50 tahun. Wanita lebih

6
terlindungi dari PJK mungkin karena hormon estrogen pada wanita (Soeharto, 200)
Pravalensi PJK lebih tinggi pada laki-laki dari pada wanita. Pada umur 45-54 tahun
rasio terkena PJK pada laki-laki 6 kali dari pada wanita. Pada umur 50 tahun
ASDR laki-laki dan wanita akibat PJK tidak berbeda, dan pada umur 80 tahun
ASDR pada kedua jenis kelamin sama (Sitepu, M, 1997).
3) Umur
Jelas sekali umur merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap terjadinya
PJK, terutama terhadap terjadinya pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner.
Saluran arteri koroner ini dapat dibandingkan dengan saluran pipa ledeng, makin
tua umurnya makin besar kemungkinan timbulnya ”kerak” di dindingnya, yang
menyebabkan terganggunya aliran dalam pipa (Soeharto,2000).

4) Stress
Stress dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang
tinggi dan dapat berakibat mempercepat kekejangan arteri koroner, sehingga suplai
darah ke otot jantung terganggu. Dalam jangka panjang, terlalu banyak peristiwa
yang menegangkan dalam satu tahun dapat menjadi awal serangan jantung (Payne,
1995).

2.3.2 Faktor Resiko yang Dapat Diubah (Changeable Risk Factors)


1) Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus beban pembuluh arteri
perlahan-lahan. Arteri mengalami proses pengerasan, menjadi tebal dan kaku,
sehingga mengurangi elastisitasnya. Tekanan darah yang terus menerus tinggi
dapat pula menyebabkan dinding arteri rusak atau luka dan mendorong proses
terbentuknya pengendapan plak pada arteri koroner (aterosklerosis). Proses ini
menyempitkan lumen yang terdapat pada pembuluh darah, sehingga aliran darah
menjadi terhalang. Dengan demikian hipertensi merupakan salah satu resiko PJK
(Soeharto, 2000).
2) Kolesterol
Kolesterol dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh akan
tetap sehat, tetapi kelebihan kolesterol dapat mengendap di dalam pembuluh darah
arteri, sehingga menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal
aterosklerosis, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup
jumlahnya sehingga timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat
menjurus ke serangan jantung (Soeharto, 2000).
3) Pola Makan
7
Pola makan adalah frekuensi jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi.
Tujuannya untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal,
untuk itu tubuh perlu mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung zat-
zat gizi yang seimbang sesuai Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Yang
dimaksud dengan PUGS adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang yang
disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan di masyarakat secara
baik dan benar. Berdasarkan fungsi utama zat gizi makanan harus mengandung
sumber energi, sumber protein dan sumber zat pengatur. Untuk memudahkan
penyusunan menu sehari-hari yang bervariasi dan bergizi dapat digunakan daftar
bahan makanan penukar. Penukar ini dapat digunakan dalam keadaan sehat
maupun sakit (Almatsier, 2004).
4) Merokok
Asap merokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti
adrenalin, zat ini merangsang denyutan jantung dan tekanan darah. Asap rokok
mengandung karbon monoksida (CO2) yang memiliki kemampuan jauh lebih kuat
dari pada sel darah merah untuk menyerap oksigen, sehingga menurunkan
kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan-jaringan
termasuk jantung (Irawan, 1998).
5) Diabetes melitus
Diabetes menyebabkan faktor resiko PJK yaitu bila kadar glukosa darah naik,
terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, gula darah tersebut
dapat mendorong terjadinya pengendapan (arterosklerosis) pada arteri koroner.
Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah
cenderung menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida. Kadar glukosa darah stabil
berkisar antara 70-140 mg/dl. Jika kadar glukosa darah melebihi angka tadi maka
dapat dipastikan jika seseorang telah positif menderita diabetes melitus (Vitahealth,
2004).
6) Kegemukan dan kurang aktivitas
Kegemukan dan kurang aktivitas merupakan salah satu faktor risiko PJK,
namun berbeda dengan faktor risiko yang lain, kegemukan mendorong timbulnya
faktor risiko yang lain seperti diabetes melitus, hipertensi yang pada taraf
selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Tekanan darah tinggi tidak jarang terjadi
pada penderita obesitas. Kelebihan berat badan memaksa jantung bekerja lebih
keras. Adanya beban ekstra bagi jantung itu, ditambah dengan terjadinya
pengerasan pembuluh darah arteri koroner, cenderung mendorong terjadinya
kegagalan jantung (Soeharto, 2000).
8
2.4 Pengaturan Diet Pada Penderita Jantung Koroner
Pengaturan Diet pada penderita jantung Koroner Pengaturan diet merupakan salah
satu upaya strategis untuk memperkecil resiko penyakit jantung koroner. Dengan
memperhatikan faktor resiko penyakit jantung koroner dan peranan gizi dapat
mengurangi resiko tersebut.
Syarat diet yang dapat diterapkan untuk penderita penyakit jantung adalah sebagai
berikut:
1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB
3. Lemak sedang yaitu 25-30% ari kebutuhan energi total, 10% berasal dari lemak jenuh,
dan 10-15% dari lemak tidak jenuh
4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia.
5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan sulemen kalium, kalsium, dan
magnesium jika tidak dibutuhkan.
6. Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi dan edema.
7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.

Sedangkan syarat diet yang dianjurkan untuk penderita jantung koroner menurut
Krisnatuti adalah sebagai berikut : rendah kalori (terutama bagi penderita yang terlalu
gemuk), protein dan lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, rendah garam bila ada
tekanan darah tinggi, mudah dicerna, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, porsi
kecil dan frekuensi pemberian tergolong sering (Krisnatuti dan Yenrina, 1999).

Jenis diet yang diberikan untuk penyakit jantung adalah sebagai berikut:

1. Diet jantung I
Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Miokard
Infark (MCI) atau Decompensasio Kordis berat. Diet yang diberikan berupa 1-1,5 liter
cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat
rendah energi dan semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3
hari.

2. Diet jantung II

9
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung I atau setelah fase akut dapat diatasi.
Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung II garam
rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium dan tiamin.
3. Diet jantung III
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung II atau kepada pasien jantung dengan
kondisi penyakit jantung yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan/atau
edema, diberikan sebagai diet jantung III garam rendah. Diet ini rendah energi dan
kalsium, tetapi cukup zat gizi lain.
4. Diet jantung IV
Diet jantung IV diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien jantung dengan kondisi yang
tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet
jantung IV garam rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi lain kecuali kalsium.

2.5 Makanan Yang Boleh Dan Tidak Boleh Diberikan Bagi Penderita Penyakit Jantung
Koroner

Bahan Makanan Yang Dianjurkan Yang Tidak Dianjurkan


Sumber Karbohidrat Beras ditim atau Makanan yang mengandung
disaring,roti, mie, gas atau alkohol seperti:
kentang,makaroni,biskuit, ubi,singkong,tape singkong,
tepung
dan tape ketan
beras/terigu/sagu/aren/sag
u ambon,kentang,gula
pasir,gula merah,madu dan
sirup
Sumber Protein Hewani Daging sapi,ayam dengan Daging sapi dan daging ayam
lemak yang berlemak,
rendah,ikan,telur,susu gajih,sosis,hati,limpa,babat,ot
rendah lemak dalam ak,kepiting dan karang-
jumlah yang sudah karangan,keju dan susu penuh
ditentukan
Sumber Protein Nabati Kacang-kacangan kering Kacang-kacangan kering yang
seperti: kacang kedelai mengandung lemak cukup
dan hasil olahannya, tinggi seperti: kacang

10
seperti tahu dan tempe tanah,kacang mete dan
kacang bogot
Sayuran Sayuran yang tidak Semua sayuran yang
mengandung gas seperti: mengandung gas,seperti:
bayam,kangkung,kacang kol,kembang kol,lobak,sawi
buncis,kacang dan nangka muda
panang,wortel,tomat,labu
siam dan tange
Buah-Buahan Semua buah-buahan segar Buah-buahan segar yang
seperti : mengandung alkohol dan gas
pisang,pepaya,jeruk,seman seperti: durian dan nangka
gka,apel,melon dan sawo matang
Lemak Minyak jagung,minyak Minyak kelapa dan minyak
kedelai,margarine, kelapa sawit, santan kental
mentega dalam jumlah
terbatas dan tidak untuk
mengoreng tetapi untuk
menumis, kelapa atau
santan encer dalam jumlah
terbatas
Minuman Teh encer,coklat,sirup Teh atau kopi kental,minuman
yang mengandung soda dan
alkohol seperti bir dan wiski
Bumbu Semua bumbu selain Cabai lombok,cabai rawit,
bumbu tajam dalam dan bumbu lain yang tajam
jumlah terbatas

Makanan yang menolong bagi penderita penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut
(Wirakusumah, 2001) :
1) Sumber antioksidan, meliputi :
a. Sumber B-Karoten, yaitu ubi jalar, wortel, labu kuning, mangga bayam dan kalian
b. Sumber vitamin E, yaitu asparagus, taoge, minyak sayur dan kacang-kacangan
c. Sumber vitamin C, yaitu daun singkong, mangga, jeruk, brokoli, sawi dan jambu
biji.
2) Sumber asam lemak omega 3, yaitu jenis ikan laut (teri, sarden, tenggiri dan
tembang), serta minyak ikan.

11
3) Sumber asam folat, yaitu kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah dan kacang
polong), sari jeruk asli, bayam dan hati ayam.
4) Sumber vitamin B6, yaitu pisang, daging ayam tanpa lemak, beras merah, oatmeal
dan tuna putih dalam kaleng.
5) Sumber flavonoid, yaitu melon, anggur, jeruk, pepaya, mangga, kesemek dan jambu
biji.
6) Makanan tinggi serat, yaitu serealia, kacang-kacangan, labu, jagung, apel dan sayuran.
7) Bawang putih
8) Sumberlycopene, yaitu tomat masak
9) Minyak zaitun
Makanan yang harus dikurangi oleh penderita penyakit jantung koroner adalah
sebagai berikut : daging berlemak, telur, susu penuh (whole milk ), jeroan, makanan
tinggi kolesterol dan lemak jenuh (Wirakusumah, 2001).
Banyak mengkonsumsi lemak hewani (lemak jenuh) akan meningkatkan
kolesterol dalam darah, dalam proses jangka panjang akan mengakibatkan
penimbunan (flak) di pembuluh darah sehingga aliran darah ke seluruh tubuh dapat
terganggu. Apabila perubahan ini terjadi pada pembuluh darah koronaria
menyebabkan PJK (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).

2.6 Berbagai Jenis Menu Untuk Penyakit Jantung Koroner


1) Menu Sehari Diet Jantung II

Waktu Menu
Pagi Bubur nasi
Telur dadar
Sup wortel
Susu skim
Pukul 10:00 Selada buah
Siang Bubur nasi
Daging semur
Sayur bening bayam
Jeruk

Pukul 16:00 Apel


Malam Bubur nasi
Ayam panggang
Tumis kacang panjang
Pepaya
Sumber (Almatsier, 2010)

12
2) Menu Sehari Diet Jantung III

Waktu Menu
Pagi Nasi tim
Telur rebus
Tahu ungkep
Sayur bening labu siam
Teh encer
Pukul 10:00 Selada buah
Siang Nasi tim
Ikan panggang
Tempe bumbu kuning
Sup oyong
Apel
Pukul 16:00 Agar-agar buah
Malam Nasi tim
Daging rolade
Tahu bacem
Tumis wortel
Pepaya
Sumber (Almatsier, 2010)

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lanjut usia adalah suatu proses perkembangan yang akan dialami setiap
manusia menjadi menua. Pada dasarnya lanjut usia adalah proses alami yang dialami
setiap orang yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi manusia tidak
secara instan atau tiba-tiba menjadi menua, namun manusia akan mengalami masa
tumbuh kembang mulai dari bayi, anak-anak dewasa dan pada akhirnya semua akan
mengalami masa lanjut usia dimana tahap lanjut usia tersebut menjadi tahap akhir dari
pertumbuhan dan perkembangan.batasan lansia yang dikemukakan oleh organisasi
kesehatan dunia, WHO, ada empat tahap yakni :a)Usia pertengahan (middle age) dari
usia 45-59 tahun,b) Lanjut usia (eldery) dari usia 60-74 tahun,c)Lanjut usia tua (old)
dari usia 75-90 tahun,d) Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun.
Penyakit Jantung Koroner Jantung merupakan mesin pompa darah yang
berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan kanan, dan berbentuk seperti kerucut.
Jantung terbagi menjadi empat ruangan yaitu dua ruangan atas yang disebut atrium
(serambi) dan dua ruang bawah yang disebut ventrikel (bilik). Secara garis besar
faktor resiko dapat dibagi 2 (dua) yaitu, faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu
keturunan,jenis kelamin,umur dan stressdan faktor resiko yang dapat diubah yaitu
hipertensi,kolesterol,pola makan,merokok,diabetes,kegemukan dan kurang aktivitas.
Syarat diet yang dapat diterapkan untuk penderita penyakit jantung adalah
sebagai berikut: a)Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal,b) Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB,c) Lemak sedang yaitu 25-30% ari
kebutuhan energi total, 10% berasal dari lemak jenuh, dan 10-15% dari lemak tidak
jenuh,d) Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia,e) Vitamin dan
mineral cukup hindari penggunaan sulemen kalium, kalsium, dan magnesium jika
tidak dibutuhkan,f) Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi dan edema,g)
Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas,h) Serat cukup untuk menghindari

14
konstipasi. Makanan yang harus dikurangi oleh penderita penyakit jantung koroner
adalah sebagai berikut : daging berlemak, telur, susu penuh (whole milk ), jeroan,
makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh.
3.2 Saran
Apabila belum terkena penyakit Jantung Koroner, sebaiknya pola makan
diatur dengan tidak mengonsumsi makanan yang berisiko menyebabkan Penyakit
Jantung Koroner secara berlebihan.
Apabila telah terkena Penyakit Jantung Koroner, sebaiknya mengikuti prinsip
dan syarat pemberian makan untuk penyakit Jantung Koroner, serta tidak
mengonsumsi makanan yang berisiko memperparah penyakit Jantung tersebut.

15

Anda mungkin juga menyukai